Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mutiara Fajri

NPM : 201910615005

Mengapa Kekerasan Masih Terjadi Pada Anak di Lingkungan Pendidikan?

Cukup banyak argumentasi tentang penyebab terjadinya kekerasan di sekolah,. Salah satu
argumen itu diungkapkan oleh Eko Indrawan yang menyebutkan terdapat tiga sisi penyebab
terjadinya kekerasan di lingkungan pendidikan, yaitu:
1. Sisi pertama melihat kelemahan murid, di mana sikap dan perilaku siswa dinilai terlampau
‘nakal’. Meski sudah dididik dengan cara halus tetap tidak ada perubahan sikap dan
perilaku. Dengan menggunakan legitimasi yang dimilikinya, guru seringkali menggunakan
kekerasan kepada siswa, karena guru beranggapan bahwa murid tidak berusaha memenuhi
harapan guru.
2. Pada sisi kedua, terjadinya kekerasan pada murid dilihat sebagai akibat dari kelemahan guru.
Penyebab kekerasan terhadap murid bisa terjadi karena guru tidak paham akan makna
kekerasan itu sendiri dan akibat negatifnya. Masih cukup banyak guru yang beranggapan,
bahwa dengan memberikan hukuman kepada murid, maka murid akan jera dan tidak
mengulang lagi kesalahan yang diperbuatnya. Namun, dari sisi murid, dampak kekerasan
akan sangat berbeda, bahkan murid bisa sangat membenci gurunya, dan semakin tidak
hormat kepada gurunya.
3. Sisi ketiga melihat terjadinya kekerasan murid karena kelemahan sistem dan metode
pembelajaran, termasuk kelemahan lembaga pendidikan yang menghasilkan guru serta
lembaga yang berwenang menetapkan isi dan kurikulum pendidikan. Argumentasi yang
dikemukakan adalah pertama, lembaga pencetak guru cenderung statis dan tidak bergerak
mengikuti perkembangan pengetahuan. Kedua, pergantian kurikulum yang cepat cenderung
membebani guru dan murid, termasuk sistem Ujian Nasional yang seringkali mengalami
modifikasi, sehinga muncul berbagai tindakan curang karena tekanan Ujian Nasional,
Ketiga, dengan beban belajar yang cukup padat yang tercantum di dalam kurikulum sekolah,
guru pun memiliki beban dengan memindahkan banyak pengetahuan kepada siswa.
Keempat, tidak adanya pengawasan dari dinas pendidikan terhadap pelaku pendidikan,
khususnya perilaku kekerasan guru di ruang kelas. Sedangkan orangtua murid tidak berani
bersuara dan tidak berdialog dengan anak untuk memantau perkembangan anak di sekolah.
Argumen lain juga diungkapkan oleh Sugiyatno, alasan terjadinya kekerasan di
lingkungan sekolah adalah sistem pendidikan yang dianggap belum sesuai dengan harapan
nasional, bahkan cenderung menurun, apalagi memenuhi standard internasional. Salah satu
indikator rendahnya mutu pendidikan nasional adalah dapat dilihat dari prestasi akademik, proses
pembelajaran masih terlalu menekankan aspek akademik atau intelektualnya saja, dan kualitas
guru masih rendah. Sementara itu aspek-aspek non akademis, seperti nilai-nilai moral, nilai
sosial-emosional belum diberdayakan secara optimal, dan hasilnya juga masih jauh seperti yang
diharapkan. Penananaman nilai-nilai moral maupun emosional hanya diberikan melalui pelajaran
tertentu saja seperti PPKn dan agama.
Selanjutnya Retno Listyarti selaku Komisioner KPAI juga mengungkapkan alasan siswa
melakukan kekerasan terhadap sesama siswa adalah untuk membalas dendam dan sengaja adu
Nama : Mutiara Fajri
NPM : 201910615005

kekuatan (gladiator) karena perintah siswa senior. Sedangkan kasus siswa membully guru
sebagian besar karena ingin video yang dibuatnya viral sehingga jadi terkenal.
Sedangkan menurut Zulyan salah satu faktor penyebab kekerasan itu dapat terjadi dari
kondisi lingkungan masyarakat yang buruk, Teman sebaya yang memberikan pengaruh terhadap
tumbuhnya perilaku bullying di sekolah. Kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di
sekolah akan memberikan dampak yang negatif bagi sekolah seperti kekerasan (berkelahi),
perilaku membolos, rendahnya sikap menghormati kepada sesama teman dan guru. Dari guru,
Faktor tersebut diakibatkan karena adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan
dalam mengelola emosi guru hingga guru tersebut menjadi lebih sensitif. Dan dari keluarga atau
orang tua yaitu dari pola asuh, Orang tua mengalami masalah psikologis, dan kemiskinan
(ekonomi). Hal ini di akibatkan karena tidak diterapkannya konsep sekolah ramah anak yang
ada pada sekolah tersebut, sehingga kurangnya kolaborasi antara lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat yang dapat meminimalisir terjadinya kekerasan di lingkungan
pendidikan.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2002) dalam Buku Pedoman
Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan menerangkan faktor penyebab terjadinya perilaku
kekerasan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok,yaitu:
1. Faktor biologis, perilaku kekerasan merupakan akibat dari dorongan naluri (instinctual
drive theory) yaitu teori yang menyatakan bahwa kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat. Di samping itu, perilaku kekerasan
merupakan manifestasi dari pengalaman marah (physchomatis theory), yaitu teori yang
menjalaskan bahwa kekerasan berasal dari respon psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maupun lingkungan, dalam hal ini sistem limbic berperan sebagai
pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah. Jadi secara biologis,
kekerasan timbul dari adanya perpaduan antara dorongan yang sangat kuat untuk marah
dan rasa marah yang pernah dialami.
2. Faktor psikologis, perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi, hal
ini berdasarkan teori agresif frustasi. Teori ini menjelaskan bahwa, frustasi terjadi
apabila keinginan seseorang gagal atau terlambat untuk dicapai atau terlaksana. Di sisi
lain teori perilaku yang menyatakan bahwa kekerasan merupakan bagian dari sebuah
kemarahan.
3. Faktor sosial kultural, di mana teori lingkungan sosial menjelaskan bahwa lingkungan
mampu mempengaruhi sikap seseorang dalam mengekspresikan sikap kemarahan. Dan
menurut teori belajar sosial, perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
maupun melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, kekerasan secara sosio-kultural,
merupakan dampak dari pengaruh lingkungan sosial baik secara langsung maupun tidak
langsung.
4. Faktor pencetus atau faktor tekanan. Pada dasarnya tekanan yang mencetuskan perilaku
kekerasan setiap orang bersifat unik. Tekanan ini dapat disebabkan dari luar maupun
dalam. Contoh tekanan dari luar adalah adanya serangan fisik, kehilangan, kematian,
dan lain-lain. Sedangkan tekanan dari dalam seperti putus hubungan dengan orang yang
Nama : Mutiara Fajri
NPM : 201910615005

disayangi, kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik dan lain-lain. Selain
itu, lingkungan yang terlalu ribut, padat kritikan yang mengarah pada penghinaan,
tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan. Dapat disimpulkan bahwa
kekerasan dapat terjadi karena adanya tekanan baik yang berasal dari dalam maupun
luar seseorang.

Kesimpulan :
Dari banyaknya kasus-kasus dan fenomena kekerasan yang ada di lingkungan
pendidikan perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai latar belakang terjadinya
kekerasan tersebut, karena banyak sekali aspek yang melatar belakangi terjadinya
kekerasan, mulai dari aspek siswanya sendiri, aspek dari dalam gurunya, aspek kebijakan
pendidikan yang berlaku bahkan lingkungan masyarakat yang ada di sekitar sekolah,
serta faktor-fakor lain yang melatar belakangi terjadinya kekerasan di sekolah.

Daftar Pustaka
Budirahayu, Tuti. (2019). Menilik Akar Penyebab Kekerasan di Sekolah. Diakses dari:
http://news.unair.ac.id/2019/11/18/menilik-akar-penyebab-kekerasan-di-sekolah/. 29
Maret 2021
Sugiyatno. (2010). Kekerasan di Sekolah Bagian Masalah Pendidikan Sosial – Emosional.
Paradigma. 9(5): 29-42.
Fatiara, Nabilla. (2019). 153 Kekerasan Anak Terjadi di Sekolah, Pelakunya Mayoritas
Guru. Diakses dari: https://kumparan.com/kumparannews/kpai-153-kekerasan-anak-
terjadi-di-sekolah- pelakunya-mayoritas-guru-1sXmURDSLlI. 29 Maret 2021.
Zulyan. (2021). Implementasi Program Sekolah Ramah Anak (Sra) Dalam Pencegahan
Kekerasan Pada (Studi Kasus Di Sma Muhammadiyah 4 Kota Bengkulu). JUPANK (
Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan). 1(1): 70-81.
Lestari, Putri Indah. (2021). Kekerasan Guru Terhadap Siswa Dalam Proses Belajar
Mengajar Yang Berlangsung Di Sekolah. Diakses dari:
https://www.researchgate.net/publication/337415135_Jurnal_Latar_Belakang_Kekerasan
_di_Sekolah. 29 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai