Anda di halaman 1dari 16

TUGAS DISKUSI E-LEARNING

PERAWATAN PASIEN DENGAN TRAUMA KRITIS


Dosen Pengampu : Sholihatul Maghfirah, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Kelompok 4 :
1. Alif Ratih Purwasih 16631542
2. Yayuk Dwi Mulyani 16631540
3. Devy Indra Puspitasari 16631564
4. Yoga Zaenul Musthofa 16631584
5. Ibnu Salma .A 16631580

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO TAHUN
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diskusi E-
Learning Perawatan Pasien Dengan Trauma Kritis”. Atas dukungan moral dan
materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Sholihatul Maghfirah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah
kami yang memberikan dorongan dan masukan.
2. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan do’a restu dan dukugan
kepada kami.

Tak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan
bermanfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
Wassalamualaikum wr wb.

Ponorogo, Oktober 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................................5

D. Manfaat...........................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

A. Pertanyaan.......................................................................................................................6

B. Jawaban...........................................................................................................................6

BAB III.....................................................................................................................................11

PENUTUP................................................................................................................................11

A. Kesimpulan...................................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma adalah penyebab terbesar ketiga kematian dan kecacatan diseluruh
dunia terutama usia dekade ke empat di negara berkembang lebih dari 5 juta
orang meninggal akibat trauma pada tahun 2002, lebih dari 90% terjadi di
Negara berkembang (Carolina, 2015). Dari tahun 2000-2020, kematian akibat
kecelakaan lalu lintas diperkirakan meningkat 83% di negara berkembang.
Trauma adalah kejadian yang bersifat holistic dan dapat menyebabkan
hilangnya produktivitas seseorang (Saudin, 2017).
WHO mengemukakan bahwa kecelakaan lalu lintas akan menjadi
penyebab ketiga penyakit utama di dunia pada tahun 2020. Setiap tahun 1,2
juta orang tewas dalam kecelakaan di jalan dan lebih dari 50 juta orang
terluka atau cacat, 85% kematian dan 90% kecacatan di Negara berkembang.
Di Negara Iran kecelakaan terkait kematian memiliki situasi kritis dengan
peningkatan 10-15% setiap tahun. Kecelakaan adalah penyebab kedua
kematian di Iran yang di peringkat pertama dari kecelakaan di dunia
(Heydari-Khayat, 2013). Dari data kepolisian Republik Indonesia tahun 2010
menyebutkan pada tahun 2009 terjadi 57.726 kasus kecelakaan di jalan raya
dengan korban terbanyak berusia 15-55 tahun.
Saat ini penelitian untuk mencari marker yang terbaik untuk diagnosis,
prognosis, dan penanganan pasien-pasien trauma masih terus berlangsung.
Pedoman untuk akhir dari resusitasi masih menjadi kontroversi. Idealnya,
suatu marker harus mampu menilai resusitasi yang adekuat, menilai hipoksia
jaringan serta mampu memprediksi mortalitas dan hasil akhir dari pasien-
pasien trauma.Secara umum, resusitasi pada kasus trauma dan tindakan
operasi emergensi didasarkan pada kombinasi dari nilai lobaratorium, tanda
vital, dan keadaan klinis. Normalisasi tanda vital, seperti tekanan darah,
frekuensi nadi dan urin output bisa digunakan sebagai monitor di akhir
resusitasi (Farah A.Husain, 2003). Penanganan trauma merupakan salah satu

4
tantangan utama pelayanan kesehatan saat ini. Dokter harus menilai secara
objektif keparahan cedera, sehingga diperlukan sebuah sistem yang
menyatukan deskripsi dan kuantifikasi cidera. Penilaian cidera sebagai proses
kuantifikasi dampak trauma dimulai tahun 1969 oleh American Association
for Automotive Safety, yaitu Abbereviated Injury Score (AIS), dan terus
mengalami perkembangan. Sistem penilaian trauma mencoba menerjemahkan
keparahan cidera menjadi angka, harus dapat digunakan di lapangan.
Pengukuran tingkat keparahan cedera merupakan prasyarat penting terhadap
penanganan trauma yang efektif (Caroline, 2015).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perawatan pada pasien dengan trauma kritis?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perawatan pada pasien dengan trauma kritis
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep penyakit, alasan membutuhan perawatan
kritis dan cara penanganan pada pasien dengan cidera medulla spinalis.
b. Untuk mengetahui konsep penyakit, alasan membutuhan perawatan
kritis dan cara penanganan pada pasien dengan cidera kepala.
c. Untuk mengetahui konsep penyakit, alasan membutuhan perawatan
kritis dan cara penanganan pada pasien dengan trauma thoraks.
d. Untuk mengetahui konsep penyakit, alasan membutuhan perawatan
kritis dan cara penanganan pada pasien dengan trauma abdomen.
e. Untuk mengetahui konsep penyakit, alasan membutuhan perawatan
kritis dan cara penanganan pada pasien dengan luka bakar

D. Manfaat
Terkait dengan tujuan maka makalah pembelajaran ini diharapkan dapat
memberi manfaat.
1. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaat bagi:
a. Bagi mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo

5
Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukan bagi
mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo lainnya
dalam hal teori perawatan pada pasien dengan trauma kritis.
b. Untuk penulis
Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi
penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan mengenai
perawatan pasien dengan trauma kritis.

6
7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertanyaan
1. Jelaskan cidera medulla spinalis (konsep penyakit, mengapa membutuhkan
perawatan kritis, dan bagaimana penanganannya)!
2. Jelaskan cidera kepala (konsep penyakit, mengapa membutuhkan
perawatan kritis, dan bagaimana penanganannya)!
3. Jelaskan trauma thoraks (konsep penyakit, mengapa membutuhkan
perawatan kritis, dan bagaimana penanganannya)!
4. Jelaskan trauma abdomen (konsep penyakit, mengapa membutuhkan
perawatan kritis, dan bagaimana penanganannya)!
5. Jelaskan luka bakar (konsep penyakit, mengapa membutuhkan perawatan
kritis, dan bagaimana penanganannya)!

B. Jawaban
1. Cidera Medula Spinalis
a. Konsep Penyakit (Pengertian dan Pathway)
Pengertian
Trauma medula spinalis adalah trauma yang terjadi pada jaringan
medulla spinalis yang menyebabkan fraktur atau pergeseran atau
atau lebih tulang vertebrata atau kerusakan tulang medulla spinalis
lainnya termasuk akar-akar saraf yang berada sepanjang medulla
spinalis sehingga mengakibatkan defisit neurologi (Lynda jual,
carpenito, edisi 10). Benturan mekanisme yang dapat menyebabkan
cidera medulla spinalis meliputi hiperfleksi, hiperekstensi,
pembebanan aksial (kompresi) dan benturan rotasi.
b. Mengapa membutuhkan perawatan kritis?
Karena semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma
hebat sehingga sejak awal pertolongan pertama pada saat kritis harus
diperlakukan secara berhati-hati karena trauma tulang belakang dapat

8
mengenai jaringan lunak pada tulang belakang yaitu ligamen dan
diskus, tulang belakang dan sumsum tulang belakang (medulla
spinalis) dan juga akan berakibat pada kerusakan struktur kolumna
vertebra, sobeknya ligamentum servikal, torakalis, lumbal dan sakral
serta kompresi pada setiap sisi medulla spinalis.
c. Penanganan atau Penataksanaan
Untuk penanganan trauma medula spinalis tahap akut yaitu dengan cara
melakukan resusitasi sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan
kestabilan kardiovaskuler.
Pada kasus cidera medulla spinalis ini juga dapat dilakukan indikasi
bedah pada kasus berikut:
1. Dekompresi elemen saraf spinal, Diindikasikan pada kasus dimana
terjadi penekanan pada saraf spinal dengan tujuan mengangkat
massa atau segmen tulang yang menyebabkan penekanan pada
saraf spinal sekitarnya.
2. Stabilisasi segmen yang tidak stabil, Segmen vertebra dikatakan tidak
stabil bila terdapat perubahan kinematik sehingga timbul rasa nyeri,
cedera saraf atau deformitas bila bergerak, dengan kata lain seperti
pada kasus dimana terjadi gangguan pada integritas struktural dari
kolumna vertebralis yang menyebabkan suatu defisit neurologis.
3. Koreksi deformitas (Re-aligment), Merupakan tindakan untuk
memperbaiki deformitas spinal.

2. Cidera Kepala
a. Konsep Penyakit (Pengertian dan Pathway)
Pengertian
Cidera kepala adalah kerusakan neurologis yang terjadi akibat
adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung
maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi dan resiko utama
pasien yang mengalami cidera kepala adalah kerusakan otot akibat
perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap
cedera (Sylvia Anderson Price, 1985).

9
Pemahaman mengenai mekanisme cidera, disertai pemeriksaan
diagnostik fisik, membantu dalam mendiagnosis cedera kepala
secara tepat. Mekanisme khas cedera meliputi cedera akselerasi,
deselerasi, akselerai-deselerasi, coup-contre coup, dan cedera
rotasional.
b. Mengapa membutuhkan perawatan kritis?
Karena pada bagian ini terdapat banyak pembuluh darah dan dalam
kepala juga terdapat otak apabila terdapat hubungan langsung antara
otak dengan dunia luar (fraktur cranium terbuka, fraktur basis cranium
dengan cairan otak yang keluar dari hidung atau telinga) akan
menyebabkan keadaan yang berbahaya dan otak akan mengalami
pembengkakan sehingga akan menimbulkan peninggian tekanan dalam
rongga tengkorak (TIK). Maka jika tidak ditangani dengan keperawatan
kritis kemungkinan akan mengalami kelumpuhan yang permanen
nyawanya bisa terancam.
c. Penanganan
Pada pasien yang mengalami cidera kepala harus segera mendapatkan
penanganan cepat karena dapat menyebabkan perdarahan dan robeknya
jaringan atau bahkan kematian. Penanganan pada cidera kepala yang
utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder, cedera otak
sekunder itu sendiri disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi
atau hipoksia (Tunner, 2000), pengatasan nyeri yang adekuat juga
direkomendasikan pada penderita cedera kepala (Tunner, 2000).
Untuk penatalaksanaan umum lainnya adalah
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi.
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma.
3. Berikan oksigenasi.
4. Pantau TD
5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovolemik atau neurogenik.
6. Atasi shock.
7. Awasi munculnya kejang.

10
Penatalaksanaan jalan nafas adalah langkah awal yang sangat penting
dalam merawat pasien cidera kepala karena hipoventilasi biasa terjadi
pada kondisi penurunan kesadaran, dan hipoksia sangat memperburuk
kondisi pasien pada tahap awal cidera.
3. Trauma Thoraks
a. Konsep Penyakit
Pengertian
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
thoraks yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thoraks
ataupun isi dari cavum thoraks yang disebabkan oleh benda tajam
atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thoraks
akut (Brunner & Suddarth, 2002)
Secara umum trauma thoraks dapat didefinisikan sebagai suatu
trauma yang mengenai dinding thoraks yang secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh pada organ di dalamnya, baik
sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma
tajam. Peningkatan dalam pemahaman mekanisme fisiologis yang
terlibat, kemajuan dalam modalitas imaging yang lebih baru,
pendekatan invasif yang minimal, dan terapi farmakologis
memberikan kontribusi dalam menurunkan morbiditas dan
mortalitas pada pasien dengan cedera ini (Mattox, et al.,2013; Marc
Eckstein, 2014; Lugo,, et al., 2015)
b. Mengapa membutuhkan perawatan kritis?
Karena jika tidak dilakukan perawatan kritis akan berakibat pada
kelainan yang ada dalam rongga pleura yaitu pneumothoraks,
hemothoraks, kontusio paru dan laserasi paru juga akan mengalami
kerusakan pada mediastinum dan akan berpengaruh terhadap
temponade jantung nya. Karena pada trauma thoraks yang diakibatkan
dari benturan, benda tajam maupun benda tumpul akan sangat
berpengaruh besar terhadap organ yang ada didalamnya. Sehingga
harus dilakukan perawatan kritis.
c. Penanganan

11
Penanganan yang bisa diberikan pada trauma thoraks yaitu dengan cara
mengevaluasi kondisi pasien dan melakukan resusitasi yaitu dengan
cara memberikan sebuah jalan nafas yang di dukung dengan ventilator
dan memulihkan serta mempertahankan fungsi jantung, paru dan juga
mengalirkan atau membuang setiap udara atau cairan dari dalam
thoraks untuk menghilangkan pneumothoraks atau hemothoraks serta
tamponade jantung (Keperawatan Medikal Bedah, 2001).
4. Trauma Abdomen
a. Konsep Penyakit (Pengertian dan Pathway)
Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera (Sjamsuhidajat, 1997). Trauma abdomen
terbagi menjadi jenis : Trauma terhadap dinding abdomen. Trauma
pada dinding abdomen terdiri dari:
1). Kontusio dinding abdomen, disebabkan oleh trauma tumpul.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera abdomen,
tetapi trauma tumpul pada abdomen dapat terjadi karena
kecelakaan motor, jatuh, atau pukulan.
2). Laserasi, merupakan trauma tembus abdomen yang disebabkan
oleh luka tembakan atau luka tusuk yang bersifat serius dan
biasanya memerlukan pembedahan. Hampir semua luka
tembak membutuhkan bedah ekspolarasi, luka tusuk mungkin
lebih ditangani secara konservatif. (Smeltzer, 2001)
Trauma abdomen adalah terjadinya cedera atau kerusakan pada
organ abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan immunologi dan gangguan
faal berbagai organ.
b. Mengapa membutuhkan perawatan kritis?
Karena jika tidak ditangani secara kritis akan dapat menyebabkan pada
perubahan fisiologis sehingga akan terjadinya gangguan pada
metabolisme dalam tubuh, kelainan imunologi dan gangguan faal pada
berbagai organ yang ada didalam abdomen. Trauma abdomen yang

12
tidak terdeteksi adalah penyebab tersering kematian yang tidak dapat
dicegah. Perawat perlu memahami mekanisme cedera serta keluh pasien
agar dapat melakukan pengkajian yang adekuat dan mengidentifikasi
kemungkinan cedera abdomen yang mengancam hidup.
5. Luka Bakar
a. Konsep Penyakit (Pengertian dan Pathway)
Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat
trauma panas, elektrik, kimia, dan radiasi (Smith,, 1998).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas,
kimia atau radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas
ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi dan
radiasi elektro magnetic (Effendi. C, 1999)
Jadi luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh
panas, kimia, elektrik maupun radiasi.
b. Mengapa perlu perawatan kritis?
Karena pada kasus luka bakar jika tidak ditangani dengan perawatan
kritis akan berpengaruh terhadap perubahan patofisiologik yang berat
sehingga menyebabkan syok luka bakar yang mencakup hipoperfusi
jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan
jantung dengan diikuti fase hiperdinamik serta hipermetabolik serta
ketidakstabilan hemodinamik akibat hilangnya integritas kapiler dan
kemudian perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang
intravaskuler kedalam ruang interstitial.

c. Penanganan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi pasien.
Tindakan yang di berikan antara lain aalah terapi cairan, fisioterapi, dan
psikiatri. Pasien dengan luka bakar memerlukan obat-obatan topical anti
microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan
menekan pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi,

13
dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan efektif dapat
mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering
kali masih menjadi penyebab kematian pasien. (Effendi, c, 1999)

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari kejadian diatas memungkinkan bahwa cidera medulla spinalis, cidera


kepala, trauma thoraks, trauma abdomen,dan luka bakar merupakan penyakit yang
serius dan memerlukan keperawatan kritis sebagai penanganannya.

B. Saran

Kita bisa mengenali gejala awal yang terjadi, memastikan keperawatan apa
yang diambil untuk menangani masalah pasien yang terjadi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia. 2017. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC


Yankes.kemkes.go.id, oleh: Dr. Putri Ayuna Sundari, Sp.N
Mattox, et al.,2013; Marc Eckstein, 2014; Lugo,, et al., 2015

16

Anda mungkin juga menyukai