Anda di halaman 1dari 28

PRAKTIKUM KROMATOGRAFI

PERCOBAAN 3. KROMATOGRAFI KOLOM

DARING

PEMISAHAN ANTRAKINON DARI EKSTRAK DAUN BINAHONG

Ari Cahyo Hermawan

19105011001

Kelas A1

Kelompok IA

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMESTER GENAP 2020/2021
2021
A. TUJUAN
Mempelajari pengaruh fase gerak terhadap proses pemisahan senyawa-senyawa dalam
suatu sampel multikomponen yang digunakan pada analisis kualitatif (identifikasi) dan
kuantitatif sediaan obat
B. DASAR TEORI
Pada dasarnya kromatografi kolom adalah pemisahan komponen komponen dalam
sampel dengan cara mengalirkan sampel melewati suatu kolom. Sampel dalam hal ini
dibawa oleh carrier atau fase gerak (mobilephase). Sedangkan kolom berisi suatu bahan
yang disebut fase diam(stationary phase) yang berfungsi memisahkan komponen-komponen
sampel. (Nur ,fitria 2014).
Binahong atau Anredera cordifolia (Ten.) Steenis merupakan tanaman yang memiliki
nama genus Anredera dan tergolong Famili Basellaceae. Tumbuhan ini sering digunakan
oleh masyarakat sebagai obat tradisional, diantaranya untuk menyembuhkan luka bakar,
luka setelah operasi, rematik, asam urat, pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke,
wasir, radang usus. Kandungan Kimia Anredera cordifolia (Ten.) Steenis pada penelitian
sebelumnya telah dilaporkan bahwa terdapat kandungan metabolit skunder jenis flavonoid,
alkaloid, polifenol, triterpenoid, saponin (Rochani., 2009). Menurut Tshikalange dkk.
(2004) daun binahong mengandung flavonoid, alkaloid, Saponin, dan glikosida. (Lina,R)
Antrakuinon merupakan golongan dari senyawa glikosida termasuk turunan kuinon.
Antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik leleh tinggi, dan larut dalam pelarut
organik dan basa. Antrakuinon mudah terhidrolisis. Senyawa antrakuinon dan turunannya
seringkali berwarna kuning sampai merah sindur (oranye). Untuk identifikasi senyawa
antrakuinon digunakan reaksi Borntraeger. Semua antrakuinon memberikan warna reaksi
yang khas dengan reaksi Borntraeger. Jika larutan ditambah dengan ammonia maka larutan
tersebut akan berubah warna menjadi merah untuk antrakuinon dan kuning untuk antron dan
diantron. Antron adalah bentuk antrakuinon yang kurang teroksigenasi dari antrakuinon,
sedangkan diantron terbentuk dari dua unit antron. Struktur kimia antrakuinon bisa dilihat
pada Gambar 1 (Setyawaty ,2014).
Gambar 1. Struktur kimia antrakuinon

C. METODE PERCOBAAN
ALAT :
Klem & statif kapas

Kolom pipa kapiler

Pengaduk kaca chamber

Pipet tetes plat kromatografi

Beakerglass erlenmeyer

Cawan porselen vial

BAHAN :

Silica gel 60 (fase diam )

Rivanol

Riboflavin

diklorometan : metanol (99:1) (fase gerak)

Bahan simplisia dari daun binahong

CARA KERJA

1. Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong


Di blender herba kering daun Binahong sehingga menjadi serbuk

dilakukan pengujian kadar air serbuk daun binahong hingga diperoleh kadar air di bawah
5%

ditimbang sebanyak 500 gram serbuk yang di dapat

ditambah 2,5 L etil asetat dimixer selama 3 jam dengan kecepatan 400 rpm

dimaserasi (direndam) selama 24 jam pada suhu kamar

Penyarian dilakukan sampai zat aktif yang terkandung dalam daun binahong tersari


penyarian dilakukan lagi sebanyak 1 x dengan pelarut 1,5 L. Maserat yang didapat
disaring dengan menggunakan corong Buchner hingga diperoleh maserat I-II

filtrat digabung menjadi satu lalu diuapkan di udara terbuka sehingga diperoleh ekstrak
kental.

2. Uji Antrakinon
Uji keberadaan antrakinon dilakukan dengan cara 1 gram ekstrak dididihkan selama 2
menit dengan 10 ml KOH 0,5 N dan 1ml larutan hydrogen peroksida.

Setelah dingin, suspense disaring dengan kapas, kemudian diambil 5 ml filtrat ditambah
dengan 10 tetes asam asetat glacial sampai pH 5

ditambahkan 10 ml toluene, dan akan terbentuk 2 lapisan

lapisan atas sebanyak 5 ml dipisahkan dengan dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi

ditambah KOH 0,5 N. Warna merah yang terjadi pada lapisan air (basa) menunjukkan
adanya senyawa antrakinon
3. Skrining Fitokimia dengan Metode Kromatografi
Dimasukkan sedikit kapas kedalam kolom, dorong kapas dengan bantuan alat hingga
ke ujung kolom lalu padatkan dan rapikan kapas.

Fase diam (Silica gel 60) dibasahi terlebih dahulu menggunakan fase gerak sampai
berbentuk seperti bubur.

Dimasukkan fase diam dan fase gerak kedalam kolom kromatografi, dibersihkan fase
diam yang masih berada di beakerglass menggunakan fase gerak dilakukan terus
menerus hingga beakerglass bersih.

Dimasukkan fase gerak hingga sedikit melebihi batas fase diam yang terdapat di dalam
kolom.

Dimasukkan cairan sampel ke dalam kolom, cairan dimasukkan sedikit demi sedikit
menggunakan pipet tetes melalui dinding kolom.

Diturunkan cairan melalui bawah kolom hingga batas sampel yang dimasukkan.

Ditambahkan fase gerak dengan bantuan corong, dilakukan sedikit demi sedikit melalui
dinding kolom.

Cairan dikeluarkan melalui bawah kolom dan ditampung ke dalam Erlenmeyer

Ditambah terus menerus fase gerak hingga sampel berada di bagian bawah kolom
kromatografi.

Dipindahkan masing-masing cairan yang ada didalam Erlenmeyer kedalam vial kosong.

Dilakukan penotolan pada plat kromatografi yang sudah diberi tanda dan diberi jarak
masing-masing 1 cm, dilakukan sebanyak 3x dan setiap penotolan ditunggu hingga
kering terlebih dahulu

Dimasukkan plat kromatografi kedalam chamber yang sebelumnya telah diisi dengan
fase gerak dan di jenuhkan terlebih dahulu.

Ditunggu eluen naik sampai garis batas, kemudian ambil plat kromatografi
menggunakan pinset, lalu angin-anginkan sampai kering.

Dimasukkan dalam kotak uv, lalu sinari plat dengan sinar uv 254 nm dan 366 nm

Diamati hasilnya
D. DATA PERCOBAAN

DATA PERCOBAAN
KROMATOGRAFI KOLOM

Nama : Ari Cahyo Hermawan Tgl. : 30/03/2021


NIM :19105011001 Golongan :1

Nama sampel : Ekstrak Daun Binahong


Fase diam : Silica gel 60
Fase gerak : diklorometan : metanol (99:1)
Metode : Kromatografi Kolom
Panjang elusi : 8 cm
Penampak bercak :

NO NILAI RF NILAI RF

SAMPEL STANDAR

6 𝑐𝑚 0,75 cm
8 𝑐𝑚

= 0,75 cm

6 𝑐𝑚 0,75 cm
8 𝑐𝑚

= 0,75 cm
E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini ini kita melakukan percobaan Pemisahan antrakinon dari Ekstrak
Daun binahong menggunakan kromatografi kolom. Dengan tujuan untuk mempelajari
pengaruh fase gerak terhadap proses pemisahan senyawa- senyawa dalam suatu sampel
multikomponen yang digunakan pada analisis kualitatif (identifikasi) dan kuantitatif sediaan
obat. Prinsip Kromatografi kolom adalah memisahkan campuran zat menggunakan fase
diam yang dimasukkan ke dalam bahan pendukung berupa kolom, dan fase gerak berupa
cairan. Fase diam yang digunakan yaitu silica gel 60 dan Fase gerak yang digunakan yaitu
campuran perbandingan diklorometana dengan methanol (99:1). Silika gel digunakan
sebagai fase diam karena silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi dengan
senyawa-senyawa organik pada kolom.
Kromatografi kolom tekan merupakan kromatografi yang teratur dengan tekanan rendah,
digunakan sebagai daya bagi eluen bahan pelaruit menilai kolom. Tekanan di pasang untuk
mempertahankan bahan pelarut yang keluar lewat bagian bawah dan juga membunbgkuys
kolom tersebut dengan rapat tanpa adanya pengikatan udara. Pemurnian merupakan tahapan
akhir dari proses isolasi. Kandungan senyawa kimia pada fraksi C di murnikan menggunkan
kromatografi kolom tekan (KKT). Pemurnian senyawa dalam fraksi C menggunakan kolom
berdiameter 1 cm dengan panjang 30 cm. Fasa diam yang di gunakan yaitu silika gel 60
(230-400 mesh). Fraksi C (1,65g) sebelumnya diimpregnasi dengan silika gel (60-70 mesh)
sampai homogen. Sedangkan kolom berisi suatu bahan yang disebut fase diam(stationary
phase) yang berfungsi memisahkan komponen-komponen sampel.
Ektraksi ekstrak daun binahong menggunakan metode maserasi karena pengerjaannya lebih
mudah dan alat yang di gunakan sangat sederhana. Pengujian senyawa antrakuinon
dilakukan menggunakan kromatografi kolom dengan fase gerak diklorometan : metanol
(99:1). Dari hasil perhitungan Rf didapatkan untuk Rf sampel 0,75 cm dan Rf standart juga
0,75 cm.
Selanjutnya pengujian senyawa antrakuinon dilakukan menggunakan kromatografi lapis
tipis dengan fase gerak toleun-etil asetat-asam asetat (75:24:1) (v/v) yang telah dijenuhkan
sebanyak 10 mL, noda yang dihasilkan berwarna kuning ketika di semprot dengan KOH
10%. Warna berubah menjadi merah merupakan golongan antrakuion.
F. KESIMPULAN
Identifikasi terhadap isolat yang diperoleh dengan cara uji fitokimia menggunakan larutan
KOH 10% menunjukan terbentuknya larutan berwarna merah. Hasil diperkuat dengan
metode KLT mengunakan reagen semprot KOH 10% menunjukan noda warna merah yang
spesipik untuk golongan senyawa antrakuinon.

G. DAFTAR PUSTAKA
Gloria Sindora1, Andi Hairil Allimudin, Harlia. 2017. IDENTIFIKASI GOLONGAN
SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU (
Morinda Citrifolia, L). Universitas Tanjungpura
Lina Eny.F,Dewi K. ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SENYAWA FLAVONOID DAUNBINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).
Universitas Diponegoro. Semarang
Nur ,fitria. 2014. PENINGKATAN KUALITAS MINYAK NILAM MELALUI PROSES
ADSORPSI MENGGUNAKAN ADSORBEN γ-ALUMINA DENGAN SISTEM FLOW.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Setyawaty, R., Ismunandar, A., Nurul Quroatun Ngaeni. 2014. Identifikasi Senyawa
Antrakuinon Pada Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L) Menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis. Akademi Farmasi Kusuma Husada Purwokerto
H. LAMPIRAN
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON


PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L)

Gloria Sindora1*, Andi Hairil Allimudin1, Harlia1


1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
*email:sindoragloria@gmail.com

ABSTRAK
Mengkudu (Morinda citrifolia, L) merupakan tanaman yang sejak lama digunakan masyarakat
sebagai bahan makanan sekaligus pengobatan. Salah satu kandungan kimia yang terdapat pada
tanaman mengkudu adalah antrakuinon. Antrakuinon merupakan golongan senyawa turunan
kuinon. Pada penelitian ini dilakukan metode ekstraksi dengan cara maserasi terhadap akar kayu
tanaman mengkudu menggunakan pelarut metanol. Ekstrak yang diperoleh 2,25%. Ekstrak
metanol dipartisi secara berurutan dengan pelarut n-hekasana dan kloroforom yang menghasilkan
fraksi n-heksana 0,19%, fraksi kloroform 0,23% dan fraksi metanol 1,43%. Fraksinasi dilakukan
lebih lanjut terhadap fraksi kloroform mengunakan metode kromatografi vacum cair (KVC),
kromatografi kolom tekan(KKT), dan KLT preparatif. Dari proses fraksinasi diperoleh isolat M.j2
sebesar 2,82 gram. Identifikasi terhadap isolat yang diperoleh dengan cara uji fitokimia
menggunakan larutan KOH 10% menunjukan terbentuknya larutan berwarna merah. Hasil
diperkuat dengan metode KLT mengunakan reagen semprot KOH 10% menunjukan noda warna
merah yang spesipik untuk golongan senyawa antrakuinon.

Kata kunci : tanaman mengkudu, antrakuinon

PENDAHULUAN Pada penelitian ini dilakukan uji


golongan senyawa metabolit sekunder dari
Kalimantan Barat memiliki berbagai
fraksi kloroform pada akar kayu tanaman
sumber keanekaragaman hayati yang tinggi,
mengkudu menggunakan proses ekstraksi,
salah satunya adalah tumbuhan mengkudu.
maserasi, uji fitokimia, dan kromatografi
Mengkudu (Morinda citrifolia, L) merupakan
kolom. Ektraksi yang dilakukan adalah
tanaman yang sejak lama digunakan
ekstraksi cair-cair mengunakan pelarut n-
masyarakat sebagai bahan makanan
heksan dan etil asetat. Kromatografi kolom
sekaligus pengobatan.Tanaman mengkudu
terdiri atas kromatografi kolom vakum (KCV)
mengandung senyawa bersifat antibakteri
untuk menentukan pelarut yang digunakan
yaitu antrakuinon, alkaloid, flavonoid, yang
dalam kromatografi vacum cair dan
mampu melawan mikroorganisme patogen
kromatografi kolom tekan (KKT) dengan cara
(Bangun dan Sarwono, 2002; Rukmana,
kromatografi lapis tipis(KLT).
2002).
Akar tanaman mengkudu yang
biasanya hanya terbuang sia-sia ternyata METODOLOGI PENELITIAN
mengandung salah satunya yaitu
Alat dan Bahan
antrakuinon. Akar mengkudu mengandung
Bahan kimia yang digunakan adalah
senyawa antrakuinon yang berfungsi sebagai
akuades (H2O), etil asetat (CH3CH2OCCH3),
antibakteri dan antikanker (Rukmana, 2002).
Akar mengkudu, metanol (CH3OH), kloroform
Antrakuinon termasuk turunan kuinon.
(CHCl3), n-heksana (C6H14).
Antrakuinon merupakan senyawa kristal
Alat-alat yang digunakan adalah botol
bertitik leleh tinggi, dan larut dalam pelarut
vial, corong kaca, chamber, alat gelas, jarum
organik dan basa. Dua senyawa yang
totol, kromatografi kolom, peralatan
diisolasi dari ekstrak kloroform buah telah
kromatografi cair vakum, peralatan KLT,
dapat diidentifikasi sebagai asam ursolat dan
rotari evaporator plat tetes.
skopoletin.

37
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077

Penyiapan Ekstrak Metanol Mengkudu Fraksinasi Menggunakan Metode


(Morinda citrifolia, L) Kromatografi Vakum Cair (KVC)
Ekstraksi akar tamanan mengkudu Fraksinasi dengan metode
(Morinda citrifolia, L) meliputi dua tahap yaitu: kromatografi cair vakum dilakukan terhadap
fraksi yang menunjukkan aktivitas antioksidan
Maserasi tertinggi. KVC dilakukan dengan
Sampel akar mengkudu dibersihkan menggunakan fasa diam silika gel Merck 60
dan dikering anginkan kemudian sampel akar GF254 dan fasa gerak pelarut organik yang
kayu mengkudu yang sudah kering ditingkatkan kepolarannya secara gradien
dihaluskan sampai menjadi serbuk. Serbuk yang memberikan pemisahan terbaik pada
kering akar mengkudu sebanyak 3 kg KLT (Rahimah, dkk., 2013).
dimaserasi dengan metanol pada suhu Sampel yang akan digunakan untuk
kamar. satu kali proses KVC adalah fraksi aktif
Proses maserasi dilakukan selama 3 antioksidan dan eluen yang digunakan
x 24 jam. Ekstrak metanol kemudian disaring ditentukan melalui KLT berdasarkan pada
untuk mendapatkan filtrat. Residunya pemisahan yang sesuai. Fraksi yang
dimaserasi kembali dengan metanol. diperoleh dari hasil KVC dianalisis dengan
Langkah diatas dilakukan berulang kali teknik KLT sehingga diperoleh fraksi
hingga sebagian besar senyawa telah gabungan KVC. Fraksi gabungan diperoleh
terekstrak. Seluruh filtrat digabungkan dan selanjutnya ditentukan berat kering dari
dipekatkan dengan mengunakan rotary gabungan fraksi (Rahimah, dkk., 2013).
evaporator sehingga menghasilkan ekstrak
metanol. Semua maserat yang diperoleh Fraksinasi Menggunakan Metode
selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary Kromatografi Kolom Tekan (KKT)
evaporator dan di peroleh sebanyak 67,61 Fraksinasi dengan metode KKT
gram (2,25%) maserat yang berupa ekstrak dilakukan terhadap hasil fraksinasi KVC yang
kental metanol berwarna coklat kemerahan. menunjukkan aktivitas antioksidan. KKT
dilakukan dengan menggunakan fasa diam
Partisi silika gel Merck 60 GF254 dan fasa gerak
Ekstrak kental metanol kemudian pelarut organik yang ditingkatkan
dipartisi menggunakan pelarut dengan tingkat kepolarannya secara gradien yang
kepolaran yang berbeda. Pertama memberikan pemisahan terbaik pada KLT
menggunakan pelarut n-heksana, kloroform, (Nurlina, 2008).
etil asetat, dan metanol. Hasil partisi Fraksi yang diperoleh dari hasil KKT
dipekatkan menggunakan rotary evaporator dianalisis dengan teknik KLT sehingga
sehingga dihasilkan fraksi n-heksana,fraksi diperoleh fraksi gabungan KKT. Fraksi
kloroform, fraksi metanol, fraksi etil asetat. gabungan diperoleh selanjutnya ditentukan
berat kering dari gabungan fraksi (Nurlina,
Pemisahan Senyawa Metabolit Sekunder 2008).
dengan KLT
Ekstrak metanol yang telah di HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis menggunakan kromatografi lapis tipis
Preparasi Sampel Akar Tanaman
sampai diperoleh pola pemisahan untuk
Mengkudu (Morinda Citrifolia)
melihat pola noda (kandungan senyawa).
Sampel yang di gunakan dalam
Ekstrak metanol dipisahkan menggunakan
penelitan ini adalah akar tanaman mengkudu
kromatografi kolom dengan fasa diam silika
yang di peroleh dari Kabupaten Kubu Raya,
gel dan dielusi berturut-turut. Hasil
Jalan Wonodadi 2, Kalimantan Barat.
pemisahan dianalisis menggunakan
Preparasi sampel dilakukan melalui beberapa
kromatografi lapis tipis untuk melihat pola
tahap mulai dari pengambilan sampel,
noda yang sama untuk digabungkan. Hasil
pengeringan sampai penyerbukan. Akar
kromatografi kolom mempunyai harga Rf
tanaman mengkudu yang telah dikumpulkan
(rate of flow) dan noda yang sama,
selanjutnya dibersihkan dari tanah yang
digabungkan sehingga diperoleh fraksi-fraksi
menempel dicuci sampai bersih kemudian
utama. Pemisahan senyawa metabolit
akar dipisahkan dari kulit akar tanaman
sekunder dilakukan dengan dua tahap yaitu:

38
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077

mengkudu. Sampel yang sudah di bersihkan kimia baik polar maupun nonpolar yang
selanjutnya dikeringkan pada suhu ruangan terkandung dalam sel (Manan,2006).
selama 1 minggu. Pengeringan bertujuan Maserasi dilakukan dengan cara
untuk mengurangi kadar air dari sampel merendam sampel dalam metanol secara
sehingga mikroorganisme tidak tumbuh dan berulang-ulang selama 3×24 jam. Setiap 24
berinteraksi dengan senyawa yang jam, ekstrak disaring dan ditampung
terkandung dalam sampel. Selain itu, sampel maseratnya. Semua maserat yang diperoleh
yang kering akan mudah di serbukkan. selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary
Penyerbukan ini bertujuan untuk memperluas evaporator dan di peroleh sebanyak 67,61
permukaan sampel, sehingga akan gram (2,25%) maserat yang berupa ekstrak
memperluas kontak senyawa-senyawa yang kental metanol berwarna coklat kemerahan.
terdapat dalam sampel dengan pelarut pada
saat proses maserasi sehingga senyawa Fraksinasi
tersebut dapat terekstrak maksimal oleh Ekstrak kental metanol merupakan
pelarut. campuran yang sangat komplek karena di
dalamnya terkandung berbagai komponen
Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari senyawa yang bersifat polar, semi polar, dan
Tanaman Akar Mengkudu (morinda non polar. Fraksinasi meliputi proses partis,
citrifolia, L) kromatografi vakum cair (KVC) dan
Isolasi adalah proses pengambilan kromatografi kolom tekan (KKT).
satu komponen tertentu dalam keadaan
murni dari suatu ekstrak atau campurannya. Partisi
Isolasi meliputi tiga tahap yaitu ektraksi, Partisi didasarkan pada kemampuan zat
fraksinasi, dan pemurnian. terlarut untuk terdistribusi antara dua pelarut
yang tidak saling campur. Partisi bertujuan
Ekstraksi untuk memperoleh campuran yang lebih
Ekstraksi senyawa-senyawa kimia sederhana. Proses partisi ini dilakukan
dalam akar tanaman mengkudu di lakukan menggunakan pelarut yaitu dimulai dari
dengan metode maserasi. Maserasi pelarut yang bersifat non polar (n-heksana),
bertujuan untuk mengambil komponen baik hingga yang lebih polar (kloroform). Ekstrak
secara kualitatif (jenis komponen) maupun kental metanol kemudian dipartisi
secara kuantitatif (jumlah massa masing- menggunakan pelarut dengan tingkat
masing komponen) dari sampel dengan kepolaran yang berbeda. Pertama
mengunakan pelarut organik. Maserasi di menggunakan pelarut n-heksana, kloroform,
lakukan dengan cara merendam sampel dan metanol. Kemudian hasil partisi
dalam pelarut yang sesuai selama jangka dipekatkan menggunakan rotary evaporator
waktu tertentu pada temperatur ruangan. sehingga dihasilkan fraksi n-heksana, fraksi
Ketika proses tersebut berlangsung, pelarut kloroform, fraksi metanol.
memecah dinding dan membran sel yang
mengandung senyawa kimia oleh pelarut. Uji Fitokimia
Dinding sel akan terekstrak sehingga proses Uji fitokimia dilakukan untuk
ekstraksi berlangsung. Sebanyak 3 kg serbuk mengetahui kandungan senyawa metabolit
akar mengkudu di maserasi menggunakan sekunder berdasarkan perubahan warna
pelarut metanol. Metanol merupakan pelarut yang dihasilkan sebagai akibat penambahan
organik yang umum digunakan dalam reagen tertentu. Uji fitokimia pada penelitian
maserasi karena ukuran molekulnya yang ini dilakukan untuk mengetahui adanya
kecil, sehingga memiliki kemampuan untuk senyawa fenol, flavanoid, triterpenoid dan
menembus dan memecah dinding sel antrakuinon.
tumbuhan dan dapat mengekstrak komponen

39
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia


Ektrak Fraksi Fraksi n-
Golongan senyawa Fraksi kloroform
kasar metanol heksana
Fenolik _ _ _ +
Triterpenoid + _ + _
Flavonoid + _ + _
Antrakuinon ++ ++ ++ +++
Keterangan : (+) reaksi positif ; (-) reaksi negatif
+ = terjadi perubahan warna tipis
+++ = terjadi perubahan warna kuat

Kromatografi Vakum Cair (KVC)


Kandungan senyawa kimia yang
terdapat dalam fraksi kloroform masih
kompleks dan beragam. Oleh karena itu
senyawa-senyawa tersebut dapat
dipisahkan dengan KVC. Prinsip dari KVC
adalah partisi dan adsorpsi yang
pemisahannya dipercepat dengan bantuan
pompa vacum (Soediro,1986).Pemilihan
eluen sebaiknya dimulai dari pelarut yang 90 175 148 60 50 45 39 36 27
tidak polar seperti N-heksana kemudian di
tingkatkan kepolarannya dengan etil-asetat Gambar 1. Profil kromatogram fraksi C hasil
atau pelarut yang lebih polar lainnya seperti gabungan KTT menggunakan
metanol(Harbone,1989). Pemilihan eluen di eluen n-heksana: etil asetat (v/v)
mulai dari variasi eluen n-heksana: etil (1:1)
asetat (v/v) 9:1 dan selanjutnya di
tingkatkan kepolaran eluen ditingkatkan Tabel 2. Berat Fraksi Gabungan Hasil KKT
menjadi 8:2; 7:3; 6:4; 4:6; 3:7; 2:8; 1:9, etil Fraksi Fraksi Berat
asetat (v/v) 100% dan metanol (v/v) 100%. Gabungaan yang (gram)
Pemisahan dilakukan menggunakan teknik digabung
elusi bergradien.
M.j1 27 0,52
Kromatografi Kolom Tekan (KKT) M.j2* 36,39 2,82
Kromatografi kolom tekan M.j3 60,90 1,10
merupakan kromatografi yang teratur M.j4 45,50 0,02
dengan tekanan rendah, digunakan sebagai M.j5 148,157 1,81
daya bagi eluen bahan pelaruit menilai
kolom. Tekanan di pasang untuk Keterangan : * = fraksi yang diteruskan
mempertahankan bahan pelarut yang keluar untuk dianalisis
lewat bagian bawah dan juga
membunbgkuys kolom tersebut dengan Selanjutnya, Fraksi M.j2 dianalisis
rapat tanpa adanya pengikatan udara. menggunakan KLT preparatif untuk
Pemurnian merupakan tahapan akhir dari mengisolasi senyawa yang diinginkan.
proses isolasi. Kandungan senyawa kimia variasi eluen yang digunakan untuk KLT
pada fraksi C di murnikan menggunkan preparatif adalah eluen n-heksana : etil
kromatografi kolom tekan (KKT). Pemurnian asetat (v/v) (1:1). Kromatogram hasil KLT
senyawa dalam fraksi C menggunakan preparatif masing-masing ditunjukan pada
kolom berdiameter 1 cm dengan panjang 30 Gambar 2.
cm. Fasa diam yang di gunakan yaitu silika
gel 60 (230-400 mesh). Fraksi C (1,65g)
sebelumnya diimpregnasi dengan silika gel
(60-70 mesh) sampai homogen.

40
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077

KLT 2D dengan n-heksana: etil asetat (v/v)


(1:1). Selanjutnya isolat M.j2 yang diperoleh
berupa padatan amorf berwarna kuning
dianalisis golongan senyawa metabolit
sekunder dengan KLTsemprot dengan KOH
10% .
Pengujian senyawa antrakuinon
dilakukan menggunakan kromatografi lapis
tipis dengan fase gerak toleun-etil asetat-
asam asetat (75:24:1) (v/v) yang telah
dijenuhkan sebanyak 10 mL, noda yang
dihasilkan berwarna kuning ketika di
Gambar 2 Profil kromatogram fraksi M.j2 semprot dengan KOH 10%. Warna berubah
hasil KLT preparatif eluen n- menjadi merah mengidentifikasi isolat M.j2
heksana : etil asetat (v/v) (1:1) merupakan golongan antrakuion.

Hasil noda yang diperoleh kemudian SIMPULAN


dikerok dan dipisahkan dengan pelarut n-
Berdasarkan penelitian yang telah
heksana untuk memisahkan isolat dari plat.
dilakukan, maka dapat dibuat simpulan
Hasil isolat kemudian diuapkan dengan
bahwa isolat senyawa metabolit sekunder
suhu kamar yang menghasilkan 0,8 mg,
dari fraksi kloroform akar kayu tanaman
kemudian dianalisis untuk mengetahui
mengkudu (Morinda citrifolia, L) hasil isolat
tingkat kemurnian isolat dengan KLT 2D.
berwarna kuning. Senyawa antrakuinon
pada pengujian yang dilakukan memakai
kromatografi lapis tipis (KLT) ketika di
semprot dengan KOH 10% menghasilkan
warna merah menandai isolat M.j2 adalah
positif antrakuinon.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Fajar.K, 2010 Aktifitas Antibakteri
Ektraks Etanol Buah mengkudu
terhadap bakteri Pembusuk daging
(a) (b) segar, Skripsi. Fakultas matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam USN
Gambar 3. (a) Hasil fraksi M.j2 KLT 2 Surakarta.
dimensi; (b) Hasil identifikasi Nurlina., 2008. Karakterisasi Quassinoid
golongan hasil KLT isolat M.j2 dari Fraksi Etil Asetat Buah
dengan KOH 10% Tumbuhan Makasar (Brucea javanica
(L.) Merr.), FMIPA, Universitas
Gambar 3 memperlihatkan bahwa Tanjungpura, Skripsi.
fraksi M.j2 relatif murni, hal ini terlihat dari Rukmana, R., 2002, Mengkudu Budi Daya
kromatogram yang menunjukkan adanya dan Prospek Agribisnis, Kanisius,
noda tunggal berwarna kuning. Hasil Yogyakarta.
analisis tersebut mengindikasikan bahwa Rudiyansyah., 2012, Kimia molekular,
hanya diperoleh 1 senyawa yang relatif Proses dan fungsi Senyawa Alam
murni dari ekstrak kloroform akar tanaman Hayati,diterbitkan
mengkudu (Morinda citrifolia, L) yang dilihat
dari kromatogram yang di hasilkan pada

41
PRAKTIKUM KROMATOGRAFI
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI KOLOM
PEMISAHAN ANTRAKINON DARI EKSTRAK DAUN BINAHONG

Nama : Ari Oktaviyani


NIM : 18105011064
Kelas : A1/A
Kelompok : IA

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
SEMESTER GENAP 2020/2021
A. Tujuan Percobaan
Mempelajari pengaruh fase gerak terhadap proses pemisahan senyawa-senyawa dalam
suatu sampel multikomponen yang digunakan pada analisis kualitatif (identifikasi) dan
kuantitatif sediaan obat.

B. Dasar Teori
Daun binahong (Anredera scandens (L.) Moq.) adalah salah satu tanaman yang secara
empiris digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman yang tergolong famili
Baselaceae inimemiliki berbagai khasiat secara empiris, diantaranya melancarkan dan
menormalkan peredaran dan tekanan darah, mempercepat pemulihan kesehatan setelah
operasi, mengobati luka dalam, mengobati radang usus, menyembuhkan sariawan,
mengatasi maag, mengobati keputihan, menurunkan asam urat, meringankan
pembengkakan hati, dan meningkatkan daya tahan tubuh [1], [2]. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa daunA. Scandens (L.) Moq. memiliki berbagai aktivitas farmakologi
diantaranya sebagai antiinflamasi [3], antibakteri [4], antitukaklambung [5], [6], antiluka
eksisi [5], [7], hepatorotektor dan antioksidan [8]. Ekstrak etanol daun A. scandens (L.)
Moq. dilaporkan mengandung metabolit sekunder triterpenoid, saponin, polifenol dan
tanin, serta flavonoid [9]. Senyawa flavonoid diduga mempengaruhi aktivitas farmakologi
ekstrak etanol daun A. scandens (L.) Moq. yang ditunjukkan oleh mekanisme kerja
berdasarkan kemampuan senyawa flavonoid untuk menimbulkan aktivitas biologis, salah
satunya sebagai antioksidan. Mekanisme flavonoid sebagai antioksidan yaitu memiliki
kemampuan menangkap radikal bebas (Reactive Oxygen Species/ROS) [10]. Aktivitas
antioksidan dari golongan flavonoid ini juga diduga bertanggung jawab terhadap
kemampuan ekstrak daun A. scandens (L.) Moq. ini sebagai peredam CCl3-radikal dalam
kaitannya sebagai agen hepatoprotektor [8]. Penelitian oleh Subratha (2016) dilaporkan
bahwa pada profil kromatogram ekstrak daun A. scandens (L.) Moq. terdeteksi adanya
senyawa flavonoid yang diduga termasuk golongan flavon dan flavanon yang tidak
mengandung 5-OH (dihidroflavonol). Namun struktur kimia dari senyawa flavonoid
tersebut belum diketahui secara jelas. Melihat senyawa flavonoid potensial antioksidan
yang diperkirakan sebagai senyawa aktif dalam ekstrak etanol daun A. scandens (L.) Moq
tersebut belum diketahui struktur senyawanya, maka penting dilakukan isolasi dan menguji
potensi aktivitas antioksidannya serta karakterisasi terhadap senyawa tersebut.
C. Metode Percobaan
1. Alat
• Klem & statif
• Kapas
• Kolompipa kapiler
• Pengaduk kaca chamber
• Pipet tetes plat kromatografi
• Beakerglass
• Erlenmeyer
• Cawan porselen
• Vial
2. Bahan
• Silica gel 60 (fase diam )
• Rivanol
• Riboflavin
• Diklorometan : metanol (99:1) (fase gerak)
• Bahan simplisia dari daun binahong
3. Prosedur kerja
1.Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong
Di blender herba kering daun Binahong sehingga menjadi serbuk

Dilakukan pengujian kadar air serbuk daun binahong hingga diperoleh kadar air di
bawah 5%

Ditimbang sebanyak 500 gramserbuk yang di dapat

Ditambah 2,5 L etil asetat dimixer selama 3 jam dengan kecepatan 400 rpm

Dimaserasi (direndam) selama 24 jam pada suhu kamar

Penyarian dilakukan sampai zat aktif yang terkandung dalam daun binahong tersari

Penyarian dilakukan lagi sebanyak 1 x dengan pelarut 1,5 L. Maserat yang didapat
disaring dengan menggunakan corong Buchner hingga diperoleh maserat I-II

Filtrat digabung menjadi satu lalu diuapkan di udara terbuka sehingga diperoleh
ekstrak kental.

2.Uji Antrakinon
Uji keberadaan antrakinon dilakukandengan cara 1 gram ekstrak dididihkan selama 2
menit dengan 10 ml KOH 0,5 N dan 1ml larutan hydrogen peroksida.

Setelah dingin, suspensedisaring dengan kapas, kemudiandiambil 5 ml filtrat
ditambah dengan 10 tetes asam asetat glacial sampai pH 5

Ditambahkan 10 ml toluene, dan akan terbentuk 2 lapisan

Lapisan atas sebanyak 5 ml dipisahkan dengan dipipet dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi

Ditambah KOH 0,5 N. Warna merah yang terjadi pada lapisan air (basa)
menunjukkan adanya senyawa antrakinon.

3.Skrining Fitokimia dengan Metode Kromatografi


Dimasukkan sedikit kapas kedalam kolom, dorong kapas dengan bantuan alat hingga
ke ujung kolom lalu padatkan dan rapikan kapas.

Fase diam (Silica gel 60) dibasahi terlebih dahulu menggunakan fase gerak sampai
berbentuk seperti bubur.

Dimasukkan fase diam dan fase gerak kedalam kolom kromatografi, dibersihkan fase
diam yang masih berada di beakerglass menggunakan fase gerak dilakukan terus
menerus hingga beakerglass bersih.

Dimasukkan fase gerak hingga sedikit melebihi batas fase diam yang terdapat di
dalam kolom.

Dimasukkan cairan sampel ke dalam kolom, cairan dimasukkan sedikit demi sedikit
menggunakan pipet tetes melalui dinding kolom.

Diturunkan cairan melalui bawah kolom hingga batas sampel yang dimasukkan.

Ditambahkan fase gerak dengan bantuan corong, dilakukan sedikit demi sedikit
melalui dinding kolom.

Cairan dikeluarkan melalui bawah kolom danditampung ke dalam Erlenmeyer

Ditambah terus menerus fase gerak hingga sampel berada di bagian bawah kolom
kromatografi.

Dipindahkan masing-masing cairan yang ada didalam Erlenmeyer kedalam vial
kosong.

Dilakukan penotolan pada plat kromatografi yang sudah diberi tanda dan diberi jarak
masing-masing 1 cm, dilakukan sebanyak 3x dan setiap penotolan ditunggu hingga
kering terlebih dahulu

Dimasukkan plat kromatografi kedalam chamber yang sebelumnya telah diisi dengan
fase gerak dan di jenuhkan terlebih dahulu.

Ditunggu eluen naik sampai garis batas, kemudian ambil plat kromatografi
menggunakan pinset, lalu angin-anginkan sampai kering.

Dimasukkan dalam kotak uv, lalu sinari plat dengan sinar uv 254 nm dan 366 nm

Diamati hasilnya.

D. Data dan Perhitungan


DATA PERCOBAAN
KROMATOGRAFI KOLOM
Nama : Ari Oktaviyani Tgl. : 30 Maret 2021
NIM : 18105011064 Golongan :1

Nama sampel : Eksyrak daun binahong


Fase diam : Silica gel 60
Fase gerak : Dikklorometan : methanol (99:1)
Metode : Kromatografi kolom
Panjang elusi : 8 cm
Penampak bercak :
Data hasil pemisahan

Nilai Rf
No Keterangan
Sampel Standar
6𝑐𝑚/8𝑐𝑚
6𝑐𝑚8𝑐𝑚=
= 0,75 cm 0,75 cm 0,75 cm

Mengetahui, Semarang, 30 Maret 2021

( ......................................... ) ( ............................................ )

E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini ini kita melakukan percobaan Pemisahan antrakinondari
Ekstrak Daun binahongmenggunakan kromatografi kolom. Dengan tujuan untuk
mempelajari pengaruh fase gerak terhadap proses pemisahan senyawa-senyawa dalam
suatu sampel multikomponen yang digunakan pada analisis kualitatif (identifikasi) dan
kuantitatif sediaan obat. Prinsip Kromatografi kolom adalah memisahkan campuran zat
menggunakan fase diam yang dimasukkan ke dalam bahan pendukung berupa kolom, dan
fase gerak berupa cairan. Fase diam yang digunakan yaitu silica gel 60 dan Fase gerak yang
digunakan yaitu campuran perbandingan diklorometana dengan methanol (99:1). Silika gel
digunakan sebagai fase diam karena silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi
dengan senyawa-senyawa organik pada kolom.Kromatografi kolom tekan merupakan
kromatografi yang teratur dengan tekanan rendah, digunakan sebagai daya bagi eluen
bahan pelaruit menilai kolom. Tekanan di pasang untuk mempertahankan bahan pelarut
yang keluar lewat bagian bawah dan juga membunbgkuys kolom tersebut dengan rapat
tanpa adanya pengikatan udara. Pemurnian merupakan tahapan akhir dari proses isolasi.
Kandungan senyawa kimia pada fraksi C di murnikan menggunkan kromatografi kolom
tekan (KKT). Pemurnian senyawa dalam fraksi C menggunakan kolom berdiameter 1 cm
dengan panjang 30 cm. Fasa diam yang di gunakan yaitu silika gel 60 (230-400 mesh).
Fraksi C (1,65g) sebelumnya diimpregnasi dengan silika gel (60-70mesh) sampai
homogen. Sedangkan kolom berisi suatu bahan yang disebut fase diam(stationary phase)
yang berfungsi memisahkan komponen-komponensampel. Ektraksi ekstrak daun binahong
menggunakan metode maserasi karena pengerjaannya lebih mudah dan alat yang di
gunakan sangat sederhana. Pengujian senyawa antrakuinon dilakukan menggunakan
kromatografi kolomdengan fase gerakdiklorometan : metanol (99:1). Dari hasil
perhitungan Rf didapatkan untuk Rf sampel 0,75 cm dan Rf standart juga 0,75 cm.
Selanjutnya pengujian senyawa antrakuinon dilakukan menggunakan kromatografi lapis
tipis dengan fase gerak toleun-etil asetat-asam asetat (75:24:1) (v/v) yang telah dijenuhkan
sebanyak 10 mL, noda yang dihasilkan berwarna kuning ketika disemprot dengan KOH
10%. Warna berubah menjadi merahmerupakan golongan antrakuinon.

F. Kesimpulan
Identifikasi terhadap isolat yang diperoleh dengan cara uji fitokimia menggunakan
larutan KOH 10% menunjukan terbentuknya larutan berwarna merah. Hasil diperkuat
dengan metode KLT mengunakan reagen semprot KOH 10% menunjukan noda warna
merah yang spesipik untuk golongan senyawa antrakuinon.

G. Daftar Pustaka
Gloria Sindora1, Andi Hairil Allimudin, Harlia. 2017. IDENTIFIKASI GOLONGAN
SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU (
Morinda Citrifolia, L).Universitas TanjungpuraLinaEny.F,Dewi K.
ISOLASI,IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA FLAVONOID
DAUNBINAHONG(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Universitas Diponegoro.
Semarang
Nur ,fitria. 2014. PENINGKATAN KUALITAS MINYAK NILAM MELALUIPROSES
ADSORPSI MENGGUNAKAN ADSORBEN γ-ALUMINADENGAN SISTEM FLOW.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Setyawaty, R., Ismunandar, A., Nurul Quroatun Ngaeni. 2014. Identifikasi Senyawa
Antrakuinon Pada Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L) Menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis. Akademi Farmasi Kusuma Husada Purwokerto.

Yadnya-Putra, dkk. 2019. Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid Potensial


Antioksidan dari Daun Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.). Jurnal Farmasi Udayana.
Vol 8(2) 85-94.

Anda mungkin juga menyukai