Konsep Dasar Evaluasi
Konsep Dasar Evaluasi
Konsep Dasar Evaluasi
standar atau satuan ukur. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga
dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau indeks kepercayaan konsumen. Pengukuran ada beberapa
macam alat yaitu: micro meter,jangka sorong,dial indikator,viler gauge dll
Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal
dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar
katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic
process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the
extent to which pupils are achieving instructional objectives. (Artinya: Evaluasi
adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi untuk
menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan instruksional).
Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran.
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes.
Evaluasi berasal dari akar kata bahasa Inggris value yang berarti nilai, jadi
istilah evaluasi sinonim dengan penilaian.
Evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga
interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh.
Data atau informasi diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil
belajar.melalui tes atau nontes.
Evaluasi bersifat kualitatif.
Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut
yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau standar yang telah ditetapkan
Overton, Terry (2008): test is a method to determine a student’s ability to
complete certain tasks or demontstrate mastery of a skill or knowledge of content.
Some types would be multiple choice tests or a weekly spelling test. While it
commonly used interchangeably with assesment, or even evaluation, it can be
distinguished by the fact that a test is one form of an assesment. (Tes adalah
suatu metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan sejumlah tugas
tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau
pengetahuan pada suatu materi pelajaran. Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan
ganda atau tes mengeja mingguan. Seringkali penggunaannya tertukar dengan
asesmen, atau bahkan evaluasi (penilaian), yang mana sebenarnya tes dapat
dengan mudah dibedakan berdasarkan kenyataan bahwa tes adalah salah satu
bentuk asesmen.)
Tes adalah cara atau metode untuk menentukan kemampuan siswa menyelesaikan
tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan suatu keterampilan atau
pengetahuan.
Beberapa tipe tes misalnya tes pilihan ganda atau tes mengeja mingguan.
Tes adalah salah satu bentuk asesmen
Referensi:
Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta:
Ministry of Education and Culture.
Anas sudiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:PT.Grafindo persada,
2001.
Angelo, T.A., (1991). Ten easy pieces: Assessing higher learning in four
dimensions. In Classroom research: Early lessons from success. New directions
in teaching and learning (#46), Summer, 17-31.
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Calongesi, James S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa.
Bandung : ITB
Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003). Formative Evaluation Through
Online Focus Groups, in Developing Faculty to use Technology, David G. Brown
(ed.), Anker Publishing Company: Bolton, MA.
Kizlik, Bob. (2009). Measurement, Assessment, and Evaluation in Education.
Online : http://www.adprima.com/measurement.htm diakses tanggal 20-01-2013.
Mardapi, Djemari (2003). Desain Penilaian dan Pembelajaran Mahasiswa.
Makalah Disajikan dalam Lokakarya Sistem Penjaminan Mutu Proses
Pembelajaran tanggal 19 Juni 2003 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Overton, Terry. (2008). Assessing Learners with Special Needs: An Applied
Approach (7th Edition). University of Texas - Brownsville
Palomba, Catherine A. And Banta, Trudy W. (1999). Assessment Essentials:
Planning, Implementing, Improving. San Francisco: Jossey-Bass
Sridadi. (2007). Diktat Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Penjas. Yogyakarta:
FIK UNY.
Wayan Nurkencana. (1993). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasiona
Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian
masing-masing
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik
melalui program kegiatan belajar.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam
dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan
Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971)
mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating, obtaining, and providing
useful information for judging decision alternatives”. Artinya evaluasi merupakan
proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk
merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai.
Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif.
.
Skala Ordina .
Skala (ukuran) ordinal adalah skala yang merupakan tingkat ukuran kedua, yang
berjenjang sesuatu yang menjadi ‘lebih’ atau ‘kurang’ dari yang lainnya. Ukuran ini
digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga tertinggi dan sebaliknya
yang berarti peneliti sudah melakukan pengukuran terhadap variable yang diteliti.
Contohnya adalah: A lebih besar atau lebih baik dari pada B, B lebih besar dari atau lebih
baik dari daripada C, dan seterusnya. Hubungan tersebut ditunjuk oleh simbol ‘>’ yang
berarti ‘Lebih besar dari’ mengacu pada atribut tertentu. Kita bisa melanjutkan dengan
latihan sebelumnya untuk membuatnya lebih jelas. Perlu diingat bahwa hubungan antara
kedua peringkat adalah tidak bisa di gambarkan secara rinci bahwa nilai A adalah dua
kali lipat dari B atau A empat kali lipat dari C
Merupakan tingkat pengukuran ke tiga, dimana pemberian angka pada set objek yang
memilih sifat ordinal, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni memberikan nilai
absolute pada data/ objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0)
absolute (tidak ada nilainya). Contoh Interval adalah timbangan seperti skala Fahrenheit
dan IQ
.
Skala Rasio .
Merupakan tingkat pengukuran tertinggi, dimana ukuran ini mencakup semua persyaratan
pada ketiga jenis ukuran sebelumnya, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran
ini memberikan nilai absolute pada data/objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini
mempunyai nilai nol (0) .
Contoh : penghasilan pegawai 0 (berarti pegawai itu tidak menerima uang sedikitpun).
Sebuah bentuk skala akan mengingatkan kita pada alat ukur termometer, penggaris,
atau mungkin dipandang sebagai satu item pengukuran, seperti dalam skala Likert. Hal
ini menjadikan skala sebagai cara untuk mengukur secara sistematis yang ditetapkan
berdasarkan skor atau nilai pada skala yang dipilih.
Meskipun sejumlah skala yang ada dapat dibuat untuk mengukur atribut orang, benda,
peristiwa, dan sebagainya, semua skala memiliki empat tipe dasar yaitu: Nominal,
Ordinal, Interval dan Rasio.
Skala ini sebenarnya merupakan empat hirarki prosedur pengukuran, terendah dalam
hirarki adalah skala nominal dan yang tertinggi adalah skala pengukuran ratio. Itulah
sebabnya ‘Tingkat pengukuran’ ini telah digunakan oleh beberapa sarjana dalam
pembuatan dan penggunaan skala pengukuran.
1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan
evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi,
kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak
digali, dsb)
2. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan
tujuan)
3. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
4. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif,
apakah hendak di olah dengan statistic atau non statistik, apakah dengan
parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software
(misal : SAS, SPSS )
5. Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji
hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa?
Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara
berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan
sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir
alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
Dalam kegiatan evaluasi pendidikan di mana sasaran evaluasinya adalah sasaran belajar,
maka subjek evaluasinya adalah guru atau dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu.
Jika evaluasi yang dilakukan itu sasarannya adalah peserta didik, maka subjek
evaluasinya adalah guru atau petugas yang sebelum melaksanakan evaluasi tentang sikap
itu, terlebih dahulu telah memperoleh pendidikan atau latihan mengenai cara-cara menilai
sikap seseorang.
Adapun apabila sasaran yang dievaluasi adalah kepribadian peserta didik, di mana
pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes
yang sifatnya baku (Standardized Test), maka subjek evaluasinya tidak bisa lain kecuali
seorang psikolog; yaitu seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli
yang profesional dibidang psikologi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping
alat-alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang itu sifatnya
rahasia, juga hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari tes kepribadian itu, hanya dapat
diinterpretasi dan disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak mungkin dapat
dikerjakan oleh orang lain.
Ada pandangan lain yang disebut subjek evaluasi adalah siswa, yakni orang yang
dievaluasi. Dalam hal ini yang dipandang sebagai objek misalnya: prestasi matematika,
kemampuan membaca, kecepatan lari, dan sebagainya. Pandangan lain lagi
mengklasifikasikan siswa sebagai objek evaluasi dan guru sebagai subjeknya.
Sedangkan yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala
sesuatu yang bertalian dengan kegiatan/proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat
perhatian/pengamatan. Karena pihak penilai/evaluator ingin memperoleh informasi
tentang kegatan/proses pendidikan tersebut.
Salah satu cara untuk mengetahui objek dari evaluasi pendidikan adalah dengan jalan
menyorotinya dari tiga segi yaitu segi input ; transformasi; dan output.
Input
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input tidak
lain adalah calon siswa. Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi
yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk
mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal:
1) Kemampuan
2) Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan
bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian
sangat diperlukan, sebab baik-buruknya kepribadian secara psikologis akan dapat
mempengaruhi mereka dalam mengikuti program pendidikan. Alat untuk mengetahui
kepribadian seseorang disebut Personality Test.
3) Sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala
ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi
mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap
seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut
dengan Attitude Scale.
4) Inteligensi
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala
ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan
sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi
mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap
seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut
dengan Attitude Scale
Transformasi
Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi
barang jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor
penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian
tujuan pendidikan yang telah ditentukan ; karena itu objek-objek yang termasuk dalam
transformasi itu perlu dinilai/dievaluasi secara berkesinambungan. Unsur-unsur dalam
transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang
diharapkan antara lain :
1. Kurikulum/materi pelajaran,
2. Metode pengajaran dan cara penilaian,
3. Sarana pendidikan/media pendidikan,
4. System administrasi,
5. Guru dan personal lainya dalam proses pendidikan.
Output
Sasaran evaluasi dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang
berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama
jangka waktu yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini
disebut Achievement Test.
Dari penjelasan tentang input, transformasi, dan output di atas, dapat kita gambarkan
dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Keterangan:
Input
Adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi. Dalam dunia sekolah,
maka yang dimaksud dengan bahan mentah adalah calon siswa yang baru akan memasuki
sekolah. Sebelum memasuki suatu tingkat sekolah (institusi), calon siswa itu dinilai
dahulu kemampuannya.
Dengan penilaian itu, ingin diketahui apakah kelak ia akan mampu mengikuti pelajaran
dan melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
Transformasi
Adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Dalam dunia
sekolah itulah yang dimaksud dengan transformasi.
Output
Adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Yang dimaksud adalah siswa
lulusan sekolah yang bersangkutan. Untuk dapat menentukan apakah seorang siswa
berhak lulus atau tidak, perlu diadakan kegiatan penilaian, sebagai alat penyaring
kualitas.
Umpan balik
Adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi. Umpan
balik ini perlu sekali untuk memperbaiki input maupun transformasi. Lulusan yang
kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan, akan menggugah semua pihak
untuk menganmbil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya
lulusan.
Sekalipun tidak selalu sama, namun pada umumnya para pakar dalam bidang evaluasi
pendidikan merinci kegiatan evaluasi hasil belajar ke dalam enam langkah pokok.
Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun lebih dahulu perencanaannya
secara baik dan matang. Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup enam
jenis kegiatan, yaitu:
> Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar
itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan
tanpa arah dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi
kehilangan arti dan fungsi.
> Menetapkan aspek-aspek yang akan dievaluasi; misalnya apakah aspek kognitif,
afektif, ataukah psikomotorik.
> Memilih dan menentukan teknik yang akan dipergunakan di dalam pelaksanaan
evaluasi, misalnya apakah evaluasi itu dilaksanakan dengan teknik tes, ataukah teknik
non tes. Jika teknik yang dipergunakan itu adalah teknik non tes, apakah
pelaksanannya dengan menggunakan pengamatan (observasi), melakukan wawancara
(interview), menyebarkan angket (questionnaire).
> Menyusun alat-alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukura dan penilaian
hasil belajar peserta didik, seperti butir-butir soal tes hasil belajar (untuk evaluasi yang
menggunakan teknik tes). Daftar check (check list), rating scale, panduan wawancara
(interview guide) atau daftar angket (questionnaire), untuk evaluasi yang menggunakan
teknik non tes.
> Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan atau
patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi. Misalnya apakah
akan digunakan Penilaian Beracuan Patokan (PAP) ataukah akan dipergunakan
Penilaian Beracuan Kelompok atau Norma (PAN).
> Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan
seberapa kali evaluasi hasil belajar itu dilaksanakan).Menghimpun data
Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah
melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar apabila
evaluasi hasil belajar itu mengguanakan teknik tes, ataukah melakukan pengamatan,
wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating
scale, check list, interview guide atau questionnaire apabila evaluasi hasil belajar itu
menggunakan teknik non tes.
Data yang telah berhasil dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut.
Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data.
Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang baik yaitu data yang
dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau
sekelompok individu yang sedang dievaluasi, dari data yang kurang baik yaitu data yang
mengaburkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah.
Mengolah dan menganalisis hasil evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
makna terhadap data yang telah berhasil dihimpun dalam kegiatan evaluasi. Dalam
mengolah dan menganalisis data hasil evaluasi itu dapat dipergunakan teknik statistika
dan teknik non statistika, tergantung kepada kepada jenis data yang akan diolah dan
dianalisis .
Penafsiran atau interpretasi terhadap data hasil evaluasi belajar pada hakikatnya adalah
merupakan verbalisasi dari makna yang terkandung dalam data yang telah mengalami
pengolahan dan penganalisisan itu. Atas dasar interpretasi terhadap data hasil evaluasi itu
akhirnya dapat dikemukakan kesimpulan-kesmpulan tertentu. Kesimpulan-kesimpulan
hasil evaluasi itu sudah tentu harus mengacu kepada tujuan dilakukannya evaluasi itu
sendiri.
Dalam istilah “teknik-teknik evaluasi hasil belajar” terkandung arti alat-alat yang
digunakan untuk melakukan evaluasi hasil belajar. Dalam konteks evaluasi hasil
pembelajarn di sekolah, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan non tes.
Dengan tenik tes, maka evaluasi hasil proses pembelajarn di sekolah itu dilakukan
dengan cara menguji peserta didik. Sebaliknya, dengan teknik non tes maka evaluasi
dilakukan tanpa menguji peserta didik.
PROSEDUR EVALUASI
Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam
kegiatan evaluasi, yaitu :
Kisi-kisi adalah suatu format yang berisi komponen identitas dan komponen matriks
untuk memetakan soal dari berbagai topik/ satuan bahasan sesuai dengan kompetensi
dasarnya masing-masing. Fungsi adalah sebagai pedoman bagi guru untuk membuat soal
menjadi tes. Adapun syarat-syarat kisi-kisi yang baik adalah :
c. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal yang ditetapkan.
Program/Jurusan : ……………………
Dasar (PB/SPB)
*) Apabila bentuk soal yang digunakan hanya satu, sebaiknya dimasukkan ke komponen
identitas.
Untuk menyusun kisi-kisi ini, sebelumnya guru harus mempelajari silabus mata
pelajaran, karena tidak mungkin kisi-kisi dibuat tanpa adanya silabus. Dalam silabus
biasanya sudah terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, dan urutan materi yang
telah disampaikan. Guru tinggal merumuskan indikator berdasarkan sub topik/sub pokok
bahasan. Indikator adalah rumusan pernyataan yang menggunakan kata kerja operasional
sesuai dengan materi yang akan diukur. Ciri-ciri indikator adalah :
1. Mengandung satu kata kerja operasional yang dapat diukur (measurable) dan
dapat diamati (observable)
2. Sesuai dengan materi yang hendak diukur.
3. Dapat dibuatkan soalnya sesuai dengan bentuk yang telah ditetapkan.
Contoh :
1. Menjelaskan peranan orang tua dalam keluarga.
2. Menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi pendidikan dalam keluarga.
3. Membedakan antara halal dan haram.
Untuk itu, guru harus memperhatikan domain dan jenjang kemampuan yang akan diukur,
seperti : recall, konperhensi, dan aplikasi. Kemampuan recall berkenaan dengan aspek-
aspek pengetahuan tentang istilah-istilah, definisi, fakta, konsep, metode dan prinsip-
prinsip. Sedangkan kemampuan konperhensi berkenaan dengan kemampuan antara lain :
menjelaskan / menyimpulkan suatu informasi, menafsirkan fakta (grafik, diagram, tabel,
dll), mentransferkan pernyataan dari suatu bentuk ke dalam bentuk yang lain, misalnya
dari pernyataan verbal ke dalam bentuk rumus, memperkirakan akibat dari suatu situasi.
Kemampuan aplikasi meliputi kemampuan antara lain : menerapkan hukum-hukum,
prinsip-prinsip atau teori-teori dalam suasana yang sesungguhnya, memecahkan masalah,
membuat grafik, diagram, dll, mendemontrasikan penggunaan suatu metode, prosedur,
dll.
Setelah menyusun kisi-kisi, kemudian guru membuat soal yang sesuai dengan kisi-kisi,
menyusun lembar jawaban siswa, membuat kunci jawaban, dan membuat pedoman
pengolahan skor. Selanjutnya, melaksanakan uji-coba.
Uji Coba
Jika soal dan perangkatnya sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan terlebih
dahulu di lapangan. Tujuannya untuk melihat soal-soal mana yang perlu diubah,
diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali. Soal yang baik adalah soal yang sudah
mengalami beberpa kali uji coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan
rasional. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal
Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi, baik melalui
tes (tertulis, lisan maupun perbuatan) maupun melalui nontes. Dalam pelaksanaan
evaluasi, guru harus memperhatikan kondisi tempat tes diadakan. Tempat ini harus terang
dan enak dipandang serta tidak menakutkan, sehingga peserta didik tidak takut dan
gugup. Suasana tes harus kondusif agar peserta didik nyaman menjawab pertanyaan tes.
Dalam pelaksanaan tes lisan, guru tidak boleh membentak dalam memberikan pertanyaan
dan tidak boleh memberikan kata-kata yang merupakan kunci jawaban. Untuk itu, perlu
disusun tata tertib pelaksanaan evaluasi.
Pengolahan Data
Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari kita langsung yang mengadakan
kegiatan evaluasi maupun dari orang lain yang mengevaluasi orang yang kita maksud,
data tersebut harus diolah. Mengolah data berarti ingin memberikan nilai dan makna
kepada testi mengenai kualitas hasil pekerjaannya. Misalnya, jika seorang murid
mendapat nilai 65, kita belum dapat memberikan keputusan tentang murid itu, apakah
yang termasuk cerdas atau kurang apalagi memberikan keputusan mengenai aspek
keseluruhan kepribadian murid. Dalam pengolahan data biasanya sering digunakan
analisis statistik, terutama jika bertemu dengan data kuantitatif, yaitu data-data yang
berbentuk angka-angka.
Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi harus didasarkan atas kriteria tertentu yang
disebut norma. Bila penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu
hanya berdasarkan pertimbangan pribadi dan kemanusiaan, maka termasuk kesalahan
yang besar. Ada dua jenis penafsiran data, yatu penafsiran kelompok dan penafsiran
individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara lain prestasi kelompok,
rata-rata kelompok, sikap kelompok, dan distribusi nilai kelompok. Sedangkan penafsiran
individual adalah penafsiran yang hanya tertuju kepada individu saja. Misalnya, dalam
kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis lainnya.
Dalam mengadakan penafsiran data, baik secara kelompok maupun individual, guru
harus menggunakan norma-norma yang standar, sehingga data yang diperoleh dapat
dibandingkan dengan norma-norma tersebut. Berdasarkan norma ini kita dapat
menafsirkan bahwa peserta didik mencapai tarap kesiapan yang memadai atau tidak, ada
kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Jika ingin menggambarkan
pertumbuhan anak, penyebaran skor, dan perbandingan antar kelompok, maka kita perlu
menggunakan garis (kurva), grafik, atau dalam beberapa hal diperlukan profil, dan bukan
dengan daftar angka-angka. Daftar angka-angka biasanya digunakan untuk melukiskan
posisi atau kedudukan anak.
Laporan
Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti pimpinan/kepala sekolah, pemerintah, dan peserta didik itu
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai peserta didik dapat diketahui oleh
berbagai pihak dan dapat menentukan langkah selanjutnya. Di samping itu, laporan juga
penting bagi peserta didik itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang dimilikinya,
dan atas dasar itu ia menentukan kemana arah yang harus ditempuhnya serta apa yang
harus dilakukannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo: Jakarta.
Elsgirl91. 2010. Makalah Subjek dan Objek Evaluasi Pendidikan.
(http://elsgirl91.wordpress.com/2010/01/27/makalah-subjek-dan-objek-evaluasi-
pendidikan), 23 September 2010.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Subjek Dan Sasaran Evaluasi Serta Prinsip Alat Evaluasi
2.1.1 Subjek Evaluasi
Subjek evaluasi adalah orang yang melakukan penilaian. Siapa yang dapat disebut
sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas
(Arikunto,2002: 19).
Contoh :
1. Untuk melaksanakan evaluasi mengenai pencapaian suatu prestasi belajar siswa, maka
yang menjadi subjek evaluasi adalah guru.
2. Untuk melaksanakan evaluasi sikap yang menggunakan sebuah skala, maka yang
menjadi subjeknya dapat meminta petugas yang ditunjuk dengan didahului oleh suatu
latihan untuk melaksankan evaluasi tersebut.
3. Untuk melaksankan evaluasi terhadap kepribadian, dimana menggunakan sebuah alat
ukur yang sudah yang sudah dibuat standarisasi, maka yang menjadi subjeknya adalah
ahli psikologi.
Dalam keterangan ini, dapat dikatagorikan bahwa pelaksanaan evaluasi sebagai
subjek evaluasi. Namun, ada pandangan lain menyatakan bahwa yang menjadi subjek
evaluasi adalah siswa, yakni orang yang di evaluasi. Karena, adanya pandangan unsur
yang menjadi objeknya, misalnya prestasi belajar, kemampuan membaca, menulis, dan
lain sebagainya. Pandangan lain juga mengklasifikasikan bahwa siswa sebagai objek
evaluasinya dan guru sebagai subjeknya.
2.1.2 Objek Evaluasi
Objek yang dimaksud dapat dikatakan sebagai pusat perhatian untuk di evaluasi.
Yang menentukan evaluasi atau disebut dengan evaluator itulah yang disebut dengan
objek evaluasi. Misalnya, pada waktu evaluator ingin menilai tinggi badan siswa, maka
yang menjadi objek evaluasi adalah tinggi badan siswa, sedangkan angka yang
menunjukan berapa tinggi badan siswa misalnya 167cm,156cm, atau yang lain adalah
hasil evaluasi. Jika evaluator ingin menilai keterampilan siswa dalam termometer, maka
yang menjadi objek evaluasi adalah benar atau tidaknya gerakan tangan siswa ketika
memegang alat. Bagaimana siswa meletakkan termometer dibadan anak yan diukur
suhunya, kemampuan siswa untuk menentukan berapa lama termometer diletakkan
dibagian badan, kemudian juga kemampuan siswa dalam membaca skala pada
termometer. Lalu, gambaran tentang benar atau salahnya siswa tentang menggunakan
termometer adalah hasil dari evaluasi.
2.1.3 Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi yang dimaksud ialah segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Dengan menggunakan diagram tentang transformasi maka sasaran penilaian
untuk unsur-unsurnya meliputi : input transformasi dan output (keluaran).
a. Input
Untuk mengetahui pribadi seorang siswa yang utuh, dapat dilakukan macam-macam
bentuk tes sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidaknya
mencakup empat hal :
1. Kemampuan
Seorang siswa yang akan mengikuti program dalam memasuki sekolah, guru akan
melihat kemampuan siswa. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini
desebut tes kemampuan atau attietude test.
2. Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang biasa terdapat disetiap diri manusia dengan
menampakan kepribadian itu dari sikap tingkah laku yang dimiliki manusia. Alat untuk
mengetahui kepribadian itu disebut tes kepribadian atau personality test.
3. Sikap-sikap
Sikap juga termasuk kedalam bagian dari tingkah laku yang dimiliki manusia, namun ada
hal yang lebih menonjol dari sikap dan sangat dibutuhkan dalam sebuah pergaulan agar
dapat mendapatkan informasi dari pergaulannya. Alat yang dapat mengetahui keadaan
sikap sering dinamakan tes sikap atau attitude test.
4. Intelegensi
Tes intelegensi atau sering dikenal dengan intelligence anetient. Namun, sebenarnya IQ
itu bukan lah intelegensi. IQ berbeda dengan intelegensi karena IQ hanyalah angka yang
memberi petunjuk mengenai tinggi rendahnya intelegensi seseorang. Dengan pengertian
ini maka kurang benarlah jika ada orang mengatakan “IQ JONGKOK” karena IQ
hanyalah berupa angka. Mestinya Iq rendah diartikan bahwa angkanya rendah.
b. Transformasi
Unsur yang terdapat dalam transformsi semuanya dapat menjadi sasaran atau objek
penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Untuk transformasi yang
menjadi objek penilaian antara lain:
1. Kurikulum/materi
2. Metode dan cara penilaian
3. Sarana pendidikan/media
4. Sistem administrasi
5. Guru dan personal lainya
c. Output
Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dikurikulum untuk mengetahui seberapa
jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti progam. Alat yang
digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achieviment test.
Kecendrungan yang ada sampai saat ini adalah bahwa guru hanya menilai prestasi
belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek
psikomotorik, apalagi afektif sangat jarang diterapkan oleh guru. Akaibatnya, dapat kita
buktikan yakni bahwa para lulusan hanya mengetahui teori tetapi tidak terampil
melakukan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah
mereka ketahui. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif ini, jika kita
mau introfeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yang selanjutnya
berdampak luas pada merosotnya anak bangsa.