tp
s:
//g
ro
bog
an
ka
b.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//g
ro
bog
an
ka
b.
bp
s.
go
.id
PDRB
KABUPATEN GROBOGAN
MENURUT PENGELUARAN
2014- 2018
ISBN : 978-602-6432-46-9
Nomor Publikasi : 33150.1903
Katalog BPS : 9302020.3315
id
Ukuran Buku : 21 x 29 cm
o.
.g
Jumlah Halaman : x + 65 halaman
ps
.b
ab
Naskah:
nk
Tim Penyusun :
o
gr
Gambar Kulit:
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik
Diterbitkan Oleh:
@ Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan
.id
pendekatan pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi
go
beberapa komponen, yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran
Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran
s.
Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan
p
.b
Inventori), Ekspor-Impor serta Ekspor Neto (ekspor dikurangi dengan impor).
ab
Data PDRB dalam publikasi ini menggunakan tahun dasar 2010, serta sudah
nk
penyusunan publikasi ini diucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah
ht
terjalin selama ini dapat terus berlanjut serta dapat ditingkatkan di masa-masa
mendatang.
Disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini
masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang
bersifat konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini
selanjutnya.
Semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Syafi’i Nur
.id
go
s.
p
.b
ab
nk
ga
bo
ro
//g
s:
tp
ht
Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………………………….............. iii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………….. v
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………… vii
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………... ix
Daftar Lampiran ………………………………………………..………………………… x
.id
B. Kegunaan Statistik PDRB……………………. ……..………………...... 3
go
s.
BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA …………………………… p 5
.b
A. Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PKRT) …….……… 5
ab
nk
.id
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 53
go
p s.
.b
ab
nk
ga
bo
ro
//g
s:
tp
ht
Halaman
Tabel 1. PDRB menurut Pengeluaran Adh Berlaku Tahun 2014-2018 (Juta Rp) 26
Tabel 2. PDRB menurut Pengeluaran Adh Konstan 2010 Tahun 2014-2018
(Juta Rp) ………………………………………………………………..……. 26
Tabel 3. Distribusi PDRB menurut Pengeluaran Adh Berlaku Tahun 2014-2018
(Persen) ………………………………………………………………………. 28
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB menurut Pengeluaran Adh Konstan 2010 Tahun
2015-2018 (Persen) ……………………………..……………………………. 30
.id
Tabel 5. Sumber Pertumbuhan PDRB Adh Konstan 2010 menurut Pengeluaran
go
Tahun 2015-2018 (Persen) …………………………………………………... 31
s.
Tabel 6. Laju Indeks Implisit PDRB menurut Pengeluaran Tahun 2015-2018 p
.b
(Persen) ............................................................................................................. 32
ab
nk
2014-2018 ……………………………………………………………………. 33
bo
2015-2018 (Persen)……………………………………………………………. 35
ht
.id
go
p s.
.b
ab
nk
ga
bo
ro
//g
s:
tp
ht
Halaman
Grafik 1. Perbandingan PDRB menurut Pengeluaran ADH Berlaku dan ADH
Konstan 2010 Tahun 2014-2018………….......…........................................... 27
Grafik 2. Perbandingan Distribusi PDRB menurut Pengeluaran Tahun 2010 dan
Tahun 2018 ..................................................................................................... 29
Grafik 3. Pertumbuhan Beberapa Komponen Pengeluaran 2015-2018 (Persen) .... 41
.id
go
p s.
.b
ab
nk
ga
bo
ro
//g
s:
tp
ht
Halaman
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Atas Dasar
Harga Berlaku (Juta Rupiah) ………………….…………..................... 55
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran Atas Dasar
Harga Konstan 2010 (Juta Rupiah) ……………………………........… 56
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto menurut
Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)…………………… 57
Lampiran 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto menurut
Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Persen)……………. 58
.id
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto menurut
go
Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)………………...... 59
s.
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto menurut
p
.b
Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan 2010 Persen)……………. 60
ab
nk
Pengeluaran (Persen).............................................................................. 61
bo
(Persen) ………………………………………………………………… 63
Lampiran 10. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto menurut
Pengeluaran Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Tahun 2010=100)
(Persen) ……………………………………………...................………. 64
Lampiran 11. Laju Indeks Implisit (Inflasi) Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Pengeluaran (Persen) .....…………………..………………. 65
id
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
o.
.g
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB
ps
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
.b
ab
menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga
nk
berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi. PDRB atas dasar
ga
harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari suatu periode
obo
ke periode (tahun ke tahun). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan adalah
gr
1. Pendekatan Produksi
PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah/daerah/region
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut
dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1.
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri
Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa
Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi
PDRB Kabupaten Grobogan 1
Menurut Pengeluaran 2014-2018
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan,
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan
usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
2. Pendekatan Pendapatan
PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
wilayah/daerah/region dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas
jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal
dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak
id
langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak
o.
.g
tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi subsidi).
ps
.b
ab
3. Pendekatan Pengeluaran,
nk
ga
yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga, (2) pengeluaran
o
gr
konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga, (3) pengeluaran
//
s:
bruto, (5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang
dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor
produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga
pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tidak langsung neto.
Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional/regional setiap tahun. Manfaat yang
dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:
id
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian
o.
.g
atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah/daerah/region. Sektor-
ps
sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian
.b
ab
suatu wilayah/daerah/region.
nk
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran dapat menunjukkan produk barang dan
ga
jasa yang digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan
bo
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
tp
ht
6. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang
penduduk.
7. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan
nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian.
Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumahtangga dalam
pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang
dan jasa, rumah tangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi
untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh institusi lain.
id
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas
o.
.g
barang dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan
ps
sebagai individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan
.b
ab
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
o
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
gr
//
id
Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);
o.
.g
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah
ps
tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya
.b
ab
sendiri. Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun
nk
status rumah tersebut milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa,
ga
maka yang dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh
obo
maupun tidak penuh karena mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer).
gr
//
Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen di luar wilayah
atau di (diperlakukan sebagai impor)
Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:
Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal
di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran
Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak
termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
2. Metode Penghitungan
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi
per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk
kelompok bukan makanan,
id
o.
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
.g
ps
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator
.b
ab
dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi tertentu.
Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT
yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah mengganti hasil
Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk
beberapa komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok
komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu.
id
o.
kelompok COICOP;;
.g
6. PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil
ps
.b
poin ke 5.
ab
nk
ga
sebagai sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam
ht
menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumah tangga secara gratis
atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tidak berarti
secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti
harga pasar yang berlaku).
LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan
fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang
melayani bukan rumah tangga.
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak
berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan
usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus
melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya
diinvestasikan kembali pada aktivitas sejenis.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumah tangga, serta
id
o.
tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud di sini adalah
.g
yang bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 (tujuh) jenis lembaga,
ps
.b
yaitu: Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan
ab
Nilai Pengeluaran Konsumsi LNPRT (PKLNPRT) sama dengan nilai output non-
o
gr
pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasar tersebut dihitung berdasarkan
//
a. Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan; pembayaran listrik,
air, telepon, teleks, faksimili; biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan
bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa
perlengkapan kantor dan lain-lain.
b. Kompensasi tenaga kerja, contoh: upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
lainnya
c. Penyusutan
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dan lain-
lain.
id
gunakan hasil Survei Khusus Lembaga Non Profit (SKLNP). Tahapan estimasi
o.
.g
PKLNPRT adalah sebagai berikut :
a.
ps
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
.b
ab
(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
nk
xij
xij
//
s:
ni
tp
ht
7 19
X x ij N i
i 1 j 1
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas
unit institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah.
Pemerintah juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai
id
penyedia barang dan jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai
o.
.g
pemungut dan pengelola pajak atau pendapatan lainnya, berfungsi mendistribusikan
ps
pendapatan atau kesejahteraan melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam
.b
ab
produksi non-pasar.
nk
bidang fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas
gr
konsumsi atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan
//
s:
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu
sendiri. PKP mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran
upah dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan
barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan
barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tidak dapat dipisahkan dari
aktivitas pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut:
a. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi
oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi
karya seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik
id
o.
Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan
.g
Belanja Pemerintah Daerah (APBD).
ps
.b
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Kabupaten mencakup PK-
ab
2. Metode Penghitungan
tp
ht
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Kabupaten Tahunan adalah:
Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu)
Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu)
Statistik Keuangan Daerah (BPS)
Output Bank Indonesia (BI)
Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga
dari BPS.
id
Kabupaten tersebut + pengeluaran pemerintah Pusat dan Provinsi yang menjadi
o.
bagian dari Kabupaten yang bersangkutan.
.g
ps
.b
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Kabupaten ADH Konstan
ab
metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar
bo
(IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik
o
gr
Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Indeks Harga Konsumen
//
s:
(IHK) umum.
tp
ht
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi di sini terdiri dari investasi
fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini
tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan
Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan
dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis
barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan,
kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah ”bruto”mengindikasikan bahwa di
id
o.
dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang
.g
modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal
ps
.b
yang digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.
ab
nk
a. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
bo
o
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
//gr
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang
s:
tp
2. Metode Penghitungan
Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor
Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil dan Rumah tangga
(level provinsi).
id
o.
Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
.g
Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan. ps
.b
ab
modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara
gr
berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi
tp
ht
barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”.
Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi
dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung
id
nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang
o.
.g
kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB
ps
dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai
.b
output industri konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan.
ab
nk
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal
ga
lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang
o bo
berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara.
gr
Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang
//
s:
menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut
tp
ht
dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh
nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang
sesuai dengan jenis barang modal.
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks
produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali
dengan menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk
memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan)
dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator).
Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah
tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain
yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara.
16 PDRB Kabupaten Grobogan
Menurut Pengeluaran 2014-2018
Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya,
barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat
angkutan dan barang modal lain. Apabila rincian tersebut tidak tersedia dapat
digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua,
untuk memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh
Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral,
dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di
bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh
Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada
periode sebelumnya. Sedangkan PMTB adh Konstannya diperoleh dengan men-deflate
id
o.
nilai adh Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu,
.g
data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data
ps
.b
tahunannya.
ab
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan
nk
ga
data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan
bo
diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa
o
gr
perusahaan.
//
s:
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment,
tp
ht
literary, or artistic original products), data yang dikumpulkan antara lain nilai sinetron dan
program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari
nilai impor film. PMTB adh Konstannya diperoleh dengan cara men-deflate nilai adh
Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis.
Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi
yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, disamping tenaga kerja dan
barang modal. Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian
dari Pembentukan Modal Tetap Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik
yang terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi,
barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu.
Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan
id
analisis tentang aktivitas investasi.
o.
.g
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai
ps
oleh produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang
.b
ab
dalam bentuk lain, yang mempunyai nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih
nk
tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses
ga
pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih
o bo
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode
s:
tp
akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori
ht
b. Berbagai jenis bahan baku dan penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada
waktu dibeli;
id
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
o.
selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).
.g
ps
e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang
.b
ab
g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
o
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai,
s:
tp
2. Metode Penghitungan
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak
dari Dirjen Peternakan Kementrian Pertanian.
Dilihat dari sisi manfaatnya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang
id
o.
relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas
.g
hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia secara rinci dan
ps
.b
berkesinambungan.
ab
nk
Pendekatan Langsung
ga
bo
di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan
//gr
neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan
s:
tp
inventori adh Berlaku, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah
ht
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara men-deflate stok awal dan
akhir dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di
tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan meng-inflate perubahan
inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat
untuk periode waktu yang berurutan;
id
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harganya;
o.
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak
.g
ps
disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat
.b
diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang
ab
nk
sesuai;
ga
Transaksi perdagangan antar negara atau antar wilayah ini dicirikan melalui 2
(dua) aktivitas yang berlawanan, disebut ekspor apabila produk barang dan jasa dikirim
ke luar negeri/daerah sebaliknya disebut impor apabila produk tersebut masuk ke
dalam wilayah ekonomi (domestik).
Pada prinsipnya meskipun transaksi antar negara dan antar daerah sama dalam
pengertian perilaku (perdagangan antar wilayah) namun sebenarnya maknanya agak
berbeda. Transaksi antar negara selain menunjukkan ketergantungan ekonomi suatu
wilayah pada negara lain juga menyebabkan terjadinya aliran devisa (masuk maupun ke
luar), sementara di sisi lain perdagangan antar daerah hanya menyebabkan terjadinya
aliran mata uang lokal (rupiah) antar daerah. Dilihat dari kegiatan ekspor, dengan ke
luarnya sebagian produk domestik ke negara lain maka akan menciptakan arus
PDRB Kabupaten Grobogan 21
Menurut Pengeluaran 2014-2018
masuknya mata uang asing, sedangkan sebaliknya kegiatan impor akan menyebabkan
mengalirnya pendapatan nasional (regional) ke luar negeri, sebagai akibat dari
masuknya produk- produk negara lain.
id
o.
ekonomi tersebut pada akhirnya akan berpengaruh pula pada pendapatan wilayah
.g
(regional), dan pada gilirannya pada sistem pembangunan ekonominya.
ps
.b
Ekspor impor yang terjadi antar daerah mencakup transaksi perdagangan produk
ab
barang dan jasa yang dihasilkan oleh masing-masing daerah dengan daerah lainnya.
nk
ga
Produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh masing-masing daerah yang kemudian
bo
diperdagangkan dengan daerah lain bisa berupa produk yang sejenis dan bisa juga yang
o
gr
yang spesifik yang kadangkala menjadi andalan atau unggulan daerah tersebut.
s:
tp
ht
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama,
bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan
jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas
ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha
mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang
memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk
memperluas pasar ke luar daerah atau bahkan ke luar negeri .
2. Metode Penghitungan
id
Metode penghitungan ekspor impor pada PDRB Menurut Pengeluran Kabupaten
o.
.g
Grobogan menggunakan Metode Cross Holling. Hal ini dilakukan karena terbatasnya
ps
data yang tersedia. Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor menjadi nilai ekspor
.b
ab
dan nilai impor dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu dengan metode cross-
nk
id
o.
struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.
.g
ps
Data yang ada menunjukkan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai
.b
perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan
ab
Sebagian lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan
o
gr
id
Produk Domestik Regional Bruto 18 181,84 20 182,09 21 764,92 23 463,54 25 434,30
o.
.g
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
ps
.b
Nilai PDRB Kabupaten Grobogan adh Berlaku selama periode tahun 2014 sampai
ab
dengan 2018 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut
nk
dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume. Pada tahun
ga
bo
2014 nilai PDRB Kabupaten Grobogan sebesar 18.181,84 milyar rupiah meningkat terus
o
id
o.
Dari grafik 1 dapat diketahui bahwa nilai PDRB adh Berlaku lebih besar dari nilai
.g
PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan
ps
.b
harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh harga
ab
telah ditiadakan.
nk
ga
Konstan Berlaku
id
o.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 93,45 90,15 88,49 86,78 84,66
.g
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,05 1,93 1,87 1,83 1,82
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 10,39 ps
10,53 10,05 9,84 9,53
.b
ab
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 74,69 71,02 68,52 67,24 65,68
o
gr
Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa selama periode 2014 - 2018, produk
yang dikonsumsi di wilayah domestik sebagian besar masih untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga (di atas 84 persen) dan cenderung menurun
persentasenya dari tahun 2014 ke 2018.
Pengeluaran untuk kapital (PMTB) memberi kontribusi sekitar 17 persen,
sedangkan kontribusi konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 9 – 10 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk domestik tidak
terlalu besar. Sedangkan pengeluaran untuk konsumsi LNPRT hanya berkisar 2 persen
saja. Pada tahun 2014-2018 perdagangan Kabupaten Grobogan yang direpresentasikan
oleh nilai net ekspor selama ini yang masih negatif, menunjukkan bahwa nilai ekspor
selalu lebih rendah dari nilai impor, yang berarti bahwa perdagangan Kabupaten
Grobogan masih menunjukkan posisi “defisit”.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang diraih bukan semata
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, tetapi juga digunakan untuk
pengeluaran yang lebih produktif yaitu untuk keperluan investasi (PMTB) dan
mengurangi ketergantungan impor barang dan jasa (mengurangi defisit perdagangan).
id
o.
.g
Distribusi PDRB Pengeluaran 2010 (Persen) Distribusi PDRB Pengeluaran 2017 (Persen)
ps
.b
∆ I (0,91)
ab
(20,99) (12,66)
PMTB
ga
PMTB 17,56
bo
15,13
o
PKLNPRT 84,66
s:
PKLNPRT 1,82
tp
1,86
ht
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan
riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang
menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Grobogan dari tahun 2015 - 2018 secara rata-rata mencapai 5,56 persen,
dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 5,96 persen (2015); 4,51 persen (2016);
5,85 persen (2017) dan sebesar 5,91 persen (2018). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2015 yakni sebesar 5,96 persen, dan yang terendah terjadi pada tahun 2016 (4,51
persen).
id
adanya kebijakan pengetatan/penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah, pada
o.
.g
dua tahun terakhir menunjukkan percepatan pertumbuhan.
ps
.b
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB menurut Pengeluaran Adh Konstan 2010
ab
Untuk sumber pertumbuhan masing-masing tahun dari tahun 2015 -2018 dapat
dilihat pada table 5 di bawah ini. Sumber pertumbuhan yang paling besar adalah dari
komponen Ekspor Barang dan Jasa memberikan andil pertumbuhan sebesar 4,54 persen
pada tahun 2018 dan dari komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga yang
memberikan andil pertumbuhan sebesar 2,86 persen serta dari investasi (PMTB) yang
memberikan andil pertumbuhan sebesar 1,02 persen. Dengan demikian ketiga
Secara angka, andil komponen Impor Barang dan Jasa pada tahun 2018 terhadap
pertumbuhan PDRB cukup besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar
3,03 persen. Akan tetapi, komponen Impor Barang dan Jasa merupakan pengurang,
sehingga semakin besar impor semakin tidak kuat ekonomi suatu daerah. Sebaliknya
semakin besar Ekspor Barang dan Jasa semakin kuat ekonomi suatu daerah karena
id
o.
semakin berkurang ketergantungannya terhadap produk dari luar daerah. Komponen
.g
Ekspor Barang dan Jasa pada tahun 2017 dan 2018 memberikan sumbangan yang cukup
ps
.b
besar sebagai sumber pertumbuhan karena pada tahun 2017 komponen ini tumbuh
ab
sebesar 11,10 persen dan pada tahun 2018 tumbuh sebesar 9,17 peren.
nk
ga
bo
id
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 7,88 2,67 3,32 1,67
o.
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,79 2,62 2,11 3,41
.g
5. Perubahan Inventori
ps - - - -
.b
6. Ekspor Barang dan Jasa 3,50 0,97 2,13 0,21
ab
Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi terbesar dalam PDRB menurut
pengeluaran. Data pada Tabel 7 menunjukkan hal tersebut, dimana sebagian besar
produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir
rumah tangga. Dalam kurun waktu 2014 - 2018 konsumsi akhir rumah tangga
mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh
Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga.
Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah
tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
1
Indeks perkembangan harga
32 PDRB Kabupaten Grobogan
Menurut Pengeluaran 2014-2018
besar bukan hanya untuk konsumsi akhir rumah tangga namun juga untuk investasi
(PMTB) dan ekspor ke luar daerah sehingga dapat mengurangi ketergantungan
terhadap impor.
id
( % ADHB) 93,45 90,15 88,49 86,78 84,66
o.
Rata-rata konsumsi perkapita/tahun (Ribu Rp)
.g
ps
a. ADHB 12 642,67 13 462,29 14 178,57 14 914,37 15 698,60
b. ADHK 2010 10 403,37 10 651,06 10 953,67 11 276,51 11 591,90
.b
ab
1)
Pertumbuhan (% ADHK)
nk
Jumlah penduduk (jiwa) 1 343 985 1 351 429 1 358 404 1 365 207 1 371 610
bo
1)
Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010
//
s:
tp
Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar
ht
domestik maupun yang berasal dari impor turut menjadi pemicu meningkatnya belanja
untuk konsumsi rumah tangga selama tahun 2015 hingga 2018. Pada tahun 2015
pertumbuhan konsumsi akhir rumah tangga relatif agak lambat, berada di bawah 3
persen. Namun, pertumbuhan tersebut mengalami percepatan sampai di atas 3 persen di
tiga tahun terakhir.
Secara umum, rata-rata konsumsi per kapita terus meningkat dari tahun ke tahun
baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Pada tahun 2010 konsumsi rumah
tangga per kapita sebesar 9,19 juta rupiah, yang artinya setiap penduduk Kabupaten
Grobogan rata-rata mengeluarkan biaya sebesar 9,19 juta rupiah selama setahun untuk
konsumsi, baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan,
pendidikan, kesehatan, dan lain-lain). Pengeluaran tersebut terus meningkat setiap
tahun dan tahun 2018 rata-rata konsumsi per kapita sebesar 15,70 juta rupiah.
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 2,95
persen pada tahun 2015. Kemudian mengalami percepatan menjadi 3,37 persen (2016),
3,46 persen (2017) dan 3,28 persen (2018). Nampak bahwa peningkatan keseluruhan
konsumsi rumah tangga secara “riil” lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk
id
o.
yang umumnya berada di bawah 1 persen. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan
.g
tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui
ps
.b
perangkat data PDRB ini.
ab
tangga. Dari tabel tersebut nampak 3 (tiga) konsumsi yang peranannya paling besar,
bo
yaitu yang terbesar konsumsi makanan, minuman dan rokok, konsumsi transportasi,
o
gr
id
tahun 2015 – 2018 untuk kelompok konsumsi rumah tangga sebagaimana terlihat pada
o.
.g
tabel 9.
ps
.b
Tabel 9. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga
ab
Pertumbuhan konsumsi selain makanan, minuman dan rokok yang lebih tinggi
tersebut menunjukkan kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting, hal ini
sebagai akibat dari pengaruh tatanan ekonomi sosial dalam masyarakat yang telah
mengalami perubahan/pergeseran. Pertumbuhan konsumsi (riil) ini juga dapat
menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk kuantum
(volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini menggambarkan terjadinya peningkatan
kemakmuran masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok
masyarakat tertentu.
Tabel 10. Pertumbuhan Indeks Implisit Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga
Tahun 2015 - 20181) (Persen)
id
o.
b. Pakaian dan Alas Kaki 2,88 1,45 1,19 0,26
.g
Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan
c. 2,67 1,02 3,49 1,73
ps
Penyelenggaraan Rumah Tangga
d. Kesehatan dan Pendidikan 3,33 2,09 3,28 3,97
.b
e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi dan Budaya 1,47 -0,92 4,10 0,94
ab
1)
Tingkat perubahan harga produk konsumsi
//
s:
tp
Peranan konsumsi akhir LNPRT dalam PDRB menurut pengeluaran masih kecil
dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya, yaitu hanya sekitar 2 persen saja.
Hal ini menunjukkan bahwa peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah
masih dapat ditingkatkan lagi. Beberapa lembaga yang memberikan andil cukup besar
untuk PKLNPRT adalah organisasi kemasyarakatan (ormas), partai politik, dan lembaga
keagamaan.
Dari tabel 11 di atas, dapat dilihat pertumbuhan konsumsi LNPRT dari tahun ke
tahun yang terus meningkat kecuali tahun 2015. Konsumsi LNPRT secara riil pada tahun
id
o.
2015 lebih rendah dibandingkan tahun 2014. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi
.g
ps
oleh penurunan pengeluaran ormas, parpol, LSM dan lembaga lainnya setelah pada
.b
tahun sebelumnya meningkat karena adanya perhelatan pemilihan umum (legislatif)
ab
serta pemilihan Presiden tahun 2014. Sedangkan pemilihan Bupati Grobogan di akhir
nk
ga
tahun 2015 tidak terlalu meningkatkan konsumsi LNPRT sehingga pada tahun 2015
bo
sedangkan pada tahun 2016 tumbuh 2,01 persen dan tumbuh sebesar 3,07 persen pada
//gr
tahun 2017. Pada tahun 2018 konsumsi LNPRT kembali mengalami pertumbuhan yang
s:
tp
id
o.
Konsumsi Pemerintah per kapita (Ribu Rp)
.g
a. ADHB 1,406.26 1,572.78 1,609.53 1,690.64 1,766.29
b. ADHK 2010 1,062.46 ps
1,101.44 1,097.84 1,116.10 1,146.84
.b
Konsumsi Pemerintah per Pegawai Pemerintah (Juta Rp)
ab
1
Pertumbuhan ) (%)
bo
2
Jml Pegawai Pemerintah ) 9,986 10,416 10,312 9,137 -
tp
id
o.
tahun 2016 sebesar -0,33 persen. Hal yang berbeda terjadi pada konsumsi pemerintah
.g
per pegawai yang mengalami penurunan sebesar 0,06 persen pada tahun 2015 yang
ps
.b
disebabkan pertambahan jumlah pegawai dari 9 986 pegawai pada tahun 2014 menjadi
ab
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
// gr
direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
ht
sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan
sebagai investasi fisik (kapital)22. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung
(indirect-input) di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini
dapat berasal dari produksi domestik maupun dari impor.
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga
maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal
maupun riil. Data di bawah menjelaskan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan
PMTB dalam kurun waktu 2015 – 2018 selalu tumbuh positif dari 3,59 persen (2015)
menjadi 5,97 persen (2018). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar
7,49 persen. PMTB dalam bentuk bangunan memberikan proporsi lebih besar dibanding
non-bangunan dalam pembentukan modal tetap bruto.
2Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
PDRB Kabupaten Grobogan 39
Menurut Pengeluaran 2014-2018
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur PMTB
Tahun 2014—2018
id
o.
dalam bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam
.g
ps
proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud di
.b
sini bisa berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda
ab
negatif).
nk
ga
komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif
o
gr
(disamping komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda
//
s:
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci,
perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak
dikaji lebih dalam. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah proporsi,
dalam PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik
dalam level maupun tandanya (positif atau negatif).
id
o.
terjadi pada tahun 2017 sebesar – 1,12 persen dan tahun 2018 sebesar -0,91 persen.
.g
ps
Grafik 3. Pertumbuhan Beberapa Komponen Pengeluaran
.b
2015-2018 (Persen)
ab
nk
8.00
ga
7.49
7.00
bo
5.97
o
6.00
// gr
5.37
s:
5.00
tp
4.42
4.24
ht
4.00
persen
3.59 3.24
3.00 2.95 3.37 3.46 3.28
3.07
2.17
2.01
2.00
1.00
0.19
0.00
2015 2016 2017 2018
-1.00
-1.47
-2.00
id
domestik, maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan yaitu
o.
dengan cara mengurangkan nilai PDRB pengeluaran dengan nilai impornya. Hasil
.g
ps
pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut
.b
lapangan usaha.
ab
nk
penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen.
bo
Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongannya bisa
o
gr
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor dan
impor. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor juga hasilnya dapat
memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda “positif” berarti
nilai ekspor lebih besar dari pada impor , demikian pula sebaliknya.
id
o.
.g
Uraian 2014
ps
2015 2016 2017* 2018**
.b
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
ab
id
o.
luar Kabupaten Grobogan nilainya masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai
.g
ps
barang barang pabrikan yang dibutuhkan oleh masyarakat Kabupaten Grobogan.
.b
ab
nk
ga
obo
gr
//
s:
tp
ht
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial
ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan
beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan
informasi yang tersedia.
A. PDRB (NOMINAL)
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam
id
suatu wilayah ekonomi domestik, dimana di dalamnya masih terkandung nilai
o.
penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena
.g
ps
menjelaskan kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung
.b
melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan
ab
nk
pendapatan.
ga
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang
bo
berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan
o
gr
Tabel 16. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Per kapita
Tahun 2014—2018
id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
o.
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp) 16 991,56 18 193,33 19 260,23 20 361,20 21 532,36
.g
Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp) 3 162,72 3 465,71 3 713,77 4 076,31 4 467,25
Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB 5,37 ps
5,25 5,19 5,00 4,82
.b
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
ab
nk
ga
Rata-rata rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB selama lima tahun
bo
terakhir sebesar 5,12. Hal ini dapat diartikan penggunaan produk untuk konsumsi
o
gr
rumah tangga 5,12 kali lebih besar dibanding untuk PMTB. Nilai ini terus mengalami
//
s:
penurunan selama lima tahun terakhir, pada tahun 2014 sebesar 5,37 kemudian menjadi
tp
sebesar 4,82 pada tahun 2018. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa nilai PMTB
ht
Selama tahun 2014 - 2016 lebih dari 100 persen produk barang dan jasa yang
id
berada di wilayah domestik Kabupaten Grobogan digunakan untuk memenuhi
o.
permintaan konsumsi akhir. Proporsi ini terus mengalami penurunan dari tahun 2014
.g
ps
sebesar 105,89 persen menjadi 96,00 persen pada tahun 2018. Sedangkan produk yang
.b
tidak digunakan menjadi konsumsi akhir, yaitu PMTB dan perubahan inventori
ab
nk
D. NET EKSPOR
o
gr
Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak
//
s:
(non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih antara
tp
nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”, apabila nilai ekspor lebih
ht
besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit.
Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam
posisi surplus, maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka
terjadi aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi
suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut.
id
Uraian 2014 2015 2016 2017* 2018**
o.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
.g
ps
Net Ekspor (Milyar Rp) -4 703,24 -4 276,95
.b -4 050,46 -3 449,43 -3 219,19
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
ab
nk
investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai penambahan kapital yang
tp
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari
sumber daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses
produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi
(produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”.
K I It
Formula: ICOR
Y Y Yt Yt 1
Dimana:
I t = PMTB tahun ke t
Yt = Output tahun ke t
Yt 1 = Output tahun ke t-1
id
PMTB (ADHK 2010) (Milyar Rp) 2 600,76 2 694,01 2 813,09 3 023,82 3 204,45
o.
ICOR 3,00 3,91 3,10 3,07
.g
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara
ps
.b
ab
Data di atas menunjukkan besaran ICOR dari sebesar 3,00 (2015) naik menjadi
nk
3,91 (2016) dan turun lagi menjadi 3,10 (2017) dan 3,07 (2018). Nilai ICOR tertinggi
ga
terjadi pada tahun 2016. Semakin tinggi nilai ICOR menunjukkan semakin besar kapital
bo
yang harus digunakan untuk dapat meningkatkan 1 unit nilai output. Sebaliknya
o
gr
semakin rendah nilai ICOR menunjukkan semakin kecil kapital yang harus digunakan
//
s:
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 untuk menghasilkan
tambahan output sebesar 1 milyar rupiah dibutuhkan penambahan kapital sebesar 3,00
milyar rupiah. Sedangkan pada tahun 2018 untuk menghasilkan tambahan output
sebesar 1 milyar rupiah dibutuhkan penambahan kapital lebih banyak, yaitu sebesar 3,07
milyar rupiah.
id
barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga
o.
.g
non-profit yang melayani rumah tangga/LNPRT, pemerintah, dan perusahaan.
ps
2. Nominal PDRB Kabupaten Grobogan tahun 2018 adh Berlaku mencapai 25,43 triliun
.b
ab
rupiah. Dari nilai sebesar itu sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir, yaitu
nk
konsumsi rumah tangga, LNPRT dan pemerintah yang mencapai 96,00 persen
ga
dimana 88,18 persennya adalah konsumsi rumah tangga. Dengan peranan konsumsi
o bo
rumah tangga yang sangat dominan, tidak dapat dipungkiri bahwa komponen ini
gr
persen dan 2,86 persennya bersumber dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
3. Peranan investasi dalam perekonomian selalu merupakan issue yang menarik untuk
diulas, karena investasi dalam bentuk kapital/modal fisik akan digunakan secara
terus menerus dan berulang dalam proses produksi yang keluarannya adalah
output. Peranan investasi dalam PDRB Pengeluaran Kabupaten Grobogan dapat
didekati dari proporsi PMTB dalam PDRB. Proporsi PMTB ini berada pada kisaran
17 persen, atau dapat dikatakan peranan investasi dalam perekonomian Kabupaten
Grobogan hanya sekitar 17 persen saja. Dari nilai ICOR Kabupaten Grobogan yang
cenderung fluktuatif dapat disimpulkan bahwa untuk menambah 1 unit ouput
setiap tahun, investasi yang ditanamkan setiap tahunnya berbeda-beda besarnya.
Selama periode 2015-2018 dibutuhkan sekitar 3 unit modal untuk menghasilkan
tambahan 1 (satu) unit output.
id
dibarengi dengan meningkatnya persentase ekspor dari 48,82 persen pada tahun
o.
.g
2014 menjadi 53,02 persen pada tahun 2018.
ps
.b
5. Seluruh data, indikator dan ulasan yang ditampilkan dalam publikasi ini dapat
ab
perencanaan, evaluasi dan berbagai analisis ekonomi lainnya. Data dan indikator
ga
bo
yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, juga dapat dijadikan
o
acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti
gr
//
berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia. Bahkan
ht
secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data
ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel Input-
Output, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana.
6. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri/luar kabupaten (external account)
secara agregat disajikan disini dalam bentuk ekspor neto. Transaksi eksternal ini
menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi Kabupaten Grobogan
terhadap ekonomi kabupaten lain.
LAMPIRAN
bo
o
//gr
s:
tp
ht
.id
Komponen Pengeluaran 2014 2015 2016 2017* 2018**
go
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
s.
bp
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 16 991 558,11 18 193 331,50 19 260 228,02 20 361 200,29 21 532 362,10
b.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 371 882,63 389 336,69 407 024,53 430 385,29 463 154,86
ka
an
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1 889 996,20 2 125 497,04 2 186 389,86 2 308 067,00 2 422 665,13
og
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3 162 717,65 3 465 708,05 3 713 770,36 4 076 307,68 4 467 254,28
b
ro
5. Perubahan Inventori 468 925,10 285 163,92 247 965,67 (262 986,34) (231 942,65)
//g
6. Ekspor Barang dan Jasa 8 876 668,30 10 056 695,51 10 862 819,08 12 326 418,56 13 485 863,49
s:
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa tp13 579 912,32 14 333 643,50 14 913 280,24 15 775 849,23 16 705 057,54
ht
Produk Domestik Regional Bruto 18 181 835,66 20 182 089,21 21 764 917,28 23 463 543,25 25 434 299,67
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
.id
Komponen Pengeluaran 2014 2015 2016 2017* 2018**
go
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
s.
bp
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 13 981 977,83 14 394 152,51 14 879 512,58 15 394 772,88 15 899 565,20
b.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 296 318,93 291 976,56 297 846,72 307 005,43 323 499,12
ka
an
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1 427 928,53 1 488 514,10 1 491 310,41 1 523 706,32 1 573 014,65
og
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 2 600 757,80 2 694 005,61 2 813 087,32 3 023 818,49 3 204 453,36
b
ro
5. Perubahan Inventori 323 294,79 108 347,77 121 340,45 (199 729,69) (174 403,80)
//g
6. Ekspor Barang dan Jasa 6 712 576,59 7 348 026,76 7 861 128,17 8 733 916,35 9 535 237,32
s:
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa tp10 278 397,81 10 362 403,88 10 781 595,95 11 124 235,49 11 659 059,50
ht
Produk Domestik Regional Bruto 15 064 456,66 15 962 619,43 16 682 629,70 17 659 254,29 18 702 306,35
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
.id
Komponen Pengeluaran 2014 2015 2016 2017* 2018**
go
s.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
bp
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 93,45 90,15 88,49 86,78 84,66
b.
ka
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,05 1,93 1,87 1,83 1,82
an
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 10,39 10,53 10,05 9,84 9,53
og
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,39 17,17 17,06 17,37 17,56
b
ro
5. Perubahan Inventori 2,58 1,41 1,14 (1,12) (0,91)
//g
6. Ekspor Barang dan Jasa 48,82 49,83 49,91 52,53 53,02
s:
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa tp 74,69 71,02 68,52 67,24 65,68
ht
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
.id
Komponen Pengeluaran 2014 2015 2016 2017* 2018**
go
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
s.
bp
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 92,81 90,17 89,19 87,18 85,01
b.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 1,97 1,83 1,79 1,74 1,73
ka
an
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 9,48 9,32 8,94 8,63 8,41
og
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,26 16,88 16,86 17,12 17,13
b
ro
5. Perubahan Inventori 2,15 0,68 0,73 (1,13) (0,93)
//g
6. Ekspor Barang dan Jasa 44,56 46,03 47,12 49,46 50,98
s:
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa tp 68,23 64,92 64,63 62,99 62,34
ht
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
.id
Komponen Pengeluaran 2015 2016 2017* 2018**
go
s.
(1) (2) (3) (4) (5)
bp
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7,07 5,86 5,72 5,75
b.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,69 4,54 5,74 7,61
ka
an
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 12,46 2,86 5,57 4,97
og
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,58 7,16 9,76 9,59
b
ro
5. Perubahan Inventori - - - -
//g
6. Ekspor Barang dan Jasa 13,29 8,02 13,47 9,41
s:
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa tp 5,55 4,04 5,78 5,89
ht
Produk Domestik Regional Bruto 11,00 7,84 7,80 8,40
.id
Komponen Pengeluaran 2015 2016 2017* 2018**
go
s.
(1) (2) (3) (4) (5)
bp
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2,95 3,37 3,46 3,28
b.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT (1,47) 2,01 3,07 5,37
ka
an
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,24 0,19 2,17 3,24
og
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,59 4,42 7,49 5,97
b
ro
5. Perubahan Inventori - - - -
//g
6. Ekspor Barang dan Jasa 9,47 6,98 11,10 9,17
s:
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa tp 0,82 4,05 3,18 4,81
ht
Produk Domestik Regional Bruto 5,96 4,51 5,85 5,91
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
.id
Komponen Pengeluaran 2015 2016 2017* 2018**
go
s.
(1) (2) (3) (4) (5)
bp
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2,74 3,04 3,09 2,86
b.
ka
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT (0,03) 0,04 0,05 0,09
an
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0,40 0,02 0,19 0,28
og
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 0,62 0,75 1,26 1,02
b
ro
5. Perubahan Inventori (1,43) 0,08 (1,92) 0,14
//g
6. Ekspor Barang dan Jasa 4,22 3,21 5,23 4,54
s:
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa tp 0,56 2,63 2,05 3,03
ht
Produk Domestik Regional Bruto 5,96 4,51 5,85 5,91
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
.id
go
Komponen Pengeluaran 2014 2015 2016 2017* 2018**
s.
bp
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
b.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 121,52 126,39 129,44 132,26 135,43
ka
an
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 125,50 133,35 136,66 140,19 143,17
og
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 132,36 142,79 146,61 151,48 154,01
b
ro
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 121,61 128,65 132,02 134,81 139,41
//g
5. Perubahan Inventori 145,05 263,19 204,36 131,67 132,99
s:
6. Ekspor Barang dan Jasa tp 132,24 136,86 138,18 141,13 141,43
ht
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 132,12 138,32 138,32 141,82 143,28
Produk Domestik Regional Bruto 120,69 126,43 130,46 132,87 136,00
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
.id
go
Komponen Pengeluaran 2014 2015 2016 2017* 2018**
s.
bp
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
b.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 140,90 150,86 159,71 168,84 178,55
ka
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
an
156,63 163,98 171,43 181,27 195,07
og
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 162,72 183,00 188,24 198,72 208,58
b
ro
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 163,80 179,49 192,34 211,11 231,36
//g
5. Perubahan Inventori - - - - -
s:
6. Ekspor Barang dan Jasa tp 129,62 146,85 158,62 179,99 196,92
ht
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 142,52 150,43 156,51 165,56 175,32
Produk Domestik Regional Bruto 142,42 158,09 170,49 183,80 199,23
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
.id
(Tahun 2010 = 100) Kabupaten Grobogan ( Persen )
go
s.
bp
Komponen Pengeluaran 2014 2015 2016 2017* 2018**
b.
ka
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
an
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 115,94 119,36 123,39 127,66 131,84
og
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 124,81 122,98 125,45 129,31 136,25
b
ro
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 122,94 128,16 128,40 131,19 135,43
//g
s:
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 134,69 139,52 145,69 156,60 165,96
5. Perubahan Inventori
tp - - - - -
ht
.id
go
Komponen Pengeluaran 2015 2016 2017* 2018**
s.
bp
(1) (2) (3) (4) (5)
b.
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4,01 2,41 2,18 2,39
ka
an
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,25 2,48 2,58 2,13
og
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 7,88 2,67 3,32 1,67
b
ro
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,79 2,62 2,11 3,41
//g
5. Perubahan Inventori - - - -
s:
6. Ekspor Barang dan Jasa tp 3,50 0,97 2,13 0,21
ht
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 4,69 0,00 2,53 1,03
Produk Domestik Regional Bruto 4,76 3,19 1,84 2,35
* Angka sementara ** Angka sangat sementara