Anda di halaman 1dari 4

Nama : amin toyo

NIM : 17073042

Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif

Permasalahan Pokok Pendidikan

A. Pengertian Permasalahan Pendidikan

Permasalahan pendidikan adalah perbedaan program-program pendidikan


antara yang diharapkan dengan kenyataan yang terlaksana dilapangan. Menurut ( TAP
MPR RI No. II/MPR/1993 ), semakin besar atau lebar perbedaan yang di cita-citakan
dengan yang ternyata ditemui dilapangan, semakin besar, rumit atau komplek
permasalahan tersebut.

B. Jenis Permasalahan Pokok Pendidikan

1. Pemerataan Pendidikan

Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana system


pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehinggga pendidikan itu menjadi
wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.

2. Kuantitas Pendidikan

Masalah kuantitas pendidikan merupakan masalah yang menyangkut banyak


murid yang harus ditampung di dalam system pendidikan atau sekolah. Masalah ini
timbul karena calon murid yang tidak tertampung di suatu sekolah, karena terbatasnya
daya tampung. Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat
Sekolah Dasar. Permasalahan ini mencuat terutama di SD pada tahun-tahun lampau.
Tapi saat ini masalah itu sudah bisa teratasi, apalagi dengan telah banyaknya didirikan
SD swasta yang dengan kata lain dapat mengatasi permasalahan kuantitas pendidikan.
Sisa permasalahan ini ada pada anak-anak yang tinggal di daerah terpencil.

Untuk mengatasi masalah kuantitas pendidikan itu perlu adanya perhatian


yang lebih dari pemerintah agar anak-anak yang tinggal di daerah terpencil ikut
merasakan pendidikan. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah antara lain dengan
membangun SD negeri di daerah-daerah yang msih minim kuantitas pendidikannya,
dan tentunya sekolah yang dibangun juga dilengkapi sarana dan prasarana yang
lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar.

3. Kualitas Pendidikan

Hal ini berhubungan dengan kualitas guru yang rendah, srana belajar yang
kurang memadai, dan tidak meratanya jumlah lulusan tiap jenjang pendidikan. Guru-
guru tentunya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada
siswanya. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau
kekurangan dana. Kecuali guru – guru lama yang sudah mendedikasikan dirinya
menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman
yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Sarana pembelajaran juga turut
menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan, terutama bagi penduduk di daerah
terbelakang.

4. Efesiensi Pendidikan

Pendidikan dikatakan efesiensi bila penayagunaan sumberdaya yang ada


(waktu,tenaga,biaya) tepat sasaran. Kadar efesiensi itu tergantung pada pemberdayaan
sumberdaya tersebut. Bila yang terjadi misalnya tidak hemat (boros) waktu, biaya
tenaga tidak berfungsi secara optimal maka kadar efesinsi rendah (tidak/kurang
efesien).

5. Efektivitas Pendidikan

Pendidikan dikatakan efektif ( ideal ) ialah apabila hasil yang dicapai sesuai
dengan rencana atau program yang dibuat sebelumnya ( tepat guna ). Bila rencana
mengajar yang dibuat oleh guru atau silabus yang dibuat dosen sebelum mengajar
atau memberi kuliah terlaksana secara utuh dengan sempura, maka pelaksanaan
perkuliahan tersebut dikatakan efektif

6. Relevansi Pendidikan

Pendidikan dikatakan relevan ( sesuai ) ialah bila sistem pendidikan dapat


menghasilkan ouput ( keluaran ) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan
kesesuaian ( relevansi ) tersebut meliputi kuantitas ( jumlah ) ataupun kualitas
( mutu ) output tersebut. Masalah relevansi merupakan masalah yang berhubungan
dengan relevansi ( kesesuaian ) antara pemilikan pengetahuan, keterampilan dan sikap
lulusan suatu sekolah dengan kebutuhan masyarakat ( kebutuhan tenaga kerja ).
Pendidikan dikatakan tidak atau kurang relevan ialah bila tingkat kesesuaian tersebut
tidak ada atau kurang

7. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Identifikasi masalah sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan antara


lain :

a. Pendidik bukan berasal dari lulusan yang sesuai. Maksudnya terkadang terdapat
tenaga pendidik yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya. Contoh : pendidik
yang merupakan lulusan matematika mengajar bahasa indonesia. Hal ini secara tidak
langsung akan menjadi masalah pendidikan di Indonesia.

b. Padahal dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan pasal 28 ayat 2, dijelaskan bahwa pendidik harus sesuai dengan ijazah
dan sertifikat keahlian yang relevan dengan perundang-undangan yang berlaku.

c. Pendidik kurang menguasai dari 4 komponen yang harus dimiliki oleh pendidik
maupun tenaga kependidikan sehingga hal ini menyebabkan adanya masalah kualitas
pendidik dan tenaga kependidikan yang kurang baik.

d. Pendidik terkadang menjadikan mengajar hanya untuk menggurkan kewajiban


sebagai pendidik, sehingga dia mengajar secara tidak maksimal. Hal ini tidak sesuai
dengan PP No. 19 Tahum 2005 pasal 28 ayat 3 yang seharusnya pendidik memiliki
kompetensi profesional, yang mengharuskan pendidik wajib bertanggung jawab
dengan tugas dan pembinaan terhadap peserta didik.

e. Pendidik belum sepenuhnya dapat memnuhi harapan masyarakat. Fenomena itu di


tandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak
tuntas, bahkan lebih berorientasi proyek. Akibatnya, sering kali pendidikan
mengecewakan masyarakat. Maka terus mempertanyakan relevansi pendidikan
dengan kebutuhan masyarakat dalam dinamika kehidupan ekonomi, politik, sosial,
dan budaya.
f. Pendidik mengajar tidak sesuai silabus sehingga target dari tujuan pembelajaran
tidak sepenuhnya tercapai.

g. Masih banyak pendidik yang belum memenuhi ketentuan sesuai dengan PP No. 19
Tahun 2005 seperti pengajar di tingkat SD/MI minimal berijazah S1/D4.

h. Tenaga kependidikan biasanya berasal dari tenaga pendidik yang merangkap tugas
menjadi tenaga kependidikan seperti guru merangkap menjadi tenaga administrasi
atau tenaga keperpustakaan.

Pemecahan masalah pendidik dan tenaga kependidikan

a. Masalah pendidik

1. Pendidikan profesi guru

Ini adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan citra profesionalan
seorang guru. Diharapkan sebelum calon guru memegang jabatan mereka sudah
benar-benar profesional dalam bidangnya melalui PPG ini.

2. Meningkatkan status sosial ekonomi

Adanya upaya pemerintah dengan mengesahkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen. Di mana guru dan dosen berhak menerima pengahasilan di atas kebutuhan
minimum.

3. Menanamkan karakter kuat dan cerdas

Karakter kuat dan cerdas terdapat dalam pribadi guru sejati yang mampu mendidik
dengan hati.

b. Masalah tenaga kependidikan

Tenaga kependidikan juga sangat berpengaruh kepada proses pendidikan oleh karena
itu pemerintah harus memberikan penghargaan bagi tenaga kependidikan yang
berprestasi dan juga penghasilan yang seimbang.

Contohnya : Guru di daerah terpencil yang masih belum memiliki ijazah s1 dan sudah
mengajar di sekolah dasar, dan juga tenaga kependidikan yang berprofesi rangkap
sebagai kepala sekolah dan guru akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai