FAKULTAS DAKWAH
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “KOMPONEN-KOMPONEN KOMUNIKASI MASSA”
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ............................................................................................................................ 1
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa selalu ingin berhubungan dengan manusia lainnya.
Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam
dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat,
orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari
masyarakatnya. Banyak pakar yang menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang
sangat fundamental bagi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Professor Wilbur Schramm
menyebutkan bahwa komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk,
sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi
(Schramm dalam Hafited Cangara; 1982).
Apa yang mendorong manusia sehingga ingin berkomunikasi dengan manusia lainnya. Teori
dasar biologi menyebutkan adanya dua kebutuhan, yakni kebutuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk meneyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam
sebuah proses komunikasi, ada sesuatu yang tidak bisa terlepas dari proses komunikasi itu sendiri
itulah yang disebut komponen komunikasi. Dimana komponen komuniasi sangat menunjang agar
komunikasi berjalan dengan efektif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi massa berasal dari istilah bahasa Inggris yaitu mass communication atau mass
media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa. Istilah mass
communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa. Massa
mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama,
mereka 13 dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau
hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama.
Komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan sumber pesan, mereka juga
berperan sebagai gate keeper (McQuail, 1987; Nurudin, 2003). Yaitu berperan untuk menambah,
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah
dipahami oleh audiens-nya. Bitner (Tubbs, 1996) menyatakan bahwa pelaksanaan peran gate
keeper dipengaruhi oleh ekonomi, pembatasan legal, batas waktu, etika pribadi dan profesionalitas,
kompetisi diantara media, dan nilai berita. Dalam Pengantar Ilmu Komunikasi karya Cangara
dijelaskan definisi dari Komunikasi Massa adalah sebagai berikut: “Proses komunikasi yang
berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada masyarakat atau
khalayak yang sifatnya sosial melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat
kabar dan film” (1998: 36).
Komunikasi Dan Hubungan Masyarakat karya Widjaja, Komunikasi Massa didefinisikan:
“Komunikasi yang ditujukan kepada massa” (1993: 19). Buku Ilmu Komunikasi Teori Dan
Praktek karangan Effendi komunikasi massa memiliki pengertian yaitu: “Komunikasi yang
menggunakan media massa” (1984: 20). Buku karangan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah
Analisis Media Televisi, komunikasi massa memiliki pengertian: “Berkomunikasi dengan massa
(audiens atau khalayak sasaran)” (1996:16). 14 Berbagai pengertian atau definisi mengenai
komunikasi massa terlihat bahwa inti dari proses komunikasi ini adalah media massa sebagai
salurannya untuk menyampaikan pesan kepada komunikasn untuk mencapai tujuan tertentu.
Komunikator dalam komunikasi masaa meliputi jaringan, brand media, crew media yang berkaitan
dengan proses komunikasi massa.
Komunikan ( audience ) adalah kumpulan individu yang menjadi objek dari pesan yang
disampaiakan media. Komunikan bisa terdiri atas kumpulan dari ribuan atau bahkan jutaan
individu yang berasal dari tingkat sosial dan ekonomi ( demografi ) yang berbeda, namun pesan
media bisa ditanggapi dengan reaksi yang sama. Komunikan pada komunikasi massa bersifat
anonim dan heterogen. Komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim),
karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan
komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda,
yang dapat dikelompokan berdasarkan faktor: Usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar
belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
2
C. Pesan dalam komunikasi massa
Pesan media bersifat beragam (bukan seragam). Meski antara satu media dan lainnya memiliki
content (isi) pesan yang sama, namun pengemasan, timing (waktu), dan angle (sudut pandang)
antar media sering berbeda. Hal ini disebabkan masing-masing publik yang berbeda pula. Dalam
komunikasi tatap muka terjadi penggunaan banyak saluran, dengan banyak kesempatan untuk
mengirim dan menerima pesan, dan dengan proses komunikasi yang kompleks. Proses komunikasi
massa lebih kompleks dari produksi dan distribusi pesan- pesannya dibandingkan dengan sistem
atau jenis komunikasi lainnya. Pesan-pesan media diterima dan dikonsumsi oleh banyak orang
yang heterogen dan anonim. Pesan-pesan media massa yang diproduksi oleh suatu tim tertentu,
dan terkadang sulit secara pasti ditentukan siapa yang bertanggung jawab. Pekerjaan media
melibatkan banyak unsur dan bidang. Media elektronik sifatnya lebih kompleks dalam mekanisme
dan proses produksinya dibandingkan dengan media cetak. Dalam suatu produksi televisi misalnya,
melibatkan penulis script, sejumlah aktor, seorang produser, seorang sutradara, operator kamera
dan kru lainnya, serta host dan yang lainnya. Pertunjukkan melalui televisi merupakan hasil
kerjasama di antara sejumlah pihak yang memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Dengan
demikian, komunikasi massa dicirikan oleh sejumlah faktor, yakni:
1. Diarahkan pada khalayak yang relatif lebih besar, heterogen, dan anonim.
➢ Khalayak Berpengaruh Kuat dalam Komunikasi Massa Jika kita lihat dari literasi
komunikasi massa yakni teori jarum hipodermik yang menganggap bahwa komunikasi
massa mempunyai pengaruh yang sangat kuat juga mengasumsikan bahwa para pengola
media dianggap sebagai orang yang lebih pintar dibanding audience. Audience, anggota
dari masyarakat dianggap mempunyai ciri khusus sehingga tidak ada campur tangan di
antara pesan dan penerima dengan artian bahwa pesan yang telah disebarluaskan kepada
khalayak tidak ada perantara atau dapat dikatakan sebagai senapan yang langsung diterima
oleh sasaran tanpa perantara tanpa adanya penolakan. Teori ini mengasumsikan media
massa mempunyai pemikiran bahwa audience bisa ditundukkan sedemikian rupa atau
bahkan bisa dibentuk dengan cara apapun yang dikehendaki media sebagaimana dikatakan
oleh Jason dan Anne Hill (1997), media masssa dalam teori Jarum Hipodermik mempunyai
efek langsung “disuntikkan” ke dalam ketidaksadaran audience (Nurudin, 2011: 166).
➢ Proses Interaksi Khalayak dalam Komunikasi Massa Proses interaksi penyampaian pesan
dalam komunikasi massa kepada khalayak tergantung dari masing-masing individu yang
telah melibatkan pembelajaran, pembentukan pandangan akan realitas sosial tergantung
pada keadaan dan pengalaman pribadi misalnya status sosial, kultur atau gender dan
keanggotaan kelompok rujukan. Mengingat komunikasi massa bukan hanya membahas
mengenai fenomena sosial namun juga pemberitaan politik yang menjadikan media massa
seperti televisi, internet, ataupun radio sebagai sumber utama bagi sebagaian besar orang.
Semakin banyak seseorang yang menghabiskan waktu menonton televisi dari segala jenis
program, maka ia akan semakin mengadopsi pandangan dominan mengenai dunia yang
ditampilkan di media tersebut atau bisa disebut sebagai teori kultivasi (Quail, 2011: 258).
Dimana media telah menyediakan lingkungan yang konsisten dan simbolisme yang hampir
seluruhnya bagi khalayak guna membentuk norma-norma dalam melakukan tindakan dan
keyakinan mengenai serangkaian situasi di kehidupan nyata. Meskipun terkadang
komunikasi massa dapat memperlambat perubahan sosial dengan menanamkan sikap
tradisional di antara banyak penonton padahal hal tersebut juga sepertinya membuat 12
4
khalayak yang bersikap mempertahankan keadaan atau suatu kebiasaan akan berubah
menjadi berpandangan bebas (luas dan terbuka).
➢ Perilaku Khalayak Aktif dalam Komunikasi Massa Berbagai macam perilaku khalayak
terhadap media massa melalui komunikasi massa tergantung dari bagaimana ia bersikap
jika khalayak aktif akan memberikan sebuah kritikan kepada media tersebut tentang apa
yang diberitakan ataukah kesalahan-kesalahan yang dianggap itu tidak pantas untuk
ditonton. Menurut Mc Quail (2011: 164), khalayak aktif adalah mereka yang terlibat dalam
pengolahan koqnitif aktif dari informasi yang datang dan pengalaman. 14 Namun khalayak
pasif bukan berarti buruk sebab hal ini dapat menunjukkan aktivitas dengan cara
selektivitas terhadap apa yang ia tonton dengan cara tidak menonton konten tersebut yang
dianggap tidak penting melalui perencanaan penggunaan media dan pola pemilihan yang
konsisten. Khalayak tidak pernah pasif atau semuanya adalah anggota yang setara karena
terdapat beberapa yang lebih berpengalaman atau lebih aktif daripada yang lain (Quail,
2011: 153). Artinya setiap individu memiliki cara tersendiri dalam menyikapi media
tergantung dari pengalamannya dan memahami makna dari konteks yang diterima dan dari
penggunaannya di dalam konteks.
5
E. Gatekeeper dalam Komunikasi Massa
➢ Sejarah Teori Gatekeeping Gatekeeping sebagai sebuah proses yang digunakan pada media
sudah terlihat sejak tahun 1922, namun ketika itu tentu saja belum memiliki kerangka
sebagai suatu ilmu atau teori. Di dalam bukunya yang berjudul The Immigrant Press, Park
menggambarkan bahwa proses mengeksplor dan menghasilkan semua peristiwa dan ditulis
atau direkam oleh seorang koresponden, reporter/jurnalis, atau para agency media untuk
kemudian mempublikasikannya adalah hal yang sudah dilakukan ketika itu. Secara formal,
7
gatekeeping barulah diidentifikasikan oleh Kurt Lewin pada tahun 1943 melalui publikasi
tulisannya dengan judul Forces Behind Food Habits and Methods of Change. Sejak Perang
Dunia II Lewin telah melakukan penelitian yang menemukan bahwa ibu-ibu rumah tangga
merupakan ‗gatekeepers‘ untuk memperkenalkan makanan baru bagi keluarga mereka.
Kemudian konsep gatekeepers dapat diaplikasikan untuk situasi komunikasi yang lebih
luas seperti untuk menyebarkan berita-berita melalui saluran komunikasi yang ada dalam
sebuah kelompok. Teori Lewin mengenai proses gatekeeping ini kemudian digunakan oleh
banyak ilmuwan yang perhatian pada studi peran gatekeeping di media massa, misalnya
David Manning White (1950), dan lain-lain. Oleh karena itu pada tahun 1950 gatekeeping
secara resmi diterapkan pada berita. Di dalam buku Teori-Teori Komunikasi yang dtulis
oleh B. Aubrey Fisher disebutkan bahwa teori gatekeeping ini merupakan penjabaran dari
teori medan yang dikemukakan oleh Kurt Lewin juga dalam ilmu sosial dan
mengemukakan fungsinya sebagaimana yang tertera pada istilah itu sendiri,
yaitu ―penjaga gawang‖.22 Pada tahun 1957 Westley dan Maclean merumuskan model
komunikasi massa dan menambahkan fungsi penjaga gerbang (C) kepada fungsi sumber
(A) dan penerima (B). Mereka menduga bahwa peran penjaga gerbang hanya dapat ada
selama C menyampaikan pesan yang sesuai dengan atau diinginkan oleh si penerima (B).
Ternyata dalam hubungan komunikatif yang kompleks dalam masyarakat, terdapat banyak
penjaga gerbang yang dapat dipilih oleh B dari antara mereka ini. Sekarang ini konsep
gatekeeping yang awalnya dicetuskan oleh Lewin ini telah digunakan secara luas oleh
ilmuwan komunikasi khususnya dalam riset komunikasi organisasional dan studi-studi
pada organisasi baru.
➢ Isi Teori Gatekeeping Berangkat dari penelusuran penulis gatekeeper itu terdiri dua jenis,
yaitu media dan pemilik media itu sendiri. Dari sisi media sebagai gatekeeper, jelas bahwa
media memiliki fungsi dan kedudukan yang tinggi bagi masyarakat. Setiap pemberitaan
yang dihasilkan oleh media, memiliki pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat.
Kemampuan media sebagai kontrol sosial begitu jelas. Hal itu dikarenakan media memiliki
fungsi sebagai gatekeeper. Gatekeeper inilah yang berperan penuh untuk menentukan
tayangan atau peristiwa apa yang akan ditampilkan di media. Di sini terlihat, bahwa fungsi
media di tengah-tengah masyarakat. Maksudnya bahwa media ikut andil besar dalam
mempengaruhi perilaku dan opini masyarakat. Dengan demikian, medianya sendiri
berperan sebagai penjaga gawang di tengah-tengah kebutuhan masyarakat terhadap
informasi. Di sisi yang lain, pemilik media atau pihak-pihak yang turut serta mengelola
media sebagai gatekeeper adalah karena fungsinya sebagai orang yang ikut menambah atau
mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih
mudah dipahami. Gatekeeper ini juga berfungsi untuk menginterpretasikan pesan,
menganalisis, menambah data, dan mengurangi pesanpesannya. Intinya, gatekeeper
merupakan pihak yang ikut menentukan pengemasan sebuah pesan dari media massa.
Semakin kompleks sistem media yang dimiliki, semakin banyak pula (pemalang pintu atau
8
penapis informasi) yang dilakukan. Bahkan, bisa dikatakan, gatekeeper sangat menentukan
berkualitas atau tidaknya informasi yang akan disebarkan. Gatekeeper pada media massa
menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak. Dalam media massa
terdiri dari beberapa pihak untuk menyeleksi isi pesan komunikasi. Gatekeeper mempunyai
wewenang untuk tidak memuat berita yang dianggap tidak penting. Gatekeeper adalah
bagian dari institusi media massa 30 dan hasil kerjanya memilik efek positif pada kualitas
pesan dan berita yang disampaikan kepada publik.
Regulator menentukan kebijakan media massa karna media massa berada didalam sebuah
wilayah kekuasaan, sifat ini tidak dapat di hindarkan dan wajib di patuhi oleh setiap pemegang
saham sebuah media massa hampir sama seperti gate keeper tetapi regulator bergerak di luar
istitusi, regulator dapat menentukan informasi itu dapat mempengaruhi kondisi pemertintahan atau
tidak jika media dapat mengancam reputasi pemetintahan regulatro dapat menghentikan produksi,
di Indonesia terdapat lembaga mengatur penyiaran adalah (KPI) di atur dalam UU No.40 yahun
1999 tentang pers.
Regulator bekerja di luar institusi media yang menghasilkan berita. Regulator bisa
menghentikan aliran berita dan menghapus suatu informasi, tetapi tidak dapat menambah atau
memulai informasi bentuknya lebih seperti sensor.
2. Sumber informasi juga dapat memengaruhi berita, dengan cara menahan beberapa
informasi dan memberikan informasi lainnya
3. Pengiklan
4. Organisasi profesi
9
Contoh peran regulator yaitu Bank BCA yang mengadakan siaran acara “Gebyar BCA” di
sebuah stasiun TV, maka selama tayangan tersebut tidak boleh ada iklan bank lain. Contoh lainnya
seorang narasumber yang melarang suatu media mengutip kalimatnya, jika tidak narasumber
tersebut akan menggugat media bersangkutan.
Seringkali media massa elektronik dianggap lebih tinggi derajatnya daripada media cetak, dilihat
dari unsur simultaneously yang sangat tinggi dan lebih meninggalkan kesan karena bentuknya
audio visual.
Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan. Filter ibarat sebuah
bingkai kacamata tempat audience bisa melihat dunia. Hal ini berarti dunia nyata yang diterima
dalam memori sangat bergantung dari bingkai kacamata tersebut.Filter dipengaruhi juga oleh
penginderaan manusia. Sementara itu, penginderaan dipengaruhi antara lain oleh tiga kondisi :
budaya, psikologis, dan fisik.
1. Cultural (Budaya)
Penginderaan manusia diwarnai, diganggu, dan dibiaskan oleh budayanya. Menurut
antropolog Edward T. Hall dalam bukunya The Silent Language, budaya adalah komunikasi itu
sendiri. Budaya pada intinya menyangkut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di suatu tempat
dengan segala aspeknya. Perbedaan budaya seringkali menyebabkan perbedaan persepsi
antarmanusia dalam menerima pesan. Ada kalanya apa yang dianggap wajar dalam suatu budaya
mungkin dianggap tidak wajar dalam budaya lain. Misalnya pesan yang disampaikan dalam media
komunikasi massa film yang berasal dari Amerika Serikat, pasangan yang hidup bersama di luar
nikah merupakan hal yang wajar, padahal di Indonesia hal tersebut merupakan tindakan yang tidak
sesuai dengan agama dan norma-norma masyarakat
Seseorang membentuk persepsi berdasarkan kerangka acuan yang dimilikinya, seperti latar
belakang pendidikan, pengalaman, dll. Contohnya seseorang yang pernah mengalami trauma
kecelakaan sepeda motor mungkin akan bersikap berbeda ketika melihat balapan motor, sementara
itu orang yang tidak pernah mengalami kecelakaan akan bersikap biasa saja. Contoh lainnya yaitu
perilaku anak-anak yang menirukan berbicara dalam bahasa Malaysia setelah menonton tayangan
Upin Ipin di televisi, padahal secara tidak langsung dan tidak sadar itu bisa saja suatu cara untuk
menanamkan budaya Malaysia dalam diri anak-anak Indonesia. Akan tetapi pendidikan anak-anak
tersebut mungkin belum cukup untuk mengerti akan hal itu.
10
Kondisi fisik dibagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Kondisii fisik internal
berhubungan dengan kesehatan individu. Kesehatan yang terganggu akan memengaruhi
penginderaan, yang kemudian akan memengaruhi persepsi seseorang. Misalnya ketika sedang
sakit kepala, seorang anak tidak dapat menerima pesan yang disampaikan gurunya dengan baik.
Kondisi fisik eksternal berhubungan dengan lingkungan tempat seseorang menerima pesan.
Ruangan atau lingkungan yang terlalu panas, terlalu bising, terlalu dingin, dll dapat mengganggu
penyaringan pesan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan guna
karya tulis yang lebih baik lagi. Terimakasih
12
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi suatu pengantar. PT. remaja rosdakarya. Bandung. 2005.
Hal : 137
Warner J. Severin W. Tankard. JR. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode & Terapan. Jakarta
Kencan. Hal 14
Nasrullah, Rulli, 2014. Komunikasi Antar Budaya Di Era Siber. Jakarta: Kencana
13