Anda di halaman 1dari 2

URGENSIVITAS PEMIMPIN ISLAM DITENGAH MASYARAKAT

Dalam perspektif islam, setiap orang adalah pemimpin, paling tidak memimpin dirinya sendiri beserta
apa yang berada disekitarnya.

‫كلكم راع و كلكم مسؤل عن رعيته‬

”Setiap orang diantara kamu adalah pemimpin yang bertugas memelihara serta bertanggung jawab
atas kepemimpinannya”

Dari sini, lahir ungkapan yang menyatakan bahwa kepemimpinan bukan keistimewaan, tetapi tanggung
jawab, ia bukan fsilitas, akan tetapi pengorbanan, ia juga bukan leha-leha, tetapi kerja keras, tetapi ia
bukan kesewenangan bertindak, tetapi kewenangan melayani. Kepemimpinan adalah keteladana dan
kepeloporan.

Beberapa agamawan berpandangan tentang kriteria seorang pemimpin yang dipilih tuhan sebagai
pemimpin masyarakat-NYA. Menurut mereka ada empat syarat pokok yang harus terpenuhi yaitu As-
siddiq, Al-Amanah, Al-Fathanah, At-Tabligh. Untuk lebih memperjelas terhadap kriteria yang disebutkan
tadi, akan dipaparkan seorang tokoh yang diagungkan oleh semua agama, lebih-lebih agama samawi, ia
adalah Abraham (Nabi Ibrahim As). Beliau diangkat sebagai pemimpin setelah lulus dalam ujian tuhan.
Ketika rencana pengangkatannya disampaikan, sebagaimana diuraikan dalam Qs. Al-Baqarah : 124,
beliau meminta kepada Allah agar kehormatan ini diperoleh pula oleh keturunannya, tetapi Allah
memberikan batasan terhadap permohonan Nabi Ibrahim dengan berfirman, “Perjanjian-Ku ini tidak
diperoleh oleh orang-orang yang berlaku aniaya”

Sehingga terdapat dua kesimpulan yang bisa diambil dari penjelasan diatas, Pertama : Kepemimpinan
bukan hanya merupakan kontrak social antara sang pemimpin dengan masyarakat, tetapi juga
merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan sang pencipta, atau dengan kata lain kepemimpinan
adalah amanat dari masyarakat dan dari tuhan. Kedua : Kepemimpinan menuntut keadilan, karena
keadilan adalah lawan dari penganiayaan yang dijadikan syarat dari jawaban tuhan diatas.

Dalam literatur agama dinyatakan bahwa pemimpin bagaikan kalbu ditengah anggota badan, aktivitas
akan menjadi baik dengan baiknya kalbu dan buruk dengan buruknya kalbu, masyarakan menjadi baik
karena baiknya pemimpin, dan mereka akan menjadi jahat karena juga kebejatannya. Pemimpin adalah
penegak segala yang roboh, pelurus segala yang bengkok,. Juga merupakan kekuatan bagi seluruh yang
lemah, tempat berlindung semua yang takut.

Pemimpin bagaikan ibu yang sayang dan lemah lembut terhadap buah hatinya, pemimpin juga bagaikan
ayah yang amat kasih terhadap anaknya, berusaha payah buat mereka yang kecil, dan senatiasa
mengajar dan mengayomi hingga ia dewasa. Pemimpin juga harus berada diantara tuhan dan hamba-
hambanya, dia mendengar firman-firman-Nya dan memperdengarkan kepada mereka. Dia melihat Allah
dan memperlihatkan-Nya kepada mereka, dia tunduk kepada Allah dan menundukkan mereka kepada-
Nya.
Terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa seorang pemimpin yang baik dapat berperan lebih
besar dari pada peran kitab suci dalam mendorong masyarakat menuju kejayaan dan mencegah mereka
dari kebinasaan. “Sesungguhnya Allah mendorong dan menghalangi melalui seorang penguasa apa
yang tidak dilakukan-Nya melalui kitab suci” demikian maksud sabda dari Nabi muhammad SAW.

Setiap masyarakat memiliki jati dirinya. Jati diri adalah nilai-nilai yang dihayati oleh anggota masyarakat
serta dapat membentuk kepribadiannya. Tidak akan sukses satu bangsa yang pemimpinnya menyimpang
dari jati diri itu. Kita harus mengenakan baju kita sendiri, karena memakai baju orang lain pastilah tidak
nyaman, dan hal ini bisa menghambat lajunya perjalanan kepemimpinan. Itu sebabnya sekian banyak
bangsa lain yang mendahului bangsa lain dalam kemajuan, akan tetapi karena memakai baju orang lain,
akhirnya tertinggal jauh dibelakang oleh bangsa lain yang memakai bajunya sendiri, walau tadinya
bangsa itu lambat untuk memulai.

Kini, jika banyak yang menilai bahwa masyarakat bangsa kita telah melupakan atau bahkan kehilangan
jati dirinya, maka langkah pertama yang harus dilakukan oleh pemimpinnya adalah mengajak dan
berupaya sekuat kemampuan menemukan kembali dan menyemai jati diri itu.

Dalam al-Qur’an, Tuhan berfirman : “Kami tidak pernah mengutus seorang Rosul, kecuali dengan bahasa
kaumnya” (Qs. Ibrahim : 4). Hal ini dikarenakan suksesnya seorang pemimpin berkaitan erat dengan
kaumnay yang sedang dipimpinnya. Karena itu, jangankan pemimpin biasa, para rosul yang langsung
mendapat bimbingan dari tuhan tidak diurus, kecuali yang mampu memahami bahasa lisan dan pikiran
ummatnya. Dari sini dapat dipahami pula sabda Nabi Muhammad SAW, : “Sebagaimana keadaan kalian,
maka terangkatlah pemimpin kalian” dalam artian pemimpin adalah cerminan masyarakat, pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang bisa memahami aspirasi rakyatnya, Di sisi lain, sabda ini mengandung
makna bahwa pemimpin adalah hasil kehendak/pilihan masyarakat, karena itu harus menerimanya atau
sekurang-kurangnya tidak membencinya, karena mereka adalah produk masyarakat sendiri yang
memilihnya. Kalau pemimpin baik, itu karena masyarakatnya baik, jika sebaliknya, maka itu cerminan
keadaan dan sifat masyarakat yang mereka bina. *)

*)Mahasiswa IQT Semester 3

Anda mungkin juga menyukai