tp
://
su
m
ba
ba
ra
td
ay
ak
ab
.b
ps
.g
o.
id
INDIKATOR EKONOMI
SUMBA BARAT DAYA 2015/2016
……..
ISBN :
No. Publikasi / Publication Number : 53017.1627
Katalog BPS / BPS Catalogue : 9201001.5317
.id
Ukuran Buku / Book Size : 21,59 cm x 27,94 cm
go
Jumlah Halaman / Total Pages : 64 Halaman / Pages
s.
bp
Naskah / Manuscript :
Seksi Statistik Distribusi
.
Section of Distribution Statistics k ab
ya
-
ht
.id
go
s.
.bp
kab
aya
td
ra
ba
ba
um
//s
:
tp
ht
KATA PENGANTAR
Indikator Ekonomi Sumba Barat Daya merupakan publikasi yang rutin diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumba Barat guna memenuhi kebutuhan pengguna
data statistik.
Data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan rangkuman berbagai data dasar
yang bersumber dari sensus dan survei yang dilakukan oleh BPS serta data sekunder yang
diperoleh dari berbagai instansi.
Publikasi ini memuat berbagai data pokok dan ulasan singkat yang berkaitan dengan
.id
kondisi perekonomian Sumba Barat Daya. Data dan ulasan yang disajikan antara lain
go
mencakup keadaan penduduk dan tenaga kerja, pertumbuhan dan struktur ekonomi,
s.
bp
pendapatan penduduk, keadaan harga dan inflasi, serta perkembangan sektor-sektor ekonomi.
.
ab
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
k
penyusunan publiklasi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk
ya
Yohanis Zogara, SE
ht
iv
DAFTAR ISI
Halaman
.id
Bab II Kependudukan ..................................................................................................... 3
go
2.1. Penduduk .................................................................................................. 3
s.
bp
a. Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk ........................................ 3
.
ab
b. Penduduk Menurut Kelompok Umur ....................................................
k 5
6.1.Rata-Rata Harga Sembilan Bahan Pokok dan Bahan Strategis Lainnya ..... 24
v
Halaman
.id
7.5. Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang . 49
go
7.6. Kategori Konstruksi .................................................................................. 50
s.
bp
7.7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor .......... 50
.
k ab
7.8 Transportasi dan Pergudangan ................................................................... 52
ya
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Kepadatan, dan Laju Pertumbuhan Penduduk 4
Dirinci per Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2015 ...............................
Tabel 2.2 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sumba Barat Daya, 5
2015 .........................................................................................................................
Tabel 2.3 Rasio Beban Tanggungan Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Sumba 6
Barat Daya, 2012 – 2015 ..........................................................................................
Tabel 2.4 Rasio Beban Tanggungan Penduduk Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba 7
Tengah, Sumba Timur dan Provinsi NTT, 2015 ........................................................
Tabel 2.5 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan 9
.id
Seminggu yang Lalu di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2014 – 2015 ......................
go
Tabel 2.6 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja selama seminggu 10
s.
yang lalu menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten
bp
Sumba Barat Daya, 2015 ..........................................................................................
.
Tabel 3.1 PDRB atas dasar harga konstan 2010 dan harga berlaku Kabupaten Sumba Barat 12
ab
Daya, 2011 – 2015 ....................................................................................................
k
Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Sumba 13
ya
Tabel 3.3 Kontribusi PDRB Sumba Barat Daya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut 15
td
Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Kabupaten Sumba 19
ba
Tabel 5.1 Pengeluaran Rata-rata per kapita sebulan Menurut Jenis Pengeluaran di Kabupaten 20
um
Tabel 6.2 Indeks Harga Konsumen Kota Waikabubak menurut Kelompok, 2015 ................... 26
ht
Tabel 6.3 Laju Inflasi Kota Waikabubak tahun 2013 – 2015 ................................................... 27
Tabel 7.1 Kontribusi Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan terhadap PDRB Sumba 30
Barat Daya, 2013 – 2015 ..........................................................................................
Tabel 7.2 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi padi menurut jenis padi di Kabupaten 31
Sumba Barat Daya, 2015 ..........................................................................................
Tabel 7.3 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi padi sawah menurut kecamatan di 32
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2015 ...............................................................
Tabel 7.4 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi padi ladang menurut kecamatan di 33
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2015 ...............................................................
vii
Halaman
Tabel 7.5 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi jagung menurut kecamatan di Kabupaten 34
Sumba Barat Daya tahun 2015 .................................................................................
Tabel 7.6 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi ubi kayu menurut kecamatan di 36
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2015 ...............................................................
Tabel 7.7 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi ubi jalar menurut kecamatan di 37
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2015 ...............................................................
Tabel 7.8 Luas Panen, Rata-rata Produksi, dan Produksi Kacang Tanah di Sumba Barat 38
Daya, 2015 ...............................................................................................................
Tabel 7.9 Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Kacang Hijau di Sumba Barat Daya, 39
.id
2015 .........................................................................................................................
Tabel 7.10 Luas Panen, Rata-Rata Produksi Dan Produksi Kedelai Di Sumba Barat Daya, 40
go
2015 .........................................................................................................................
s.
Tabel 7.11 Luas areal dan produksi Tanaman Perkebunan di Sumba Barat Daya menurut Jenis 41
bp
Komoditi, 2015 ........................................................................................................
.
ab
Tabel 7.12 Populasi Ternak menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sumba Barat Daya (ekor), 42
2014 – 2015 ..............................................................................................................
k
ya
Tabel 7.13 Populasi Ternak Besar dan Kecil Dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Sumba 43
Barat Daya, 2015 ......................................................................................................
a
td
Tabel 7.14 Populasi Ternak/Unggas Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di Kabupaten 44
ra
Tabel 7.15 Produksi Perikanan, Jumlah Rumah Tangga Nelayan dan Alat Penangkap Ikan di 45
Kabupaten Sumba Barat Daya, 2014 .......................................................................
ba
Tabel 7.16 Produksi dan Luas Lahan Panen Hasil Hutan Menurut Komoditas di Kabupaten 45
um
Tabel 7.17 Nilai Tambah, Peranan dan Pertumbuhan Kategori Pertambangan dan Penggalian 46
di Sumba Barat Daya, 2011 – 2015 ...........................................................................
:
tp
Tabel 7.18 Nilai Tambah, Peranan dan Pertumbuhan Kategori Industri Pengolahan di Sumba 47
ht
viii
Halaman
Tabel 7.22 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 49
Limbah dan Daur Ulang di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2011 – 2015 ................
Tabel 7.23 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Konstruksi, 2011 – 2015 ........ 50
Tabel 7.24 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Perdagangan Besar dan Eceran; 51
Reparasi Mobil and Sepeda Motor, 2011 – 2015 .....................................................
Tabel 7.25 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Transportasi dan Pergudangan 53
di Sumba Barat Daya, 2011 – 2015..........................................................................
Tabel 7.26 Panjang Jalan di Sumba Barat Daya menurut Jenis Permukaan, 2015 ..................... 53
Tabel 7.27 Banyaknya Arus Kunjungan Kapal Laut menurut Jenis Pelayaran, Arus 54
Penumpang, dan Volume Bongkar Muat Barang pada Pelabuhan Waikelo, 2013 –
.id
2015 .........................................................................................................................
Tabel 7.28 Lalu Lintas Pesawat Udara, Penumpang dan Volume Bongkar Muat, 2013 – 2015 55
go
Tabel 7.29 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Penyediaan Akomodasi dan 56
s.
Makan Minum, 2011 – 2015 ....................................................................................
bp
Tabel 7.30 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Informasi dan Komunikasi, 57
.
ab
2011 – 2015 .............................................................................................................
k
Tabel 7.31 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi, 58
ya
Tabel 7.32 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Real Estat, 2011 – 2015.......... 59
td
Tabel 7.33 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa Perusahaan, 2011 – 2015 60
ra
Tabel 7.34 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Administrasi Pemerintahan, 61
ba
Tabel 7.35 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa Pendidikan, 2011 – 2015 62
um
Tabel 7.36 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan 63
Sosial, 2011 – 2015..................................................................................................
//s
Tabel 7.37 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa lainnya, 2011 – 2015....... 64
:
tp
ht
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT dan Nasional (dalam 14
persen), 2011 – 2015 ……………………………………………….……………..
Gambar 2 Perkembangan PDRB per Kapita Kabupaten Sumba Barat Daya (dalam juta 17
rupiah), 2011 – 2015…………………………………………………....…………
Gambar 3 Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Sumba 20
Barat Daya, 2010 – 2014
Gambar 4 Persentase pengeluaran rata-rata per kapita sebulan menurut jenis dan kelompok 22
pengeluaran di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2015...............................................
Gambar 5 Jumlah Pedagang di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2014 – 2015.......................... 52
.id
go
s.
. bp
k ab
a ya
td
ra
ba
ba
um
: //s
tp
ht
x
BAB I
PENDAHULUAN
Ruang Lingkup
Indikator Ekonomi Sumba Barat Daya tahun 2016 dimaksudkan sebagai publikasi yang
menyajikan gambaran umum tentang kondisi perekonomian di Sumba Barat Daya pada tahun
2015. Publikasi ini diterbitkan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Sumba Barat Daya.
.id
Masalah yang berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu wilayah pada dasarnya
go
relatif luas. Namun, dengan mempertimbangkan berbagai kondisi dan kendala yang ada,
s.
bp
maka data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih terbatas sesuai dengan
.
ab
ketersediaan data. Penyajian berbagai indikator dalam publikasi ini dibagi ke dalam enam
k
kelompok sebagai berikut:
ya
a. Kependudukan
a
td
b. Pendapatan Regional
ra
c. Kemiskinan
ba
dilengkapi dengan ulasan singkat. Di samping itu, dalam publikasi ini disajikan pula berbagai
ukuran statistik seperti rasio, persentase, pertumbuhan, dan ukuran statistik lain yang relevan,
dengan maksud untuk mempertajam penyajian berbagai data dasar.
Sumber Data
Data yang disajikan dalam publikasi ini pada dasarnya merupakan hasil pengumpulan
data yang secara langsung dilakukan oleh BPS dan dilengkapi dengan hasil pengumpulan
data yang dilakukan oleh berbagai instansi lain. Berbagai kegiatan survei dan sensus BPS
yang hasilnya disajikan dalam publikasi ini antara lain adalah Sensus Penduduk, Sensus
.id
Pembahasan dalam publikasi ini dilakukan secara umum dan terbatas pada hal-hal yang
go
berkaitan dengan perekonomian. Adapun pembahasan lebih jauh secara parsial dapat dilihat
s.
pada berbagai publikasi khusus seperti Statistik Penduduk, Statistik Pertanian, Statistik
bp
Industri, Statistik Harga-harga, Statistik Angkutan, Publikasi PDRB, Publikasi Susenas,
.
Distribusi Pendapatan, dan sebagainya.
k ab
ya
a
td
ra
ba
ba
um
://s
tp
ht
Kependudukan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan
bangsa karena sekaligus menjadi subyek dan obyek pembangunan. Garis-garis Besar Haluan
Negara menempatkan penduduk sebagai sumber daya utama dalam pembangunan. Penduduk
merupakan salah satu variabel yang penting dalam perekonomian. Peningkatan jumlah
penduduk suatu wilayah hendaknya diikuti dengan berbagai upaya untuk meningkatkan
.id
kesejahteraannya karena tanpa adanya upaya dimaksud maka meningkatnya jumlah
go
penduduk justru akan menjadi ancaman terhadap jalannya pembangunan. Sebaliknya jumlah
s.
penduduk yang besar dengan tingkat kesejahteraan yang terjamin akan merupakan modal dan
bp
potensi pembangunan. Bab ini akan membahas tentang penduduk dengan beberapa
.
ab
indikatornya, serta angkatan kerja dengan beberapa indikatornya yang berpengaruh dalam
k
ya
2.1. Penduduk
ra
ba
Potensi penduduk sebagai sumber daya manusia terdiri dari beberapa variabel seperti
ba
jumlah penduduk, laju pertumbuhan, kepadatan, komposisi menurut kelompok umur, rasio
um
beban tanggungan, ketenagakerjaan serta beberapa variabel kependudukan yang lain. Berikut
//s
Tingginya laju pertumbuhan penduduk merupakan masalah yang masih dihadapi oleh
daerah yang baru berkembang seperti Sumba Barat Daya. Ada tiga faktor yang
mempengaruhi perkembangan jumlah penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan
penduduk (migrasi). Pertumbuhan penduduk di Sumba Barat Daya maupun Nusa Tenggara
Timur pada awalnya lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian.
Namun, dalam perkembangannya faktor perpindahan penduduk (migrasi) tampaknya mulai
berpengaruh signigfikan terhadap pertumbuhan penduduk wilayah ini.
Laju
Luas Kepadatan
Jumlah Pertumbuhan
Kecamatan Wilayah Penduduk per
Penduduk Penduduk (%)
(Km2) Km2
2000 – 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
01. Kodi Bangedo 19.286 73,22 263 3,47
02. Kodi Balaghar 21.049 146,47 144 -
03. Kodi 33.677 111,86 301 2,43
.id
04. Kodi Utara 53.345 235,73 226 3,86
go
05. Wewewa Selatan 23.689 174,14 136 2,33
s.
06. Wewewa Barat 42.010 147,34 285 2,41
bp
07. Wewewa Timur 28.145 139,88 201 2,14
.
08. Wewewa Tengah 30.382 109,67
k ab 277 -
ya
Sumba Barat Daya memiliki luas 1.445,32 Km2, mempunyai rata-rata kepadatan
: //s
penduduk sekitar 221 jiwa per kilometer persegi. Ditinjau menurut kecamatan maka Kota
tp
ht
Tambolaka merupakan kecamatan yang paling padat yaitu sekitar 395 orang per kilometer
persegi, menyusul kecamatan Kodi sekitar 301 orang per kilometer persegi, kecamatan
Wewewa Barat sekitar 285 orang per kilometer persegi, dan kecamatan Wewewa Tengah
sekitar 277 orang per kilometer persegi. Sementara kecamatan dengan kepadatan penduduk
terendah adalah Loura sekitar 110 orang per kilometer persegi.
Dari sisi luas wilayah sepertinya Sumba Barat Daya belum menghadapi masalah
kependudukan karena masih terbatasnya lahan pertanian dan rendahnya masih produktivitas
lahan, maka tingkat kepadatan penduduk saat ini dapat menjadi salah satu kendala dalam
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.
.id
Komposisi penduduk menurut kelompok umur sangat penting sebagai dasar penyediaan
go
pelayanan untuk masyarakat. Dari kepentingan kependudukan pada umumnya, kebutuhan
s.
bp
penduduk terhadap suatu pelayanan tertentu bervariasi menurut umur.. Sebagai contoh, bila
.
ab
jumlah penduduk umur sekolah dasar (umur 7-12 tahun) sangat besar, maka kebutuhan untuk
k
pelayanan di tingkat sekolah dasar akan cukup tinggi. Komposisi penduduk menurut
ya
kelompok umur juga dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi penduduk di suatu
a
td
wilayah, termasuk dalam menentukan apakah wilayah tersebut mempunyai ciri penduduk tua
ra
atau muda.
ba
ba
Tabel 2.2 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sumba Barat
um
Daya, 2015
: //s
(1) (2)
0–4 15,67
5–9 14,07
10 – 14 12,94
15 – 49 46,26
50 – 64 7,76
65 + 3,31
Jumlah 100,00
Sumber : Proyeksi Penduduk 2015
.id
Rasio beban tanggungan (dependency ratio) pada dasarnya merupakan perbandingan
go
antara jumlah penduduk usia non produktif (usia di bawah 15 tahun dan usia di atas 65 tahun)
s.
bp
dengan jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun). Angka ini menunjukkan
.
ab
banyaknya penduduk usia non produktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif
k
selain dirinya sendiri.
ya
a
td
Tabel 2.3 Rasio Beban Tanggungan Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kabupaten
ra
Tahun
Laki-laki Perempuan L+P
um
Berdasarkan hasil susenas 2015, rasio beban tanggungan penduduk Sumba Barat Daya
adalah sebesar 87,23 persen. Hal ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif
(15 – 64 tahun) Sumba Barat Daya akan menanggung beban ekonomi penduduk sebanyak 87
orang usia non produktif. Dari tabel 2.3 terlihat juga bahwa antara tahun 2012 sampai dengan
2014 rasio beban tanggungan penduduk Sumba Barat Daya mengalami penurunan, yakni dari
Sebagai bahan perbandingan antar Kabupaten sedaratan Sumba dan Provinsi NTT dapat
dilihat pada tabel 2.4 berikut:
.id
go
Tabel 2.4 Rasio Beban Tanggungan Penduduk Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba
s.
Tengah, Sumba Timur dan Provinsi NTT, 2015
bp
.
Persentase Penduduk Menurut
ab
Dependency
Daerah Kelompok Umur
k Ratio
ya
0 – 14 15 – 64 65+ (persen)
a
Rasio beban tanggungan penduduk di Kabupaten Sumba Barat Daya merupakan yang
tertinggi (sekitar 87,23 persen). Kesimpulannya adalah bahwa penduduk produktif Sumba
Barat Daya lebih berat tanggungannya terhadap penduduk non produktif jika dibandingkan
dengan beban tanggungan penduduk produktif di Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur,
Sumba Tengah maupun di Provinsi NTT.
Pengelompokan penduduk menurut usia produktif dan non produktif bagi sementara
pihak sering dianggap kurang menggambarkan masalah riil ketenagakerjaan. Ada dua
argumen yang umumnya dikemukakan tentang hal ini. Pertama, untuk kasus Indonesia
banyak penduduk yang sudah mulai bekerja atau mencari nafkah pada usia 10 tahun,
sehingga kriteria penduduk usia produktif berdasarkan usia 15-64 tahun kurang dapat
menggambarkan kondisi riil. Kedua, tidak semua penduduk yang berada pada usia kerja
memiliki kegiatan yang secara ekonomi dapat dikategorikan sebagai bekerja atau mencari
pekerjaan. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka banyak analis ketenagakerjaan membagi
.id
penduduk ke dalam dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
go
a. Jenis Kegiatan
s.
bp
Menurut jenis kegiatan penduduk usia 15 tahun ke atas dapat dibagi menjadi dua
.
ab
kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dalam hal ini
k
didefinisikan sebagai penduduk usia 15 tahun atau lebih yang kegiatan utamanya bekerja atau
ya
mencari pekerjaan. Dengan kata lain, angkatan kerja merupakan kelompok penduduk usia
a
td
kerja (dalam hal ini usia 15 tahun ke atas) yang sedang atau siap melakukan kegiatan
ra
ekonomi. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke
ba
atas yang kegiatan utamanya bukan bekerja atau mencari pekerjaan. Termasuk dalam
ba
kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang kegiatan utamanya sekolah, mengurus
um
rumah tangga, sakit, pensiun, dan kegiatan lain selain bekerja atau mencari pekerjaan.
: //s
tp
ht
.id
Sekolah 14,34 14,34
Mengurus rumah tangga 13,27 12,84
go
Lainnya 3,58 3,16
s.
bp
Jumlah 100,00 100,00
.
Sumber: Sakernas 2014 – 2015
k ab
ya
Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja selama
a
tahun 2014 – 2015 meningkat dari 68,81 persen menjadi 69,65 persen. Hal ini disebabkan
td
karena pada tahun 2015 jumlah angkatan kerja yang bekerja mengalami peningkatan
ra
ba
dibanding tahun sebelumnya. Angkatan kerja yang bekerja meningkat dari 66,70 persen di
ba
tahun 2014 menjadi 67,75 persen pada tahun 2015, sebaliknya untuk angkatan kerja yang
um
mencari pekerjaan turun dari 2,11 persen pada tahun 2014 menjadi 2,00 persen pada tahun
2015. Dari Tabel 2.5 juga terlihat penurunan persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas
//s
:
yang merupakan bukan angkatan kerja. Bila dilihat dari persentase bukan angkatan kerja
tp
ht
maka persentase terbesar berada pada mereka yang bersekolah dan yang mengurus rumah
tangga yaitu sebesar 14,34 persen dan 12,84 persen.
b. Lapangan Pekerjaan
Distribusi penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut jenis pekerjaan, secara
kasar memberikan gambaran tentang penyerapan tenaga kerja oleh sektor-sektor ekonomi di
suatu wilayah.
Laki +
Jenis Pekerjaan Utama Laki-laki Perempuan
Perempuan
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 83,95 68,40 77,66
2. Pertambangan dan penggalian - 0,19 0,08
3. Industri pengolahan 0,59 20,70 8,72
4. Listrik, gas dan air - - -
5. Bangunan 2,34 0,61 1,64
.id
6. Perdagangan besar, eceran,
0,81 2,52 1,50
go
rumah makan dan hotel
s.
7. Angkutan pergudangan dan
4,99 - 2,97
bp
komunikasi
8. Keuangan, asuransi, usaha
.
ab
pesewaan bangunan, tanah dan 0,64 - 0,38
jasa perusahaan
k
ya
Distribusi penduduk Sumba Barat Daya yang bekerja menurut Lapangan Pekerjaan
ba
Utama adalah seperti yang disajikan pada Tabel 2.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
um
lapangan pekerjaan pertanian menempati urutan pertama sebagai jenis pekerjaan utama yang
//s
dilakukan oleh penduduk Sumba Barat Daya yaitu sekitar 77,66 persen. Hal ini menunjukkan
:
tp
bahwa lapangan pekerjaan pertanian telah mampu menyerap sebagian besar tenaga kerja di
ht
Sumba Barat Daya. Sementara itu lapangan pekerjaan industri pengolahan berada di urutan
kedua disusul jasa kemasyarakatan di urutan ketiga dengan menyerap tenaga kerja masing-
masing sekitar 8,72 persen dan 7,05 persen.
Pendapatan regional merupakan salah satu indikator ekonomi yang penting karena
sering digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk di suatu daerah.
Perencana pembangunan sering menggunakan indikator ini untuk mengevaluasi hasil
pembangunan yang telah dilaksanakan dan untuk menentukan rencana pembangunan di masa
yang akan datang. Melalui penyusunan pendapatan regional, dapat dianalisis beberapa
id
karakteristik perekonomian seperti produk domestik regional bruto, struktur perekonomian,
o.
pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan tingkat inflasi. Berikut akan dibahas
.g
ps
perkembangan beberapa karakteristik tersebut.
.b
3.1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi ab
ak
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diartikan sebagai jumlah nilai tambah bruto
ay
yang ditimbulkan oleh keseluruhan sektor perekonomian yang ada dalam batas suatu wilayah
td
ra
(nasional, regional) dalam jangka waktu tertentu (satu tahun, triwulan). Perencana
ba
telah dilaksanakan dan untuk menentukan rencana pembangunan pada masa yang akan
m
datang. PDRB itu sendiri pada dasarnya adalah nilai seluruh barang dan jasa akhir (goods
su
and services used for final consumption) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
://
tp
wilayah.
ht
Ada dua sistem penilaian yang lazim digunakan dalam menghitung PDRB, yaitu atas
dasar harga yang berlaku pada tahun penilaian dan atas dasar harga konstan pada tahun
tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk mengamati struktur ekonomi di
wilayah yang bersangkutan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk
melihat pertumbuhan ekonominya. Apabila dikaji per kategori akan terlihat pertumbuhan dan
peranan masing-masing kategori serta pola pergeserannya. Besaran-besaran tersebut dapat
menjadi indikasi kategori mana yang harus dipacu dan kebijakan apa yang dapat ditempuh
untuk memacunya. Tinggi rendahnya PDRB suatu daerah seringkali dikaitkan dengan
Tabel 3.1 PDRB atas dasar harga konstan 2010 dan harga berlaku Kabupaten Sumba
Barat Daya, 2011 – 2015
PDRB PDBR
Tahun
Atas dasar harga konstan Atas dasar harga berlaku
(1) (2) (3)
2011 1.550.605,9 1.681.092,9
id
2012 1.650.910,2 1.926.039,2
o.
.g
2013 1.742.447,9 2.172.796,1
ps
2014* 1.812.343,5 2.420.457,6
.b
ab
2015** 1.896.094,8 2.691.688,6
ak
Sumber : PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya, 2010 – 2015
ay
* Angka sementara
** Angka sangat sementara
td
ra
PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya atas dasar harga berlaku pada tahun 2015 telah
ba
mencapai 2.691.688,6 juta rupiah. Namun, PDRB atas dasar harga berlaku ini belum
ba
mencerminkan produktivitas secara riil karena masih dipengaruhi oleh inflasi. Sementara,
m
PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya atas dasar harga konstan mencapai 1.896.094,8 juta
su
rupiah di tahun 2015, naik dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 1.812.343,5 juta
://
tp
rupiah.
ht
Pertumbuhan ekonomi Sumba Barat Daya selama kurun waktu lima tahun terakhir
berfluktuasi dimana pada tahun 2011 berada pada kisaran 4,64 persen dan pada tahun 2012
naik menjadi 6,47 persen. Pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi kembali melambat
mencapai 5,54 persen dan pada tahun selanjutnya mengalami perlambatan lagi hingga
mencapai 4,01 persen pada tahun 2014 atau terendah selama lima tahun terakhir. Pada tahun
2015, pertumbuhan ekonomi kembali naik mencapai 4,62 persen. Bila dilihat per kategori
lapangan usaha (tabel 3.2), kategori yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi di tahun 2015
adalah kategori pengadaan listrik dan gas dengan laju pertumbuhan sebesar 12,87 persen.
Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Sumba
Barat Daya menurut Lapangan Usaha (persen), 2011 – 2015
id
A Pertanian, Kehutanan, 2,18 3,98 4,01 1,72 1,65
dan Perikanan/
o.
B Pertambangan dan 1,32 7,72 8,52 6,89 7,28
.g
Penggalian
ps
C Industri Pengolahan 2,90 4,64 2,73 3,76 4,41
D Pengadaan Listrik dan 14,28 9,19 6,12 14,06 12,87
.b
Gas
ab
E Pengadaan Air, 7,93 5,24 6,45 4,77 4,51
Pengelolaan Sampah,
ak
Limbah dan Daur Ulang
F Konstruksi 6,19 7,36 4,01 4,35 7,98
ay
Pergudangan
I Penyediaan Akomodasi 1,84 6,67 9,74 4,59 6,04
ba
Asuransi
L Real Estat 1,40 4,34 1,38 3,14 4,13
tp
id
o.
.g
ps
.b
ab
ak
ay
td
ra
ba
ba
m
su
://
Sumber : Diolah dari data Statistik Kabupaten Sumba Barat Daya 2015
tp
ht
Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT dan Nasional
(dalam persen), 2011 – 2015
Tabel 3.3 Kontribusi PDRB Sumba Barat Daya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (persen), 2011 – 2015
id
B Pertambangan dan 0,82 0,87 0,95 1,04 1,16
o.
Penggalian
.g
C Industri Pengolahan 0,70 0,69 0,67 0,68 0,69
ps
D Pengadaan Listrik dan 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Gas
.b
E Pengadaan Air, 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
ab
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang
ak
F Konstruksi 4,17 4,16 4,01 3,92 3,96
G Perdagangan Besar dan 10,32 11,05 11,72 12,2 12,8
ay
Pergudangan
ba
Asuransi
L Real Estat 2,10 1,93 1,86 1,86 1,86
://
Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 6,25 6,66 7,01 7,12 7,15
Q Jasa Kesehatan dan 1,77 1,87 1,85 1,85 1,92
Kegiatan Sosial
R,S, Jasa lainnya 1,00 1,06 1,04 0,99 0,96
T,U
id
Selain itu, kontribusi kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda
o.
motor juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga mencapai sebesar 12,8
.g
ps
persen pada tahun 2015. Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki sarana dan prasarana
.b
angkutan baik darat, laut maupun udara sehingga mempermudah dalam kegiatan distribusi
ab
barang. Hal inilah yang menjadi faktor penentu semakin banyaknya pedagang dengan skala
ak
besar hingga kecil yang melakukan kegiatan perdagangan di Sumba Barat Daya. Jumlah
ay
penduduk yang terus meningkat dan pola hidup penduduk yang konsumtif juga menjadi
td
Kendati dalam lingkup nasional kategori industri pengolahan telah menjadi kategori
ba
yang menyumbang kontribusi yang besar terhadap perekonomian, kondisi yang sama tidak
m
terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya. Seperti terlihat pada tabel 3.3, kontribusi kategori
su
industri pengolahan dari tahun ke tahun belum pernah mencapai angka satu persen dari total
://
perekonomian, sehingga masih banyak barang-barang hasil industri yang dibutuhkan oleh
tp
ht
masyarakat Sumba Barat Daya yang harus dipenuhi dengan impor dari daerah lain.
Berdasarkan data dan ulasan diatas jelas bahwa dalam kurun waktu 2011–2015 belum
terjadi pergeseran struktur ekonomi yang signifikan di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Kategori pertanian, kehutanan dan perikanan masih mendominasi perekonomian di Sumba
Barat Daya. Untuk menjadi suatu daerah yang memiliki perekonomian yang kuat dan maju
maka perlu untuk meningkatkan peranan kategori lain tetutama di sektor perdagangan,
industri maupun jasa-jasa.
Seperti diketahui angka per kapita menunjukkan rata-rata PDRB untuk setiap penduduk
id
o.
suatu daerah. PDRB per kapita yang tinggi menunjukkan semakin baiknya perekonomian
.g
rata-rata penduduk di daerah tersebut, demikian sebaliknya untuk angka PDRB perkapita
ps
yang rendah.
.b
ab
Dengan meningkatnya perekonomian daerah dan meningkatnya pertumbuhan
ak
penduduk, akan terjadi peningkatan dalam pendistribusian PDRB per kapita. Tahun 2011
ay
PDRB per kapita Sumba Barat Daya sebesar 5,74 juta rupiah dan selanjutnya terus
td
meningkat setiap tahunnya hingga menjadi 8,43 juta rupiah pada tahun 2015. Angka
ra
pendapatan per kapita ini mencerminkan rata-rata pendapatan setiap penduduk Sumba Barat
ba
Daya dalam satu tahun. Namun demikian, angka tersebut belum menggambarkan penyebaran
ba
ab
Gambar 2. Perkembangan PDRB per Kapita Kabupaten Sumba Barat Daya (dalam juta
ak
rupiah), 2011 – 2015
ay
td
ra
ba
ba
m
su
://
tp
ht
Dari masa ke masa kemiskinan menjadi isu sentral dalam setiap perencanaan
pembangunan. Hal ini mudah dipahami mengingat salah satu tujuan pembangunan adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi. Tahap awal usaha pencapaian
tujuan ini adalah mengurangi banyaknya penduduk yang masuk ke dalam kategori miskin.
.id
penghitungan penduduk miskin pun cukup banyak. BPS sendiri mengukur banyaknya
go
penduduk miskin dengan pendekatan basic needs approach, yaitu suatu pendekatan yang
s.
mengkonseptualisasikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
bp
Pendekatan inilah yang akan menjadi landasan dari ulasan kemiskinan pada publikasi ini.
.
kab
Jumlah dan persentase penduduk miskin dapat dihitung berdasarkan tingkat
ya
pengeluaran per kapitanya. Penduduk yang memiliki pengeluaran per kapita lebih rendah dari
a
td
garis kemiskinan dikategorikan miskin. Garis kemiskinan ini pada prinsipnya adalah suatu
ra
standar pengeluaran minimum yang diperlukan oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan
ba
dasarnya. Garis kemiskinan terdiri dari dua komponen, yaitu batas kecukupan makanan dan
ba
non makanan
um
Penetapan batas kecukupan makanan yang harus dikonsumsi oleh seseorang mengacu
//s
pada rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1978, yaitu sebesar nilai
:
tp
konsumsi makanan yang menghasilkan energi 2.100 kalori per orang per hari. Adapun nilai
ht
Untuk Kabupaten Sumba Barat Daya, kemiskinan juga masih tampak menjadi salah
satu masalah yang krusial dan harus menjadi perhatian utama karena tingkat kemiskinan
yang masih tergolong tinggi. Seperti yang terlihat pada tabel 4.1, berdasarkan hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional tahun 2014, di Kabupaten Sumba Barat Daya terdapat 81,01 ribu
penduduk miskin atau sekitar 25,78 persen dari total penduduk. Nilai ini didapatkan dari
Tabel 4.1. Jumlah dan persentase penduduk miskin dan garis kemiskinan Kabupaten
Sumba Barat Daya dan Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2014
Jumlah Garis
Persentase
Daerah Penduduk Kemiskinan
Penduduk
Miskin (Rp/Kapita/
.id
Miskin
(000) Bulan)
go
(1) (2) (3) (4)
s.
bp
Sumba Barat Daya 81,01 25,78 286.490
.
Nusa Tenggara
kab
ya
Selama periode tahun 2010 sampai dengan 2014, persentase penduduk miskin
ba
mengalami penurunan dari 29,08 persen pada tahun 2010 hingga mencapai titik terendah
um
pada tahun 2014 (sebesar 25,78 persen). Kondisi ini cukup bagus, meskipun kondisi
//s
pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan selama periode yang sama. Namun, dilihat
:
tp
dari PDRB per kapita Kabupaten Sumba Barat daya mengalami peningkatan setiap tahunnya.
ht
Pada tahun 2014 nilai PDRB per kapita Kabupaten Sumba Barat Daya mencapai sebesar 7,74
juta meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 7,10 juta. Hal ini mengindikasikan
bahwa pembangunan Sumba Barat Daya berhasil dalam menurunkan kemiskinan.
Kondisi pada tahun 2014 merupakan sebuah capaian yang positif dalam
pembangunan Kabupaten Sumba Barat Daya. Pertumbuhan ekonomi tinggi tidak selalu
menjadi cara mencapai kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat. Namun, pertumbuhan
ekonomi yang lebih baik adalah yang bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Berkaitan dengan istilah konsumsi dan pendapatan, ekonom Ernst Engel menyatakan
dalam hukum Engel bahwa pada umumnya semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin
rendah proporsi yang digunakan untuk konsumsi makanan, sementara proporsi untuk
konsumsi barang-barang non makanan (termasuk barang mewah) justru akan meningkat. Hal
ini dikarenakan tingkat elastisitas konsumsi makanan cenderung rendah. Dengan demikian,
.id
perubahan struktur konsumsi dapat menjadi salah satu indikator dalam mengukur tingkat
go
kesejahteraan penduduk dari sisi ekonomi.
s.
Pada umumnya pola konsumsi suatu daerah yang masih berkembang, pengeluaran
bp
untuk makanan merupakan porsi tertinggi dari seluruh pengeluaran rumahtangga. Sedangkan
.
ab
pada negara yang sudah maju, pengeluaran untuk makanan ini porsinya menjadi kecil dimana
k
ya
pengeluaran untuk aneka barang dan jasa merupakan bagian terbesar dari seluruh
a
pengeluaran rumah tangga. Singkatnya apabila terjadi perubahan pada pola konsumsi
td
makanan dapat menunjukan tinggi rendahnya taraf kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
ra
ba
pola pengeluaran rumah tangga dapat mencerminkan pola konsumsi dan tingkat kehidupan
ba
Tabel 5.1. Pengeluaran Rata-rata per kapita sebulan Menurut Jenis Pengeluaran di
//s
.id
penduduk Sumba Barat Daya.
go
s.
. bp
k ab
a ya
td
ra
ba
ba
um
: //s
tp
ht
.id
ini menunjukkan bahwa daya beli penduduk Kabupaten Sumba Barat Daya masih relatif
go
rendah karena untuk memenuhi kebutuhan pangan saja sampai dibutuhkan sebagian besar
s.
pendapatannya.
. bp
k ab
ya
a
td
ra
ba
ba
um
://s
tp
ht
Harga, indeks harga, dan laju inflasi merupakan beberapa indikator penting dalam
mengamati kondisi perekonomian makro suatu wilayah. Pada gilirannya indikator-indikator
tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyusun berbagai kebijakan yang bermuara pada
peningkatan kesejahteraan penduduk.
Harga adalah salah satu variabel ekonomi yang penting karena mempunyai pengaruh
.id
yang sangat kuat terhadap perkembangan ekonomi. Perkembangan kegiatan ekonomi suatu
go
wilayah dapat dianalisis dengan melihat tingkat harga, indeks harga atau laju inflasi yang
s.
terjadi. Perubahan dalam jumlah produksi dan teknologi, serta arus barang dan cara
bp
pemasaran juga faktor iklim dapat menyebabkan perubahan harga di tingkat pasar.
.
k ab
Indeks harga dan laju inflasi selalu mendapat minat dan perhatian yang cukup besar
ya
baik oleh pemerintah maupun para pakar ekonomi karena berkaitan erat dengan tingkat dan
a
td
pola penawaran dan permintaan pasar. Peningkatan pendapatan yang diterima masyarakat
ra
tidak dapat dinikmati karena laju inflasi yang tinggi mengurangi daya beli mereka.
ba
Bab ini akan mencoba mengulas perkembangan harga yang terjadi di Sumba Barat
ba
secara umum karena belum adanya survei harga konsumen di Kabupaten Sumba Barat Daya.
um
Namun, perbandingan harga di Kabupaten Sumba Barat Daya tidak terlalu jauh berbeda
//s
dengan di Kabupaten Sumba Barat. Ulasan akan mencakup, antara lain rata-rata harga
:
tp
sembilan bahan pokok, laju inflasi, dan perkembangan harga beberapa komoditas penting di
ht
6.1. Rata-rata Harga Sembilan Bahan Pokok dan Bahan Strategis Lainnya
Perubahan harga sembilan bahan pokok dan bahan strategis lainnya di Waikabubak
selama periode 2014 sampai 2015 terlihat pada tabel 6.1 hampir semua komoditas mengalami
perubahan harga. Sebagian besar komoditas mengalami kenaikan harga pada tahun 2015,
sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga, yaitu telur (0,49 persen) dan semen
(0,67 persen). Sementara itu, hanya komoditas garam beryodium dan minyak tanah yang
Tabel 6.1 Rata-Rata Harga Eceran Bahan Pokok dan Bahan Strategis Lainnya di Pasar
Inpres Waikabubak, 2014 – 2015
.id
2. Telur Pak 51.000 50.750 (0,49)
go
s.
3. Minyak Goreng 1000 ml 16.000 18.000 12,50
bp
4. Gula Pasir Kg 13.000 13.167 1,28
.
5. Garam Beryodium 200 Gr
k ab
1.000 1.000 -
ya
Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang
dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga barang dan jasa yang dibayar
oleh konsumen. Perhitungan IHK ditujukan untuk mengetahui perubahan harga dari
sekelompok tetap barang dan jasa yang pada umumnya dikonsumsi masyarakat. Perubahan
IHK dari waktu ke waktu menggambarkan pola perubahan harga komoditi yang menjadi
objek penelitian, apabila terjadi kenaikan disebut inflasi dan jika terjadi penurunan disebut
deflasi. IHK hanya mengukur perubahan harga dan bukan tingkat harga. IHK menunjukkan
.id
Tabel 6.2 Indeks Harga Konsumen Kota Waikabubak menurut Kelompok, 2015
go
Umum I II III IV V VI VII
s.
Bulan Bahan Mkn Peru- San- Kese- Pen- Transpor
bp
Makan- Jadi, mahan dang hatan ddkn, & Ko-
an Mnm,R Rek- muni-
.
o-kok &
Temba-
k ab reasi &
Olah-
kasi
ya
kau raga
a
.id
tetap, sehingga tingkat inflasi yang terjadi dengan sendirinya mencerminkan daya beli
go
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Semakin tinggi inflasi maka semakin
s.
rendah nilai uang dan semakin rendah kemampuan daya belinya. Selain itu, inflasi juga dapat
bp
memberikan informasi perubahan nilai aset serta nilai kontrak/transaksi bisnis. Semakin
.
ab
tinggi tingkat inflasi suatu barang menunjukkan semakin besar perubahan harga yang terjadi
k
ya
Tembakau
tp
ht
.id
go
s.
. bp
k ab
a ya
td
ra
ba
ba
um
://s
tp
ht
PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya menurut lapangan usaha dirinci menjadi 17
kategori lapangan usaha dan sebagian besar kategori dirinci lagi menjadi subkategori. Bab
ini akan mengulas lebih jauh perkembangan setiap kategori lapangan usaha, antara lain
mencakup kategori pertanian, kehutanan dan perikanan; kategori pertambangan dan
penggalian; kategori industri pengolahan; kategori pengadaan listrk dan gas; pengadaan
.id
air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang; kategori konstruksi; perdagangan
go
besar dan eceren, reparasi mobil dan sepeda motor; kategori transportasi dan
s.
pergudangan; kategori penyediaan akomodasi dan makan minum; kategori informasi dan
bp
komunikasi; kategori jasa keuangan dan asuransi; kategori real estat; kategori jasa
.
ab
perusahaan; kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib;
k
kategori jasa pendidikan; kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial; serta kategori jasa
ya
lainnya.
a
td
ra
Sampai tahun 2015 kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki peran
ba
penting dalam roda perekonomian Sumba Barat Daya. Kategori ini merupakan penyumbang
um
terbesar bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumba Barat Daya. Terlihat pada
//s
tabel 7.1 bahwa kontribusi kategori pertanian terhadap PDRB mencapai 42,28 persen (angka
:
tp
sangat sementara atas dasar harga berlaku). Adapun jika dibandingkan dari tahun ke tahun,
ht
kontribusi kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan terus mengalami penurunan dari
44,32 persen pada tahun 2013 (PDRB atas dasar harga konstan 2010) menurun sebesar 0,94
persen pada tahun 2014 menjadi 43,38 persen, kemudian turun lagi sebesar 1,1 persen
menjadi 42,28 persen pada tahun 2015. Kondisi ini menunjukkan bahwa di Kabupaten
Sumba Barat Daya sedang berlangsung proses pergeseran struktur perekonomian. Namun,
perubahan struktur ekonomi ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena penduduk
Sumba Barat Daya masih bergantung pada kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan.
.id
d. Tanaman Hortikultura Tahunan 4,22 4,17 4,22
dan Lainnya
go
e. Perkebunan Tahunan 6,77 6,79 6,64
f. Peternakan 7,58 7,75 7,64
s.
g. Jasa Pertanian dan Perburuan 0,94 0,93 0,91
bp
0,02 0,02 0,02
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu
.
ab
1,27 1,37 1,38
3. Perikanan k
ya
Dari lima sub kategori yang tercakup dalam dalam kategori pertanian, kehutanan dan
um
perikanan sub kategori yang memberi kontribusi terbesar terhadap PDRB (atas dasar harga
//s
berlaku) adalah sub kategori pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian sebesar
:
tp
40,89 persen pada tahun 2015. Dari kategori ini, golongan pertanian tanaman pangan
ht
- Produksi Padi
Beras yang merupakan hasil dari tanaman padi sampai saat ini masih merupakan
makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk Sumba Barat Daya. Oleh
karena itu, komoditas beras memiliki peranan penting dalam perekonomian masyarakat
sehari-hari. Setiap perubahan yang terjadi pada komoditi ini, baik dari segi jumlah yang
tersedia maupun dari segi harga sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan
.id
masyarakat. Sesuai dengan kondisi tersebut, maka sangat beralasan jika pemerintah
go
melakukan berbagai upaya untuk mendorong peningkatan produksi padi dalam rangka
s.
bp
mewujudkan swasembada pangan. Usaha yang telah dilakukan pemerintah antara lain
.
ab
adalah dengan gerakan intensifikasi dan rehabilitasi serta pembinaan terhadap petani.
k
ya
Tabel 7.2 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi padi menurut jenis padi di Kabupaten
a
Jenis Padi
(Ha) (Kw/Ha) (Ton)
ba
Komoditas tanaman padi yang diusahakan masyarakat terbagi dalam dua jenis, yaitu
tanaman padi sawah dan tanaman padi ladang. Berdasarkan tabel 7.2, pada tahun 2015
produksi padi sawah di Sumba Barat Daya tercatat sebanyak 30.430,7 ton dan padi ladang
sebanyak 39.511,9 ton, keduanya dalam bentuk gabah kering giling (GKG). Jumlah
produksi ini dihasilkan dari luas panen 7.720 hektar padi sawah dan 14.318 hektar padi
ladang dengan rata-rata hasil (produktivitas) padi sawah sebesar 39,4 Kw/Ha dan padi
ladang sebesar 27,6 Kw/Ha. Produksi padi ladang lebih besar dibandingkan padi sawah
Tabel 7.3 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi padi sawah menurut kecamatan di
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2015
.id
go
Luas Panen Produksi Rata-rata Hasil
Kecamatan
s.
(Ha) (Ton) (Kw/Ha)
bp
(1) (2) (3) (4)
.
01. Kodi Bangedo 307 921 30
02. Kodi Balaghar 296 ab
k
888 30
ya
03. Kodi - - -
a
.id
Tabel 7.4 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi padi ladang menurut kecamatan di
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2015
go
s.
Luas Panen Produksi Rata-rata (Kw/Ha)
Kecamatan
bp
(Ha) Hasil (Ton)
.
(1) (2) (3) (4)
01. Kodi Bangedo 1.950 k ab 5.460,0 28
ya
Pada tabel 7.4 diatas terlihat bahwa sentra padi ladang di Kabupaten Sumba Barat
Daya terletak di Kecamatan Kodi Utara, Kodi, Wewewa Barat, Kodi Bangedo, Wewewa
Selatan, dan Kodi Balaghar. Secara umum, terjadi penurunan produksi, produktivitas, serta
- Produksi Jagung
Jagung juga merupakan salah satu makanan pokok disamping beras bagi sebagian
kecil penduduk. Tanaman ini juga banyak diusahakan oleh petani di Sumba Barat Daya,
.id
selain sebagai salah satu makanan pokok, jagung juga bisa dimanfaatkan sebagai makanan
go
ternak.
s.
. bp
ab
Tabel 7.5 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi jagung menurut kecamatan di
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2015
k
ya
Kecamatan
(Ha) (Kw/Ha) (Ton)
td
ra
.id
produktivitas sebesar 34 kw/ha.
go
- Produksi Ubi Kayu
s.
bp
Ubi kayu merupakan salah satu jenis bahan makanan yang banyak mengandung
.
ab
karbohidrat di samping jagung dan padi. Tanaman ini juga diusahakan oleh sebagian kecil
k
petani Sumba Barat Daya karena bisa dijadikan sebagai bahan makanan cadangan.
ya
Pada tahun 2015 usaha pertanian ubi kayu di Sumba Barat Daya telah memproduksi
a
td
umbi basah sebanyak 33.864 ton dari luas panen 3.191 Ha dengan rata-rata produksi per
ra
hektar sebanyak 11 ton. Jika dibanding dengan keadaan tahun sebelumnya, luas panen ubi
ba
kayu mengalami kenaikan yang signifikan hingga 152,8 persen. Kenaikan luas panen yang
ba
sangat besar ini praktis membuat produksi ubi kayu meningkat tajam dari 1.656,8 ton
um
menjadi 33.864 ton, begitupun produktivitasnya naik dari 1,3 ton/ha menjadi 11 ton/ha.
//s
Kondisi ini sangat menggembirakan mengingat pentingnya peran sektor pertanian (dalam
:
tp
hal ini ubi kayu) terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumba Barat Daya.
ht
Meskipun ubi kayu dapat ditanam di seluruh wilayah Sumba Barat Daya, tetapi sentra
ubi kayu pada tahun 2015 terdapat di Kecamatan Kodi Bangedo. Pada tabel 7.6
menunjukkan bahwa kecamatan Kodi Bangedo menghasilkan ubi kayu terbanyak, yaitu
sebesar 10.660 ton dari luas panen 820 ha dengan produktivitas sebesar 13 ton/ha.
Selanjutnya, kecamatan dengan produksi ubi kayu yang cukup besar juga yaitu Kecamatan
Kodi Balaghar dan Wewewa Timur masing-masing memproduksi sebanyak 6.084 ton dan
6.880 ton.
.id
06. Wewewa Barat 141 10 1.410
go
07. Wewewa Timur 860 8 6.880
s.
08. Wewewa Tengah 60 7 420
bp
09. Wewewa Utara 60 6 360
.
10. Loura 220 k ab 10 2.200
ya
Pada tahun 2015 jumlah produksi ubi jalar sebesar 2.128 ton yang dihasilkan dari luas
//s
panen 233 ha dengan produktivitas sebesar 91 kw/ha. Jika dibandingkan dengan tahun
:
tp
sebelumnya, produksi ubi jalar meningkat secara signifikan mencapai lebih dari dua belas
ht
kali lipat dari tahun sebelumnya yang disebabkan oleh peningkatan tajam pada luas panen
sebesar tiga belas kali lipat. Meskipun begitu produktivitasnya mengalami penurunan dari
100 kw/ha pada tahun 2014 menjadi 91 kw/ha pada tahun 2015. Di Sumba Barat Daya, ubi
jalar pada umumnya diusahakan petani sebagai substitusi makanan pokok seperti beras dan
jagung sehingga produksinya cenderung meningkat ketika hasil pertanian tanaman pokok
mengalami penurunan, begitupun sebaliknya.
Pada tabel 7.7 menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2015, Kecamatan Kodi Bangedo
merupakan penghasil ubi jalar terbesar dengan jumlah produksi sebesar 1.500 ton atau
sekitar 70 persen dari total produksi dengan produktivitas sebesar 100 kw/ha. Kondisi ini
Tabel 7.7 Luas panen, rata-rata hasil, dan produksi ubi jalar menurut kecamatan di
Kabupaten Sumba Barat Daya tahun 2015
.id
02. Kodi Balaghar 13 90 117
go
03. Kodi - - -
s.
04. Kodi Utara 5 90 45
bp
05. Wewewa Selatan 15 70 105
.
06. Wewewa Barat -
k ab - -
ya
10. Loura 6 70 42
ba
Kacang tanah di samping sebagai komoditi yang dapat dikonsumsi langsung atau
diperdagangkan oleh masyarakat, juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri. Oleh
karena itu kacang tanah merupakan komoditi yang penting dalam menunjang kegiatan
perkenomian di Sumba Barat daya. Pada tahun tahun 2015 kacang tanah yang telah
diproduksi sebanyak 117,9 ton biji kering dari luas panen 121 Ha dengan rata-rata produksi
sebesar 9,7 kw/ha. Bila dibanding dengan keadaan tahun sebelumnya maka luas areal panen
serta produksi kacang tanah mengalami penurunan. Dibanding tahun sebelumnya, luas
Tabel 7.8 Luas Panen, Rata-rata Produksi, dan Produksi Kacang Tanah di Sumba Barat
Daya, 2015
.id
Luas Panen Rata-rata Hasil Produksi
Kecamatan
go
(Ha) (Kw/Ha) (Ton)
(1) (2) (3) (4)
s.
bp
01. Kodi Bangedo 10 10 10
.
02. Kodi Balaghar 19 10 19
03. Kodi -
k ab - -
ya
Kacang hijau merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mempunyai kandungan
protein yang cukup tinggi. Oleh karena itu kacang hijau merupakan komoditi yang penting
dalam menunjang perekonomian di Sumba Barat Daya.
Tabel 7.9 Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Kacang Hijau di Sumba Barat
Daya, 2015
.id
go
Luas Panen Rata-rata Hasil Produksi
Kecamatan
(Ha) (Kw/Ha) (Ton)
s.
(1) (2) (3) (4)
bp
01. Kodi Bangedo - - -
.
02. Kodi Balaghar 35
k ab 9 31.5
ya
03. Kodi - - -
a
- Produksi Kedelai
Kedelai merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mempunyai kandungan
protein yang cukup tinggi serta merupakan komponen pembuatan tempe. Bagi penduduk
Kabupaten Sumba Barat Daya tanaman ini sudah mulai banyak diusahakan tetapi belum
maksimal. Hal ini terlihat dari luas panen yang tidak stabil dari tahun ke tahun.
Tabel 7.10 Luas Panen, Rata-Rata Produksi Dan Produksi Kedelai Di Sumba Barat
Daya, 2015
.id
go
Luas Panen Rata-rata Hasil Produksi
Kecamatan
(Ha) (Kw/Ha) (Ton)
s.
(1) (2) (3) (4)
bp
01. Kodi Bangedo 28 9 25.2
.
02. Kodi Balaghar 2
k ab 9 1.8
ya
10. Loura - - -
:
tp
Perkebunan yang ada di Sumba Barat Daya masih tergolong perkebunan rakyat
sehingga belum dapat berkembang dan dikelola secara baik. Pada tahun 2015, tanaman
perkebunan yang mayoritas diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Sumba Barat Daya
adalah jambu mente, kelapa, kopi, dan coklat/kakao. Produksi komoditas jambu mente
Tabel 7.11 Luas areal dan produksi Tanaman Perkebunan di Sumba Barat Daya menurut
Jenis Komoditi, 2015
.id
2015
go
Jenis Komoditi
Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)
s.
bp
(1) (2) (3)
.
ab
1. Jambu Mente 10.938
k 5.942
2. Kelapa 8.327 3.925
ya
5. Vanili 118 17
ba
c. Produksi Peternakan
Tabel 7.12 Populasi Ternak menurut Jenis Ternak di Kabupaten Sumba Barat Daya
(ekor), 2014 – 2015
.id
1. Sapi 2.885 2.855
go
2. Kerbau 12.074 12.074
s.
3. Kuda 4.932 4.932
bp
4. Kambing 11.379 11.948
.
5. Domba
kab - -
ya
Pada tahun 2015, populasi ternak besar maupun kecil menyebar di semua wilayah
:
tp
kecamatan. Hewan seperti kerbau, babi dan kuda lebih banyak dipelihara masyarakat Sumba
ht
Barat Daya karena mempunyai nilai sosial budaya yang sangat tinggi. Kerbau paling banyak
dipelihara di Kecamatan Wewewa Barat yaitu 1.990 ekor, Wewewa Selatan 1.520 ekor dan
Wewewa Timur 1.493 ekor. Hewan ternak kuda terbanyak ada di Kecamatan Wewewa
Barat sebanyak 1.293 ekor, Wewewa Selatan 687 ekor dan Wewewa Timur 498 ekor.
Sementara itu, sapi paling banyak terdapat di Kecamatan Loura 763 ekor, Kodi Utara 496
ekor dan Kota Tambolaka 490 ekor. Jika meninjau populasi ternak kecil, ternak kambing
terbanyak ada di Kecamatan Wewewa Selatan dan Kecamatan Loura masing-masing 2.609
dan 2.490 ekor. Sementara, ternak kecil lain, yaitu ternak babi paling banyak terdapat di
Kecamatan Wewewa Barat 5.731 ekor dan Wewewa Selatan sebanyak 5.337 ekor.
.id
05. Wewewa Selatan 64 1.520 687 2.609 - 5.337
go
06. Wewewa Barat 226 1.990 1.293 436 - 5.731
s.
07. Wewewa Timur 217 1.493 498 1.088 - 4.256
.bp
08. Wewewa Tengah 39 1.251 490 1.884 - 3.744
09. Wewewa Utara 56 410
k ab
315 1.081 - 3.632
ya
Pada tabel 7.15 dapat dilihat bahwa populasi unggas yang ada di kabupaten Sumba
//s
Barat Daya meliputi ayam buras/kampung, ayam ras, dan itik/bebek. Untuk ternak ayam
:
tp
sebanyak 40.380 ekor dan 43.962 ekor. Ternak ayam ras hanya terdapat di tiga kecamatan,
yaitu Kecamatan Loura sebanyak 306.000 ekor, Wewewa Timur sebanyak 900 ekor, dan
Wewewa Barat sebanyak 500 ekor. Sementara itu, populasi itik/bebek terbanyak ada di
Kecamatan Wewewa Timur sebanyak 3.295 ekor dan Kecamatan Wewewa Barat sebanyak
2.983 ekor.
.id
05. Wewewa Selatan 8.165 - 11
go
06. Wewewa Barat 43.962 500 2.983
s.
07. Wewewa Timur 29.495 900 3.295
bp
08. Wewewa Tengah 10.626 - 1.723
.
09. Wewewa Utara 17.298 kab - 405
ya
d. Perikanan
um
Perikanan adalah golongan dari sub kategori pertanian yang potensinya di Indonesia
: //s
bagian Timur belum dimanfaatkan dengan optimal. Produksi perikanan merupakan salah
tp
ht
satu sumber pangan yang potensial untuk perbaikan status gizi disamping sebagai komoditas
yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Perikanan dapat dibedakan atas
perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan darat meliputi budidaya tambak, budidaya
ikan di perairan umum, kolam ataupun sawah. Perikanan laut dapat berupa kegiatan
penangkapan ikan di laut, budidaya rumput laut, budidaya kerang mutiara dan sebagainya.
Produksi perikanan laut di Sumba Barat Daya belum banyak berkembang karena
masih terbatasnya alat penangkap ikan. Pada tahun 2015 produksi perikanan laut tercatat
sebesar 943,07 ton yang dihasilkan oleh 2.051 rumah tangga nelayan. Sementara produksi
perikanan darat mencapai 283,66 ton yang dihasilkan oleh 198 rumah tangga nelayan.
.id
go
e. Kehutanan
s.
Sebagian wilayah Sumba Barat Daya merupakan daerah hutan yang bisa
. bp
dimanfaatkan hasilnya oleh penduduk. Hasil hutan yang diproduksi meliputi kayu cendana,
ab
jati, mahoni, Gmelina, dan RC. Pada tahun 2015, jumlah produksi hasil hutan mencapai
k
ya
sebanyak 4.491,3 kg yang dihasilkan dari lahan panen seluas 201,1 ha. Jenis kayu RC
a
merupakan yang paling banyak diproduksi, yaitu sebanyak 2.517 kg. Selain kayu jenis RC,
td
ra
jenis kayu yang juga banyak diproduksi adalah kayu mahoni dan jati.
ba
ba
Tabel 7.16 Produksi dan Luas Lahan Panen Hasil Hutan Menurut Komoditas di
um
(Ha) (kg)
ht
.id
go
Tabel 7.17 Nilai Tambah, Peranan dan Pertumbuhan Kategori Pertambangan dan
s.
Penggalian di Sumba Barat Daya, 2011 – 2015
bp
Nilai Tambah Nilai Tambah
.
Tahun
Atas dasar harga
berlaku
Atas dasar harga
konstan
k ab Peranan
(%)
Pertumbuhan
(%)
ya
Kegiatan kategori industri pengolahan di Sumba Barat Daya terus berkembang dari
tahun ke tahun. Jenis kegiatan di kategori industri pengolahan masih terbatas pada industri
kecil dan rumah tangga. Nilai tambah atas dasar harga berlaku yang diperoleh kategori
industri pengolahan di tahun 2015 mencapai 18.590,63 juta rupiah. Kontribusi kategori ini
terhadap total PDRB sebesar 0,69 persen, hampir tidak berubah selama lima tahun terakhir.
Tabel 7.18 Nilai Tambah, Peranan dan Pertumbuhan Kategori Industri Pengolahan di
Sumba Barat Daya, 2011 – 2015
.id
2011 11.685,98 10.276,61 0,70 2,90
go
s.
2012 13.278,32 10.753,39 0,69 4,64
bp
2013 14.537,58 11.047,15 0,67 2,73
.
2014* 16.492,57 11.462,73
k ab 0,68 3,76
ya
Dari Tabel 7.20 terlihat jumlah usaha industri selama tahun 2015 di Kabupaten Sumba
um
Barat Daya sebanyak 52 industri kecil dan kerajinan rumah tangga dengan jumlah tenaga
//s
kerja sebanyak 935 orang. Sementara itu, industri besar dan sedang belum ada pada tahun
:
tp
2015.
ht
Tabel 7.19 Jumlah Perusahaan/Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan menurut
Golongan Industri, 2015
Peran kategori listrik dan gas semakin lama semakin dibutuhkan terutama untuk
pengembangan industri, perdagangan, parawisata dan jasa lainnya. Nilai tambah atas dasar
harga berlaku kategori listrik dan gas pada tahun 2015 mencapai 538,22 juta rupiah. Peranan
kategori ini bisa dibilang sangat kecil dengan kontribusi terhadap total PDRB atas dasar
harga berlaku yang hanya sebesar 0,02 persen. Meskipun begitu, kategori ini menunjukkan
potensi yang cukup baik dengan pertumbuhan nilai tambah yang tinggi di tahun 2015, yaitu
sebesar 12,87 persen seperti terlihat pada Tabel 7.21 berikut.
.id
Tabel 7.20 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Listrik dan Gas di
go
Kabupaten Sumba Barat Daya, 2011 – 2015
s.
Nilai Tambah Nilai Tambah
bp
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
.
berlaku konstan (%) (%)
(juta rupiah) (juta rupiah)
k ab
(1) (2) (3) (4) (5)
ya
Pada tahun 2015 total listrik yang dibangkitkan di Kabupaten Sumba Barat Daya
adalah sebesar 17.183.932 KWh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar
13.071.156 KWh. Hal ini juga diikuti peningkatan jumlah listrik yang terjual dari sebesar
12.529.280 KWh menjadi sebesar 12.919.541 KWh. Peningkatan jumlah listrik yang terjual
juga tidak terlepas dengan meningkatnya jumlah pelanggan dari sebanyak 14.102 pelanggan
pada tahun 2014 menjadi 14.282 pelanggan pada tahun 2015. (lihat tabel 7.22)
.id
go
7.5. Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
s.
bp
Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi pengumpulan, pengolahan dan
.
pendistribusian air melalui berbagai pipa untuk kebutuhan rumah tangga dan industri.
ab
Termasuk juga kegiatan pengumpulan, penjernihan dan pengolahan air dan sungai, danau,
k
ya
mata air, hujan, dan lain-lain. Tidak termasuk pengoperasian peralatan irigasi untuk
a
td
keperluan pertanian.
ra
ba
Tabel 7.22 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Pengadaan Air, Pengelolaan
ba
Sampah, Limbah dan Daur Ulang di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2011 –
2015
um
Peranan kategori konstruksi dalam perekonomian Kabupaten Sumba Barat Daya relatif
stabil. Selama periode 2011 hingga 2015, peranan kategori ini secara umum hanya sebesar 4
persen. Kegiatan kategori konstruksi di Sumba Barat Daya secara umum masih tergantung
.id
pada berbagai permintaan pelaksanaan pekerjaan konstruksi oleh pemerintah. Sementara
go
permintaan kegiatan konstruksi oleh pihak swasta masih relatif rendah. Oleh karena itu
s.
pergerakan kategori ini selalu mengikuti naik turunnya belanja pembangunan fisik di daerah
bp
ini.
.
k ab
ya
Tabel 7.23 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Konstruksi, 2011 – 2015
a
td
7.7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Perdagangan Besar dan Eceran memiliki peran sangat penting dalam pembangunan
suatu daerah adalah tingginya aktifitas perdagangan. Kategori perdagangan besar dan
Indikator Ekonomi Sumba Barat Daya 2015/2016 50
eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sangat besar andilnya dalam perekonomian dan
merupakan penyumbang terbesar ketiga dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sumba
Barat Daya. Selama tahun 2011 hingga 2015, kontribusi kategori ini terus meningkat setiap
tahunnya hingga mencapai sebesar 12,80 persen pada tahun 2015. Pertumbuhan kategori ini
mengalami percepatan menjadi sebesar 8,88 persen pada tahun 2015.
Tabel 7.24 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil and Sepeda Motor, 2011 – 2015
.id
Tahun
berlaku konstan (%) (%)
go
(juta rupiah) (juta rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)
s.
bp
2011 173.508,21 153.071,44 10,32 7,90
.
2012 212.817,10 167.237,12k ab 11,05 9,25
ya
barang dari produsen ke konsumen. Oleh karena itu, perkembangan kategori ini sangat
ht
tergantung pada kegiatan produksi dan perdagangan antar pulau yang masuk sebagai
pemasok barang yang diperdagangkan.
Jumlah pedagang di Sumba Barat Daya hanya meliputi pedagang menengah dan
pedagang kecil, sedangkan pedagang besar belum ada. Pada tahun 2015, jumlah pedagang
menengah mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 17 pedagang
menjadi 14 pedagang. Sebaliknya, jumlah pedagang kecil mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 117 pedagang menjadi 158 pedagang kecil.
.
Gambar 5. ab
Jumlah Pedagang di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2014 – 2015
k
a ya
Kategori transportasi dan pergudangan terdiri dari enam lapangan usaha, yaitu
ba
angkutan rel, angkutan darat, angkutan laut, angkutan sungai, danau dan penyebrangan
ba
(ASDP), angkutan udara, serta perdagangan dan jasa penunjang angkutan. Untuk
um
Kabupaten Sumba Barat Daya, saat ini hanya tersedia angkutan darat, angkutan udara dan
//s
angkutan laut, sedangkan angkutan rel dan angkutan sungai, danau dan penyebrangan
:
tp
(ASDP) tidak tersedia sehingga tidak tercipta nilai tambah dari beberapa kegiatan ini.
ht
Pada tahun 2015 nilai tambah atas dasar harga berlaku yang diperoleh kategori
transportasi dan pergudangan mencapai 64.728,53 juta rupiah, mengalami peningkatan
dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2014 yang mencapai 54.340,2 juta rupiah.
Peningkatan nilai tambah ini juga diikuti dengan peningkatan peranan atau kontribusinya
dari 2,25 persen tahun 2014 menjadi 2,43 persen pada tahun 2015. Selama tahun 2011
hingga 2015, kategori ini juga menunjukkan percepatan pertumbuhan dari 4,85 persen pada
tahun 2011 hingga mencapai 10,32 persen pada tahun 2015.
.id
2014* 54.340,20 38.750,41 2,25 10,77
go
2015** 64.728,53 42.747,59 2,40 10,32
s.
bp
Sumber : PDRB Sumba Barat Daya 2011 – 2015
Catatan: *) angka sementara
.
ab
**) angka sangat sementara k
ya
perhatian utama sehingga pemerintah setiap tahun mengeluarkan dana yang besar untuk
td
ra
menambah dan memperbaiki kondisi permukaan jalan di Sumba Barat Daya. Jalan yang
ba
diaspal setiap tahun ditambah, dan jalan-jalan baru terus dibuka untuk menghubungkan satu
ba
tempat dengan tempat lain. Pada tahun 2015, total panjang jalan di Kabupaten Sumba Barat
um
Daya mencapai 959,70 km dengan sebagian besarnya merupakan jalan aspal sepanjang
//s
556,91 km atau mencapai 58,03 persen dari total panjang jalan yang ada. Panjang jalan
:
tp
menurut jenis permukaan pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 7.27 berikut ini:
ht
Tabel 7.26 Panjang Jalan di Sumba Barat Daya menurut Jenis Permukaan, 2015
.id
Tabel 7.27 Banyaknya Arus Kunjungan Kapal Laut, Arus Penumpang, dan Volume
Bongkar Muat Barang pada Pelabuhan Waikelo, 2013 – 2015
go
s.
Uraian 2013 2014 2015
bp
(1) (2) (3) (4)
.
1. Kunjungan kapal 325
k ab 289 389
ya
2. Penumpang
a
td
Pada angkutan udara, jumlah pesawat yang datang dan berangkat sebanyak 1.115 kali
pada tahun 2015. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1.329 kali.
Meskipun begitu, jika dilihat dari jumlah penumpang yang datang dan berangkat, pada
tahun 2013 masing-masing 57.633 dan 60.240 orang dan pada tahun 2015 meningkat
menjadi masing-masing 64.048 orang penumpang datang/turun dan penumpang naik
sebanyak 66.964 orang. Sementara, untuk volume bongkar muat barang di pelabuhan udara
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 7.29 berikut.
2. Penumpang
.id
go
- Berangkat 60.240 63.518 66.964
s.
3. Volume Bongkar Muat Barang
bp
(Kg)
.
- Bongkar 267.132 k ab 63.000 116.135
ya
Ketersediaan akomodasi dan makan minum (restoran) menjadi hal yang sangat
penting bagi perkembangan perekonomian di Kabupaten Sumba Barat Daya. Pada tahun
2015, kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum berkontribusi terhadap PDRB
Kabupaten Sumba Barat Daya sebesar 0,04 persen. Pertumbuhan kategori ini mencatatkan
laju pertumbuhan positif sebesar 6,04 persen pada tahun 2015 yang cenderung mengalami
percepatan dibandingkan tahun 2014 yang hanya tumbuh sebesar 4,59 persen.
Tabel 7.29 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Penyediaan Akomodasi
.id
dan Makan Minum, 2011 – 2015
go
Nilai Tambah Nilai Tambah
s.
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
bp
berlaku konstan (%) (%)
(juta rupiah) (juta rupiah)
.
(1) (2) (3) k ab (4) (5)
2011 483,55 445,72 0,03 1,84
a ya
.id
go
Tabel 7.30 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Informasi dan
s.
Komunikasi, 2011 – 2015
bp
Nilai Tambah Nilai Tambah
.
Tahun
Atas dasar harga
berlaku
Atas dasar harga
konstan
kab Peranan
(%)
Pertumbuhan
(%)
ya
Kategori jasa keuangan dan asuransi memberikan kontribusi yang relatif stabil bagi
PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya. Sepanjang tahun 2011 hingga 2015, secara berturut-
turut sumbangan kategori Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 1,66 persen; 1,79 persen;
1,87 persen; 1,99 persen; dan 2,04 persen. Sedangkan laju pertumbuhan ekonomi kategori
ini berturut-turut dari tahun 2011 hingga 2015 yaitu sebesar 12,08 persen; 12,67 persen;
7,23 persen; 9,61 persen; dan 9,02 persen.
Tabel 7.31 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa Keuangan dan
.id
Asuransi, 2011 – 2015
go
Nilai Tambah Nilai Tambah
s.
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
bp
berlaku konstan (%) (%)
(juta rupiah) (juta rupiah)
.
(1) (2) (3) kab (4) (5)
2011 27.944,40 26.862,30 1,66 12,08
a ya
Kategori real estat memberikan kontribusi yang relatif stabil bagi PDRB Kabupaten
Sumba Barat Daya dengan peranan sebesar kurang dari 3 persen sepanjang tahun 2011
hingga 2015. Selama tahun 2011-2015, secara berturut-turut sumbangan kategori real estat
sebesar 2,10 persen; 1,93 persen; dan 1,86 persen (dari tahun 2013 hingga 2015). Sedangkan
laju pertumbuhan ekonomi kategori ini berturut-turut dari tahun 2011 sampai 2015 yaitu
sebesar 1,40 persen, 4,34 persen, 1,38 persen; 3,14 persen; dan 4,13 persen.
Tabel 7.32 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Real Estat, 2011 – 2015
.id
Nilai Tambah Nilai Tambah
go
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
s.
berlaku konstan (%) (%)
bp
(juta rupiah) (juta rupiah)
(1) (2) (3) (4) (5)
.
2011 35.348,82 35.621,65
k ab 2,10 1,40
ya
Sepanjang tahun 2011 hingga 2015, kontribusi kegiatan ekonomi pada kategori jasa
perusahaan relatif tidak mengalami perubahan yaitu hanya sebesar 0,01 persen. Hal ini
menunjukkan pula peranan kategori ini relatif kecil dibandingkan peranan kategori-kategori
lainnya terhadap perekonomian Sumba Barat Daya. Sedangkan laju pertumbuhannya
cenderung stabil di kisaran 3 sampai 4 persen sepanjang tahun 2011 hingga 2015. Kecuali
pada tahun 2014 dimana angka pertumbuhan untuk kategori ini sedikit melambat yaitu
hanya tumbuh sekitar 0,1 persen.
.id
Tabel 7.33 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa Perusahaan, 2011 –
go
2015
s.
Nilai Tambah Nilai Tambah
bp
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
.
berlaku konstan (%) (%)
(juta rupiah) (juta rupiah)
k ab
(1) (2) (3) (4) (5)
ya
.id
Tabel 7.34 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Administrasi
go
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 2011 – 2015
s.
Nilai Tambah Nilai Tambah
bp
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
.
berlaku konstan (%) (%)
(juta rupiah) (juta rupiah)
k ab
(1) (2) (3) (4) (5)
ya
Pada tahun 2015 jasa pendidikan menyumbang sebesar 7,15 persen terhadap total
PDRB Kabupaten Sumba Barat Daya, meningkat dibandingkan tahun 2011 yang hanya
berkontribusi sekitar 6,25 persen. Dengan penghitungan atas dasar harga konstan 2010, laju
pertumbuhan jasa pendidikan Kabupaten Sumba Barat Daya sedikit mengalami percepatan
dari 4,34 persen pada tahun 2014 menjadi 4,59 persen pada tahun 2015.
Tabel 7.35 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa Pendidikan, 2011 –
2015
.id
Nilai Tambah Nilai Tambah
go
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
berlaku konstan (%) (%)
s.
(juta rupiah) (juta rupiah)
bp
(1) (2) (3) (4) (5)
.
2011 105.123,63 92.863,32k ab 6,25 1,15
ya
Kategori ini mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang
cukup luas cakupannya. Pada tahun 2015, kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten
Sumba Barat Daya sebesar 1,92 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 6,58 persen.
Selama tahun 2011 sampai 2014 peranan kategori ini relatif stabil dengan menunjukkan
sedikit peningkatan dengan nilai kontribusi berturut-turut sebesar 1,77 persen; 1,87 persen;
1,85 persen; dan 1,85 persen. Sedangkan laju pertumbuhannya selalu di atas 5 persen,
kecuali pada tahun 2014 yang hanya tumbuh sebesar 4,19 persen.
.id
Tabel 7.36 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa Kesehatan dan
go
Kegiatan Sosial, 2011 – 2015
s.
Nilai Tambah Nilai Tambah
bp
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
.
berlaku konstan (%) (%)
(juta rupiah) (juta rupiah)
k ab
(1) (2) (3) (4) (5)
ya
Tabel 7.37 Nilai Tambah, Peranan, dan Pertumbuhan Kategori Jasa lainnya, 2011 –
.id
2015
go
Nilai Tambah Nilai Tambah
s.
Atas dasar harga Atas dasar harga Peranan Pertumbuhan
Tahun
bp
berlaku konstan (%) (%)
(juta rupiah) (juta rupiah)
.
(1) (2) (3) k ab (4) (5)
2011 16.836,91 13.800,60 1,00 0,92
a ya
Kontribusi Jasa Lainnya terhadap perekonomian Kabupaten Sumba Barat Daya relatif
stabil yaitu berturut-turut sejak 2011–2015 sebesar 1,00 persen; 1,06 persen; 1,04 persen;
0,99 persen; dan 0,96 persen. Sedangkan laju pertumbuhannya sepanjang tahun 2011 hingga
2015 selalu positif yaitu berturut-turut sebesar 0,92 persen; 2,56 persen; 5,65 persen; 0,77
persen; dan 3,09 persen.