Anda di halaman 1dari 52

ht

tp
s:
//m
ag
el
ang
ka
b.
bps
.g
o.id
ht
tp
s:
//m
ag
el
an
gk
ab
.b
ps.
go.
id
Judul Buku:
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN MAGELANG 2011-2015

Nomor Katalog / Catalog Number : 9302008.33.08

Nomor Publikasi / Publication Number : 33085.1602

o.id
Ukuran Buku / Book Size : Kwarto (21 x 28 cm)

.g
ps
Jumlah Halaman / Total Pages : v+43 halaman
.b
ab
gk

Naskah / Manuscript :
an

Seksi Statistik Neraca Wilayah & Analisis Statistik


el

Region Account & Statistical Analize Section


ag
//m

Gambar Kulit / Cover Design :


s:

Seksi Statistik Neraca Wilayah & Analisis Statistik


tp

Region Account & Statistical Analize Section


ht

Diterbitkan Oleh / Published by :


Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang
BPS - Statistics of Magelang Regency

Boleh dikutip dengan menyebut nama sumbernya


May be cited with reference to the source
KATA PENGANTAR

Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Magelang 2011-


2015 dapat tersusun berkat adanya kerja sama dan bantuan dari berbagai
Instansi/Dinas/Lembaga, baik pemerintah maupun swasta di Kabupaten
Magelang. Informasi yang tertuang di dalamnya, diharapkan dapat berguna
sebagai bahan evaluasi terhadap seluruh keberhasilan yang telah dicapai,
sekaligus dapat menjadi bahan pemikiran dalam rangka perencanaan

.id
pembangunan di waktu mendatang.

o
.g
Kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari semua pihak untuk

ps
.b
menyempurnakan publikasi selanjutnya. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
ab
semua pihak, terutama dalam rangka meningkatkan percepatan pelaksanaan
gk

pembangunan di Kabupaten Magelang.


an
el
ag
//m

Kota Mungkid, Oktober 2016


s:

Kepala Badan Pusat Statistik


tp

Kabupaten Magelang
ht

Sri Wiyadi

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Magelang, 2011-2015 ii


DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ....................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................... iii
Daftar Tabel ........................................................................... iv
Daftar Gambar ........................................................................ v
Bab I. Pendahuluan .................................................................. 1
1.1. Umum ........................................................................ 1

.id
1.2. Perubahan Tahun Dasar Produk Domestik Bruto ...................... 2

o
1.3. Analisis dan Kegunaan Data PDRB ....................................... 5

.g
1.4. Sistematika Laporan ....................................................... 9

ps
Bab II. Konsep Dan Definisi .......................................................... 12

.b
2.1. Konsep Domestik dan Regional .......................................... 12
ab
2.2. Produk Domestik dan Produk Regional ................................. 12
gk

2.3. Agregat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar


an

Harga Berlaku (ADHB) .................................................... 14


el
ag

2.4. Agregat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar


Harga Konstan (ADHK) ..................................................... 17
//m

Bab III. Metode Penghitungan PDRB ................................................ 22


s:

3.1. Pendekatan Produksi ...................................................... 22


tp
ht

3.2. Pendekatan Pendapatan .................................................. 23


3.3. Pendekatan Pengeluaran ................................................. 24
3.4. Metode Alokasi ............................................................. 24
Bab IV. Ulasan Ekonomi Kabupaten Magelang Tahun 2015 .................... 27
4.1. PDRB Kabupaten Magelang................................................ 27
4.2. Struktur Ekonomi ........................................................... 27
4.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang .......................... 29
4.4. PDRB PERKAPITA ........................................................... 32
4.5. Indeks Implisit PDRB ...................................................... 32
4.6. Inflasi ........................................................................ 33
Bab V. Penutup....................................................................... 36

Lampiran Tabel Pokok PDRB Kabupaten Magelang .............................. 37

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Magelang, 2011-2015 iii


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Peranan PDRB Kabupaten Magelang Menurut Kategori,


2011 - 2015 (Persen) ................................................... 28

Tabel 4.2. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Magelang


Menurut Kategori, 2011 - 2015 (Persen) ............................ 31

Tabel 4.3. Perubahan Indeks Implisit PDRB Kabupaten Magelang,


2011 - 2015 .............................................................. 33

o .id
.g
ps
.b
ab
gk
an
el
ag
//m
s:
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Magelang, 2011-2015 iv


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 4.1 PDRB Kabupaten Magelang, 2011 - 2015 (Trilyun Rupiah) ..... 27

Gambar 4.2 Peranan PDRB Kabupaten Magelang Menurut Kategori,


2015 (Persen) ........................................................... 29

Gambar 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Jawa Tengah dan


Kabupaten Magelang, 2015 .......................................... 30

Gambar 4.4 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Magelang

.id
Menurut Kategori, 2015 (Persen) ................................... 31

o
Gambar 4.5 PDRB Perkapita Kabupaten Magelang,

.g
2011 - 2015 (Juta Rupiah) ........................................... 32

ps
Gambar 4.6 Inflasi PDRB Kabupaten Magelang, 2011 – 2015 (Persen) ....... 34
.b
ab
gk
an
el
ag
//m
s:
tp
ht

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Magelang, 2011-2015 v


ht
tp
s:
//m
ag
el
an
gk
ab
.b
ps
.g
o.
id
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Umum

Pembangunan di Indonesia diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang adil


dan makmur. Pada hakekatnya, tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu
mencerminkan meningkatnya kesejahteraan semua penduduk.

id
Menurut Kuznetz (1971 dalam Arsyad, 2010: 277), pertumbuhan ekonomi suatu

o.
negara didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan suatu negara untuk

g
s.
menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, kenaikan pada kemampuan

p
ini disebabkan oleh adanya kemajuan teknologi, kelembagaan, serta penyesuaian
b .b
ideologi yang dibutuhkannya. Sementara itu, menurut Schumpeter, pertumbuhan
ka
ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin
ng

banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi, tanpa adanya
a
el

perubahan dalam teknologi produksi itu sendiri. Terdapat beberapa indikator yang
ag

dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, namun salah satu indikator
//m

yang paling banyak digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui kondisi ekonomi
di suatu wilayah atau daerah adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
s:
tp

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh
ht

barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang
timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa
memperhatikan apakah faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk daerah tersebut
atau bukan penduduk setempat. PDRB menjadi salah satu perangkat data ekonomi yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi pada tingkat
regional. Selain itu, bagi para pengambil keputusan sebelum menentukan kebijakan
lebih lanjut, data PDRB dapat dipergunakan sebagai bahan perencanaan, analisis dan
evaluasi yang bermanfaat untuk menentukan sasaran pembangunan.

Berdasarkan tingkat harga, PDRB dibedakan menjadi 2, yaitu: PDRB atas dasar
harga berlaku (adhb) dan PDRB atas dasar harga konstan (adhk). PDRB atas dasar harga
berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi suatu daerah, sedangkan
PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 1


sektoral maupun keseluruhan. Terkait hal tersebut, maka perlu disajikan statistik
pendapatan regional secara berkala.

1.2 . Perubahan Tahun Dasar Produk Domestik Regional Bruto


Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan
global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis
finansial global yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara
China-ASEAN (CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional dan
meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu

id
diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional.

o.
Salah satu bentuk adaptasi pencatatan statistik nasional adalah melakukan

g
s.
perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun 2000 ke 2010. Perubahan tahun dasar

p
PDB/PDRB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-
b .b
Bangsa (PBB) yang tertuang dalam System of National Accounts (SNA2008) melalui
ka
penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT).
a ng
el

Apa yang Dimaksud SNA2008?


ag

SNA2008 merupakan standar rekomendasi internasional tentang cara mengukur


//m

aktivitas ekonomi yang sesuai dengan penghitungan konvensional berdasarkan prinsip-


s:

prinsip ekonomi. Rekomendasi yang dimaksud dinyatakan dalam sekumpulan konsep,


tp

definisi, klasifikasi, dan aturan neraca yang disepakati secara internasional dalam
ht

mengukur item tertentu seperti PDRB.

SNA dirancang untuk menyediakan informasi tentang aktivitas pelaku ekonomi


dalam hal produksi, konsumsi dan akumulasi harta dan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan analisis, pengambilan keputusan, dan pembuatan kebijakan. Dengan
menggunakan Kerangka SNA, fenomena ekonomi dapat dengan lebih baik dijelaskan
dan dipahami.

Apa Manfaat Perubahan Tahun Dasar?


Manfaat perubahan tahun dasar PDRB antara lain :
 Menginformasikan perekonomian regional yang terkini seperti pergeseran struktur
dan pertumbuhan ekonomi;
 Meningkatkan kualitas data PDRB;
 Menjadikan data PDRB dapat diperbandingkan secara internasional.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 2


Apa Implikasi Perubahan Tahun Dasar?
Pergeseran harga tahun dasar akan memberikan beberapa dampak antara lain:
 Meningkatkan nominal PDRB, yang pada gilirannya akan berdampak pada
pergeseran kelompok pendapatan suatu daerah dari pendapatan rendah, menjadi
menengah, atau tinggi dan pergeseran struktur perekonomian;
 Akan merubah besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio
investasi dan saving, nilai neraca berjalan, struktur dan pertumbuhan ekonomi;
 Akan menyebabkan perubahan pada input data untuk modeling dan forecasting.

id
Mengapa Tahun 2010 sebagai Tahun Dasar?

o.
Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan perubahan tahun dasar secara

g
s.
berkala sebanyak 5 (lima) kali yaitu pada tahun 1960, 1973, 1983, 1993, dan 2000.

p
.b
Tahun 2010 dipilih sebagai tahun dasar baru menggantikan tahun dasar 2000 karena
b
beberapa alasan sebagai berikut:
ka

 Perekonomian Indonesia tahun 2010 relatif stabil;


ng

 Telah terjadi perubahan struktur ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir


a
el

terutama dibidang informasi dan teknologi serta transportasi yang berpengaruh


ag

terhadap pola distribusi dan munculnya produk-produk baru;


//m

 Rekomendasi PBB tentang pergantian tahun dasar dilakukan setiap 5 (lima) atau
s:

10 (sepuluh) tahun1;
tp

 Adanya pembaharuan konsep, definisi, klasifikasi, cakupan, sumber data dan


ht

metodologi sesuai rekomendasi dalam SNA2008;


 Tersedianya sumber data baru untuk perbaikan PDRB seperti data Sensus Penduduk
2010 (SP2010) dan Indeks harga produsen (Producers Price Index /PPI);
 Tersedianya kerangka kerja SUT yang menggambarkan keseimbangan aliran
produksi dan konsumsi (barang dan jasa) dan penciptaan pendapatan dari aktivitas
produksi tersebut.

Implementasi SNA 2008 dalam PDRB tahun dasar 2010

Terdapat 118 revisi di SNA2008 dari SNA sebelumnya dan 44 diantaranya


merupakan revisi utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan PDRB
tahun dasar 2010 diantaranya:

1SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years without
rebasing”

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 3


 Konsep dan Cakupan: Perlakuan Work-in Progress (WIP) pada Cultivated
Biological Resources (CBR):
Merupakan penyertaan pertumbuhan aset alam hasil budidaya manusia yang belum
di panen sebagai bagian dari output Kategori yang bersangkutan seperti: nilai
tegakan padi yang belum di panen, nilai sapi perah yang belum menghasilkan, nilai
pohon kelapa sawit atau karet yang belum berbuah/dipanen.
 Metodologi : Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank
Services Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly
Measured (FISIM).

id
 Valuasi : Nilai tambah Kategori dinilai dengan Harga Dasar (Basic Price).

o.
Merupakan harga keekonomian barang dan jasa ditingkat produsen sebelum

g
s.
adanya intervensi pemerintah seperti pajak dan subsidi atas produk. Valuasi ini

p
hanya untuk penghitungan PDB, sedangkan PDRB menggunakan harga produsen.
 Klasifikasi :
b .b
ka
Klasifikasi yang digunakan berdasarkan Internasional Standard Classification (ISIC
ng

rev.4) dan Central Product Classification (CPC rev.2). BPS mengadopsi kedua
a

klasifikasi tersebut sebagai Klasifikasi Baku Kategori Indonesia 2009 (KBLI 2009)
el
ag

dan Klasifikasi Baku Komoditi Indonesia 2010 (KBKI2010).


//m

Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode dari SNA sebelumnya dan SNA2008 antara
lain dijelaskan pada Tabel 1.1.
s:
tp

Tabel 1.1. Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode Perhitungan


PDRB
ht

Variabel Konsep Lama Konsep Baru


1. Output pertanian Hanya mencakup Output saat panen
output pada saat ditambah nilai hewan dan
panen tumbuhan yang belum
menghasilkan
2. Metode Menggunakan Menggunakan metode
penghitungan output metode Imputed Financial Intermediary
bank komersial. Bank Services Services Indirectly
Charge (IBSC) . Measured (FISIM)

3. Biaya eksplorasi Dicatat sebagai Dicatat sebagai output dan


mineral dan konsumsi antara dikapitalisasi sebagai
pembuatan produk PMTB
original

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 4


Perubahan Klasifikasi dari PDRB Tahun Dasar 2000 ke PDRB Tahun Dasar 2010
Klasifikasi PDRB menurut Kategori tahun dasar 2000 (2000=100) menggunakan
Klasifikasi Kategori Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDRB tahun dasar 2010
(2010=100) menggunakan KBLI2009. Perbandingan keduanya pada tingkat paling
agregat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1.2. Perbandingan Perubahan Klasifikasi PDRB Menurut
Kategori Tahun Dasar 2000 dan 2010

id
g o.
p s.
b .b
ka
ang
el
ag
//m
s:
tp
ht

1.3. Analisis dan Kegunaan Data PDRB

1.3.1. Analisis Data PDRB

Analisis data pada dasarnya dapat diartikan sebagai penjabaran atas


pengukuran data kuantitatif menjadi suatu bentuk penyajian yang lebih mudah
untuk ditafsirkan, sehingga analisis dapat diartikan sebagai berikut :

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 5


1. Menguraikan suatu masalah baik secara keseluruhan (general) ataupun secara
sebagian (partial).

2. Memperhitungkan besarnya pengaruh perubahan suatu kejadian terhadap


kejadian lainnya.

Dalam kaitannya dengan perhitungan PDRB, analisis dapat dilakukan dengan


menurunkan parameter yang merupakan beberapa indikator ekonomi makro,
seperti : laju pertumbuhan ekonomi, struktur dari perekonomian, pendapatan per
kapita, tingkat inflasi dan sebagainya. Parameter-parameter tersebut dapat
diturunkan melalui tabel agregasi PDRB yang berupa nilai nominal. Untuk

id
memperoleh informasi mengenai parameter yang akan dianalisis dapat digunakan

g o.
metode statistik seperti :

s.
- Distribusi persentase;

p
.b
- Indeks perkembangan; b
- Indeks berantai, dan;
ka

- Indeks implisit.
ang

Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk menggambarkan hasil


el

penghitungan PDRB ke dalam bentuk yang relatif sederhana, dengan menggunakan


ag

pendekatan metode statistik deskriptif. Selain dari tujuan tersebut, analisis data
//m

PDRB juga bertujuan untuk :


s:

1. Mempelajari pola ekonomi daerah;


tp
ht

2. Menguraikan pengaruh dari suatu kejadian terhadap kejadian lainnya dalam


suatu daerah dan dalam waktu yang sama;
3. Melakukan perbandingan antar komponen;
4. Dasar evaluasi hasil pembangunan serta menentukan penyusunan kebijakan di
masa mendatang.

1.3.2. Kegunaan Data PDRB

Data PDRB dapat digunakan untuk mengetahui:

1. Pertumbuhan ekonomi, baik regional maupun sektoral

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro


yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Untuk menghitung laju
pertumbuhan (Rate of growth) dapat dipakai formula sebagai berikut :

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 6


 P 
G   t  1 x100
 Pt 1 

dengan: G : Laju pertumbuhan


Pt : PDRB adhk tahun ke-t
Pt-1 : PDRB adhk sebelum tahun ke-t

2. Tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah

Tinggi rendahnya tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah biasanya

id
diukur dengan besar kecilnya angka pendapatan per kapita yang diperoleh dari

o.
pembagian antara pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan

g
s.
tahun. Adapun formulasinya sebagai berikut:

p
.b
formulasinya sebagai berikut :
PDRB
b
ka
PDRB per kapita = ---------------------------------------------
Jumlah penduduk pertengahan tahun
ang
el

3. Tingkat perubahan harga secara keseluruhan (Inflasi/Deflasi)


ag

Pendapatan Regional/PDRB pada dasarnya merupakan nilai barang dan


//m

jasa yang diproduksi oleh suatu daerah dalam waktu (tahun) tertentu. PDRB
s:

ini dihitung atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Sedangkan
tp

perbandingan antara harga berlaku dan harga konstan merupakan angka


ht

indeks implisit, yang mana dapat digunakan untuk mengetahui adanya


perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan. Indeks harga implisit
dapat diperoleh/dihitung dengan formula sebagai berikut :

PDRB adhb
I Implisit = ------------------ x 100
PDRB adhk

Sementara itu, inflasi/deflasi berdasarkan perhitungan dari


pendapatan regional/PDRB dapat di formulasikan sebagai berikut :

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 7


I implisit t
Inflasi / Deflasi = ------------- - 1 x 100
I implisit t-1

dengan : I implisit = Indeks implisit


I implisit t = Indeks implisit tahun t
I implisit t-1 = Indeks implisit sebelum tahun t

Inflasi atau deflasi merupakan gambaran tentang terjadinya perubahan


harga, jika terjadi fluktuasi harga yang tidak menentu akan sangat

id
o.
berpengaruh terhadap daya beli konsumen/pembeli, jika terjadi kenaikan

g
terus menerus maka konsumen akan merasakan pengaruhnya, karena

p s.
berakibat terhadap ketidakseimbangan daya beli dengan pendapatan.
b .b
ka

4. Siklus Kegiatan Ekonomi


a ng

Apabila diperhatikan secara seksama, transaksi ekonomi yang dilakukan


el

oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, secara sederhana dapat


ag

dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu: kelompok produsen dan


//m

kelompok konsumen.
s:
tp

Kelompok produsen menggunakan faktor produksi yang berasal dari


ht

kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.


Sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan produsen dibeli oleh konsumen dan
digunakan untuk memenuhi kebutuhannya.

Kelompok konsumen memiliki :

a. Faktor produksi berupa (Tanah, Tenaga, Modal dan Kewiraswastaan) yang


diberikan kepada perusahaan

b. Pengeluaran untuk membeli barang dan jasa dari produsen untuk


dikonsumsi.

Sedangkan dari pihak produsen :

a. Memberikan balas jasa kepada faktor produksi yang dimiliki oleh


konsumen, berupa sewa tanah, upah/gaji, bunga dan keuntungan.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 8


b. Pengadaan barang dan jasa hasil produksi yang dikonsumsi oleh pihak
konsumen.

Transaksi dari kedua kelompok ini yang satu memakai barang dan jasa,
dan satunya mengadakan barang dan jasa, sehingga berkesinambungan dan
saling membutuhkan yang akhirnya membentuk suatu siklus perekonomian.
Siklus ekonomi dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus Kegiatan Ekonomi

a. Faktor - faktor produksi

id
(Tanah, Tenaga, Modal, Kewirausahaan)

o.
b. Balas jasa faktor Produksi

g
s.
(Sewa tanah, Upah/gaji, Keuntungan, Bunga)

p
Perusahaan
(Produsen)
b .b Rumah Tangga
ka
(Konsumen)
ng

c. Pengeluaran konsumsi
a
el

(Arus Uang)
ag
//m

d. Barang dan jasa


s:

(Arus barang)
tp
ht

1.4. Sistematika Laporan

Sistematika penulisan publikasi ini disajikan dengan urutan sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan berisi tentang gambaran umum tentang PDRB, kelompok sektor
dan pengelompokan sektor Kategori, kegunaaan data PDRB dan sistematika
laporan

Bab II. Konsep dan Definisi menjelaskan pengertian beberapa konsep dan definisi
istilah-istilah yang digunakan dalam publikasi ini.

Bab III. Metode Penghitungan Pendapatan Regional berisi tentang metode


penghitungan yang dipakai yaitu metode produksi, metode pendapatan,
metode pengeluaran dan metode alokasi.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 9


Bab IV. Ulasan Ekonomi Kabupaten Magelang menjelaskan tentang PDRB Kabupaten
Magelang, pertumbuhan ekonomi, indeks-indeks serta uraian PDRB menurut
Kategori.

Bab V. Penutup yang berisi tentang kesimpulan dari uraian pada bab-bab
sebelumnya.

id
go.
p s.
.b
b
ka
a ng
el
ag
//m
s:
tp
ht

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 10


ht
tp
s:
//m
ag
el
an
gk
ab
.b
ps
.g
o.
id
BAB II
KONSEP DAN DEFINISI

Untuk menghindari penafsiran dan pengertian yang berbeda di bawah ini


disampaikan beberapa pengertian dasar yang berkaitan dengan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB). Secara umum PDRB dapat diartikan sebagai seluruh nilai
produksi bruto/kotor atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua faktor produksi
yang ada di suatu wilayah/region tertentu dan dihitung pada suatu periode tertentu
(biasanya satu tahun).

id
o.
2.1. Konsep Domestik dan Regional

g
s.
Wilayah perekonomian yang digunakan sebagai acuan untuk membuat suatu

p
.b
perhitungan nasional adalah suatu negara, sedang untuk perhitungan suatu regional
b
ka
adalah suatu region dari suatu negara. Pengertian region disini dapat merupakan
ng

daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota atau daerah administrasi yang lebih
rendah lagi misalnya kecamatan atau desa/kelurahan.
a
el
ag
//m

2.2. Produk Domestik dan Produk Regional


s:

2.2.1. Produk Domestik


tp
ht

Produk Domestik adalah seluruh produk barang dan jasa dari hasil kegiatan
ekonomi yang diproduksi di suatu wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah
faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk region tersebut atau
tidak. Yang dimaksud dengan wilayah domestik suatu region adalah meliputi
wilayah yang berada didalam batas geografis region tersebut (provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan).

Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang


melakukan kegiatan produksi di suatu region berasal dari region lain, demikian
juga sebaliknya penduduk suatu region melakukan kegiatan proses produksi di
region lain. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar region ini
(termasuk juga dari dan ke luar negeri / region) yang pada umumnya berupa upah,
gaji, bunga, deviden/bunga dan keuntungan, maka akan timbul perbedaan antara
produk domestik dan produk regional.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 12


2.2.2. Produk Regional

Produk Regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor-faktor


produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu region (produk domestik ditambah
dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/luar negeri dikurangi dengan
pendapatan yang dibayar ke luar daerah/ luar negeri).

2.2.3. Penduduk Suatu Daerah

Penduduk suatu daerah adalah individu-individu atau anggota rumah tangga

id
yang bertempat tinggal tetap di wilayah domestik region (daerah) tersebut,

o.
kecuali:

g
s.
1. Wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) yang

p
.b
tinggal di wilayah domestik daerah tersebut kurang dari 6 bulan atau yang
b
bertujuan tidak menetap.
ka
ng

2. Awak dari kapal laut dan awak kapal udara luar negeri atau luar region yang
a

sedang masuk dok atau singgah di daerah region tersebut.


el
ag

3. Pengusaha asing dan pengusaha daerah lain yang berada di daerah tersebut
//m

kurang dari 6 bulan.


s:

4. Anggota Korps Diplomat/Konsulat, yang ditempatkan di wilayah domestik


tp

daerah tersebut.
ht

5. Pekerja musiman yang bekerja di wilayah domestik, yang bekerja sebagai


pekerja musiman saja.

6. Pegawai Badan Internasional/Nasional yang bukan penduduk daerah tersebut


yang melakukan misi kurang dari 6 bulan.

Orang-orang tersebut diatas dianggap sebagai penduduk dari negara atau


daerah di mana dia biasanya bertempat tinggal.

2.2.4. Penduduk Pertengahan Tahun

Penduduk pertengahan tahun yaitu jumlah penduduk pada akhir bulan Juni
tahun yang bersangkutan atau jumlah penduduk awal tahun ditambah penduduk
akhir tahun dibagi dua. Dalam menghitung PDRB perkapita maupun pendapatan
perkapita, pembagi dari produk domestik atau produk regional adalah jumlah

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 13


penduduk pada pertengahan tahun, hal ini dilakukan sebab untuk menghindari
kejadian vital (lahir, mati, datang dan pergi) yang fluktuatif tidak menentu
sepanjang tahun, maka kita memakai penduduk pertengahan tahun dengan maksud
agar jumlah penduduk tersebut betul-betul mencerminkan keadaan tahun
tersebut. Selain itu karena PDRB dihitung dari bulan Januari sampai dengan bulan
Desember tahun yang bersangkutan.

2.3.Agregat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku
(adhb)

id
o.
2.3.1.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adhb

g
s.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adhb adalah jumlah nilai tambah

p
bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu
b .b
wilayah (region). Yang dimaksud dengan Nilai Tambah yaitu merupakan nilai yang
ka
ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses
ng

produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa
a
el

atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.


ag

Nilai Tambah Bruto (NTB) didapat dari Nilai Produksi (Output) dikurangi
//m

dengan Biaya Antara (BA). Dengan formulasi sebagai berikut :


s:
tp
ht

NTB = Nilai Produksi (Output) - Biaya Antara

a) Komponen-komponen Nilai Tambah Bruto (NTB) antara lain :

1. Faktor pendapatan, terdiri dari :

- Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai.

- Bunga modal sebagai balas jasa modal.

- Sewa tanah sebagai balas jasa tanah.

- Keuntungan sebagai balas jasa kewirausahaan

2. Penyusutan barang modal tetap.

3. Pajak tidak langsung netto.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 14


b) Nilai Produksi (Output) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu
periode waktu tertentu. Barang dan jasa yang dihasilkan meliputi :

1. Produksi utama

2. Produksi ikutan, maupun

3. Produksi sampingan

c) Biaya Antara (BA) adalah jenis biaya yang terdiri dari barang/jasa yang tidak
tahan lama yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan barang tidak
tahan lama adalah barang yang mempunyai suatu perkiraan umur penggunaan

id
kurang dari 1 tahun.

g o.
Contoh :

p s.
- Bahan baku dan penolong untuk menghasilkan output.
-
.b
Peralatan dan perlengkapan kerja karyawan.
b
ka
- Pengeluaran jasa kesehatan, obat-obatan dan rekreasi.
ng

- Perbaikan kecil dan penggantian suku cadang yang aus.


a

- Iklan, riset pemasaran, dan hubungan masyarakat.


el

- Biaya administrasi.
ag
//m

2.3.2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) adhb


s:
tp

Perbedaan antara konsep netto ini dan konsep bruto diatas, ialah karena
ht

konsep bruto masih ada penyusutan didalamnya, sedangkan untuk nettonya


penyusutan harus dikeluarkan. Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai atas
susutnya (ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang modal tersebut
ikut serta dalam proses produksi. Formulasinya sebagai berikut :

PDRN adhb = PDRB adhb - Penyusutan

2.3.3. PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (PDRN adbf)

PDRN Atas Dasar Biaya Faktor (PDRN adbf) adalah PDRN adhb dikurangi pajak
tidak langsung netto. Pajak tidak langsung berupa pajak penjualan, bea

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 15


ekspor/impor, cukai dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak
perorangan.

Biasanya pemerintah memberikan subsidi kepada unit-unti produksi, yang


akhirnya mengakibatkan penurunan harga (contoh subsidi pupuk, BBM, obat dan
lain-lain). Karena ada subsidi tersebut maka pajak tidak langsung netto merupakan
pajak tidak langsung dikurangi subsidi tersebut.

PDRN adbf sebenarnya merupakan jumlah balas jasa faktor-faktor produksi


yang ikut serta dalam proses produksi di suatu region (daerah/wilayah). Jadi PDRN
adbf merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa :

id
o.
- Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai,

g
- Bunga modal sebagai balas jasa modal,

p s.
- Sewa tanah sebagai balas jasa tanah, dan
-
.b
Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan.
b
ka
Namun demikian pendapatan yang dihasilkan tersebut diatas, tidak
ng

seluruhnya menjadi milik/pendapatan penduduk region tersebut, sebab ada


a
el

pendapatan yang diterima oleh penduduk region lain atas kepemilikan faktor
ag

produksi di region tersebut.


//m
s:

2.3.4. Pendapatan Regional


tp

Pendapatan regional netto adalah PDRN adbf dikurangi dengan pendapatan


ht

yang mengalir keluar region dan ditambah dengan pendapatan yang masuk dari
region lain (nett export). Dengan kata lain bahwa produk regional netto
(pendapatan regional) adalah jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh
seluruh penduduk yang tinggal di region/wilayah/daerah di mana dia berdomisili.

2.3.5. Pendapatan Perkapita (Income per Capita)

Bila pendapatan-pendapatan di atas dibagi dengan jumlah penduduk


pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut, maka akan diperoleh suatu
pendapatan perkapita, di antaranya sebagai berikut :

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 16


PDRB adhb
a. PDRB adhb perkapita = –––––––––––––––––––––––––––––
Jumlah penduduk pertengahan tahun

PDRB adhk
b. PDRB adhk perkapita = –––––––––––––––––––––––––––––
Jumlah penduduk pertengahan tahun

Pendapatan regional
c. Income perkapita = –––––––––––––––––––––––––––––
Jumlah penduduk pertengahan tahun

id
g o.
s.
2.4. Agregat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan

p
(adhk)
b .b
ka
Perkembangan PDRB adhk dari tahun ke tahun menggambarkan
ng

perkembangan yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi


a

barang dan jasa yang dihasilkan serta perubahan tingkat harganya. Sedangkan
el

untuk dapat mengukur perubahan volume produk atau perkembangan


ag

produktifitas secara nyata, faktor pengaruh perubahan harga perlu dihilangkan


//m

yaitu dengan cara menghitung PDRB atas dasar harga konstan.


s:
tp

Penghitungan atas dasar harga konstan ini, hasilnya dapat dipergunakan


ht

untuk perencanaan ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi


secara keseluruhan maupun sektoral. Dalam penghitungan atas dasar harga
konstan ini, selalu berkaitan dengan harga-harga pada tahun dasar. Sebab harga-
harga pada tahun dasar tersebut digunakan untuk menentukan angka indeks dasar
yang besarnya sama dengan 100 persen, dan difungsikan sebagai pembanding
harga-harga pada tahun-tahun tertentu yang akan diselidiki.

2.4.1. Penghitungan Atas Dasar Harga Konstan

Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat juga mencerminkan
kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang di nilai atas dasar harga pada
tahun dasar. Dari segi metode statistik, suatu nilai atas dasar harga konstan dapat
diperoleh dengan beberapa cara, sedangkan pemakaiannya sangat tergantung dari
data yang tersedia di masing-masing sektor/sub sektornya. Cara yang lazim
digunakan antara lain:

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 17


a. Revaluasi

Revaluasi diartikan menilai kembali produksi (kuantum) tahun berjalan


dikalikan dengan harga tahun dasar, akan menghasilkan nilai produksi atas
dasar harga konstan.

Nilai Produksi adhk = Qny  P0

dengan:
Qny = Jumlah kuantum komoditi y pada tahun berjalan (tn).

id
P0 = Harga komoditi y pada tahun dasar (to)

g o.
s.
b. Ekstrapolasi

p
.b
Yang perlu diperhatikan dengan cara ini ialah penentuan ekstrapolator-nya.
b
ka
Ekstrapolator yang paling baik adalah kuantum/jumlah produksi dari masing-
ng

masing sektor atau subsektor. Sedangkan nilai tambah adhk yang dihitung
a

dengan ekstrapolasi diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun
el

dasar dengan indeks kuantum dibagi 100. Indeks kuantum yang dipakai adalah
ag

Indeks Laspayers, dengan formulasi sebagai berikut :


//m
s:

Qn xP0
Indeks KuantumLaspayers 
tp

Q0 xP0
ht

Nilai tambah bruto tahun berjalan (tn) adhk dapat dihitung sebagai berikut:

Indeks Kuantum ny
NTB adhk  NTB x
y
0
y

100

dengan:

NTB adhk y = Nilai Tambah Bruto komoditi y pada tahun berjalan (tn).
NTB0y = Nilai Tambah Bruto komoditi y pada tahun dasar (t0).

Indeks Kuantumny =Indeks kuantum Laspayers y pada


tahun berjalan (tn).
Qn = Jumlah / kuantum pada tahun berjalan (tn).
Q0 = Jumlah / kuantum pada tahun berjalan (t0).
P0 = Harga pada tahun dasar.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 18


c. Deflasi

NTB adhk yang diperoleh dengan cara ini ialah dengan mendeflate NTB adhb
dengan indeks harga dari barang yang bersangkutan.

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan mendeflate adalah membagi nilai
tambah adhb dengan indeks harga dari masing-masing sektor atau subsektor.
Sehingga NTB adhk tahun berjalan komoditi y adalah :

NTB adhbny
NTB adhk 
y
x100
Indeks H arg a ny

id
dengan :

g o.
NTB adhk y = Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga konstan komoditi y pada

p s.
tahun berjalan (tn).
NTB adhbny b .b
= Nilai Tambah Bruto Atas dasar harga berlaku komoditi y pada
ka
tahun berjalan (tn).
ng

Indeks H arg any = Indeks Harga komoditi y pada tahun berjalan (tn).
a
el
ag

d. Deflasi berganda
//m

Disebut ganda karena dilakukan deflasi dua kali, yakni :


s:
tp

1. Membagi nilai produksi atas dasar harga berlaku dengan indeks harga
ht

produksi.

2. Membagi biaya antara atas dasar harga berlaku dengan indeks harga biaya
antara.

Selisih antara nomor 1 dan 2 diatas merupakan nilai tambah bruto atas dasar
harga konstan.

Bila diformulasikan akan terbentuk sebagai berikut:

 Qny xPny   Qny xPny 


NTB adhk  
y
   x100
n y   Indeks H arg a py 
 Indeks H arg a n   n 

atau :

NTB adhkny  NP0y  BA0y

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 19


dengan :
NTB adhkny = Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan komoditi y pada

tahun berjalan (tn)


NP0y = Nilai produksi atas dasar harga konstan komoditi y

BA0y = Nilai biaya antara atas dasar harga konstan komoditi y

id
g o.
p s.
b .b
ka
a ng
el
ag
//m
s:
tp
ht

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 20


ht
tp
s:
//m
ag
el
an
gk
ab
.b
ps
.g
o.
id
BAB III
METODE PENGHITUNGAN PDRB

PDRB dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode
tidak langsung. Yang dimaksud dengan metode langsung adalah metode penghitungan
dengan menggunakan data yang bersumber dari daerah atau ada sumber datanya.
Metode ini menggunakan 3 macam pendekatan yaitu :

1. Pendekatan produksi (Production approach).

id
2. Pendekatan pendapatan (Income approach).

g o.
3. Pendekatan pengeluaran (Expenditure approach).

p s.
Sedangkan metode tidak langsung adalah metode penghitungan dengan cara

.b
alokasi yaitu mengalokasikan PDRB provinsi untuk kabupaten atau PDRB kabupaten
b
ka
untuk kecamatan (dengan melihat beberapa variabel yang cocok untuk menghitung
ng

alokasi, contoh : jumlah penduduk, luas lahan, mata pencaharian, dan lain-lain).
a

Penghitungan metode tidak langsung biasanya hanya ada satu metode yaitu metode
el
ag

alokasi (allocation approach).


//m

3.1. Pendekatan Produksi


s:

Pendekatan dari segi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan
tp

jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya
ht

antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor.

Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang
dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang
ditambahkan ini sama dengan nilai balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam
proses produksi.

Barang dan jasa yang diproduksi dengan harga produsen, yaitu yang belum
termasuk biaya transport dan keuntungan pemasaran. Penggunaan harga produsen ini
bertujuan untuk mengetahui nilai tambah yang benar-benar diterima oleh produsen
sedang biaya transport akan dihitung sebagai nilai tambah pada sektor transportasi dan
keuntungan pemasaran akan dihitung pada sektor perdagangan. Nilai barang dan jasa
pada harga produsen ini merupakan nilai produksi bruto, sebab masih terdapat biaya
untuk memproduksi barang dan jasa yang dibeli dari sektor lain.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 22


Nilai tambah bruto (NTB) adalah merupakan produk dari proses produksi, yang
terdiri dari komponen-komponen di antaranya :

1. Faktor pendapatan, terdiri dari :

- Upah dan gaji sebagai balas jasa pegawai.

- Bunga modal sebagai balas jasa modal.

- Sewa tanah sebagai balas jasa tanah.

- Keuntungan sebagai balas jasa kewirausahaan.

2. Penyusutan barang modal tetap.

id
o.
3. Pajak tidak langsung netto.

g
s.
Sedangkan jika penyusutan dikeluarkan dari NTB maka akan diperoleh nilai

p
.b
tambah netto. Formulasi nilai tambah bruto dengan pendekatan produksi adalah:
b
ka
ng

Nilai Tambah Bruto (NTB) = Nilai produksi bruto - Biaya antara


a
el

Pendekatan ini banyak digunakan pada produksi yang berbentuk barang, seperti sektor
ag

pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan dan lain-lain.


//m

3.2. Pendekatan Pendapatan


s:

Dalam pendekatan dari segi pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan
tp
ht

ekonomi dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi, yaitu:
- Upah dan gaji
- Surplus usaha
- Penyusutan
- Pajak tak langsung netto

Untuk pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari keuntungan,


surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk surplus usaha disini adalah bunga,
sewa tanah dan keuntungan.

Hasil penjumlahan seluruh balas jasa faktor produksi tersebut akan diperoleh
nilai tambah netto atas biaya faktor produksi. Sedangkan untuk memperoleh produk
domestik regional bruto atas dasar harga pasar harus ditambah dengan nilai penyusutan
dan pajak tak langsung netto. Metode ini banyak dipakai pada sektor pemerintahan,
bank/lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 23


3.3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari
barang dan jasa yang diproduksi dalam wilayah kabupaten/kota. Jadi produk domestik
regional dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang
berbentuk produk domestik regional tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran
dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut :
1. Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus barang, metode
penjualan eceran dan metode penilaian eceran.

id
2. Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan survei pendapatan

o.
dan pengeluaran rumah tangga, metode anggaran rumah tangga, metode balance

g
sheet dan metode statistik perdagangan luar daerah/luar negeri.

p s.
Pada prinsipnya kedua cara ini dimaksudkan untuk memperkirakan komponen-
komponen permintaan akhir seperti :
b .b
ka
- Konsumsi rumah tangga
ng

- Konsumsi pemerintahan
a
el

- Konsumsi lembaga swasta non profit


ag

- Perubahan stok
//m

- Pembentukan modal bruto


- Perdagangan antar wilayah (termasuk eskpor dan impor).
s:
tp

Dengan menghitung komponen-komponen ini kemudian menjumlahkannya akan


ht

diperoleh produk domestik regional bruto atas dasar harga berlaku/pasar.

3.4. Metode Alokasi

Metode alokasi adalah menghitung PDRB tingkat provinsi atau tingkat kabupaten
dengan cara mengalokir angka PDRB dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat di
bawahnya, dengan menggunakan alokator tertentu. Alokator yang dapat dipergunakan
dapat didasarkan atas :
1. Nilai produksi bruto dan netto.
2. Jumlah produksi fisik.
3. Jumlah tenaga kerja.
4. Penduduk (bisa total maupun secara spesifik), dan
5. Alokator lain yang dianggap cocok untuk masing-masing daerah.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 24


Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari alokator tersebut dapat
diperhitungkan persentase bagian masing-masing daerah yang mendapat alokasi
terhadap nilai tambah setiap kategori atau subkategori.

Metode alokasi dipakai jika dari ketiga metode sebelumnya sudah tidak mungkin
diterapkan. Suatu contoh bila suatu unit produksi yang mempunyai kantor pusat dan
kantor cabang. Kantor pusat berlokasi di daerah lain, sedangkan kantor cabang ini tidak
dapat mengetahui nilai tambah yang diperolehnya, oleh karena perhitungan neraca
rugi/laba dilakukan oleh kantor pusat. Untuk mengatasi hal semacam itu,
penghitungan nilai tambahnya terpaksa dilakukan dengan alokasi menggunakan

id
indikator-indikator yang dapat menunjukkan peranan suatu cabang terhadap kantor

o.
pusat.

g
s.
Dari keempat pengertian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa jumlah

p
.b
pengeluaran dari berbagai kepentingan akan sama dengan produk akhir dari barang
b
dan jasa yang dihasilkan oleh produsen dan juga akan sama dengan jumlah pendapatan
ka

yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang terlibat. Selanjutnya produk domestik
ng

regional bruto seperti yang dimaksudkan di atas disebut produk domestik regional
a
el

bruto atas dasar harga pasar (PDRB adhp).


ag
//m
s:
tp
ht

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 25


ht
tp
s:
//m
ag
el
an
gk
ab
.b
ps
.g
o.
id
BAB IV
ULASAN EKONOMI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

4.1. PDRB Kabupaten Magelang


Selama tahun 2011-2015, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan, nilai PDRB Kabupaten Magelang menunjukkan tren yang terus
meningkat. Pada tahun 2015, PDRB Kabupaten Magelang atas dasar harga berlaku
(adhb) telah mencapai 24,12 trilyun rupiah, naik sebesar 49,08 persen dari tahun
2011 (16,18 trilyun rupiah). Atas dasar harga konstan (adhk), PDRB Kabupaten

id
Magelang tahun 2015 mencapai 18,81 trilyun rupiah, mengalami kenaikan sebesar

o.
22,73 persen dari tahun 2011 (15,32 trilyun rupiah). Perkembangan PDRB

g
s.
Kabupaten Magelang selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1.

p
b .b
ka
24.12
25.00
21.83
ng

19.60 18.81
20.00
a

17.74 17.02 17.85


el

16.18 16.07
15.32
TRILYUN RUPIAH

ag

15.00
//m

10.00
s:
tp

5.00
ht

0.00
2011 2012 2013 2014 2015

ADHB ADHK

Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2016


Gambar 4.1. PDRB Kabupaten Magelang, 2011-2015 (Trilyun Rupiah)

4.2.Struktur Ekonomi

Struktur perekonomian Kabupaten Magelang selama lima tahun terakhir


secara perlahan mulai bergeser dari kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
ke kategori ekonomi lainnya. Hal ini terlihat dari penurunan peranan sektor
tersebut setiap tahunnya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Magelang. Meskipun
selalu berada pada posisi teratas, dengan andil rata-rata di atas 20 persen namun
persentase kategori Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan cenderung menurun

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 27


setiap tahunnya. Sumbangan terbesar kedua berasal dari kategori Industri
Pengolahan, yang selanjutnya diikuti kategori Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, serta kategori Konstruksi. Untuk lebih
lengkapnya peranan PDRB Kabupaten Magelang selama 5 (lima) tahun terakhir
dapat dilihat pada di Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Peranan PDRB Kabupaten Magelang Menurut Kategori,


2011─2015 (persen)
Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

id
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 25.45 24.11 23.97 23.15 23.16

o.
B Pertambangan dan Penggalian 3.97 3.90 3.87 4.24 4.56

g
C Industri Pengolahan 19.89 20.78 21.24 21.85 21.84

s.
D Pengadaan Listrik dan Gas 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05

p
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 0.11 0.10 0.10 0.09 0.08

F
Daur Ulang
Konstruksi 8.97
b .b
9.30 9.21 9.31 9.29
ka
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 15.08 14.57 14.25 13.66 13.44
ng

dan Sepeda Motor


H Transportasi dan Pergudangan 3.24 3.21 3.20 3.34 3.40
a
el

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.85 3.95 3.96 4.04 4.07
ag

J Informasi dan Komunikasi 3.48 3.41 3.26 3.23 3.14


K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.57 2.65 2.62 2.59 2.67
//m

L Real Estate 1.93 1.84 1.82 1.84 1.85


s:

M,N Jasa Perusahaan 0.21 0.21 0.22 0.22 0.23


tp

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 3.90 3.96 3.85 3.69 3.66


Jaminan Sosial Wajib
ht

P Jasa Pendidikan 4.49 5.28 5.66 5.85 5.78


Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.67 0.72 0.74 0.77 0.78
R,S,T,U Jasa lainnya 2.13 1.96 2.00 2.08 2.01

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara


Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2016

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 tampak bahwa pada tahun 2015,
kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan masih mendominasi struktur
perekonomian di Kabupaten Magelang dengan andil sebesar 23,16 persen. Meskipun
sempat mengalami penurunan pada tahun 2014, namun pada 2015 peranan sektor
ini kembali mengalami peningkatan. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi
adanya percepatan pertumbuhan sektor usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
di Kabupaten Magelang selama 2015.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 28


25.00 23.16
21.84

20.00

15.00 13.44
PERSEN

9.29
10.00
5.78
4.56
5.00 3.40 4.07 3.14 3.66
2.67 2.01
1.85

id
0.23 0.78
0.050.08
0.00

g o.
p s.
KATEGORI

Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2016


b .b
ka

Gambar 4.2. Peranan PDRB Kabupaten Magelang Menurut Kategori,


ng

2015 (Persen)
a
el

Kategori selanjutnya yang menempati posisi kedua dan ketiga adalah


ag

Industri Pengolahan mencapai 21,84 persen dan kategori Perdagangan Besar dan
//m

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 13,44 persen. Selain kategori
s:

tersebut andil terhadap struktur perekonomian Kabupaten Magelang di bawah 10


tp
ht

persen.

4.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang

Selama lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional


mencapai 5,51 persen, Jawa Tengah 5,29 persen, dan Kabupaten Magelang 5,54
persen. Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5,54 persen, dapat
disimpulkan bahwa selama kurun waktu 2011-2015, pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Magelang berada pada level di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi
nasional dan Jawa Tengah. Gambar 4.3 berikut memberi gambaran lebih jelas
mengenai perbandingan pertumbuhan ekonomi Nasional, Jawa Tengah, dan
Kabupaten Magelang periode 2011 hingga 2015.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 29


8

7
6.68
6 5.91
5.35
5 4.88 4.88

3 6.17 6.03
5.3 5.34 5.56 5.44
5.11 5.02 5.28 4.79
2

id
1

o.
0

g
2011 2012 2013 2014 2015

s.
p
Nasional Jawa Tengah Kabupaten Magelang

Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2016


b .b
ka

Gambar 4.3. Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Jawa Tengah dan


ng

Kabupaten Magelang, 2011-2015 (Persen)


a
el
ag

Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan PDRB Kabupaten


//m

Magelang tahun 2015 mencapai 5,35 persen, lebih cepat dibandingkan tahun 2014
dengan pertumbuhan sebesar 4,88 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai
s:
tp

oleh kategori Jasa Perusahaan sebesar 9,74 persen, diikuti kategori Informasi dan
ht

Komunikasi sebesar 9,45 persen. Laju pertumbuhan tertinggi ketiga adalah


kategori Jasa Keuangan dan Asuransi dengan capaian sebesar 8,82 persen. Adapun
kategori Transportasi dan Pergudangan mampu tumbuh sebesar 8,54 persen,
sedangkan Real Estate 7,35 persen, dan Jasa Pendidikan 7,10 persen. Sementara
itu, kategori yang lain mengalami pertumbuhan di bawah 7 persen.

Kondisi berbeda justru ditunjukkan oleh Kategori Pengadaan Listrik dan Gas.
Kategori ini merupakan satu-satunya kategori yang mengalami kontraksi sebesar
2,60 persen. Kontraksi pada kategori yang sama juga terjadi di tingkat Jawa Tengah
dengan besaran lebih tinggi, yaitu 3,34 persen. Gambaran lebih jelas terkait
perkembangan laju pertumbuhan ekonomi selama 2011-2015 disajikan pada Tabel
4.2.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 30


Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Magelang Menurut Kategori,
2011─2015 (Persen)
Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7.34 -1.46 1.89 -0.38 4.73


B Pertambangan dan Penggalian 7.92 7.39 5.90 3.79 2.43
C Industri Pengolahan 7.39 8.57 10.93 7.75 4.50
D Pengadaan Listrik dan Gas 6.32 11.14 7.65 3.32 -2.60
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 2.23 0.27 -0.29 1.81 1.33
Daur Ulang
F Konstruksi 2.95 9.37 5.42 5.08 5.93
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 5.93 2.81 4.13 3.52 4.33
dan Sepeda Motor

id
H Transportasi dan Pergudangan 4.00 8.42 8.56 8.55 8.54

o.
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.47 7.63 5.40 7.50 6.60

g
J Informasi dan Komunikasi 8.75 10.56 7.95 13.04 9.45

s.
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2.77 4.10 4.39 4.99 8.82

p
L Real Estate 5.37 4.01 7.70 7.18 7.35
M,N
O
Jasa Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
b 9.44
1.35 .b 7.03
0.77
12.06
2.73
8.36
0.67
9.74
5.28
ka
Jaminan Sosial Wajib
ng

P Jasa Pendidikan 22.84 17.82 9.41 10.17 7.10


Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10.45 10.46 7.10 11.78 6.92
a

R,S,T,U Jasa lainnya


el

2.30 0.33 9.22 8.51 3.29


ag

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 6.68 4.88 5.91 4.88 5.35


//m

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara


Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2016
s:
tp
ht

12.00

9.45 9.74
10.00 8.82
8.54
PERTUMBUHAN (PERSEN)

8.00 7.35 7.10 6.92


6.60
5.93
6.00 5.28
4.73 4.50 4.33
4.00 3.29
2.43
2.00 1.33

0.00

-2.00
-2.60
-4.00
KATEGORI

Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2016


Gambar 4.4. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Magelang Menurut Kategori,
2015 (Persen)

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 31


4.4. PDRB PERKAPITA

Salah satu alat untuk mengukur atau menilai tingkat kesejahteraan


penduduk suatu daerah adalah besarnya nilai pendapatan perkapita. Dalam hal ini
dilakukan pendekatan melalui penghitungan PDRB perkapita. PDRB perkapita atas
dasar harga berlaku (adhb) menunjukkan nilai PDRB per satu orang penduduk.

Selama periode 2011-2015 perkembangan PDRB perkapita adhb maupun


adhk menunjukkan peningkatan cukup signifikan. PDRB perkapita Kabupaten
Magelang tahun 2015 mencapai 19,37 juta rupiah, naik 43,26 persen dari tahun

id
2011 yang hanya 13,52 juta rupiah.

g o.
s.
25.00

p
.b
19.37
20.00 b 17.69
16.05
ka
14.55
15.00 13.52
ng

14.47 15.10
13.93
a

12.80 13.18
10.00
el
ag

5.00
//m
s:

0.00
tp

2011 2012 2013 2014 2015


ht

PDRB ADHB perkapita PDRB ADHK2010 perkapita

Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2016

Gambar 4.5. PDRB Perkapita Kabupaten Magelang, 2011-2015 (Juta Rupiah)

4.5. Indeks Implisit PDRB

Dari angka-angka indeks implisit PDRB dapat diketahui besarnya perubahan


indeks harga dari waktu ke waktu. Tabel 4.3 memperlihatkan perbandingan tingkat
perubahan indeks implisit dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2015, perubahan
indeks implisit tertinggi terjadi pada kategori pertambangan dan penggalian
sebesar 46,47 persen dan kategori jasa pendidikan menempati urutan kedua yaitu
sebesar 44,18 persen. Sedangkan kategori Informasi dan Komunikasi perubahan
indeks implisitnya menunjukkan angka negatif, yaitu sebesar 8,44 persen.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 32


Tabel 4.3. Perubahan Indeks Implisit PDRB Kabupaten Magelang, 2011─2015 (Persen)

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Pertanian, Kehutanan, dan


A 6.02 11.74 20.46 30.06 37.32
Perikanan
B Pertambangan dan Penggalian 3.46 3.74 7.32 26.28 46.47
C Industri Pengolahan 9.49 15.54 17.63 25.06 32.20
D Pengadaan Listrik dan Gas 0.62 -0.16 -5.29 -5.02 0.29
Pengadaan Air, Pengelolaan

id
E 1.11 0.93 4.22 6.08 9.84
Sampah, Limbah dan Daur Ulang

o.
F Konstruksi 3.94 8.04 12.15 20.16 25.08

g
Perdagangan Besar dan Eceran;

s.
G 4.50 7.61 11.70 15.17 20.05
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

p
Transportasi dan Pergudangan

.b
H -0.34 -0.18 1.37 8.56 12.47

I
Penyediaan Akomodasi dan Makan b
4.39 8.84 14.63 21.10 26.31
ka
Minum
J Informasi dan Komunikasi 0.71 -2.19 -4.39 -6.69 -8.44
ng

K Jasa Keuangan dan Asuransi 3.70 12.65 18.09 23.54 29.45


a

L Real Estate 0.66 1.53 2.63 7.90 11.69


el

Jasa Perusahaan
ag

M,N 3.96 6.33 11.42 15.37 21.43


Administrasi Pemerintahan,
//m

O Pertahanan dan Jaminan Sosial 1.24 11.78 17.11 24.06 29.07


Wajib
s:

P Jasa Pendidikan 14.48 25.09 35.39 41.54 44.18


tp

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.44 12.94 18.79 23.72 29.22
ht

R,S,T,U Jasa lainnya 3.12 3.77 7.28 14.50 18.35


PRODUK DOMESTIK REGIONAL
5.59 10.37 15.17 22.27 28.26
BRUTO
*) Angka sementara **) Angka sangat sementara
Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2016

4.6. Inflasi

Kondisi perekonomian makro suatu daerah dapat bergerak secara dinamis atau
stagnan. Kondisi tersebut dapat terlihat secara umum dari besaran inflasi atau deflasi.
Secara singkat, inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga secara umum yang terjadi
terus menerus (persisten) dalam periode tertentu. Oleh karena itu, jika terjadi inflasi
tinggi akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen, yakni turunnya tingkat daya
beli masyarakat sebab nilai uang yang dibelanjakan turun.

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 33


Namun sebaliknya, jika tidak ada inflasi bahkan terjadi deflasi, hal ini juga tidak
menguntungkan bagi perkembangan ekonomi. Deflasi yang terus menerus akan
menyebabkan terjadinya stagnasi ekonomi dan akibat selanjutnya akan menimbulkan
resesi ekonomi.

Inflasi selain dihitung dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menggunakan
sampel lebih kurang 322 komoditi bisa dihitung dengan memakai indeks implisit PDRB.
Dari kedua metode tersebut hasilnya tidak akan sama, sebab komoditi yang diamati
jumlahnya berbeda serta metodologinya juga berlainan. Untuk penghitungan inflasi
dengan metode implisit dari PDRB dapat diformulasikan sebagai berikut :

id
o.
Membagi indeks implisit tahun (t) dengan indeks implisit tahun (t-1) dikurangi

g
satu dikalikan seratus persen

ps.
Dari hasil pengolahan didapatkan, pada tahun 2015 inflasi mengalami penurunan
b .b
secara signifikan, yaitu sebesar 4,90 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang
ka
mencapai 6,16 persen. Besaran angka inflasi tersebut masih jauh lebih rendah jika
ng

dibandingkan dengan laju PDRB perkapita tahun 2015 yang mencapai 9,46 persen.
a
el

Secara makro, hal ini menjadi salah satu pertanda baik karena terjadi peningkatan
ag

pendapatan perkapita, meski kenyataannya tidak semua penduduk memperoleh


//m

peningkatan pendapatan jauh melebihi tingkat inflasi yang terjadi.


s:
tp

6.16
ht

5.59
4.90
4.53
4.34

2011 2012 2013 2014*) 2015**)

Sumber Data: BPS Kabupaten Magelang, 2016


* Angka sementara
** Angka sangat sementara

Gambar 4.6. Inflasi PDRB Kabupaten Magelang (Persen), 2011-2015

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 34


ht
tp
s:
//m
ag
el
an
gka
b.b
ps.
go
. id
BAB V
PENUTUP

Sebagai penutup dari publikasi ini disampaikan beberapa kesimpulan sebagai


berikut :
1. Potensi utama dari perekonomian Kabupaten Magelang pada tahun 2015
didominasi oleh kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar 23,16
persen (5,59 trilyun rupiah).
2. Hasil dari program pembangunan yang telah dilaksanakan pada tahun 2015

id
memberikan nilai tambah dengan mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,35

o.
persen.

g
s.
3. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun, nilai PDRB Kabupaten Magelang atas dasar

p
.b
harga berlaku pada tahun 2015 mencapai 24,12 trilyun rupiah, naik sebesar 49,08
b
persen dari tahun 2011 (16,18 trilyun rupiah), sedangkan menurut harga konstan
ka

PDRB Kabupaten Magelang tahun 2015 mencapai 18,81 trilyun rupiah atau naik
ng

sebesar 22,17 persen dari tahun 2011 (15,32 trilyun rupiah).


a
el
ag
//m
s:
tp
ht

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 36


ht
tp
s:
//m
ag
el
an
gk
ab
.b
ps
.g
o.
id
Tabel 1. PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta
Rupiah) Kabupaten Magelang, 2011-2015

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 118 251,29 4 277 173,90 4 698 034,20 5 052 901,94 5 587 203,01
B Pertambangan dan Penggalian 642 573,93 691 971,35 758 100,91 925 847,17 1 099 937,94
C Industri Pengolahan 3 217 930,99 3 686 575,76 4 163 188,04 4 769 450,11 5 268 367,17
D Pengadaan Listrik dan Gas 9 173,45 10 115,87 10 330,32 10 703,35 11 008,20
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 18 285,82 18 301,50 18 843,43 19 526,54 20 486,41

id
F Konstruksi 1 450 807,21 1 649 342,43 1 804 903,01 2 032 068,15 2 240 638,65

o.
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 2 440 408,48 2 583 636,29 2 792 601,00 2 980 680,48 3 241 551,80

g
dan Sepeda Motor

s.
H Transportasi dan Pergudangan 524 378,09 569 447,02 627 823,74 729 826,69 820 655,80

p
.b
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 623 634,68
b 699 813,16 776 872,17 882 266,29 980 915,89
J Informasi dan Komunikasi 563 407,16 604 945,62 638 366,22 704 277,86 756 340,66
ka

K Jasa Keuangan dan Asuransi 415 197,41 469 552,36 513 792,97 564 326,86 643 463,73
ng

L Real Estate 311 789,51 327 100,40 356 116,47 401 248,55 445 879,48
a

M,N Jasa Perusahaan 33 228,18 36 373,98 42 711,47 47 920,53 55 349,06


el
ag

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 630 943,25 701 962,43 755 467,87 805 661,91 882 405,73
P Jasa Pendidikan 727 240,90 936 246,14 1 108 648,02 1 276 872,56 1 393 111,48
//m

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 108 598,13 128 486,55 144 740,99 168 511,59 188 190,15
s:

R,S,T,U Jasa lainnya 344 117,06 347 447,37 392 304,03 454 345,82 485 043,21
tp
ht

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 16 179 965,52 17 738 492,11 19 602 844,86 21 826 436,40 24 120 548,37

Sumber Data: BPS Kabupaten Magelang, 2016

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 38


Tabel 2. PDRB Seri 2010 Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Kabupaten Magelang, 2011-2015

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3 884 447,22 3 827 627,05 3 900 103,18 3 885 150,06 4 068 746,78
B Pertambangan dan Penggalian 621 098,23 667 027,11 706 372,16 733 153,90 750 942,72
C Industri Pengolahan 2 938 921,62 3 190 670,17 3 539 293,89 3 813 630,56 3 985 246,34
D Pengadaan Listrik dan Gas 9 116,52 10 132,17 10 907,25 11 269,25 10 976,69
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 18 084,19 18 133,32 18 080,11 18 407,38 18 651,51
Daur Ulang

id
F Konstruksi 1 395 776,63 1 526 541,01 1 609 322,00 1 691 117,51 1 791 405,65

o.
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 2 335 347,69 2 400 862,00 2 500 051,09 2 588 142,41 2 700 160,87

g
dan Sepeda Motor

s.
H Transportasi dan Pergudangan 526 145,26 570 460,06 619 318,41 672 277,24 729 691,57

p
.b
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 597 416,29
b 643 002,72 677 721,12 728 538,27 776 587,13
J Informasi dan Komunikasi 559 444,05 618 502,09 667 692,39 754 787,91 826 095,58
ka
K Jasa Keuangan dan Asuransi 400 397,62 416 810,09 435 101,35 456 812,26 497 091,50
ng

L Real Estate 309 749,59 322 168,18 346 973,80 371 873,60 399 215,80
a

M,N Jasa Perusahaan 31 962,22 34 207,81 38 334,21 41 537,31 45 582,63


el

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 623 203,90 627 980,45 645 103,58 649 393,68 683 671,71
ag

Jaminan Sosial Wajib


//m

P Jasa Pendidikan 635 228,64 748 437,47 818 857,86 902 153,17 966 239,66
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 102 993,51 113 768,65 121 845,05 136 202,00 145 633,89
s:

R,S,T,U Jasa lainnya 333 706,31 334 812,21 365 678,16 396 800,80 409 849,41
tp
ht

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 15 323 039,48 16 071 142,55 17 020 755,61 17 851 247,33 18 805 789,44

Sumber Data: BPS Kabupaten Magelang, 2016

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 39


Tabel 3. Distribusi Persentase PDRB Seri 2010 Menurut Lapangan Usaha
Kabupaten Magelang, 2011-2015

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 25,45 24,11 23,97 23,15 23,16


B Pertambangan dan Penggalian 3,97 3,90 3,87 4,24 4,56
C Industri Pengolahan 19,89 20,78 21,24 21,85 21,84
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,06 0,05 0,05 0,05
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 0,11 0,10 0,10 0,09 0,08
Daur Ulang

id
F Konstruksi 8,97 9,30 9,21 9,31 9,29

o.
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 15,08 14,57 14,25 13,66 13,44

g
s.
dan Sepeda Motor

p
H Transportasi dan Pergudangan 3,24 3,21 3,20 3,34 3,40

.b
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,85 b 3,95 3,96 4,04 4,07
J Informasi dan Komunikasi 3,48 3,41 3,26 3,23 3,14
ka
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,57 2,65 2,62 2,59 2,67
ng

L Real Estate 1,93 1,84 1,82 1,84 1,85


a

M,N Jasa Perusahaan 0,21 0,21 0,22 0,22 0,23


el

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 3,90 3,96 3,85 3,69 3,66


ag

Jaminan Sosial Wajib


//m

P Jasa Pendidikan 4,49 5,28 5,66 5,85 5,78


Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,67 0,72 0,74 0,77 0,78
s:

R,S,T,U Jasa lainnya 2,13 1,96 2,00 2,08 2,01


tp
ht

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber Data: BPS Kabupaten Magelang, 2016

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 40


Tabel 4. Laju Pertumbuhan PDRB Seri 2010 Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Kabupaten Magelang, 2011-2015

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,34 -1,46 1,89 -0,38 4,73


B Pertambangan dan Penggalian 7,92 7,39 5,90 3,79 2,43
C Industri Pengolahan 7,39 8,57 10,93 7,75 4,50
D Pengadaan Listrik dan Gas 6,32 11,14 7,65 3,32 -2,60
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 2,23 0,27 -0,29 1,81 1,33
Daur Ulang

id
F Konstruksi 2,95 9,37 5,42 5,08 5,93

o.
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 5,93 2,81 4,13 3,52 4,33

g
dan Sepeda Motor

s.
H Transportasi dan Pergudangan 4,00 8,42 8,56 8,55 8,54

p
.b
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,47 7,63 5,40 7,50 6,60
J Informasi dan Komunikasi 8,75
b 10,56 7,95 13,04 9,45
ka
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,77 4,10 4,39 4,99 8,82
ng

L Real Estate 5,37 4,01 7,70 7,18 7,35


M,N Jasa Perusahaan 9,44 7,03 12,06 8,36 9,74
a
el

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 1,35 0,77 2,73 0,67 5,28


ag

Jaminan Sosial Wajib


//m

P Jasa Pendidikan 22,84 17,82 9,41 10,17 7,10


Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,45 10,46 7,10 11,78 6,92
s:

R,S,T,U Jasa lainnya 2,30 0,33 9,22 8,51 3,29


tp
ht

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 6,68 4,88 5,91 4,88 5,35

Sumber Data: BPS Kabupaten Magelang, 2016

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 41


Tabel 5. Indeks Implisit PDRB Seri 2010 Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Kabupaten Magelang, 2011-2015

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 106,02 111,74 120,46 130,06 137,32


B Pertambangan dan Penggalian 103,46 103,74 107,32 126,28 146,47
C Industri Pengolahan 109,49 115,54 117,63 125,06 132,20
D Pengadaan Listrik dan Gas 100,62 99,84 94,71 94,98 100,29
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 101,11 100,93 104,22 106,08 109,84
Daur Ulang

id
F Konstruksi 103,94 108,04 112,15 120,16 125,08

o.
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 104,50 107,61 111,70 115,17 120,05

g
dan Sepeda Motor

s.
H Transportasi dan Pergudangan 99,66 99,82 101,37 108,56 112,47

p
.b
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 104,39 108,84 114,63 121,10 126,31
J Informasi dan Komunikasi 100,71
b 97,81 95,61 93,31 91,56
ka
K Jasa Keuangan dan Asuransi 103,70 112,65 118,09 123,54 129,45
ng

L Real Estate 100,66 101,53 102,63 107,90 111,69


M,N Jasa Perusahaan 103,96 106,33 111,42 115,37 121,43
a
el

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 101,24 111,78 117,11 124,06 129,07


ag

Jaminan Sosial Wajib


P Jasa Pendidikan 114,48 125,09 135,39 141,54 144,18
//m

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 105,44 112,94 118,79 123,72 129,22
s:

R,S,T,U Jasa lainnya 103,12 103,77 107,28 114,50 118,35


tp
ht

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 105,59 110,37 115,17 122,27 128,26

Sumber Data: BPS Kabupaten Magelang, 2016

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 42


Tabel 6. Laju Implisit PDRB Seri 2010 Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Kabupaten Magelang, 2011-2015

Kategori Uraian 2011 2012 2013 2014*) 2015**)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,02 5,40 7,80 7,97 5,58


B Pertambangan dan Penggalian 3,46 0,27 3,45 17,67 15,99
C Industri Pengolahan 9,49 5,52 1,80 6,32 5,70
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,62 -0,78 -5,14 0,28 5,59
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 1,11 -0,19 3,26 1,78 3,54
Daur Ulang

id
F Konstruksi 3,94 3,95 3,80 7,14 4,09

o.
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 4,50 2,98 3,80 3,10 4,24

g
s.
dan Sepeda Motor

p
H Transportasi dan Pergudangan -0,34 0,16 1,55 7,09 3,60

.b
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,39 b 4,26 5,32 5,64 4,30
J Informasi dan Komunikasi 0,71 -2,88 -2,25 -2,41 -1,88
ka
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,70 8,64 4,82 4,62 4,78
ng

L Real Estate 0,66 0,87 1,09 5,13 3,51


M,N Jasa Perusahaan 3,96 2,28 4,78 3,54 5,25
a
el

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan 1,24 10,41 4,77 5,94 4,03


ag

Jaminan Sosial Wajib


P Jasa Pendidikan 14,48 9,27 8,23 4,54 1,87
//m

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,44 7,11 5,18 4,15 4,45
s:

R,S,T,U Jasa lainnya 3,12 0,63 3,38 6,73 3,36


tp

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 5,59 4,53 4,34 6,16 4,90


ht

Sumber Data: BPS Kabupaten Magelang, 2016

PDRB Kabupaten Magelang, 2011- 2015 43


ht
tp
s:
//m
ag
el
an
gk
ab
.b
ps.
go.
id

Anda mungkin juga menyukai