“TEORI BEHAVIORISTIK”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
BANYUWANGI
Nopember 2020
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
Bab I
Pendahuluan
Maka dari itu, perlu adanya aliran psikologi behavioristik ini dalam
suatu proses belajar mengajar di dalam kelas. Bukan hanya di dalam kelas
saja tetapi juga penting di luar lingkungan kelas, agar kita tahu,
bahwasannya aliran psikologi behavioristik ini dapat membentuk suatu
karakter melalui pendekatan tingkah laku.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan behavioristik ?
2. Siapa tokoh – tokoh aliran psikologi behavioristik ?
3. Apa saja teori – teori pendekatan behavioristik ?
4. Apa ciri – ciri pendekatan behavioristik ?
5. Apa implikasi psikologi behavioristik dalam pendidkan ?
5
Bab II
Pembahasan
2.1 Pendekatan Behavioristik
6
2.2 Tokoh - tokoh Psikologi Behavioristik
1. John Watson (1878-1958)
John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari
1878 dan wafat di New York pada tanggal 25 September 1958. Ia
mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar
Ph.D pada tahun 1903denhgan disertasi berjudul “Animal Education”.
Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan
tentang psikologi binatang. Pada tahun 1908 , ia menjadi professor dalam
psikologi eksperimental dan psikologi komparatif di John Hopkins
University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur laboratorium
psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan
universitasdan bekerja dalam bidang psiklogi konsumen.
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika
Serikat. Tokoh ini telah menorehkan karyanya yang ditulis dalam sebuah
buku yang berjudul “Psychology as the Behaviourist view it” tahun 1913.
Dalam karyanya ia mengatakan sebuah teori bahwa psikologi haruslah
menjadi ilmu yang objektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya
kesadaran yang diteliti melaliu metode intropeksi. Selain itu ia mengatakan
bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau
ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan ketat pada
penyelidikan-penyelidikan tentang tingkah laku yang nyata saja.
John Watson menekankan pentingnya pendidikan dalam
perkembangan tingkah laku. Ia percaya bahwa dengan memberikan
kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat
seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan
pernyataan ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut ,dengan
mengatakan “berikan kepada saya 10 anak maka akan saya jadikan 10
anak itu sesuai kehendak saya”.
2. Ivan Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September
1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 februari 1936. Keluarganya
7
mengharapkannya menjadi seorang pendeta, sehingga ia bersekolah di
Seminari Teologi. Setelah membaca karya Charles Darwin ia menyadari
bahwa ia lebih banyak peduli untuk pencarian ilmiah sehingga ia
meninggalkan seminari ke Universitas St.Petersburg.Disana ia belajar
kimia dan fisiologi , dan menerima gelar doctor pada 1879. Ia sebenarnya
bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi,
karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatic.
Eksperimen Pavlov yang terkenal di bidang psikologi dimulai ketika
ia melakukan studi tentang pencernaan yang disebut dengan teori Clasical
Conditioning. Menurut teori ini ,ketika makanan diikutsertakan dengan bel
maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama ,yaitu keluarnya
liur dari si anjing percobaan. Hasil karya ini bahkan menghantarkannya
menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu teori ini merupakan dasar bagi
perkembangan aliran behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar bagi
penelitian mengenai proses belajar & pengembangan teori-teori tentang
belajar.
3. B.F. Skinner (1904-1990)
Burrhus Frederic Skinnner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania, pada tahun 1904 dan wafat pada tahun 1990
setelah terserang penyakit leukemia. Skinner mendapat gelar Bachelor di
Inggris dan berharap bahwa dirinya dapat menjadi penulis. Pada tahun
1931 , Skinner menyelesaikan sekolahnya dan memperoleh gelar sarjana
psikologi dari Harvard University. Setahun kemudian ia juga memperoleh
gelar Ph.D untuk bidang yang sama.Skinner adalah salah satu psikolog
yang tidak sependapat dengan Freud. Menurut Skinner meneliti
ketidaksadaran dan motif tersembunyi adalah suatu hal yang percuma
karena sesuatu yang dapat diteliti adalah sesuatu yang
tampak/terlihat.Skinner memfokuskan penelitian tentang perilaku. Dia
percaya bahwa perkembangan kepribadian seseorang akibat dari respond
terhadap adanya kejadian eksternal. Bagi Skinner hal yang paling penting
untuk membentuk kepribadian seseorang adalah melalui Reward dan
8
Punishment. Pendapat ini tentu saja amat mengabaikan unsur-unsur
seperti emosi , pikiran dan kebebasan untuk memilih sehingga Skinner
menerima banyak kritik.
4. Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Edward Lee Thorndike lahir pada 31 Agustus 1874 di Williamsburg ,
Massachusetts dan meninggal pada 9 Agustus 1949. Pada awalnya , ia
tidak menyukai kursus psikologi pertamanya. Ketertarikannya pada
psikologi tumbuh setelah membaca buku klasik “The Prrinciples of
Psychology” oleh William James. Ketika dia lulus dari Wesleyan
University pada 1895 dengan gelar sarjana ilmu alam,dia melanjutkan ke
Universitas Harvard untuk belajar sastra Inggris dan Prancis. Selama
semester pertamanya,dia mengambil kursus psikologi yang diajar oleh
William James dan di trimester keduanya , dia memutuskan untuk lebih
berkonsentrasi pada psikologi. Dia kemudian pindah ke universitas
Columbia dimana dia belajar di bawah pengawasan psikolog james
McKeeen cattell. Setelah mendapatkan gelar Ph.D. dari Columbia pada
1898,Thorndike mendapatkan posisi sebagai asisten professor pedagogy at
case western reserve university.dia lalu mengambil pekerjaan sebagai
professor psikologi di teacher college at Columbia university,dimana dia
akan melanjutkan mengajar sampai akhir karirnya.
Menurut Thorndike , belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar, seperti pikiran,perasaan atau hal-hal lain yan dapat ditangkap
melalui panca indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,perasaan atau
tindakan. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan
pengukuran ,tetapi tidak bisa menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Teori ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin,2000).
Ada 3 hukum belajar yang utama , yakni (1) hukum efek , (2) hukum
latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell,Gredler,1991).
9
5. Clark Leonard Hull (1884-1952)
Clark Hull adalah Psikolog Amerika yang berpengaruh yang
menjelaskan tentang motivasi dan belajar oleh hukum alam dari behavior.
Lahir di Akron di sebelah selatan New York . Hull mendapat gelar sarjana
dan masternya dari Universitas Michigan ,dan selama tahun 1918
mendapatkan gelar Ph.D. dari Universitas Winconsin-Madison dimana dia
juga mengajar dari 1916 sampai 1929. Penelitian Doktoralnya yang
bejudul “Aspek Kuantitatif dari Konsep Evolusi” yang dipublikasikan di
Monograf Psikologi.
Hull menghabiskan bagian dewasa dari karirnya di Yale University
dimana dia direkrut oleh presiden dan psikolog kawakan, James Rowland
Angel. Dia menampilkan demonstrasi penelitian bahwa teorinya dapat
memprediksi kelakuan. Pekerjaan signifikannya adalah Mathematico-
Deductive Theory of Rote Learning (1940) dan Principles of Behavior
(1943), yang mana membuat analisisnya dari mempelajari hewan dan
kondisi sebagai teori belajar dominan. Clark Hull juga menggunakan
variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan
pengertian belajar.
Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin.
Bagi Hull seperti halnya teori evolusi ,semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama agar organisme tetap bertahan hidup.
6. Edwin Ray Guthrie (1886-1959)
Edwin guthrie adalah seorang filsafati ,matematikawan ,dan kemudian
menjadi psikolog behavior. Guthrie mendapatkan gelar sarjana matematika
dan gelar master filsafat dari Universitas nebraska .Dia mendapatkan gelar
Ph.D. nya di filsafat di University of Pennysylvania (1912). Dia mengajar
matematika di sekolah tinggi sampai dia ditawari posisi sebagai profesor
filsafat di University of Washington (1914).
Di 1919 Guthrie pindah dari filosofi ke Departemen Psikologi. Dia
kemudian menjadi dekan graduate school pada 1943 dan presiden dari
American Psychological Assiciation (1945).(Clark,2005).
10
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu
gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan ,pada waktu
timbul kembali cenderung diikuti oleh gerakan yang sama
(Bell, Gredler, 1991).
11
Sama halnya apabila eksperimen tersebut di aplikasikan pada proses
pembelajaran. Guru akan memberikan tugas kepada siswa untuk
membiasakan contoh materi yang diberikan oleh guru. Dan apabila siswa
tersebut dapat mengaplikasikan contoh tersebut dan dapat menjadikan
kebiasaan dalam perilakunya, guru akan memberikan penghargaan kepada
siswa tersebut. Perintah tersebut diulang hingga beberapa kali tugas, hingga
siswa tersebut benar-benar dapat membiasakan contoh tersebut tanpa
diberikan penghargaan kembali.
12
2) Apabila pada organisme adanya kesiapan untuk melakukan sesuatu
aktivitas, tetapi organisme itu tidak dapat melakukannya, maka
organisme itu akan mengalami kekecewaan atau frustasi.
3) Apabila organisme itu tidak mempunyai kesiapan untuk melakukan atau
aktivitas, tetapi disuruh melakukannya, maka hal tersebut akan
menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.
13
a. Memusatkan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik.
b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment.
c. Perumusan prosedur treatment yang spesifin yang sesuai dengan masalah.
d. Penaksiran obyektif atas hasil-hasil terapi.
14
Maka orang yang mempunyai akhlak terpuji adalah orang yang tetap
kecenderungannya kepada hal yang baik dan orang yang mempunyai akhlak
tecela adalah orang yang tetap kecenderungannya kepada hal yang buruk
pula.
Sedangkan pembelajaran dengan pendekatan behavioristik merupakan
cara belajar dengan cara siswa memerankan atau mendemonstrasikan atau
mempraktekkan contoh salah satu akhlak terpuji terutama sikap ikhlas
setelah guru menjelaskan tentang materi akhlak terpuji sikap ikhlas.
Melalui pendekatan behavioristik, siswa dapat melatih dirinya untuk
mengingat isi bahan yang akan di perankan. Dengan siswa dapat memahami
dan menghayati isi bahan yang diperankan, siswa dapat mendorong dirinya
untuk berlatih sikap terpuji kepada sesama teman, keluarga, guru, ataupun
masyarakat.
Pembelajaran dengan pendekatan behavioristik menyajikan dalam
bentuk modelling, mungkin hampir sama dengan pembelajaran role playing.
Akan tetapi, dalam pendekatan behavioristik ini siswa dituntut untuk lebih
memahami peran dan jik mereka gagal maka mendapatkan hukuman dan
jika mereka berhasil maka mereka mendapatkan hadiah. Peran tersebut terus
di ulang hingga mereka benar-benar faham dan mengerti sikap apa yang
mereka perankan.
Pendekatan ini berpusat pada siswa, membuat siswa berlatih dan
memahami isi pembelajaran yaitu tentang akhlak terpuji materi sikap ikhlas.
Siswa Sekolah Dasar (SD) tahap berfikirnya masih operasioanal konkrit dan
lebih cenderung bermain dan mendapatkan hadiah daripada belajar yang
lebih serius dan menegangkan. Pendekatan ini dapat menyalurkan hobi
bermain mereka sekaligus dapat membuat siswa belajar. Materi juga mudah
untuk dipahami, karena disajikan dalam bentuk modelling atau berperan
atau mempraktekkan. Jadi siswa tidak merasa bosan untuk memahami isi
materi.
Pembelajaran akhlak yang menyenangkan dan disajikan dengan
penyajian yang baru dan masih asing bagi mereka akan lebih meningkatkan
15
akhlak mereka. Pembelajaran menggunakan pendekatan behavioristik jarang
sekali digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi. Sehingga
diharapkan melalui pendekatan yang menyenangkan ini siswa dapat lebih
meningkatkan akhlak mereka dalam kehidupan sehari-hari.
16
Bab III
Penutup
17
Daftar Pustaka
Gerald Corey, 1997, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT.
ERESCO
Purwa Atmaja, 2011, Psikologi Pendidikan dalam Perpektif Baru, Jakarta : Ar-
Ruzz Media
18