Anda di halaman 1dari 16

AKUISISI DATA DALAM

SISTEM DIGITAL
SISTEM AKUISISI DATA
Suatu sistem akuisisi data pada umumnya dibentuk sedemikian rupa sehingga
sistem tersebut berfungsi untuk mengambil , mengumpulkan dan
menyimpan data , yang kemudian siap untuk diproses lebih lanjut.
Gambar 1 menunjukan diagram blok sistem akuisisi data.

Gambar.1. Diagram blok sistem akuisisi data.


memory

Data
Analog A/D komputer Display

mass
storage

Gambar.2. Komputer digital untuk kebutuhan akuisisi data


Kofigurasi Sistem Akuisisi Data
Suatu konfigurasi sistem akuisisi data sangat tergantung pada jenis dan jumlah
tranduser serta teknik pengolahan yang akan digunakan . Konfigurasi ini dapat
dilihat dari banyaknya tranduser atau kanal yang digunakan, kecepatan pemrosesan
data

filter S/H A/D


trands Komputer display

D/A

Gambar.3.Sistem akuisisi data kanal tunggal


Adapun fungsi masing-masing blok dalam sistem adalah sebagai berikut :

-Tranduser : berfungsi untuk merubah besaran fisis yang diukur kedalam bentuk
sinyal listrik.
- Amp : berfungsi untuk memperbesar amplitudo dari sinyal yang dihasilkan
transduser.
- LPF : berfungsi untuk membatasi lebar band frekuensi sinyal listrik dari data
yang diukur.
-S/H : berfungsi untuk menjaga amplitudo sinyal analog tetap konstan selama
waktu konversi analog ke digital.
-A/D : berfungsi untuk merubah besaran analog kedalam bentuk representasi
numerik.
-D/A : berfungsi untuk merubah besaran numerik kedalam sinyal analog.
-Komputer : berfungsi untuk mengolah data dan mengontrol proses.
Gambar. 4. Sistem Akuisisi Data Jarak Jauh
Tahapan Proses Akuisisi Data

Untuk memproses sinyal analog dengan alat digital, pertama-tama perlu


mengkonversinya menjadi bentuk digital yaitu mengkonversi menjadi suatu deret
angka yang mempunyai presisi nilai terbatas. Prosedur ini dinamakan konversi
analog to digital (A/D), dan alat yang sesuai dinamakan pengkonversi A/D (ADCS).
Secara konsepsi, konversi A/D melalui 3 tahapan proses dan secara skematis
dapat dilihat pada Gambar 5 yaitu:

Gambar 5 Bagian dasar converter analog to digital


1. Proses sampling, adalah konversi suatu sinyal waktu-kontinu
menjadi suatu sinyal waktu-diskrit yang diperoleh dengan mengambil
cuplikan (sampel) sinyal waktu-kontinu pada saat waktu-diskrit. Ada
suatu aturan tertentu dari sinyal ini yaitu Teori Shannon yang
menyatakan bahwa frekuensi sinyal ini paling sedikit adalah 2 kali
frekuensi sinyal yang akan disampling (sinyal analog). Ini adalah batas
minimum dari frekuensi sampel (fs) agar nantinya cuplikan yang
diambil menunjukkan bentukan sinyal yang asli (analog).

xa(t) x(n)= xa(nT)


Sinyal analog Sinyal digital

Pencuplik ,

xa (t) Misal saklar on/off x (n)


Sinyal kontinu Sinyal diskrit

Waktu kontinu Waktu diskrit


Gambar. 6 pencuplikan dengan saklar
2. Kuantisasi, adalah konversi sinyal yang bernilai kontinu waktu-diskit menjadi sinyal
(digital 1 atau 0) bernilai diskrit, waktu-diskrit.

3. Pengkodean, dalam proses pengkodean, setelah proses kuantisasi maka tiap-tiap


diskrit yang ada telah memiliki tetapan tertentu. Tetapan tersebut dapat dijadikan
kombinasi bilangan biner, maka terbentuklah bilangan-bilangan biner yang
merupakan informasi dari sinyal. (101000....)

xa(t) x(n) xq (n) 10100


Pencuplikan Pengkuantisasi Pengkodean

Sinyal Sinyal waktu Sinyal Sinyal


analog diskrit terkuantisasi digital

Gambar.7 bagian dasar ADC


Teori Pencuplikan
 Pada bagian ini hanya membahas teori pencuplikan
secara periodik, yaitu
 periode (atau selang/jarak waktu) pencuplikan
sama
 lebar atau lama waktu pencuplikan konstan

 Secara matematik :
x(n) = xa (nT) - ~ < n < ~ …..II.1
Dimana :
x(n) = sinyal digital ke n hasil pencuplikan
xa(nT) = sinyal analog yang dicuplik ke n dengan
periode pencuplikan atau selang waktu T detik
 Hal yang penting dalam teori pencuplikan pers. II.1 adalah
hubungan antara variabel waktu t pada sinyal analog dengan
variabel n (atau cuplikan ke n) pada sinyal digital. Hub. tsb
adalah :
t = n T = n/Fs …………II.2

 Frekuensi cuplikan (sampling) atau laju cuplikan, Fs (Herzt) :


Fs = 1/T ……………….II.3

 Jadi data atau nilai di sinyal digital cuplikan ke n kali periode


penculikan T sama dengan data atau nilai pada waktu t di
sinyal analog
 Misal sinyal analog dalam sinus
xa(t) = A Sin (2F t + ) ………II.4

 dr pers. II.1 - 4 sinyal digitalnya :

x(n)  xa (nT )  A Sin (2FnT   )


nF
 A Sin (2  )
Fs
 A Sin (2nf   )  II .5
dgn
F
f   II .6
Fs
f = frekuensi sinyal digital atau bisa disebut
frekuensi ternormalisasi atau frek. Relatif sinusoida
= nilainya diantara ( - ½ < f < ½ ) ….II.7.a
Fs = frekuensi sampling
F = frekuensi sinyal analog
= nilainya ( - ~ < F < + ~ )
= atau dr pers. II.6 &7a ( - Fs/2 ≤ F ≤ Fs/2 ) ..II.7.b

 Jadi bisa dikatakan bahwa pencuplikan periodik


merupakan pemetakan interval frek. tak berhingga, F
untuk sinyal analog menjadi interval sinyal berhigga, f
pada sinyal digital dan berdasarkan pers. II.7.a,b:
 frekuensi sinyal analog F = Fs /2
atau frekuensi cuplikan minimum Fs = 2 F ….II.8
Latihan
** Persamaan sinyal analog sbg :
xa(t) = 10 cos 100 t
a. Tentukan laju pencuplikan minimum yang
dibutuhkan
b. Bila dicuplik dgn laju 200 Hz, tuliskan pers. sinyal
digital
c. Sama b, tapi dengan laju 75 Hz
TERIMA KASIH…!!!

Anda mungkin juga menyukai