1. Pendiri dan pengembang Teori dan Latar Belakang pengembangan teori konseling
(sejarah psikoanalisa)
a. Pendiri dan Pengembang Teori Psikoanalisis adalah Sigmund Freud. Sigmund Freud
adalah seorang psikolog yang berasal dari kota Wina, Austria. Freud dilahirkan dari
kandungan seorang ibu yang bernama Amalia yaitu seorang yang cantik, tegas, masih
muda, dau puluh tahun lebih muda dari suaminya dan merupakan istri ketiga dari
ayahnya Jacob Freud. Freud lahir tepatnya pada tanggal 6 Mei 1856 di Freigery
sebuah kota kecil yang didominasi penduduk asli Muravia , yang sekarang ini lebih
tanggal 23 September 1939. Selama hampir 80 tahun Freud tinggal di Wina dan baru
Freud sangat berminat pada semua hal yang secara khusus dipandang mampu
hidung dan tenggorokan dari Berlin, Wilhelm Fliess dan dengan cepat terjalin
persahabatan yang kental di antara mereka. Fliess adalah seorang pendengar yang
diidam-idamkan Freud: seorang tokoh intelektual yang tidak mudah dikejutkan oleh
bermanfaat), seorang penggemar yang selalu menjejali Freud dengan ide-ide yang
bisa dia kembangkan. Selama lebih dari satu dekade, Fliess dan Freud saling bertukar
bahwa Freud adalah seorang pembimbing yang lihai. Spesialisasinya semakin meluas
kemudian bahwa meskipun dia seorang pendengar yang baik, dia tidak cukup
seksama dalam mendengar. Begitu banyak yang mereka miliki untuk diceritakan
kepada Freud.
Pada tahun 1895, Freud dan seorang teman yang sudah dia anggap sebagai ayahnya
sendiri, Josep Breuer (seorang dokter spesialis penyakit dalam yang sedang
ini menyumbang materi materi menarik bagi bahan percakapan Breuer dan Freud, dan
menjadi pasien pertama yang menjalani psikoanalisis (walaupun hal ini sedikit agak
histeria berasal dari kegagalan fungsi seksual dan gejala-gejala ini dapat dibicarakan
demi kesembuhannya. Tahun 1895 dalam beberapa hal tertentu juga merupakan tahun
yang penting bagi Freud. Pada bulan Juli, Frued berhasil menganalisis sebuah mimpi,
melalui usahanya sendiri. Dia selanjutnya menggunakan mimpi ini, yang disebut
sebagai “injeksi irma”, sebagai model bagi interpretasi mimpi psikoanalisis saat dia
Pada musim gugur, dia mengerjakan sebuah konsep, namun tidak pernah
diselesaikan atau diterbitkan, atas apa yang selanjutnya disebut sebagai Projeck For a
Scientific Psychology. Konsep ini merupakan antisipasi atas sejumlah teori dasarnya
sekaligus sebagai pengingat bahwa Freud memberikan penekanan yang sangat besar
mengakibatkan nama Freud menjadi mashur adalah psikoanalisa. Istilah ini diciptakan
oleh dia sendiri dan muncul untuk pertama kali pada tahun 1896. teori psikoanalisa
lahir dari praktek dan tidak sebaliknya. Psikoanalisa ditemukan dalam usaha untuk
Freud sendiri beberapa kali menjelaskan arti istilah psikoanalisa, tetapi cara
menjelaskannya tidak selalu sama. Salah satu cara yang terkenal berasal dari tahun
1923 dan terdapat dalam suatu artikel yang ditulisnya bagi sebuah kamus ilmiah
Jerman. Di situ ia membedakan tiga arti. Pertama, istilah “psikoanalisa” dipakai untuk
mimpi) yang sebelumnya hampir tidak terjangkau oleh penelitian ilmiah. Kedua,
istilah ini menunjukkan juga suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
b. Pengembangan Teori
Peori Psikoanalisis sendiri mengalami perkembangan sejalan dengan berjalannya
waktu, dua muridnya Sigmund Freud yang terkenal sampai saat ini dianggap
menyimpang dari ajarannya. Dua orang tersebut adalah Carl Gustav Jung dengan
nama Psikologi Analitik, dan Alfred Adler dengan Psikologi Individualnya.
c. Latar Belakang Teori
Sigmund Freud merupakan seorang tokoh yang mengembangkan pendekatan
psikoanalisis dimana dia adalah anak sulung dari 3 anak laki-laki dan 5 anak
perempuan. Sigmund freud ini dari semenjak kecil memeiliki minat yang sangat
banyak tetapi minatnya ini sangat dibatasi karena terkait persoalan warisan
yahudinya. Pada saat itu ayah sigmund freud merupakan seorang ayah yang sangat
otoriter pada zamannya. Freud mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk
merumuskan dan memperluas teori psikoanalisisnya. Menariknya, fase paling kreatif
dalam hidupnya berhubungan dengan periode ketika dia sendiri mengalami masalah
emosional yang parah. Selama awal 40-an, Freud memiliki banyak gangguan
psikosomatis, serta ketakutan yang berlebihan akan kematian dan fobia lainnya, dan
terlibat dalam tugas analisis diri yang sulit. Lalu disinilah sigmund mulai
mengeksplorasi dan menganalisis makna mimpinya sendiri, lalu pertama kali yang dia
lakukan adalah menganalisis kenangan masa kecilnya dan begitu sangat merasaka
permusuhan intens yang dia rasakan untuk ayahnya. Dia juga mengingat perasaan
seksual masa kecilnya untuk ibunya, yang menarik, penyayang, dan protektif.
2. Hakekat Manusia
a. Dilihat dari pengalaman masa kecil dan dari pengaruh biologi (melalui psikososial
dan psikoseksual):
b. Individu dalam melaksanakan sesuatu didasarkan karena adanya 2 dorongan,
diantaranya:
1) Dorongan hidup (eros) untuk survive, contoh: lapar dan haus
2) Dorongan mati (tanatos)
c. Agar lebih kuat dalam menghadapi hidup dengan menyeimbangkan antara dorongan
seksual (apapun yang memberikan kesenangan/pleasure dan perilakunya)
d. Manusia pada dasarnya deterministic: ditentukan oleh kekuatan/dorongan (irasional,
tak sadar, insingtif dan biologis) yang dibawa sejak lahir dan berkembang sesuai
tahap psikoseksual selama 5 tahun pertama kehidupannya.
e. Manusia berisi sistem energi (energi psikis dasar manusia disebut insting/libido/sex
ada 2 insting yang mengarahkan untuk tetap survive (eros/konstruktif) dan untuk
destruktif/agresif/mati/Thanatos
f. Dorongan hidup/seksual dan dorongan mati menjadi penentu kuat mengapa orang
bertindak seperti yang mereka lakukan.
3. Konsep Kepribadian & Perkembangan
Freud percaya bahwa perkembangan kepribadian dan pembentukan id, ego, dan
superego, serta mekanisme pertahanan ego, bergantung pada jalannya perkembangan
psikoseksual dalam 5 tahun pertama kehidupan. Tahap psikoseksual oral, anal, dan
phallic terjadi sebelum usia 5 atau 6 tahun; Kemudian ada periode yang relatif tenang
selama 6 tahun (masa laten), diikuti oleh tahap genital pada masa remaja, yang dimulai
pada awal masa pubertas. Teori Freud didasarkan pada dorongan bio-logis dan
pentingnya prinsip kesenangan; dengan demikian, bagian tubuh tertentu dianggap sebagai
fokus kesenangan yang signifikan selama periode perkembangan yang berbeda (Freud,
1923). Freud percaya bahwa bayi menerima kepuasan seksual umum di berbagai bagian
tubuh yang secara bertahap menjadi lebih terlokalisasi di area genital. Lisan, anal.
a. Tahap lisan. Berlangsung sejak lahir hingga kira-kira 18 bulan, tahap oral berfokus
pada makan dan menghisap serta melibatkan bibir, mulut, dan tenggorokan.
Ketergantungan pada ibu untuk kepuasan — dan oleh karena itu hubungan dengan ibu
— sangat signifikan dalam tahap lisan. Mulut tidak hanya berfungsi untuk mengambil
dan makan tetapi juga memegang, menggigit, meludah, dan menutup. Fungsi makan
dan menggendong dapat dikaitkan dengan perkembangan karakter yang nantinya
disebut sebagaipenggabungan lisan, yang mungkin termasuk memperoleh
pengetahuan atau hal-hal. Fungsi menggigit dan meludah dapat dikaitkan dengan
karakteristik agresif lisan yang mungkin termasuk sarkasme, sinisme, atau
argumentatif. Di satu sisi, jika, selama tahap lisan, seorang anak belajar terlalu sering
bergantung pada ibu, anak mungkin terpaku pada tahap ini dan menjadi terlalu
bergantung pada kehidupan dewasanya. Di sisi lain, jika anak mengalami kecemasan
melalui pemberian makan yang kurang perhatian atau tidak teratur, anak mungkin
merasa tidak aman tidak hanya pada tahap awal ini tetapi juga dalam kehidupan
dewasa.
b. Tahap anal. Antara usia sekitar 18 bulan hingga 3 tahun, area anus menjadi sumber
kenikmatan utama. Eksplorasi proses tubuh seperti menyentuh dan bermain dengan
kotoran adalah penting. Jika orang dewasa menanggapi anak-anak dengan rasa jijik
terhadap kegiatan ini, anak-anak mungkin mengembangkan rasa harga diri yang
rendah. Selama periode ini, anak mengembangkan pengendalian usus, dan konflik
seputar toilet training dengan orang tua dapat berkembang menjadi karakteristik
kepribadian di kemudian hari, seperti perhatian berlebihan terhadap kebersihan dan
ketertiban (anal retentif) atau disor-derliness dan destructiveness (anal expulsive)
Tidak hanya anak-anak membangun kendali atas tubuh mereka sendiri, tetapi mereka
juga berusaha untuk mencapai kendali atas orang lain.
c. Tahap falus. Berlangsung dari usia sekitar 3 sampai 5 atau 6 tahun, sumber kepuasan
seksual bergeser dari daerah anus ke daerah genital. Pada usia ini, membelai dan
memanipulasi penis atau klitoris menghasilkan kenikmatan sensual. Konsep
kecemasan pengebirian berasal dari ketakutan anak laki-laki itu bahwa penisnya akan
dipotong atau dilepas. Terutama selama era Victoria, ketika masturbasi diyakini
merusak, upaya orang tua untuk menghentikan masturbasi mungkin telah membuat
anak laki-laki itu takut kehilangan penisnya. Jika dia mengamati seorang gadis
telanjang, dia mungkin percaya bahwa dia telah kehilangan penisnya. Konsep iri pada
penis mengacu pada gadis-gadis yang bertanya-tanya mengapa mereka kekurangan
penis dan berpikir bahwa mungkin mereka telah melakukan kesalahan hingga penis
mereka hilang. Freud percaya bahwa masalah kepribadian di kemudian hari dapat
dikaitkan dengan kecemasan pengebirian atau kecemburuan pada penis. Hasrat
seksual untuk orang tua dapat mengarah pada perkembangan kompleks Oedipus pada
anak laki-laki atau kompleks Electra pada anak perempuan (meskipun gagasan
terakhir ini dijatuhkan dalam tulisan-tulisan Freud kemudian). Dinamai setelah drama
penulis drama Yunani kuno Sophocles tentang seorang pemuda yang menjadi raja
dengan menikahi ibunya dan membunuh ayahnya, sangOedipus kompleksmengacu
pada cinta seksual anak laki-laki untuk ibunya dan permusuhan terhadap ayahnya.
Dalam peristiwa traumatis ini, anak itu akhirnya belajar untuk mengidentifikasi
dengan orang tua sesama jenis dan berubah dari cinta seksual ke cinta nonseksual
untuk orang tua sesama jenis, akhirnya mengembangkan preferensi erotis untuk jenis
kelamin lain. Dengan cara ini, perasaan seksual terhadap orang tua berjenis kelamin
lain tersublimasi. Kesulitan dalam tahap perkembangan ini dapat mengakibatkan
masalah identitas seksual di kemudian hari yang mempengaruhi hubungan dengan
sesama jenis atau jenis kelamin lainnya.
d. Latensi. Ketika konflik kompleks Oedipus terselesaikan, anak memasuki masa laten.
Berlangsung kira-kira dari usia 6 hingga 12 (atau pubertas), periode laten bukanlah
tahap perkembangan psikoseksual karena pada titik ini energi seksual (serta impuls
oral dan anal) disalurkan ke tempat lain. Kekuatan ini (libido) ditekan, dan anak-anak
mengerahkan energinya untuk sekolah, teman, olahraga, dan hobi. Meskipun naluri
seksual bersifat laten, ingatan yang ditekan dari tahap sebelumnya tetap utuh dan akan
memengaruhi perkembangan pribadi di kemudian hari.
e. Tahap genital. Dimulai pada masa remaja awal, sekitar usia 12 tahun, tahap genital
berlanjut sepanjang hidup. Freud lebih memperhatikan perkembangan masa kanak-
kanak daripada perkembangan orang dewasa. Pada tahap genital, fokus energi seksual
adalah ke arah lawan jenis daripada ke arahnya. kesenangan diri (masturbasi).
Berbeda dengan tahap genital yang memusatkan perhatian pada orang lain sebagai
objek seksual, ketiga tahap awal (oral, anal, dan phallic) berfokus pada cinta diri.
Tingkah laku bermasalah disebabkan oleh kekacauan dalam berfungsinya individu
yang bersumber pada dinamika yang tidak efektif antara id, ego dan superego.
- Menurut penelitian oleh Helaluddin & Syahrul Syawal, Dalam pendidikan, konsep
psikoanalisis juga diaplikasikan ke dalamnya. Artinya, Pendidikan juga perlu
mempertimbangkan konsep-konsep psikoanalisis dalam mengembangkan dan mendidik
siswanya. Salah satunya dengan memperhatikan konsep dari psikoanalisis yang
menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan dan
kebutuhan dasar. Hal lain yang diterapkan dalam proses pendidikan adalah dengan
menggunakan berbagai pendekatan dalam proses bimbingan kepada para siswa.
Dibutuhkan pendekatan secara personal dalam menangani peserta didik yang memiliki
sikap agresif yang berlebihan. Hal lainnya juga terlihat dalam proses pendidikan inklusif
dan pendidikan kreatif. Kedua jenis pendidikan ini mengadopsi konsep-konsep
psikoanalisis dalam mengembangkan peserta didiknya.
7. Diferensiasi dengan Teori/Pendekatan
a. Keunggulan & Dibanding Teori Lain
Ahli teori lain menyukai teori ini karena fondasi dinamis dari
perkembangan dan komponen struktural yang digunakan untuk
menjelaskan perkembangan kepribadian dan aplikasi kontemporernya
untuk menyajikan fungsi maladaptive.
Salah satu kekuatan terbesar teori psikoanalitik adalah luas dan dalamnya
eksplorasi ke dalam pengembangan kepribadian dan keterampilan
mengatasi masalah, menjadikannya teori yang komprehensif dengan
banyak keserbagunaan dalam penggunaan praktis.
Katz-Bearnot (2009) mengemukakan bahwa orientasi psikoanalitik
menawarkan pendekatan konseling yang paling komprehensif karena teori
tersebut mempertimbangkan faktor-faktor yang tidak disadari, termasuk
pemindahan, pemberlakuan.
Membantu untuk menjadikan individu percaya akan kemampuan dirinya yang selama
ini tidak disadari dengan baik. Dengan teknik dalam teori psikoanalisis, seseorang
akan mampu menemukan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan masalah yang
ada.
Teori psikoanalisis mengajarkan sangat pentingnya masa kanak kanak dalam
perkembangan kepribadian seseorang. Hal ini menjadi dasar teori yang kuat, terapis
bisa lebih mengetahui masalah pada diri konseli, karena prosesnya dimulai dari
mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri konseli dan bisa membuat
klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.
Membantu mengatasi kecemasan melalui analisa terhadap mimpi, resistensi, dan
transferensi.
b. Kritik Terhadap Teori
Banyak ahli teori dan praktisi memfokuskan kritik mereka pada kurangnya
perhatian khusus terhadap masa kini dan masa depan, dan khususnya
kurangnya perhatian pada aplikasi lintas budaya dan potensi bias terhadap
populasi klien tertentu.
Kritik utama teori psikoanalitik adalah gagasan bahwa manusia didorong
oleh seksualitas tanpa memperhatikan dinamika budaya lainnya. Beberapa
praktisi menyarankan bahwa psikoanalisis sepenuhnya tidak sesuai untuk
digunakan dengan budaya tertentu karena kurangnya struktur, kurangnya
pemecahan masalah langsung, dan penekanan yang konsisten pada refleksi
pengalaman masa kanak-kanak. Penyederhanaan berlebihan dari
paradigma budaya karena fokusnya yang kuat pada perkembangan seksual
tanpa mempertimbangkan kontribusi penting dari kelas, ras, seksualitas,
gender, dan disabilitas di semua aspek perkembangan.
Psikoanalisis tradisional dikenal sebagai metode terapi yang panjang dan
mahal. Perawatannya lama dan mahal, dan analisis, atau kursus konseling,
diperkirakan membutuhkan waktu 5 tahun atau lebih, dengan empat atau
lima sesi per minggu. Waktu dan biaya yang terlibat dengan psikoanalisis
membuatnya menjadi penghalang bagi banyak orang, dan jumlah praktisi
psikoanalisis tradisional sedikit. Ini karena pelatihan intensif yang
diperlukan dan keterbatasan cakupan oleh asuransi kesehatan dan
perawatan terkelola.