Bakteri merupakan mikroorganisme yang bersifat uniseluler yang termasuk kelas Schizimycetes. Pada umumnya balteri tidak mempunyai klorofil, ada beberapa fotopsintetik dan reproduksi aseksual dengan cara pembelahan baik transversal maupun biner (Djide, 2016). Namun DNA bakteri berada di dalam sitoplasma, karena bakteri merupakan organisme prokaritotik (tidak memiliki membran inti sel). DNA ekstrakromosomal bakteri bergabung menjadi sebuah plasmid yang kecil dan berbentuk sirkuler (Jawetz, 2004). Ukuran bakteri pada umumnya adalah tidak lebih dari 1,0 µm dan memiliki tiga bentuk dasar, yaitu bulat (coccus), batang (bacillus), dan spiral (Dwidjiseputro, 1985). Bakteri merupakan organisme yang memiliki dinding sel. Oleh karena itu, jika dikaji dari struktur selnya (kandungan dinding sel), maka bakteri dikelompokkan ke dalam tumbuhan. Jika dikaji dari kemampuan beberapa sel bakteri yang bergerak pindah tempat, maka bakteri dikelompokkan ke dalam hewan. Namun demikian, dalam klasifikasi makhluk hidup dengan sistem 5 (lima) dunia menurut Whittaker pada tahun 1969, bakteri dikelompokkan ke dalam dunia monera (Boleng, 2015) Menurut Meganada Hiaranaya Putri, Sukini dan Yodong (2017), bahwa klasifikasi bakteri dapat didasarkan pada beberapa jenis penggolongan, misalnya : Klasifikasi Bakteri Patogen Prokariota dalam 4 divisi utama, berdasarkan ciri khas dinding selnya yaitu : I. Gracilicutes : Bakteri Gram Negatif II. Firmicutes : Bakteri Gram Positif III. Tenericutes : Bakteri tanpa dinding sel IV. Archaebacteria I, II dan III termasuk kedalam Eubacteria Klasifikasi Berdasarkan Genetika Perkembangan-perkembangan dalam biologi molekuler memungkinkan diperolehnya informasi mengenai kekerabatan organisme- organisme pada tingkat genetic berdasarkan : I. Komposisi basa DNA II. Homologi sekuens DNA dan RNA Ribosoma III. Pola-pola metabolism stabil yang dikontrol oleh gen IV. Polimer-polimer pada sel V. Struktur organel dan pola regulasinya Klasifikasi Berdasarkan Ekspresi Fenotipe : I. Morfologi Sel II. Morfologi Koloni III. Sifat terhadap pewarnaan IV. Reaksi pertumbuhan V. Sifat pertumbuhan Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Sel : I. Bentuk bulat (coccus) II. Bentuk batang III. Bentuk spiral IV. Bentuk vibrio Klasifikasi Terhadap Sifat Pewarnaan : I. Pewarnaan sederhana II. Pewarnaan diferensial III. Pewarnaan khusus Klasifikasi berdasarkan Sifat Pertumbuhan : I. Aerob II. Anaerob III. Mikroaerofilik Klasifikasi berdasarkan metabolisme : I. Bakteri Autotrophic II. Bakteri Heterotrophic. II. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK Antibiotik dapat diklasifikasikan dberdasarkan struktur kimianya, berdasarkan mekanisme aksinya, dan spektrum aktivitasnya. Selain itu dapat juga dilekompokkan berdasarkan rute pemberiannya, seperti oral dan topikal. Tetapi pada umunya paling sering dipakai pengelompokan antibiotik berdasarkan struktur kimianya. (Etebu dan Arikekpar, 2016) Berikut ini klasifikasi antibiotik berdasarkan struktur kimianya (Etebu dan Arikekpar, 2016) : a. Beta-lactams Antibiotik jenis ini memiliki cincin 3-karbon dan 1-nitrogen yang reaktif. Obat jenis ini menghambat sintesis protein esesial pada dinding sel bakteri, yang akan membunuh bakteri atau menghambat perumbuhannya. Lebih detailnya, enzim pada bakteri tertentu yang dinamakan penicillin-binding protein (PBP) bertugas untuk menghubungkan peptida dalam sintesis peptidoglikan. Obat jenis ini dapat berikatan dengan enzim PBP dan akan mengganggu sintesis peptidoglikan menghasilkan lisis sel atau kematian sel (Heesemann, 1993). Obat-obat ini terdiri atas penisilin, cephalosporin, monbactams, dan carbapenems (Etebu dan Arikekpar, 2016). Penisilin, merupakan antibioik yang paling pertama ditemukan. Penisilin ditemukan pada tahun 1929 oleh Alexander Fleming. Penisilin adalah salah satu grup antibiotik yang terdiri tersendiri yang memiliki akhiran –silin. Penisilin adalah komponen beta lactam yang memiliki cincin 6-aminopenicillanic acid dan cincin lainnya (Etebu dan Arikekpar, 2016). Grup obat pensioilin terdiri dari penicillin G, penicillin V, oxacillin (dicloxacillin), methicillin, nafcillin, ampicillin, amoxicillin, carbenicillin, piperacillin, mezlocillin and ticarcillin (Boundless, 2016). Cephalosporin, obat ini memiliki struktur yang mirip dengan penisilin. Obat jenis ini pertama ditemukan pada tahun 1945 dari fungus Cephalosporium acremonium. Cephalosporin mermiliki nukleus asam 7- aminocephalosporanic, dan rantai samping dari obat ini memiliki cincin 3,6-dihydro-2 H-1,3-thiazane. Obat jenis ini digunakan pada pengobatan infeksi bakteri dan penyakit yang berasal dari bakteri Penicillinase- producing, Methicillin-susceptible Staphylococci dan Streptococci, Proteus mirabilis, beberapa Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Haemophilus influenza, Enterobacter aerogenes dan beberapa bakteri Neisseria (Pegler and Healy, 2007). Monobactams adalah antibiotik yang didapatkan dari bakterium Chromobacterium violaceum. Aztreonam adalah salah satu jenis obat ini. Aztreonam hanya bekerja pada bakteri gram negatif seperti Pseudomonas dan Neisseria dan digunakan dalam penanganan pneumonia, dan UTI (Etebu dan Arikekpar, 2016). Carbapenems sangat penting dalam menangani infeksi bakteri. Obat jenis ini dapat menahan aksi hidrolitik dari beta-lactamase enzim yang ada pada bakteri. Obat jenis ini sangat efektif terhadap bakteri gram positif. Obat jenis ini adalah antibiotik garis terakhir pada pasien dengan infeksi bakteri yang sangat parah dan jika dicurigaii adanya bakteri resisten (Torres et al., 2007). b. Macrolides Macrolides memiliki 14- , 15-, atau 16-, cincin laktosa dengan gula deoksi yang tidak biasa L-cladinose dan D-desosamin terpasang. Obat ini memiliki spektrum aktivitas antibiotik yang lebih luas dari penisilin dan biasanya diberikan pada pasien dengan alergi terhadap penisilin (Moore, 2015). c. Tetracyclines Tetracyclines berasal dari bakteri Streptomyces. Obat jenis ini pertama kali ditemukan pada tahun 1945. Obat jenis ini menargetkan ribosom bakteri, dengan menghambat penambahan asam amino ke rantai polipeptida saat sintesis protein di organel bakteri. Saat ini obat jenis ini sudak jarang dipakai karena banyak bakteri yang sudah resisten (Etebu dan Arikekpar, 2016). d. Quinolones Obat ini ditemukan pada awal 1960, dan saat ini telah banyak derivatif dan sintesis dari obat ini. Obat ini digunakan untuk mengobati UTI, dan infeksi saluran pernapasan (Etebu dan Arikekpar, 2016). e. Aminoglycosides Aminoglycoside mempunyai spektrum aktivitas antibiotik yang luas. Obat ini berkerja dengan menghambat sintesis protein pada bakteri. Antibiotik jenis ini efektif pada bakteri gram negatif aerobic, dan beberapa bakteri gram negatif. Tetapi memiliki toksiksitas yang tinggi (Etebu dan Arikekpar, 2016). f. Sulphonamides Sulphonamides bekerja pada gram positif dan gram negatif seperti Nocardia, E. coli, Klebsiella, Salmonella, Shigella dan Enterobacter, Chlamydia trachomatis dan beberapa Protozoa. Obat ini digunakan dalam pengobatan beberapa infeksi seperti infeksi tonsil, meningitis, dan beberapa UTI (Etebu dan Arikekpar, 2016). Obat ini juga terbukti memiliki efek pada sel kanker (Xu et al., 2014). g. Glicopeptides Glikopeptida terbuat dari peptida siklik dari 7 asam amino, yang terikat 2 gula, oleh karena itu dinamakan glikopeptida (Kang dan Park, 2015). Pengikatan antibiotik ke targetnya terjadi melalui pembentukan 5 ikatan hidrogen dengan tulang punggung peptida obat (Etebu dan Arikekpar, 2016). h. Oxazolidiones Mekanisme aksi dari obat ini belum sepenuhnya diketahui, tatepi obat jenis ini menghambat sistesis protein. Obat ini juga memiliki spektruk aktivitas antibiotik yang besar pada bakteri gram positif (Etebu dan Arikekpar, 2016). III. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA Mekannisme kerja antibiotik ada 5, yaitu (Etebu dan Arikekpar, 2016). : 1. Inhibitor sintesis dinding sel 2. Menghancurkan struktur atau fungsi membran sel 3. Inhibitor struktur dan fungsi dari asam nukleat 4. Inhibitor sintesis protein 5. Menghambat kunci jalur metabolik IV. RESEPTOR DAN ENZIM TERKAIT ANTIBIOTIK a. Enzim endolysin Endolysin merupakan suatu enzim yang digunakan oleh bakteriofag untuk mendegradasi dari dalam petidoglikan pada bakteri inang yang dapat melisis sel bakteri dan mengeluarkan (melepaskan) progeni virion pada siklus akhir replikasi bakteri. Endoliysin dapat mengakses petidoglikan dan menghancurkan gram positif bakteri dikarenakan tidak adanya membran luar pada dinding sel bakteri (Paramita, 2018). b. Enzim beta lactam Antibiotik golongan ß-laktam khususnya pada bakteri Gram negatif ialah dengan diproduksinya enzim ß-laktamase. Enzim ini dapat memecah cincin ß-laktam sehingga antibiotik tersebut menjadi tidak aktif. Enzim beta-laktamase disekresi ke rongga periplasma oleh bakteri Gramnegatif dan ke cairan ekstraselular oleh bakteri Gram-positif (Pratiwi, 2012). Ada empat mekanisme resistensi bakteri terhadap Penicillin dan juga obat antibiotik golongan β-Lactam, diantaranya destruksi atau penghancuran antibiotik oleh enzim β-Lactamase, kegagalan antibiotik dalam menembus membran luar bakteri Gram negatif untuk mencapai PBPs3, efflux obat melintasi membran bagian luar dari bakteri Gram negatif, dan afinitas yang rendah antara antibiotika dan PBPs sasaran. Destruksi antibiotik golongan β-Lactam oleh enzim β-Lactamase merupakan mekanisme resistensi yang paling umum dijumpai, dan pada bakteri Gram negatif, khususnya Pseudomonas aeruginosa sering bersama dengan mekanisme efflux (Pratiwi, 2012). c. Enzim kloramfenikol Antibiotik ini berikatan dengan subunit 50S dari ribosom dan akan mempengaruhi pengikatan asam amino yang baru pada rantai peptida karena kloramfenikol menghambat peptidil transferase. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan pertumbuhan mikroorganisme akan berlangsung lagi apabila antibiotik ini menurun. Resistensi bakteri terhadap kloramfenikol disebabkan bakteri menghasilkan enzim kloramfenikol asetiltransferase yang dapat merusak aktivitas obat. Pembentukan enzim ini berada di bawah kontrol plasmid (Sudigdoadi, 2015) V. EFEK SAMPING DARI ANTIBIOTIKA Efek samping dari antibiotik biasanya terjadi karena reaksi hipersensitivitas pada pasien. Hipersensitifitas yang paling sering terjadi adalah hipersensitifitas terhadap penisilin. Umumnya efek samping yang terjadi adalah diare, mual, muntah, ruam, dan gangguan gastrointestinal (Jourdan et al, 2020). DAFTAR PUSTAKA Boleng. DT. 2015. Bakteriologi. Malang : Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Boundless (2016). Antibiotic Classifications. Boundless microbiology. https://www.boundless.com/microbiology/textbooks/boundless- microbiology-textbook/antimicrobial-drugs-13/overview-of-antimicrobial- therapy-153/antibiotic-classifications-775-4905/. Accessed September 13, 2016. Djide,MN. Sartini. 2016. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Lembaga penerbit Unhas Dwidjoseputro, D. 1985. Dasar –Dasar Mikrobiologi. PT Penerbit Djambatan press: Jakarta. Etebu, E., & Arikekpar, I. (2016). Antibiotics: Classification and mechanisms of action with emphasis on molecular perspectives. International Journal of Applied Microbiology and Biotechnology Research 4(2016) 90-101. ISSN 2053-1818 Heesemann J. (1993). Mechanisms of resistance to beta-lactam antibiotics. Infection. 21(1):S4-9. Jawetz., Mellnick., dan Adelberg’s. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23. EGC Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta. Jourdan, A., Sangha, B., Kim, E., Nawaz, S., Malik, V., Vij, R., & Sekhsaria, S. (2020). Antibiotic hypersensitivity and adverse reactions: management and implications in clinical practice. Allergy, asthma, and clinical immunology : official journal of the Canadian Society of Allergy and Clinical Immunology, 16, 6. https://doi.org/10.1186/s13223-020-0402-x Kang H-K. & Park Y. (2015). Glycopeptide antibiotics: Structure and mechanism of action. J. Bacteriol. Virol. 45(2):67-78. Moore D. (2015). Antibiotic Classification and Mechanism. http://www.orthobullets.com/basic-science/9059/antibiotic-classification- and-mechanism. Accessed on September, 1 2016. Paramita, N.G., 2018. Penggunaan Enzim Endolysin sebagai Antibakteri untuk Menghilangkan resisten Bakteri. Farmaka, 16(2), pp.22-27. Pegler S. & Healy B. (2007). In patients allergic to penicillin, consider second and third generation cephalosporins for life threatening infections. BMJ. 335(7627): 991. Pratiwi, RH. 2012. Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik. Jurnal Pro-Life Vol.4 No.3 Putri, MH. Sukini, Yodong. 2017. Mikrobiologi. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia dan Kesehatan. Jakarta Sudigdoadi, S., 2015. Mekanisme Timbulnya Resistensi antibiotik Pada Infeksi Bakteri. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran. Bandung: Universitas Padjajaran Torres J. A., Villegas M. V. & Quinn J. P. (2007). Current concepts in antibiotic- resistant gram-negative bacteria. Expert Rev. Anti. Infect. Ther. 5:833-843. Xu F., Xu H., Wang X., Zhang L., Wen Q., Zhang Y. & Xu W. (2014). Discovery of N-(3-(7H-purin-6-yl)thio)-4-hydroxynaphthalen-1-yl)-sulfonamid derivatives as novel protein kinase and angiogenesis inhibitors for the treatment of cancer: synthesis and biological evaluation. Part III. Bioorg. Med. Chem. 22(4):1487-1495.