Anda di halaman 1dari 24

KEMAHIRAN HUKUM

(2 SKS)

Kuliah Daring
Selasa, 16 Maret 2021

Dosen Pengampu,

SETIA BUDI HARTONO, M.H.


Asisten Ahli NIDK. 8839530017
POKOK BAHASAN

• Penyelidikan
1

• Penyidikan
2.

• Praktik Penelitian Berkas Perkara


3.
Penyelidikan

Ps. 1 angka 5 Tujuan Bukti Permulaan


KUHAP

• Laporan • Mencari & • Bukti untuk


• Pengaduan menemukan menduga
peristiwa adanya tindak
• Tertangkap pidana pidana.
tangan • guna • Minimum 2
• Informasi menentukan (dua) alat bukti
Khusus dapat atau yang sah.
tidak dilakukan
penyidikan
 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana,
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
 Makna dari penyelidikan :
1. Penyelidikanbukanlah merupakan fungsi yang berdiri sendiri, terpisah dari
fungsi penyidikan, melainkan hanya merupakan salah satu cara metode
atau sub dari fungsi penyidikan, yang mendahului tindakan lain yaitu
penindakan berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan dan
penyitaan yang merupakan fungsi penyidikan.
2. Sebagai subfungsi penyidikan maka penyelidikan mendahului tindakan-
tindakan lain yaitu untuk menentukan apakah suatu peristiwa yang diduga
tindak pidana dapat dilakukan penyidikan atau tidak.
3. Tidak setiap peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
pengungkapannya harus selalu didahului dengan penyelidikan.
4. Apabilaperistiwa sudah jelas merupakan suatu tindak pidana karena telah
diperoleh bukti permulaan yang cukup maka dapat langsung dilakukan
penyidikan
Penyidikan

Ps. 1 angka 2 Tujuan Tindakan pro


KUHAP justitia

• Laporan Lid • Cari & • Riksa alat


• Calon saksi temukan bukti bukti
• Membuat • Penyitaan
• Bakal alat terang tindak • Penyadapan
bukti pidana
• Menemukan
tersangka

PROBLEM 1. Retributive justice Jika hanya


Penyidikan 2. Follow the suspect ditemukan aset,
apakah dapat
dilakukan
penyidikan ?
Penyidikan

 Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undangundang untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang
dengan bukti itu membuat terang suatu tindak pidana yang terjadi, guna
menemukan tersangkanya.
 Makna dari Penyidikan :
1. Yang boleh melakukan penyidikan hanyalah penyidik;
2. Tugas dan kewajiban penyidik adalah mencari dan mengumpulkan bukti.
3. Daribukti yang terkumpul diketahui ada tidaknya tindak pidana yang terjadi
dan tindak pidana apa;
4. Jikamerupakan tindak pidana maka dari bukti yang ada dapat diketahui
siapa tersangkanya;
5. Tindakanmencari dan mengumpulkan bukti haruslah dalam hal dan
menurut undang-undang (harus ada ketentuan hukumnya).
Perbedaan LID Dan Dik
NO Penyelidikan Penyidikan

1. Lid adalah bagian dari dik Dik dapat dilakukan tanpa Lid

2. Bertujuan untuk mengidentifikasi Bertujuan untuk kumpulkan bukti,


suatu peristiwa sebagai tindak pidana membuat terang perbuatan pidana,
untuk dapat atau tidak dilakukan Dik dan menemukan tersangka

3. Lid tidak bisa diajukan pra peradilan Dik bisa diajukan pra peradilan

4. Dapat dilakukan penghentian Lid Dapat dilakukan SP3

5 Tidak ada upaya paksa Ada upaya paksa

6. Unlimited Diibatasi oleh daluwarsa penuntutan


Penetapan Tersangka (Pasal 1 angka 14 KUHAP)

Di level mana penetapan tersangka terjadi ?


(ada dua pendapat)

Di level Lid, saat ditemukan


peristiwa pidana berdasarkan 2
“bakal” alat bukti, “bakal”
tersangka

Dilevel Dik, saat terang/jelas


tindak pidana yang terjadi
berdasarkan 2 alat bukti yang
cukup
Tersangka ditetapkan berdasarkan bukti permulaan

 Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau


keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai
pelaku tindak pidana.
 Bukti permulaan : keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk
adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak
pidana yang dilakukan

“BUKTI PERMULAAN” (Tersangka -Ps. 1 angka 14 KUHAP)

“BUKTI PERMULAAN YANG CUKUP” (Penangkapan -Ps. 17 KUHAP)

“BUKTI YANG CUKUP’ (Penahanan - Ps. 21 ayat (1) KUHAP)


Jenis Alat Bukti

Berdasarkan Pasal
Berdasarkan UU Pidsus (Ps. 26 A UU TPK & Ps. 73 UU TPPU)
184 (1) KUHAP:

keterangan saksi;
1. Informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima,
atau disimpan secara elektronik dengan alat optik
atau alat yang serupa optik
keterangan ahli; 2. Dokumen, yakni setiap rekaman data atau
informasi yang dapat dilihat, dibaca dan atau
surat; didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa
bantuan suatu sarana, baik yang tertuang diatas
kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun
yang terekam secara eektronik, yang berupa tulisan,
petunjuk; suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda,
angka atau perforasi yang memiliki makna

keterangan terdakwa.
Putusan MK No. Nomor 65/PUU-VIII/2010 tanggal 2 agustus 2011,
tentang pengertian saksi.

Pertimbangan :
 Perumusan saksi dalam Pasal 1 angka 26 dan angka 27 KUHAP tidak
meliputi pengertian saksi alibi, dan secara umum mengingkari pula
keberadaan jenis saksi lain yang dapat digolongkan sebagai saksi yang
menguntungkan (a de charge) bagi tersangka atau terdakwa, antara
lain, saksi yang kesaksiannya dibutuhkan untuk mengklarifikasi
kesaksian saksi-saksi sebelumnya;
 arti penting saksi bukan terletak pada apakah dia melihat, mendengar,
atau mengalami sendiri suatu peristiwa pidana, melainkan pada
relevansi kesaksiannya dengan perkara pidana yang sedang diproses;
 Keterangan saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana
yang tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri”.
Semua alat bukti diperoleh menurut hukum

 Siapa yang berwenang memberikan ijin penyadapan ?


 Bilamana penyadapan adalah sah sebagai alat bukti ?
PENYADAPAN ~ PELANGGARAN PRIVACY

 Penyadapan melanggar hak privasi individu, melanggar Ps. 28G


ayat (1) UUD 1945 “setiap orang berhak atas perlindungan diri
priadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman, dan
perlindungan dari ancaraman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
 MK dalam putusan No: 5/PUU-VIII/2010 tgl 24 Feb 2011:
“...bahwasannya penyadapan memang merupakan bentuk
pelanggaran terhadap rights of privacy yang bertentangan
dengan UUD 1945. Rights of privacy merupakan bagian dari
HAM yang dapat dibatasi (derogable rights) namun pembatasan
atas rights of privacy ini hanya dapat dilakukan dengan UU,
sebagaimana ketentuan Ps. 28J ayat (2) UUD 1945
PENYADAPAN DIATUR DALAM UU

 Ps. 40 UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telkom : “setiap orang dilarang melakukan
kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi
dalam bentuk apapun”
 Ps. 31 ayat (1), (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE :
1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dalam suatu komputer
dan/atau sistem elektronik tertentu milik orang lain
2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
intersepsi atas transmisi informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang tidak
bersifat publik, dari ke dan di dalam suatu komputer dan/atau sistem elektronik
tertentu milik orang lain, baik yang tidak menyebabkan perubahan apa pun maupun
yang menyebabkan adanya perubahan penghilangan dan/atau penghentian
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang ditransmisikan
PENYADAPAN DIATUR DALAM UU
 Ps. 12 (1) UU No. 30 Tahun 2002 tentang KPK, “dalam melakukan tugasi lid, dik,
tut, KPK berwenang melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan”.
 Ps. 35 huruf i UU No. 35 Tahun 1999 tentang Narkotika, “dalam rangka melakukan
penyidikan, penyidik BNN berwenang melakukan penyadapan yang terkait dengan
penyalahgunaan atau peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika setelah
terdapat bukti awal yang cukup”.
 Ps. 31 ayat (1) huruf b UU No 15 Tahun 2003 tentang penetapan Perpu No. 1
Tahun 2002 tentang TP Terorisme menjadi UU: “berdasarkan bukti permulaan yang
cukup.... Penyidik berhak menyadap pembicaraan melali telepon atau alat
komunikasi lain yang diduga digunakan untuk mempersiapkan, merencanakan,
dan melakukan TP Terorisme”
 Ps. 31 UU No. 17 Tahun 2011 tentang Intelijen, “...BIN mempunyai wewenang
melakukan penyadapan, pemeriksaan aliran dana dan penggalian informasi
terhadap sasaran yang terkait dengan..
 Putusan MK No. 20/PUU-XIV/2016, bertanggal 7 September 2016
“...dalam konteks penegakan hukum sekalipun pemberian kewenangan penyadapan
sudah seharusnya sangat dibatasi untuk menghindari potensi digunakannya
penyadapan secara sewenang-wenang. Kewenangan penyadapan tidak dapat
dilakukan tanpa kontrol dan dalam konteks penegakan hukum yang paling berwenang
memberikan ijin penyadapan sekaligus melaksanakan checks and balances terhadap
kewenangan tersebut adalah pengadilan atau pejabat yang diberi kewenangan oleh
Undang-undang” (putusan MK hal. 93)
“Sebagai pembanding, sehubungan dengan penyadapan di USA diatur dalam title III of
Ombnibus crime and safe street act 1968 yang menentukan bahwa semua
penyadapan harus seijin pengadilan, namun ijin pengadilan tetap ada
pengecualian yaitu penyadapan dapat dilakukan tanpa menunggu persetujuan
pengadilan, yaitu penyadapan atas komunikasi dalam keadaan mendesak yang
membahayakan keselamatan jiwa orang lain, aktivitas konspirasi yang
mengancam keamanan nasional dan karakteristik aktivitas konspirasi dari
organisasi kejahatan.
 Putusan MK No. 20/PUU-XIV/2016, bertanggal 7 September 2016
“MK menegaskan kembali putusan No: 006/PUU-I/2003 bertanggal 30 Maret 2003
yang kemudian ditegaskan kembali dalam putusan No: 5/PUU-VIII/2010, bertanggal
24 Februari 2011, tentang penyadapan yang menyatakan :
“Mahkamah perlu untuk mengingatkan kembali bunyi pertimbangan hukum
Mahkamah dalam putusan No: 006/PUU-I/2003 bertanggal 30 Maret 2003 tersebut
oleh karena penyadapan dan perekaman pembicaraan merupakan pembatasan
terhadap HAM, dimana pembatasan demikian hanya dapat dilakukan dengan
UU, sebagaimana ditentukan oleh Ps 28J ayat (2) UUD 1945. UU yang dimaksud
itulah yang selanjutnya harus merumuskan antara lain, siapa yang berwenang
mengeluarkan perintah penyadapan, dan perekaman dapat dikeluarkan setelah
diperoleh bukti permulaan yang cukup, yang berarti bahwa penyadapan dan
perekaman pembicaraan itu untuk menyempurnakan alat bukti, ataukah justru
penyadapan dan perekaman pembicaraan itu sudah dapat dilakukan untuk
mencari bukti permulaan yang cukup. Sesuai dengan perintah Ps 28J ayat (2)
UUD 1945, semua itu harus diatur dengan UU guna menghindari penyalahgunaan
wewenang yang melanggar hak asasi”
Pra Penuntutan
 Istilah pra penuntutan tidak memilik definisi dalam HAPID
 Pasal 14 huruf b KUHAP, PU berwenang ”mengadakan pra penuntutan
apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan
Pasal 110 ayat (3) dan ayat (4), dengan memberi petunjuk dalam rangka
penyempurnaan penyidikan dari penyidik”.
 Pra Penuntutan adalah wewenang PU untuk melengapi berkas perkara hasil
penyidikan dengan cara memberikan petunjuk untuk melakukan penyidikan
tambahan atau penyempurnaan penyidikan oleh penyidik.
 PRA PENUNTUTAN, dimulai terhitung sejak penyidik melakukan penyidikan
dengan menyampaikan SPDP (Pasal 109 (1) KUHAP),
PANTAU BANGDIK

PENELITiAN BP
Kegiatan
PU dalam
Pratut

KAJI HENTI DIK

PENELITIAN TSK & BB

MENENTUKAN APAKAH PERKARA DAPAT


DILIMPAHKAN KE PENUNTUTAN
Penyerahan perkara tahap 1
PENELITIAN BERKAS PERKARA

 Berkas perkara
 Hasil penyidikan IDENTIK ???

 Pasal 110 (2), 138 (2), 139 KUHAP

HP BB TSK
BP
PRINSIP PEMBERIAN PETUNJUK

CERMAT JELAS LENGKAP

• menyangkut • Mudah dimengerti • Mendukung ke


penerapan hukum dan dilaksanakan arah pembuktian
• Dalam bahasa • Relevan perkara
hukum yang berdasarkan unsur
mudah dipahami pasal yang
disangkakan
• Hindari petunjuk
susulan kecuali
diperlukan
pengembangan
lebih lanjut
1. SPDP
2. ID TSK
3. SP, BA
4. Daftar BB

2. Syarat MATERIL

 Locus, tempus delicti;


 Unsur pasal sangkaan;
 Peran TSK;
 Keterangan saksi, ahli;
 Kompetensi absolut/relatif
 Pertanggungjawaban pidana
HASIL PENELITIAN
BERKAS PERKARA

 Syarat Formil  Berkas Lengkap


 Syarat Materill  Berkas dikembalikan dengan
petunjuk
 Pemeriksaan Tambahan
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai