Anda di halaman 1dari 10

ANTIBIOTIKA

2021
Kelompok 9

Nama :

Catherina Aileen Edith Davita (N011191130)

Devhy Mega Utami ( N011191063)

Nur Afwi (N011181342)

Nur Sakinah Yunus (N011181050)


ANTIBIOTIKA

I. DEFINISI BAKTERI DAN PENGGOLONGANNYA


Bakteri merupakan mikroorganisme yang bersifat uniseluler yang
termasuk kelas Schizimycetes. Pada umumnya balteri tidak mempunyai
klorofil, ada beberapa fotopsintetik dan reproduksi aseksual dengan cara
pembelahan baik transversal maupun biner (Djide, 2016). Namun DNA
bakteri berada di dalam sitoplasma, karena bakteri merupakan organisme
prokaritotik (tidak memiliki membran inti sel). DNA ekstrakromosomal
bakteri bergabung menjadi sebuah plasmid yang kecil dan berbentuk sirkuler
(Jawetz, 2004). Ukuran bakteri pada umumnya adalah tidak lebih dari 1,0 µm
dan memiliki tiga bentuk dasar, yaitu bulat (coccus), batang (bacillus), dan
spiral (Dwidjiseputro, 1985).
Bakteri merupakan organisme yang memiliki dinding sel. Oleh karena
itu, jika dikaji dari struktur selnya (kandungan dinding sel), maka bakteri
dikelompokkan ke dalam tumbuhan. Jika dikaji dari kemampuan beberapa sel
bakteri yang bergerak pindah tempat, maka bakteri dikelompokkan ke dalam
hewan. Namun demikian, dalam klasifikasi makhluk hidup dengan sistem 5
(lima) dunia menurut Whittaker pada tahun 1969, bakteri dikelompokkan ke
dalam dunia monera (Boleng, 2015)
Menurut Meganada Hiaranaya Putri, Sukini dan Yodong (2017),
bahwa klasifikasi bakteri dapat didasarkan pada beberapa jenis penggolongan,
misalnya :
Klasifikasi Bakteri Patogen
Prokariota dalam 4 divisi utama, berdasarkan ciri khas dinding selnya
yaitu :
I. Gracilicutes : Bakteri Gram Negatif
II. Firmicutes : Bakteri Gram Positif
III. Tenericutes : Bakteri tanpa dinding sel
IV. Archaebacteria
I, II dan III termasuk kedalam Eubacteria
Klasifikasi Berdasarkan Genetika
Perkembangan-perkembangan dalam biologi molekuler
memungkinkan diperolehnya informasi mengenai kekerabatan organisme-
organisme pada tingkat genetic berdasarkan :
I. Komposisi basa DNA
II. Homologi sekuens DNA dan RNA Ribosoma
III. Pola-pola metabolism stabil yang dikontrol oleh gen
IV. Polimer-polimer pada sel
V. Struktur organel dan pola regulasinya
Klasifikasi Berdasarkan Ekspresi Fenotipe :
I. Morfologi Sel
II. Morfologi Koloni
III. Sifat terhadap pewarnaan
IV. Reaksi pertumbuhan
V. Sifat pertumbuhan
Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Sel :
I. Bentuk bulat (coccus)
II. Bentuk batang
III. Bentuk spiral
IV. Bentuk vibrio
Klasifikasi Terhadap Sifat Pewarnaan :
I. Pewarnaan sederhana
II. Pewarnaan diferensial
III. Pewarnaan khusus
Klasifikasi berdasarkan Sifat Pertumbuhan :
I. Aerob
II. Anaerob
III. Mikroaerofilik
Klasifikasi berdasarkan metabolisme :
I. Bakteri Autotrophic
II. Bakteri Heterotrophic.
II. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK
Antibiotik dapat diklasifikasikan dberdasarkan struktur kimianya,
berdasarkan mekanisme aksinya, dan spektrum aktivitasnya. Selain itu dapat
juga dilekompokkan berdasarkan rute pemberiannya, seperti oral dan topikal.
Tetapi pada umunya paling sering dipakai pengelompokan antibiotik
berdasarkan struktur kimianya. (Etebu dan Arikekpar, 2016)
Berikut ini klasifikasi antibiotik berdasarkan struktur kimianya (Etebu
dan Arikekpar, 2016) :
a. Beta-lactams
Antibiotik jenis ini memiliki cincin 3-karbon dan 1-nitrogen yang
reaktif. Obat jenis ini menghambat sintesis protein esesial pada dinding
sel bakteri, yang akan membunuh bakteri atau menghambat
perumbuhannya. Lebih detailnya, enzim pada bakteri tertentu yang
dinamakan penicillin-binding protein (PBP) bertugas untuk
menghubungkan peptida dalam sintesis peptidoglikan. Obat jenis ini
dapat berikatan dengan enzim PBP dan akan mengganggu sintesis
peptidoglikan menghasilkan lisis sel atau kematian sel (Heesemann,
1993). Obat-obat ini terdiri atas penisilin, cephalosporin, monbactams,
dan carbapenems (Etebu dan Arikekpar, 2016).
Penisilin, merupakan antibioik yang paling pertama ditemukan.
Penisilin ditemukan pada tahun 1929 oleh Alexander Fleming. Penisilin
adalah salah satu grup antibiotik yang terdiri tersendiri yang memiliki
akhiran –silin. Penisilin adalah komponen beta lactam yang memiliki
cincin 6-aminopenicillanic acid dan cincin lainnya (Etebu dan Arikekpar,
2016). Grup obat pensioilin terdiri dari penicillin G, penicillin V,
oxacillin (dicloxacillin), methicillin, nafcillin, ampicillin, amoxicillin,
carbenicillin, piperacillin, mezlocillin and ticarcillin (Boundless, 2016).
Cephalosporin, obat ini memiliki struktur yang mirip dengan
penisilin. Obat jenis ini pertama ditemukan pada tahun 1945 dari fungus
Cephalosporium acremonium. Cephalosporin mermiliki nukleus asam 7-
aminocephalosporanic, dan rantai samping dari obat ini memiliki cincin
3,6-dihydro-2 H-1,3-thiazane. Obat jenis ini digunakan pada pengobatan
infeksi bakteri dan penyakit yang berasal dari bakteri Penicillinase-
producing, Methicillin-susceptible Staphylococci dan Streptococci,
Proteus mirabilis, beberapa Escherichia coli, Klebsiella pneumonia,
Haemophilus influenza, Enterobacter aerogenes dan beberapa bakteri
Neisseria (Pegler and Healy, 2007).
Monobactams adalah antibiotik yang didapatkan dari bakterium
Chromobacterium violaceum. Aztreonam adalah salah satu jenis obat ini.
Aztreonam hanya bekerja pada bakteri gram negatif seperti Pseudomonas
dan Neisseria dan digunakan dalam penanganan pneumonia, dan UTI
(Etebu dan Arikekpar, 2016).
Carbapenems sangat penting dalam menangani infeksi bakteri.
Obat jenis ini dapat menahan aksi hidrolitik dari beta-lactamase enzim
yang ada pada bakteri. Obat jenis ini sangat efektif terhadap bakteri gram
positif. Obat jenis ini adalah antibiotik garis terakhir pada pasien dengan
infeksi bakteri yang sangat parah dan jika dicurigaii adanya bakteri
resisten (Torres et al., 2007).
b. Macrolides
Macrolides memiliki 14- , 15-, atau 16-, cincin laktosa dengan gula
deoksi yang tidak biasa L-cladinose dan D-desosamin terpasang. Obat ini
memiliki spektrum aktivitas antibiotik yang lebih luas dari penisilin dan
biasanya diberikan pada pasien dengan alergi terhadap penisilin (Moore,
2015).
c. Tetracyclines
Tetracyclines berasal dari bakteri Streptomyces. Obat jenis ini
pertama kali ditemukan pada tahun 1945. Obat jenis ini menargetkan
ribosom bakteri, dengan menghambat penambahan asam amino ke rantai
polipeptida saat sintesis protein di organel bakteri. Saat ini obat jenis ini
sudak jarang dipakai karena banyak bakteri yang sudah resisten (Etebu dan
Arikekpar, 2016).
d. Quinolones
Obat ini ditemukan pada awal 1960, dan saat ini telah banyak
derivatif dan sintesis dari obat ini. Obat ini digunakan untuk mengobati
UTI, dan infeksi saluran pernapasan (Etebu dan Arikekpar, 2016).
e. Aminoglycosides
Aminoglycoside mempunyai spektrum aktivitas antibiotik yang
luas. Obat ini berkerja dengan menghambat sintesis protein pada bakteri.
Antibiotik jenis ini efektif pada bakteri gram negatif aerobic, dan beberapa
bakteri gram negatif. Tetapi memiliki toksiksitas yang tinggi (Etebu dan
Arikekpar, 2016).
f. Sulphonamides
Sulphonamides bekerja pada gram positif dan gram negatif seperti
Nocardia, E. coli, Klebsiella, Salmonella, Shigella dan Enterobacter,
Chlamydia trachomatis dan beberapa Protozoa. Obat ini digunakan dalam
pengobatan beberapa infeksi seperti infeksi tonsil, meningitis, dan
beberapa UTI (Etebu dan Arikekpar, 2016). Obat ini juga terbukti
memiliki efek pada sel kanker (Xu et al., 2014).
g. Glicopeptides
Glikopeptida terbuat dari peptida siklik dari 7 asam amino, yang
terikat 2 gula, oleh karena itu dinamakan glikopeptida (Kang dan Park,
2015). Pengikatan antibiotik ke targetnya terjadi melalui pembentukan 5
ikatan hidrogen dengan tulang punggung peptida obat (Etebu dan
Arikekpar, 2016).
h. Oxazolidiones
Mekanisme aksi dari obat ini belum sepenuhnya diketahui, tatepi
obat jenis ini menghambat sistesis protein. Obat ini juga memiliki
spektruk aktivitas antibiotik yang besar pada bakteri gram positif (Etebu
dan Arikekpar, 2016).
III. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA
Mekannisme kerja antibiotik ada 5, yaitu (Etebu dan Arikekpar, 2016). :
1. Inhibitor sintesis dinding sel
2. Menghancurkan struktur atau fungsi membran sel
3. Inhibitor struktur dan fungsi dari asam nukleat
4. Inhibitor sintesis protein
5. Menghambat kunci jalur metabolik
IV. RESEPTOR DAN ENZIM TERKAIT ANTIBIOTIK
a. Enzim endolysin
Endolysin merupakan suatu enzim yang digunakan oleh bakteriofag
untuk mendegradasi dari dalam petidoglikan pada bakteri inang yang
dapat melisis sel bakteri dan mengeluarkan (melepaskan) progeni virion
pada siklus akhir replikasi bakteri. Endoliysin dapat mengakses
petidoglikan dan menghancurkan gram positif bakteri dikarenakan tidak
adanya membran luar pada dinding sel bakteri (Paramita, 2018).
b. Enzim beta lactam
Antibiotik golongan ß-laktam khususnya pada bakteri Gram negatif ialah
dengan diproduksinya enzim ß-laktamase. Enzim ini dapat memecah
cincin ß-laktam sehingga antibiotik tersebut menjadi tidak aktif. Enzim
beta-laktamase disekresi ke rongga periplasma oleh bakteri Gramnegatif
dan ke cairan ekstraselular oleh bakteri Gram-positif (Pratiwi,
2012).
Ada empat mekanisme resistensi bakteri terhadap Penicillin dan juga
obat antibiotik golongan β-Lactam, diantaranya destruksi atau
penghancuran antibiotik oleh enzim β-Lactamase, kegagalan antibiotik
dalam menembus membran luar bakteri Gram negatif untuk mencapai
PBPs3, efflux obat melintasi membran bagian luar dari bakteri Gram
negatif, dan afinitas yang rendah antara antibiotika dan PBPs sasaran.
Destruksi antibiotik golongan β-Lactam oleh enzim β-Lactamase
merupakan mekanisme resistensi yang paling umum dijumpai, dan pada
bakteri Gram negatif, khususnya Pseudomonas aeruginosa sering
bersama dengan mekanisme efflux (Pratiwi, 2012).
c. Enzim kloramfenikol
Antibiotik ini berikatan dengan subunit 50S dari ribosom dan akan
mempengaruhi pengikatan asam amino yang baru pada rantai peptida
karena kloramfenikol menghambat peptidil transferase. Kloramfenikol
bersifat bakteriostatik dan pertumbuhan mikroorganisme akan
berlangsung lagi apabila antibiotik ini menurun. Resistensi bakteri
terhadap kloramfenikol disebabkan bakteri menghasilkan enzim
kloramfenikol asetiltransferase yang dapat merusak aktivitas obat.
Pembentukan enzim ini berada di bawah kontrol plasmid (Sudigdoadi,
2015)
V. EFEK SAMPING DARI ANTIBIOTIKA
Efek samping dari antibiotik biasanya terjadi karena reaksi
hipersensitivitas pada pasien. Hipersensitifitas yang paling sering terjadi
adalah hipersensitifitas terhadap penisilin. Umumnya efek samping yang
terjadi adalah diare, mual, muntah, ruam, dan gangguan gastrointestinal
(Jourdan et al, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Boleng. DT. 2015. Bakteriologi. Malang : Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Malang.
Boundless (2016). Antibiotic Classifications. Boundless microbiology.
https://www.boundless.com/microbiology/textbooks/boundless-
microbiology-textbook/antimicrobial-drugs-13/overview-of-antimicrobial-
therapy-153/antibiotic-classifications-775-4905/. Accessed September 13,
2016.
Djide,MN. Sartini. 2016. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makassar:
Lembaga penerbit Unhas
Dwidjoseputro, D. 1985. Dasar –Dasar Mikrobiologi. PT Penerbit Djambatan
press: Jakarta.
Etebu, E., & Arikekpar, I. (2016). Antibiotics: Classification and mechanisms of
action with emphasis on molecular perspectives. International Journal of
Applied Microbiology and Biotechnology Research 4(2016) 90-101. ISSN
2053-1818
Heesemann J. (1993). Mechanisms of resistance to beta-lactam antibiotics.
Infection. 21(1):S4-9.
Jawetz., Mellnick., dan Adelberg’s. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23.
EGC Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Jourdan, A., Sangha, B., Kim, E., Nawaz, S., Malik, V., Vij, R., & Sekhsaria, S.
(2020). Antibiotic hypersensitivity and adverse reactions: management and
implications in clinical practice. Allergy, asthma, and clinical immunology :
official journal of the Canadian Society of Allergy and Clinical
Immunology, 16, 6. https://doi.org/10.1186/s13223-020-0402-x
Kang H-K. & Park Y. (2015). Glycopeptide antibiotics: Structure and mechanism
of action. J. Bacteriol. Virol. 45(2):67-78.
Moore D. (2015). Antibiotic Classification and Mechanism.
http://www.orthobullets.com/basic-science/9059/antibiotic-classification-
and-mechanism. Accessed on September, 1 2016.
Paramita, N.G., 2018. Penggunaan Enzim Endolysin sebagai Antibakteri untuk
Menghilangkan resisten Bakteri. Farmaka, 16(2), pp.22-27.
Pegler S. & Healy B. (2007). In patients allergic to penicillin, consider second and
third generation cephalosporins for life threatening infections. BMJ.
335(7627): 991.
Pratiwi, RH. 2012. Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik.
Jurnal Pro-Life Vol.4 No.3
Putri, MH. Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia dan Kesehatan. Jakarta
Sudigdoadi, S., 2015. Mekanisme Timbulnya Resistensi antibiotik Pada Infeksi
Bakteri. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran. Bandung: Universitas
Padjajaran
Torres J. A., Villegas M. V. & Quinn J. P. (2007). Current concepts in antibiotic-
resistant gram-negative bacteria. Expert Rev. Anti. Infect. Ther. 5:833-843.
Xu F., Xu H., Wang X., Zhang L., Wen Q., Zhang Y. & Xu W. (2014). Discovery
of N-(3-(7H-purin-6-yl)thio)-4-hydroxynaphthalen-1-yl)-sulfonamid
derivatives as novel protein kinase and angiogenesis inhibitors for the
treatment of cancer: synthesis and biological evaluation. Part III. Bioorg.
Med. Chem. 22(4):1487-1495.

Anda mungkin juga menyukai