DARING
19105011001
Kelas A1
Kelompok IA
C. METODE PERCOBAAN
ALAT :
Klem & statif kapas
Beakerglass erlenmeyer
BAHAN :
Rivanol
Riboflavin
CARA KERJA
Penyarian dilakukan sampai zat aktif yang terkandung dalam daun binahong tersari
↓
penyarian dilakukan lagi sebanyak 1 x dengan pelarut 1,5 L. Maserat yang didapat
disaring dengan menggunakan corong Buchner hingga diperoleh maserat I-II
↓
filtrat digabung menjadi satu lalu diuapkan di udara terbuka sehingga diperoleh ekstrak
kental.
2. Uji Antrakinon
Uji keberadaan antrakinon dilakukan dengan cara 1 gram ekstrak dididihkan selama 2
menit dengan 10 ml KOH 0,5 N dan 1ml larutan hydrogen peroksida.
↓
Setelah dingin, suspense disaring dengan kapas, kemudian diambil 5 ml filtrat ditambah
dengan 10 tetes asam asetat glacial sampai pH 5
↓
ditambahkan 10 ml toluene, dan akan terbentuk 2 lapisan
↓
lapisan atas sebanyak 5 ml dipisahkan dengan dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
↓
ditambah KOH 0,5 N. Warna merah yang terjadi pada lapisan air (basa) menunjukkan
adanya senyawa antrakinon
3. Skrining Fitokimia dengan Metode Kromatografi
Dimasukkan sedikit kapas kedalam kolom, dorong kapas dengan bantuan alat hingga
ke ujung kolom lalu padatkan dan rapikan kapas.
↓
Fase diam (Silica gel 60) dibasahi terlebih dahulu menggunakan fase gerak sampai
berbentuk seperti bubur.
↓
Dimasukkan fase diam dan fase gerak kedalam kolom kromatografi, dibersihkan fase
diam yang masih berada di beakerglass menggunakan fase gerak dilakukan terus
menerus hingga beakerglass bersih.
↓
Dimasukkan fase gerak hingga sedikit melebihi batas fase diam yang terdapat di dalam
kolom.
↓
Dimasukkan cairan sampel ke dalam kolom, cairan dimasukkan sedikit demi sedikit
menggunakan pipet tetes melalui dinding kolom.
↓
Diturunkan cairan melalui bawah kolom hingga batas sampel yang dimasukkan.
↓
Ditambahkan fase gerak dengan bantuan corong, dilakukan sedikit demi sedikit melalui
dinding kolom.
↓
Cairan dikeluarkan melalui bawah kolom dan ditampung ke dalam Erlenmeyer
↓
Ditambah terus menerus fase gerak hingga sampel berada di bagian bawah kolom
kromatografi.
↓
Dipindahkan masing-masing cairan yang ada didalam Erlenmeyer kedalam vial kosong.
↓
Dilakukan penotolan pada plat kromatografi yang sudah diberi tanda dan diberi jarak
masing-masing 1 cm, dilakukan sebanyak 3x dan setiap penotolan ditunggu hingga
kering terlebih dahulu
↓
Dimasukkan plat kromatografi kedalam chamber yang sebelumnya telah diisi dengan
fase gerak dan di jenuhkan terlebih dahulu.
↓
Ditunggu eluen naik sampai garis batas, kemudian ambil plat kromatografi
menggunakan pinset, lalu angin-anginkan sampai kering.
↓
Dimasukkan dalam kotak uv, lalu sinari plat dengan sinar uv 254 nm dan 366 nm
↓
Diamati hasilnya
D. DATA PERCOBAAN
DATA PERCOBAAN
KROMATOGRAFI KOLOM
NO NILAI RF NILAI RF
SAMPEL STANDAR
6 𝑐𝑚 0,75 cm
8 𝑐𝑚
= 0,75 cm
6 𝑐𝑚 0,75 cm
8 𝑐𝑚
= 0,75 cm
E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini ini kita melakukan percobaan Pemisahan antrakinon dari Ekstrak
Daun binahong menggunakan kromatografi kolom. Dengan tujuan untuk mempelajari
pengaruh fase gerak terhadap proses pemisahan senyawa- senyawa dalam suatu sampel
multikomponen yang digunakan pada analisis kualitatif (identifikasi) dan kuantitatif sediaan
obat. Prinsip Kromatografi kolom adalah memisahkan campuran zat menggunakan fase
diam yang dimasukkan ke dalam bahan pendukung berupa kolom, dan fase gerak berupa
cairan. Fase diam yang digunakan yaitu silica gel 60 dan Fase gerak yang digunakan yaitu
campuran perbandingan diklorometana dengan methanol (99:1). Silika gel digunakan
sebagai fase diam karena silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi dengan
senyawa-senyawa organik pada kolom.
Kromatografi kolom tekan merupakan kromatografi yang teratur dengan tekanan rendah,
digunakan sebagai daya bagi eluen bahan pelaruit menilai kolom. Tekanan di pasang untuk
mempertahankan bahan pelarut yang keluar lewat bagian bawah dan juga membunbgkuys
kolom tersebut dengan rapat tanpa adanya pengikatan udara. Pemurnian merupakan tahapan
akhir dari proses isolasi. Kandungan senyawa kimia pada fraksi C di murnikan menggunkan
kromatografi kolom tekan (KKT). Pemurnian senyawa dalam fraksi C menggunakan kolom
berdiameter 1 cm dengan panjang 30 cm. Fasa diam yang di gunakan yaitu silika gel 60
(230-400 mesh). Fraksi C (1,65g) sebelumnya diimpregnasi dengan silika gel (60-70 mesh)
sampai homogen. Sedangkan kolom berisi suatu bahan yang disebut fase diam(stationary
phase) yang berfungsi memisahkan komponen-komponen sampel.
Ektraksi ekstrak daun binahong menggunakan metode maserasi karena pengerjaannya lebih
mudah dan alat yang di gunakan sangat sederhana. Pengujian senyawa antrakuinon
dilakukan menggunakan kromatografi kolom dengan fase gerak diklorometan : metanol
(99:1). Dari hasil perhitungan Rf didapatkan untuk Rf sampel 0,75 cm dan Rf standart juga
0,75 cm.
Selanjutnya pengujian senyawa antrakuinon dilakukan menggunakan kromatografi lapis
tipis dengan fase gerak toleun-etil asetat-asam asetat (75:24:1) (v/v) yang telah dijenuhkan
sebanyak 10 mL, noda yang dihasilkan berwarna kuning ketika di semprot dengan KOH
10%. Warna berubah menjadi merah merupakan golongan antrakuion.
F. KESIMPULAN
Identifikasi terhadap isolat yang diperoleh dengan cara uji fitokimia menggunakan larutan
KOH 10% menunjukan terbentuknya larutan berwarna merah. Hasil diperkuat dengan
metode KLT mengunakan reagen semprot KOH 10% menunjukan noda warna merah yang
spesipik untuk golongan senyawa antrakuinon.
G. DAFTAR PUSTAKA
Gloria Sindora1, Andi Hairil Allimudin, Harlia. 2017. IDENTIFIKASI GOLONGAN
SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU (
Morinda Citrifolia, L). Universitas Tanjungpura
Lina Eny.F,Dewi K. ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
SENYAWA FLAVONOID DAUNBINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).
Universitas Diponegoro. Semarang
Nur ,fitria. 2014. PENINGKATAN KUALITAS MINYAK NILAM MELALUI PROSES
ADSORPSI MENGGUNAKAN ADSORBEN γ-ALUMINA DENGAN SISTEM FLOW.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Setyawaty, R., Ismunandar, A., Nurul Quroatun Ngaeni. 2014. Identifikasi Senyawa
Antrakuinon Pada Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L) Menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis. Akademi Farmasi Kusuma Husada Purwokerto
H. LAMPIRAN
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077
ABSTRAK
Mengkudu (Morinda citrifolia, L) merupakan tanaman yang sejak lama digunakan masyarakat
sebagai bahan makanan sekaligus pengobatan. Salah satu kandungan kimia yang terdapat pada
tanaman mengkudu adalah antrakuinon. Antrakuinon merupakan golongan senyawa turunan
kuinon. Pada penelitian ini dilakukan metode ekstraksi dengan cara maserasi terhadap akar kayu
tanaman mengkudu menggunakan pelarut metanol. Ekstrak yang diperoleh 2,25%. Ekstrak
metanol dipartisi secara berurutan dengan pelarut n-hekasana dan kloroforom yang menghasilkan
fraksi n-heksana 0,19%, fraksi kloroform 0,23% dan fraksi metanol 1,43%. Fraksinasi dilakukan
lebih lanjut terhadap fraksi kloroform mengunakan metode kromatografi vacum cair (KVC),
kromatografi kolom tekan(KKT), dan KLT preparatif. Dari proses fraksinasi diperoleh isolat M.j2
sebesar 2,82 gram. Identifikasi terhadap isolat yang diperoleh dengan cara uji fitokimia
menggunakan larutan KOH 10% menunjukan terbentuknya larutan berwarna merah. Hasil
diperkuat dengan metode KLT mengunakan reagen semprot KOH 10% menunjukan noda warna
merah yang spesipik untuk golongan senyawa antrakuinon.
37
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077
38
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077
mengkudu. Sampel yang sudah di bersihkan kimia baik polar maupun nonpolar yang
selanjutnya dikeringkan pada suhu ruangan terkandung dalam sel (Manan,2006).
selama 1 minggu. Pengeringan bertujuan Maserasi dilakukan dengan cara
untuk mengurangi kadar air dari sampel merendam sampel dalam metanol secara
sehingga mikroorganisme tidak tumbuh dan berulang-ulang selama 3×24 jam. Setiap 24
berinteraksi dengan senyawa yang jam, ekstrak disaring dan ditampung
terkandung dalam sampel. Selain itu, sampel maseratnya. Semua maserat yang diperoleh
yang kering akan mudah di serbukkan. selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary
Penyerbukan ini bertujuan untuk memperluas evaporator dan di peroleh sebanyak 67,61
permukaan sampel, sehingga akan gram (2,25%) maserat yang berupa ekstrak
memperluas kontak senyawa-senyawa yang kental metanol berwarna coklat kemerahan.
terdapat dalam sampel dengan pelarut pada
saat proses maserasi sehingga senyawa Fraksinasi
tersebut dapat terekstrak maksimal oleh Ekstrak kental metanol merupakan
pelarut. campuran yang sangat komplek karena di
dalamnya terkandung berbagai komponen
Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari senyawa yang bersifat polar, semi polar, dan
Tanaman Akar Mengkudu (morinda non polar. Fraksinasi meliputi proses partis,
citrifolia, L) kromatografi vakum cair (KVC) dan
Isolasi adalah proses pengambilan kromatografi kolom tekan (KKT).
satu komponen tertentu dalam keadaan
murni dari suatu ekstrak atau campurannya. Partisi
Isolasi meliputi tiga tahap yaitu ektraksi, Partisi didasarkan pada kemampuan zat
fraksinasi, dan pemurnian. terlarut untuk terdistribusi antara dua pelarut
yang tidak saling campur. Partisi bertujuan
Ekstraksi untuk memperoleh campuran yang lebih
Ekstraksi senyawa-senyawa kimia sederhana. Proses partisi ini dilakukan
dalam akar tanaman mengkudu di lakukan menggunakan pelarut yaitu dimulai dari
dengan metode maserasi. Maserasi pelarut yang bersifat non polar (n-heksana),
bertujuan untuk mengambil komponen baik hingga yang lebih polar (kloroform). Ekstrak
secara kualitatif (jenis komponen) maupun kental metanol kemudian dipartisi
secara kuantitatif (jumlah massa masing- menggunakan pelarut dengan tingkat
masing komponen) dari sampel dengan kepolaran yang berbeda. Pertama
mengunakan pelarut organik. Maserasi di menggunakan pelarut n-heksana, kloroform,
lakukan dengan cara merendam sampel dan metanol. Kemudian hasil partisi
dalam pelarut yang sesuai selama jangka dipekatkan menggunakan rotary evaporator
waktu tertentu pada temperatur ruangan. sehingga dihasilkan fraksi n-heksana, fraksi
Ketika proses tersebut berlangsung, pelarut kloroform, fraksi metanol.
memecah dinding dan membran sel yang
mengandung senyawa kimia oleh pelarut. Uji Fitokimia
Dinding sel akan terekstrak sehingga proses Uji fitokimia dilakukan untuk
ekstraksi berlangsung. Sebanyak 3 kg serbuk mengetahui kandungan senyawa metabolit
akar mengkudu di maserasi menggunakan sekunder berdasarkan perubahan warna
pelarut metanol. Metanol merupakan pelarut yang dihasilkan sebagai akibat penambahan
organik yang umum digunakan dalam reagen tertentu. Uji fitokimia pada penelitian
maserasi karena ukuran molekulnya yang ini dilakukan untuk mengetahui adanya
kecil, sehingga memiliki kemampuan untuk senyawa fenol, flavanoid, triterpenoid dan
menembus dan memecah dinding sel antrakuinon.
tumbuhan dan dapat mengekstrak komponen
39
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077
40
JKK, Tahun 2017, Vol 6(1), halaman 37-41 ISSN 2303-1077
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Fajar.K, 2010 Aktifitas Antibakteri
Ektraks Etanol Buah mengkudu
terhadap bakteri Pembusuk daging
(a) (b) segar, Skripsi. Fakultas matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam USN
Gambar 3. (a) Hasil fraksi M.j2 KLT 2 Surakarta.
dimensi; (b) Hasil identifikasi Nurlina., 2008. Karakterisasi Quassinoid
golongan hasil KLT isolat M.j2 dari Fraksi Etil Asetat Buah
dengan KOH 10% Tumbuhan Makasar (Brucea javanica
(L.) Merr.), FMIPA, Universitas
Gambar 3 memperlihatkan bahwa Tanjungpura, Skripsi.
fraksi M.j2 relatif murni, hal ini terlihat dari Rukmana, R., 2002, Mengkudu Budi Daya
kromatogram yang menunjukkan adanya dan Prospek Agribisnis, Kanisius,
noda tunggal berwarna kuning. Hasil Yogyakarta.
analisis tersebut mengindikasikan bahwa Rudiyansyah., 2012, Kimia molekular,
hanya diperoleh 1 senyawa yang relatif Proses dan fungsi Senyawa Alam
murni dari ekstrak kloroform akar tanaman Hayati,diterbitkan
mengkudu (Morinda citrifolia, L) yang dilihat
dari kromatogram yang di hasilkan pada
41
PRAKTIKUM KROMATOGRAFI
PERCOBAAN 3
KROMATOGRAFI KOLOM
PEMISAHAN ANTRAKINON DARI EKSTRAK DAUN BINAHONG
B. Dasar Teori
Daun binahong (Anredera scandens (L.) Moq.) adalah salah satu tanaman yang secara
empiris digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman yang tergolong famili
Baselaceae inimemiliki berbagai khasiat secara empiris, diantaranya melancarkan dan
menormalkan peredaran dan tekanan darah, mempercepat pemulihan kesehatan setelah
operasi, mengobati luka dalam, mengobati radang usus, menyembuhkan sariawan,
mengatasi maag, mengobati keputihan, menurunkan asam urat, meringankan
pembengkakan hati, dan meningkatkan daya tahan tubuh [1], [2]. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa daunA. Scandens (L.) Moq. memiliki berbagai aktivitas farmakologi
diantaranya sebagai antiinflamasi [3], antibakteri [4], antitukaklambung [5], [6], antiluka
eksisi [5], [7], hepatorotektor dan antioksidan [8]. Ekstrak etanol daun A. scandens (L.)
Moq. dilaporkan mengandung metabolit sekunder triterpenoid, saponin, polifenol dan
tanin, serta flavonoid [9]. Senyawa flavonoid diduga mempengaruhi aktivitas farmakologi
ekstrak etanol daun A. scandens (L.) Moq. yang ditunjukkan oleh mekanisme kerja
berdasarkan kemampuan senyawa flavonoid untuk menimbulkan aktivitas biologis, salah
satunya sebagai antioksidan. Mekanisme flavonoid sebagai antioksidan yaitu memiliki
kemampuan menangkap radikal bebas (Reactive Oxygen Species/ROS) [10]. Aktivitas
antioksidan dari golongan flavonoid ini juga diduga bertanggung jawab terhadap
kemampuan ekstrak daun A. scandens (L.) Moq. ini sebagai peredam CCl3-radikal dalam
kaitannya sebagai agen hepatoprotektor [8]. Penelitian oleh Subratha (2016) dilaporkan
bahwa pada profil kromatogram ekstrak daun A. scandens (L.) Moq. terdeteksi adanya
senyawa flavonoid yang diduga termasuk golongan flavon dan flavanon yang tidak
mengandung 5-OH (dihidroflavonol). Namun struktur kimia dari senyawa flavonoid
tersebut belum diketahui secara jelas. Melihat senyawa flavonoid potensial antioksidan
yang diperkirakan sebagai senyawa aktif dalam ekstrak etanol daun A. scandens (L.) Moq
tersebut belum diketahui struktur senyawanya, maka penting dilakukan isolasi dan menguji
potensi aktivitas antioksidannya serta karakterisasi terhadap senyawa tersebut.
C. Metode Percobaan
1. Alat
• Klem & statif
• Kapas
• Kolompipa kapiler
• Pengaduk kaca chamber
• Pipet tetes plat kromatografi
• Beakerglass
• Erlenmeyer
• Cawan porselen
• Vial
2. Bahan
• Silica gel 60 (fase diam )
• Rivanol
• Riboflavin
• Diklorometan : metanol (99:1) (fase gerak)
• Bahan simplisia dari daun binahong
3. Prosedur kerja
1.Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong
Di blender herba kering daun Binahong sehingga menjadi serbuk
↓
Dilakukan pengujian kadar air serbuk daun binahong hingga diperoleh kadar air di
bawah 5%
↓
Ditimbang sebanyak 500 gramserbuk yang di dapat
↓
Ditambah 2,5 L etil asetat dimixer selama 3 jam dengan kecepatan 400 rpm
↓
Dimaserasi (direndam) selama 24 jam pada suhu kamar
↓
Penyarian dilakukan sampai zat aktif yang terkandung dalam daun binahong tersari
↓
Penyarian dilakukan lagi sebanyak 1 x dengan pelarut 1,5 L. Maserat yang didapat
disaring dengan menggunakan corong Buchner hingga diperoleh maserat I-II
↓
Filtrat digabung menjadi satu lalu diuapkan di udara terbuka sehingga diperoleh
ekstrak kental.
2.Uji Antrakinon
Uji keberadaan antrakinon dilakukandengan cara 1 gram ekstrak dididihkan selama 2
menit dengan 10 ml KOH 0,5 N dan 1ml larutan hydrogen peroksida.
↓
Setelah dingin, suspensedisaring dengan kapas, kemudiandiambil 5 ml filtrat
ditambah dengan 10 tetes asam asetat glacial sampai pH 5
↓
Ditambahkan 10 ml toluene, dan akan terbentuk 2 lapisan
↓
Lapisan atas sebanyak 5 ml dipisahkan dengan dipipet dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
↓
Ditambah KOH 0,5 N. Warna merah yang terjadi pada lapisan air (basa)
menunjukkan adanya senyawa antrakinon.
Nilai Rf
No Keterangan
Sampel Standar
6𝑐𝑚/8𝑐𝑚
6𝑐𝑚8𝑐𝑚=
= 0,75 cm 0,75 cm 0,75 cm
( ......................................... ) ( ............................................ )
E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini ini kita melakukan percobaan Pemisahan antrakinondari
Ekstrak Daun binahongmenggunakan kromatografi kolom. Dengan tujuan untuk
mempelajari pengaruh fase gerak terhadap proses pemisahan senyawa-senyawa dalam
suatu sampel multikomponen yang digunakan pada analisis kualitatif (identifikasi) dan
kuantitatif sediaan obat. Prinsip Kromatografi kolom adalah memisahkan campuran zat
menggunakan fase diam yang dimasukkan ke dalam bahan pendukung berupa kolom, dan
fase gerak berupa cairan. Fase diam yang digunakan yaitu silica gel 60 dan Fase gerak yang
digunakan yaitu campuran perbandingan diklorometana dengan methanol (99:1). Silika gel
digunakan sebagai fase diam karena silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi
dengan senyawa-senyawa organik pada kolom.Kromatografi kolom tekan merupakan
kromatografi yang teratur dengan tekanan rendah, digunakan sebagai daya bagi eluen
bahan pelaruit menilai kolom. Tekanan di pasang untuk mempertahankan bahan pelarut
yang keluar lewat bagian bawah dan juga membunbgkuys kolom tersebut dengan rapat
tanpa adanya pengikatan udara. Pemurnian merupakan tahapan akhir dari proses isolasi.
Kandungan senyawa kimia pada fraksi C di murnikan menggunkan kromatografi kolom
tekan (KKT). Pemurnian senyawa dalam fraksi C menggunakan kolom berdiameter 1 cm
dengan panjang 30 cm. Fasa diam yang di gunakan yaitu silika gel 60 (230-400 mesh).
Fraksi C (1,65g) sebelumnya diimpregnasi dengan silika gel (60-70mesh) sampai
homogen. Sedangkan kolom berisi suatu bahan yang disebut fase diam(stationary phase)
yang berfungsi memisahkan komponen-komponensampel. Ektraksi ekstrak daun binahong
menggunakan metode maserasi karena pengerjaannya lebih mudah dan alat yang di
gunakan sangat sederhana. Pengujian senyawa antrakuinon dilakukan menggunakan
kromatografi kolomdengan fase gerakdiklorometan : metanol (99:1). Dari hasil
perhitungan Rf didapatkan untuk Rf sampel 0,75 cm dan Rf standart juga 0,75 cm.
Selanjutnya pengujian senyawa antrakuinon dilakukan menggunakan kromatografi lapis
tipis dengan fase gerak toleun-etil asetat-asam asetat (75:24:1) (v/v) yang telah dijenuhkan
sebanyak 10 mL, noda yang dihasilkan berwarna kuning ketika disemprot dengan KOH
10%. Warna berubah menjadi merahmerupakan golongan antrakuinon.
F. Kesimpulan
Identifikasi terhadap isolat yang diperoleh dengan cara uji fitokimia menggunakan
larutan KOH 10% menunjukan terbentuknya larutan berwarna merah. Hasil diperkuat
dengan metode KLT mengunakan reagen semprot KOH 10% menunjukan noda warna
merah yang spesipik untuk golongan senyawa antrakuinon.
G. Daftar Pustaka
Gloria Sindora1, Andi Hairil Allimudin, Harlia. 2017. IDENTIFIKASI GOLONGAN
SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU (
Morinda Citrifolia, L).Universitas TanjungpuraLinaEny.F,Dewi K.
ISOLASI,IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA FLAVONOID
DAUNBINAHONG(Anredera cordifolia (Ten.) Steenis). Universitas Diponegoro.
Semarang
Nur ,fitria. 2014. PENINGKATAN KUALITAS MINYAK NILAM MELALUIPROSES
ADSORPSI MENGGUNAKAN ADSORBEN γ-ALUMINADENGAN SISTEM FLOW.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Setyawaty, R., Ismunandar, A., Nurul Quroatun Ngaeni. 2014. Identifikasi Senyawa
Antrakuinon Pada Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L) Menggunakan Kromatografi
Lapis Tipis. Akademi Farmasi Kusuma Husada Purwokerto.