Anda di halaman 1dari 3

Resume Atresia Ani

(Malformasi Anorektal/Anus Imperforata)

1. Definisi
Atresia Ani adalah kelainan I kongenital yang dikenal sebagai anus ! imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).

2. Klasifikasi
a. Anus imperforata (atresia ani) lesi tinggi: rektum berakhir di atas suspensorium
puborektal, kompleks otot utama bertanggung jawab sebagai pengendali sfingter
dan kontinensia feses.
b. Anus imperforata (atresia ani). lesi rendah: rektum melintasi Anomali Anorektal
pada Wanita.

3. Etiologi
atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan.
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.

4. Manifestasi Klinis
a. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam dan sejak lahir tidak ada defekasi
mekonium.
b. Pemeriksaan fisik menunjukkan tidak adanya lubang anus eksternal.
c. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
d. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
e. Mekonium keluar melalui fistula atau anus yang salah letaknya.
f. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda L obstruksi usus bila tidak ada fistula.
g. to Perut kembung.

5. Pemeriksaan Fisis
a. Pemeriksaan Colok Dubur
b. Pemeriksaan Penunjang:
■ Pemeriksaan Radiologis
■ USG (Ultrasonografi)
■ Pemeriksaan Sinar-X Lateral Inversi (Teknik Wangensteen-Rice)
c. USG

6. Penatalaksanaan
Pra-Pembedahan:
■ Memantau status hidrasi (tanda-tanda dehidrasi dan keseimbangan cairan).
■ Mempertahankan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan.
■ Memantau berat badan

Pasca-Pembedahan:
a. Penatalaksanaan pasca-pembedahan untuk klien ini adalah sebagai berikut:
○ Melakukan pemantauan berat badan.
○ Melakukan penggantian pada balutan dan perhatikan adanya drainase,
kemerahan, serta inflamasi.
○ Membersihkan daerah anus untuk mencegah kontaminasi fekal.
b. Pasca-Pembedahan:
○ Mengganti posisi bayi tiap 2 jam.
○ Memantau tanda-tanda infeksi sistemik dan lokal.
○ Melakukan pemberian antibiotik.
○ Pemberian analgetik.
c. Keperawatan: Kepada orang tua perlu diberitahukan mengenai kelainan pada
anaknya dan keadaan tersebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan
dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan dan setelah
umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu perlu diberitahukan
perawatan
anus buatan dalam menjaga kebersihan untuk mencegah infeksi serta
memperhatikan kesehatan bayi.

7. Komplikasi
komplikasi jangka panjang
■ Eversi mukosa anus
■ Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
■ Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
■ Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
■ Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi)
■ Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia 3 dan rembesan
persisten)
■ Fistula kambuhan (karena tegangan di area pembedahan dan
infeksi),(Sodikin, 2011)

8. Rencana Asuhan Keperawatan


Pengkajian:
■ Lakukan pengkajian bayi baru lahir, terutama pada area perianal.
■ Lakukan pengkajian area anus.
■ Observasi adanya pasase mekonium (perhatikan bila ada mekonium
tampak pada orificium yang tidak tepat).

Diagnosa
Pre Operasi I
■ Konstipasi b.d gangguan pasase feses, feses tidak transit lama di kolon.
■ Mual b.d distensi lambung.
■ Resiko infeksi b.d pengeluaran firmame konium melalui saluran kencing

b. Post Operasi
■ Nyeri akut b.d trauma jaringan post operasi.
■ Gangguan rasa nyaman b.d trauma jaringan post operasi.
■ Perubahan proses keluarga b.d perawatan anak dengan defek fisik,
hospitalisasi.

Anda mungkin juga menyukai