PENDAHULUAN
Sekitar sepertiga populasi anak usia dini di dunia mengalami defisiensi vitamin A,
dimana kurang dari 1% yang mengalami buta senja. Defisiensi vitamin A biasanya terjadi pada
usia 4-6 tahun pertama, dan paling sering antara umur 6 bulan – 3 tahun.
Kelainan okuler yang diakibatkan oleh adanya malnutrisi diistilahkan dengan “nutritional
blindness”, terutama adanya defisiensi vitamin A. Perubahan pada epitel yang terjadi dinamakan
“Keratinizing metaplasia”.
TUJUAN PEMBELAJARAN
TIK :
KORNEA
KONJUNGTIVA
KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak
(persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga
bagian:
c. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior
palpebra dan bola mata).
KORNEA
Struktur kornea relatif sederhana dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain. Jenis-
jenis sel yang terkandung dalam kornea adalah sel-sel epitel, keratosit (fibroblast kornea), dan
sel-sel endotel. Lapisan kornea terdiri dari: Epitel, membran Bowman, stroma, membran
Descemet, dan endotel. Lapisan-lapisan ini saling berhubungan satu sama lain untuk
mempertahankan integritas dan fungsi jaringan.
Permukaan kornea dilapisi oleh air mata yang bukan hanya sebagai lubrikan dan sumber
nutrisi epitel kornea, tetapi juga menyediakan factor-faktor regulasi yang dibutuhkan untuk
pertahanan dan perbaikan epitel. Beberapa agen biologik aktif ini berperan dalam proses migrasi,
proliferasi, atau difrensiasi epitel kornea.
ETIOLOGI
Terjadi akibat kurangnya jumlah asupan vitamin A atau gangguan absorpsi pada usus.
Sebagaimana diketahui bahwa defisiensi vitamin A tidak selalu berdiri sendiri namun sering
disertai dengan protein-energy malnutrition (PEM) dan infeksi.
X3A Ulcus kornea/keratomalasia yang melibatkan kurang dari 1/3 permukaan kornea
X3B Ulcus kornea/keratomalasia yang melibatkan lebih dari 1/3 permukaan kornea
XF Fundus xerophthalmic
GAMBARAN KLINIS
1. XN (Buta senja). Merupakan gejala dini xerophthalmia pada anak-anak. Keadaan ini
diketahui dengan anamnesa yang detail dari keluarga. Sering pula dinamakan “Chicken
eyes”.
2. X1A (xerosis konjungtiva). Terdiri dari satu atau lebih lesi (patch) yang tampak kering dan
tidak mengkilap pada konjungtiva.
Gambaran ini hampir selalu terlihat pada area inter-palpebral kuadran temporal kemudian
pada daerah nasal. Pada kasus lanjut, akan melibatkan seluruh konjungtiva bulbi. Pada kasus
tertentu, dapat terlihat adanya penebalan konjungtiva, lipatan, dan pigmentasi.
3. X1B (Bitot’s spot). Perluasan proses xerotik dari stadium X1A. Bitot’s spot merupakan suatu
area yang mencembung, berwarna putih silver, berbusa, tampak sebagai lesi segitiga dari
epitel yang mengalami keratinisasi pada konjungtiva bulbi area inter-palpebra. Biasanya
bilateral dan temporal, jarang terjadi pada daerah nasal.
4. X2 (xerosis kornea). Perubahan awal pada kornea adalah keratopati punctat yang dimulai
dari kuadran nasal bawah, diikuti oleh kekeruhan dan/atau kekeringan berbentuk granule.
Kornea tampak tidak jernih (mengkilap).
6. XS (Scar Cornea). Penyembuhan defek stroma menimbulkan scar kornea dengan densitas
dan ukuran yang berbeda-beda dengan atau tanpa menutupi area pupil. (Gambar 8).
Anamnesa yang detail diperlukan untuk memastikan penyebab kekeruhan kornea.
PENATALAKSANAAN
1. Terapi okuler local ; Untuk xerosis konjungtiva, artificial tears (Hidroksipropyl metyl
selulose 0.7 % atau hipromellose 0,3%) yang harus ditetes setiap 3-4 jam. Pada stadium
keratomalasia, penatalaksanaan ulcus kornea bakteri secara paripurna harus diberikan.
2. Terapi vitamin A. Diberikan untuk semua stadium xerophthalmia : XN, X1A, X1B, X2,
X3A, dan X3B. Direkomendasikan pemberian secara oral, namun pada kasus muntah dan
diare berat, injeksi intramuskuler menjadi pilihan. WHO merekomendasikan pemberian
sebagai berikut :
- Semua pasien berusia lebih dari 1 tahun (kecuali wanita usia reproduktif) : 200.000 IU
vitamin A oral atau 100.000 IU injeksi intramuskuler harus diberikan segera setelah
diagnosis dan diulangi pada hari berikutnya kemudian 4 minggu setelahnya.
- Anak-anak usia di bawah 1 tahun dan pada usia berapapun dengan berat badan kurang
dari 8 kg diterapi dengan setengah dosis pasien usia lebih dari 1 tahun.
- Wanita dengan usia reproduktif, hamil atau tidak : (a) Yang memiliki buta senja (XN),
Xerosis konjungtiva (X1A) dan Bitot’s spot (X1B) harus diterapi dengan vitamin A oral
10.000 IU (1 tablet) per hari selama 2 minggu. (b) Untuk xerophthalmia kornea,
direkomendasikan pemberian dosis penuh .
3. Penanganan penyakit dasar : seperti PEM dan gangguan nutrisi lainnya, diare, dehidrasi dan
gangguan elektrolit, infeksi dan kondisi parasitik harus dipertimbangkan secara simultan.
PROFILAKSIS XEROPHTHALMIA
3 Strategi intervensi utama sebagai tindakan preventif dan kontrol defisiensi vitamin A sebagai
berikut :
Sejak Agustus 1992, dilakukan revisi di India dan diikuti sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Ofthalmology Umum, 14 th ed, alih bahasa Jan Tambajong Jakarta,
2. Liesegang TJ, Deutsch TA, Basic and clinical concept of corneal and external eye
disease in External Disease and Cornea, Section 8, AAO, San Fransisco, 2014-2015