Anda di halaman 1dari 12

ATRESIA ANI

SRIANDAYANI
PENGERTIAN
Atresia ani = Malformasi anorektal (MAR)
• Atresia ani merupakan kelainan bawaan
(kongenital), tidak adanya lubang atau saluran
anus (Donna, 2003).
• atresia ani adalah kelainan kongenital dimana
anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feses
Klasifikasi atresia ani
1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan
daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat
membran pada anus.
3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada
daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Klasifikasi 3 sub kelompok anatomi
1. Anomali rendah / infralevator
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis,
terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik
dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan
saluran genitourinarius.

2. Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung
anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.

3. Anomali tinggi / supralevator


Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak
ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius –
retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara
ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
ETIOLOGI

1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal


secara komplit karena gangguan pertumbuhan
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan
penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu atau 3 bulan.
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada
kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar panggul.
MANIFESTASI KLINIS
1.) Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama
setelah kelahiran.
2.) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu
rektal pada bayi.
3.) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau
anus yang letaknya salah.
4.) Perut kembung.
5.) Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
KOMPLIKASI

1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.


2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur
pembedahan.
KOMPLIKASI JANGKA PANJANG
a. Eversi mukosa anal.
b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari
anastomosis.
c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi
sigmoid.
d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan
dengan toilet training.
e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
f. Fistula kambuh karena tegangan di area
pembedahan dan infeksi.
Penatalaksanaan
• Pembuatan kolostomi : sebuah lubang buatan
yang dibuat pada dinding abdomen untuk
mengeluarkan feses
• PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty) :
Bedah definitifnya
• Tutup kolostomi
Penatalaksanaan Non Medis
• Toilet training : dimulai pada usia 2-3 tahun
• Bowel Management : Meliputi enema/irigasi
kolon satu kali sehari untuk membersihkan
kolon.
• Diet Konstipasi
• Diet Laksatif/Tinggi Serat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologis : Dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen : Dilakukan untuk menentukan
kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak
pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen : Digunakan untuk melihat fungsi
organ internal terutama dalam sistem pencernaan dan mencari
adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa
tumor.
4. CT Scan : Digunakan untuk menentukan lesi.
5. Pyelografi intra vena : Digunakan untuk menilai pelviokalises dan
ureter.
6. Pemeriksaan fisik rektum : Kepatenan rektal dapat dilakukan colok
dubur dengan menggunakan selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis : digunakan untuk
mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.

Anda mungkin juga menyukai