Jika menuliskan rumus molekulnya, hydrogen yang terikat langsung pada karbonil
selalu ditulis sebagai –CHO- dan tidak pernah ditulis sebagai COH karena bisa
membingungkan dengan alkohol. Ethanal misalnya ditulis sebagai CH3CHO;
methanal sebagai HCHO.
Pada keton, gugus karbonilnya mengikat dua gugus hidrokarbon yang dapat berupa
alkil atau ring benzena. Contoh,
Propanon umumnya ditulis CH3COCH3. Pada pentanon, gugus karbonil dapat terletak
ditengah atau nomor dua dari ujung sehingga menjadi pentan-3-on atau pentan-2-on.
Selama reaksi, ikatan rangkap karbon-oksigen dapat terputus. Hal ini menyebabkan
gugus karbonil dapat melakukan reaksi addisi, sering diikuti dengan kehilangan air,
sehingga dikenal dengan addisi-eliminasi atau kondensasi. Baik aldehida maupun
keton mempunyai gugus karbonil, hal ini berarti reaksinya juga akan sama. Kalau
demikian, dimana letak perbedaannya?
Aldehida berbeda dengan keton oleh adanya atom hidrogen yang berikatan langsung
pada karbonilnya, hal ini menyebabkan aldehida lebih mudah teroksidasi. Contoh,
ethanal, CH3CHO, dengan mudah teroksidasi menjadi asam ethanoat CH 3COOH, atau
ion ethanoat, CH3COO-. Keton tidak memiliki atom hydrogen pada karbonilnya
sehingga resisten terhadap oksidasi, hanya bisa dioksidasi dengan oksidator yang kuat
yang mempunyai kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.
Baik aldehida maupun keton merupakan molekul semi polar sebagai akibat adanya
ikatan rangkap karbon-oksigen. Juga akan terjadi gaya dispersi dan tarik menarik
antara dipole pada molekul didekatnya, hal ini akan menyebabkab titik didihnya akan
semakin tinggi jika dibandingkan dengan yang hanya mempunyai gaya dispersi saja.
Contoh, jika dibandingkan 3 molekul yang ukurannya hampir sama, dengan panjang
dan jumlah elektron yang juga hampir sama seperti propana, ethanal, dan ethanol
sebagat berikut:
Nampak pada tabel tersebut aldehida (dengan tarik menarik dipole dan juga gaya
dispersi) mempunyai titik didih lebih tinggi dibandingkan dengan alkana yang hanya
mempunyai gaya dispersi. Akan tetapi titik didih aldehida tidak setinggi alkohol. Pada
alkohol terdapat ikatan hidrogen dan juga dua jenis tarik menarik intermolekuler.
Walaupun aldehida dan keton merupakan molekul polar, keduanya tidak mempunyai
atom hidrogen yang langsung berikatan dengan oksigen, sehingga tidak mempunyai
ikatan hidrogen antar molekulnya.
Sifat fisik yang lain yang cukup penting adalah kelarutannya di dalam air (“Solubility
in water”). Aldehida dan keton berukuran kecil sangat mudah larut di dalam air, tapi
kelarutannya berkurang dengan bertambahnya rantai. Misalnya, methanal, ethanal,
dan propanon yang merupakan aldehida dan keton sederhana bercampur sempurna
(“miscible”) dengan air dalam berbagai porsi. Alasannya untuk kelarutan ini karena
aldehida dan keton tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekulnya, tapi
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air.
Salah satu dari atom hidrogen pada molekul air dapat ditarik oleh sepasang elektron
(“lone pair electron”) pada atom oksigen molekul aldehida atau keton untuk
membentuk ikatan hidrogen.
Tentu juga terjadi gaya dispersi dan tarik menarik dipole antara aldehida atau keton
dan molekul air. Dengan bertambahnya rantai hidrokarbon sebagai ekor (“tails”) yang
[O] sering dipergunakan untuk mewakili oksigen yang berasal dari agen pengoksidasi.
R dan R' adalah gugus aklil atau hydrogen, dapat juga ring benzena. Jika salah satu
dari gugus ini adalah atom hidrogen, maka akan dihasilkan aldehida tapi jika
keduanya adalah alkil maka akan dihasilkan keton. Jika alkoholnya adalah alkohol
primer maka akan dihasilkan aldehida sedangkan jika alkohol sekunder maka hasilnya
adalah keton.
Jika dipergunakan ethanol sebagai alkohol primer, maka akan dihasilkan ethanal,
(CH3CHO). Persamaan reaksinya sedikit kompleks sebagai berikut:
Dalam Kimia Organik, dapat disederhanakan yang fokus pada apa yang terjadi pada
bahan organic tersebut dan untuk melakukan itu agen pengoksidasinya ditulis sebagai
[O] sehingga akan menghasilkan persamaan yang lebih sederhana sebagai berikut:
Reduksi dengan agen pereduksi yang tidak terlalu kuat (“mild”) akan
mengkonversikan acyl halida, ester, dan nitril menjadi aldehida. Agen pereduksi yang
dipilih biasanya lithium tri-tert-butoxy aluminum hydride (LATB—H) dan
diisobutylaluminum hydride (DIBAL—H). Berikut struktur dari pereduksi tersebut:
Mekanisme reduksi acyl chlorida berlangsung melalui transfer ion hydrida dari agen
pereduksi ke acyl chlorida sebagai berikut:
1. Reaksi asam basa terjadi antara sepasang elektron bebas pada atom
oksigen dari gugus karbonil dan atom aluminium dari LATB—H.
Mekanisme kedua reaksi tersebut mirip dengan mekanisme untuk reduksi acyl halide
oleh LATB—H. Langkah pertama adalah reaksi asam-basa antara sepasang elektron
bebas pada oksigen atau nitrogen dengan atom aluminum dari DIBAL—H. Lengkah
kedua adalah transfer ion hydrida dari DIBAL—H ke atom karbon pada karbonil atau
nitril. Langkah terakhir adalah hidrolisis aluminium komlpeks membentuk aldehida.
Aldehida juga dapat dibuat dari reaksi antara alkena dengan ozon. Alkena dengan
karbon ikatan rangkap yang mempunyai satu atau lebih atom hidrogen berekasi
dengan ozon (O 3) untuk menghasilkan aldehida. Reaksi antara propena dengan ozon
dapat menghasilkan acetaldehida dan formaldehida.
Alkohol sekunder akan teroksidasi menjadi keton. Tidak terjadi oksidasi lanjutan
menjadi asam karboksilat seperti alkohol primer. Contoh, jika dipanaskan alkohol
sekunder 2-propanol dengan larutan sodium atau potassium dichromate(VI) yang
diasamkan dengan asam sulfat encer maka akan dihasilkan propanon.
Addisi air pada alkuna akan menghantarkan pembentukan vinyl alkohol yang tidak
stabil. Material yang tidak stabil ini akan melakukan tautomerisasi keto-enol untuk
membentuk keton. Hydratasi propuna akan membentuk 2-propanon sebagai berikut:
Apabila satu atau atom karbon alkena mempunyai dua gugus alkil, ozonolisis akan
menghasilkan satu atau dua keton. Ozonolysis 1,2-dimethyl propena menghasilkan 2-
propanon (ketone) ethanal (aldehida).
Reaksi addisi lithium dialkylcuprate (“Gilman reagent”) pada acyl chlorida pada
temperatur rendah akan menghasilkan keton. Metode ini menghasilkan acetophenon
dengan jumlah yang memadai.
Hidrolisis garam yang terbentuk dari pereaksi Grignard dengan nitril menghasilkan
keton. Contoh, aseton dapat dibuat dari reaksi antara pereaksi Grignard methyl
magnesium bromida (CH 3MgBr) dengan aseonitril.
Biasanya reaksi ini tidak menggunakan HCN, karena merupakan gas beracun
sehingga aldehida atau keton akan dicampur dengan larutan NaCN atau KCN dalam
air dengan penambahan sedikit asam sulfat. pH larutan disesuaikan sampai 4 -5
karena akan mempercepat reaksi dan reaksi ini terjadi pada suhu kamar. Larutannya
akan masih mengandung HCN sebagai hasil reaksi antara NaCN atau KCN dengan
asam sulfat, juga masih mengandung ion cyanida. Hal ini penting untuk menjelaskan
mekanisme reaksinya.
Addisi sodium hidrogensulfit yang dikenal dengan sodium bisulfit, reaksi ini baik
hanya untuk aldehida. Pada keton, satu dari gugus hidrokarbon yang terikat pada
Reaksi ini biasanya dipergunakan untuk pemurnian aldehida (beberapa keton). Jika
ada aldehida yang kotor, dapat ditambahkan dengan sodium hidrogenbisulfit dan
dikocok maka akan menghasilkan kristal. Kristal ini dapat dengan mudah disaring
dan dicuci dari kotorannya. Penambahan asam encer akan menghasilkan kembali
aldehida awal yang murni.
[H] berarti "hidrogen dari agen pereduksi". Secara umum, reduksi aldehida akan
menghasilkan alkohol primer.
Produk ini kemudian diperlakukan dengan asam encer (seperti asam sulfat atau asam
khlorida) untuk melepah alkohol dari ion kompleks. Alkohol yang terbentuk dapat
dipisahkan dari campurannya dengan distilasi.
Langkah berikutnya, ditambahkan air dan dipanaskan agar alkohol yang terbentuk
terlepas dari kompleksnya. Dilakukan distilasi untuk memisahkannya.
Reaksi pereaksi Grignard dengan aldehida atau keton, pertama pereaksi ini
ditambahkan pada ikatan rangkap karbon-oksigen:
Pereaksi ini sangat bermanfaat untuk membuat alkohol yang cukup kompleks
tergantung dari karbonil dan alkilnya.
Jika aldehida yang dipergunakan sangat sederhana seperti ethanal dan pereaksi
Grignardnya CH3CH2MgBr maka alkohol yang dihasilkan adalah propanol,
Reaksi ini menghasilkan alkohol primer (hanya 1 alkil yang terikat pada ataom karbon
yang mengikat –OH. Alkohol lain dapat dibuat selain tergantung pada aldehidanya
juga tergantung pada alkil pereaksi Grignardnya.
Reaksi ethanal dengan pereaksi Grignard seperti diatas akan menghasilkan 2-buthanol
yang merupakan alkohol sekunder (dua gugus alkil yang terikat pada atom karbon
yang mengikat –OH)
Reaksi keton dengan pereaksi Grignard akan menghasilkan alkohol tersier, karena
keton mempunyai dua gugus alkil yang terikat pada karbonil. Keton yang paling
sederhana adalah propanon.
Keberadaan hidrogen pada atom karbon karbonil suatu aldehida membuat aldehgyda
sangat mudah teroksidasi atau dengan kata lain aldehida merupakan agen pereduksi
yang kuat. Sedangkan keton tidak mempunyai hydrogen seperti itu, sehingga resisten
terhadap oksidasi. Hanya agen pengoksidasi yang kuat seperti larutan potassium
manganate(VII) dapat mengoksidasinya dan merusaknya dengan memutus ikatan
karbon-karbon. Penggunaan agen pengoksidasi yang kuat seperti ini harus dihindari,
karena untuk membedakan aldehida dan keton dapat dipilih agen pengoksidasi lain.
Kedua larutanatau pengujian ini dipergunakan dengan cara yang sama. Beberapa tetes
aldehida atau keton ditambahkan ke dalam pereaksi, campuran dipanaskan secara
perlahan dalam penangas air beberapa menit.
Reaksi dengan aldehida dan keton tergantung dari sifat aldehida dan keton serta
pelarut 2,4-dinitrophenylhydrazine. Misalkan dipergunakan pereaksi Brady,
tambahkan beberapa tetes aldehida atau keton, kalau memungkinan larutan aldehida
atau keton dalam methanol. Presipitat berwarna orange atau kuning menunjukkan
adanya ikatan rangkap karbon – oksigen pada aldehida atau keton. Ini merupakan tes
sederhana untuk mengetahui adanya aldehida atau keton. Reaksinya sebagai berikut:
R dan R' dapat kombinasi hidrogen atau hidrokarbon, jika salah satunya adalah
hidrogen maka senyawanya adalah aldehida. Jika keduanya gugus alkil atau
hidrokarbon maka senyawanya adalah keton. Perhatikan apa yang terjadi,
Reaksi ini dapat dipergunakan untuk menguji adanya aldehida atau keton.
Pertama, dapat dipergunakan untuk menguji keberadaan ikatan rangkap
karbon-oksigen. Akan diperoleh presipitat orange atau kuning dari ikatan
rangkap karbon-oksigen pada aldehida atau keton.
Kedua, dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi spesifik aldehida atau
keton. Saring presipitat dan dicuci dengan methanol kemudian direkristalisasi
dari pelarut yang sesuai tergantung sifat dari aldehida atau keton. Misalnya,
direkristalisasi dengan campuran ethanol dan air. Kristal yang diperoleh diuji
titik lelehnya dan dibandingkan dengan titik leleh 2,4-dinitrophenylhydrazone
dari berbagai aldehida atau keton.
Secara umum beberapa reaksi yang mirip dengan reaksi diatas nampak sebagai
berikut:
Potassium iodida dan larutan sodium chlorate(I) yang sering dikenal dengan sodium
hypochlorite dapat juga dipergunakan untuk test iodoform, larutan potassium iodide
ditambahkan sedikit aldehida atau keton diikuti dengan penambahan larutan sodium
hypochlorite. Jika tidak terjadi reaksi, panaskan diatas penangas air. Pengujian
dikatakan positif apabila terjadi presipitat berwarna kuning sangat muda.
"R" dapat atom hidrogen atau gugus hidrokarbon (Misalnya, gugus alkyl).
Jika "R" adalah hidrogen, maka akan diperoleh aldehida ethanal, CH3CHO.
Tahap kedua, ikatan antara CI3 dan bagian molekul terputus menghasilkan
triiodomethane (iodoform) dan garam.
5.5.1. Aldehida
1
H NMR – unit CH=O pada aldehida mudah ditandai.
Proton yang terikat pada karbonil pada aldehida (aldehydic proton) muncul pada
kisaran 9-10 ppm.
Posisi masing masing proton atau hidrogen pada spektrum NMR adalah sebagai
berikut:
13
C NMR
Karbon C=O muncul pada 190-220 ppm (deshielding karena O)
intensitasnya minimal, kharakteristik untuk karbon karbonil.
Mass Spectrometry
Ion molekul (Molecular ion), M+, sangat nyata merupakan tipikal dari puncak
M-1.
5.5.2. Keton
IR - keberadaan C=O sangat nyata
1
H NMR
13
C NMR
Karbon karbonil, C=O muncul pada kisaran 190-220 ppm (deshielding
karena O) dengan intensitas minimal, contoh asetophenon
UV-VIS
Dua serapan maxima to * (< 200 nm) n to * (> 200 nm)
Electron dari pada C=O
Elektron n O lone pair
* antibonding C=O
Mass Spectrometry
Referensi
http://www.chemguide.co.uk/organicprops/carbonyls/background.html
http://www.cliffsnotes.com/sciences/chemistry/organic-chemistry-ii/aldehydes-and-
ketones/synthesis-of-aldehydes
http://www.cliffsnotes.com/sciences/chemistry/organic-chemistry-ii/aldehydes-and-
ketones/synthesis-of-ketone
http://www.cliffsnotes.com/sciences/chemistry/organic-chemistry-ii/aldehydes-and-
ketones/reactions-of-aldehydes-and-ketones
http://www.chem.ucalgary.ca/courses/350/Carey5th/Ch17/ch17-0.html
http://www.chem.ucalgary.ca/courses/351/Carey5th/Ch13/ch13-ir-4-fg.html
http://www.mhhe.com/physsci/chemistry/carey/student/olc/ch13nmr.html