Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOMUNIKASI

“NON VERBAL”

DOSEN PEMBIMBING :
Chaerunnimah, SKM, M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Fauziah Suradi PO714231201014
Husnul Khatima Hamka PO714231201015
Ismudinar PO714231201016
Isna Ardiya Dirham PO714231201017
Jescica Amelia PO714231201018
Mutmainna PO714231201021
Nabila Al Kausaria PO714231201022
Nur Awalia Mansur PO714231201023
Nur Mufidah Abd Kadir PO714231201024
Nur Yaumil Fadilah PO714231201025
Nur Zyamnani Hasan PO714231201026
Sri Wilda PO714231171039

KELAS :
A

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN D.IV GIZI DAN DIETETIKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Komunikasi Nonverbal” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Komunikasi Ibu
Chaerunnimah.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan materi-materi dari jurnal dan blogspot yang
berhubungan dengan Komunikasi Nonverbal, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada
pengajar mata kuliah Komunikasi atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah ikut andil dalam penyusunan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Komunikasi Nonverbal, khususnya
bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
DAFTAR ISI

I. Kata pengantar ...................................................................................................................i


II. Daftar isi ......................................................................................................................... ii

1. BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


1.1. Latar belakang ...............................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah .........................................................................................................1
1.3. Tujuan penulisan ...........................................................................................................1

2. BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................2


2.1. Pengertian komunikasi non-verbal ...............................................................................2
2.2. Jenis-jenis komunikasi non-verbal ............................................................................ 2-4
2.3 Ciri-ciri dari komunikasi non-verbal ........................................................................ 4-5
2.4. Fungsi komunikasi non-verbal ...................................................................................... 6
2.5. karasteristik komunikasi non-verbal .............................................................................7
2.6. Pentingnya komunikasi non-verbal dalam kehidupan sehari-hari ................................ 8

3. BAB III PENUTUP .........................................................................................................9


3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................9
3.2. Saran ............................................................................................................................. 9

III. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam ilmu komunikasi salah satu syarat utamanya adalah dapat berkomunikasi dengan
baik. Komunikasi sendiri berarti suatu proses dimana individu atau beberapa individu,
kelompok, organisasi, dan masyarakat guna menciptakan serta menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Namun, komunikasi terbagi menjadi non verbal
dan verbal. Untuk kali ini, kelompok kami akan membahas lebih lanjut mengenai komunikasi
non verbal.
Maria memperhatikan laki-laki tampan yang sedang belajar dua meja darinya di
perpustakaan. Ketika laki-laki itu melihatnya, Maria menundukkan pandangannya. Setelah
beberapa saat, dia kembali memandangnya sedetik saja. Beberapa menit kemudian, laki-laki
itu menghampirinya, duduk di sebelahnya, dan memperkenalkan diri. Contoh di atas
menggambarkan kekuatan komunikasi nonverbal. Dalam adegan perpustakaan, kita melihat
pola gender komunikasi nonverbal. Maria mengikuti norma-norma komunikasi feminin dengan
secara tidak langsung menandakan ketertarikannya dan menunggu laki-laki itu memulai
kontak. Sebaliknya, laki-laki itu menjalankan praturan budaya komunikasi maskulin dengan
menatap langsung kepada Maria dan beranjak ke mejanya.
Dalam pengertian ini, komunikasi nonverbal seperti bahasa, adalah cara utama kita
mengumumkan siapa kita. Sistem komunikasi nonverbal yang rumit membantu kita
membangun identitas, mengasosiakan hubungan, dan menciptakan lingkungan yang kita
nikmati. Perilaku nonverbal adalah dimensi komunikasi manusia yang pokok. Sistem
komunikasi nonverbal menyumbang 65-93 persen dari total makna komunikasi (Birdwhistell,
1970; Hickson, Stacks, & Moore, 2004; Mehrabian, 1981). Satu alasan besarnya dampak
komunikasi nonverbal adalah keluasannya: mencakup segala sesuatu dari pakaian dan kontak
mata hingga postur tubuh dan perubahan nada suara.[1]

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komunikasi nonverbal?
2. Apa saja jenis - jenis komunikasi nonverbal?
3. Apa saja ciri-ciri dari komunikasi nonverbal?
4. Apa fungsi dari komunikasi nonverbal?
5. Apa karasteristik komunikasi nonverbal?
6. Bagaimana penerapan komunikasi nonverbal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu komunikasi nonverbal
2. Untuk mengetahui jenis – jenis komunikasi nonverbal
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari komunikasi nonverbal
4. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi nonverbal
5. Untuk mengetahui karasteristik komunikasi nonverbal
6. Untuk mengetahui penerapan komunikasi nonverbal
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komunikasi Non Verbal


Manusia berkomunikasi menggunakan kode verbal dan nonverbal. Kode nonverbal
disebut isyarat atau bahasa diam (silent language). Melalui komunikasi nonverbal kita bisa
mengetahui suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, marah, bingung, atau
sedih. Kesan awal kita mengenal seseorang sering didasarkan pada perilaku nonverbalnya,
yang mendorong kita untuk mengenal lebih jauh.
Komunikasi nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Pesanpesan
nonverbal sangat berpengaruh terhadap komunikasi. Pesan atau simbol-simbol nonverbal
sangat sulit untuk ditafsirkan dari pada simbol verbal. Bahasa verbal sealur dengan bahasa
nonverbal, contoh ketika kita mengatakan “ya” pasti kepala kita mengangguk. Komunikasi
nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan.
Komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada komuniasi verbal.
Komunikasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi nonverbal meliputi semua
aspek komunikasi selain kata-kata sendiri seperti bagaimana kita mengucapkan kata-kata
(volume), fitur, lingkungan yang mempengaruhi interaksi (suhu, pencahayaan), dan
bendabenda yang mempengaruhi citra pribadi dan pola interaksi (pakaian, perhiasan,
mebel).
Sebuah studi yang dilakukan Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa
tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal, 38% dari
vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi
pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain
cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.

B. Jenis Jenis Komunikasi Non Verbal


Komunikasi nonverbal memiliki beberapa jenis yaitu:

1. Sentuhan (haptic)
Sentuhan atau tactile message, merupakan pesan nonverbal nonvisual dan
nonvokal. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan
membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Alma I Smith,
seorang peneliti dari Cutaneous Communication Laboratory mengemukakan bahwa
berbagai perasaan yang dapat disampaikan melalui sentuhan, salah satunya adalah
kasih sayang (mothering) dan sentuhan itu memiliki khasiat kesehatan.

2. Komunikasi Objek
Penggunaan komunikasi objek yang paling sering adalah penggunaan pakaian.
Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini termasuk
bentuk penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi. Contohnya dapat
dilihat pada penggunaan seragam oleh pegawai sebuah perusahaan, yang menyatakan
identitas perusahaan tersebut.

3. Kronemik
Chronomics refers to how we perceive and use time to define identities and
interactions.(Wood.2007). Kronemik merupakan bagaimana komunikasi nonverbal
yang dilakukan ketika menggunakan waktu, yang berkaitan dengan peranan budaya
dalam konteks tertentu. Contohnya Mahasiswa menghargai waktu. Ada kalanya kita
mampu menilai bagaimana mahasiswi/mahasiswa yang memanfaatkan dan
mengaplikasikan waktunya secara tepat dan efektif.

4. Gerakan Tubuh (Kinestetik)


Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frasa. Beberapa
bentuk dari kinestetik yaitu:
a). Emblem, yaitu gerakan tubuh yang secara langsung dapat diterjemahkan
kedalam pesan verbal tertentu. Biasanya berfungsi untuk menggantikan sesuatu.
Misalnya, menggangguk sebagai tanda setuju; telunjuk di depan mulut tanda jangan
berisik.
b). Ilustrator, yaitu gerakan tubuh yang menyertai pesan verbal untuk
menggambarkan pesan sekaligus melengkapi serta memperkuat pesan. Biasanya
dilakukan secara sengaja. Misalnya, memberi tanda dengan tangan ketika mengatakan
seseorang gemuk/kurus.
c). Affect displays, yaitu gerakan tubuh khususnya wajah yang memperlihatkan
perasaan dan emosi. Seperti misalnya sedih dan gembira, lemah dan kuat, semangat dan
kelelahan, marah dan takut. Terkadang diungkapkan dengan sadar atau tanpa sadar.
Dapat mendukung atau berlawanan dengan pesan verbal.
d). Regulator, yaitu gerakan nonverbal yang digunakan untuk mengatur ,
memantau, memelihara atau mengendalikan pembicaraan orang lain. Regulator terikat
dengan kultur dan tidak bersifat universal. Misalnya, ketika kita mendengar orang
berbicara,kita menganggukkan kepala, mengkerutkan bibir, dan
fokus mata.
e). Adaptor, yaitu gerakan tubuh yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
fisik dan mengendalikan emosi. Dilakukan bila seseorang sedang sendirian dan tanpa
disengaja. Misalnya, menggigit bibir, memainkan pensil ditangan, garukgaruk kepala
saat sedang cemas dan bingung.

Selain gerakan tubuh, ada juga gerakan mata (gaze) dalam komunikasi
nonverbal. Gaze adalah penggunaan mata dalam proses komunikasi untuk memberi
informasi kepada pihak lain dan menerima informasi pihak lain. Fungsi gaze
diantaranya mencari unpan balik antara pembicara dan pendengar, menginformasikan
pihak lain untuk berbicara, mengisyarakatkan sifat hubungan (hubungan positif bila
pandangan terfokus dan penuh perhatian. Hubungan negatif bila terjadi penghindaran
kontak mata), dan berfungsi pengindraan. Misalnya saat bertemu pasangan yang
bertengkar, pandangan mata kita alihkan untuk menjaga privasi mereka.
5. Proxemik
Proxemik adalah bahasa ruang, yaitu jarak yang gunakan ketika berkomunikasi dengan
orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi berada. Pengaturan jarak
menentukan seberapa dekat tingkat keakraban seseorang dengan orang lain. jarak
mampu mengartikan suatu hubungan. Richard West dan Lynn H. Turner pada
Introducing Communication theory (2007) membagi zona proksemik pada berbagai
macam pembagian, yaitu :
a. Jarak intim, jaraknya dari 0 – 45 cm. (Fase dekat 0-15 cm, Fase Jauh 15-45 cm),
jarak ini dianggap terlalu dekat sehingga tidak dilakukan di depan umum.
b. Jarak personal, jaraknya 45-120 cm . (Fase dekat 45 -75 cm yang bisa disentuh
dengan uluran tangan; Fase jauh 75 - 120 cm yang bisa disentuh dengan dua uluran
tangan. Jarak ini menentukan batas kendali fisik atas orang lain, yg bisa dilihat
rambut, pakaian, gigi, muka. Bila ruang pribadi ini diganggu, kita sering merasa
tidak nyaman.
c. Jarak sosial, jaraknya 120 – 360 cm.
d. Jarak publik, lebih dari 360-750 cm.

6. Lingkungan
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.

7. Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam sebuah ucapan, yaitu
cara berbicara. Misalnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara,
kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.

C. Ciri-Ciri Komunikasi Nonverbal


Josep A. Devito (2011) pernah mengungkapkan ada enam ciri dari komunikasi
nonverbal sebagai berikut :
1. Pesan Nonverbal Bersifat Komunikatif
Di Indonesia, saat seseorang membaca sebuah buku di gerbong Kereta Api (KA)
bisa jadi akan dianggap aneh. Ini karena di tempat kita budaya membaca belum
mentradisi. Tetapi coba Anda perhatikan berapa banyak orang yang sibuk dengan
gadget-nya? Orang yang sedang membaca buku di gerbong yang kebetulan Anda lihat
itu jelas mengomunikasikan sesuatu pada orang-orang di sekitarnya. Bisa jadi ia
mengomunikasikan, “Jangan ganggu saya, saya sedang membaca”, “Saya sedang bosan
di gerbong”, “Saya intelek lho, karenanya membaca buku”, dan lain-lain makna
komunikasi tergantung orang yang melihatnya.
Jadi, pesan-pesan dalam komunikasi nonverbal itu komunikatif atau
mengomunikasikan sesuatu. Bahwa kita tidak mungkin tidak berkomunikasi adalah
sebuah kenyataan, meskipun kita tidak bersuara. Apa yangs seseorang lakukan dan
tidak lakukan, apakah tindakan kita disengaja atau tidak disengaja, perilaku nonverbal
memberikan pesan atau bersifat komunikatif. Jadi, sekecil apa pun perilaku nonverbal
mengisyaratkan adanya pesan komunikasi.
2. Pesan Nonverbal Itu Kontekstual
Mengedipkan mata pada wanita cantik di bis yang tidak dikenal bisa dimaknai genit
atau mata keeranjang. Sementara itu, mengedipkan mata dengan teman di meja samping
warung bisa berarti ia tidak serius atas apa yang dikatakan. Mengedipkan mata dengan
istri berarti rayuan. Ini berarti bahwa kedipan mata mempunyai makna yang berbeda
dan sangat tergantung pada konteks (situasi dan lingkungan). Jadi, perilaku nonverbal
yang sama mengomunikasikan makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda pula.
3. Pesan Nonverbal Itu Sebuah Paket
Coba Anda perhatikan ketika seorang motivator berbicara di depan publik, seluruh
tubuhnya (mata, tangan, kaki, posisi tubuh) semua bergerak bersama-sama seolah
kompak. Bahkan gerakan tubuh di atas juga bersesuaian dengan apa yang dikatakannya.
Saat pembicara itu mengatakan, “Apakah Anda siap berubah?”, tatapan mata, gerak
tangan dan kecondongan tubuhnya seolah serasi dan seirama.
Contoh di atas mengungkapkan bahwa pesan nonverbal itu berada dalam satu paket.
Semua anggota tubuh bersama-sama mengomunikasikan makna tertentu. Sebenarnya,
komunikasi nonverbal juga bisa satu paket dengan komunikasi verbal. Tetapi, bisa jadi
bermakna berbeda (yang diucapkan bertentangan dengan ekspresi anggota badan).
4. Pesan Nonverbal Dapat Dipercaya
Sebagai sebuah paket(verbal dan nonverbal) tentu akan bergerak bersama, serasi
dan seirama. Seandainya seseorang itu sedang sedih, maka seluruh anggota badannya
yang bisa mengekspresikan kesedihan ikut mendukung bahasa verbalnya itu. Bahasa
nonverbal sering tidak bisa bohong dalam mengungkapkan sebuah makna.
Namun demikian, baik perilaku verbal dan nonverbal sering membohongi kita. Dengan
kata lain, perilaku perilaku verbal dan nonverbal kadang tidak satu makna.
5. Pesan Nonverbal Dikendalikan Oleh Aturan
Mengapa seseorang tidak boleh bertepuk tangan riuh dalam waktu lama pada
malam hari yang sunyi? Mengapa kumpulan beberapa orang diperbolehkan tepuk
tangan (bahkan secara otomatis) saat anggota timnya diumumkan meraih prestrasi
terbaik? Jika sebaliknya yang dilakukan maka Anda akan dianggap aneh oleh orang-
orang di sekitar (malam harus tepuk tangan, sementara dalam kelompok itu justru
tangan Anda diam).
McLaughlin (1984) pernah mengatakan bahwa itu semua terjadi karena komunikasi
nonverbal dikendalikan oleh aturan tertentu. Aturan-aturan itu bisa dikarenakan adanya
budaya masyarakat setempat. Karena budaya, bisa jadi antarbudaya berbeda dalam
aturannya.
6. Pesan Nonverbal Bersifat Metakomunikasi
Meta berasal dari bahasa Yunani) berarti “luar” atau “samping”. Jika digabungkan
dengan komunikasi berarti “di samping komunikasi’, juga bisa berarti tentang
komunikasi. Kita juga pernah mendengar metabahasa yang berarti bahasa tentang
bahasa, jika dikaitkan dengan pesan (metapesan) berarti pesan tentang pesan.

Seseorang bisa jadi mengatakan ia tetap tegar dan ikhlas saat orang tuanya
meninggal, namun ia terus-terusan meneteskan air mata dan raut mukanya
menunjukkan kesedihan. Raut muka dan tetesan air mata itu disebut dengan
metakomunikasi. Artinya ada pesan di luar apa yang dikatakan sebagaimana terungkap
dalam pesan nonverbalnya (tetesan air mata dan raut muka sedih). Jadi, pesan verbalnya
itu komunikasi, pesan nonverbalnya metakomunikasi. Metakomunikasi ini akan
terungkap jelas jika antara pesan verbal dengan nonverbalnya berbeda makna.

D. Fungsi Komunikasi Nonverbal


Mark Knapp (1978) menyebut bahwa kode nonverbal dalam berkomunikasi memiliki
fungsi untuk [11]:
1. Repeating (Repetisi) , yaitu mengulang kembali pesan yang disampaikan secara
verbal. Contohnya mengangguk kepala ketika mengatakan ‘Iya’ dan
menggelengkan kepala ketika mengatakan ‘Tidak’.
2. Substituting (Substitusi) , yaitu mengantikan lambang-lambang verbal.
Contohnya menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan menghadap depan
sebagai penganti kata ‘Tidak’ saat pedagang menghampiri anda. kita tidak perlu
secara verbal menyatakan kata "menang", namun cukup hanya mengacungkan dua
jari kita membentuk huruf `V' (victory) yang bermakna kemenangan. Menyatakan
rasa haru tidak dengan kata-kata, melainkan dengan mata yang berlinang-linang.
3. Contradicting (Kontradiksi) , yaitu menolak pesan verbal atau memberikan
makna lain terhadap pesan verbal. Contohnya seorang suami mengatakan ‘Bagus’
ketika dimintai komentar istrinya mengenai baju yang baru dibelinya sambil
matanya terus terpaku pada koran yang sedang dibacanya.
4. Complementing (Komplemen) , yaitu melengkapi dan memperkaya pesan
maupun makna nonverbal. Contohnya melambaikan tangan saat mengatakan
selamat jalan.
5. Accenting (Aksentuasi) , yaitu menegaskan pesan verbal atau mengaris
bawahinya. Contohnya Mahasiswa membereskan buku-bukunya atau melihat jam
tangan ketika jam kuliah berakhir atau akan berakhir, sehingga dosen sadar diri dan
akhirnya menutup kuliahnya.

Dalam perkembangannya, fungsi komunikasi nonverbal dipandang sebagai pesan-


pesan yang holistik, lebih dari pada sebagai sebuah fungsi pemrosesan informasi yang
sederhana. Fungsi-fungsi holistik mencakup identifikasi, pembentukan dan manajemen
kesan, muslihat, emosi dan struktur percakapan. komunikasi nonverbal terutama
berfungsi mengendalikan (controlling), dalam arti kita berusaha supaya orang lain
dapat melakukan apa yang kita perintahkan.
Hickson dan Stacks menegaskan bahwa fungsi-fungsi holistik tersebut dapat
diturunkan dalam 8 fungsi, yaitu pengendalian terhadap percakapan, kontrol terhadap
perilaku orang lain, ketertarikan atau kesenangan, penolakan atau ketidaksenangan,
peragaan informasi kognitif, peragaan informasi afektif, penipuan diri (self-deception)
dan muslihat terhadap orang lain.
Komunikasi nonverbal digunakan untuk memastikan bahwa makna yang
sebenarnya dari pesan-pesan verbal dapat dimengerti atau bahkan tidak dapat dipahami.
Keduanya, komunikasi verbal dan nonverbal, kurang dapat beroperasi secara terpisah,
satu sama lain saling membutuhkan guna mencapai komunikasi yang efektif.

E. Karakteristik Komunikasi Nonverbal


Komunikasi nonverbal memiliki karakteristik yang bersifat universal,
diantaranya:
1. Komunikatif, yaitu perilaku yang disengaja/tidak disengaja untuk
mengkomuniasikan sesuatu sehingga pesan yang ada bisa diterima secara sadar.
Contoh mahasiswa memandang keluar jendela saat kuliah yang menunjukkan
perasaan bosan.
2. Kesamaan perilaku, yaitu kesamaan perilaku nonverbal antara 1 orang dengan
orang lain. Secara umum bisa dilihat pada gerak tangan, cara duduk, berdiri, suara,
pola bicara, kekerasan suara, cara diam.
3. Artifaktual, yaitu komunikasi nonverbal bisa juga dalam bentuk artefak seperti
cara berpakaian, tata rias wajah, alat tulis, mobil, rumah, perabot rumah & cara
menatanya, barang yang dipakai seperti jam tangan.
4. Konstektual, yaitu bahasa nonverbal terjadi dalam suatu konteks. Membantu
tentukan makna dari setiap perilaku non verbal. Misalnya, memukul meja saat
pidato akan berbeda makna dengan memukul meja saat dengar berita kematian.
5. Paket, yaitu bahasa nonverbal merupakan sebuah paket dalam satu kesatuan.
Paket nonverbal jika semua bagian tubuh bekerjasama untuk komunikasikan makna
tertentu. Harus dilihat secara keseluruhan (paket) dari perilaku tersebut Contoh :
ada cewek lewat kemudian kedipkan mata. Gabungan paket verbal dan nonverbal,
misalnya marah secara verbal disertai tubuh & wajah menegang, dahi berkerut. Hal
yang wajar jadi tidak diperhatikan. Dikatakan tidak satu paket bila menyatakan
“Saya senang berjumpa dengan anda” (verbal) tapi hindari kontak mata atau
melihat/ mencari orang lain (non verbal).
6. Dapat dipercaya, Pada umumnya kita cepat percaya perilaku non verbal. Verbal
& non verbal haruslah konsisten. Ketidak konsistenan akan tampak pada bahasa
nonverbal yang akan mudah diketahui orang
lain. Misalnya seorang pembohong akan banyak melakukan gerakangerakan tidak
disadari saat ia berbicara.
7. Dikendalikan oleh aturan, sejak kecil kita belajar kaidah-2 kepatutan
melalui pengamatan perilaku orang dewasa. Misalnya: Mempelajari
penyampaian simpati (kapan, dimana, alasan) atau menyentuh (kapan,
situasi apa yang boleh atau tidak boleh).

Dari komunikasi yang kita lakukan, komunikasi verbal hanya memiliki porsi 35% ,
sisanya 65% adalah komunikasi nonverbal. Bahasa yang umum digunakan dalam
komunikasi verbal itu memiliki lebih banyak keterbatasan dibandingkan dengan
komunikasi nonverbal. Keterbatasan tersebut dipengaruhi oleh faktor integritas, faktor,
budaya, factor pengetahuan, faktor kepribadian, faktor biologis dan faktor pengalaman.
Komunikasi verbal dan nonverbal itu saling melengkapi satu sama lain. Meskipun beda
cara maupun bentuk tetap saja tujuan utama dari komunikasi verbal dan nonverbal itu
sama yaitu bertujuan untuk menyampaikan pesan untuk mendapatkan respon, timbal
balik maupun efek.

F. Penerapan Komunikasi Non Verbal


1. Komunikasi non verbal pada Paralanguage.
Penerapannya bahwa apabila terapis marah dia harus mampu mengendalikan diri
untuk menekan intonasi suaranya & menyesuaikan dengan kondisi anak karena setiap
anak memiliki kekurangan yang berbeda-beda. Intonasi suara yang dilakukan guru
terhadap anak-anak autism harus ada penekanan nada bicara yang jelas dan
pembicaraan harus dilakukan lebih dari 1 kali. Terapis akan menyesuaikan intonasi
suara pada saat berkomuikasi, yang terpenting adalah adanya penekanan suara yang
jelas. Intonasi suara yang dilakukan terapis tergantung pada intruksi.
2. Komunikasi non verbal pada Kinesics (ekspresi wajah, gerakan tubuh &
kontak mata).
Pada ekspresi wajah berdasarkan pengamatan peneliti mendapatkan 4 ekspresi guru
terhadap muridnya, yaitu Senang, Marah,Sedih dan Terkejut. Ekpresi wajah yang
dilakukan terapis tergantung pada situasi & kondisi hati anak. Terapis melakukan
berbagai macam ekspresi wajah sesuai dengan situasi dan kondisi hati anak yang
dimaksudkan agar anak mengerti bagaimana seharusnya mengekspresikan wajah pada
saat komunikasi berlangsung. Gerakan tubuh yang dilakukan terapis adalah mengacak
pinggang, menunjuk, menggelengkan kepala, menggerakan jari jempol (jika anak
pintar memenuhi perintah). Penerapan yang harus dilakukan terapis ialah
menyesuaikan situasi anak dengan perilaku terapis.Sedangkan kontak mata yang harus
terjalin pada saat komunikasi berlangsung dengan cara memegang kepala / dagu anak
dan mengarahkannya ke mata terapis sampai anak menatap mata terapis selama
komunikasi berlangsung
3. Komunikasi non verbal pada Haptics (Sentuhan).
Penerapan pada kontak tubuh ialah dengan cara berjabat tangan, jabat tangan
dilakukan pada saat datang ke tempat terapi, begitupun pada saat terapi selesai.
Sentuhan kasih sayang seperti usapan di kepala / pipi dan juga diberi pelukan serta
ciuman jika anak melakukan perintah dengan benar. Dengan adanya kontak tubuh anak-
anak memahami bagaimana rasanya disayang, di peluk, di cium,di belai, bagaimana
caranya berjabat tangan dan menarik tangan. Sentuhan yang dilakukan terapis pada
anak-anak autism sangat berpengaruh sekali pada saat komunikasi berlangsung.
4. Komunikasi non verbal pada Proximity (Jarak).
Metode utama yang dilakukan adalah guru harus mengenal terlebih dahulu
bagaimana karakter anak, dengan memahami sifat anak, anak pun akan merasa nyaman
dan kemudian akan terjalinnya kedekatan antara terapis dan anak-anak autism, dengan
cara membiarkan anak melakukan apa yang di inginkan sebelum belajar untuk
mendapatkan mood yang baik. Kedekatan antara terapis dengan anak-anak autism
ataupun sebaliknya sangat penting dalam proses berinteraksi dan pada saat proses
belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan isyarat bukan kata-kata.
Komunikasi nonverbal adalah semua aspek komunikasi selain kata-kata itu sendiri. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi nonverbal merupakan komunikasi yang didapat dari
lingkungan sekitar yang keluar berupa isyarat dan itu mengartikan sesuatu.
Menurut Ruben & Stewart (2005) komunikasi nonverbal memiliki beberapa saluran,
yaitu paralanguage, wajah dan gerakan tubuh (kinesics), sentuhan (haptics), penampilan fisik
serta proximity (jarak) dan chronemics (waktu).
Josep A. Devito (2011) pernah mengungkapkan ada enam ciri dari komunikasi
nonverbal sebagai berikut : (1) pesan nonverbal bersifat komunikatif, (2) pesan nonverbal itu
kontekstual, (3) pesan nonverbal itu sebuah paket, (4) pesan nonverbal dapat dipercaya, (5)
pesan nonverbal dikendalikan oleh aturan, dan (6) pesan nonverbal bersifat metakomunikasi.

Saran
Kami berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Namun, makalah ini sangatlah
jauh dari kata sempurna, dan masih sangat perlu diperbaiki karena masih banyak
kekurangannya. Oleh sebab itu penyusun dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
para pembaca untuk memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/a3a4fc3bf4ad19b0079f4a31c593398b.
pdf
Nurudin. Ilmu Komunikasi. 2016. Jakarta: Rajawali Pers.
Wood, T. Julia. Komunikasi: Teori dan Praktik. 2013. Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai