Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK II
ACARA I
ANALISIS ALKENA (IKATAN RANGKAP)

DISUSUN OLEH :
NAMA : ANDI OLYVIA MAHARANI
NIM : G1C019007

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ACARA I
ANALISIS ALKENA (IKATAN RANGKAP)

A. PELAKSANAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Mengidentifikasi ada tidaknya ikatan rangkap pada senyawa organik melalui
reaksi adisi dan oksidasi
2. Waktu Praktikum
Kamis, 27 Mei 2021
3. Tempat Praktikum
Lantai I, Laboratorium Kimia Lanjut Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang tersusun atas atom
karbon dan hidrogen. Berdasarkan penyusunannya dalam struktur hidrokarbon
dibedakan menjadi hidrokarbon alifitik, alisiklik, dan aromatik. Hidrokarbon
alifatik adalah senyawa organik yang tersusun oleh karbon dan hidrogen
dengan rantai terbuka. Hidrokarbon alifatik dapat berupa alifatik jenuh dan
tidak jenuh. Alifatik jenuh apabila dalam struktur molekulnya hanya
mempunyai ikatan tunggal. Sedangkan alifatik tidak jenuh apabila didalam
strukturnya terdapat ikatan rangkap (Wardiyah, 2016: 41).
Senyawa alkena adalah adalah senyawa hidrokarbon tak jenuh yang
mengadung dua ikatan rangkap atau lebih. Berbeda dengan kelompok
hidrokarbon dimana ikatan rangkap tunggal C-C merupakan ikatan sigma pada
orbital hibrida sp3 atau δ (sp3- sp3) dari dua atom karbonnya. Maka pada alkena
ikatan ganda dua C=C terbentuk dari satu ikatan sigma antara orbital hybrid
sp2 atau δ (sp2- sp2) dan satu ikatan π (pz-pz) (Hadanu, 2019: 85).
Hidrokarbon berat adalah campuran senyawa yang heterogen
terutama terdiri dari siklik teralkilasi, resin dan aspal, dan tergantung pada
sumbernya dapat membentuk proporsi yang signifikan dari minyak mentah.
Prevalensinya diharapkan meningkat di masa depan kerana cadangan minyak
berat semakin dieksploitasi untuk meningkatkan permintaan energi di seluruh
dunia. Meskipun semakin banyak digunakan, hidrokarbon berat umumnya
diabaikan ketika melihat resiko kesehatan manusia, ekologi, dan cadangan air.
Meskipun resiko kesehatan manusia dan lingkungannya dianggap rendah,
hidrokarbon berat diketahui bertahan di lingkungan (Brown, dkk, 2017).
Prinsip pengujian iodin yaitu karbodhidrat golongan polisakaridrat
akan memberikan reaksi dengan lariutan iodin akan memberikan warna
spesifik bergantung jenis karbohidratnya. Amilosa dan iodin akan berwarna
biru, amilopekdin dengan iodin akan berwarna merah violet, glikogen maupun
deskrin dengan iodin akan berwarna merah coklat. Kelebihan dari metode
iodin yaitu proses pengujiannya dan biaya yang di keluarkan lebih sedikit di
bandingkan metode yang lainya (Mustakin dan Tahir, 2019)
Sempel positif (+) mengalami perubahan warna saat di campurkan
dengan kalium permanganate 0,1 M (KMnO4) yang semula berwarna merah
mudah, lama kelamaan menjadi tidak berwarna (pudar), sehingga dapat
diidentifikasikan sempel tersebut mengadung formalin. Perubahan warna
larutan KMnO4 disebabkan karena aldehid mereduksi KMnO4 sehingga warna
larutan yang asalnya merah muda akhirnya menjadi pudar/hilang (Sari, dkk,
2017).
Oksidasi oleh air dengan pelepasan H2 sangat diinginkan, karena
dapat berfungsi sebagai cara yang ramah lingkungan untuk oksidasi senyawa
organik. Disini oksidasi alkena dengan air sebagai oksidator dengan
menggunakan katalis kombinasi dari kompleks PNP-Ru berbasis akridin dan
indium (III) triflate. Dibandingkan dengan tipe warket tradisional. Oksidasi ini
menghidari penggunaan oksidasi kimia tambahan dan membebaskan gas
hidrogen sabagai salah satu produk sampingan (Tang, dkk, 2020).

C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


1. Alat-alat praktikum
a. Pipet tetes
b. Pipet ukur 2 mL
c. Pipet ukur 5 mL
d. Rak tabung reaksi
e. Rubber bulb
f. Stopwatch
g. Tabung reaksi
h. Water bath
2. Bahan-bahan praktikum
a. Diklorometana (DCM) (CH2Cl2(aq))
b. Etanol (C2H5OH(aq)) 96%
c. Iodin (I2(aq)) 2%
d. Kalium permanganat (KMnO4(aq)) 1%
e. Sampel A (n-heksana) (C6H14(aq))
f. Sampel B (benzena) (C6H6(aq))
g. Sampel C (sikloheksana) (C6H12(aq))

D. SKEMA KERJA
1. Pengujian Iodinasi

5 mL DCM

•Dimasukkan ke
dalam tabung reaksi

+2 tetes +2 tetes +2 tetes


sampel A sampel B sampel C

• + tetes demi tetes iodin dalam DCM


sampai warna ungu kemerahan hilang

Hasil

• Dipanaskan selama 5 menit dengan


suhu 55oC

Hasil
2. Pengujian Baeyer (Uji KMnO4)

2 mL etanol 96%

•Dimasukkan ke
dalam tabung reaksi

+2 tetes +2 tetes +2 tetes


sampel A sampel B sampel C

• + 5 tetes KMnO4 1% tetes demi


tetes sambil dikocok
• Dibiarkan selama 2 menit
• Dipanaskan selama 1 menit

Hasil
(Jika hilang warna ungu dan terbentuk presipitat coklat, maka (+))

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pengujian Iodinasi
No Percobaan Hasil Pengamatan
1 • DCM • Warna awal: Bening
• Iodin 2% • Warna awal: Ungu
kemerahan
• Sampel A,B, dan C • Warna awal: Bening
2 Tabung A
• DCM +Sampel A • Warna tetap bening
• Campuran + Iodin • Warna ungu
kemerahan tidak
hilang (-)
• Dipanaskan selama 5 • Warna ungu
menit kemerahan tidak
hilang (-)
3 Tabung B
• DCM +Sampel B • Warna tetap bening
• Campuran + Iodin • Warna ungu
kemerahan tidak
hilang (-)
• Dipanaskan selama 5 • Warna ungu
menit kemerahan tidak
hilang (-)
4 Tabung C
• DCM +Sampel C • Warna tetap bening
• Campuran + Iodin • Warna ungu
kemerahan tidak
hilang (-)
• Dipanaskan selama 5 • Warna ungu
menit kemerahan tidak
hilang (-)

2. Pengujian Baeyer (Uji KMnO4)


No Percobaan Hasil Pengamatan
1 • Etanol 96% • Warna awal: Bening
• KMnO4 1% • Warna awal: Ungu
• Sampel A,B, dan C • Warna awal: Bening
2 Tabung A
• Etanol 96% + Sampel • Warna tetap bening
A
• Campuran + KMnO4 • Warna menjadi ungu
1%
• Didiamkan 2 menit • Tidak terbentuk
endapan
• Dipanaskan selama 1 • Setelah dipanaskan,
menit tidak terbentuk
endapan
3 Tabung B
• Etanol 96% + Sampel • Warna tetap bening
B
• Campuran + KMnO4 • Warna menjadi ungu
1%
• Didiamkan 2 menit • Tidak terbentuk
endapan
• Dipanaskan selama 1 • Setelah dipanaskan,
menit tidak terbentuk
endapan
4 Tabung C
• Etanol 96% + Sampel • Warna tetap bening
C
• Campuran + KMnO4 • Warna menjadi ungu
1%
• Didiamkan 2 menit • Tidak terbentuk
endapan
• Dipanaskan selama 1 • Setelah dipanaskan,
menit tidak terbentuk
endapan
F. ANALISIS DATA
1. Pengujian Iodinasi
a. Reaksi sampel A (n-heksana) dengan iodin

b. Reaksi sampel B (benzena) dengan iodin

c. Reaksi sampel C (sikloheksana) dengan iodin

Perbandingan: Reaksi 2-butena dengan iodin

2. Pengujian baeyer (Uji KMnO4)


a. Reaksi sampel A (n-heksana) dengan KMnO4

b. Reaksi sampel B (benzena) dengan KMnO4


c. Reaksi sampel C (sikloheksana) dengan KMnO4

• Perbandingan: Reaksi 1-metilsiklopentena dengan KMnO4

G. PEMBAHASAN
Reaksi adisi alkena adalah penggabungan dua atau lenih molekul
membentuk sesuatu produk tunggal yang di tandai dengan hilangnya ikatan
rangkap. Reaksi ini merupakan reaksi karakteristik senyawa tak jenuh seperti
alkena dan alkuna setelah mengalami reaksi adisi, senyawa alkena berubah
menjadi senyawa jenuh alkana. Secara umum reaksi adisi mengikuti aturan
Markovnikov. Aturan Markovnikov menyatakan bahwa pada reaksi adisi
hidrogen halida (HX), atom halogen (X) akan terikat pada atom karbon yang
paling sedikit mengikat atom H, sedangkan atom hidrogen (H) akan terikat
pada atom karbon yang paling banyak mengikat atom H (“yang kaya semakin
kaya”). Jika atom karbon yang berikatan rangkap tersebut mempunyai jumlah
atom H terikat sama banyak, maka atom X akan cenderung terikat pada atom
karbon dengan gugus alkil yang lebih panjang.
Praktikum analisis alkena ikatam rangkap bertujuan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya ikatan rangkap pada senyawa organik melalui
reaksi adisi dan oksidasi. Percobaan ini dilakukan dengan dua pengujian yaitu
uji iodin (I2) dan uji bayer (uji dengan KMnO4). Hal yang diamati pada uji iodin
adalah perubahan warna pada senyawa dan jika hal tersebut terjadi, maka
senyawa tersebut positif mengandung gugus alkena. Sedangkan pada
pengujian bayer, hal yang di amati adakah perubahan warna dan endapan pada
senyawa dan jika hal tersebut terjadi, maka senyawa tersebut positif
mengadung gugus alkena.
Percobaan pertama yaitu uji iodin untuk mengetahui ikatan
rangkap, dimana pada uji iodin digunakan 3 sampel yaitu A, B, dan C yang
warna awal larutannya bening, masing-masing sampel di tambahkan larutan
diklorometana (DCM) yang juga berwarna bening dengan iodin. Pada sampel
A, B, dan C direaksikan dengan I2 sedikit demi sedikit dan terjadi perubahan
warna larutan. Semua sampel berubah warna menjadi ungu kemerahan yang
artinya warna dari Iodin (I2) 2% tidak menghilang ketika bereaksi dengan
sampel A, B, C, begitu juga setelah dipanaskan selama 5 menit. Pemanasan
dilakukan untuk mempercepat laju reaksi, namun tetap tidak terjadi perubahan
warna. Hal ini dikarenakan ketiga sampel tidak memiliki ikatan rangkap
kecuali pada sampel B (benzene) memiliki tiga ikatan rangkap (=) yang
terkonjugasi dan mengalami resonansi, atau berpindah-pindah antara keenam
atom karbon. Ini membuat ikatan rangkap ini lebih stabil dan sulit terpecah
dalam reaksi adisi. Unsur halogen yang umumnya digunakan untuk reaksi
alkena adalah Cl2 dan Br2 karena memiliki reaktivitas yang tinggi sehingga saat
direaksikan, warna larutan Cl2 dan Br2 seketika menghilang. Penggunanan
Iodin jarang digunakan karena reaktivitasnya tidak setinggi dua unsur di atas
dan reaksinya akan lambat. Oleh karena itu perlu perlakuan khusus seperti
pemanasan untuk meningkatkan energi kinetiknya. Sehingga perubahan warna
lebih cepat terjadi
Percobaan kedua yaitu uji bayer, untuk menentukan ikatan rangkap
dengan oksidator KMnO4, dimana pada uji baeyer digunakan 3 sampel yaitu
A, B, dan C yang direaksikan dengan etanol 96% yang berwarna bening dan
KMnO4 1% yang berwarna ungu. Reaksi ini akan menghasilkan alkohol, diol,
keton, aldehid, atau karboksilat dengan hasil samping berupa endapan coklat
MnO2. Hasil menunjukkan bahwa sampel A, B, dan C tidak menunjukan hasil
yang berbeda yaitu tidak terjadinya perubahan warna atau terbentuknya
endapan. Percobaan kali ini seharusnya membentuk endapan, namun tidak
terbentuk dikarenakan pada praktikum kali ini menggunakan iodin. Dimana
iodin memiliki keelektronegatifan yang rendah dan sulit untuk bereaksi. Reaksi
oksidasi terjadi apabila warna ungu dari KMnO4 hilang dari campuran ersebut.
Hilangnya warna ungu ion MnO4- disebabkan oleh adanya reaksi ion MnO4-
dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan cokelat dari
MnO2-. Dilakukan pemanasan selama beberapa menit untuk memepercepat laju
reaksi dengan tujuan terbentuknya endapan. Namun setelah dipanaskan tetap
tidak terbentuk endapan dikarenakan sifat iodin yang sulit untuk bereaksi. Lalu
untuk sampel B (Benzena) tidak mengalami oksidasi padahal memiliki ikatan
π. Ikatan sigma pada sampel akan sulit bereaksi, namun tidak dengan ikatan pi.
Ikatan pi pada benzena seharusnya dapat bereaksi dengan dua pengujian diatas.
Namun karena delokalisasi ikatan pi pada benzena yang mengakibatkan
resonansi struktur tersebut sangat stabil. Sehingga dibutuhkan energi yang
lebih tinggi serta perlakukan tertentu untuk bisa mereaksikan ikatan pi pada
benzene sehingga mampu bereaksi dengan dua pengujian di atas. Hal tersebut
dikarenakan senyawa benzene, ikatannya terkonjugasi dasn elektron ini
berpindah-pindah (beresonansi) antara atom karbon. Ini menunjukan ikatan
rangkap ini lebih stabil dan sulit terpecah.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa identifikasi ada tidaknya ikatan rangkap pada senyawa organik melalui
reaksi adisi dan oksidasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu uji iodin dan
uji baeyer. Dimana sampel dikatakan positif mengandung ikatan alkena jika
pada pengujian pertama, warna ungu kemerahan pada iodin hilang ketika
bereaksi dengan sampel yang diuji. Reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi
halogen. Kemudian pada uji baeyer, sampel dikatakan positif mengandung
alkena jika warna ungu pada KMnO4 hilang dan terbentuk endapan coklat
ketika sampel bereaksi. Reaksi yang terjadi adalah oksidasi kalium
permanganat. Pada sampel A dan C merupakan senyawa n-heksana dan
sikloheksana yaitu senyawa alkana yang tidak memiliki ikatan rangkap dua
sehingga inert/sulit bereaksi, dan terakhir yaitu sampel B yang merupakan
senyawa aromatik, tidak memiliki ikatan rangkap melainkan memiliki cincin
sehingga tidak dapat bereaksi pada uji iodin maupun uji baeyer. Berdasarkan
hasil pengamatan, semua sampel A,B, dan C negatif mengandung ikatan alkena
pada pengujian iodin maupun pengujian KMnO4.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, D. M., Bonte, M., Gill, R., Dawick, J., & Boogaard, P. J., (2017), Heavy
Hydrocarbon Fate and Transport in the Environment. Quarterly Journal
of Engineering Geology and Hydrogeology, 50: 333-346.
Hadanu, R., (2019), Kimia Organik Jilid. Leisya. Makassar.
Mustakin, F., & Tahir, M. M., (2019). Analisis Kandungan Glikogen Pada Hati,
Otot, dan Otak Hewan, Canrea Journal, 2(2): 75-81.
Sari, A. N., Anggraeyani, D., Fautama, F. N., Dirayathi, M., Misdal, Marfani, N.
A., Nurfadhillah, & Usliana, U, (2017), Uji Kandungan Formalin pada
Ikan Asin di Pasar Tradisional Kota Banda Aceh. Prosiding Seminar
Nasional Biotik. 306-310.
Tang, S., Ben-David, Y., & Milstein, D., (2020), Oxidation of Alkenes by Water
with H2 Liberation, Journal Of The American Society, 142: 5980-5984.
Wardiyah. (2016). Kimia Organik. Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai