Anda di halaman 1dari 27

LITERATURE REVIEW

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN POLA MAKAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

NURHIDAYAH
B0216305

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2020
HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA
Nurhidayah
Dr. Muzakkir, M. Kes dan Nurgadima A Dj SKM., M. Kes
Prodi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sulawesi Barat
ABSTRAK
Hipertensi salah satu penyakit degenerative yang banyak terjadi dan mempunyai
tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat
serta lingkungannya misalnya perubahan pola konsumsi makanan memberi pengaruh
terhadap semakin meningkatnya kasus penyakit tidak menular, salah satunya adalah
penyakit hipertensi. Tujuan : Literatur ini bertujuan untuk mengetahui lebih
mendalam terkait hubungan gaya hidup dan pola makan dengan kejadian hipertensi
pada lansia. Metode : Tinjauan literature ini pengumpulan artikel yang relevan
didapatkan pada database Pubmed dan Google Scholar dengan rentang waktu 2015-
2020 (5 tahun terakhir). Hasil : Hasil tinjauan pada 5 studi, dari 5 studi literatur
menunjukkan adanya hubungan antara gaya hidup dan pola makan dengan kejadian
hipertensi pada lansia. Factor gaya hidup seperti kurang beraktivitas karena telah
lanjut usia dan tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki serta
pola makan yang tidak seimbang antara asupan dan kebutuhan baik jenis, jumlah
maupun frekuensi, seperti makanan tinggi lemak, tinggi natrium, dan kurang
mengkonsumsi serat yang dapat menyebabkan resiko terjadinya hipertensi.
Kesimpulan : Jika lansia memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak baik dapat
memicu angka kejadian hipertensi yang lebih tinggi. Sebab itu lansia harus selalu
menerapkan pola hidup yang baik, mengontrol tekanan darah dan mengkonsumsi obat
untuk menurunkan resiko bahaya dari hipertensi.
Kata Kunci : Lansia, Gaya Hidup, Pola Makan, Kejadian Hipertensi.
ABSTRACT
Hypertension is one of the many degenerative diseases that has a fairly high mortality
rate. Changes in people's behavior and lifestyle and environment, for example
changes in food consumption patterns have an influence on the increasing number of
non-communicable diseases, one of which is hypertension. Objective: This literature
aims to find out more closely related to the relationship of lifestyle and eating
patterns with the incidence of hypertension in the elderly. Method: This literature
review collected relevant articles obtained in the Pubmed and Google Scholar
databases for the 2015-2020 period (last 5 years). Results: The results of a review of
5 studies, from 5 literature studies showed a relationship between lifestyle and eating
patterns with the incidence of hypertension in the elderly. Lifestyle factors such as
lack of activity due to old age and no longer working, smoking habits, especially
elderly men and eating patterns that are not balanced between intake and needs of
both types, quantities and frequencies, such as foods high in fat, high in sodium, and
consuming less fiber that can cause the risk of hypertension. Conclusion: If the
elderly have a diet and lifestyle that is not good can trigger a higher incidence of
hypertension. Therefore the elderly must always adopt a good lifestyle, control blood
pressure and consume drugs to reduce the risk of danger from hypertension.
Keywords: Elderly, Lifestyle, Diet, Hypertension.
PENDAHULUAN

Meningkatnya arus globalisasi disegala bidang, serta perkembangan teknologi


dan industry, telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup
masyarakat serta lingkungannya misalnya perubahan pola konsumsi makanan,
berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut
tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi
dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular, salah satunya
adalah penyakit yang berhubungan dengan sirkulasi darah yaitu hipertensi (Andalia
2016).

Hipertensi salah satu penyakit degenerative yang banyak terjadi dan


mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup
dan produktifitas seseorang. Hipertensi sering diberi gelar the silent killer karena
penyakit ini merupakan pembunuh tersembunyi dan pada umunya pasien tidak
mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu
tanda gejala sebelum terjadi komplikasi. Seseorang dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah sistolik (TDS) >140 mmHg dan / atau tekanan darah diastolic (TDD)
>90 mmHg (Taslima dan Husna, 2017).

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah.


Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus
menerus tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu deteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah
(Audina, 2019).

Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah dari tahun ke tahun
dan telah menyebabkan beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama
besar di Negara berkembang maupun Negara maju. Menurut WHO (2015),
hipertensi adalah salah satu penyebab utama kematian dini diseluruh dunia dan
hipertensi membunuh hamper 8 miliar orang setiap tahun di dunia. Sekitar 1,56 miliar
orang dewasa akan menderita hipertensi di tahun 2020 dan hampir 1,5 juta orang
setiap tahun di kawasan Asia Timur-Selatan, dan di wilayah Asia Tenggara.

Menilik data dari Riset kesehatan dasar (2018), prevalensi penyakit hipertensi
di Indonesia naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Adapun prevalensi penyakit hipetensi
(Diagnosis Dokter) pada penduduk umur ≥ 18 tahun menurut karakteristik
menunjukkan bahwa jumlah hipertensi terbanyak terjadi pada umur 55-64 tahun
sebanyak 55,2%, umur 65-74 tahun sebanyak 63,2% dan umur ≥ 75 tahun sebanyak
69,5%.

Menurut Agustin (2019), hipertensi dapat terjadi pada siapa pun, baik lelaki
maupun perempuan. Resiko terkena hipertensi ini akan semakin meningkat pada usia
60 tahun ke atas, karena darah secara alami cenderung meningkat seiring
bertambahnya usia, hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan masyarakat
di seluruh dunia dan akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Ada beberapa factor
resiko yangdapat menyebabkan hipertensi antara lain karakteristik individu (usia,
jenis kelamin, riwayat penyakit hipertensi), pola makan (kebiasaan konsumsi lemak,
natrium dan kalium) dan gaya hidup (kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stress,
konsumsi kopi dan aktivitas fisik) (Widianto, et.al, 2018).

Dalam penelitian Sudarni, et.al, (2017), berpendapat bahwa penting untuk


mengetahui faktor risiko hipertensi, agar tidak sampai pada komplikasi yang dapat
menghilangkan nyawa, mengenai faktor risiko adalah langkah awal penatalaksanaan
yang tepat. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1 tanpa faktor risiko lain,
maka strategi pola hidup sehat merupakan salah satu cara untuk mencegah
komplikasi.

Penyakit hipertensi seringkali di kaitkan dengan factor gaya hidup dan pola
makan. Terjadi perubahan dalam perilaku konsumsi makanan seperti masyarakat
lebih memilih makanan cepat saji yang pada umumnya banyak mengandung natrium,
tinggi lemak dan kolesterol serta konsumsi buah dan sayur yang rendah. Kebiasaan
mengkonsumsi minuman berkafein yang berlebih berdampak pada meningkatnya
tekanan darah karena menimbulkan efek antagonis yang mempengaruhi kerja dari
reseptor adenosin. Kebiasaan merokok juga menjadi faktor risiko terjadinya
hipertensi. Karbonmonoksida yang terhirup menggantikan oksigen dalam darah
sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa untuk
memompa oksigen agar cukup untuk organ dan jaringan tubuh (Cahyanti, et.al,
2018).

Gaya hidup pada faktor resiko penting timbulnya penyakit hipertensi pada
seseorang. Meningkatnya kejadian hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak
sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup yang tidak sehat, antara lain merokok,
kurangnya aktivitas fisik, konsumsi makanan berlemak dan stress (Wendi, 2018).

Menurut Arif, et.al, (2013) mengatakan bahwa kecenderungan pada masyarakat


perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat perkotaan
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara
lain dihubungan dengan adanya gaya hidup masyarakat yang berhubungan dengan
resiko hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok,
alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Teori ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Taslima dan Husna (2017), didapatkan hasil ada
hubungan gaya hidup dengan hipertensi pada lansia, seiring berubahnya gaya hidup
diperkotaan mengikuti era globalisasi, hipertensi pada lansia terus meningkat, hal ini
disebabkan karena lansia malas untuk melakukan olahraga yang dapat mencegah
terjadinya hipertensi seperti berjalan kaki di pagi atau sore hari, menaiki tangga,
bersepeda, beternak, dan lain-lain.

Pada umumnya lansia dalam pola makannya masih salah. Kebanyakan lansia
masih menyukai makanan-makanan yang asin dan gurih, terutama makan-makanan
cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi.
Mereka yang senang makan makanan asin dan gurih berpeluang besar terkena
hipertensi. Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air
retensi sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus
bekerja keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik sehingga bisa
menyebabkan hipertensi. Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang
mengandung kalium mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan
meningkatkan resiko hipertensi (Yekti, 2013). Teori ini diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Agustin (2019) ditemukan bahwa adanya hubungan pola makan
dengan kejadian hipertensi. Jika pola makan kurang baik maka akan dapat
menyebabkan terjadi penyumbatan terhadap aliran darah sehingga beresiko terjadinya
hipertensi.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mencoba meninjau beberapa
artikel untuk mengetahui lebih mendalam terkait hubungan gaya hidup dan pola
makan dengan kejadian hipertensi pada lansia.

METODE

Dalam tinjauan literature ini pengumpulan artikel yang relevan didapatkan pada
database Pubmed dan Google Scholar dengan rentang waktu 1 Mei 2015 sampai 31
Mei 2020 (5 tahun). Strategi pencarian pada tinjauan sistematis ini dimulai dengan
mengidentifikasi beberapa kata kunci istilah dan persamaan kata dalam beberapa
database untuk menemukan artikel yang relevan. Adapun kata kunci yang digunakan
adalah: “Elderly AND Lifestyle OR Dietary habit AND Incidence of hypertension”.
Tahapan dalam penyaringan artikel dijelaskan pada Diagram 1. Agar lebih spesifik
penulis juga menentukan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi.

1) Kriteria Inklusi
Dalam tinjauan literatur ini penulis menentukan kriteria studi yang akan diulas
yaitu (1) Populasi pasien hipertensi pada lansia; (2) Studi kuantitatif; (3) Studi
dengan alat ukur serta outcome yang membahas tentang gaya hidup atau pola
makan; (4) Study yang dilakukan dari tahun 2015-2020; (5) Publikasi
menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
2) Kriteria Eksklusi
Dalam tinjauan literatur ini penulis juga menentukan kriteria eksklusi yaitu (1)
Populasi lansia yang tidak menderita hipertensi; (2) Penelitian yang tidak
membahas tentang gaya hidup dan pola makan.

HASIL

Hasil dari pencarian pada 2 database diperoleh 6254 artikel. 4049 publikasi
dikeluarkan karena bukan publikasi 5 tahun terakhir, full text dan clinical trial
sehingga tersisa 2155 artikel. Artikel tersebut di screening lagi sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi dan dikeluarkan sebanyak 1362 artikel sehingga artikel tersisa
793 artikel, namun 788 diantaranya di eklusikan karena bukan jurnal, tidak lengkap
dan bukan merupakan studi kuantitatif. Setelah proses screening beberapa tahap maka
didapatkan 5 jurnal yang sesuai dengan tujuan dari penulisan tinjauan literatur ini.

Penilaian hasil dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah


sphygmomanometer, stetoskop, ada yang menggunakan automatic blood pressure
monitor, lembar kuesioner (Solehatul Mahmudah, et.al, 2015; Poniyah Simanulang,
2018; Fany Ilyasa Gusti, et.al, 2015; Taslima dan Asmaul Husna, 2016; Ajikwa Ari
Widianto, et.al, 2018).

Pada penelitian Mahmudah, et.al, 2015, waktu penelitian dilaksanakan pada


bulan Agustus 2015, pengumpulan data di lakukan dengan cara menggunakan
kuesioner. Berdasarkan distribusi asupan lemak lebih banyak memiliki asupan lemak
“lebih” sebanyak 38 responden (43,7%), sedangkan 46 responden yang memiliki
asupan lemak “baik” sebanyak 49 responden (56,3%). Berdasarkan distribusi asupan
natrium lebih banyak memiliki asupan natrium “baik” sebanyak 60 responden
(69,0%), sedangkan responden yang memiliki asupan natrium “lebih” sebanyak 27
responden (69,0%). Berdasarkan distribusi asupan kalium lebih banyak memiliki
asupan kalium “kurang” sebanyak 86 responden (98,9%), sedangkan responden yang
memiliki asupan kalium “baik” (jika sebanyak 1 responden (1,1%). Pada hasil regresi
logistik berganda asupan natrium yang paling berhubungan dengan kejadian
hipertensi yang memiliki resiko 4,627 kali lebih besar untuk mengalami kejadian
hipertensi.

Penelitian Simanulang, (2018) , waktu penelitian dimulai pada bulan Februari s/d
bulan Agustus 2017. Hasil penelitian menunnjukkan gaya hidup berdasarkan aktivitas
fisik dengan (p value = 0,01) dan gaya hidup berdasakan pola makan dengan (p value
= 0,05), sebagai faktor resiko yang paling berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Penelitian Gusti, et.al (2015), penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015,
dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok control, kelompok kasus
berjumlah 43 sampel dan kelompok kontrol berjumlah 43 sampel. Penilaian pola
makan terbagi menjadi dua yaitu pola makan pencegah dan pola makan pemicu. Pada
hasil penelitian pola makan pencegah menunjukan bahwa hasil perhitungan Uji
statistik Chi Square diperoleh p value = 0,000 (<0,05) sehingga Ha diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pola makan pencegah
dengan kejadian hipertensi pada lansia. Pada hasil penelitian pola makan pemicu
menunjukan bahwa hasil perhitungan Uji statistik Chi Square diperoleh p value =
0,009 (<0,05) sehingga Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pola makan pemicu dengan kejadian hipertensi pada lansia.

Penelitian Taslima dan Husna (2017), waktu penelitian dilakukan bulan


Februari s/d Agustus 2016. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan gaya hidup dengan hipertensi pada lansia. Seiring berubahnya gaya hidup
diperkotaan mengikuti era globalisasi, hipertensi pada lansia terus meningkat, hal ini
disebabkan karena lansia malas untuk melakukan olahraga yang dapat mencegah
terjadinya hipertensi seperti berjalan kaki di pagi atau sore hari, menaiki tangga,
bersepada, berternak, dan olahraga lainnya. Dengan demikian kebutuhan olahraga
yang diperlukan oleh tubuh sangat sedikit sehingga menyebabkan terjadinya
hipertensi pada lansia

Sedangkan penelitian Widianto, et.al. (2018), waktu penelitian dilakukan pada


bulan Agusutus 2018, pengumpulan data pada variabel Pola Makan dan Gaya Hidup
di ukur dengan menggunakan kuesioner dan dikategorikan baik dan tidak baik. Hasil
dari pengumpulan data distribusi responden berdasarkan variabel yang diteliti,
kategori hipertensi pada penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi dan tidak
hipertensi. Hasil analisis pola makan dengan kejadian hipertensi menunjukkan nilai
p=0,003 (p <0,05) hal ini berarti bahwa terdapat hubungan pola makan dengan
kejadian hipertensi. Pada analisis gaya hidup menunjukkan nilai p=0,023 (p <0,05)
hal ini berarti bahwa terdapat hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi. Pada
penelitian ini diperoleh bahwa kelompok yang memiliki gaya hidup tidak baik lebih
banyak mengalami hipertensi yaitu sebesar 64,3%, sedangkan pada kelompok
responden yang tidak hipertensi memiliki gaya hidup baik lebih banyak yaitu sebesar
68,2%.
Proses Penyaringan Artikel

Hasil artikel penelitian


melalui databse

(n=6254)

artikel yang di ckrining karena bukan 5


tahun terakhir, full text dan clinical Artikel yang tidak sesuai
trial dengan kriteria inklusi

(n=2155) (n=1362)

Artikel yang sesuai Artikel teks lengkap yang


dieklusikan dengan alasan (bukan
(n=793) jurnal, studi kuantitatif)

(n=788)

Artikel terpilih
berdasarkan kriteria
sintesis kuantitatif

(n=5)

Diagram 1. Proses penyaringan artikel


Tabel Sintesis Grid
Tabel 1. Karakteristik studi yang termasuk dalam pembahasan

Penulis/Ta Jumlah Waktu


Negara Usia Tujuan Metode Hasil Kesimpulan
hun Sampel Penelitian

(Fany Indonesia 86 45 Untuk Penelitian ini Dilakukan Hasil penelitian pola makan
Ilyasa tahun mengetahu termasuk jenis mulai menunjukan ada yang tidak
Gusti, et.al keatas i penelitian bulan hubungan antara seimbang antara
2015) hubungan observasional Maret 2015 pola makan asupan dan
antara bersifat (pencegah) (value kebutuhan,
obesitas, rancangan = 0,000; jumlah maupun
pola penelitian Case OR=36,833), jenis
makan, Control. pola makan makanannya,
aktifitas (pemicu) (value = seperti
fisik, 0,009; makanan-
merokok OR=3,529), makanan tinggi
dan lama aktifitas fisik lemak, kurang
tidur (value = 0,002; mengkonsumsi
dengan OR=4,449), sayuran buah,
kejadian merokok (value = makanan tinggi
hipertensi 0,012; natrium, dapat
pada OR=4,504) meningkatkan
lansia. dengan kejadian resiko terjadinya
hipertensi pada hipertensi.
lansia

(Solehatul Indonesia 74 > 60 Untuk Penelitian ini Dilaksanak Hasil penelitian Hasil analisis
Mahmudah, tahun. mengetahu merupakan an pada ini mendapatkan bivariat
et.al, 2015) i penelitian bulan proporsi lansia menunjukkan
hubungan analitik dengan Agustus yang mengalami ada hubungan
gaya hidup pendekatan 2015 hipertensi sebesar antara aktivitas
dan pola kuantitatif. 26,4%. Analisis fisik, asupan
makan Rancangan bivariat lemak, asupan
dengan penelitian ini menggunakan uji natrium dengan
kejadian menggunakan chi-square dan kejadian
hipertensi cross-sectional. analisis hipertensi
pada multivariat sedangkan pada
lansia. dengan regresi analisis
logistik ganda. multivariate di
Hasil analisis dapatkan hasil
bivariat asupan natrium
menunjukkan ada sebagai factor
hubungan antara resiko yang
aktivitas fisik paling
(p=0,024 berhubungan
OR=3,596), dan dengan kejadian
ada hubungan hipertensi.
antara asupan
lemak (p=0,008
OR=4,364),
asupan natrium
(p=0,001
OR=6,103)
dengan kejadian
hipertensi.
Analisis
multivariat
menunjukkan
asupan natrium
(OR
Exp(B)=4,627)
sebagai faktor
resiko yang
paling
berhubungan
dengan kejadian
hipertensi.

(Taslima Indonesia 68 >60 Untuk Penelitian ini Penelitian Hasil penelitian Ada hubungan
dan Asmaul orang tahun mengetahu bersifat Analitik ini bahwa dari 68 antara riwayat
Husna, i dan dengan dilakukan responden yang keluarga, dan
2016) mempelaja pendekatan pada ada riwayat gaya hidup
ri Cross cectional. tanggal 01 / keluarga dengan dengan
hubungan Pengambilan 13 Juni sebanyak 36 kejadian
riwayat sampel 2016 responden hipertensi pada
keluarga menggunakan diantaranya ibu lansia
dan gaya acidenntal yang mengalami
hidup sampling. hipertensi dengan
dengan Pengumpulan kategori berat
hipertensi data dilakukan sebanyak 15
pada dengan (41,7%), p value
lansia di menyebarkan 0,003. gaya hidup
Puskesmas kuesioner. baik sebanyak 39
Kuta Alam responden
Banda diantaranya ibu
Aceh yang mengalami
Tahun hipertensi dengan
2016 kategori berat
sebanyak 5
(12,8%), p value
0,027.

(Poniyah Indonesia 60 >60 Untuk Jenis penelitian Penelitian Hasil penelitian Terdapat
Simanulang orang tahun menganali ini dilaksanan menunjukkan ada hubungan antara
, 2018) sis menggunakan kan mulai hubungan antara gaya hidup
hubungan pendekatan bulan gaya hidup (Aktivitas fisik
gaya hidup Cross sectional , Februari (aktifitas fisik) & Pola Makan)
dengan dengan teknik s/d bulan dengan kejadian dan tidak ada
kejadian pengambilan Agustus hipertensi pada hubungan gaya
hipertensi sampel yaitu 2017 lansia, dengan hidup
pada accidental p.value = 0,01, (Kebiasaan
lansia di sampling ada hubungan merokok &
Puskesmas antara gaya hidup Kebiasaan
Darussala (pola makan) istirahat).
m dengan kejadian
Medan.Jen hipertensi dengan
is nilai p.value =
penelitian 0,05, tidak ada
ini adalah hubungan antara
analitik gaya hidup
korelasi. (kebiasaan
merokok) dengan
kejadian
hipertensi dengan
p.value = 0,521,
tidak ada
hubungan antara
gaya hidup
(kebiasaan
istirahat) dengan
kejadian
hipertensi dengan
p.value = 0.441.

(Ajikwa Indonesia 50 >60 Mengetah Obeservational Waktu Hasil uji Chi Terdapat
Ari orang tahun ui ada analitik dengan penelitian square hubungan pola
Widianto, tidaknya pendekatan dilakukan mengetahui makan dan gaya
et.al, 2018) hubungan Cross sectional pada bulan hubungan pola hidup dengan
pola dan Agusutus makan dan gaya angka kejadian
makan dan menggunakan 2018. hidup dengan hipertensi pada
gaya hidup teknik simple angka kejadian pralansia dan
dengan random hipertensi. Hasil lansia di wilayah
angka sampling. analisis variabel kerja Puskesmas
kejadian Responden pola makan I Kembaran,
hipertensi dalam penelitian diperoleh p = dimana pola
pada ini adalah 50 0,003 dan hasil makan dan gaya
pralansia responden analisis variabel hidup yang tidak
dan lansia pralansia dan gaya hidup baik memicu
di wilayah lansia yang diperoleh p = angka kejadian
kerja mengikuti 0,023. hipertensi yang
Puskesmas prolanis di lebih tinggi
I Puskesmas I
Kembaran. Kembaran.
Pengukuran pola
makan dan gaya
hidup
menggunakan
kuesioner dan
pengukuran
tekanan darah
menggunakan
alat
sphygmomanom
eter.
PEMBAHASAN

Hipertensi salah satu penyakit degenerative yang banyak terjadi dan


mempunyai tingkat mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup
dan produktifitas seseorang. Hipertensi sering diberi gelar The Silent Killer karena
penyakit ini merupakan pembunuh tersembunyi dan pada umunya pasien tidak
mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya. Selain itu, penderita hipertensi umumnya tidak mengalami suatu
tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi. Seseorang dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan tekanan darah diastolic (TDD) > 90
mmHg (Taslima & Husna, 2017).

Ada beberapa factor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain
karakteristik individu (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit hipertensi), pola makan
(kebiasaan konsumsi lemak, natrium dan kalium) dan gaya hidup (kebiasaan
merokok, konsumsi alcohol, stress, konsumsi kopi dan aktivitas fisik) (Widianto,
et.al, 2018).

Gaya hidup merupakan yang sangat mempengaruhi kehidupan lansia. Gaya


hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya;
makanan, aktifitas fisik, stress dan merokok (Simanulang, 2018).

Dalam penelitian Mahmuda, et.al (2015), mengatakan bahwa gaya hidup


merupakan factor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup
yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi. Pada penelitian
Taslima (2016), menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan gaya hidup dengan
hipertensi pada lansia. Seiring berubahnya gaya hidup diperkotaan mengikuti era
globalisasi hipertensi pada lansia terus meningkat, hal ini disebabkan karena lasnia
malas untuk melakukan olahraga yang dapat mencegah terjadinya hipertensi seperti
berjalan kaki di pagi atau sore hari, menaiki tangga, bersepeda, beternak, dan
olahraga lainnya. Dengan demikian kebutuhan olahraga yang diperlukan oleh tubuh
sangat sedikit sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia.

Selain itu, kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi


karena kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai
frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus
memompa, semakin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Anggara & Pratyno,
2013 dalam Azizah, 2016). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
Simanulang (2018) yang mendapatkan hasil ada hubungan antara aktivitas fisk
dengan kejadian hipertensi, karena dengan kurangnya aktifitas fisik makan akan
terjadi penumpukan-penumpukan lemak atau meningkatkan kelebihan berat badan
yang dapat menghambat aliran darah sehingga memicu terjadinya hipertensi.

Aktifitas fisik merupakan hal yang berpengaruh dalam

Pada penelitian Widianto, et.al (2018), minuman yang mengandung kafein juga
berperan dalam terjadinya hipertensi. Kafein yang terdapat pada kopi dapat
meningkatkan kadar plasma beberapa stres hormon yang diketahui dapat
meningkatkan keadaan tekanan darah.

Menurut Muriyati & Safruddin (2018) Perilaku merokok adalah salah satu
faktor yang menunjang kejadian hipertensi karena rata-rata masyarakat yang
mengkonsumsi rokok lebih dari 1 bungkus per harinya baik yang jenis rokok filter
maupun non filter, sehingga semakin banyak rokok yang dikonsumsi maka semakin
besar pula terjadinya penyempitan atau penebalan pada pembuluh darah sehingga
meningkatan denyut jantung dan pada akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah
dan terjadi hipertensi. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Simanulang (2018), yang menunjukkan hasil penelitian tidak ada hubungan antara
kebisaan merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia.
Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan
penyakit hipertensi, Pola makan yang tidak seimbang antara asupan dan kebutuhan,
jumlah maupun jenis makanannya, seperti makanan-makanana tinggi lemak, kurang
mengkonsumsi sayuran dan buah, makanan tinggi natrium, dapat meningkatkan
resiko terjadinya hipertensi (Gusti, 2015).

Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Pada


umumnya lansia dalam pola makannya masih salah. Kebanyakan lansia masih
menyukai makanan-makanan yang asin dan gurih, terutama makan-makanan cepat
saji yang banyak mengandung lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi.
Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air retensi
sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja keras
memompa darah dan tekanan darah menjadi naik sehingga bisa menyebabkan
hipertensi. Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium
mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan meningkatkan resiko hipertensi
(Yekti, 2013 dalam penelitian Simanulang, 2018).

Menurut penelitian Widianto, et.al (2018), berpendapat bahwa pola makan


yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Pola makan yang tidak baik
seperti makanan yang mengandung tinggi lemak jenuh, tinggi garam, kurang sayur
dan buah serta makanan dan minuman kaleng memicu terjadinya penyakit hipertensi
dikarenakan makanan tersebut tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan
mengandung banyak bahan pengawet. Pola makanan yang tidak seimbang antara
asupan dengan kebutuhan bisa menyebabkan obesitas. Obesitas meningkatkan risiko
terjadinya hipertensi. Masyarakat di sini lebih banyak mengkonsumsi daging
dibanding dengan yang mengkonsumsi jeroan atau makanan bersantan. Kebiasaan
makan daging dan konsumsi lemak tak jenuh erat hubungannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko tinggi terjadinya hipertensi.
Penelitian yang dilakukan oleh Gusti, et.al (2015), yang mendapatkan hasil
adanya hubungan yang signifikan pola makan dengan kejadian hipertensi, dan
mengatakan bahwa pola makan yang tidak seimbang antara asupan dan kebutuhan,
jumlah maupun jenis makanannya, seperti makanan-makanan tinggi lemak, kurang
mengkonsumsi sayuran buah, makanan tinggi natrium, dapat meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup


merupakan factor risiko timbulnya hipertensi. Meningkatnya hipertensi dipengaruhi
oleh gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang tidak sehat :aktifitas fisik,
kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi dan pola makan yang tidak sehat dapat
menyebabkan kejadian hipertensi pada lansia. Di sarankan kepada lansia untuk selalu
mengikuti anjuran gaya hidup yang benar, mengontrol tekanan darah, mengurangi
garam pada makanan, mengurangi makanan tinggi lemak, olahrahga secara teratur.

KESIMPULAN

Berdasarkan artikel yang ditinjau dapat kita lihat bahwa penyakit degenerative
termasuk hipertensi muncul sering kali di kaitkan dengan factor gaya hidup dan pola
makan. Jika lansia memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak baik dapat
memicu angka kejadian hipertensi yang lebih tinggi. Perubahan gaya hidup seperti
kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan kegemukan sehingga akan menghambat
aliran darah serta seringnya mengonsumsi makanan yang mengadung banyak lemak,
protein dan garam tinggi tetapi rendah serat pangan, membawa konsekuensi sebagai
factor berkembangya penyakit hipertensi. Sebab itu lansia harus selalu menerapkan
pola hidup yang baik, mengontrol tekanan darah dan mengkonsumsi obat untuk
menurunkan resiko bahaya dari hipertensi.
SARAN

1. Bagi Pendidikan Keperawatan


Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan gaya hidup dan pola
makan dengan kejadian hipertensi untuk semua umur dan perlu dilakukan
penelitian untuk hubungan berbagai factor hipertensi lainnya.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan Komunitas
Petugas pelayanan kesehatan khususnya bagian keperawatan komunitas untuk
lebih proaktif memberikan penyuluhan mengenai gaya hidup sehat dan pola
makan yang baik serta melakukan kunjungan secara berkala untuk
mengobservasi secara langsung penerapan gaya hidup sehat.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Di harapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian sebagai data
pembanding tentang gaya hidup dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada
lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Roza. 2019. “Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Puskesmas Lubuk Buaya”. Skripsi. Gizi. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis, Padang.

Andalia, R. 2016. “Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas


Dumai Timur Dumai-Riau”. Jurnal Kesehatan. 7(1), 47-52.

Arif, Djauhar., et.al. 2013. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi Pada Lansia di Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig
Kabupaten Kudus. 4(2), 18-34.

Audina, Rima. 2019. “Hubungan Asupan Natrium, Pengetahuan, Aktivitas Fisik,


Stres, Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Penuh”. Skripsi. Gizi. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Perintis, Padang.

Azizah, A. L. 2016. “Obesitas, Gaya Hidup, Shift Kerja, dan Kejadian Hipertensi
pada Perawat Di Rumah Sakit Nusantara Medika Utama Jember”. Skripsi.
Kesehatan Masyarakat, Bagian Epidemiologi dan Biostatistik
Kependudukan. Universitas Jember. Jember.

Cahyanti, Jatu. S., et.al. 2018. “Hubungan Asupan Makanan (Lemak, Natrium,
Magnesium) dan Gaya Hidup dengan Tekanan Darah pada Lansia.
Kesehatan Masyarakat. 6(5), 395-403.
Dewi, Neorinta.R 2018. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi
Pada Lansia Di Kelurahan Manisrejo Kota Madiun”. Skripsi. Kesehatan
Masyarakat. Stikes Bhakti Husada Mulia, Madiun.

Gusti, Fany. I., et.al. 2015. “Hubungan antara Obesitas, Pola Makan, Aktifitas fisik,
Merokok dan Lama Tidur dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia”.

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI (diakses 24 Januari 2020).

Muriyati & Safruddin, 2018. “Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah
Pegunungan dan Pesisir Kabupaten Bulukumba”. Jurnal Kesehata Panrita
Husada. 3(2), 35-51.

Mahmudah, Solehatul., et.al, 2015. “Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi pada Lansia di Kelurahan Sawangan Baru”. Biomedika.
7(2), 43-51.

Pakpahan, Indah. A. 2016. “Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor”. Skripsi.
Keperawatan. Universitas Sumatera Utara.

Sudarni, Ni. W., et.al. 2017. “Faktor risiko kejadian hipertensi pada Lansia di Desa
Ogodopi Wilayah Kerja Puskesmas Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong”.

Simanulang, Poniyah. 2018. “Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi


pada Lansia di Puskesmas Darussalam Medan”. Jurnal Darma Agung.
26(1), 522-532.

Taslima & Husna, A. 2017. “Hubungan Riwayat Keluarga dan Gaya Hidup dengan
Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh”. Journal of
Healthcare Technology and Medicine,3 (1), 121-131.
Widianto, Ajikwa. A., et.al. 2018. “Hubungan Pola Makan dan Gaya Hidup dengan
Angka Kejadian Hipertensi Pralansia dan Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas I Kembaran”. Jurnal Unimus. 1(5), 58-67.

Wendi. 2018. “Hubungan antara Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Usia
Dewasa Muda di Desa Lamakan Kecamatan Karamat Kabupaten Buol.
Jurnal KESMAS. 7(6), 27-41.

Anda mungkin juga menyukai