Anda di halaman 1dari 5

Step 1

Andri : Buku Defekta

Dinar : Oximeter

Tya : Faktur

Sofi : Kartu Stock

Dinda : Coditam

Atsil : Trifed Sirup

Riska : Retur

Jawaban :

Chandra : Buiku yang mencatat pesanan barang

Yonic : Buku defekta yaitu buku yang berisi daftar pesanan obat atau alat kesehatan.

Mardiana : Oximeter adalah alat untuk mengukur kadar oksigen dalam tubuh.

Riska : Alat untuk mendeteksi tingkat oksigen dalam darah tanpa menimbulkan rasa sakit.

Atsil : Faktur yaitu bukti pembelian barang terhadap PBF.

Dinda : Faktur berisi nama obat, jumlah yang dipsean, harga satuan, diskon, dan pajak.

Tya : Kartu Stock yaitu kartu yang memuat nama obat, jumlah obat, serta asal PBF.

Andri : Kartu Stock untuk mendata keluar dan masuknya obat, pengendali stock.

Dinar: Coditam berisi paracetamol dan kodein .

Sofi: Coditam digunakan untuk rasa nyeri.

Mardiana : Trifed sirup yaitu kombinasi Pseudoefedrin HCl dan Triprolidin HCl

Yonic: Trifed sirup merupakan golongan precursor dan sebagai obat flu.

Atsil : Retur yaitu pengembalian obat yang tidak sesuai dengan pesanan.

Step 2

Dinar: Apa tugas seorang Apoteker di Apotek?

Tya : Apa saja jenis- jenis distributor obat/alkes dan Bagaimana kriteria dari setiap distributor?
Chandra : Apa perbedaan distributor dan PBF?

Andri: Bagaimana perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan di Apotek?

Riska :kemudian bagaimana juga pemusnahan, pengendalian, pencacatan dan pelaporan?

Dinda : Apa sanksi yang diberikan jika seorang Apoteker melakukan kesalahan dalam pemberian
obat?

Sofi : Apa perbedaan surat pesanan golongan obat narkotika, psikotropika, dan prekursor?

Mardiana: Apakah yang dimasuk dengan SOP pada pelayanan kefarmasian di Apotek?

Step 3

Soal 1 (A)

Atsil : Tugas apoteker malakukan pelayanan kefarmasian sesuai peraturan yakni permenkes no. 73
tahun 2016. Meliputi pengelolaan sediaan farmasi dari awal sampai akhir.

Yonic: Melayani resep, menerima resep, skrining dan dispensing, pio, meningkatkan standar
pelayanannya di apotek guna untuk meningkatkan kepuasaan pasien dan waktu tunggu.

Sofi : Pelayanan seperti konseling, pelayanan resep, homecare, monitoring efeksamping obat

Soal 2 (B)

Dinda : Terdapat 2 jenis distributor yakni distributor yang tidak memiliki izin dan tidak bersertifikat
cdob dan yang memiliki izin resmi serta bersertifikat cdob yaitu PBF. Kriteria PBF harus menentukan
kualitas dilihat dari proses pengiriman yang cepat dan tepat, kuantitas barang, apakah pbf sering
melakukan kunjungan ke apotek tersebut, apakah pbf sering memberikan diskon atau potongan,
jarak lokasi pbf, segi harga.

Andri: PBF harus memilki izin, kualitas barang yang baik, program potongan harga, pengiriman harus
tepat waktu, dan ketersediaan obat dan alkes sesuai dengan ketentuan Permenkes No 1148 Tahun
2011.

Dinar : Menurut BPOM buku kedua tahun 2019, PBF harus memiliki izin sesuai dengan perundang-
undangan.

Soal 3 (C)

Riska : PBF adalah distributor resmi yang bersertifikat CDOB, sedangkan distributor tidak memiliki
sertifikat CDOB.
Tya : PBF yaitu distributor yang bergerak khusus di bidang obat, sedangkan distributor tidak hanya
bergerak pada bidang obat tetapi juga dibidang lain selain obat.

Soal 4 (D)

Riska: Perencanaan untuk memilih harga atau jenis yang sesuai. Untuk mengindari kekosongan obat,
meningkatkan penggunaan obat yang resional. Perencanaan menggunaakn metode konsumsi
morbiditas, metode kombinasi dan service level of budget. Metode konsumsi dilihat dari catatan
obat sebelumnya. Metode morbiditas dari banyaknya pengunjung, pola penyakit. Metode kombinasi
dilihat dari data insiden penyakit, permintaan, biaya, digunakan ketika metode konsumsi dan
morbiditas tidak bisa digunakan. Metode service level of budget dari rata-rata biaya yang digunakan
untuk setiap level, sehingga dapat di buat biasa perencanaan.

Mardiana : Pengadaan ada 2 metode yaitu pembelian dan konsinyasi. Pembelian harus ada
pengadaan dan pemesanan. Konsinyasi apoteker bekerja sama dengan pbf, pembayaran dilihat dari
yang laku

Dinda : Untuk proses pengadaan ini agar mendapatkan obat yang berkualitas dpt ditentukan dari
tempat dimana apoteker memesan obat. Dengan memerhatikan dalam segi kriteria obat,
persyaratan pemasok, harga sediaan, cost efektivitas, waktu pengadaan dan kedatangan obat,
penerimaan dan pemeriksaan obat,status pemesanan, memilih suplier yang terpercaya. Metode
pembeliaan sediaan farmasi atau bmhp bisa dilihat dari data pada buku defekta kemudian
melakukan pengadaannya menggunakan SP sesuai dengan jenis barang yang dipesan.

Chandra : Penerimaan itu kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, mutu, waktu
penyerahan obat, dan harga yang tertera dalam surat pesanan. Penerimaan boleh dilakukan oleh
selain Apoteker yaitu Tenaga Teknis Kefarmasian atau Asisten Apoteker dengan syarat memiliki surat
delegasi.

Yonic : Penyimpanan harus sesuai dengan alfabetis, FIFO FEFO, LASA, dan suhu, bentuk sediaan, dan
farmakologi.

Andri : Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.

Sofi :Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Dinar : Pemusnahan Obat selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan
oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Yonic :Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir 1
sebagaimana terlampir.

Tya : Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan
pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran.

Atsil : Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan,
kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian persediaan
dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.

Mardiana: Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stok),
penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.

Chandra : Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal untuk
kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
pelaporan narkotika, psikotropika dan pelaporan lainnya.

SOAL 6 (F)

Chandra: Ketidaktahuan. Sanksinya berupa kewajiban mengikuti pendidikan lanjutan.

Sofi: Kelalaian. Sanksi bisa berupa teguran lisan, peringatan, pembinaan khusus, penundaan
sementara rekomendasi izin praktik, hingga usul pencabutan izin praktik.

Mardiana: Kurang perhatian. Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini mirip dengan poin kelalaian.

Andrianto : Kesengajaan. Ini adalah bentuk pelanggaran berat sehingga sanksinya bisa berupa
pembinaan khusus, penundaan sementara rekomendasi izin praktik, usul pencabutan izin praktik,
bahkan dikeluarkan dari keanggotan organisasi profesi untuk sementara waktu maupun selamanya.

Dinar : Sanksi pelanggaran kode etik apoteker ini akan diputuskan oleh Majelis Etik dan Disiplin
Apoteker Indonesia (MEDAI). Pengambilan keputusan sanksi dapat didasarkan atas kode etik
apoteker itu sendiri maupun sanksi yang dimuat dalam sumpah jabatan.

SOAL 7 (G)

Dinda : SP untuk narkotika harus 3 rangkap (BPOM, Dinkes kabupaten kota, Dinkes provinsi dan
arsip apotek). SP psikotropika 3 rangkap (BPOM, Dinkes kabupaten kota, arsip apotek), SP prekursor
3 rangkap (BPOM, Dinkes kabupaten kota, arsip apotek), SP OTC dan obat keras 2 rangkap (PBF dan
arsip apotek).
SOAL 8 (H)

Tya : Standar Prosedur Operasional adalah prosedur tertulis berupa petunjuk operasional tentang
Pekerjaan Kefarmasian (PP, 51/2009).

Yonic: Standar Prosedur Operasional (SPO): untuk menjamin mutu pelayanan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan (Permenkes, 73/2016).

Atsil: Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara tertulis dan diperbaharui secara terus
menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang farmasi dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (PP, 51/2009).

Step 4

MIND MAP

Step 5

1. Mampu mengetahui dan memahami peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian di


Apotek.
2. Mampu mengetahui dan memahami siklus manajemen obat di Apotek.
3. Mampu mengetahui dan memahami kriteria distributor obat dan alat kesehatan, serta
strategi dalam pelayanan kefarmasian di Apotek.
4. Mampu mengetahui dan memahami tentang SOP di Apotek.

Anda mungkin juga menyukai