Konsep Dasar Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 26

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu

standar atau satuan ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga
dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen. Pengukuran ada beberapa
macam alat yaitu: micro meter,jangka sorong,dial indikator,viler gauge dll

Pengertian Evaluasi (Penilaian) Menurut Para Ahli

 Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal
dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar
katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
 Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic
process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the
extent to which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi
adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk
menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).
 Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran.
 Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes.

Kesimpulan Tentang Pengertian Evaluasi:

 Evaluasi berasal dari akar kata bahasa Inggris value yang berarti nilai, jadi
istilah evaluasi sinonim dengan penilaian.
 Evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga
interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh.
 Data atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil
belajar.melalui tes atau nontes.
 Evaluasi bersifat kualitatif.

Pengertian Pengukuran (Measurement) Menurut Para Ahli

 Alwasilah et al.(1996), measurement (pengukuran) merupakan proses yang


mendeskripsikan performa siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif
(sistem angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performa siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka
 Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement)
sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu
sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
 Cangelosi, James S. (1995), pengukuran adalah proses pengumpulan data secara
empiris yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
tujuan yang telah ditentukan.
 Sridadi (2007) pengukuran adalah suatu prose yang dilakukan secara sistematis
untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan
menggunakan alat ukur yang baku.

Kesimpulan Tentang Pengertian Pengukuran:

 Kegiatan pengukuran dilakukan dengan membandingkan hasil belajar dengan


suatu ukuran tertentu. 
 Dilakukan dengan proses sistematis. 
 Hasil pengukuran berupa besaran kuantitatif (sistem angka). 
 Pengukuran menggunakan alat ukur yang baku.

Pengertian Asesmen Menurut Para Ahli

 Angelo T.A.(1991): Classroom Assessment is a simple method faculty can use to


collect feedback, early and often, on how well their students are learning what
they are being taught. (Artinya: asesmen Kelas adalah suatu metode yang
sederhana dapat digunakan untuk mengumpulkan umpan balik, baik di awal
maupun setelah pembelajaran tentang seberapa baik siswa mempelajari apa yang
telah diajarkan kepada mereka.)
 Kizlik, Bob (2009): Assessment is a process by which information is obtained
relative to some known objective or goal. Assessment is a broad term that
includes testing. A test is a special form of assessment. Tests are assessments
made under contrived circumstances especially so that they may be administered.
In other words, all tests are assessments, but not all assessments are tests.
(Artinya : asesmen adalah suatu proses dimana informasi diperoleh berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Asesmen adalah istilah yang luas yang mencakup tes
(pengujian). Tes adalah bentuk khusus dari asesmen. Tes adalah salah satu bentuk
asesmen. Dengan kata lain, semua tes merupakan asesmen, namun tidak semua
asesmen berupa tes)
 Overton, Terry (2008): Assesment is a process of gathering information to
monitor progress and make educational decisions if necessary. As noted in my
definition of test, an assesment may include a test, but also include methods such
as observations, interview, behavior monitoring, etc. (Artinya: sesmen adalah
suatu proses pengumpulan informasi untuk memonitor kemajuan dan bila
diperlukan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan. Sebagaimana
disebutkan dalam definisi saya tentang tes, suatu asesmen bisa saja terdiri dari tes,
atau bisa juga terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara,
monitoring tingkah laku, dan sebagainya).
 Palomba and Banta(1999), Assessment is the systematic collection , review , and
use of information about educational programs undertaken for the purpose of
improving student learning and development (Artinya: asesmen adalah
pengumpulan, reviu, dan penggunaan informasi secara sistematik tentang program
pendidikan dengan tujuan meningkatkan belajar dan perkembangan siswa).

Kesimpulan Tentang Pengertian Asesmen:

 Asesmen merupakan metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan


umpan balik tentang seberapa baik siswa belajar.
 Dapat dilakukan di awal, di akhir (sesudah), maupun saat pembelajaran sedang
berlangsung.
 Asesmen dapat berupa tes atau nontes.
 Asesmen berupa nontes misalnya penggunaan metode observasi, wawancara,
monitoring tingkah laku, dsb.
 Hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
 Bertujuan meningkatkan belajar (pembelajaran) dan perkembangan siswa.

Pengertian Tes Menurut Para Ahli

 Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut
yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau standar yang telah ditetapkan
 Overton, Terry (2008): test is a method to determine a student’s ability to
complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content.
Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it
commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be
distinguished by the fact  that a test is one form of an assesment. (Tes adalah
suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah tugas
tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau
pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan
ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan
asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat
dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu
bentuk asesmen.)

Kesimpulan Tentang Pengertian Tes:

 Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan
tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau
pengetahuan.
 Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan.
 Tes adalah salah satu bentuk asesmen

Diagram Kedudukan Istilah Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, Asesmen,


dan Tes. 
Perhatikan Gambar berikut, yang merupakan diagram kedudukan istilah evaluasi,
penilaian, pengukuran, asesmen, dan tes yang seringkali membingungkan. Diagram
dibuat berdasarkan induksi dari pengertian evaluasi (penilaian), penegertian pengukuran,
pengertian asesmen, dan pengertian tesmenurut para ahli di atas.

Diagram yang menunjukkan kedudukan istilah-istilah "Evaluasi", "Penilaian",


"Pengukuran", "Asesmen", dan "Tes"

Referensi:
 Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta:
Ministry of Education and Culture.
 Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo persada,
2001.
 Angelo, T.A., (1991). Ten easy pieces: Assessing higher learning in four
dimensions. In Classroom research: Early lessons from success. New directions
in teaching and learning (#46), Summer, 17-31.
 Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
 Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa.
Bandung : ITB
 Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003). Formative Evaluation Through
Online Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown
(ed.), Anker Publishing Company: Bolton, MA.
 Kizlik, Bob. (2009). Measurement, Assessment, and Evaluation in Education.
Online : http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.
 Mardapi, Djemari (2003). Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa.
Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses
Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
 Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied
Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville
 Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. (1999). Assessment Essentials:
Planning, Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass
 Sridadi. (2007). Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta:
FIK UNY.
 Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
 Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasiona

Perbedaan Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

   PERBEDAAN PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI


        Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan.
Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan
mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak
sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.
        Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes
maupun nontes.
        Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
         Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki.
Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara
berurutan.

        Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian
masing-masing

 Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
 Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik
melalui program kegiatan belajar.
 Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam
dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan
Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris.

Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Penilaian (Assessment)


         Banyak orang mencampur adukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran
(measurement), penilaian (assessment), padahal ketiganya memiliki pengertian yang
berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang
telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai
(value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan
bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing
useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita
dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan
pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap
kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja
guru.                                                   
         Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh
deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas
pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda
yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
        Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian
atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah
mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran
yang telah dilakukan.

         Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971)
mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing
useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan
proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk
merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai.
Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif.

Aplikasi Terhadap Proses Belajar Mengajar


Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:        
(1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika -matematika)                                                                      ,                                                     
(2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan
kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
(3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
         Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan
yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran
yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
         Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses
seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan
menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang
termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan
antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan
kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan
visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor
memberikan sumbangannya sebesar 5 %
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-
mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain
ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika,
sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-
mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan.
Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam
mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi
sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para
guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana
menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya
menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan
dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian
pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai
kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui
bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali
diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya
ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh
aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional,
perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula,
penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan
segi proses.

MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN


         Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk
mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variable. Dalam melakukan analisis
statistik, perbedaan jenis data sangat berpengaruh terhadap pemilihan model atau alat uji
statistik. Tidak sembarangan jenis data dapat digunakan oleh alat uji tertentu. Macam-
macam skala pengukuran dapat berupa skala nominal, ordinal, interval dan ratio.

Skala Nominal                                             .


Pengukuran dengan skala nominal merupakan tingkat mengkategorikan, memberi nama
dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diteliti. Dimana angka yang diberikan pada
obyek hanya mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukkan tingkatan yang
berarti.                                                                                                                                     
       contoh, kita dapat menempatkan individu untuk kategori seperti laki-laki dan
perempuan tergantung pada jenis kelamin mereka, atau kecerdasan dengan kategori
tinggi dan rendah berdasarkan nilai intelijen.

      .

Skala Ordina                                                   .             
Skala (ukuran) ordinal adalah skala yang merupakan tingkat ukuran kedua, yang
berjenjang sesuatu yang menjadi ‘lebih’ atau ‘kurang’ dari yang lainnya. Ukuran ini
digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga tertinggi dan sebaliknya
yang berarti peneliti sudah melakukan pengukuran terhadap variable yang diteliti.
Contohnya adalah: A lebih besar atau lebih baik dari pada B, B lebih besar dari atau lebih
baik dari daripada C, dan seterusnya. Hubungan tersebut ditunjuk oleh simbol ‘>’ yang
berarti ‘Lebih besar dari’ mengacu pada atribut tertentu. Kita bisa melanjutkan dengan
latihan sebelumnya untuk membuatnya lebih jelas. Perlu diingat bahwa hubungan antara
kedua peringkat adalah tidak bisa di gambarkan secara rinci bahwa nilai A adalah dua
kali lipat dari B atau A empat kali lipat dari C

Skala Interval                                               .

Merupakan tingkat pengukuran ke tiga, dimana pemberian angka pada set objek yang
memilih sifat ordinal, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni memberikan nilai
absolute pada data/ objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0)
absolute (tidak ada nilainya).  Contoh Interval adalah timbangan seperti skala Fahrenheit
dan IQ

                                                             .                                                                                                      
Skala Rasio                                                             .

Merupakan tingkat pengukuran tertinggi, dimana ukuran ini mencakup semua persyaratan
pada ketiga jenis ukuran sebelumnya, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran
ini memberikan nilai absolute pada data/objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini
mempunyai nilai nol (0)                                                      . 
Contoh : penghasilan pegawai 0 (berarti pegawai itu tidak menerima uang sedikitpun).

       Sebuah bentuk skala akan mengingatkan kita pada alat ukur termometer, penggaris,
atau mungkin dipandang sebagai satu item pengukuran, seperti dalam skala Likert. Hal
ini menjadikan skala sebagai cara untuk mengukur secara sistematis yang ditetapkan
berdasarkan skor atau nilai pada skala yang dipilih.
Meskipun sejumlah skala yang ada dapat dibuat untuk mengukur atribut orang, benda,
peristiwa, dan sebagainya, semua skala memiliki empat tipe dasar yaitu: Nominal,
Ordinal, Interval dan Rasio.
Skala ini sebenarnya merupakan empat hirarki prosedur pengukuran, terendah dalam
hirarki adalah skala nominal dan yang tertinggi adalah skala pengukuran ratio. Itulah
sebabnya ‘Tingkat pengukuran’ ini telah digunakan oleh beberapa sarjana dalam
pembuatan dan penggunaan skala pengukuran.

PENGERTIAN, TUJUAN, DAN FUNGSI EVALUASI PENDIDIKAN

Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Evaluasi Pendidikan


1.     Pengertian Evaluasi Pendidikan.
Evaluasi pendidikan menurut Bloom et.al adalah pengumpulan kenyataan secara
sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri
siswa dan menetapkan sajauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa.
Dua langkah yang dilalui sebelum mengambil sebuah keputusan, itulah yang disebut
pengadaan  evaluasi, yakni pengukuran dan penilaian.kita dapat
mengadakan penilaian sebelum mengadakan pengukuran.
Disini  mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran (bersifat
kuantitatif).Sedangkan menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik buruknya (penilaian bersifat kualitatif). Maka dari itu dapat di simpulkan
bahwa Evaluasi itu adalah kegiatan yang terdiri dari pengukuran daln penilaian.
Dalam evaluasi pendidikan atau pembelajaran di sekolahan dapat digambarkan adanya
input (bahan mentah yaitu calon siswa yang akan masuk sekolah), transformasi (mesin
yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi dalam istilah pendidikan
sekolahlah yang di sebut transformasi), dan output (bahan jadi yang dihasilkan oleh
transformasi) ada pula yang di sebut dengan umpan balik (segala informasi baik yang
menyangkut output maupun transformasi).
Oleh karena itu Evaluasi di sekolahan meliputi: Calon siswa, lulusan, dan proses secara
menyeluruh.

2.     Tujuan Evaluasi Pendidikan.


Pendidikan disebuah lembaga pendidikan sangat diperlukan adanya evaluasi kerena hal
tersebut dapat memajukan lembaga dan proses pendidikan di sekolahan itu.
Manfaat atau tujuan diadakannya evaluasi pendidikan adalah:
a.      Bagi siswa.
Dengan diadakannya evaluasi atau penilaian maka siswa dapat mengetahui apakah hasil
pekerjaannya memuaskan atau tidak.
b.     Bagi guru.
  Guru akan mengetahui siswa mana yang berhak melanjutkan dan mana tang tunda atau
tinggal.
  Guru akan mengetahui apakah materi yang di ajarkan suadah tepat atau belum.
  Guru akan mengetahui apakah metode yang gunakan untuk mengajar sudah tepat atau
belum.
c.      Bagi sekolahan.
  Sekolahan dapat mengetahui kondisi belajar yang ada di sekolahan sudah tepat atau
belum.
  Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum sesuai tidaknya .
  Informasi penilaian yang diperoleh dari tahun ketahun, sehingga dapat digunakan sebagai
pedoman.
Tujuan utamanya dalam proses belajar mengajara adalah mendapatkan informasi yang
akurat mengenai tingkat tujuan instruksional oleh siswa, sehingga dapat di upayakan
tindak lanjutnya.
3.     Fungsi Evaluasi Pendidikan.
Fungsi evaluasi ada beberapa hal :
a.      Evaluasi berfungsi selektif.
Guru mempunyai cara untuk megadakan seleksi bagi calon siswa, untu memilih siswa
naik tidaknya ke tingkat lanjut, untuk memilih siwa yang seharusnya dapat biasiswa,
untuk memilih siswa yang berhak meninggalkan sekolah.
b.     Evaluasi berfungsi diagnostik.
Guru akan mengetahui kelemaha-kelemahan pada siswa dan tahu penyebabanya serta
mengetahui bagaiman cara mengatasinya.
c.      Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.
Guru dapat menmpatkan siswanya yang mempunyai kemempuan yang sama dan
kelompok yang sama.
d.     Evaluasi berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan.
Hal ini bermaksud utuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu program.

Fungsi evaluasi dalam proses pengembangan sistem pendidikan dimaksud


untuk:perbaikan sistem, pertanggung jawaban terhadap pemerintah dan masyarakat,
penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan


terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan
secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan output. Apabila prosesdur
yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang
digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang
sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran.

Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah


sebagai berikut :

1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan
evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi,
kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak
digali, dsb)
2. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan
tujuan)
3. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
4. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif,
apakah hendak di olah dengan statistic atau non statistik, apakah dengan
parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software
(misal : SAS, SPSS )
5. Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji
hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa?
Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara
berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan
sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir
alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

Dalam kegiatan evaluasi pendidikan di mana sasaran evaluasinya adalah sasaran belajar,
maka subjek evaluasinya adalah guru atau dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu.
Jika evaluasi yang dilakukan itu sasarannya adalah peserta didik, maka subjek
evaluasinya adalah guru atau petugas yang sebelum melaksanakan evaluasi tentang sikap
itu, terlebih dahulu telah memperoleh pendidikan atau latihan mengenai cara-cara menilai
sikap seseorang.

Adapun apabila sasaran yang dievaluasi adalah kepribadian peserta didik, di mana
pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes
yang sifatnya baku (Standardized Test), maka subjek evaluasinya tidak bisa lain kecuali
seorang psikolog; yaitu seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli
yang profesional dibidang psikologi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping
alat-alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang itu sifatnya
rahasia, juga hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari tes kepribadian itu, hanya dapat
diinterpretasi dan disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak mungkin dapat
dikerjakan oleh orang lain.

Ada pandangan lain yang disebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang
dievaluasi. Dalam hal ini yang dipandang sebagai objek misalnya: prestasi matematika,
kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. Pandangan lain lagi
mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjeknya.

Sedangkan yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala
sesuatu yang bertalian dengan kegiatan/proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat
perhatian/pengamatan. Karena pihak penilai/evaluator ingin memperoleh informasi
tentang kegatan/proses pendidikan tersebut.

Salah satu cara untuk mengetahui objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan
menyorotinya dari tiga segi yaitu segi input ; transformasi; dan output.

Input

Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input tidak
lain adalah calon siswa. Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi
yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk
mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal:

1) Kemampuan

Untuk dapat mengikuti program pendidikan suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon


peserta didik harus memiliki kemampuan yang sepadan atau memadai, sehingga nantinya
peserta didik tidak akan mengalami hambatan atau kesulitan. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur kemampuan ini disebut Attitude Test

2) Kepribadian

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan
bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian
sangat diperlukan, sebab baik-buruknya kepribadian secara psikologis akan dapat
mempengaruhi mereka dalam mengikuti program pendidikan. Alat untuk mengetahui
kepribadian seseorang disebut Personality Test.

3) Sikap

Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala
ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi
mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap
seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut
dengan Attitude Scale.

4) Inteligensi

Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala
ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi
mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap
seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut
dengan Attitude Scale

Transformasi

Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi
barang jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor
penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian
tujuan pendidikan yang telah ditentukan ; karena itu objek-objek yang termasuk dalam
transformasi itu perlu dinilai/dievaluasi secara berkesinambungan. Unsur-unsur dalam
transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang
diharapkan antara lain :

1. Kurikulum/materi pelajaran,
2. Metode pengajaran dan cara penilaian,
3. Sarana pendidikan/media pendidikan,
4. System administrasi,
5. Guru dan personal lainya dalam proses pendidikan.

Output

Sasaran evaluasi dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang
berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama
jangka waktu yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini
disebut Achievement Test.

Dari penjelasan tentang input, transformasi, dan output di atas, dapat kita gambarkan
dalam bentuk diagram sebagai berikut:

INPUT → TRANSFORMASI→OUTPUT→UMPAN BALIK →OUTPUT

Keterangan:

 Input

Adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam dunia sekolah,
maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki
sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), calon siswa itu dinilai
dahulu kemampuannya.

Dengan penilaian itu, ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran
dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.

 Transformasi

Adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia
sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi.

 Output

Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud adalah siswa
lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa
berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian, sebagai alat penyaring
kualitas.

 Umpan balik

Adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi. Umpan
balik ini perlu sekali untuk memperbaiki input maupun transformasi. Lulusan yang
kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak
untuk menganmbil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya
lulusan.

Langkah-langkah Pokok dalam Evaluasi

Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi
pendidikan merinci kegiatan evaluasi hasil belajar ke dalam enam langkah pokok.

1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar

Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya
secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup enam
jenis kegiatan, yaitu:

>  Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar
itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan
tanpa arah dan pada gilirannya dapat                               mengakibatkan evaluasi menjadi
kehilangan arti dan fungsi.

>  Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi; misalnya apakah aspek kognitif,
afektif, ataukah psikomotorik.

>   Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan
evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu dilaksanakan dengan teknik tes, ataukah teknik
non tes. Jika teknik yang dipergunakan itu adalah teknik                 non tes, apakah
pelaksanannya dengan menggunakan pengamatan (observasi), melakukan wawancara
(interview), menyebarkan angket (questionnaire).

>   Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukura dan penilaian
hasil belajar peserta didik, seperti butir-butir soal tes hasil belajar (untuk evaluasi yang
menggunakan teknik tes). Daftar check (check list),  rating scale, panduan wawancara
(interview guide) atau daftar angket  (questionnaire), untuk evaluasi yang menggunakan
teknik non tes.

>   Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau
patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah
akan digunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah       akan dipergunakan
Penilaian Beracuan Kelompok atau Norma (PAN).

>   Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan
seberapa kali evaluasi hasil belajar itu dilaksanakan).Menghimpun data

2.   Melakukan verifikasi data

Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah
melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar apabila
evaluasi hasil belajar itu mengguanakan teknik tes, ataukah melakukan pengamatan,
wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating
scale, check list, interview guide atau questionnaire apabila evaluasi hasil belajar itu
menggunakan teknik non tes.

Data yang telah berhasil dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut.
Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data.
Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang baik yaitu data yang
dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau
sekelompok individu yang sedang dievaluasi, dari data yang kurang baik yaitu data yang
mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah.

a. Mengolah dan menganalisis data

Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Dalam
mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistika
dan teknik non statistika, tergantung kepada kepada jenis data yang akan diolah dan
dianalisis .

b. Memberikan interpretasi dan menarik kesimpulan

Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah
merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami
pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu
akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesmpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan
hasil evaluasi itu sudah tentu harus mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu
sendiri.

c. Tindak lanjut hasil evaluasi belajar


Berdasarkan data hasil evaluasi yang telah disusun, diatur, diolah, dinalisis, dan
disimpulkan sehingga dapat diketahui makna yang terkandung di dalamnya maka pada
akhirnya evaluator akan dapat mengambil keputusan atau merumuskan kebijakan-
kebijakan yang dipandang perlu sebagai tindak lanjut dari kegiatan evaluasi tersebut.
Harus diingat bahwa setiap kegiatan evaluasi menuntut adanya tindak lanjut yang
konkret.

d. Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar di Sekolah

Dalam istilah “teknik-teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti alat-alat yang
digunakan untuk melakukan evaluasi hasil belajar. Dalam konteks evaluasi hasil
pembelajarn di sekolah, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan non tes.
Dengan tenik tes, maka evaluasi hasil proses pembelajarn di sekolah itu dilakukan
dengan cara menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik non tes maka evaluasi
dilakukan tanpa menguji peserta didik.

PROSEDUR EVALUASI

Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam
kegiatan evaluasi, yaitu :

(1) membuat perencanaan, yang meliputi : menyusun kisi-kisi dan uji-coba,

(2) mengumpulkan data,

(3) mengolah data,

(4) menafsirkan data, dan

(5) menyusun laporan

MEMBUAT PERENCANAAN EVALUASI

Menyusun Kisi-kisi (Layout/Blue-Print/Table of Specification)

Kisi-kisi adalah suatu format yang berisi komponen identitas dan komponen matriks
untuk memetakan soal dari berbagai topik/ satuan bahasan sesuai dengan kompetensi
dasarnya masing-masing. Fungsi adalah sebagai pedoman bagi guru untuk membuat soal
menjadi tes. Adapun syarat-syarat kisi-kisi yang baik adalah :

a. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.


b. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.

c. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal yang ditetapkan.

Contoh Kisi-kisi Soal :

Nama Madrasah            :……………………

Program/Jurusan        : ……………………

Mata Pelajaran              : ……………………

Semester / Tahun        : ……………………

Kurikulum Acuan        : ……………………

Alokasi Waktu               : ……………………

Jumlah Soal                    : ……………………

Standar Kompetensi   : ……………………

Kompetensi  Materi  Indikator Bentuk Soal *) Nomor Urut Soal

Dasar (PB/SPB)

*) Apabila bentuk soal yang digunakan hanya satu, sebaiknya dimasukkan ke komponen
identitas.

Untuk menyusun kisi-kisi ini, sebelumnya guru harus mempelajari silabus mata
pelajaran, karena tidak mungkin kisi-kisi dibuat tanpa adanya silabus. Dalam silabus
biasanya sudah terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, dan urutan materi yang
telah disampaikan. Guru tinggal merumuskan indikator berdasarkan sub topik/sub pokok
bahasan. Indikator adalah rumusan pernyataan yang menggunakan kata kerja operasional
sesuai dengan materi yang akan diukur. Ciri-ciri indikator adalah :

1. Mengandung satu kata kerja operasional yang dapat diukur (measurable) dan
dapat diamati (observable)
2. Sesuai dengan materi yang hendak diukur.
3. Dapat dibuatkan soalnya sesuai dengan bentuk yang telah ditetapkan.

Contoh :
1. Menjelaskan peranan orang tua dalam keluarga.
2. Menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi pendidikan dalam keluarga.
3. Membedakan antara halal dan haram.

Untuk itu, guru harus memperhatikan domain dan jenjang kemampuan yang akan diukur, 
seperti : recall, konperhensi, dan aplikasi. Kemampuan recall berkenaan dengan aspek-
aspek pengetahuan tentang istilah-istilah, definisi, fakta, konsep, metode dan prinsip-
prinsip. Sedangkan kemampuan konperhensi berkenaan dengan kemampuan antara lain :
menjelaskan / menyimpulkan suatu informasi, menafsirkan fakta (grafik, diagram, tabel,
dll), mentransferkan pernyataan dari suatu bentuk ke dalam bentuk yang lain, misalnya
dari pernyataan verbal ke dalam bentuk rumus, memperkirakan akibat dari suatu situasi.
Kemampuan aplikasi meliputi kemampuan antara lain : menerapkan hukum-hukum,
prinsip-prinsip atau teori-teori dalam suasana yang sesungguhnya, memecahkan masalah,
membuat grafik, diagram, dll, mendemontrasikan penggunaan suatu metode, prosedur,
dll.

Setelah menyusun kisi-kisi, kemudian guru membuat soal yang sesuai dengan kisi-kisi,
menyusun lembar jawaban siswa, membuat kunci jawaban, dan membuat pedoman
pengolahan skor. Selanjutnya, melaksanakan uji-coba.

Uji Coba

Jika soal dan perangkatnya sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan terlebih
dahulu di lapangan. Tujuannya untuk melihat soal-soal mana yang perlu diubah,
diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali. Soal yang baik adalah soal yang sudah
mengalami beberpa kali uji coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan
rasional. Hal ini  dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal

Pelaksanaan Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi, baik melalui
tes (tertulis, lisan maupun perbuatan) maupun melalui nontes. Dalam pelaksanaan
evaluasi, guru harus memperhatikan kondisi tempat tes diadakan. Tempat ini harus terang
dan enak dipandang  serta tidak menakutkan, sehingga peserta didik tidak takut dan
gugup. Suasana tes harus kondusif agar peserta didik nyaman menjawab pertanyaan tes.
Dalam pelaksanaan tes lisan, guru tidak boleh membentak dalam memberikan pertanyaan
dan tidak boleh memberikan kata-kata yang merupakan kunci jawaban. Untuk itu, perlu
disusun tata tertib pelaksanaan evaluasi.

Pengolahan Data

Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari kita langsung yang mengadakan
kegiatan evaluasi maupun dari orang lain yang mengevaluasi orang yang kita maksud,
data tersebut harus diolah. Mengolah data berarti ingin memberikan nilai dan makna
kepada testi mengenai kualitas hasil pekerjaannya. Misalnya, jika seorang murid
mendapat nilai 65, kita belum dapat memberikan keputusan tentang murid itu, apakah
yang termasuk cerdas atau kurang apalagi memberikan keputusan  mengenai aspek
keseluruhan kepribadian murid. Dalam pengolahan data biasanya sering digunakan
analisis statistik, terutama jika bertemu dengan data kuantitatif, yaitu data-data yang
berbentuk angka-angka.

Penafsiran Hasil Evaluasi

Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi harus didasarkan atas kriteria tertentu yang
disebut norma. Bila penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu
hanya berdasarkan pertimbangan pribadi dan kemanusiaan, maka termasuk kesalahan
yang besar. Ada dua jenis penafsiran data, yatu penafsiran kelompok dan penafsiran
individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara lain prestasi kelompok,
rata-rata kelompok, sikap kelompok, dan distribusi nilai kelompok. Sedangkan penafsiran
individual adalah penafsiran yang hanya tertuju kepada individu saja. Misalnya, dalam
kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis lainnya.

Dalam mengadakan penafsiran data, baik secara kelompok maupun individual, guru
harus menggunakan norma-norma yang standar, sehingga data yang diperoleh dapat
dibandingkan dengan norma-norma tersebut. Berdasarkan norma ini kita dapat
menafsirkan bahwa peserta didik mencapai tarap kesiapan yang memadai atau tidak, ada
kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Jika ingin menggambarkan
pertumbuhan anak, penyebaran skor, dan perbandingan antar kelompok, maka kita perlu
menggunakan garis (kurva), grafik, atau dalam beberapa hal diperlukan profil, dan bukan
dengan daftar angka-angka. Daftar angka-angka biasanya digunakan untuk melukiskan
posisi atau kedudukan anak.

Laporan

Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan,  seperti pimpinan/kepala sekolah, pemerintah, dan peserta didik itu
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai peserta didik dapat diketahui oleh
berbagai pihak dan dapat menentukan langkah selanjutnya. Di samping itu, laporan juga
penting bagi peserta didik itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang dimilikinya,
dan atas dasar itu ia menentukan kemana arah yang harus ditempuhnya serta apa yang
harus dilakukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara:


Bandung.

Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo: Jakarta.
Elsgirl91. 2010. Makalah Subjek dan Objek Evaluasi Pendidikan.
(http://elsgirl91.wordpress.com/2010/01/27/makalah-subjek-dan-objek-evaluasi-
pendidikan), 23 September 2010.

Rizqi. 2009. Pengembangan Evaluasi Belajar.


(http://pinturizqi.wordpress.com/2009/12/04/pengembangan-evaluasi-
pembelajaran), 23 September 2010.

← PERGESERAN PARADIGMA PENILAIAN HASIL BELAJAR


SKL →

Objek dan Subjek Evaluasi Pendidikan


Posted on March 1, 2014 by nurhidayati494

Objek dan Subjek Evaluasi Pendidikan


1. Objek evaluasi
Objek atau sasaran evaluasi merupakan segala sesuatu yang menjadi pusat untuk
dilakukan evaluasi, penilaian atau pengukuran karena keinginan untuk mendapatkan
informasi dari yang akan dijadikan evaluasi, penilaian dan pengukuran. Ada tiga objek
penilaian dalam evaluasi pembelajaran, yakni input, transformasi dan output.
a) Input
Input (masukan) adalah bahan mentah yang akan dimasukkan dalam transformasi
pendidikan. Input evaluasi adalah siswa, dan yang menjadi objek evaluasi pendidikan
pada input siswa adalah prestasi atau hasil belajar, sikap, motivasi, intelegensi, bakat,
kecerdasan emosional, minat dan kepribadian.
1) Hasil belajar atau prestasi belajar. Hasil belajar adalah sejumlah kemampuan (kognitif,
afektif dan psikomotor) yang telah dikuasi siswa setelah selesainya suatu pelaksanaan
program pembelajaran. Sedangkan prestasi belajar adalah sejumlah kemampuan
(kognitif, afektif dan psikomotor) yang telah dikuasai siswa setelah melakukan program
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, misalnya pada akhir semester, atau pada akhir
kegiatan satuan pendidikan dalam bentuk hasil ujian sekolah atau ujian nasional.
2) Sikap. Sikap di ukur dengan menggunakan instrument skala sikap, seperti skala sikap
yang dikembangkan oleh likert, thurstone, semantic differensial.
3) Motivasi. Motivasi di ukur dengan menggunakan skala tertentu yang dikembangkan
dari teori-teori motivasi.
4) Intelegensi. Intelegensi diukur dengan menggunakan tes intelegensi, seperti tes
intelegensi multiple, tes weschler.
5) Bakat. Tes bakat di ukur dengan menggunakan tes bakat, seperti tes bakat seni, tes
bakat mekanik, tes bakat olahraga, tes bakat numerik.
6) Kecerdasan emosional. Tes ini dapat di ukur dengan menggunakan skala yang
dikembangkan dari teori-teori kecerdasan emosional seperti ECI (Emotional Competence
Intellegence).
7) Minat. Minat dapat di ukur dengan menggunakan instrumenyang dikembangkan dari
teori-teori minat.
8) Kepribadian, tes ini dapat di ukur dengan menggunakan tes kepribadian seperti
Minnesota Multiphasic Personality Inventory(MMPI)
b) Transformasi
Merupakan mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Unsure-
unsur transformasi yang dapat dijadikan objek evaluasi pendidikan meliputi (1)
kurikulum atau materi pemblajaran (2) metode dan cara penilaian (3) sarana pendidikan /
media (4) system administrasi (5) guru dan personil lainnya
c) Output
Adalah bahan jadi yang dihasilkan dari proses transformasi. Dan output evaluasi
pendidikan adalah siswa yang menjadi lulusan lembaga pendidikan tertentu. Evaluasi
terhadap lulusan dilakukan untuk mengerahui seberapa besar tingkat pencapaian/prestasi
belajar siswa selama mengikuti program pembelajaran di sekolah. Alat evaluasi yang
digunakan adalah tes dalam bentuk tes pencapaian atauachievement test.
2. Subjek evaluasi
Subjek evaluasi berarti personal yang melakukan kegiatan evaluasi. Dan yang menjadi
subjek evaluasi tergantug kapabilitas individu tersebut, seperti mampu menganalisis dan
meninterpretasikan hasil evaluasi. Misalnya;
a) Subjek evaluasi prestasi belajar adalah guru
b) Subjek tes kemampuan bakat, minat dan yang lainnya yang menggunakan instrument
atau skala-skala tertentu bisa meminta bantuan pada ahlinya yang telah di persiapkan.
c) Subjek tes kepribadian adalah psikolog atau individu lain yang telah di persiapkan
secara khusus.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Subjek Dan Sasaran Evaluasi Serta Prinsip Alat Evaluasi
2.1.1 Subjek Evaluasi
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan penilaian. Siapa yang dapat disebut
sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas
(Arikunto,2002: 19).
Contoh :
1.      Untuk melaksanakan evaluasi mengenai pencapaian suatu prestasi belajar siswa, maka
yang menjadi subjek evaluasi adalah guru.
2.      Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala, maka yang
menjadi subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk dengan didahului oleh suatu
latihan untuk melaksankan evaluasi tersebut.
3.      Untuk melaksankan evaluasi terhadap kepribadian, dimana menggunakan sebuah alat
ukur yang sudah yang sudah dibuat standarisasi, maka yang menjadi subjeknya adalah
ahli psikologi.
Dalam keterangan ini, dapat dikatagorikan bahwa pelaksanaan evaluasi sebagai
subjek evaluasi. Namun, ada pandangan lain menyatakan bahwa yang menjadi subjek
evaluasi adalah siswa, yakni orang yang di evaluasi. Karena, adanya pandangan unsur
yang menjadi objeknya, misalnya prestasi belajar, kemampuan membaca, menulis, dan
lain sebagainya. Pandangan lain juga mengklasifikasikan bahwa siswa sebagai objek
evaluasinya dan guru sebagai subjeknya.
2.1.2 Objek Evaluasi
Objek yang dimaksud dapat dikatakan sebagai pusat perhatian untuk di evaluasi.
Yang menentukan evaluasi atau disebut dengan evaluator itulah yang disebut dengan
objek evaluasi. Misalnya, pada waktu evaluator ingin menilai tinggi badan siswa, maka
yang menjadi objek evaluasi adalah tinggi badan siswa, sedangkan angka yang
menunjukan berapa tinggi badan siswa misalnya 167cm,156cm, atau yang lain adalah
hasil evaluasi. Jika evaluator ingin menilai keterampilan siswa dalam termometer, maka
yang menjadi objek evaluasi adalah benar atau tidaknya gerakan tangan siswa ketika
memegang alat. Bagaimana siswa meletakkan termometer dibadan anak yan diukur
suhunya, kemampuan siswa untuk menentukan berapa lama termometer diletakkan
dibagian badan, kemudian juga kemampuan siswa dalam membaca skala pada
termometer. Lalu, gambaran tentang benar atau salahnya siswa tentang menggunakan
termometer adalah hasil dari evaluasi.
2.1.3 Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi yang dimaksud ialah segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Dengan menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian
untuk unsur-unsurnya meliputi : input transformasi dan output (keluaran).
a.         Input
Untuk mengetahui pribadi seorang siswa yang utuh, dapat dilakukan macam-macam
bentuk tes sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidaknya
mencakup empat hal :
1.    Kemampuan
Seorang siswa yang akan mengikuti program dalam memasuki sekolah, guru akan
melihat kemampuan siswa. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini
desebut tes kemampuan atau attietude test.

2.    Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang biasa terdapat disetiap diri manusia dengan
menampakan kepribadian itu dari sikap tingkah laku yang dimiliki manusia. Alat untuk
mengetahui kepribadian itu disebut tes kepribadian atau personality test.
3.    Sikap-sikap
Sikap juga termasuk kedalam bagian dari tingkah laku yang dimiliki manusia, namun ada
hal yang lebih menonjol dari sikap dan sangat dibutuhkan dalam sebuah pergaulan agar
dapat mendapatkan informasi dari pergaulannya. Alat yang dapat mengetahui keadaan
sikap sering dinamakan tes sikap atau attitude test.
4.    Intelegensi
Tes intelegensi atau sering dikenal dengan intelligence anetient. Namun, sebenarnya IQ
itu bukan lah intelegensi. IQ berbeda dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka yang
memberi petunjuk mengenai tinggi rendahnya intelegensi seseorang. Dengan pengertian
ini maka kurang benarlah jika ada orang mengatakan “IQ JONGKOK” karena IQ
hanyalah berupa angka. Mestinya Iq rendah diartikan bahwa angkanya rendah.
b.         Transformasi
Unsur yang terdapat dalam transformsi semuanya dapat menjadi sasaran atau objek
penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Untuk transformasi yang
menjadi objek penilaian antara lain:
1.    Kurikulum/materi
2.    Metode dan cara penilaian
3.    Sarana pendidikan/media
4.    Sistem administrasi
5.    Guru dan personal lainya
c.         Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dikurikulum untuk mengetahui seberapa
jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti progam. Alat yang
digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achieviment test.
Kecendrungan yang ada sampai saat ini adalah bahwa guru hanya menilai prestasi
belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek
psikomotorik, apalagi afektif sangat jarang diterapkan oleh guru. Akaibatnya, dapat kita
buktikan yakni bahwa para lulusan hanya mengetahui teori tetapi tidak terampil
melakukan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah
mereka ketahui. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita
mau introfeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutnya
berdampak luas pada merosotnya anak bangsa.

Anda mungkin juga menyukai