Anda di halaman 1dari 8

KEPATUHAN IBU PADA MASA KEHAMILAN,

PERSALINAN, DAN NIFAS DALAM PELAKSANAAN


PROGRAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV

Sri Wahyuni
Universitas Islam Sultan Agung Semarang
E-mail: sriwahyunimkeb@unissula.ac.id

Abstract: This research aim is to explore the adherence of mother during


the PPIA programme. Qualitative metodhe was used especially with
explanatory research. Purposive sampling continued with snowball
sampling was used. Results from this study is the third of five informants
did not comply with PPIA. During labour, R4 giving birth in community
health center. While R1,R2,R5 already adherence gave birth at Hospital
Dr. Sardjito. The examination results VCT and Viral Load for children
R1, R3, and R5 can be demonstrated to children not infected with HIV
by her mother. For children of R4 is already infected with HIV by her
mother because it did not comply with the PPIA. For children from R3
can not be proven contracting or not because it is still in gestation.

Keyword: adherence of PPIA, pregnancy, labour, and post partum period

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan pada ibu


dalam pelaksanaan program PPIA. Desain penelitian yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan explanatory research.
Purposive Sampling dilanjutkan dengan Snowball Sampling digunakan
dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini adalah 3 dari 5 informan
tidak mematuhi program PPIA selama masa kehamilan. Selama masa
persalinan, R4 yang masih merahasikan status HIVnya melahirkan di
Puskesmas. Sedangkan R1, R2, R5 sudah patuh melahirkan di RSUP
Dr. Sardjito. Hasil pemeriksaan VCT dan Viral Load untuk anak R1,
R3, dan R5 sudah dapat dibuktikan anaknya tidak tertular HIV oleh
ibunya. Untuk anak dari R4 sudah tertular HIV oleh ibunya karena sama
sekali tidak mematuhi PPIA. untuk anak dari R3 belum bisa dibuktikan
tertular atau tidak karena masih dalam masa kehamilan.

Kata kunci: kepatuhan PPIA, kehamilan, persalinan, nifas.


Sri Wahyuni, Kepatuhan Ibu pada Masa Kehamilan... 39

PENDAHULUAN laku yang berperilaku risiko tinggi, tetapi juga


HIV (human immunodeficiency vi- pada pasangan atau istrinya, bahkan anak-
rus) adalah virus golongan RNA yang se- nya. Tanpa upaya khusus, diperkirakan pa-
cara spesifik menyerang sistem kekebalan da akhir tahun 2016 akan terjadi penularan
tubuh/imunitas manusia menyebabkan HIV secara kumulatif pada lebih dari 26.997
AIDS. HIV positif ialah orang yang telah anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi
terinfeksi virus HIV dan tubuh telah mem- HIV. Para ibu ini sebagian besar tertular dari
bentuk antibodi (zat anti) terhadap virus ter- suaminya (Kemenkes RI, 2013).
sebut. Mereka berpotensi sebagai sumber Dengan melihat data tersebut, maka
penularan bagi orang lain. pelayanan PPIA semakin menjadi perhatian
AIDS (acquired immunodeficiency karena epidemik HIV/AIDS di Indonesia
syndrome) adalah kumpulan gejala klinis meningkat cepat dibuktikan dengan laporan
akibat penurunan system imun yang timbul bahwa sampai dengan triwulan IV tahun
akibat infeksi HIV. AIDS sering bermani- 2013 jumlah kumulatif kasus infeksi HIV di
festasi dengan munculnya berbagai penyakit Indonesia telah mencapai angka 127.427.
infeksi opportunistik, keganasan, gangguan Dalam laporan tersebut disebutkan juga bah-
metabolisme dan lainnya. HIV adalah pe- wa jumlah kumulatif kasus tertinggi ada pada
nyebab utama kematian wanita usia repro- ibu rumah tangga yaitu sebesar 6.230.
duksi di seluruh dunia dan merupakan pe- Kasus AIDS yang dilaporkan dari bu-
nyebab kematian bayi. Sehingga pentingnya lan Oktober sampai Desember 2013 adalah
PPIA sebagai pintu gerbang untuk pen- sejumlah 2845 orang. Dari sejumlah kasus
cegahan HIV, pengobatan, perawatan dan tersebut, faktor risiko tertinggi ketiga dalam
layanan dukungan seluruh keluarga (Brou et penularannya adalah penularan dari ibu yang
al., 2007). hamil dengan HIV terhadap bayi yang di-
Menurut Betancourt et al (2010) bah- kandungnya, yakni sebesar 2,6 % (KPAN,
wa 2/3 ibu HIV positif yang hamil di negara 2014).
berkembang tidak memiliki akses pada Berdasarkan data yang dijabarkan
pengobatan untuk mencegah penularan HIV oleh Nafsiah menteri Kesehatan Republik
dari ibu ke bayi (mother-to-child HIV Indonesia, tahun 2011 ada 21.103 ibu hamil
transmission/MTCT). Masalah tersebut yang dites HIV dan 534 di antaranya dinya-
mengakibatkan 370.000 kasus HIV baru di takan positif, sementara sampai pertengahan
antara bayi setiap tahun. tahun 2014 sebanyak 137.000 ibu hamil
Diantara 1,5 juta ibu hamil yang HIV- yang dites dan 1.182 dinyatakan positif HIV.
positif setiap tahun di negara berkembang, Nafsiah menganggap dengan cepatnya pem-
hanya kurang lebih sepertiganya menerima berian obat ARV, jumlah bayi yang positif
terapi pemberian ARV selama kehamilan, HIV pun bisa menurun.
pertolongan persalinan dengan Caesar, Menteri Kesehatan Republik Indo-
pemberian susu formula pada bayi yang di- nesia menyampaikan bahwa hasil program
lahirkan dan kebanyakan upaya itu tidak PPIA tahun 2013 menunjukkan bahwa dari
sesuai karena ketidakpatuhan ibu hamil yang 1.630 bayi yang lahir dari ibu dengan positif
mengidap HIV tersebut sehingga tidak ber- HIV, 91 di antaranya juga positif HIV, se-
hasil mencegah MTCT (Agadjanian dan mentara sampai pertengahan 2014 seba-
Hayford, 2009). nyak 926 bayi lahir dari ibu dengan HIV
Risiko penularan HIV sebenarnya ti- positif dan 54 di antaranya sudah didiagnosis
dak hanya berbatas pada sub populasi peri- positif HIV.
40 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 12, No. 1, Juni 2016: 38-45

Angka bayi lahir dengan positif HIV hal AIDS case rate sampai bulan Desember
bisa terus ditekan asalkan tes HIV dan pem- 2013 (P2PL Kemenkes, 2014). Jumlah
berian obat antiretroviral (ARV) untuk ibu HIV/AIDS yang tertinggi berdasarkan asal
yang positif HIV diobati dengan serius penderita adalah di Kota Yogyakarta yaitu
(Kinanti, 2014). Risiko penularan HIV dari sebanyak 802 dari 2933 penderita (KPA
ibu ke bayi sekitar 24-25 %. Namun, risiko DIY, 2014).
ini dapat diturunkan menjadi hanya sekitar Jumlah perempuan dengan HIV pada
1-2 % saja dengan mengikuti program tahun 2014 ada 26 penderita, dengan rincian
PMTCT (Legiati et al., 2012). Walaupun usia terbanyak pada wanita usia subur yaitu
prevalensi HIV perempuan di Indonesia usia 25-49 tahun. Berdasarkan survey pen-
hanya 16 %, tetapi mayoritas 92,54% dahuluan, jumlah ibu hamil dengan HIV di
ODHA berusia reproduksi aktif (15-49 ta- Kota Yogyakarta pada tahun 2014 adalah
hun), maka diperkirakan jumlah kehamilan sebanyak 8 penderita.
dengan HIV positif akan meningkat Gambaran kepatuhan dari 8 pasien
(Kasenga et al., 2009). tersebut ternyata setelah dilakukan penge-
Kepatuhan mengikuti program cekan di RSUP Dr. Sardjito sebagai RS
PMTCT menjadi perhatian mengingat masih rujukan untuk kasus ibu hamil dengan HIV
banyak ibu hamil yang mengidap HIV tidak tersebut hanya 5 pasien yang mengakses
mengikuti program ini dengan baik. Mening- layanan tersebut. Tiga pasien lainnya sudah
katnya angka drop out dalam mengikuti tidak bisa dideteksi karena sudah drop out
program PMTCT akan semakin meningkat- dari program ini (Dinkes Kota Yogyakarta,
kan angka penularan HIV/AIDS dari ibu ke 2015).
bayi. Berdasarkan latar belakang diatas,
Menurut Chinkode et al (2009) ba- perlu dikaji kepatuhan dalam mengikuti pro-
nyaknya angka drop out ibu hamil dari selu- gram PPIA. Oleh karena itu, penulis tertarik
ruh rangkaian program PMTCT dengan untuk melakukan penelitian dengan judul
berbagai alasan diantaranya untuk menghin- “Kepatuhan Dalam Pelaksanaan Program
dari pengungkapan status HIV dan reaksi Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke
negative dari masyarakat, ketidaksetaraan Anak (PPIA) selama masa kehamilan,
gender, kesulitan mengakses perawatan dan persalinan, dan nifas di Kota Yogyakarta”.
pengobatan, dan kurangnya dukungan dari
suami. METODE PENELITIAN
Menurut teori Health Belief Model Penelitian ini dilakukan secara des-
(HBM) dalam Glanz et al (2008) menye- kriptif kualitatif dengan rancangan narasi
butkan bahwa persepsi individu pada ibu (eksploratif) yang dilakukan di Kota Yogya-
yang dapat mempengaruhi kepatuhan dian- karta. Apabila semua aspek dari fenomena
taranya adalah persepsi kerentanan, persep- sudah berhasil dijelajahi, maka peneliti ingin
si keparahan, persepsi manfaat, persepsi menggambarkan karakteristik dari feno-
penghalang, isyarat untuk bertindak, dan mena secara utuh dan menyeluruh dengan
kepercayaan diri untuk bertindak. uraian kata-kata dan kalimat yang naratif
Berdasarkan studi pendahuluan di (Poerwandari, 2009).
propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meru- Pada penelitian ini menggunakan
pakan propinsi dengan angka HIV/AIDS triangulasi metode yaitu wawancara men-
cukup tinggi, yaitu merupakan peringkat ke- dalam, observasi perilaku saat wawancara,
5 (sebesar 21,0) seluruh Indonesia dalam dan studi dokumentasi yang dilakukan
Sri Wahyuni, Kepatuhan Ibu pada Masa Kehamilan... 41

kepada seluruh ibu yang telah mengikuti pola, kategori, dan satuan uraian dasar se-
program PMTCT di Kota Yogyakarta. Me- hingga dapat ditentukan tema dan dapat di-
tode wawancara yang dilakukan adalah wa- tentukan hipotesis kerja seperti yang disa-
wancara terstruktur dengan menggunakan rankan oleh data. Analisis data dalam pene-
pedoman wawancara. litian ini menggunakan content analysis yai-
Peneliti sebagai instrumen dalam pe- tu analisis berdasarkan isi wawancara yang
ngambilan data, sebelum melakukan pene- dikategorikan menurut tema yang muncul
litian terlebih dahulu harus meminta persetu- (Moleong, 2009).
juan informan untuk berpartisipasi dalam
penelitian dengan formulir pernyataan kese- HASIL DAN PEMBAHASAN
diaan untuk berpartisipasi dalam penelitian Dari 5 informan utama yang semuanya
(informed consent) yang ditandatangani adalah ibu yang memiliki pengalaman dalam
oleh informan dan peneliti. mengikuti program PMTCT yang diberi ko-
Selain itu penelitian ini juga menggu- de R1-R5 didapatkan karakteristik sebagai
nakan triangulasi sumber yaitu kepada pa- berikut: Usia paling muda adalah 21 tahun,
sien sendiri, suami/ibu kandung/teman se- usia paling tua adalah 45 tahun. Pekerjaan
sama ODHA yang mengenal informan, dan terbanyak adalah ibu rumah tangga, perni-
juga petugas kesehatan. Selain itu, dalam kahan paling banyak adalah pernikahan
melakukan analisis data menggunakan tria- yang kedua. Jumlah anak yang terbanyak
ngulasi analisa yaitu dengan menggunakan adalah 2 anak. Lamanya terdeteksi HIV pa-
peneliti sendiri (bidan), psikolog, dan sosio- ling banyak adalah 6 tahun. Pendidikan
log. Penggunaan teknik triangulasi dalam terendah yaitu SD dan pendidikan tertinggi
pengumpulan data dimaksudkan agar peneliti yaitu SMA.
memperoleh data yang konsisten, tuntas, dan Dari kelima informan, sebagian besar
pasti (Sugiono, 2008). tertular karena suami/pasangan hidupnya.
Pengambilan sampel secara purposive Pada informan R1, memiliki pengalaman
sampling yaitu teknik pengambilan sumber dengan memiliki 2 anak yang anak pertama
data dimana sudah ditentukan kriteria se- tertular HIV karena dulu belum mengetahui
belumnya (Poerwandari, 2009). Setelah program PMTCT, dan anak kedua berhasil
melakukan purposive sampling dilanjutkan mengikuti program PMTCT dangan baik
dengan Snowball Sampling yaitu snowball sehingga anaknya tidak tertular HIV. Kepa-
sampling adalah teknik pengambilan sampel tuhan mengikuti pro gram PMTCT
yang dilakukan untuk menjangkau populasi ditampilkan pada Tabel 1.
yang tidak ingin ditemukan sehingga diper-
lukan satu orang dari anggota populasi ter- Tabel 1. Kepatuhan Mengikuti Pro-
sebut untuk menjangkau komunitasnya agar gram Program PMTCT
informan lainnya lebih percaya dengan pe-
neliti (Poerwandari, 2009). R Kepatuhan mengikuti program PMTCT
Setelah melakukan teknik sampling
tersebut, didapatkan 5 (lima) informan utama 1 Patuh, minum ARV rutin dan tepat jam-
dan 8 (delapan) informan pendukung yang nya, persalinan dengan SC karena pla-
terdiri dari suami, ibu kandung, teman sesa- senta previa padahal syarat untuk mela-
ma ODHA, dan petugas kesehatan. hirkan pervaginam terpenuhi, profilaksis
Analisis data adalah proses mengor- sampai 6 minggu, bayi diberi susu formula
ganisasikan dan mengurutkan data ke dalam anak keduanya sudah tes vct dua kali dan
42 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 12, No. 1, Juni 2016: 38-45

tidak tertular HIV terakhir saat usia 18 amin amin alarmnya bunyi. Pada ke-
bulan hamilan kedua, rutin minum obat,
2 Tidak patuh, minum obat kadang keti- punya alarm sendiri, masing-masing
duran namun langsung diminum, persa- anggota keluarga saling mengingat-
linan di Sardjito dengan SC karena pang- kan. Karena, ya, itu agar tidak bolong
gul sempit padahal syarat melahirkan per- bolong. Jam 6 pagi sama jam 6 sore,
vaginam terpenuhi, bayi diberi profilaksis sama anaknya bareng, dibuat jam
sampai 3 minggu, bayi diberi susu for- yang sama (N1, W1, 26-11-2015, 1)
mula, bayi masih berumur 3 minggu Em.., untuk sedetail bagaimana me-
3 Patuh, baru hamil usia kandungan 24 minum ARV setiap hari, ya, kita tidak
minggu, minumARV rutin, rencana per- tahu, Mbak. Karena itu kan ARV-nya
salinan aman, bayi rencana akan diberi tidak diterima dari Puskesmas. Untuk
donor ASI dan profilaksis Puskesmas Mantrijeron baru ada ren-
4 Tidak patuh, minum ARV sering kelu- cana boleh memberikan ARV kalau
paan, menutup status HIV saat periksa sudah ada SK dari Kemenkes. Biasa-
hamil, persalinan di puskesmas dengan nya, yang mendampingi itu kan LSM,
menutup status HIV, bayi diberi susu for- Mbak. Itulah. Kalau persalinannya,
mula, diberi profilaksis mulai umur 3 bu- ya, kita tahunya hanya di Sardjito,
lan karena sudah sakit-sakitan sehingga gitu, Mbak. Berarti sudah sesuai kalau
membuka status HIV melahirkan di sana. Pasiennya itu kan
5 Tidak Patuh, minumARV saat hamil rutin lebih dekat sama LSM-nya, karena
lebih awal 30 atau 15 menit dari waktu- kan mereka sama-sama ODHA. (P1,
nya, persalinan spontan di RS Sardjito W1, 2-11-2015, 6)
karena memenuhi syarat persalinan per- Itulah kekurangan kita, Mbak. Kita
vaginam, bayi diberi profilaksis sampai tahunya itu, ya sudah, ke Sardjito.
3 minggu, bayi diberi susu formula. Habis itu, ya, sudah. Tidak begitu
tanya-tanya mendetail lagi, Mbak.
Kepatuhan tersebut di atas selain kepa- Yang penting, sudah ke Sardjito ber-
da informan utama, sudah ditanyakan kem- arti sudah mengakses PMTCT di sa-
bali oleh peneliti kepada suami R3 (N3), na. Karena puskesmas kan belum bisa
ibu kandung R1(N1), teman sesama ODHA memberikan ARV sementara ini. (P2,
(N5) ataupun kepada petugas kesehatan W1, 29-1-2016, 6)
(P1 dan P2) yang mengenal informan seperti Sedangkan untuk kepatuhan R4, yang
dalam cuplikan wawancara berikut ini: menutup status HIV selama hamil dan mela-
Saya bisa menjamin kalau R5 patuh hirkan, ditanyakan kepada N4, merupakan
dalam meminum ARV, karena setiap teman sesama ODHA dan merupakan pen-
bulan ke sini sama saya untuk ambil damping dari informan tersebut mengatakan
obat lagi. (N5, W1, 13-1-2016, 13) bahwa R4 sangat tertutup, bahkan selama
Sejauh ini, dari awal menikah selalu hamil, teman-temannya tidak ada yang me-
patuh, Mbak, minum ARVnya, paling ngetahuinya. Hal ini terlihat dalam cuplikan
kalau lupa, ya, saling ngingetin. (N3, wawancara berikut ini:
W1, 2-11-2015, 1) Hmm..tidak ada yang tahu, Mbak,
Ya, iya, patuh minum obat, Mbak. Di mengenai kehamilan R4, e.. selama ini
rumah punya alarm sendiri, amin kan dia rutin ambil ARV, tapi kita
Sri Wahyuni, Kepatuhan Ibu pada Masa Kehamilan... 43

tidak menanyakan apakah dia meni- Lyons (2010) mengungkapkan bahwa


kah lagi, apakah dia hamil. Itu juga dukungan sosial memegang peranan penting
merupakan kekurangan kita. Harus- dalam mengurangi depresi pada orang de-
nya kita lebih jeli lagi dalam memberi- ngan HIV/AIDS. Perasaan didukung oleh
kan edukasi kepada teman-teman.. orang lain membuat seseorang bisa bangkit
Gimana ya, Mbak.. Pertama kali tahu kembali. Demikian pula pendapat Asante
bahwa R4 ternyata menikah lagi, (2012), bahwa dukungan dari orang-orang
hamil dan melahirkan anak, ketika R4 terdekat seperti pasangan, teman, dan ke-
menelpon bahwa dia membutuhkan luarga mampu menghasilkan kesejahteraan
darah untuk anaknya, karena stok di psikologis bagi ODHA.
PMI kosong. Akhirnya kita broadcast Hal ini sejalan dengan penelitian Bya-
kemana-mana. Suaminya juga sudah mugisha et al (2010) yang menyebutkan
mencoba donor tapi katanya tidak bahwa keterlibatan lelaki dalam program
lulus tes. Itu juga jadi pertanyaan kita, PMTCT ini sangat rendah. Hal ini pun ter-
jangan-jangan suaminya juga terin- lihat dalam penelitian ini, dimana suami yang
feksi. Suaminya dikasih tahu apa bersedia untuk dilakukan wawancara hanya-
nggak, kalau R4 HIV positif. Saat lah suami dari R3 (N3).
ditanya pekerjaannya apa, dia bilang Sulitnya penerimaan sosial oleh masya-
tukang parkir di salah satu stasiun. rakat terhadap ODHA ini dapat dijelaskan
Jadi, saya tidak kenal sama sekali oleh pemikiran Ervin Goffman yang disebut
dengan suami R4. Kalau suami yang dengan stigma atau pelabelan negatif. Goff-
pertama dulu, yang sudah meninggal man mempelajari berbagai struktur-struktur
di Surabaya, malah saya kenal, Mbak. yang muncul dalam masyarakat dan bebera-
(N4, W2, 25-01-2016, 3) pa dampak yang muncul ketika ada hal-hal
Tingkat kepatuhan yang rendah dalam yang mengganggu struktur. Salah satu yang
mengikuti program PPIA ini disebabkan ia kemukakan adalah bagaimana stigma
karena kurangnya self esteem, dukungan muncul.
suami dan keluarga yang kurang, dan masih Didalam masyarakat terdapat tiga tipe
tingginya stigma di masyarakat. stigma (Ritzer et al, 2010). Tipe pertama
Self esteem yang rendah dapat ditan- yakni stigma terhadap kecacatan pada tu-
dai oleh adanya kecemasan dan rasa takut buh, yakni stigma dikenalkan karena adanya
saat berbicara (Mc.Donald, 2007). Hal ini kecacatan fisik pada tubuh. Stigma yang
terlihat pada responden R2 dan R5 ketika kedua yakni stigma terhadap buruknya peri-
diwawancarai. Selama wawancara berlang- laku seseorang. Stigma ini biasanya dikena-
sung, mereka berbicara dengan sangat pelan kan kepada orang-orang yang dipenjara, al-
dan intonasi suara rendah. Ekspresi ini meng- koholik, dan orang yang memiliki kesehatan
indikasikan adanya perasaan tidak aman, mental yang buruk. Stigma ketiga disebut
ketika sesuatu yang berkaitan dengan dirinya dengan tribal stigma.Stigma ini dikenakan
harus diungkapkan kepada orang lain, khu- berdasarkan ke dalam kelompok mana
susnya hal yang berkaitan dengan HIV/ seseorang memiliki afiliasi.
AIDS. Pada kesempatan wawancara per- Menurut analisa sosiologis, pilihan ra-
tama dengan R5, bahkan responden ter- sional oleh informan ini terbentur oleh stigma
sebut hanya berbisik-bisik, sehingga banyak di masyarakat. Pilihan rasional ini sejalan
sekali rekaman yang tidak terdengar saat dengan apa yang diungkapkan oleh Co-
dilakukan transkrip wawancara. leman dalam Ritzer et al (2010) bahwa tin-
44 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 12, No. 1, Juni 2016: 38-45

dakan perseorangan mengarah pada suatu hensif Berkesinambungan) agar dapat sema-
tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan itu) kin meningkatkan keadaran masyarakat dan
ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi). petugas kesehatan untuk memiliki pengeta-
Artinya berdasarkan metodologi individu- huan yang benar mengenai HIV/AIDS dan
alisme, sebuah tindakan intensionaldiikuti PPIA sehingga dapat menghilangkan keta-
asumsi bahwa tindakan seseorang dilakukan kutan akan diskriminasi tersebut.
secara rasional apabila ia memiliki preferensi
dan membuat keputusan berdasarkan ke-
rangka tersebut. DAFTAR RUJUKAN
Selanjutnya dukungan dari lembaga Agadjian, V. & Hayford, S.R. 2009.
sosial terkecil yakni keluarga juga menjadi PMTCT, HAART, and Childbear-
faktor yang menentukan keberhasilan sese- ing in Mozambique: an Institusional
orang dalam melakukan tindakan, dalam hal Perspective. AIDS Behav, 13 (1):
ini kepatuhan untuk menjalankan PMTCT. 103-12.
Namun demikian, dorongan dari keluarga Asante, K.O. 2012. Social Support and the
ternyata tidak bergerak keluar kepada struk- Psychological Wellbeing of People
tur masyarakat. Living with HIV/AIDS in Ghana.
Masyarakat justru masih menganggap African Journal of Psychiatry, 15,
ODHA sebagai sosok yang memiliki peri- 340-345.
laku menyimpang dan memberikan stigma
kepada mereka. Akibatnya, banyak dari Baron, R.A. & Byrne, D. 2002. Social Psy-
mereka yang menutupi status HIV karena chology. MA: Allyn & Bacon.
takut dikucilkan, mengalami diskriminasi Betancourt, T.S., Abrams, E.J., Mc.Bain,
terhadap akses kesehatan dengan larangan R. & Fawzi, M.C. (2010) Family-
hamil, maupun mengalami kesulitan centred Approaches to the Preven-
mengakses kesehatan yang layak tanpa ber- tion of Mother to Child Trans-
bayar. Faktor-faktor inilah yang mengham- mission of HIV. J. Int. AIDS Soc,
bat ODHA mencapai keberhasilan dalam 13(2): 104-13.
menjalankan PMTCT. Brou, H., Djohan, G., Becquet, R., Allou,
G., Ekouvi, D.K., Viho, I., Leroy,
SIMPULAN DAN SARAN V. & Desgre’es-du-Lou, A. 2007.
Simpulan When Do HIV Infected Women
Tiga dari lima informan mengalami Disclose Their Male Partner and
ketidakpatuhan dalam mengikuti program Why? A Study in A PMTCT Pro-
PMTCT dikarenakan faktor penghambat gramme, Abidjan. PloS Med,
terbesar adalah ketakutan membuka status 4(12): 1912-20.
karena takut mendapatkan diskrimasi dari Byamugisha, R., Tumwine, J. K., Semigaya,
masyarakat maupun tenaga kesehatan. N. & Tylleskar, T. 2010. Deter-
minans of Male Involvement in The
Saran Prevention of Mother to Child Tran-
Saran Utama pada penelitian ini adalah smission of HIV Programme in Eas-
kepada pengambil kebijakan di Dinas kese- tern Uganda: a Cross-Sectional sur-
hatan Kota Yogyakarta agar menambah vey. Reproductive Health, 7 (12):
jumlah Puskesmas LKB (Layanan Kompre- 140-53.
Sri Wahyuni, Kepatuhan Ibu pada Masa Kehamilan... 45

Chinkonde, J. R., Sundby, J., & Martinson, Legiati T, Shaluhiyah Z, Suryoputro A. 2012
F. 2009. The Prevention of Mother- Perilaku Ibu Hamil untuk Tes HIV
to-Child HIV Transmission Pro- di Kelurahan Bandarharjo dan Tan-
gramme in Lilongwe, Malawi: Why jung Mas Kota Semarang
Do So Many Women Drop Out, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol.
Reproductive Health Matters, 7/ No. 2/Agustus 2012: 153-164
17(33): 143–51. Lyons, S.J. 2010. The Role of Social Sup-
Dinkes Kota Yogyakarta. 2015. Profil port and Psychological Resources
Kesehatan Kota Yogyakarta Ta- in Depression in People Living with
hun 2014. Yogyakarta: Dinkes Kota HIV/AIDS: Examining the Media-
Yogyakarta. ting Role of Mastery and Self Es-
Glanz, K., Rimer, B.K., danVisanath, K. teem. Thesis. Graduate Department
2008. Health Behavior and of Adult Education and Counselling
Health Education, A. Wiley Im- Psychology. University of Toronto.
print, San Fransisco. MacDonald, G.. 2007. Self-Esteem: A Hu-
Kasenga, F., Byass, P., Emmelin, M. & man Elaboration of Prehuman Be-
Hurtig, A. K. 2009. The Implica- longingness Motivation. In C. Se-
tion of Policy Changes on the up- dikides & S. Spencer (Eds.), The
take of a PMTCT Programme in Self in Social Psychology, 412-
rural Malawi: First Three Years Of 456. New York: Psychology Press.
Experience. Glob Health Action, Moloeng, L.J. 2009. Metodologi Pene-
2(6): 134-45. litian Kualitaitf. Bandung: PT.
Kemenkes RI. 2013. Rencana Aksi Nasio- Rosdakarya.
nal Pencegahan Penularan HIV Nursalam. 2007. Asuhan Keperawatan
dari Ibu ke Anak (PPIA) Indone- pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
sia 2013-2017. Jakarta: Kemenkes Jakarta: Salemba Medika.
RI. Poerwandari, E.K. 2009. Pendekatan Ku-
Kinanti. 2014. http://health.detik.com/read/ alitatif dalam Bidang Kesehatan,
2014/08/05/183513/2654035/ Jakarta: Lembaga Pengembangan
1300/cegah-peningkatan-jumlah- Sarana Pengukuran dan Pendidikan
bayi-lahir-dengan-hiv-puskesmas- Psikologi (LPSP3) Fakultas Psi-
akan-diperbanyak(diunduh tanggal kologi Universitas Indonesia.
5 Agustus 2014). Ritzer, G., and Douglas J.G.. 2010. Teori
Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Na- Sosiologi Klasik Sampai Perkem-
sional. 2014. Data HIV/AIDS Ta- bangan Mutakhir, Yogyakarta:
hun 2013. (diunduh dari www.aids Kreasi Wacana.
indonesia.or.id). Sugiono. 2008. Metodologi Penelitian
Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
DIY. 2014. Data HIV&AIDS Bandung: CV. Alfabeta.
Sampai 31 Desember 2013. Diak-
ses tanggal 30 Juli 2014. Available
from: http://www.aidsyogya.or.id

Anda mungkin juga menyukai