Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk menciptakan bangsa yang memiliki kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat dibutuhkan kerjasama masyarakat dalam menciptakan
pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia berfungsi untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup
sehat sehingga setiap orang dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Pembangunan kesehatan di Indonesia masih perlu pembenahan yang
terkonsentrasi guna mewujudkan pembangunan kesehatan yang memiliki
pengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan masyarakat Indonesia yang
optimal. Di sini, peran masyarakat dan perangkat-perangkat kesehatan memiliki
peran yang sangat penting, salah satu perangkat kesehatan tersebut adalah
Puskesmas. Puskesmas merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
berbasiskan masyarakat yang ikut berperan sebagai perangkat pembangunan
kesehatan milik pemerintah. Upaya kesehatan puskesmas meliputi upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Di sini, puskesmas
difungsikan sebagai ujung tombak penentu kinerja Kabupaten atau kota untuk
mewujudkan masyarakat yang sehat di wilayah kerjanya karena Puskermas
merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang paling dekat dengan
masyarakat. Puskesmas juga merupakan ujung tombak penyelenggaraan UKM
maupun UKP di srata pertama pelayanan kesehatan, dan merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan di Kabupaten atau
Kota.
Di dalam pembangunan kesehatan, Indonesia memiliki masalah kesehatan
yang cukup kompleks, dibuktikan dengan meningkatnya kasus penyakit menular,
banyaknya jumlah kematian yang terjadi, serta meningkatnya penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, didukung dengan perolehan Indonesia dengan
peringkat 4 sedunia untuk kasus tuberculosis, selain itu Indonesia juga
memperoleh peringkat 1 untuk penularan HIV tercepat. Hal ini merupakan
masalah kesehatan yang sangat membutuhkan perhatian dan pembenahan. Namun
dalam pembenahan dan pembangunan kesehatan tidaklah mudah karena dipersulit
dengan adanya keterbatasan sumber daya manusia baik dalam aspek kualitas
maupun kuantitas. Dengan adanya Puskesmas sebagai upaya keperawatan
kesehatan masyarakat yang terdiri dari upaya wajib dan upaya pengembangan,
diharapkan pemberian pelayanan kesehatannya dapat mencegah dan memberantas
penyakit menular melalui upaya wajibnya yaitu P2M.

B. TUJUAN
1. TujuanUmum
Untuk menganalisa pelaksanaan program Puskesmas yaitu program
Pemberantasan penyakit menular (P2M) di Puskesmas Umban Sari kecamatan
Rumbai.

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian yang meliputi pengumpulan data serta
mempresentasikan data yang diperoleh di wilayah Puskesmas Umban Sari.
b. Merumuskan masalah kesehatan dan memberikan gambaran analisa data
yang sesuai dengan masalah kesehatan yang telah disusun di wilayah
Kerja Puskesmas Umban Sari.
c. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dengan masalah yang
akan dijumpai dan diprioritaskan.
d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah
disusun.
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan penyusunan rencana tindak
lanjut yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
BAB II
PROGRAM KESEHATAN NASIONAL

A. Konsep Puskesmas
1. Definisi Puskesmas
Definisi Puskesmas dalam KEPMENKES RI Nomor
279/MENKES/SK/IV/2006, Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan disatu atau sebagian wilayah Kecamatan. Puskesmas adalah
penanggung jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat
pertama (Trihono, 2005).

2. Visi dan Misi Puskesmas


a. Visi
Tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat
2020. Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
b. Misi
1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan diwilayah
kerjanya.
2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
diwilayah kerjanya.
3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya.
4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.

3. Program Pokok Puskesmas


Program wajib yang telah dilakukan antara lain (DinKes Kota Pekanbaru,
2009):
a. Promosi Kesehatan (Promkes)
1) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
2) Sosialisasi Program Kesehatan
3) Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
b. Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
1) Surveilens Epidemiologi
2) Pelacakan Kasus : TB paru, Kusta, DBD, Filariasis.
c. Program Pengobatan
1) Rawat Jalan PoliUmum
2) Rawat Jalan Poli Gigi
3) Unit Rawat Inap: Keperawatan, Kebidanan
4) Unit Gawat Darurat (UGD)
5) Puskesmas Keliling (Puskel)
d. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1) ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), KB
(KeluargaBerencana),
2) Persalinan, rujukan ibu hamil resiko tinggi, kemitraan dukun
e. Upaya Peningkatan Gizi
Penimbangan, pelacakan gizi buruk, penyuluhan gizi.
f. Kesehatan Lingkungan

1) Penggunaan air bersih


2) Rumah sehat
3) Kepemilikan sarana sanitasi dasar meliputi : persediaan air bersih,
kepemilikan jamban keluarga, tempat sampah dan pengelolaan air
limbah
4) Tempat umum dan pengolahan makanan
5) Survey jentik nyamuk
g. Pencatatan dan Pelaporan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

B. KONSEP PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR ( P2M )


1. Macam-macam dan Penularan Penyakit Menular
a. Penularan langsung dari manusia ke manusia
Ini dapat terjadi karena tetesan-tetesan halus yang terhambur
dari batuk, berludah, atau bersin, misalnya tuberkulose ; bersentuh
(persetubuhan), misalnya pada penyakit kelamin.
b. Penularan tidak langsung
1) Dengan perantara benda atau barang yang kotor (ada kumannya),
biasanya air, makanan dan susu segar. Sebagai contoh adalah
perjalanan najis ke mulut. Manusia makan bahan makanan dan
minum air yang telah dikotori dengan kuman penyebab penyakit.
Penyakit-penyakit yang ditularkan dengan cara ini antara lain ialah
kolera dan disentri.
2) Dengan perantara serangga atau gigitan binatang. Orang digigit
serangga atau binatang yang membawa kuman penyakit dalam
saluran pencernaannya atau dalam ludahnya. Sebagai contoh:
Malaria, Filariasis, Dengue demam berdarah dan Rabies.
Jika diketahui cara bagaimana penyakit itu menular, maka
dapat dijalankan usaha-usaha yang jitu untuk menghilangkan sumber
infeksi, dan memutuskan rantai penularan penyakit. Dengan demikian
Puskesmas dapat banyak sekali mengurangi kejadian (incidence)
penyakit menular. Didalam pembatasan penyakit sering dipakai istilah
wabah dan kejadian luar biasa (KLB) yang artinya sebagai berikut :
a) Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian 
yang telah meluas secara cepat baik jumlah kasus maupun luas
daerah terjangkit.
b) Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah Timbulnya suatu kejadian
kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Kriteria
KLB (kriteria kerja) antara lain:
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak
ada/tidak dikenal di suatu daerah.
2) Adanya peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang dua kali
atau lebih dibandingkan dengan jumlah kesakitan/kematian yang
biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu)
tergantung dari jenis penyakitnya.
3) Adanya peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3
kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis
penyakitnya.
4) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikkan
dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
5) Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata
perbulan dari tahun sebelumnya.
6) Case Fatality Rate (CFR) dari suatu penyakit dalam suatu kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding
dengan CFR dari periode sebelumnya.
7) Proposional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih periode yang sama
dalam kurun waktu/tahun sebelumnya.
8) Beberapa penyakit khusus: kolera, DBD/DSS: Setiap peningkatan
kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis), terdapat
satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang
bersangkutan.

c. Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan


Penyakit-penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit-
penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat yaitu penyakit-penyakit
wabah atau yang berpotensi wabah/atau yang dapat menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB).
Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:
1) Penyakit karantina atau penyakit wabah penting: Kholera
Poliomylitis, Pes, Difteri.
2) Penyakit potensial wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat
atau mempunyai mortalitas tinggi, dan memerlukan tindakan
segera: DHF, Campak, Rabies, Diare, Pertusis.
3) Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit
penting: Malaria, Hepatitis, Enchephalitis, Frambosia, Typhus
Abdominalis,Tetanus, Influenza, Meningitis, Tetanus Neonatorum,
Antrax, Keracunan.
4) Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah, tetapi
diprogramkan, di tingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan
melalui RR terpadu Puskesmas ke kabupaten, dan seterusnya.
Penyakit-penyakit tersebut meliputi: Cacing, Lepra, Tuberculosa,
Syphilis, Gonorhoea dan filariasis, dan lain-lain.
Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah
secara rutin hanya yang termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang
perlu dilaporkan secara mingguan, sementaara bagi penyakit
kelompok 3 dan 4 secara rutin dilaporkan bulanan.
2. Program Pemberantasan Penyakit Menular di Puskesmas
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular merupakan program
pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll). Tujuan dari
program P2M ini yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
kecacatan akibat penyakit menular. Prioritas penyakit menular yang akan
ditanggulangi adalah Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria,
kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi. Uraian tugas umum untuk koordinator unit
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular yaitu menyusun
perencanaan dan evaluasi kegiatan di unit p2m, mengkoordinir dan berperan
aktif terhadap kegiatan di unitnya, dan kut serta aktif mencegah dan
mengawasi terjadinya peningkatan kasus penyakit menular serta
menindaklanjuti terjadinya KLB. Banyak sekali upaya yang dilakukan oleh
puskesmas untuk memberantas penyakit menular, setelah puskemas bekerja,
kinerja p2m puskesmas langsung dilaporkan kepada kepala dinas kesehatan
daerah tingkat II.
3. Ruang Lingkup Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
a. Surveilans Epidemiologi,
b. Imunisasi,
c. TBC,
d. Malaria,
e. Kusta,
f. DBD,
g. Penanggulangan KLB,
h. ISPA/Pneumonia,
i. Filariasis,
j. AFP,
k. Diare,
l. Rabies/Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR),
m.Kesehatan Matra (Haji dan P. Bencana),
n. Frambusia,
o. Leptospirosis,
p. HIV/AIDS,

4. Kegiatan Pokok P2M


Secara umum, untuk pemberantasan penyakit menular, puskesmas
memiliki tugas-tugas yang terbagi dalam lima hal. Terdapat banyak sekali
macam penyakit menular, berikut ini jenis penyakit menular yang bersumber
data dari puskesmas berdasarkan KEPMENKES RI NOMOR
1479/MENKES/SK/X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu:

NO. Penyakit NO. Penyakit


1. Kolera 14. Malaria Klinis
2. Diare 15. Malaria Vivax
3. Diare berdarah 16. Malaria falsifarum
4. Tifus perut klinis 17. Malaria mix
5. TBC paru BTA (+) 18. Demam berdarah dengue
6. Tersangka TBC paru 19. Demam dengue
7. Kusta PB 20. Pneumonia
8. Kusta MB 21. Sifilis
9. Campak 22. Gonrrhea
10. Difteri 23. Frambusia
11. Batuk rejan 24. Filariasis
12. Tetanus 25. Influensa
13. Hepatitis klinis

Kegiatan pokok pemberantasan penyakit menular oleh puskesmas


terdiri dari pencegahan dan penanggulangan faktor risiko, peningkatan
imunisasi, penemuan dan tatalaksana penderita, Peningkatan surveilens
epidemiologi dan penanggulangan wabah, serta Peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
a. Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko
Selain pasien yang telah terinfeksi penyakit menular, masyarakat
yang memiliki risiko tinggi juga perlu diperhatikan, karena masyarakat
yang memiliki risiko tinggi bisa memiliki risiko kapan saja terkena
penyakit menular. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko terdiri
atas:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
dan diseminasinya.
2) Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk
pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
3) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
sebagai stimulam
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
6) Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko
8) kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan
penanggulangan faktor risiko.
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
b. Peningkatan imunisasi
Imunisasi sangat penting untuk mencegah dan melindungi
seseorang terjangkit penyakit menular, Melakukan ada beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh puskesmas dalam hal peningkatan imunisasi yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
imunisasi
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang
ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus
sesuai dengan skalaprioritas
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancagan juklak juklak/juknis/protap
programimunisasi
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program imunisasi
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
imunisasi
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi
c. Penemuan dan tatalaksana penderita
Selain kunjungan penderita ke puskesmas, puskesmas harus berperan
aktif dalam penemuan dan kunjungan terhadap penderita. Penemuan dan
tatalaksana penderita terdiri atas upaya bimbingan, pemantauan, dan
evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita, serta meningkatkan
kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program
penemuan dan tatalaksana penderita. Di dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan
puskesmas untuk saling bekerjasama sehingga dapat memabangun status
kesehatan pada masyarakat yang optimal dengan pemberantasan penyakit
menular, sebagai contoh seperti kasus TBC yang membutuhkan peran
penting puskesmas. Apabila pasien berhenti dalam masa pengobatan akibat
halangan tertentu atau lalainya pasien dalam kunjungan ke puskesmas
untuk kontrol, maka puskesmas harus aktif mengunjungi rumah penderita,
sebab apabila pasien tersebut berhenti minum obat, maka upaya
pemberantasan TBC dikatakan gagal dan pasien harus mengulang tahap
pengobatan mulai dari awal. Serta apabila pasien terus-terusan
memberhentikan pengobatan di tengah-tangah masa pengobatan, maka
akan terjadi resistensi dan hal ini dapat menyebabkan kemungkinan
penyebaran penyakit semakin besar. Itulah sebabnya, puskesmas terdekat
harus mengunjungi rumah pasien agar dapat menjangkau pasien dan
menyukseskan upaya p2m. Kegiatan pokok dalam upaya ini yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana
penderita dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan
dan tatalaksana penderita
3) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai
stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan
dan tatalaksana penderita
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita
8)  Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dantatalaksana penderita.
d. Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
Surveilans epidemilogi penyakit menular juga merupakan salah satu
upaya pemberantasan penyakit menular yang penting, karena dengan
surveilans epidemiologi penyakit menular, puskesmas dapat mengetahui
penyebaran dan hubungannya dengan faktor risiko, surveilans epidemiologi
ini dapat mendukung pemberantasan penyakit menular dari data yang
didapat oleh puskesmas itu sendiri. Kegiatan pokok:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
5) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi
KLB/Wabah, termasuk dampak bencana
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program surveilans epidemiologi dan penanggulangan
KLB/wabah
7)   Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi
dan penanggulanganKLB/wabah
9) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilansepidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
e. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit
Setelah upaya-upaya yang telah dijelaskan di atas tadi, Puskesmas
juga memiliki upaya untuk meningkatkan komunikasi, informasi, dan
Edukasi untuk oencegan dan pemberantasan penyakit menular di suatu
wilayah kerjanya. Upaya ini bisa dilakukan dengan pengembangan media
promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE);
pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, (seperti pos
pelayanan terpadu, pondok bersalin desa, usaha kesehatan sekolah dan
generasi muda, Saka Bhakti Husada; serta peningkatan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat. Media promosi kesehatan terhadap
masyarakat perlu ditingkatkan terutama promosi tentang penyakit menular,
cara penularan dan cara pencegahan agar masyarakat bisa mengerti secara
luas apa saja penyakit menular itu, bagaimana cara mencegahnya dan
bagaimana cara mengobatinya. Selain itu puskesmas juga bertugas untuk
mengajak masyarakat berperan aktif dalam pengembangan upaya kesehatan
misalnya pos pelayanan terpadu dan usaha kesehatan lain. Selain promosi
kesehatan, komunikasi dan informasi seputar penyakit menular untuk
masyarakat juga merupakan upaya puskesmas dalam pemberantasan
penyakit menular. Informasi yang diberikan terhadap puskesmas seperti
penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin agar masyarakat tertarik
terhadap acara yang diadakan. Semisal, penyuluhan HIV/AIDS pada siswa
SMP/SMA  untuk pencegahan penyakit menular seksual pada kalangan
muda yang sekarang sedang marak terjadi. Banyak siswa SMP yang masih
belum mengerti apa itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana cara
penularannya sehingga di Indonesia penyebaran HIV/AIDS sangatlah cepat.
Selain pemberian informasi, pembentukan karakter dan moral terhadap
kalangan muda juga sangat penting untuk membentuk moral dan karakter
yang baik sebagai dasar pembentukan negara untuk berkembang. Meskipun
moral merupakan faktor tidak langsung terhadap penyebaran penyakit
menular terutama penyakit menular melalui hubungan seksual, namun
pembentukan moral sangat penting diberikan kepada generasi muda untuk
tujuan pencegahan penularan penyakit menular hubungan seksual. Selain
itu, pembentukan moral dan karakter bisa mendukung pembangunan negara
yang berimbas kepada tingkat dan status kesehatan bangsa. Upaya selain
promosi yaitu pemberdayaan masyarakat melalui pos kesehatan pada
puskesmas yang bersumberdayakan masyarakat. Pos kesehatan ini tetap
dikelola oleh puskesmas meskipun yang melaksanakan orang-orang yang
ingin berpartisipasi di dalamnya dengan dibimbing oleh dokter atau bidan
setempat. Dengan adanya pos kesehatan yang bersumberdayakan
masyarakat, maka secara otomatis pengetahuan masyakarakat akan
bertambah. Kegiatan pokok dari peningkatan komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit yaitu:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
diseminasinya
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai
stimulan
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
8) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
BAB III
ANALISIS PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT
MENULAR
DI PUSKESMAS UMBAN SARI RUMBAI

A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Program Pemberantasan penyakit menular yang terlaksana di Puskesmas
Rumbai Bukit berdasarkan hasil wawancara bersama penanggung jawab
program Pemberantasan penyakit menular Puskesmas umban sari yaitu Ibu dr.
Elsi Falmiah dan Ibu Nurhayati, AMK mengatakan bahwa program
Pemberantasan penyakit menular sudah berjalan tetapi masih ada masalah /
kendala yaitu kurangnya sumber daya manusia dalam menjalankan program
P2M dan kurangnya informasi tentang pentingnya imunisasi lengkap dan
bahaya tidak melakukan imunisasi lengkap.

2. Pengolahan Data
Dari data hasil pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan puskesmas
Rumbai Bukit didapatkan :
a. Hasil data pengkajian yang dilakukan diwilayah RW 02 dikelurahan
Maharani tepatnya di RT 01, 02, 03 yang dilakukan oleh mahasiswa /i
yaitu:
1) Berdasarkan penyebaran angket dapat dilihat bahwa dari 164 KK
dengan 530 jiwa didapatkan bahwa ibu rutin membawa bayi usia 0-11
bulan keposyandu untuk pemberian imunisasi lengkap sebanyak 89 %
(41 orang) dan yang tidak rutin sebanyak 11% (5 orang).
2) Berdasarkan penyebaran angket dapat dilihat bahwa dari 164 KK
dengan 530 jiwa, di dapatkan bahwa mayoritas remaja mengetahui
tentang PMS sebanyak 79 % (81 orang) dan yang tidak mengetahui
tentang PMS sebanyak 21% (21 orang).
3) Berdasarkan penyebaran angket dapat dilihat bahwa dari 164 KK
dengan 530 jiwa, di dapatkan bahwa mayoritas remaja mengetahui
alat kontrasepsi sebanyak 81,4% ( 83 orang) dan yang tidak
mengetahui tentang alat kontrasepsi sebanyak 18,6 (19 orang).
4) Berdasarkan penyebaran angket dapat dilihat bahwa dari 164 KK
dengan 530 jiwa, didapatkan bahwa mayoritas tidak ada lansia yang
menderita penyakit saat ini dengan hasil persentasi sebanyak 36% (11
orang), yang menderita rheumatic sebanyak 23% (7 orang), yang
mengatakan menderita hipertensi sebanyak 16% (5 orang), yang
menderita penyakit lain-lain (sesak nafas) sebanyak 10% (3 orang),
yang mengatakan menderita dimensia sebanyak 7% (2 orang), yang
menderita DM sebanyak 3% (1 orang), yang mengatakan menderita
TB paru 3% (1 orang), yang mengatakan menderita katarak 3% (1
orang).
Hasil wawancara yang dilakukan oleh mahasiswa kepada
penanggung jawab P2M adalah:
1. Terlaksananya kegiatan imunisasi di posyandu, BIAS di sekolah
dasar
2. Terlaksananya penyuluhan dan petemuan HIV/AIDS
3. Terlaksananya penyuluhan NAPZA.
4. Terlaksananya penyuluhan tentang penyakit menular langsung
( TB, HIV/AIDS, IMS, Hepatitis, ISPA, pneumonia, kusta)
5. Terlaksananya penyuluhan tentang penyakit yang ditularkan oleh
vector seperti pemantauan jentik berkala, pemberantasan penyait
DBD
6. Terlaksananya pembinaan penyakit tidak menular di posbindu
seperti pemeriksaan IVA, penyuluhan dan pengawasan ke
kekawasan bebas rokok, surveilens dan pengawasan KLB
7. Terlaksanannya mobile VCT dan IMS
8. Terlaksanya pengendalian NAPKESWA dan haji

ANALISA SWOT
1. Strenght ( kekuatan )
a. Pendidikan pemegang program pemberantasan penyakit menular
adalah dokter
b. Kegiatan P2M dibantu oleh D3 Keperawatan dan D3 Kesehatan
lingkungan
c. Letak puskesmas yang mudah dijangkau
2. Weakness ( kelemahan )
a. Sumber daya manusia yang masih kurang untuk melakukan kegiatan
P2M
3. Opportunities ( kesempatan )
a. Tersedianya peluang untuk melaksanakan penyuluhan diluar gedung
(posyandu atau sekolah) maupun didalam gedung (puskesmas)
4. Treats ( ancaman )
a. Masyarakat lebih sering berobat ke klinik terdekat dari pada ke
puskesmas karena kurang sarana transportasi untuk ke puskesmas
3. Analisa Data
DATA PROBLEM
Data subjektif:
 Petugas penanggung jawab program P2M Ketidakefektifan
mengatakan sudah dilakukannya kegiatan. manajemen kesehatan
 Petugas penanggung jawab program P2M
mengatakan masih kurangnya sumber daya
manusia di Puskesmas Umban Sari masih
kurang.
 Petugas penanggung jawab program P2M
mengatakan kurangnya informasi tentang
pentingnya imunisasi lengkap dan bahaya
tidak melakukan imunisasi lengkap.
Data Objektif
 Berdasarkan penyebaran angket dapat
dilihat dari 164 KK dengan 530 jiwa
didapatkan bahwa :
 ibu rutin membawa bayi usia 0-11 bulan
keposyandu untuk pemberian imunisasi
lengkap sebanyak 89 % (41 orang) dan
yang tidak rutin sebanyak 11% (5
orang).
 mayoritas remaja mengetahui tentang
PMS sebanyak 79 % (81 orang) dan
yang tidak mengetahui tentang PMS
sebanyak 21% (21 orang).
 mayoritas remaja mengetahui alat
kontrasepsi sebanyak 81,4% ( 83 orang)
dan yang tidak mengetahui tentang alat
kontrasepsi sebanyak 18,6 (19 orang).
 bahwa yang menderita penyakit saat ini
dengan hasil persentasi sebanyak yang
mengatakan menderita TB paru (1
orang)

DAFTAR PUSTAKA

Menkes, 2006 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


279/MENKES/SK/IV/2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas, Jakarta

Menkes, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

MENKES, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1479/MENKES/SK/X/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai