Kell 6
Kell 6
Praktik keperawatan adalah tindakan pemberian asuhan perawat profesional baik secara
mandiri maupun kolaborasi, yang disesuaikan dengan lingkup wewenangdan tanggung jawabnya
berdasarkan ilmu keperawatan. Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan
didasarkan pada kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi .
Untuk penerapan praktik keperawatan, perlu ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan
kewajiban perawat yang terkait dengan profesi. Legislasi dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan hukum bagi masyarakat dan perawat. Untuk melindungi tenaga perawat akan
adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta
kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya. Perawat perlu
memahami hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat
tidak perlu takut hukum, tetapi menjadikan hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
diharapkan masyarakat dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberikan motivasi dan bermanfaat bagi kita semua.
Rumusan Masalah
Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan system
klien dan tenaga kesehatan lain dalam membrikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang
dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan
individual dan berkelompok
1. Otoritas (autority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya yang akan
mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.
4. Kolaborasi (collaboration ), artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun
lintas sektor dengan mengadakan hubungan kerja dengan berbagai disiplin dalam
mengakses masalah klien, dan membantu klien menyelesaikannya.
5. Pembelaan atau dukungan (advocacy), artinya bertindak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan intrevensi untuk kepentingan
atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya, serta berhadapan dengan pihak-pihak lain
yang lebih luas.
Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO (1985) harus diupayakan
pada pencegahan primer, peningkatan kesehatan pasien, keluarga dan masyarakat, perawatan diri
dan peningkatan kepercayaan diri. Praktik keperawatan meliputi lima area yang terkait dengan
kesehatan (Kozier &Erb, 1990), yaitu:
1. Peningkatan kesehatan ( Health Promotion)
Kesehatan merupakan status kemampuan individu atau manusia yang didefinisikan sebagai
kemampuan dari salah satu kemampuan yang maksimal maupun potensial. The American
Hospital Association tahun 1980 mendeskripsikan kesehatan sebagai berikut, “Kesehan yang
objektif tidak hanya untuk menghindari penyakit atau untuk memperpanjang hidup, yang objektif
adalah untuk mempertinggi kualitas hidup seseorang”. Kesehatan adalah bagian esensial dari
masing-masing tujuan keperawatan.
2. Pencegah penyakit
Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko penyakit, untuk
meningkatkan kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk mempertahankan fungsi individu secara
optimal.
Aktivitas atau kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain sebagai berikut:
Melakukan program pendidikan di rumah sakit, misalnya perawatan ibu hamil, program
melarang atau menghindari rokok, seminar mengurangi atau mencegah stress.
Program umum dan dasar yang dapat meningkatkan gaya hidup sehat, misalnya
melakukan senam aerobik, berenang atau program kebugaran.
Memberikan informasi tentang kesehatan, makanan yang sehat, olahraga, dan lingkungan
yang sehat melalui liflet, media masa atau media elektronik.
Menyediakan pelayanan keperawatan yang dapat menjamin kesehatan ibu hamil dan
kelahiran bayinya dengan sehat.
Memberikan imunisasi.
Melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dan
kanker.
Melakukan konseling mengenai pencegahan akibat kekurangan nutrisi dan penghentian
rokok.
Memberikan perawatan secara langsung pada individu yang sedang sakit, misalnya
dengan memberikan perawatan fisik.
Area praktik keperawatan ini mencakup perawat memberikan rasa nyaman dan merawat orang
dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah, dan fasilitas
kesehatan lainnya. Lingkup praktik keperawatan pada dasarnya sangat berkaitan dengan
kompetensi lulusan pendidikan professional keperawatan yang diharapkan mampu berperan atau
mengemban fungsi perawat professional baik sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik,
pengelola, maupun peneliti.
Bertolak dari keadaan yang demikian, sedangkan praktik keperawatan professional harus
dikembangkan, proses registrasi dan legislasi keperawatan sudah ada , serta dilandasi oleh
peraturan perundang undangan yang kokoh, maka dinilai perlu dilakukan pembangunan dan uji
coba (Sebagai proyek rintisan) beberapa model praktik keperawatan. Bentuk model praktik
keperawatan yang dapat dan pantas di ujicobakan dan dikembangkan di Indonesia adalah sebagai
berikut :
Lingkup cakupan dan batasan wewenang serta tanggung jawab seorang perawat professional
(ners) dalam praktik keperawatan di rumah sakit ataupun di puskesmas dikaji. Kedudukan dan
hubungannya dengan pelayanan rumah sakit atau puskesmas secara keseluruhan dan sifat
interdependensi dengan pelayanan rumah sakit atau puskesmas dengan pelayanan professional
lainnya yang terdapat di rumah sakit atau puskesmas. Perawat professional dengan sikap dan
kemampuan professional yang dapat diberi wewenang dan tanggung jawab melaksanakan
praktik keperawatan rumah sakit atau puskesmas , serta proses dan prosedur pencatatan dan
pemberian kewenangan , tanggung jawab melaksanakan praktik.
Melalui hasil kajian dari model keperawatan rumah sakit atau puskesmas dapat disarankan
kepada yang berwenang hal hal yang berhubungan dengan pengertian praktik keperawatan
rumah sakit atau puskesmas dan lingkup cakupannya sebagai salah satu bentuk praktik
keperawatan professional , seta proses prosedur dan registrasi dan legislasi keperawatan.
dalam Konteks Perpanjangan Pelayanan Rumah sakit atau Puskesmas Dengan pola pendekatan
dan pelaksanaan seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit atau puskesmas.
Pada bentuk praktik keperawatan rumah dalam kajian awalnya , ditekankan pada pelaksanaan
pelayanan / asuhan keperawatan sebagai kelanjutan pelayanan rumah sakit atau puskesmas.
Dilakukan oleh para perawat professional pelayanan rumah sakit atau puskesmas, atau melalui
pengikutsertaan perawat professional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok.
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan
rumah sakit atau puskesmas. Beberapa perawat professional membuka praktik keperawatan
selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan / asuhan keperawatan ,
mengatasii berbagai bentuk keperawatan yang dihadapi masyarakat. Bentuk praktik keperawatan
ini diperkirakan akan sangat diperlukan di masa depan , terutama jika pandangan tentang lama
rawat rumah sakit perlu dipersingkat mengingat biaya perawat rumah sakit diperkirakan akan
terus meningkat. Praktik keperawatan berkelompok sebagai model yang akan diujicobakan
memerlukan dukungan peraturan yang berwenang sehingga baik perawatan yang melaksanakan
praktik keperawatan , maupun masyarakat yang menerima asuhan keperawatan terlindungi.
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang diuraikan untuk praktik
keperawatan rumah sakit atau puskesmas . Perawat professional senior dan berpengalaman
secara perorangan / sendiri membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu , memberi
pelayanan / asuhan keperawatan khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang
memerlukannya dalam mengatasi masalah keperawatan .
Bentuk praktik yang demikian ini sangat diperlukan oleh kelompok / golongan masyarakat yang
tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan , khususnya pelayanan keperawatan yang
dikembangkan oleh pemerintah.
Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban
seorang perawat dalam melakukan praktek keperawatan. Legislasi praktek keperawatan di
Indonesia diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi dan praktek
perawat.
Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah lulus dari pendidikan
keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktek
keperawatan.
Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib) mendaftarkan diri pada kantor
wilayah Departemen Kesehatan Propinsi untuk mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai
persyaratan menjalankan pekerjaan keperawatan dan memperoleh nomor registrasi. Sasarannya
adalah semua perawat. Sedangkan yang berwenang mengeluarkannya adalah Kepala Dinas
Kesehatan Propinsi dimana institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja
sebelum ditetapkan keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan kabupaten/kota
diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.
Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan keperawatan selambat-
lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini di keluarkan. Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun
sejak tanggal registrasi sebelumnya, diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.
Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek keperawatan
di sarana pelayanan kesehatan. SIK hanya berlaku pada satu tempat sarana pelayanan kesehatan.
Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang
bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.
Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktek
keperawatan secara perorangan atau kelompok. SIPP hanya berlaku untuk satu tempat praktek
perorangan atau kelompok dimana yang bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek
perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten / kota
dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.
Sebagai alat unruk meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan
pembangunan kesehatan meliputi upaya kesehatan dan sumber daya.
Penjankau perkembangan makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun waktu
mendatang.
Pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa
pelayanan kesehatan. Hal ini terkait dengan pembinaan dan pengawasan, sehingga diatur
juga bagaimana penyidikan dapat dilakukan apabila terjadi pelanggaran terhadap
ketentuan yang telah diatur, mencakup juga sanksi hokum menurut ketentuan pidana dan
perdata.
Perawat dalam melakukan praktik,perawat diwajibkan mematuhi stantar etik dan standar
prosedur operasional agar terhindar dari masalah hukum, dan untuk meningkatkan mutu
pelayanan sesuai yang diharapkan kedua belah pihak baik pasien maupun perawat. Pasal
11 dan 12 yang berisikan hak dan kewajiban perawat serta hak dan kewajiban pasien
yang telah penulis paparkan pada halaman diatas. Hak dan Kewajiban Perawat dan
Pasien .
Hak dan Kewajiban Perawat adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh
seseorang atau badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat
sesuatu. Kewjiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau harus dilakukan seseorang
atau suatu badan hukum.[1] Hak-hak perawat dan pasien pada prinsipnya tidak terlepas
pula dengan hak-hak manusia atau lebih dasar lagi hak asasi manusia. Hak asasi manusia
tidak tanpa batas dan merupakan kewajiban setiap negara / pemerintah untuk menentukan
batas-batas kemerdekaan yang dapat dilaksanakan dan dilindungi dengan mengutamakan
kepentingan umum.
1. Hak-hak Perawat
a. Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai profesinya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan pasal 53 ayat (1) sebagai berikut : “Tenega kesehatan berhak memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”. Dan menurut
Undang-undang Nomer 36 tahun 2006 tentang kesehatan pasal 27 ayat 1 menyebutkan
sebagi berikut : “Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pprofesinya”. Kemudian menurut PP
Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan bab iv standart profesi dan perlindungan
hukum pasal 24 ayat (1) sebagai berikut : “ Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga
kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai standart profesi kesehatan”. Sedangkan
menurut PERMENKES No 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat pasal, 11a menyebutkan sebagai berikut : “ Dalam melaksanakan praktik,
perawat mempunyai hak : Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik
keperawatan sesuai standar”.
c. Perawat berhak untuk menolak keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan serta standar dan kede etik profesi. Hal ini selaras dengan UU No
36 tahun 2006 tentang kesehatan pasal 24 ayat (1), dan (2), yang berbunyi sebagai berikut
: (1) “ Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus memenuhi
ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur oprasional. (2) Ketentuan mengenai kode etik dan
standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.
Selanjutnya menurut PERMENKES No 148 tahun 2010 dalam pasal 9 menyebutkan
bahwa : “ Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang
dimiliki.”
d. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarga tentang
keluhan kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini sesuai
dengan PERMENKES No 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelengaraan praktik
perawat yang termaktub dalam pasal 11 yang berbunyi : “ Dalam melaksanakan praktik,
perawat mempunyai hak: Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien dan /
atau keluarganya.”
f. Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh intitusi pelayanan
maupun oleh klien.
g. Perawat berhak mendapatka jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat
menimbulkan bahaya baik secara fisik maupun stres emosional. Hal ini sesuai dengan
PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat,
pasal 11 yang berbunyi sebagai berikut : “ Dalam melaksanakan praktik, perawat
mempunyai hak : Memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya.”
i. Parawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh
klien dan / atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainya.
j. Perawat berhak untuk menolak dipindahkan ketempat tugas lain, baik melalui anjuran
maupun pengumuman tertulis karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan standar profesi atau kode etik keperawatan atau aturan perundang-
undangan lainya.
k. Perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa
profesi yang diberikanya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di intitusi
pelayanan yang bersangkutan. Hal ini selaras dengan UU Nomer 36 tahun 2009 tentang
kesehatan yang termaktub dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi : “tenaga kesehatan
berhak mendapatkan imbalan jasa dan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuai dengan profesinya.” Sama halnya dengan UU, PP juga mengatur tentang hal ini
yaitu PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang termaktub dalam pasal 25
ayat (1), (2), dan (3) yang berbunyi : (1) “ Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada
sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara
atau meninggal dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan. (2)
Penghargaan yang dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan oleh pemerintah dan / atau
masyarakat. (3) Bentuk penghargaan dapat berupa kenaikan pangkat, tanda jasa, uang
atau bentuk lain.” Begitu pula PERMENKES juga mengatur hak perawat ini yaitu ada di
PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat
yang tertuang dalam pasal 11 yang berbunyi sebagai berikut : “dalam melaksanakan
praktik, perawat mempunyai hak : Menerima imbalan jasa profesi.”
2. Kewajiban perawat
c. Perawat wajib menghormati hak klien / Pasien. Hal ini juga telah diatur dalam PP
Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang termuat dalam pasal 22 ayat
(1) dan (2) yang berbunyi : (1) Tenaga kesehatan jenis tertentu dalam
melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk : a. Menghormati hak pasien;
b. Menjaga kerahasian identitas dan data kesehatan pribadi pasien; c. Memberikan
informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan; d.
Meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan e. Membuat dan
memelihara rekam medik. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh menteri. Sama hal dengan PP,
PERMENKES juga mengatur tentang hal ini yaitu didalam PERMENKES Nomer
148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, yang
termaktub dalam pasal 12 ayat (1)a, yang berbunyi : “Dalam melaksanakan
praktik, perawat wajib untuk : a. Menghormati hak pasien; b. Melakukan rujukan;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan; d.
Memberikan informasi tentang masalah kesehatan klien/pasien dan pelayanan
yang dibutuhkan; e. Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan; f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan g.
Mematuhi standar.
d. Perawat wajib merujuk klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang
mempunyai keahlian atau kemapuan yang lebih baik bila yang bersangkutan tidak
dapat mangatasinya. Kewajiban perawat ini diatur dalam PERMENKES Nomer
148 tahun 2010 tentang izin dan penyeleggaraan praktik perawat yang tertuang
dalam pasal 12 ayat 1b yang menerangkan bahwa : “Dalam melaksanakan praktik,
perawat wajib untuk : Melakukan rujukan.”
e. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan
keluarganya, selama tidak bertentangan dengan peraturan dan standar profesi
yang ada
g. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait
lainya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien.
i. Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien dan / atau keluarga terhadap
tindakan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan isi PP Nomer 32 tahun 1996
tentang tenaga kesehatan yang tercantum dalam pasal 22 ayat (1)d yang berbunyi
sebagai berikut : “Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas
profesinya berkewajiban untuk : Meminta persetujuan terhadap tindakan yang
akan dilakukan” Didalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 juga mengantur
tentang hal ini yaitu didalam pasal 12 ayat (1)e yang berbunyi : “Dalam
melaksanakan praktik, perawat wajib untuk : Meminta persetujuan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan”