Disusun oleh:
ZAENUDIN IDRIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
PENDAHULUAN .............................................................................. 1
KEWENANGAN DAN LEGITIMASI ............................................. 2
A. Sumber Kewenangan .................................................................... 2
B. Peralihan Kewenangan ................................................................. 2
C. Legitimasi ........................................................................................ 4
D. Cara Mendapatkan Legitimasi ..................................................... 4
E. Tipe-tipe Legitimasi ....................................................................... 6
F. Urgensi Legitimasi ......................................................................... 7
PENUTUP .......................................................................................... 8
DAFTAR KEPUSTAKAAN ............................................................. 10
LAMPIRAN ........................................................................................ 11
KEWENANGAN DAN LEGITIMASI
PENDAHULUAN
A. Sumber Kewenangan
Setidaknya ada lima sumber kewenangan yang biasa diakui
yakni kewenangan memimpin berdasarkan mandat yang didapat
dan mengatasnamakan tradisi, Tuhan, kualitas pribadi seseorang,
peraturan perundangan dan yang bersifat instrumental. Dari kelima
sumber kewenangan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi
dua tipe utama, yaitu kewenangan yang bersifat prosedural dan
substansial (Andrain, 1988).
Kewenangan yang bersifat prosedural ialah hak memerintah
berdasarkan perundang-undangan yang bersifat tertulis maupun
tak tertulis. Kewenangan yang bersifat substansial ialah hak
memerintah berdasarkan faktor-faktor yang melekat pada diri
pemimpin, seperti tradisi, sakral, kualitas pribadi dan instrumental.
Sumber kewenangan sebenarnya tidak terlalu masa lah
asalkan implementasinya dapat dirasakan semua pihak sebagai
kebaikan, bermanfaat dan berkeadilan. Karena, akseptasi
masyarakat sebagai ‘yang diperintah’ akan seiring dengan legitimasi
pemimpin.
B. Peralihan Kewenangan
Jabatan, termasuk kepemimpinan, bersifat relatif tetap,
sedangkan orang yang memegang dan menjalankan fungsi (tugas
dan kewenangan) jabatan bersifat tidak tetap (Surbakti, 2010). Hal
ini disebabkan umur manusia yang terbatas, kearifan dan
kemampuan manusia juga terbatas, begitu juga masa menjabat
sebagai pemegang kewenangan melalui sistem prosedural juga
dibatasi waktu. Oleh karena itu, maka peralihan kewenangana
akhirnya menjadi sebuah kemestian.
Berbagai cara peralihan kewenangan yang biasa terjadi.
Setidaknya terdapat tiga cara (Paul Conn, 1971 dalam Surbakti,
2010), yaitu secara turun temurun, pemilihan dan paksaan. Pada
sistem substansial, biasanya terjadi secara turun temurun, meskipun
sesekali pernah terjadi dengan cara paksa karena terjadi kudeta atau
peperangan. Sedangkan pada sistem prosedural, pada umumnya
berdasarkan pemilihan, meskipun pernah terjadi pemegang
kewenangan harus diganti secara paksa melalui tindakan
impeachment, bahkan kudeta.
Berbagai cara peralihan kewenangan tidak bisa dipastikan
yang paling baik, karena tergantung sistem legitimasi kewenangan
yang diberlakukan, baik prosedural maupun substansial. Hanya
saja, cara paksaan hampir bisa dipastikan bukan cara yang baik dan
diharapkan.
Terlepas dari cara yang digunakan dalam peralihan
kewenangan, yang lebih penting adalah implementasi kebijakan
yang diputuskan dan diberlakukan haruslah memberi dampak
kebaikan, bermanfaat untuk semua pihak. Semakin baik kualitas
kebijakan yang diberlakukan akan semakin meningkatkan
penerimaan masyarakat terhadap pemerintah sebagai pemegang
dan penentu kebijakan.
C. Legitimasi
Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat
terhadap kewenangan. Para pemegang kewenangan, yani
komunitas politik, rezim dan pemerintahan , mereka semua
sebenarnya adalah obyek legitimasi (Easton, 1979). Sedangkan
subyeknya adalah masyarakat yang dipimpin atau obyek kebijakan.
Semakin tinggi masyarakat menerima dan mengakui hak
moral pemimpin untuk membuat dan melaksanakan keputusan
yang mengikat masyarakat, maka berarti semakin tinggi pula
legitimasi para pemegang kewenangan di mata masyarakat.
Jadi, hanya masyarakat yang dipimpin yang dapat
memberikan legitimasi kepada para pemegang kewenangan, tidak
sebaliknya. Dan, ukuran tingginya legitimasi para pemegang
kewenangan bergantung seberapa besar pengakuan dan
penerimaan masyarakat.
Sedangkan tingginya kadar legitimasi atau pengakuan dan
penerimaan terhadap para pemegang kewenangan lebih disebabkan
oleh penerimaan masyarakat dan obyek kebijakan terhadap
kebijakan-kebijakan yang diberlakukan. Kebijakan yang dirasakan
baik, bermanfaat dan berkeadilan, akan meningkatkan kepuasan
dan pengakuan masyarakat. Semakin diakui masyarakat suatu
pemerintahan, maka semakin tinggi kadar legitimasinya.
E. Tipe-tipe Legitimasi
Ada bermacam tipe masyarakat memberikan kepercayaannya
kepada pemerintah, atau dengan kata lain ada beberapa cara
pemerintah mendapat legitimasi dari masyarakat.
Berdasarkan prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat
terhadap pemerintah, menurut Surbakti (2010: 124), dikelompokkan
menjadi lima tipe, yaitu legitimasi tradisional, legitimasi ideologi,
legitimasi kualitas pribadi, legitimasi prosedural dan legitimasi
instrumental.
Pemimpin yang menggunakan metode simbolis dalam
mendapatkan dan mempertahankan legitimasi bagi
kewenangannya, pada umumnya mendapatkan legitimasi dari tiga
tipe, tradisional, ideologi dan kualitas pribadi. Sedangkan
pemimpin yang menggunakan metode prosedural dan
instrumental, pada umumnya mendapatkan legitimasinya juga dari
tipe prosedural dan instrumental.
Pada tipe tradisional, masyarakat memberikan pengakuan
dan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin
tersebut merupakan keturunan pemimpin “berdarah biru”yang
dipercaya harus memimpin masyarakat.
Tipe ideologi, mendapat pengakuan dari masyarakat karena
dianggap sebagai penafsir dan pelaksana ideologi yang sudah ada
turun temurun, seperti ideologi nasional Pancasila di Indonesia,
liberalisme dan komunis.
Tipe kualitas pribadi, masyarakat memberikan pengakuan
dan dukungan kepada pemimpin tersebut karena memiliki kualitas
pribadi, berupa karisma maupun penampilan pribadi dan prestasi
cemerlang dalam bermacam bidang.
Adapun pada tipe prosedural, masyarakat memberikan
pengakuan dan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena
pemimpin tersebut mendapatkan kewenangan berdasarkan
prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Sedangkan tipe instrumental, masyarakat memberikan
pengakuan dan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena
pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan
material (instrumental) kepada masyarakat.
F. Urgensi Legitimasi
Setiap pemimpin pemerintahan dari setiap sistem politik akan
berupaya keras untuk mendapatkan dan/atau mempertahankan
legitimasi bagi kewenangannya. Hal ini dapat dimengerti bahwa
betapa sangat pentingnya legitimasi bagi pemegang kebijakan.
Urgensi legitimasi dalam sebuah kewenangan adalah menjadi
kemestian karena kebijakan hanya dapat efektif terlaksana jika
mendapatkan legitimasi yang baik dari masyarakat.
Legitimasi akan mendatangkan kestabilan pemerintahan,
sehingga pemerintahan dapat menjalankan fungsi dan perannya
dengan baik. Lebih lanjut pemerintah dapat menyelesaikan
permasalahan masyarakat yang mungkin terjadi, hingga dapat
melakukan pengembangan lebih lagi dalam meningkatkan kualitas
kesejahteraan masyarakat.
PENUTUP
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Pye, Lucyan W.. 1971. “The Legitimacy Crisis” dalam Leonard Binder,
et. al. Crises and Sequences in Political Development. Priceton
University Press.
Conn, Paul. 1971. Conflict and Decision Making: An Intorduction to
Political Science. New York: Harper & Ron Publishing.
Maclver, R.M.. 1965. The Web of Gouvernment. New York: Free Press.
Lampiran
BAB 1: PENDAHULUAN
BAB 2: KEBAIKAN BERSAMA
BAB 3: BANGSA DAN NEGARA
BAB 4: KEKUASAAN POLITIK
BAB 5: KEWENANGAN DAN LEGITIMASI
5.1 Pengantar
5.2 Sumber Kewenangan
5.3 Peralihan Kewenangan
5.4 Sikap Terhadap Kewenangan
5.5 Legitimasi
5.6 Obyek Legitimasi
5.7 Kadar Legitimasi
5.8 Cara Mendapatkan Legitimasi
5.9 Tipe-tipe Legitimasi
5.10 Legitimasi Itu Penting
5.11 Krisis Legitimasi
BAB 6: SISTEM PERWAKILAN KEPENTINGAN
BAB 7: PARTAI POLITIK
BAB 8: PERILAKU DAN PARTISIPASI POLITIK
BAB 9: KONFLIK DAN PROSES POLITIK
BAB 10: PEMERINTAH DAN PEMERINTAHAN
BAB 11: KEPUTUSAN POLITIK DAN KEBIJAKAN UMUM
BAB 12: POLITIK DAN EKONOMI
BAB 13: MODEL-MODEL SISTEM POLITIK
BAB 14: PERUBAHAN DAN PEMBANGUNAN POLITIK