Anda di halaman 1dari 53

BAGIAN IKM–IKK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Agustus


2020
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Hubungan Golongan Darah dengan Penyakit


Degeneratif

Disusun Oleh:
Fifi Nurfiah Sriyanti
11120191005

Pembimbing
dr. Rachmat Faisal Syamsu, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN IKM–IKK
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Fifi Nurfiah Sriyanti

NIM : 111 2019 1005

Referat : Hubungan Golongan Darah dengan Penyakit Degeneratif

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

IKM–IKK Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Agustus 2020

Pembimbing

dr. Rachmat Faisal Syamsu, M.Kes


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Darah merupakan salah satu bagian penting dalam tubuh. Darah

dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu A, B, O, dan AB.

Penemuan golongan darah ABO oleh ilmuwan Austria Karl

Landsteiner pada tahun 1900 adalah pencapaian terbesar dalam

sejarah kedokteran transfusi darah. Dia menemukan tiga jenis darah

yang berbeda dan menggambarkannya sebagai golongan darah A, B,

dan O. Alfred Von Decastello dan Adrian Sturli menemukan tipe

keempat AB pada tahun 1902. Empat puluh tahun kemudian,

Landsteiner dan Weiner menemukan antigen Rhesus (D). 1

Individu kelompok O memiliki "antibodi anti–A dan anti–B" yang

terjadi secara alami, individu kelompok A memiliki antibodi anti–B, dan

individu kelompok B memiliki antibodi anti–A, individu kelompok AB

tidak memiliki keduanya.2

Penyakit degeneratif merupakan penyakit utama yang

menyebabkan kematian di dunia. Hipertensi sebagai contoh adalah

penyebab utama kematian dan komplikasi penyakit lain di dunia. 3

Penyakit lain, misalnya diabetes mellitus juga dikatakan merupakan

kegawatan kesehatan baik pada tingkat lokal dan global. 4


Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih

dari 90 mmHg. Lima kategori hipertensi yaitu normal (sistolik <120

mmHg dan diastolik < 80 mmHg), prehipertensi (sistolik 120 – 139

mmHg dan diastolik 80 – 89 mmHg), hipertensi stage 1 (sistolik 140 –

159 mmHg dan diastolik 90 – 99 mmHg), hipertensi stage 2 (sistolik ≥

160 mmHg dan diastolik ≥ 100 mmHg). Pedoman terbaru telah

menetapkan tingkat peningkatan tekanan darah yang harus

dipertimbangkan untuk memulai pengobatan berdasarkan tidak hanya

pada tingkat BP, tetapi juga pada lebih dari 10% risiko kardiovaskular

selama 10 tahun berikutnya. Dengan demikian, pada orang dengan

penyakit ginjal kronis (CKD), semua orang dengan BP lebih dari

130/80 mmHg tidak hanya memerlukan intervensi gaya hidup tetapi

juga pengobatan dengan setidaknya satu obat antihipertensi. 5

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Kecurigaan adanya Diabetes

Mellitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti: Keluhan

klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain: lemah badan,

kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta

pruritus vulva pada wanita. Diagnosis DM ditegakkan atas dasar

pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang


dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan

bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat

dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler

dengan glukometer.6

Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang

ditandai dengan peningkatan maupun penurunan kadar fraksi lipid

dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar

kolesterol total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida serta penurunan

kolesterol HDL. Diagnosis dislipidemia ditetapkan berdasarkan hasil

pemeriksaan laboratorium.7

Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya

bersifat kronik atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur.

Faktor risiko demensia alzheimer yang terpenting adalah usia, riwayat

keluarga, dan genetik. Jenis demensia yang paling sering dijumpai

yaitu demensia tipe Alzheimer, termasuk daya ingat, daya pikir, daya

orientasi, daya pemahaman, berhitung, kemampuan belajar,

berbahasa, dan daya kemampuan menilai. Kesadaran tidak berkabut,

dan biasanya disertai hendaya fungsi kognitif, ada kalanya diawali

oleh kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian emosi, perilaku

sosial, atau motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer,

pada penyakit serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang secara

primer atau sekunder mengenai otak.8


1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah penelitian ini adalah adakah “Hubungan antara

golongan darah dengan penyakit degeneratif?”

1.3 TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

golongan darah dengan penyakit – penyakit degeneratif seperti

hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia dan demensia.

1.4 MANFAAT

1.4.1 Untuk Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

hubungan antara golongan darah dengan penyakit degeneratif.

1.4.2 Untuk Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan

tentang hubungan antaracgolongan darah dengan penyakit

degeneratif.

1.4.3 Untuk Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

referensi atau data dalam melakukan penelitian selanjutnya

maupun penelitian sejenis yang dilakukan saat ini.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam jurnal Association of ABO and Rh Blood Groups With

Hypertension di paragraf 1 penulis menyatakan hipertensi adalah kondisi

tanpa gejala, oleh karena itu mereka tidak menyadari peningkatan

tekanan darah yang tinggi. Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan

diagnosis pasien hipertensi sangat penting karena dapat dengan mudah

dicegah dengan mengenali kemungkinan faktor risikonya. Hipertensi

tergantung pada faktor – faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat

dimodifikasi. Golongan darah ABO adalah salah satu faktor yang perlu

diselidiki secara lebih rinci. Selanjutnya paragraph 3 penulis menyatakan

golongan darah ABO ditentukan oleh ada atau tidak adanya antigen A dan

B pada membran sel darah merah manusia. Kehadiran antigen dan

aglutinin ini pada individu, membaginya menjadi 4 golongan darah utama

yaitu A, B, AB, dan O. Dan menyimpulkan beberapa studi memunjukkan

bahwa mereka yang membawa golongan darah ABO kelompok sublet A,

kelompok B, kelompok O memiliki risiko lebih besar terkena hipertensi.

Sebaliknya, beberapa penelitian tidak dapat menemukan data yang

relevan yang mendukung subjek dengan golongan darah ABO yang

rentan terhadap hipertensi. Meskipun golongan darah tidak dapat

dimodifikasi sebagai faktor risiko, memiliki pengetahuan tentang hubungan

antara golongan darah dan penyakit jantung dapat membantu


meningkatkan kontrol faktor risiko lain yang dapat dimodifikasi untuk

mengembangkan hipertensi.9
Dalam jurnal A Cross-Sectional Study to Assess the Association

between ABO Blood Group with Hypertension among 1st year Medical

Students di paragraf 1 penulis menyatakan Hipertensi adalah kondisi

medis kronis dan salah satu penyakit tidak menular yang paling umum

mengancam jiwa. Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan sebagian

besar orang hanya menyadari menjadi hipertensi setelah pengembangan

komplikasi yang berkaitan dengannya. Pola hipertensi familial

menunjukkan faktor genetik sebagai faktor predisposisi penting yang tidak

dapat dimodifikasi lainnya, dan golongan darah ABO adalah salah satu

seperti itu faktor yang perlu dipelajari secara lebih rinci. Selanjutnya

paragraph 3 penulis menyatakan pengelompokan darah ABO didasarkan

pada sifat antigenik sel darah merah. Individu tipe A memiliki antigen A,

tipe B memiliki antigen B, dan tipe AB memiliki keduanya; tipe O tidak

memiliki antigen ini. Antigen A dan B ini adalah oligosakarida kompleks

yang terdapat pada permukaan sel darah merah yang berbeda dalam gula

akhir. Dan menyimpulkan golongan darah ditentukan secara genetik dan

hipertensi juga merupakan kelainan genetik dan faktor genetik merupakan

faktor predisposisi penting yang tidak dapat dimodifikasi untuk


perkembangan hipertensi. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk

menilai hubungan golongan darah ABO dengan hipertensi. 10


Dalam jurnal Relation of ABO Blood Group and Hypertension in Medical

Students of Kathmandu Medical College, Duwakot Bhaktapur di paragraf 1

penulis menyatakan dalam beberapa tahun terakhir, hipertensi adalah

masalah kesehatan utama di dunia. Tidak memiliki tanda dan gejala

spesifik awal, sehingga sebagian besar orang mengalami hipertensi tanpa

menyadarinya. Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan Menurut JNC

8, sistolik 90 – 119 mmHg dan diastolik 60 – 79 mmHg adalah tekanan

darah normal. Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan sistolik >

120 mmHg dan diastolik > 80 mmHg. Selanjutnya paragraph 3 penulis


menyatakan sistem golongan darah ABO ditemukan oleh ilmuwan Austria

Karl Landsteiner pada tahun 1900. Golongan darah kedua adalah sistem

rhesus. Ada dua fenotip Rh, Rh positif dan Rh negatif. Itu tergantung pada

ada tidaknya antigen Rh pada membran sel darah merah. Dan

menyimpulkan banyak penelitian menemukan bahwa hubungan golongan

darah ABO dan berbagai jenis penyakit meningkat. Sistem ABO adalah

susunan genetik penting dari individu yang memberikan informasi

berharga untuk deteksi dini penyakit dan perawatan. Yang sangat berguna

untuk menyelamatkan hidup banyak orang. Penelitian saat ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara golongan darah ABO dan hipertensi

bersamaan dengan obesitas.11


Dalam jurnal A study on the correlation of ABO blood group system and

hypertension di paragraf 1 penulis menyatakan hipertensi merupakan

masalah kesehatan dan tidak menunjukkan gejala yang jelas dan ini

adalah alasan mengapa banyak pasien tidak menyadari masalah

kesehatan ini. Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan Landsteiner

pada tahun 1900 telah menemukan golongan darah ABO pada manusia

dengan mendeteksi antigen A dan B. Dan menyimpulkan penelitian ini

dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan golongan darah ABO dengan

hipertensi.12
Dalam jurnal Association of ABO blood groups with type-2 diabetes

mellitus and its complications di paragraf 1 penulis menyatakan sejak

ditemukannya golongan darah pada tahun 1900, telah ada upaya untuk

menemukan kemungkinan hubungan antara golongan darah ABO dan Rh

dan berbagai penyakit. Banyak laporan telah muncul dalam beberapa

tahun terakhir yang menunjukkan hubungan antara golongan darah dan

diabetes mellitus. Etiologi diabetes mellitus kompleks dan tampaknya

melibatkan interaksi faktor genetik, imunologis, dan lingkungan. Faktanya,


kromosom manusia 1q21-q23 menunjukkan replikasi yang baik hubungan

dengan diabetes mellitus tipe–2. Selanjutnya paragraf 2 penulis

menyatakan sebagai kejadian DM Tipe-2 yang bertambah hari demi hari,

pencarian kami untuk etiologi dan patogenesisnya juga semakin

berkembang untuk memprediksi faktor risiko dan skrining dini untuk

perawatan yang lebih baik dan pencegahan komplikasinya. Sesuai

pengetahuan kita sekarang, DM Tipe-2 memiliki komponen genetik yang

kuat. Golongan darah ABO juga ditentukan oleh susunan genetik bawaan.

Dan menyimpulkan dapat dihipotesiskan bahwa mungkin ada hubungan


13
yang baik di antara golongan darah ABO dan DM Tipe-2.
Dalam jurnal Evaluation of the Relationship between ABO Blood

Groups, Rh Factor and Diabetes Mellitus Type 2 di paragraf 1 penulis

menyatakan antigen golongan darah adalah genetik spesifik dan

memainkan peran penting dalam kerentanan penyakit. Diabetes adalah

masalah kesehatan global utama dan merupakan salah satu faktor yang

berkontribusi paling penting terhadap morbiditas dan mortalitas dini di

seluruh dunia. Penyebab diabetes adalah rumit, tetapi ada faktor-faktor

seperti faktor genetik, imunologis dan lingkungan yang terlibat.

Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan DM dan golongan darah

berhubungan dengan basis imunoglobulin herediter yang luas. Identifikasi

hubungan positif antara DM dan pengelompokan darah dapat

mencerminkan kerentanan yang lebih besar dan afiliasi yang merugikan

untuk perlindungan terhadap diabetes. Dan menyimpulkan penelitian

terbatas ditambahkan dalam literatur sains hari ini tentang hubungan ABO

dan Rhesus kategori darah dengan DM tipe 2. Selain itu, penelitian ini

berusaha untuk menentukan kemungkinan hubungan antara kelas darah


14
ABO dan Rhesus dengan diabetes mellitus tipe 2.
Dalam jurnal Association between ABO blood group and Diabetes

Mellitus di paragraf 1 penulis menyatakan diabetes mellitus adalah

penyakit yang rumit dan ada faktor-faktor berbeda yang memainkan peran

yang sangat penting dalam etiologi penyakit seperti lingkungan, genetik

dan imunologi di mana interaksi terjadi antara semua faktor ini

menyebabkan diabetes. Kelompok darah manusia ABO berbeda menurut

banyak faktor seperti ras, etnis, dan kelompok sosial ekonomi. Diabetes

mellitus dan golongan darah ABO memiliki keterkaitan karena prinsip –

prinsip imunologis genetik untuk golongan darah dan diabetes.

Penentuan hubungan positif antara diabetes dan golongan darah

mencerminkan peningkatan kerentanan terhadap dan perlindungan

hubungan negatif terhadap diabetes. Beberapa literatur menyelidiki

hubungan antara golongan darah dan kejadian diabetes mellitus.

Meskipun demikian, beberapa penelitian epidemiologis membahas

hubungan antara golongan darah ABO dan risiko pengembangan diabetes

mellitus, tetapi temuannya tidak konsisten dan belum diklarifikasi. Dan

menyimpulkan bahwa penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi

hubungan antara golongan darah ABO dan diabetes mellitus. 15


Dalam jurnal Association of Diabetes Mellitus with ABO Blood Groups &

Rh di paragraf 1 penulis menyatakan golongan darah mengacu pada

seluruh sistem golongan darah yang terdiri dari antigen sel darah merah

(RBC) yang kekhususannya dikendalikan oleh serangkaian gen yang

dapat alelik atau terkait sangat erat pada kromosom yang sama dan faktor

Rhesus (Rh) adalah sistem golongan darah yang paling dikenal setelah

ABO. Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan dilaporkan bahwa ada

berbagai hubungan antara fenotip ABO tertentu dan peningkatan

kerentanan terhadap penyakit. beberapa studi epidemiologis menunjukkan


hubungan yang signifikan antara golongan darah ABO dan risiko diabetes

mellitus. Dan menyimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kemungkinan hubungan antara golongan darah ABO dan

kelompok faktor Rhesus dengan diabetes mellitus. 16


Dalam Jurnal Correlation between ABO blood group and Dyslipidemia

with Metfrormin Therapy in Newly Diagnostic Type 2 Diabetes Mellitus di

paragraf 1 penulis menyatakan diabetes adalah suatu kondisi

metabolisme di mana tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk

mengatur kadar glukosa darah atau di mana insulin yang dihasilkan tidak

dapat bekerja secara efektif, Etiologi diabetes mellitus (DM) kompleks dan

multifaktorial, dan faktor – faktor seperti imunologis, genetik, dan

lingkungan terlibat. Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan banyak

penelitian menunjukkan peran golongan darah ABO dalam DM tipe2, alel

A (golongan darah A atau AB) lebih kecil kemungkinannya memiliki DM

tipe 2 daripada mereka yang tipe B atau O dan Rh positif dikaitkan dengan

DM tipe 2. Sementara golongan darah B dikaitkan dengan DM tipe 2

dalam laporan lain. Selanjutnya paragraf 3 penulis menyatakan korelasi

kelompok ABO dengan stres yang dirasakan dan pengaruhnya terhadap

profil lipid tampaknya kuat, dalam penelitian yang dilakukan untuk

menemukan hubungan stres yang nyata dengan golongan darah A dan O

antara dan produk akhirnya pada profil lipid di sebuah perguruan tinggi

medis di India timur. Selanjutnya paragraf 4 penulis menyatakan baru –

baru ini telah terpapar dalam studi genetik variasi ABO dan hubungan

ABO dengan kadar kolesterol total (TC) dan LDL-C. Selanjutnya paragraf

5 penulis menyatakan pengobatan DM tipe 2 harus mencakup agen

farmakologis yang mampu meningkatkan tidak hanya kadar glikemik,

tetapi juga tekanan darah (BP), kadar lipid, dan berat badan. Metformin
meningkatkan esterifikasi asam lemak bebas dengan jelas dan

menghambat lipolisis dalam jaringan adiposa. Dan menyimpulkan

penelitian ini untuk menyelidiki hubungan antara golongan darah ABO dan

dislipidemia dengan efek (metformin) sebagai lini pertama dalam

pengobatan diabetes tipe 2 pada yang baru didiagnosis. 17


Dalam Jurnal Lipid Profile Variations of the Different ABO Blood Group

of Apparently Healthy Subjects in Ekpoma di paragraf 1 penulis

menyatakan sistem ABO terjadi sebagai hasil dari polimorfisme

karbohidrat kompleks dengan berbagai struktur antigenik glikoprotein dan

glikolipid yang diekspresikan pada permukaan eritrosit, sebagai unit glikus

dari musin glikoprotein. Signifikansi klinis sistem golongan darah ABO

sekarang diketahui melampaui transfusi darah dan transplantasi organ

padat hingga korelasinya dengan patogenesis beberapa penyakit

sistemik. Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan beberapa laporan

telah muncul dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan hubungan

antara golongan darah dan berbagai manifestasi penyakit jantung. Selama

beberapa dekade terakhir, beberapa laporan telah menyarankan bahwa

golongan darah ABO dikaitkan dengan risiko penyakit jantung iskemik dan
mengembangkan manifestasi aterosklerosis. Selanjutnya paragraf 3

penulis menyatakan bahwa dislipidemia adalah salah satu faktor risiko

utama penyakit kardiovaskular dan bertindak secara sinergis dengan

faktor risiko utama lainnya dari penyakit ini. Faktor risiko untuk

mengembangkan penyakit kardiovaskular diketahui sebanding dengan

kadar kolesterol serum total (TC), kolesterol lipoprotein densitas rendah

(LDL-C) dan trigliserida (TG). Dan menyimpulkan untuk mengkonfirmasi

hubungan antara golongan darah ABO dan profil lipid serum di antara

populasi yang sehat, dengan tujuan untuk merancang strategi yang efektif

untuk pencegahan risiko primer.18


Dalam jurnal ABO Blood Groups in Correlation With Hyperlipidemia,

Diabetes Mellitus Type II, and Essential Hypertension di paragraf 1 penulis

menyatakan sistem ABO terjadi sebagai hasil dari polimorfisme

karbohidrat kompleks dengan struktur antigenik glikoprotein dan glikolipid

yang berbeda yang diekspresikan pada permukaan eritrosit, sebagai unit

glikus dari musin glikoprotein. Selanjutnya paragraf 2 penulis menyatakan

berbagai laporan telah menyarankan hubungan penting antara golongan

darah ABO dan penyakit sistemik, seperti, kanker lambung dan tukak
lambung, kolera, kanker pankreas, diabetes mellitus tipe II (DM), penyakit

pembuluh darah trombotik, kelainan bentuk maksilofasial, dan infeksi

malaria plasenta. Dan menyimpulkan untuk mengeksplorasi kemungkinan

hubungan antara golongan darah ABO dengan hiperlipidemia, DM tipe II

dan hipertensi esensial di antara Subjek Yaman yang menggunakan alat

hematologi dan biokimia.19


Dalam jurnal ABO Blood Group and Dementia Risk – A Scandinavian

Record-Linkage Study di paragraf 1 penulis menyatakan demensia

termasuk kelompok gangguan heterogen yang ditandai dengan gangguan

dua atau lebih area kognisi seperti ingatan, penilaian, pemikiran abstrak,

dan fungsi kortikal yang lebih tinggi, namun tidak semua individu dengan

gangguan kognitif perlu berkembang menjadi frankmentia. Selanjutnya

paragraf 2 penulis menyatakan Secara kebetulan, perubahan faktor

hemostatik yang terlibat dalam jalur koagulasi ini juga telah terbukti

berhubungan dengan golongan darah ABO, memberikan petunjuk untuk

kemungkinan patologi pembuluh darah yang menghubungkan kelompok

darah tertentu dengan risiko gangguan kognitif dan perkembangan

demensia berikutnya. Dan menyimpulkan bahwa hubungan dekat antara

gangguan kognitif dan demensia, jelas memungkinkan seseorang untuk

menyarankan bahwa risiko yang sama mungkin ada juga antara kelompok
20
darah ABO dan gangguan terkait demensia.
Hipotesis

 H0: Tidak ada hubungan golongan darah dengan penyakit degeneratif.

 H1: Ada hubungan golongan darah dengan penyakit degeneratif.

Kerangka Teori

Faktor yang dapat


Hipertensi dimodifikasi :
- Gaya Hidup
- Obesitas
Diabetes Melitus Penyakit degeneratif

Faktor yang tidak dapat


Dislipidemia dimodifikasi :
- Faktor genetik
(golongan darah ABO)
Demensia

Kerangka Konsep

Golongan Darah Penyakit


Degeneratif

- Faktor Rhesus
- Usia
- Jenis Kelamin
- Gaya Hidup

Keterangan:

: Variabel independent : Variabel perancu

: Variabel dependent

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah Literature Review dengan desain Narrative

Review.

3.2 Jenis Data

Sekunder, berupa studi cross sectional dari beberapa literature yang

diperoleh melalui internet berupa hasil penelitian dari jurnal

internasional tahun 2015 – 2020.

3.3 Kriteria

 Inklusi

- tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

- Index massa tubuh

- Diabetes Melitus tipe 2

- Usia > 25 tahun

- Dislipidemia

- Demensia

 Eksklusi

- Hipertensi ginjal (kadar kreatinin serum di atas 1,5 mg/dl)

- Diabetes Melitus tipe 1

- DM Gestasional

- Riwayat merokok dan alcohol

Alur penelitian

BAB II TINJAUAN
Kumpulkan Referensi PUSTAKA
BAB I (Minimal 20 Referensi)
sesuai ketentuan
PENDAHULUAN Mahasiswa memberi
Fakultas
pengantar disetiap
refensi
-Tampilkan Kelebihan
dan kelemahan masing- BAB IV
masing Referensi HASIL DAN
dengan narasi sendiri PEMBAHASAN

BAB V
KESIMPULAN &
SARAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada Jurnal 1. ada beberapa kelebihan yaitu penelitian ini membagi

sampel berdasarkan gender dan rhesus. Dan kekurangan yaitu golongan

darah B merupakan golongan darah yang dominan pada penelitian ini dan

tidak menggambarkan hubungan golongan darah dengan hipertensi

secara keseluruhan. Dan ini sesuai dengan referensi ke-9 pada KTI ini.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di

India. Mayoritas penderita hipertensi tidak terdeteksi karena perjalanan

awal asimtomatik, dan dengan demikian kontrolnya tidak memadai. Studi

menunjukkan dasar genetik dari hipertensi esensial pada populasi etnis

yang berbeda. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti golongan

darah dapat digunakan sebagai prediktor hipertensi dan kesadarannya

terhadap populasi dan dapat digunakan untuk memulai modifikasi gaya

hidup dalam kategori rentan. Golongan darah B adalah golongan darah

paling umum di populasi Punjabi India Utara. Frekuensi terjadinya

hipertensi ditemukan tertinggi pada golongan darah B dan O, tetapi secara

statistik tidak signifikan.


Pada Jurnal 2. Ada beberapa kelebihan yaitu menggunakan

laboratorium hematologi untuk mengambil sampel darah dan melakukan

persiapan – persiapan pasien sebelum dilakukan Tindakan. Dan

kekurangan yaitu populasi golongan darah O merupakan golongan darah

yang dominan pada penelitian ini dan tidak menggambarkan hubungan

golongan darah dengan hipertensi secara keseluruhan. Dan ini sesuai

dengan referensi ke-10 pada KTI ini.

Hipertensi adalah kondisi medis kronis dan salah satu penyakit tidak

menular yang paling umum mengancam jiwa. Hipertensi esensial adalah

bentuk hipertensi yang paling umum terjadi pada 90% dari semua kasus

hipertensi. Golongan darah ABO adalah salah satu faktor risiko yang tidak

dapat dimodifikasi untuk perkembangan hipertensi, jadi dalam penelitian


ini kami mencoba untuk mengetahui hubungan antara golongan darah

ABO dan hipertensi. Distribusi golongan darah ABO berada pada urutan O

59 (39,33%)> B 55 (36,67%)> A 25 (16,67%)> AB 11 (11,3%). Golongan

darah O adalah golongan darah yang paling umum dalam penelitian kami.

Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara golongan

darah ABO dan Hipertensi dalam penelitian ini.

Pada Jurnal 3. ada beberapa kelebihan yaitu melakukan pengukuran

tekanan darah sebanyak 2 kali untuk melihat akurasinya dan


menghubungkan IMT dengan angka kejadian hipertensi. Dan kekurangan

yaitu populasi kelompok golongan darah O merupakan golongan darah

yang dominan pada penelitian ini. Dan ini sesuai dengan referensi ke-11

pada KTI ini.

Dalam penelitian ini, golongan darah O adalah tipe yang paling umum,

maksimum 112 (32,9%) dan AB paling tidak umum 32 (9,4%). Sebuah

studi yang dilakukan oleh Siva KGV telah menunjukkan golongan darah O

lebih rentan mengalami obesitas. Namun dalam penelitian saat ini,

golongan darah B memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari kelebihan

berat badan, obesitas dan hipertensi.

Pada Jurnal 4. ada beberapa kelebihan yaitu penelitian ini membagi

sampel berdasarkan gender dan range usia. Dan kekurangan yaitu pada
penelitian ini populasi sampel yang digunakan hanya 100 subjek . Dan ini

sesuai dengan referensi ke-12 pada KTI ini.

Ada banyak penelitian yang dilakukan pada golongan darah ABO

karena kepentingan medis dan pengaruh genetik pada berbagai penyakit

dan merupakan fakta yang diketahui bahwa riwayat genetik seseorang

dapat diketahui dengan mempelajari golongan darah. Penelitian dilakukan

terhadap 100 pasien hipertensi yang diketahui atau terdiagnosis yang

dipilih dari pasien di ITS Dental College, Greater Noida. Pasien berada

dalam kelompok usia 18 tahun hingga 81 tahun kelompok studi termasuk

laki-laki dan perempuan.

Pada Jurnal 5. ada beberapa kelebihan yaitu pengelompokan darah

ABO (ditentukan dengan menggunakan Tulip Diagnostic Kit) dan skrining


pasien dengan melihat komplikasi yang terjadi seperti neuropati (DPN),

retinopati dan nefropati. Dan ini sesuai dengan referensi ke-13 pada KTI

ini.

Angka kejadian DM tipe-2 meningkat dari hari ke hari; Pencarian kami

akan etiologi dan patogenesisnya juga terus berkembang untuk

memprediksi faktor risikonya dan skrining awal untuk perawatan yang

lebih baik dan pencegahan komplikasinya. Sesuai pengetahuan kami saat

ini DM Tipe-2 memiliki komponen genetik yang kuat. Golongan darah ABO

juga ditentukan oleh susunan genetik bawaan kita. Komplikasi diabetes

melitus juga multifaktorial. Beberapa pengamatan menunjukkan

kecenderungan genetik terhadap perkembangan neuropati dan retinopati.


Pada Jurnal 6. ada kelebihan yaitu penelitian ini membagi sampel

berdasarkan faktor Rhesus. Dan kekurangan yaitu pada penelitian ini

subjek yang digunakan terbatas dan populasi kelompok golongan darah O

lebih dominan dibandingkan kelompok golongan darah yang lain. Dan ini

sesuai dengan referensi ke-14 pada KTI ini.

Diabetes Melitus adalah masalah kesehatan global yang utama dan

merupakan salah satu faktor yang berkontribusi paling penting terhadap

morbiditas dan mortalitas dini di seluruh dunia. Diabetes Melitus dan

golongan darah berhubungan dengan basis imunoglobulin herediter yang

luas. Studi saat ini telah menunjukkan distribusi kelompok ABO dan Rh

dikombinasikan dalam diabetes dibandingkan dengan kontrol. Ketika

campuran golongan darah ABO dan faktor Rh diketahui, dapat diketahui

bahwa kelompok O+ lebih banyak ditemukan pada individu diabetes

daripada pada orang normal. A + kurang pada individu diabetes.


Pada Jurnal 7. ada beberapa kelebihan yaitu penelitian ini membagi

sampel berdasarkan gender dan rhesus. Dan kekurangan yaitu penelitian

ini tidak menjelaskan tentang cara pengambilan sampel darah pada

subjek. Dan ini sesuai dengan referensi ke-15 pada KTI ini.

Diabetes mellitus adalah penyakit yang rumit dan terdapat berbagai

faktor yang berperan sangat penting dalam etiologi penyakit seperti

lingkungan, genetik dan imunologi dimana terjadi interaksi antara semua

faktor tersebut yang menyebabkan terjadinya diabetes. Diabetes mellitus

dan golongan darah ABO memiliki keterkaitan karena prinsip-prinsip

imunologis genetik untuk golongan darah dan diabetes. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara


golongan darah partisipan dengan masing-masing jenis kelamin, kondisi

kesehatan (penderita diabetes, sehat), dan hemoglobin terglikasi.

Pada Jurnal 8. ada beberapa kelebihan yaitu penelitian ini membagi

sampel berdasarkan gender, rhesus, usia, status pekerjaan dan


penggunaan obat anti diabetik oral dan insulin. Dan ini sesuai dengan

referensi ke-16 pada KTI ini.

Faktor golongan darah ABO dan Rhesus (Rh) merupakan sifat yang

diturunkan secara genetik dan terdapat bukti dalam literatur bahwa

individu dengan golongan darah tertentu lebih rentan untuk

mengembangkan penyakit tertentu. Menurut Sahi et al, faktor Rhesus

mungkin berperan dalam metabolisme glukosa dan dapat mempengaruhi

ekspresi DM.
Pada Jurnal 9. ada beberapa kelebihan yaitu penelitian ini membagi

sampel berdasarkan gender, usia, dan penggunaan obat metformin

selama 3 bulan dan hubungannya dengan kadar kolesterol dalam darah.

Dan kekurangan yaitu penelitian ini subjek yang digunakan terbatas. Dan

ini sesuai dengan referensi ke-17 pada KTI ini.

Pengobatan DM tipe 2 harus mencakup agen farmakologis yang

mampu meningkatkan tidak hanya kadar glikemik, tetapi juga tekanan

darah (BP), kadar lipid, dan berat badan, karena pada sekitar 90%

penderita diabetes tipe 2 hiperglikemia dikaitkan dengan faktor

kardiovaskular lain yang membentuk sindrom metabolik. Metformin

meningkatkan esterifikasi asam lemak bebas secara jelas dan

penghambatan lipolisis pada jaringan adiposa.


Pada Jurnal 10. ada beberapa kelebihan yaitu penelitian ini membagi

sampel berdasarkan usia, dan profil lipid. Dan kekurangan yaitu penelitian

ini subjek yang digunakan terbatas dan penelitian ini mengungkapkan

bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara nilai lipid serum dan

golongan darah ABO yang berbeda. Dan ini sesuai dengan referensi ke-

18 pada KTI ini.

Hiperkolesterolemia dianggap sebagai faktor risiko dalam

perkembangan penyakit jantung iskemik. Meskipun tidak signifikan dalam

penelitian ini, teramati bahwa subjek golongan darah AB memiliki kadar

kolesterol total, trigliserida dan lipoprotein densitas rendah yang lebih


tinggi bila dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Menurut, Meade

et al. dimana mereka menunjukkan insiden penyakit jantung iskemik yang

lebih tinggi pada pasien dengan fenotipe golongan darah AB dibandingkan

dengan kelompok O, A atau B.

Pada Jurnal 11. ada beberapa kelebihan yaitu penelitian ini

menggunakan sampel berdasarkan gender, indeks massa tubuh,

menggunakan subjek hipertensi, diabetes melitus, dan dislipidemia. Dan

ini sesuai dengan referensi ke-19 pada KTI ini.

Penyakit kardiovaskular seperti penyakit arteri koroner (CAD) adalah

salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia dan
sebanding dengan kadar kolesterol serum, LDL-C, dan sangat LDL [23].

Sebuah interaksi genetik yang mungkin antara golongan darah ABO dan

CAD dilaporkan, karena gen yang terlibat dalam keseimbangan kolesterol

Kaset pengikat ATP 2 (ABCA2) dan golongan darah ABO terletak pada

kromosom 9 (lokus 9p34) dan golongan darah ABO mungkin

mempengaruhi tingkat lipid plasma. Jenis kelamin, usia, obesitas,

merokok, indeks massa tubuh (IMT), DM, hipertensi, dan riwayat keluarga

dianggap sebagai faktor risiko utama kardiovaskular dan aterosklerosis.

DM adalah sifat multi-faktorial. Etiologi DM adalah kompleks dan

tampaknya melibatkan tindakan antar genetik, imunologi, dan lingkungan.

Namun, ada bukti mengenai peran golongan darah dalam DM tipe II.
Pada Jurnal 12. ada kelebihan yaitu penelitian ini menggunakan sampel

berdasarkan golongan usia. Dan beberapa kekurangan yaitu penelitian ini

menggunakan informasi donor darah dari basis data SCANDAT2

(Scandinavian donations and transfusions-2), kurangnya analisa pada

subjek yang berusia 70 tahun atau lebih pada penelitian ini dan tidak

menggambarkan hubungan golongan darah dengan demensia secara

keseluruhan. Dan ini sesuai dengan referensi ke-20 pada KTI ini.

Basis data SCANDAT2 (Donasi Skandinavia dan transfusi-2) yang baru

– baru ini diperbarui adalah register donasi dan transfusi gabungan yang

terkomputerisasi dari Swedia dan Denmark yang mencakup informasi

tentang> 1,6 juta donor darah sehat. Penelitian ini menggunakan informasi

tentang donor darah dari database SCANDAT2, dan menunjukkan bahwa

golongan darah ABO tidak terkait dengan risiko demensia jenis apa pun.
Hal ini juga berlaku ketika analisis dibatasi untuk donor berusia 70 tahun

atau lebih. Kekuatan penelitian kami meliputi desain penelitian berbasis

populasi yang besar dengan akses ke data tentang komorbiditas paling

penting, penggunaan register nasional dengan tindak lanjut yang hampir

lengkap dan tidak memihak serta ketersediaan pengukuran yang dicatat

secara prospektif dari golongan darah sebelum kejadian penyakit, yang

terakhir sebagian besar tidak termasuk kemungkinan kesalahan klasifikasi

dari pajanan primer.

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa literatur

yang membahas tentang hubungan antara golongan darah dengan angka

kejadian hipertensi dapat disimpulkan bahwa golongan darah B dan O


memiliki resiko tinggi terjadinya hipertensi dan golongan darah AB

memiliki resiko terendah terjadinya hipertensi. 9,10,11,12,19

Beberapa literatur yang membahas tentang hubungan antara golongan

darah dengan diabetes melitus menyimpulkan bahwa golongan darah O

dan A memiliki kemungkinan paling kecil terkena Diabetes Melitus tipe 2,

dan golongan darah AB dan B lebih rentan mengalami Diabetes Melitus

tipe2.13,14,15,16,19

Beberapa literatur yang membahas tentang hubungan antara golongan

darah dengan dislipidemia menyimpulkan bahwa golongan darah AB

memiliki kemungkinan terjadinya dislipidemia.17,18

Literatur yang membahas tentang hubungan antara golongan darah

dengan demensia, mereka menyimpulkan bahwa meskipun perburukan

fungsi kognitif yang progresif merupakan ciri klinis dari perkembangan

demensia, hubungan antara golongan darah ABO dan peningkatan

kognitif tidak selalu berhubungan juga dengan demensia. 20

DAFTAR PUSTAKA

1. Apecu, Richard Onyuthi. et al. (2016). ABO and Rhesus (D) blood

group distribution among blood donors in rural south western Uganda:

a retrospective study. BMC Research Notes. Department of Medical


Laboratory Sciences, Mbarara University of Science and Technology.

Mbarara, Uganda.

2. Quillen, Karen. (2018). “Blood Groups, Pretransfusion Testing, and

Red Blood Cell Transfusion” in Tietz Textbook of Clinical Chemistry

and Molecular Diagnostics. Sixth Edition. Elsevier.

3. Mills, K. T., BUndy, J. D., Kelly, T. N., Reed, J. E., Kearney, P. M.,

Reynolds, K., He, J. (2016). Global Disparities of Hypertension

Prevalence and Control: A Systematic Analysis of Population-based

Studies from 90 Countries. Circulation. 134(6), 441-450.

4. Al-Lawati, J. A. (2017). Diabetes Mellitus: A Local and Global Public

Health Emergency! Oman Medical Journal. 32(3), 177-179.

5. Elliott, William J. et al. (2020). “Primary and Secondary Hypertansion”

in Brenner and Rector’s The Kidney. Eleventh Edition. Elsevier.

6. Soelistijo, Soebagijo Adi, dkk. (2015). Konsensus Pengelolaan dan

Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI.

7. Aman, Andi Makbul. Dr. dr. dkk. (2019). Pedoman Pengelolaan

Dislipidemia di Indonesia. PB PERKENI.

8. Nisa, KanditaMahranm, dkk. (2016). Faktor Risiko Demensia

Alzheimer. Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.


9. Kaur, M., Gill, K., Bassi, R., & Kaur, D. (2016). ASSOCIATION OF

ABO AND Rh BLOOD GROUPS WITH HYPERTENSION. Pak J

Physiol, 12(2), 11–14.

10. S, Singh., SK, Verma., N, Gupta., & K, Saurabh. (2018). A Cross-

Sectional Study to Assess the Association between ABO Blood Group

with Hypertension among 1st year Medical Students. International

Journal of Contemporary Medical Research [IJCMR], 5(7), 7–10.

https://doi.org/10.21276/ijcmr.2018.5.7.21

11. Sapktoa, J., Kala Rai, C., & Sapkota, J. (2018). Relation of ABO Blood

Group and Hypertension in Medical Students of Kathmandu Medical

College, Duwakot Bhaktapur. Article in International Journal of

Science and Research, 6(11), 23–24.

https://doi.org/10.21275/ART20177693

12. Sadiq, H., Anjum, R., Masood Shaikh, S., Mushtaq, S., Negi, M., &

Kasana, P. (2017). A study on the correlation of ABO blood group

system and hypertension. International Journal of Applied Dental

Sciences, 3(4), 38–41. Retrieved from www.oraljournal.com

13. Mandal, B., Shukla, R., Basu, A., Sinha, A., Maiti, A., & Bhattacharjee,

K. (2018). Association of ABO blood groups with type-2 diabetes

mellitus and its complications. Journal of Diabetes, Metabolic

Disorders & Control, 5(1), 1–7.

https://doi.org/10.15406/jdmdc.2018.05.00130
14. Al-ganimi, A. K. A. (2018). Evaluation of the Relationship between

ABO Blood Groups , Rh Factor and Diabetes Mellitus Type 2.

International Journal of Medical Research & Health Sciences, 7(2319–

5886), 110–114.

15. Albaroodi, K. A., Hatef, Z. S., & Al, B. A. (2019). Association between

ABO blood group and Diabetes Mellitus Association between ABO

blood group and Diabetes Mellitus PhD clinical pharmacy , Pharmacy

Department , Al Safwa University College , Karbala MS . c . Pharmacy

Department , Al Safwa University College , Karbala 56001 , Iraq,

(August).

16. Kadhem, R. C., Farawn, K. D., & Al-Baaj, M. L. A. (2018). Association

of ABO blood groups with diabetes mellitus. Journal of Global Pharma

Technology, 10(7), 192–195.

17. Mohammed, H. R., Kadhim, K. A., Murtadha, H., Rahmah, A. M.,

Hussein, S. A., & Fawzi, H. A. (2017). Correlation between ABO blood

group and Dyslipidemia with Metformin therapy in newly diagnostic

type 2 Diabetes Mellitus. International Journal of ChemTech

Research, 10(4), 77–83.

18. KO, Airhomwanbor., IC, Idehen., SO, Okparaku., EO, Dic-Ijewere., RI,

Ehimare., E, Osabara., LE, Omolumen., ER, Omosun. (2018). Lipid

Profile Variations of the Different ABO Blood Group of Apparently

Healthy Subjects in Ekpoma. Archives of Internal Medicine Research,

01(01), 6–15. https://doi.org/10.26502/aimr.002


19. El-Sayed, M. I. K., & Amin, H. K. (2015). ABO blood groups in

correlation with hyperlipidemia, diabetes mellitus type II, and essential

hypertension. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research,

8(5), 261–268.

20. Vasan, S. K., Rostgaard, K., Ullum, H., Melbye, M., Hjalgrim, H., &

Edgren, G. (2015). ABO blood group and dementia risk - A

Scandinavian record-linkage study. PLoS ONE, 10(6).

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0129115

Anda mungkin juga menyukai