Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang

Praktik keperawatan adalah tindakan pemberian asuhan perawat profesional baik secara mandiri
maupun kolaborasi, yang disesuaikan dengan lingkup wewenangdan tanggung jawabnya berdasarkan
ilmu keperawatan. Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada
kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi .

Untuk penerapan praktik keperawatan, perlu ketetapan (legislasi) yang mengatur hak dan kewajiban
perawat yang terkait dengan profesi. Legislasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum
bagi masyarakat dan perawat. Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien
perlu ditetapkan dengan jelas apa hak dan kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan tugasnya. Perawat perlu memahami hukum untuk melindungi hak kliennya
dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu takut hukum, tetapi menjadikan hukum sebagai
dasar pemahaman terhadap apa yang diharapkan masyarakat dari penyelenggara pelayanan
keperawatan yang profesional. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan motivasi dan
bermanfaat bagi kita semua.

Rumusan Masalah

Apakah Praktik Keperawatan itu?

BAB II

2.1. Praktik Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan. Didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat melalui kolaborasi dengan system klien dan
tenaga kesehatan lain dalam membrikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk praktik keperawatan individual dan berkelompok

Karakteristik praktik keperawatan professional : 1. Otoritas (autority), yakni memiliki kewenangan sesuai
dengan keahliannya yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran profesional.

2. Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab kepada klien, diri sendiri, dan profesi, serta
mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan.
3. Pengambilan keputusan yang mandiri (independent decision making), berarti sesuai dengan
kewenangannya dengan dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh dan menggunakan pendekatan yang
ilmiah dengan membuat keputusan (judgnents) pada tiap tahap proses keperawatan dalam
menyelesaikan masalah klien.

4. Kolaborasi (collaboration ), artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun lintas sektor
dengan mengadakan hubungan kerja dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah klien, dan
membantu klien menyelesaikannya.

5. Pembelaan atau dukungan (advocacy), artinya bertindak demi hak klien untuk mendapatkan asuhan
yang bermutu dengan mengadakan intrevensi untuk kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi
masalahnya, serta berhadapan dengan pihak-pihak lain yang lebih luas.

6. Fasilitasi (facilitation), artinya mampu memberdayakan klien dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatannya dengan memaksimalkan potensi dari organisasi dan sistem klien-keluarga.

Fokus Praktik Keperawatan Profesional Praktik keperawatan tidak boleh terlepas dari upaya kesehatan
masyarakat dunia dan sistem kesehatan nasional. Fokus utama keperawatan saat ini adalah kesehatan
masyarakat dengan target populasi total. Manusia tidak dipandang hanya dari aspek fisik tetapi
dipandang sebagai makhluk yang holistik yang terdiri atas bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual.

Tujuan praktik keperawatan sesuai yang dicanangkan WHO (1985) harus diupayakan pada pencegahan
primer, peningkatan kesehatan pasien, keluarga dan masyarakat, perawatan diri dan peningkatan
kepercayaan diri. Praktik keperawatan meliputi lima area yang terkait dengan kesehatan (Kozier &Erb,
1990), yaitu:

1.

Peningkatan kesehatan ( Health Promotion) Kesehatan merupakan status kemampuan individu atau
manusia yang didefinisikan

sebagai kemampuan dari salah satu kemampuan yang maksimal maupun potensial. The American
Hospital Association tahun 1980 mendeskripsikan kesehatan sebagai berikut, “Kesehan yang objektif
tidak hanya untuk menghindari penyakit atau untuk memperpanjang hidup, yang objektif adalah untuk
mempertinggi kualitas hidup seseorang”. Kesehatan adalah bagian esensial dari masing-masing tujuan
keperawatan.

Peningkatan kesehatan adalah kerangka aktivitas keperawatan. Kesadaran diri klien,kesadaran


kesehatan, keterampilan kesehatan dan penggunaan semua sumber yang dipertimbangkan sebagai
perawat yang diberikan oleh perawat. Peningkatan kesehatan membantu masyarakat dalam
mengembangkan sumber untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Tujuan kesehatan yang ingin diwujudkan adalah mencapai derajat kesehatan yang optimal. Fokus
peningkatan kesehatan diarahkan untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan umum, individu,
keluarga dan komunitas.
2. Pencegah penyakit Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko

penyakit, untuk meningkatkan kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk mempertahankan fungsi
individu secara optimal.

Aktivitas atau kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain sebagai berikut:

1. Melakukan program pendidikan di rumah sakit, misalnya perawatan ibu hamil, program melarang
atau menghindari rokok, seminar mengurangi atau mencegah stress.

2. Program umum dan dasar yang dapat meningkatkan gaya hidup sehat, misalnya melakukan senam
aerobik, berenang atau program kebugaran.

3. Memberikan informasi tentang kesehatan, makanan yang sehat, olahraga, dan lingkungan yang sehat
melalui liflet, media masa atau media elektronik.

4. Menyediakan pelayanan keperawatan yang dapat menjamin kesehatan ibu hamil dan kelahiran
bayinya dengan sehat.

5.Membantu tumbuh kembang bayi dan balita.

6. Memberikan imunisasi.

7. Melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi tekanan darah tinggi, kadar kolesterol dan kanker. 8.
Melakukan konseling mengenai pencegahan akibat kekurangan nutrisi dan penghentian rokok.

3.Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintenance)

Kegiatan keperawatan dalam pemeliharaan kesehatan adalah kegiatan yangmembantu klien


memelihara status kesehatan mereka. Perawat melakukan aktivitas untuk membantu masyarakat
mempertahankan status kesehatannya.

4. Pemeliharaan Kesehatan (Health Restoration)

Pemulihan kesehatan berarti perawat membantu pasien meningkatkankesehatan setelah pasien


memiliki masalah kesehatan atau penyakit.

Memberikan perawatan secara langsung pada individu yang sedang sakit, misalnya dengan memberikan
perawatan fisik.

Memberikan perawatan pada pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental.

Melakukan diagnostik dan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit. 4. Merencanakan pengajaran dan
rehabilitasi pada pasien-pasien tertentu, misalnya pada pasien stroke, serangan jantung, arthritis.

5. Perawatan Pasien Menjelang Ajal Area praktik keperawatan ini mencakup perawat memberikan rasa
nyaman dan
merawat orang dalam keadaan menjelang ajal. Kegiatan dapat dilakukan di rumah sakit, rumah, dan
fasilitas kesehatan lainnya. Lingkup praktik keperawatan pada dasarnya sangat berkaitan dengan

kompetensi lulusan pendidikan professional keperawatan yang diharapkan mampu berperan atau
mengemban fungsi perawat professional baik sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik,
pengelola, maupun peneliti.

Lingkup praktik keperawatan

• Memberikan asuhan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
menyelesaikan masalah kesehatan sederhana dan kompleks.

• Memberikan tindakan keperawatan langsung, pendidikan, nasehat, konseling, dalam rangka


penyelesaian masalah kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam upaya
memandirikan sistem klien

• Memberikan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan dan tatanan lainnya.

• Memberikan pengobatan dan tindakan medik terbatas, pelayanan KB, imunisasi, pertolongan
persalinan normal dan menulis permintaan obat/resep.

• Melaksanakan program pengobatan secara tertulis dari dokter

• Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 KEPMENKES NO.1239/2001:

Bentuk - Bentuk Praktek Keperawatan Profesional

Sejak disepakatinya keperawatan sebagai profesi (Januari 1983) , serta ditumbuhkannya pedidikan
keperawatan pada jenjang pendidikan tinggi ( Program DIII Keperawatan pada tahun 1984 dan program
pendidikan Sarjana Keperawatan pada tahun 1985) , serta diberlakukannya UU No.23 Tahun 1992
tentang kesehatan, proses registrasi dan legislasi keperawatan sebagai bentuk pengakuan adanya
kewenangan dala melaksanakan praktik keperawatan belum terwujud. Hal ini mungkin disebabkan
antara lain belum adanya pengalaman dalam memberi pengakuan terhadap praktik keperawatan ,
karena belum dipahami wujud dan batasan dari praktik keperawatan sebagai praktik professional.
Demikian juga jenis dan sifat praktik keperawatan professional yang harus dikembangkan belum
diapahami dengan benar karena belum ada pengalaman sebelumnya.

Bertolak dari keadaan yang demikian, sedangkan praktik keperawatan professional harus
dikembangkan, proses registrasi dan legislasi keperawatan sudah ada , serta dilandasi oleh peraturan
perundang undangan yang kokoh, maka dinilai perlu dilakukan pembangunan dan uji coba (Sebagai
proyek rintisan) beberapa model praktik keperawatan. Bentuk model praktik keperawatan yang dapat
dan pantas di ujicobakan dan dikembangkan di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Praktik Keperawatan di Rumah Sakit dan Puskesmas


Lingkup cakupan dan batasan wewenang serta tanggung jawab seorang perawat professional (ners)
dalam praktik keperawatan di rumah sakit ataupun di puskesmas dikaji. Kedudukan dan hubungannya
dengan pelayanan rumah sakit atau puskesmas secara keseluruhan dan sifat interdependensi dengan
pelayanan rumah sakit atau puskesmas dengan pelayanan professional lainnya yang terdapat di rumah
sakit atau puskesmas. Perawat professional dengan sikap dan kemampuan professional yang dapat
diberi wewenang dan tanggung jawab melaksanakan praktik keperawatan rumah sakit atau puskesmas ,
serta proses dan prosedur pencatatan dan pemberian kewenangan , tanggung jawab melaksanakan
praktik.

Melalui hasil kajian dari model keperawatan rumah sakit atau puskesmas dapat disarankan kepada yang
berwenang hal hal yang berhubungan dengan pengertian praktik keperawatan rumah sakit atau
puskesmas dan lingkup cakupannya sebagai salah satu bentuk praktik keperawatan professional , seta
proses prosedur dan registrasi dan legislasi keperawatan.

2. Praktek Keperawatan di Rumah (Home Nursing Practice)

dalam Konteks Perpanjangan Pelayanan Rumah sakit atau Puskesmas Dengan pola pendekatan dan
pelaksanaan seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit atau puskesmas. Pada
bentuk praktik keperawatan rumah dalam kajian awalnya , ditekankan pada pelaksanaan pelayanan /
asuhan keperawatan sebagai kelanjutan pelayanan rumah sakit atau puskesmas. Dilakukan oleh para
perawat professional pelayanan rumah sakit atau puskesmas, atau melalui pengikutsertaan perawat
professional yang melakukan praktik keperawatan berkelompok.

3.Praktik Keperawatan Berkelompok (Group Nursing Practice)

Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan rumah
sakit atau puskesmas. Beberapa perawat professional membuka praktik keperawatan selama 24 jam
kepada masyarakat yang memerlukan pelayanan / asuhan keperawatan , mengatasii berbagai bentuk
keperawatan yang dihadapi masyarakat. Bentuk praktik keperawatan ini diperkirakan akan sangat
diperlukan di masa depan , terutama jika pandangan tentang lama rawat rumah sakit perlu dipersingkat
mengingat biaya perawat rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat. Praktik keperawatan
berkelompok sebagai model yang akan diujicobakan memerlukan dukungan peraturan yang berwenang
sehingga baik perawatan yang melaksanakan praktik keperawatan , maupun masyarakat yang menerima
asuhan keperawatan terlindungi.

4. Praktik Keperawatan Individu/Perorangan (Individual Nursing Practice)

Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang diuraikan untuk praktik keperawatan
rumah sakit atau puskesmas . Perawat professional senior dan berpengalaman secara perorangan /
sendiri membuka praktik keperawatan dalam jam praktik tertentu , memberi pelayanan / asuhan
keperawatan khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukannya dalam
mengatasi masalah keperawatan .
Bentuk praktik yang demikian ini sangat diperlukan oleh kelompok / golongan masyarakat yang tinggal
jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan , khususnya pelayanan keperawatan yang
dikembangkan oleh pemerintah.

B. Pengertian Legislasi Praktek Keperawatan

Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seorang
perawat dalam melakukan praktek keperawatan. Legislasi praktek keperawatan di Indonesia diatur
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi dan praktek perawat.

Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001,


Latar belakang “Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang memberikan
pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai
dengan kewenangannya. Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak dan kewajiban
seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.”

Tujuan utama Legislasi adalah untuk melindungi masyarakat serta melindungi perawat.

Tahap-tahap Legislasi Keperawatan

Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :

Surat Izin Perawat (SIP)

Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah lulus dari pendidikan
keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktek keperawatan.

Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib) mendaftarkan diri pada kantor wilayah
Departemen Kesehatan Propinsi untuk mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan
menjalankan pekerjaan keperawatan dan memperoleh nomor registrasi. Sasarannya adalah semua
perawat. Sedangkan yang berwenang mengeluarkannya adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum ditetapkan keputusan ini
memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan kabupaten/kota diwilayah tempat kerja perawat yang
bersangkutan.

Jenis dan waktu registrasi :

Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan keperawatan selambat-lambatnya
2 tahun sejak peraturan ini di keluarkan. Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal
registrasi sebelumnya, diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.

Surat Izin Kerja (SIK)


Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek keperawatan di
sarana pelayanan kesehatan. SIK hanya berlaku pada satu tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat
yang berwenang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang bersangkutan akan
melaksanakan praktek keperawatan.

Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)

Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan praktek
keperawatan secara perorangan atau kelompok. SIPP hanya berlaku untuk satu tempat praktek
perorangan atau kelompok dimana yang bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek
perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten / kota dimana yang
bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.

Kegunaan legislasi dapat disimpulkan sebagai berikut :

Memberikan rambu-rambu dalam pelayanan kesehatan yang harus dipahami oleh pelaku pelayanan
profesi kesehatan, agar terhindar dari pelayanan kesehtan yang bermasalah

Mencapai terwujudnyaderajat kesehatan yang optimal yaitu dengan peningkatan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan yang optimal.

Mendorong tenaga kesehatan untuk menambah, mengasah,dan memperdalam pengetahuannya dan


keterampilan pada bidang kesehatan, serta mengikuti perkembangan hokum dan aspek medikolegal
dari pelayanan kesehatan.

Sebagai alat unruk meningkatkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan pembangunan kesehatan
meliputi upaya kesehatan dan sumber daya.

Penjankau perkembangan makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun waktu mendatang.

Pemberi kepastian dan perlindungan hukum terhadap pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan.
Hal ini terkait dengan pembinaan dan pengawasan, sehingga diatur juga bagaimana penyidikan dapat
dilakukan apabila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan yang telah diatur, mencakup juga sanksi
hokum menurut ketentuan pidana dan perdata.

Perawat dalam melakukan praktik,perawat diwajibkan mematuhi stantar etik dan standar prosedur
operasional agar terhindar dari masalah hukum, dan untuk meningkatkan mutu pelayanan sesuai yang
diharapkan kedua belah pihak baik pasien maupun perawat. Pasal 11 dan 12 yang berisikan hak dan
kewajiban perawat serta hak dan kewajiban pasien yang telah penulis paparkan pada halaman diatas.
Hak dan Kewajiban Perawat dan Pasien .

Hak dan Kewajiban Perawat adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau
badan hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu. Kewjiban adalah sesuatu
yang harus diperbuat atau harus dilakukan seseorang atau suatu badan hukum.[1] Hak-hak perawat dan
pasien pada prinsipnya tidak terlepas pula dengan hak-hak manusia atau lebih dasar lagi hak asasi
manusia. Hak asasi manusia tidak tanpa batas dan merupakan kewajiban setiap negara / pemerintah
untuk menentukan batas-batas kemerdekaan yang dapat dilaksanakan dan dilindungi dengan
mengutamakan kepentingan umum.

Adapun hak-hak perawat sendiri adalah :

1. Hak-hak Perawat

a. Perawat berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
profesinya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 53 ayat (1)
sebagai berikut : “Tenega kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya”. Dan menurut Undang-undang Nomer 36 tahun 2006 tentang
kesehatan pasal 27 ayat 1 menyebutkan sebagi berikut : “Tenaga kesehatan berhak mendapatkan
imbalan dan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan pprofesinya”. Kemudian
menurut PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan bab iv standart profesi dan perlindungan
hukum pasal 24 ayat (1) sebagai berikut : “ Perlindungan hukum diberikan kepada tenaga kesehatan
yang melakukan tugasnya sesuai standart profesi kesehatan”. Sedangkan menurut PERMENKES No 148
tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat pasal, 11a menyebutkan sebagai berikut :
“ Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak : Memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan praktik keperawatan sesuai standar”.

b. Perawat berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan spesialisasi sesuai dengan latar
belakang pendidikanya. Hal ini sesuai dengan PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pasal
10 ayat (1),(2), yaitu : (1) Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya. (2) Penyelenggara dan / atau pimpinan
sarana kesehatan bertanggungjawab atas pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang
ditempatkan dan / atau bekerja pada sarana kesehatan yang bersangkutan untuk meningkatkan
ketrampilan atau pengetahuan melalui pelatihan di bidang kesehatan. Dan pasal 11 ayat (1),(2), yaitu :
(1) Pelatihan dibidang kesehatan dilaksanakan dibalai pelatihan tenaga kesehatan atau tempat pelatian
lainya. (2) Pelatihan dibidang kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan / atau masyarakat.
Pasal 12 ayat (1),(2). Sebagai berikut : (1) Pelatihan dibidang kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (2) Pelatihan dibidang kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dilaksanakan atas
dasar ijin menteri. Menurut PERMENKES No 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelengaraan praktik
perawat pasal 12 ayat (2) yang berbunyi, yaitu : “ Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau organisasi profesi

c. Perawat berhak untuk menolak keinginan klien yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan serta standar dan kede etik profesi. Hal ini selaras dengan UU No 36 tahun 2006 tentang
kesehatan pasal 24 ayat (1), dan (2), yang berbunyi sebagai berikut : (1) “ Tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak
pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur oprasional. (2) Ketentuan
mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi
profesi. Selanjutnya menurut PERMENKES No 148 tahun 2010 dalam pasal 9 menyebutkan bahwa : “
Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.”

D. Perawat berhak untuk mendapatkan informasi lengkap dari klien atau keluarga tentang keluhan
kesehatan dan ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan PERMENKES No
148 tahun 2010 tentang izin dan penyelengaraan praktik perawat yang termaktub dalam pasal 11 yang
berbunyi : “ Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak: Memperoleh informasi yang
lengkap dan jujur dari klien dan / atau keluarganya.”

e. Perawat berhak untuk mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan / kesehatan secara terus-menerus. Hal ini
selaras dengan UU Nomer 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang tersirat dalam pasal 57 ayat 3 yang
berbunyi sebagai berikut : “ Sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentngan pendidikan
dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kesehatan.” Sebagaimana bunyi pasal 9 ayat (1) dan (2), PP Nomer 32 tahun 1992 tentang tenaga
kesehatan sebagai berikut : (1) Pelatihan dibidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
ketrampilan atau penguasaan pengetahuan dibidang kesehatan. (2) Pelatihan dibidang kesehatan dapat
dilakukan secara berjenjang sesuai dengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan.”

f. Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh intitusi pelayanan maupun oleh
klien.

g. Perawat berhak mendapatka jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan
bahaya baik secara fisik maupun stres emosional. Hal ini sesuai dengan PERMENKES Nomer 148 tahun
2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, pasal 11 yang berbunyi sebagai berikut : “
Dalam melaksanakan praktik, perawat mempunyai hak : Memperoleh jaminan perlindungan terhadap
resiko kerja yang berkaitan dengan tugasnya.”

h. Perawat berhak diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan


kesehatan.

i. Parawat berhak atas privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh klien dan /
atau keluarganya serta tenaga kesehatan lainya.

j. Perawat berhak untuk menolak dipindahkan ketempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun
pengumuman tertulis karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar
profesi atau kode etik keperawatan atau aturan perundang- undangan lainya.

k. Perawat berhak untuk mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang
diberikanya berdasarkan perjanjian atau ketentuan yang berlaku di intitusi pelayanan yang
bersangkutan. Hal ini selaras dengan UU Nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang termaktub
dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi : “tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan jasa dan
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.” Sama halnya dengan UU, PP
juga mengatur tentang hal ini yaitu PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang termaktub
dalam pasal 25 ayat (1), (2), dan (3) yang berbunyi : (1) “ Kepada tenaga kesehatan yang bertugas pada
sarana kesehatan atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan, berjasa pada negara atau meninggal
dunia dalam melaksanakan tugas diberikan penghargaan. (2) Penghargaan yang dimaksud dalam ayat
(1) dapat diberikan oleh pemerintah dan / atau masyarakat. (3) Bentuk penghargaan dapat berupa
kenaikan pangkat, tanda jasa, uang atau bentuk lain.” Begitu pula PERMENKES juga mengatur hak
perawat ini yaitu ada di PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat yang tertuang dalam pasal 11 yang berbunyi sebagai berikut : “dalam melaksanakan praktik,
perawat mempunyai hak : Menerima imbalan jasa profesi.”

l. Perawat berhak untuk memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan bidang
profesinya. Hal ini sesuai dengan PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang tertuang
dalam pasal 26 ayat (1) dan (2) yang berbunyi sebagai berikut : (1) “Tenaga kesehatan dapat membentuk
ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan / atau mengembangkan pengetahuan dan
ketrampilan, martabat dan kesejahteraan tenaga kesehatan. (2) Pembentukan ikatan profesi
sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.” Hal ini juga diterangkan dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 yang termaktub dalam
pasal 12 ayat 2 yang berbunyi sbagai berikut : “Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau organisasi profesi.”

2. Kewajiban perawat

Kewajiban perawat adalah:

a. Perawat wajib mematuhi semua peratuaran intitusi yang bersangkutan.

b. Perawat wajib memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan
batas kegunaanya. Kewajiban perawat ini telah oleh PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
yang termaktub dalam pasal 21 ayat (1) dan (2) yang berbunyi sebagai berikut : (1) Setiap tenaga
kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi tenaga
kesehatan. (2) Standar profesi tenaga kesehatan sebagaimana dalam ayat (1) ditetapkan oleh menteri.
Hal ini tercantum dalam dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan
praktek perawat dalam pasal 8 dan pasal 9 yang berbunyi : (1) Praktik pelayanan keperawatan
dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat kedua, dan tingkat ketiga; (2)
Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada indivudu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat; (3) Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui kegiatan: a. Pelaksanaan asuhan keperawatan b. Pelaksanaan upaya promotif, preventif,
pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat; c. Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
Meliputi Pengkajian, Penetapan diagnosa keperawatn, perencanaan, implementasi, evaluasi
keperawatan.

c. Perawat wajib menghormati hak klien / Pasien. Hal ini juga telah diatur dalam PP Nomer 32 tahun
1996 tentang tenaga kesehatan yang termuat dalam pasal 22 ayat (1) dan (2) yang berbunyi : (1) Tenaga
kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk : a. Menghormati
hak pasien; b. Menjaga kerahasian identitas dan data kesehatan pribadi pasien; c. Memberikan
informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan; d. Meminta persetujuan
terhadap tindakan yang akan dilakukan e. Membuat dan memelihara rekam medik. (2) Pelaksanaan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut oleh menteri. Sama hal dengan PP,
PERMENKES juga mengatur tentang hal ini yaitu didalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang
izin dan penyelenggaraan praktik perawat, yang termaktub dalam pasal 12 ayat (1)a, yang berbunyi :
“Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk : a. Menghormati hak pasien; b. Melakukan rujukan;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan; d. Memberikan informasi tentang
masalah kesehatan klien/pasien dan pelayanan yang dibutuhkan; e. Meminta persetujuan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan; f. Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis; dan
g. Mematuhi standar.

d. Perawat wajib merujuk klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang mempunyai keahlian
atau kemapuan yang lebih baik bila yang bersangkutan tidak dapat mangatasinya. Kewajiban perawat ini
diatur dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan penyeleggaraan praktik perawat yang
tertuang dalam pasal 12 ayat 1b yang menerangkan bahwa : “Dalam melaksanakan praktik, perawat
wajib untuk : Melakukan rujukan.”

e. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk berhubungan dengan keluarganya,
selama tidak bertentangan dengan peraturan dan standar profesi yang ada

f. Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan
agama atau kepercayaan masing-masing selama tidak mengganggu klien yang lainnya.

g. Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan terkait lainya dalam
memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada klien.

h. Perawat wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan keperawatan yang diberikan
kepada klien dan / atau keluarganya sesuai dengan kemampuanya. Hal ini telah di atur dalam PP Nomer
32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang tersirat dalam pasal 22 ayat 1c yang berbunyi : “Bagi
tenaga kesehatan jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk :
Memberikan informasi yang berkaitan dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan.” Kewajiban ini
termaktub dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
perawat, pasal 12 ayat 1d yang berbunyi : “Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:
Memberikan informasi tentang masalah kesehatan klien / pasien dan pelayanan yang dibutuhkan.”

i. Perawat wajib meminta persetujuan kepada pasien dan / atau keluarga terhadap tindakan yang akan
dilakukan. Hal ini sesuai dengan isi PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan yang tercantum
dalam pasal 22 ayat (1)d yang berbunyi sebagai berikut : “Bagi tenaga kesehatan jenis tertentu dalam
melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk : Meminta persetujuan terhadap tindakan yang
akan dilakukan” Didalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 juga mengantur tentang hal ini yaitu
didalam pasal 12 ayat (1)e yang berbunyi : “Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk :
Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan”

j. Perawat wajib membuat dokumentasi asuahan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan.
Hal ini telah diatur dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 yang termuat dalam pasal 12 ayat 1f, yang
berbunyi : “Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk : Melakukan pencatatan asuhan
keperawatan secara sistematis.”

k. Perawat wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan atau
kesehatan secara terus-menerus. Hal ini juga telah dimuat dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010
tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, didalam pasal 12 ayat 2 menerangkan bahwa :
“Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk : Perawat dalam menjalankan praktik senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tuganya, yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan organisasi profesi.”

l. Perawat wajib melakukan pelayanan darurat sebagai tugas kemanusiaan sesuai dengan batas
kewenanganya. Sebagaimana UU kesehatan telah mengatur hal ini yaitu di dalam pasal 32 ayat (1) dan
(2) UU Nomer 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang berbunyi : (1) Dalam keadaan darurat, fasilitas
pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu (2) Dalam keadaan darurat,
fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan / atau
meminta uang muka.” Hal ini juga telah diatur dalam PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izi
dan penyelenggaraan praktik perawat, yang tercamtum dalam pasal 10 yang berbunyi : (1) Dalam
keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang / pasien dan tidak ada dokter di tempat
kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8. (2) Bagi perawat yang menjalankan praktik di daerah tidak memiliki dokter dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8. (3) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud ayat (2) harus mempertimbangkan kompetensi, tingkat kedaruratan dan kemungkinan untuk
dirujuk. (4) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah kecamatan atau
kelurahan / desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten / kota. (5) Dalam hal daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terdapat dokter, kewenangan perawat sebagaimana
dimaksud ayat (2) tidak berlaku.”

m. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien, kecuali jika dimintai
keterangan oleh pihak berwenang.[4] Hal ini telah diatur oleh PP Nomer 32 tahun 1996 tentang tenaga
kesehatan yang termaktub dalam pasal 22 ayat (1)b yang menerangkan bahwa : “Bagi tenaga kesehatan
jenis tertentu dalam melaksanakan tugas profesinya berkewajiban untuk : Menjaga kerahasiaan
identitas dan data kesehatan pribadi pasien.” Demikian halnya di dalam PERMENKES Nomer 148 tahun
2010, juga mengatur tentang hal ini yang tercantum dalam pasal 12 ayat (1)c, yang berbunyi : “Dalam
melaksanakan praktik, perawat wajib untuk : Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.”

n. Perawat didalam melakukan praktik mandiri dan / atau berkelompok di wajibkan untuk membantu
program pemerintah Hal ini sesuai dengan PERMENKES Nomer 148 tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat, yang tertuang dalam pasal 12 ayat (3) yang berbunyai : “Perawat
dalam menjalankan praktik wajib membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.”

Anda mungkin juga menyukai