Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR AKTUALISASI DIRI PADA TN. F


DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG MELATI
RSUD dr. SYLVANUS PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh:
Nama : Rahmah Pebrianti
NIM : 2019.C.11a.1023

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :

Nama : Rahmah Pebrianti

NIM : 2019.C.11a.1023

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan


Dasar Aktualisasi Diri Pada Tn. F Dengan Harga Diri Rendah Di Ruang Melati
Rsud Dr. Sylvanus Palangka Raya”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik Praklink
Keperawatan 1(PPK1) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri
Pada Tn. F Dengan Harga Diri Rendah Di Ruang Melati Rsud Dr. Sylvanus Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
3. Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan
ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan
sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, 13 Maret 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. 2
KATA PENGANTAR ...................................................................................3
DAFTAR ISI...................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................5
1.2 Tujuan......................................................................................................5
1.3 Manfaat....................................................................................................6
BAB II PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Kebutuhan Dasar Aktualisasi Diri
2.2 Definisi Harga Diri Rendah Kronis
2.2.1 Faktor Penyebab Herga Diri Rendah........................................... 7
2.2.2 Proses Terjadinya Herga Diri Rendah Kronis............................. 8
2.2.3 Mekanisme Koping...................................................................... 10
2.2.4 Penatalaksanaan Medis................................................................ 10
2.3 Pengkajian
2.3.1 Analisis Data…............................................................................11
2.3.2 Rumusan Masalah........................................................................13
2.3.3 Perencanaan…….........................................................................14
2.4 Asuhan Keperawatan Kasus
2.4.1 Pengkajian……. ............................................................................15
2.4.2 Analisis Data…..............................................................................23
2.4.3 Intervensi Keperawatan.................................................................25
2.4.4 Implementasi Dan Evaluasi...........................................................30
BAB III PENUTUP........................................................................................34
3.1 Kesimpulan.................................................................................................34
3.2 Saran ...................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................35

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebutuhan dasar menurut H. Maslow pada intinya berfokus pada dasarnya manusia
mempunyai lima hierarki kebutuhan. (1) kebutuhan fisiologis (physioogical needs), kebutuhan
ini meliputi: rasa lapar, haus, istirahat, dan seksual; (2) Kebutuhan akan rasa aman (safety
needs). Tidak dalam arti fisik semata, tetapi juga mental, psikologi dan intelektual; (3) kebutuhan
akan kasih sayang (love needs); (4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol – simbol statusdan (5) aktualisasi diri (self
actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi
yang terdapat dalam dirinya sehigga berubah menjadi kemampuan yangnyata (Muhith, 2015).

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi
adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri tanpa syarat, walaupun melakukan
kesalahan, kekalahan, tetap merasa sebagai seorang yang penting dan berharga. (Stuart &
Sundeen, 1998). Ketika individu merasa tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri maka
individu tersebut mangalami harga diri rendah. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa
gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (keliat, 1998).

5
BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Aktualisasi
Diri
2.1.1 Pengertian Aktualisasi

Pengertian Aktualisasi Diri Maslow (1954) Hierarchy of Needs menggunakan istilah


aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia.
Maslow (1970) dalam Arianto (2009:139) menjelaskan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri
sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik.. Menurut Maslow
(2014) seorang individu siap untuk bertindak sesuai kebutuhan pertumbuhan jika dan hanya jika
kebutuhan kekurangan terpenuhi, konseptualisasi awal Maslow hanya mencakup satu kebutuhan
pertumbuhan - aktualisasi diri. Orangorang yang teraktualisasi diri dicirikan oleh: 1) fokus pada
masalah; 2) menggabungkan kesegaran apresiasi hidup yang terus berlanjut; 3) keprihatinan
tentang pertumbuhan pribadi; dan 4) kemampuan untuk memiliki pengalaman puncak. Maslow
(1970) menemukan bahwa tanpa memandang suku asal-usul seseorang, setiap manusia

6
mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya.
Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan,
kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Maslow (1987) aktualisasi diri merupakan penggunaan dan pemanfaatan secara
penuh bakat, kapasitas-kapasitas, potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan diri tersebut. Proses aktualisasi adalah perkembangan atau penemuan jati diri dan
berkembang suatu potensi yang dimiliki oleh manusia (Maslow1987). Organisme manusia
mencaku semua pengalaman yang tersedia pada saat tertentu, baik sadar maupun tidak sadar
(Rogers 1959). Seiring perkembangan sebagian bidang ini menjadi berbeda dan ini menjadi
"diri" seseorang, diri adalah konstruksi sentral, ini berkembang melalui interaksi dengan orang
lain dan melibatkan kesadaran akan keberadaan dan fungsi (Hall & Lindzey, 1985; Rogers,
1959). Bentuk psikologis yang jelas dari kecenderungan aktual yang terkait dengan diri ini
adalah kecenderungan aktualisasi diri, ini melibatkan aktualisasi dari bagian pengalaman yang
dilambangkan dalam diri (Rogers, 1959). Hal ini dapat dilihat sebagai dorongan untuk
mengalami diri sendiri dengan cara yang konsisten dengan pandangan seseorang tentang
beberapa hal (Maddi, 1996). Terhubung dengan pengembangan konsep diri dan aktualisasi diri
adalah kebutuhan sekunder (diasumsikan kemungkinan dapat dipelajari di masa kanak-kanak):
kebutuhan untuk hal positif dari orang lain dan kebutuhan akan penghargaan diri yang positif,
hal ini mengarah pada mendukungnya suatu perilaku yang konsisten dengan konsep diri
seseorang (Maddi, 1996).
Manusia yang beraktualisasi dimotivasi oleh metakebutuhan yang berorientasi pada
penyesuaian kehidupan individu dengan kecenderungan-kecenderungan aktualisasi diri yang
unik dan ditujukan untuk meningkatkan pengalaman yang mengarah pada pertumbuhan dalam
diri, kreativitas adalah kualitas menonjol di aktualisasi diri, bahwa orang-orang yang
mengaktualisasikan diri dan kebutuhan yang digambarkan pada hierarki piramidal nya deskriptif,
sebagai lawan secara eksplisit dinyatakan dalam hal bagaimana pemenuhan manusia muncul
(Maslow 1987). Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup
seseorang,ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis. (Arianto, 2009). Maslow (1954: 46) bahwa
kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan seseorang untuk mampu menjadi apa yang
diinginkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Misalnya seorang musician harus bermain musik

7
“What a man can be, he must be”. Aktualisasi diri membutuhkan kemampuan dan dorongan
untuk menetapkan dan mencapai tujuan. Dalam proses aktualisasi diri dibutuhkan kerja keras,
kesabaran,dan komitmen yang tinggi dari individu tersebut. Menurut Maslow (dalam Omifolaji
2010) proses yang harus diperhatikan dalam aktualisasi diri adalah sebagai berikut: 1) Siap untuk
berubah. 2) Bertanggung jawab. 3) Memeriksa dan memiliki motif yang kuat. 4) Menggunakan
pengalaman-pengalaman yang positif. 5) Siap terlibat dan melakukan perkembangan Dari
definisi aktualisasi diri di atas, peneliti menjabarkan bahwa aktualisasi diri adalah nilai – nilai
peningkatan kualitas hidup berkaitan dengan kemampuan seorang untuk memahami kemampuan
diri sendiri yang menunjukkan bahwa diri sendiri mampu memberikan penilaian diri, penilaian
positif kepada kemampuan diri sendiri atau ketepatan seseorang di dalam menempatkan dirinya
sesuai dengan kemampuan yang ada di dalam diri.

2.1.2 Aspek Aktualisasi

Diri Berdasarkan dari teori aspek-aspek proses perkembangan seseorang untuk


mewujudkan aktualisasi dirinya, antara lain (Maslow,1954 dalam Motivation and personality):

a. Kreativitas (creativity), merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang
beraktualisasi diri. Sifat kreatif nyaris memiliki arti sama dengan kesehatan, aktualisasi
diri dan sifat manusiawi yang penuh. Sifat – sifat yang dikaitkan dengan kreativitas ini
adalah fleksibilitas, spontanitas, keberanian, berani membuat kesalahan, keterbukaan
dan kerendahan hati (BegheTo Kozbelt, A & Runco 2010). Orang kreatif biasanya
energik dan penuh ide, individu ini ditandai dengan memiliki keinginan untuk tumbuh
dan kemampuan untuk menjadi spontan, pemikir yang berbeda, terbuka terhadap
pengalaman baru, gigih, dan pekerja keras. Studi yang dilakukan oleh ChavezEakle,
Lara, dan Cruz (2006) tentang perilaku individu kreatif menemukan bahwa orang kreatif
memiliki rasa eksplorasi saat menghadapi hal baru, bersikap optimis, toleran terhadap
ketidakpastian, dan mengejar tujuan dengan intensitas tinggi.
b. Moralitas (morality), merupakan kemampuan manusia melihat hidup lebih jernih,
melihat hidup apa adanya bukan menurutkan keinginan. Kemampuan melihat secara
lebih efisien ,menilai secara lebih tepat “manusiawi secara penuh” yang ternyata
merembes pula ke banyak bidang kehidupan lainnya. Menurut Shweder (1997) manusia
dan tujuan regulasi moral adalah untuk 17 melindungi zona pilihan individu yang bebas

8
dan untuk mempromosikan pelaksanaan kehendak individu dalam mengejar preferensi
pribadi. (Richerson & Boyd, 2005) mengasumsikan bahwa moralitas manusia muncul
dari koevolusi gen dan inovasi budaya, bahwa budaya telah menemukan banyak cara
untuk membangun potensi pikiran manusia yang luas untuk menekan keegoisan dan
membentuk komunitas.
c. Penerimaan diri (self acceptance), banyak kualitas pribadi yang dapat dirasakan di
permukaan yang tampak bervariasi dan tidak berhubungan kemudian dapat dipahami
sebagai manifestasi atau turunan dari sikap yang lebih mendasar yaitu relatif kurangnya
rasa bersalah, melumpuhkan rasa malu dan kecemasan dalam kategori berat. Manusia
yang sehat dirasa mungkin untuk menerima diri sendiri dan alam diri sendiri tanpa
kekecewaan atau keluhan dalam hal ini bahkan tanpa berpikir tentang hal ini sangat
banyak. Individu bisa menerima sifat manusia dengan semua kekurangan, serta semua
perbedaan dari citra ideal tanpa merasa kekhawatiran dalam kehidupan nyata. Orang
yang mengaktualisasikan diri cenderung baik, hangat dan menikmati diri sendiri tanpa
penyesalan,rasa malu atau permintaan maaf. Menurut Maslow (1954) bahwa individu
yang teraktualisasikan sendiri dapat mencatat dan mengamati apa yang terjadi, tanpa
memperdebatkan masalah atau menuntut hal itu sebaliknya demikian juga orang yang
aktualisasi diri cenderung memandang manusia, alam di dalam dirinya dan orang lain.
Dengan menghilangkan penilaian diri dan memperkuat penerimaan diri, 18 individu
menjadi terbebas dari kecemasan, perasaan tidak mampu dan takut akan kritik dan
penolakan, serta bebas untuk mengeksplorasi dan mengejar hal-hal yang benar-benar
membuat individu senang (Bernard, 2011). d) Spontanitas (Spontaneity) Aktualisasi diri
manusia dapat digambarkan sebagai relatif spontan pada perilaku dan jauh lebih spontan
daripada di kehidupan batin, pikiran, impuls, dan lain lain, perilaku ini ditandai dengan
kesederhanaan, kealamian dengan kurangnya kesemuan ini tidak selalu berarti perilaku
konsisten yang tidak konvensional. Moreno (1955) menjelaskan bahwa Spontanitas
merupakan tingkat variabel respon yang memadai terhadap situasi tingkat variabel dan,
perilaku yang baru bukanlah ukuran spontanitas yang harus memenuhi syarat dari hal
tersebut misalnya, tentang perilaku psikotik ekstrem dengan tingkat yang sedemikian
tidak koheren sehingga individu tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah konkret
atau memecahkan masalah pemikiran. Menurut Haidt (2008) spontanitas dalam

9
kehidupan batin, pikiran dan dorongan hati individu, yang tidak terganggu oleh
konvensi, etika dari individu tersebut berupa sebuah otonom, manusia adalah individu
yang termotivasi untuk terus berkembang.
d. Pemecahan masalah (Problem Solving), yaitu individu akan lebih menghargai
keberadaan orang lain dalam lingkungannya, Dengan beberapa pengecualian dapat
dikatakan bahwa objek biasanya bersangkutan dengan isu-isu dasar dan pertanyaan dari
jenis yang telah dipelajari secara filosofis atau etika. Orang yang mengaktualisasikan
diri berorientasi pada masalah-masalah yang 19 melampaui kebutuhan-kebutuhan.
Dedikasi terhadap tugas-tugas atau pekerjaan merupakan bagian dari misi hidup.
Manusia hidup untuk bekerja dan bukan bekerja untuk hidup. pekerjaan manusia
bersifat alami secara subjektif dan bersifat non personal. (Koeswara 1991).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri

Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memahami aktualisasi diri. Maslow
(1987) menyebutkan bahwa faktor-faktor aktualisasi secara universal dari manusia ini adalah:

a. Kemampuan untuk melihat kehidupan secara jernih, manusia yang melihat hidup secara
sederhana bukan untuk menurutkan keinginan, lebih bersikap objektif terhadap hasil –
hasil yang diamati, memiliki sifat rendah hati. Dalam hal ini manusia bersifat alami
serta mampu mengetahui
b. Kemampuan untuk membuktikan hidup pada pekerjaan,tugas,dan kewajiban.
Memberikan kegembiraan dan kenikmatan pada setiap pekerjaan serta memiliki rasa
bertanggung jawab yang besar atas suatu tugas,hal ini menuntut kerja keras dan disiplin
c. Kemerdekaan psikologis, manusia yang mengaktualisasikan diri memiliki kemerdekaan
psikologis. Manusia mampu mengambil keputusan – kepetusan secara mandiri
sekalipun melawan pendapat khalayak ramai. Faktor kedua dalam aktualisasi diri adalah
tentang kebutuhan – kebuthan yang timbul dari dalam diri individu. Menurut Rogers
( 1995 dalam Ginting, 2011) faktor – faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri antara
lain:
1. Pemeliharaan (maintenance) Kebutuhan yang timbul dalam rangka memuaskan
kebutuhan dasar makan, udara dan keamanan, serta kecenderungan untuk menolak
perubahan dan mempertahankan keadaan sekarang. Pemeliharaan bersifat

10
konservatif, dalam bentuk keinginan untuk mempertahankan konsep diri yang dirasa
nyaman.
2. Peningkatan diri (enhancement) Walaupun ada keinginan yang kuat untuk
mempertahankan keadaan tetap seperti adanya, orang ingin tetap belajar dan berubah.
3. Penerimaan positif dari diri sendiri (self regard) Penerimaan diri ini merupakan
akibat dari pengalaman kepuasaan, dimana seseorang akan mampu menerima
kelemahan dirinya namun tetap berusaha melakukan yang terbaik. Penerimaan positif
dari diri sendiri merupakan bagian dari dimensi harga diri. Anari (dalam Putri, 2007)
menyebutkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah:
a) Berfungsi Secara Otonom Terhadap Lingkungan Orang yang mengaktualisasikan
diri mampu melepaskan diri dari kebergantungan yang berlebihan terhadap
lingkungan sosial dan fisik. Pemuasaan motif – motif pertumbuhan dating dari
dalam diri sendiri melalui pemanfaatan penuh bakat dan potensinya (Goble, 1987
dalam Matthew & Hergenhahm, 2013)
b) Transendensi Anari ( dalam Putri,2007) individu lebih tinggi, unggul, agung,
melampui superlative arti yang lain tidak tergantung dengan orang lain. Individu
yang beraktualisasi diri akan berusahah menjadi yang terbaik. Seseorang yang
mengaktualisasikan dirinya berarti mampu menjadi dirinya sendiri dan tidak
terpengaruh oleh perkataan orang lain.
c) Demokratis Menurut Anari (dalam Putri,2007) orang yang mempunyai aktualisasi
diri selalu menjalin komunikasi dengan berbagai pihak. Meski individu menyadari
bahwa ada perbedaan – perbedaan dengan orang lain tetapi individu dapat
menerima semua orang tanpa memperhatikan tingkat pendidikan dan kelas sosial.
Maslow (Jaenudin, 2015) seseorang yang mempunyai aktualisasi diri memiliki
karakter demokrasi yang baik. Individu mampu belajar dari siapa saja yang bisa
mengajar tanpa memandang adanya perbedaan. d. Hubungan Sosial Anari (2007)
menjelaskan bahwa individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain dalam
lingkungannya. Seseorang yang mengaktualisasikan diri berarti mampu menjalin
hubungan yang baik dengan orang yang berada di sekitarnya. Individu merasa
senang dan nyaman dalam melakukan interaksi dengan banyak orang. Seseorang
yang mempunyai aktualisasi diri mempunyai haSat yang tulus untuk membantu

11
orang lain (Matthew,2013). Dari penjabaran faktor- faktor yang mempengaruhi
aktualisasi diri di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang memaknai aktualisasi
diri dapat dipengaruhi kemampuan diri,kebutuhan diri, dan nilai dilingkungan
sosial yang dimiliki individu terhadap aktualisasi dirinya. Terakhir, aktualisasi
diri juga erat kaitannya dengan hubungan di lingkungan sosial.

2.2 Definisi Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak
bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Harga diri rendah ini sebagai contohnya adalah
kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Jika individu sering gagal cenderung
dikarenakan harga diri yang rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek
utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.

2.2.1 Faktor Penyebab Harga Diri Rendah


1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan individu yang meliputi :
- Adanya penolakan dari orang tua.
- Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuandari orang tua.
- Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidakberguna dan merasa rendah diri.
b. Ideal diri
c. Individu selalu dituntut untuk berhasil.
d. Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
e. Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
2. FaktorPresipitasi
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga merasa malu
dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, penganiayaan fisik, kecelakaan,
bencanaalam dan perampokan..
2.2.2 Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

12
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan gagal
mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan sesuatu
termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut
diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah
penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, polaasuh yang
tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan
dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap
diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional
dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri
rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau kekurangannya
diketahui oleh orang lain. (Stuart danSundeen, 1991).
Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat lima rentang respons
konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri sebagai individu
yang telah mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan mengembangkan potensinya secara
keseluruhan. Aktualisasi diri merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan
melatar belakangi pengalaman nyata yang suskes dan diterima,ditandai dengan citra tubuh
yang positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi,
penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa identitas
yang jelas.
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam
beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan denganmengungkapkan keputusan akibat
penyakitnya dan mengungkapkan keinginan yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memiliki
konsep diri yang positif adalah : Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang
ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah
yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela

13
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia
menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia
menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. Menyadari
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak
seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspekaspek kepribadian tidak disenangi dan
berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum
menginstrospeksiorang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima
di lingkungannya.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan untuk
melakukan dengan penyesuaian diri (maladjustment). Harga diri adalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri
(Stuart and Sundeen, 1991).
Frekuensi Pencapaian tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri
yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka cenderung harga diri rendah. Harga diri diperoleh
dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih saying dan penerimaan.
Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset
ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik mengakibatkan harga diri rendah.

2.2.3 Mekanisme Koping


Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang
serta penggunaan mekanisme. Pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri sendiri yang menyakitkan.

Pertahanan jangka pendek meliputi:


1. Aktivitas yang memberikan kesempatan lari sementara dari krisis misalnya: menonton
konser musik, menonton televisi secara obsesif.

14
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut dalam klub sosial,
agama, kelompok, gerakan.
3. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasan diri yang tidak menentu,
misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademis, kontes untuk mendapatkan
popularitas.
4. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas di luar dari hidup
yang tidak bermakna saat ini, misal: penyalahgunaan obat.

Pertahanan jangka panjang mencakup:


1. Penutupan identitas–adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa
memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2. Identitas negativ-asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima
masyarakat (Stuart, 2006).
2.2.4 Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah dikembnagkan sehingga
penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi dari pada masa
sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
1. Psikofarmaka berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan generasi
pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk menstabilkan senyawa otak),
dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya,
Risperidone (untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik).
2. Psikoterapi Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi
karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
3. Terapi Modalitas Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal.

15
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.
4. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi) ECT adalah pengobatan untuk
menimbulkan kejang granmal secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui
elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi
kejang listrik 4-5 joule/detik.

2.3 Pengkajian
1. Faktor predisposisi
Terjadinya gangguan konsep harga diri rendah kronis juga dipengaruhibeberapa faktor
predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dankultural.
a. Faktor biologis, biasanya karna ada kondisi sakit fisik yang dapatmempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampakpada keseimbangan neurotransmiter di
otak contoh kadar serotonin yangmenurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasiendepresi kecendrungan harga diri rendah kronis semakin besar karena
klien lebih dikuasai oleh pikiran pikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis sangat berhubungan dengan pola
asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal-hal yang dapat
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis meliputi orang tua yang
penolakkan orang, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya
terhadap anaknya, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin
dan peran dalam pekerjaan.
c. Faktor sosial sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri
rendah kronis, antara lain kemiskinan, tempat tinggal didaerah kumuh dan rawan, kultur
sosial yang berubah misal ukuran keberhasilan individu.
d. Faktor kultural: tunutunan peran sosial kebudayaan sering meningkatkan kejadian harga
diri rendah kronis antara lain: wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua
puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme.
2. Faktor presipitasi

16
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi individu dan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi atau stressor dapat
mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri dan
ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua yang berarti: pola
asuh anak tidak tepat misalnya: terlalu dilarang, dituntut, persaingan dengan saudara,
kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang tidak dapat di capai, gagal tanggung
jawab terhadap diri sendiri (Stuart dan sundeen,1991).

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal sebagai berikut:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan adalah: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilainilai serta tekanan untuk menyesuaikan
diri.
2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangny aanggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan atau fungsi tubuh perubahan fisik yang berhubungan tumbuh
kembang normal dan prosedur medis dan keperawatan (Stuart,1998).

2.3.1 Analisis Data


Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehata klien,
kemapuan klien unuk menegelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari
medis atau profesi kesehatan lainya. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau
respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatanya serta hal- hal yang mencakup
tindakan yang dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry 2005).

17
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menetukan masalah-masalah, serta kebutuhan keperawatan dan
kesehatan lainnya. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi
klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
merencanakn asuhan keperawatan, serta tindakan keperwatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien. pengumpulan data dimulai sejak pengkajian ulang untuk menambah/melengkapi
data (Prasetyo, 2010).
Tujuan pengumpulan data studi kasus dalam Penulisan Tulisan Ilmiah ini antra lain sebagai
berikut :
1. Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah – langkah berikutnya
Data yang perlu dikaji ada dua tipe sebagai berikut :
1) Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide
pasien tentang status kesehatannya. Misalnya : tentang nyeri, perasaan lemah ketakutan,
kecemasan, frustasi, mual, peasaan malu (Potter dan Perry, 2005).
2) Data Objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur , dapat diperoleh menggunakan pabca indera
(lihat, dengar, cium dan raba) selama pemeriksaa fisik . Misalnya : Frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, berat badan tingkat kesadaraan (Potter dan Perry, 2005).
2.3.2 Rumusan Masalah
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
2.3.3 Perencanaan

18
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanan dimana perawat akan
menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi masalahnya, perencanaan
disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Yosep, 2009).
1. Tindakan keperawatan untuk klien harga diri rendah yaitu :
a. Tujuan tindakan untuk klien adalah sebagai berikut:
- Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
- Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
- Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
Membantu klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan. Untuk tindakan
tersebut perawat dapat :
- Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapatdigunakan
- Bantu klien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan klien
- Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
2. Tindakan keperawatan pada pasien Isolasi sosial yaitu :
a. Membina hubungan saling percaya
- Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
- Berkenalan dengan klien. perkenalan nama panggilan yang saudara sukai, tanyakan
nama dan nama panggilan klien
- Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
- Buat kontrak asuhan keperawatan , mencakup hal – hal apa yang saudara akan
lakukan bersama klien, berapa lama akan dikerjakan dan dimana tempatnya.
b. Menyadari penyebab isolasi social
- Tanyakan siapa saja orang yang satu rumah dengan klien
- Tanyakan siapa orang yang dekat dengan klien dan apa sebabnya
- Tanyakan setiap orang yang tidak dekat dengan klien dan apa sebabnya.
c. Mengetahui keuntungan dan kerugiaan berinteraksi dengan orang lain
- Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.
- Tanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain

19
- Diskusikan pada klien keuntungan bila klien memilki banyak teman dan tidak
bergaul akrab dengan mereka
- Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
2.4 Asuhan Keperawatan Kasus
2.4.1 Pengkajian
1. Biodata
Identitas :
Nama/Inisial : Tn. F
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 29 tahun
Status perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Alamat : AB
Tanggal masuk RS : 1 Februari 2021
Ruangan/kamar : Melati
Golongan darah : AB
Tanggal pengkajian : 5 Februari 2021
Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid episode berulang
No Registrasi :-
2. Keluhan Utama
Tn. F merupakan seorang pria yang berusia 28 tahun, bergolongan darah AB dengan status
belum menikah dan beragama Islam. Pendidikan terakhir Tn. F adalah SMA dan belum
bekerja. Tn. F beralamat di Palangka Raya, Jl. Menteng V No.23. Tn. F masuk ke rumah
sakit tanggal 1 Februari 2021 dan berada diruangan Melati. Diagnosa medis dari Tn. F
adalah skizofrenia paranoid dengan episode berulang. Alasan Masuk Klien mengatakan
alasan masuk ke rumah sakit dikarenakan sering menyendiri di rumah dan tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain karena malu akan penyakit jiwa yang perna dialaminya.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
A. Propocative / Palliative

20
1. Apa penyebabnya :
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu lebih kurang setahun yang lalu
muncul dengan gejala tersebut (mudah tersinggung, emosi labil, marah-marah dan
suka merasa curiga terhadap orang lain).
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Perawatan selama dirumah sakit dan obat-obatan
B. Quantity / Quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien merasa keluarga sengaja meninggalkan dirinya sendiri di rumah sakit jiwa,
Pasien juga merasa keluarga tidak menerima dirinya dirumah.
2. Bagaimana dilihat
Pasien terkadang melamun sendiri di sudut ruangan.

GENOGRAM KELUARGA :
Laki-Laki

Perempuan

Klien

Meninggal

Meninggal

Tingaal satu rumah

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a) Penyakit yang pernah dialami Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk ke
rumah sakit jiwa.
b) Pengobatan/tindakan yang dilakukan Klien mendapat perawatan dari rumah sakit serta
obat-obatan.
c) Pernah dirawat/dioperasi Klien mengatakan tidak pernah dioperasi.
d) Lama dirawat Sebelumnya klien dirawat tahun 2005 selama 5 bulan.
e) Alergi Klienmengatakan tidak memiliki alergi.

21
5. Riwaya t Kesehatan Keluarga
a. Orang Tua
Klien mengatakan orang tuanya tidak mengalami penyakit seperti dirinya.
b. Saudara kandung
Klien mengatakan saudaranya tidak mengalami penyakit seperti dirinya.
c. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa seperti dirinya.
e. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang meninggal.
f. . Genogram Klien
6. Riwayar Keadaan Psikososial
A. PERSEPSI KLIEN TENTANG PENYAKITNYA
Klien mengetahui bawa dirinya menggalami gangguan jiwa .
B. KONSEP DIRI
1. Gambaran diri :
Klien menyukai bagian muka dengan alasan klien kalau tanpa ada muka seseorang
itu tidak akan pantas dan pasti menakutkan.
2. Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa (membantu orang
tuanya ) dan dapat berkerja
3. Harga diri :
klien mengatakan dirinya kurang berarti karena tidak punya penghasilan sendiri.
4. Peran diri :
klien berperan sebagai anakdikeluarganya. - Identitas :sebagai seorang pria dan
belun menikah.
C. KEADAAN EMOSI
Klien terkadang tampak sedih dan tidak ada kontak mata saat berinteraksi. kurang dalam
berkontak mata.

22
D. HUBUNGAN SOSIAL
- Orang yang berarti
Orang tua
- Hubungan dengan keluarga
Baik dan harmonis tetapi klien merasa sedih karena keluarganya sangat jarang
menjenguknya di rumah sakit.
- Hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak mau berinteraksi dengan orang lain karena penyakitnya.
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Penyakitnya, klien takut diejek.
E. SPRITUAL
- Nilai dan keyakinan
Klien menganut agama Islam.
- Kegiatan ibadah
Klien mengatakan dulu sebelum sakit sering beribadah tetapi setelah ke rumah sakit
klien jarang berdoa.
F. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran : Compos mentis, klien dalam keadaan sadar ketika diberi
pertanyaan.
- Penampilan : Klien tampak bersihdan rapi
- Pembicaraan : Klien berbicara denganlambat.
- Alam perasaan : Lesu, klien tampak tidakbersemangat.
- Afek : Tidak sesuai
- Interaksi selama wawancara: Klien kooperatif tetapi kurang dalam konta mata saat
berbicara.
- Persepsi : Klien mengatakan tidak mengalami gangguan persepsi.
- Proses pikir : Pengulangan pembicaraan.
- Isi pikir :rendah diri dibuktikan ketika berbicara klien selalu malu, takut diejek
karena penyakitnya.
- Memori :Klien tidak memiliki gangguan dalam mengingat.
G. PEMERIKSAAN FISIK

23
- Keadaan umum
Kondisi fisik klien terlihat normal dan tidak ada kecacatan dalam fisiknya.
- Tanda-Tanda Vital
- Suhu tubuh : 36 celcius
- Tekanan darah : 120/80 mmhg
- Nadi : 80x/i
- Pernafasan : 20x/i
- TB : 158 cm
- BB : 60 kg
- Pemeriksaan Head to toe Kepala dan Rambut
- Bentuk : Simetris
- Kulit kepala : Bersih, kulit kepala tampak putih
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Rata dan bersih
- Bau : Tidak berbau - Warna kulit : Hitam
Wajah
- Warna kulit : Sawo matang
- Struktur wajah : Bentuk wajah oval
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata lengkap dan simetris
- Konjungtiva dan sklera : Berwarna merah muda
- Cornea dan iris : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : Berada dalam posisi normal
- Lubang hidung : Normal
- Cuping hidung : Tidak ditemukan cuping hidung
Telinga
- Bentuk telinga : Normal dan simetris
- Ukurang telinga : Ukuran telinga masih dalam batas normal

24
- Lubang telinga : Ada kotoran, tidak ada infeksi
- Ketajaman pendengaran : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Mulut dan faring
- Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab
- Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada pendarahan
- Keadaan lidah : Tidak ditemukan lesi
- Orofaring : Tidak dilakukan pemeriksaan
Leher
- Posisi trachea : Posisi normal
- Thyroid :Tidak ada pembesaaran thyroid
- Suara : Suara yang di keluarkan pelan
- Kalenjar limfe : Tidak ditemukan pembesaran
- Vena jugularis : Tidak ditemukan pembesaran
- Denyut nadi karotis : Denyut nadi teraba
Pemeriksaan integument
- Kebersihan : Bersih
- Kehangatan : Kulit terasa hangat
- Warna : Sawo matang - Turgor : Kulit kembali cepat
- Kelembapan : Kulit kering
- Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks : Simetris dan normal
- Pernafasan (frekuensi, irama) : 24x/i, irama reguler/beraturan
- Tanda kesulitan bernapas : Tidak ada gangguan Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi (bentuk, benjolan) : Tidak ditemukan benjolan
- Auskultasi : Peristaltik 24x/i - Palpasi : Tidak ditemukan nyeri
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan :Klien selalu menghabiskan makanan
- Nyeri ulu hati : Tidak ditemukan ulu hati
- Alergi : Klien tidak memiliki alergi

25
- Mual dan muntah : Tidak mual dan muntah
- Tampak makan memisahkan diri : Klien memisahkan diri sat makan
- Waktu pemberian makan: 09.00 pagi, 12.00 siang, dan 19.00 malam
- Jumlah dan jenis makan : Seporsi nasi dengan lauk pauk
- Waktu pemberian cairan/minum : Saat klien merasa haus
- Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah makan dan minum
b) Perawatan diri/personal Hygiene
- Kebersihan tubuh : Klien tampak bersih
- Kebersihan gigi mulut : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku pendek dan bersih
c). Pola kegiatan/aktifitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan
secara mandiri, sebagian, atau total
- Klien melakukan aktifitas mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian secara mandiri
tanpa bantuan
- Uraikan aktifitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Selama di rumah sakit klien
jarang melakukan ibadah
d). Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 kali sehari
- Karakter feses : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Riwayat perdarahan : Tidak dilakukan pemeriksaan
- BAB terakhir : Pagi hari tadi
- Diare : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Penggunaan laksatif : tidak pernah
2. BAK - Pola BAK : 4-5 kali sehari
- Karakter urine :Tidak dilakukan pemeriksaan
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ditemukan masalah
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada riwayat
- Penggunaan diuretik : Tidak pernah
7. Mekanisme Koping

26
Adaptif :
Ketika klien mengalami masa sulit atau mengalami masalah, klien lebih memilih
menyendiri di kamar.

Maladaptif :
Jika klien mengalami masa yang sangat sulit seperti masih dianggap belum sembuh oleh
keluarganya.

MASALAH PRIORITAS

1. Harga diri rendahditandai dengan klien yang mengatakan klienmalu terhadap dirinya
sendiri karena penyakitnya.Harga diri klien semakin jatuh karena keluarga klien masih
menggangap dirinya sakit.
2. Isolasi sosial yang ditandai dengan klien jarang berkomunikasi ataupun bersosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Klien mengatakan lebih memilih menyendiridaripada
bergaul dengan temannya. Klien sering terlihat duduk di sudut ruangan sendiri dengan
menundukkan kepala. Klien mengatakan malu untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya karena penyakitnya.

2.4.2 ANALISIS DATA

NO DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB
1. DS:
- Klien mengatakan merasa malu
pada dirinya sendiri dan orang lain Perubahan persepsi sensori
karena penyakitnya.
- Klien merasa sedih karena orang
tuanya menggangap bahwa klien Isolasi Sosial/Menarik Diri
belum sembuh.
Harga Diri Rendah Kronis

DO : Gangguan Konsep Diri/


- Ketika klien menceritakan masalah Harga Diri Rendah
klien tampak lesu dan tidak

27
bersemangat selalu menunduk dan
menghindari kontak mata dengan
perawat. Serta malu menyandang
status sebagai pasien gangguan jiwa

DS : Mekanisme koping tidak


2.
- Klien mengatakan ia jarang bergaul efektif
maupun bersosialisasi dengan orang
- lain karena malu akan penyakitnya.
Gangguan konsep diri/harga
DO : diri rendah Isolasi Sosial
- Klien sering pergi keluyuran dari
- rumah ketika klien mengalami Isolasi Sosial
masalah.
- Kurang dalam kontak mata.
- Afek sedih. Resiko gangguan persepsi
sensori/halusinasi

28
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. F
Ruang Rawat : Melati
Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan

Harga Diri Rendah Tujuan dan kriteria hasil: NOC NIC : 8. Pernyataan klien tentang
Kronis :Dalam waktu 4 hari klien akan 1. Kaji pernyataan klien tentang harga diri. pandangan harga diri klien.
menunjukkan peningkatan harga 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi 9. Kemampuan positif yang
diri dengan indikator: kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dapat
dimiliki.
1. Mengungkapkan penerimaan meningkatkan percaya diri.
3. Bantu klien menggunakan kemampuan
diri secara verbal dengan skala positif yang dimiliki klien. 10. Kegiatan positif akan
3. 4. Bantu klien untuk menemukan meningkatkan harga diri klien.
2. Penerimaan keterbatasan diri penerimaan diri. 11. Sikap penerimaan diri salah.
dengan skala 3. 5. Bantu klien untuk menetapkan tujuan 12. Tujuan realistis untuk
3. Mempertahankan kontak mata yang realistis. mencapai harga diri yang lebih
dengan skala 3. 6. Fasilitiasi lingkungan dan kegiatan yang tinggi.
akan meningkatkan harga diri.
4. Menerima kritik dari orang lain 13. Lingkungan mempengaruhi
7. Berikan penghargaan / pujian terhadap
dengan skala 3. klien atas kemajuan klien. minat klien dalam
5. Melatih perilaku yang yang 8. Eksplorasi alasan untuk kritik diri atau meningkatkan harga diri.
dapat meningkatkan harga diri rasa bersalah. 14. Penghargaan/pujian akan
dengan skala 3. memotifasi klien dalam
kemajuan yang telah dilakukan.
15. Kritik diri akan membuat
klien mampu mengenali dirinya.
NOC : Dalam waktu 4 hari klien NIC : 1. Mengenali diri sendiri dapat
akan mennjukkan peningkatan 1. Kaji klien untuk mengenali dan meningkatkan kesadara diri.
kesadaran diri dengan indikator: mendiskusikan pemikiran dan perasaan. 2. Setiap manusia itu unik, oleh
1. Membedakan diri dari lainnya 2. Bantu klien untuk menyadari bahwa karena itu kesadaran dirilah
semua orang adalah unik.
dan lingkungan dengan skala 4. yang membuat seseorag
3. Fasilitasi klien mengidentifikasi tentang
2. Mengenali kemampuan fisik pola tanggapan umum terhadap berbagai diterima.
pribadi, mental, emosional hasil. 3. Tanggapan umum terhadap
serta keterbatasan dengan skala 4. Bantu klien untuk mengidentifikasi berbagai situasi membuat
4. dampak penyakit atas konsep diri. seseorang mengenal
3. Menyatakan perasaan ke orang 5. Bantu klien untuk sadar akan hal negatif pribadinya.
lain dengan skala 4. tentang dirinya. 4. Penyakit (gangguan jiwa) erat
6. Bantu klien untuk mengidentifikasi
kaitannya dengan konsep diri,
sumber motifasi.
7. Ajarkan klien untuk mengungkapkanpan ataupun harga diri.
dangan orang lain tentang dirinya. 5. Hal negatif juga diketahui klien
agar klien tidak selalu merasa
paling benar.
6. Motivasi merupakan salah satu
faktor penyembuh orang yang
memiliki harga diri rendah.
7. Pandangan orang lain dapat
meningkatkan harga diri.
1. Hubungan interaksi dengan
Isolasi Sosial 1. Motivasi klien untuk meningkatkan orang lain akan membantu klien
Tujuan dan kriteria hasil NOC : hubungan interaksi. untuk menghindari rasa
1. Berinteraksi dengan teman satu 2. Bantu menggunakan tehnik peran untuk kesepian.
ruangan, anggota keluarga, meningkatkan kemampuan tehnik 2. Kemampuan klien dalam
pegawai rumah sakit/kelompok komunikasi klien. berkomunikasi dapat
kerja. 3. Dorong klien untuk terlibat dalam aktivitas meningkatkan rasa percaya diri
2. Berpartisipasi sebagai kelompok atau individu. klien dalam berinteraksi dengan
sukarelawa, pada aktifitas 4. Berikan umpan balik yang positif ketika oran lain.
organisasi, atau pada kegiatan klien mampu menggunakan keterampilan 3. Melibatkan klien dalam
keagamaan. interaksi sosial yang efektif. aktivitas kelompok, akan
3. Berpatisipasi dalam aktifitas mengurangi rasa kesepian yang
pengalihan dengan orang lain. dialami klien.
4. Meningkatkan rasa percaya diri
klien atas kemampuan dalam
berinteraksi dengan orang lain.

NIC :
1. Tentukan kemampuan klien untuk
berpartisipasi dalam kegiatan spesifik.
2. Kaji peningkatkan komitmen klien untuk 1. Kemampuan klien akan
meningkatkan frekuensi dan berbagai meningkatkan partisipasi pada
aktivitas. kegiatan tertentu.
3. Bantu klien untuk memilih aktivitas dan 2. Komitmen merupakan salah satu
tujuan bagi kegiatan sesuai dengan cara meningkatkan sebuah terapi.
kemampuan fisk, psikologis dan sosial. 3. Kemampuan yang dimiliki klien
4. Bantu klien untuk mengembangkan salah satu cara meningkatkan
motivasi diri dan penguatan. sosialisasi.
4. Motivasi dan penguatan sangat
penting bagi klien harga diri
rendah agar klien terus
bersemangat. Universitas S
2.4.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tangga Tanda Tangan


l Implementasi Evaluasi (SOAP) Dan Nama
Jam Perawat
Rabu, 5 1. Mengkaji pemahaman klien tentang harga diri S:
Februari dengan menanyakan kepada klien bagaimana - Klien mengatakan bahwa keluarga menggangap
2021. 08.00 pendapat orang lain tentang klien menurut klien. mengalami gangguan jiwa.
wib 2. Mengkaji kemampuan positif yang dimiliki klien - Klien dapat melakukan pekerjaan positifnya dengan
3. Memotivasi dalam menetapkan tujuan yang baik.
realistis. - Klien mengatakan ingin segera sembuh dan kembali
4. Fasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan berkumpul dengan keluarga.
meningkatkan harga diri.
5. Memberikan penghargaan atau pujian kepada O:
klien atas kemajuan klien. - Klien terlihat baik melakukan pekerjaanya.
- Klien menunjukkan ekspresi senang ketika diberi
pujian. Rahmah Pebrianti

A:
- Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal dengan
skala 3.
- Penerimaan keterbatasan diri dengan skala 3.
- Mempertahankan kritik dari orang lain skala 3.

P:
- Intervensi dilanjutkan.
- Melatih perilaku yang dapat meningkatkan harga diri.
- Pantau Aktivitas
1. Mengkaji klien untuk mengenali dan S:
Rabu, 6 mendiskusikan pemikiran dan perasaan. - Klien mengatakan perasaannya masih sedih.
2. Membantu klien untuk menyadari bahwa semua - Klien mengatakan dampak penyakit yang dialaminya
Februari
orang adalah unik.
2021. 10.00 3. Membantu klien untuk mengidentifikasi dampak adalah dia tidak dapat melakukan pekerjaan dengan
wib penyakit atas harga diri. percaya diri.
4. Membantu klien untuk sadar akan hal negatif - Klien mengatakan sumber motivasinya adalah keluarga.
tentang diri. O:
5. Membantu klien untuk mengidentifikasi sumber - Klien tampak senang dengan perbincangan yang
motivasi. dilakukan.
A:
- Membedakan diri dari lainnya dan lingkungan dengan
skala 4.
P:
- Intervensi dilanjutkan Rahmah Pebrianti
- Menyatakan perasaan ke orang lain dengn skala 4
- Pantau Aktivitas.
S:
1. Memotivasi klien untuk meningkatkan hubungan - Klien mengatakan sudah mampu berinteraksi dengan
interaksi. teman sekamar.
2. Membantu klien untuk meningkatkan harga diri. - Klien mengatakan mampu memotivasi diri sendiri agar
3. Ajarkan bersosialisasi agar meningkatkan harga
Kamis, 7 tidak rendah diri.
diri.
Februari 4. Mendorong klien untuk terlibat dalam aktivitas - Klien sudah mampu berkenalan dan bersosialisasi
2021. 08.00 kelompok atau individu seperti atau beribadah. dengan teman sekamarnya.
wib 5. Memberikan umpan balik yang positif ketika - Klien mengatakan belum mau terlibat dalam aktivitas
klien mampu menggunakan keterampilan kelompok.
interaksi sosial yang efektif. - Klien mampu mengerjakan aktivitas sesuai dengan
6. Mengajarakan cara berkenalan. jadwal yang telah disusun.
7. Membantu klien untuk mengembang kan
- Klien mengatakan berkomitmen akan mengikuti segala
motivasi diri dan penguatan.
8. Menentukan kemampuan klien untuk latihan dan latihan aktifitas yang telah disusun dengan
baik. Rahmah Pebrianti
berpartisipasi dalam kegiatan spesifik.
9. Membuat jadwal kegiatan harian. O:
10. Mengajarkan klien untuk melakukan aktivitas - Klien mulai dapat berkomunikasi dengan teman
menyapu dan mengepel dengan benar. sekamarnya.
11. Mengkaji peningkatan komitmen klien untuk - Klien belum mau beribadah bersama.
meningkatkan frekuensi dan berbagai aktifitas. - Klien mulai berinteraksi didalam kamarnya.
- Wajah klien mengalami perubahan suasana ceria.
A:
- Berinteraksi dengan teman satu ruangan, anggota
keluarga, pegawai rumah sakit/kelompok kerja.
- Berpartisipasi sebagai suka relawan, pada aktivitas
organisasi, atau pada kegiatan keagamaan.
P:
- Intervensi dilanjutkan.
- Berpartisipasi dalam aktifitas
- pengalihan dengan orang lain.
- Pantau aktifitas.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengakajian yang dilakukan kepada Tn. F seseorang dengan harga diri
rendah terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri,berpakaian tidak rapi dan selera makan
berkurang. Tn. F juga tidak berani menatap lawan bicara. Tn. F nampak tidak bersemangat dan
kurang kosentrasi, tampak lesu. Klien juga mengatakan dia malu terhadap dirinya sendiri akibat
penyakitnya. Klien juga merasa merendahkan martabat seperti : “saya tidak bisa”, “saya orang
bodoh dan tidak tahu apa-apa”. Dari data diatas Tn. F mengalami isolasi sosial dan gangguan
konsep diri : harga diri rendah.
1.2 Saran
Untuk Mahasiswa yang hendak melakukan asuhan keperawatan hendaknya lebih dahulu
memahami tentang kebutuhan dasar klien yang terkait dengan masalah harga diri rendah
sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito , L.J. (2010). Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis.

Direja. (2011). Konsep dan Aplikasi Keperawatan jiwa.

Intan. (2010). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. A (2010). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Indonesia:
Andi.

Bluecheck dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).edisi 6. Diterjemahkan


oleh Intansari Nurjannah & roxsana, D.T Yogyakarta: Moco Media.

Morhead,S dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC).edisi 6. Diterjemahkan


oleh Intansari Nurjannah & roxsana, D.T Yogyakarta: Moco Media.
LEMBAR KONSULTASI

Kelompok : 4 (empat)
Angkatan : Sarjana Keperawatan Tingkat II A
Tahun Ajaran/Semester : 2020/2021 Semester IV
Pembimbing : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners
Tanda Tangan
No. Hari/tanggal Catatan Bimbingan
Mahasiswa Pembimbing
1. 1.

Rahmah Rimba Aprianti,


Pebrianti S.Kep.,Ners
2 1.

3 1.

4 1.

Anda mungkin juga menyukai