Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Ushul Fiqih
Dosen Pengampu:
Sunardi, M.Pd.I.
Disusun Oleh:
Muh. Ibnu Kamaluddin
M. Biqolbin Salim
Yudha Rizal Imawan
Contohnya akar pohon yang mana ia merupakan pondasi dari pohon itu sendiri. Sebagaimana
firman Allah ta’ala :
ْ َأ طيِّبَ ٍة
ٌ ِثَاب صلُ َها
ت َوفَرْ ُعهَا فِي ال َّس َما ِء َ ب هَّللا ُ َمثَاًل َكلِ َمةً طَيِّبَةً َك َش َج َر ٍة َ َأَلَ ْم تَ َر َك ْيف
َ ض َر
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit
(QS. Ibrahim : 24)
b. Pengertian Fiqh
Adapun fiqh (ٌهG )فِ ْقsecara bahasa bermakna fah-mun ( ) فَ ْه ٌمyang artinya pemahaman
mendalam yang memerlukan pengerahan akal pikiran.
ِ ْرفَةُ اأْل َحْ َك ِام ال َّشرْ ِعيَّ ِة ْال َع َملِيَّ ِة بِأ َ ِدلَّتِهَا التَّ ْف
ص ْيلِيَّ ِة ِ َمع
ث ع َْن أَ ِدلَّ ِة ْالفِ ْق ِه اإْل ِ جْ َمالِيَّ ِة َو َك ْيفِيَّ ِة ااْل ِ ْستِفَا َد ِة ِم ْنهَا َو َحا ِل ْال ُم ْستَفِ ْي ِد
ُ ِع ْل ٌم يَب َْح
Ilmu yang membahas dalil-dalil fiqh yang umum dan cara mengambil faedah dari dalil
tersebut serta membahas keadaan orang yang mengambil faedah.[2]
Ushul fiqh adalah ilmu yang membahas dalil-dalil fiqh yang bersifat global, yaitu berupa
kaidah-kaidah umum; seperti :
Perintah menunjukkan hukum wajib selama tidak ada indikasi yang memalingkannya
dari hukum tersebut.
Larangan menunjukkan hukum haram selama tidak ada indikasi yang
memalingkannya dari hukum tersebut.
Sahnya suatu amalan menunjukkan amalan tersebut telah terlaksana.
Dan sebagainya.
Kemudian di dalam ilmu ini dibahas pula tata cara pengambilan faedah hukum dari dalil-dalil
yang ada dengan mempelajari hukum-hukum lafadz dan penunjukkannya; seperti umum,
khusus, mutlaq, muqoyyad, nasikh, mansukh, dan sebagainya.
Dengan memiliki ilmu tersebut maka kita bisa mengambil faedah-faedah hukum atau
mengambil kesimpulan hukum dari dalil-dalil fiqh yang ada.
Selain itu, dibahas juga dalam ilmu ini tentang ihwal mustafid. Atau bisa juga disebut
dengan mujtahid; yaitu mereka yang memiliki kapasitas ilmu sehingga mampu mengambil
faedah hukum dari dalil yang ada.
Di sisi lain, dibahas juga tentang muqallid; yakni orang awam yang belum memiliki kapasitas
ilmu untuk bisa mengambil faedah hukum. Sehingga mereka mengikuti para mujtahid yang
sudah memiliki kapasitas untuk itu.
1. Objeknya
Objek kajian atau pembahasan dalam ilmu ushul fiqh secara umum mencakup 3 hal :
Sumber dan dalil hukum syar’i secara global
Hukum syar’i yang terkandung dalam dalil secara global
Kaidah ushuliyyah dan metode istinbath hukum syar’i
Perbedaannya dengan fiqh adalah :
Pertama : Bahwa ushul fiqh hanya membahas sumber dan dalil hukum syar’i secara global,
seperti ijma’ dapat dijadikan dalil, penunjukkan lafadz umum itu bersifat
persangkaan, istihsan itu dapat dijadikan hujjah, dan semacamnya.
Sedangkan fiqh yang dibahas dalilnya bersifat rinci, seperti dalil wajibnya niat dalam suatu
amalan adalah “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya.” dan sebagainya.
Kedua : Bahwa ushul fiqh hanya membahas hukum syar’i secara global yang terkandung
dalam sebuah dalil; seperti: apa hukum yang terkandung dalam dalil ini? Wajibkah? Atau
haramkah? Atau selainnya?
Sementara fiqh membahas hukum syar’i secara terperinci; seperti : niat dalam shalat itu
hukumnya wajib, takbiratul ihram itu hukumnya wajib, berbicara dalam shalat itu hukumnya
haram, dan sebagainya.
2. Tujuannya
Dari segi tujuannya, ushul fiqh adalah ilmu yang mempelajari kaidah dalam rangka
menghasilkan hukum syar’i. Sehingga dengan ilmu inilah seseorang bisa mengambil
kesimpulan hukum syar’i dari dalil-dalil yang ada.
. Perbedaan dengan Fiqh
Sejarah Singkat
Masa Nabi = Baru berupa praktek dan belum menjadi teori
Masa Sahabat = Permasalahan baru muncul dan perlu diketahui status hukumnya.
Maka para sahabat berusaha segenap kemampuan mereka menyingkap status hukum tersebut
dengan ilmu yang mereka miliki.
Masa Tabi’in = Permasalahan semakin komplek dan mulai muncul perbedaan
aliran fiqh antara Irak dan Madinah.
Masa Imam Madzhab = Muncul corak fiqh rasional yang diprakarsai imam Abu
Hanifah dan corak fiqh tradisional yang diprakarsai imam Malik. Dua corak tersebut
dipelajari imam Syafi’i. Kemudian kerangka berfikir yang beliau tempuh dalam mengambil
kesimpulan hukum disusun secara sistematis dalam sebuah kitab berjudul “Ar-Risalah.”
Demikian makalah yang dapat kami buat apabila ada kesalahan dalam penjelasan atau
penulisan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Jika ada kritik dan saran yang
membangun bisa disampaikan kepada kami. Supaya kami bisa memperbaikinya dan menjadi
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Al-Ushul min Ilmi Al-Ushul, (Daaru Ibni Al-Jauziy)
hlm. 7
[2] Ibid, hlm 8.
Khallaf, Abdul Wahab. 2002. Kaidah-kaidah Hukum Islam Ushul Fiqih. Jakarta. Raja
Grafindo Persada.
Koto, Aliddin. 2004. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Rohayana, Dedi. 2006. Ilmu Ushul Fiqih. Pekalongan. STAIN Press.
Syafe’i, Rachmat. 2015. Ilmu Ushul Fiqih. Malang. Pustaka Setia.
Biek, Syaikh Muhammad Al-Khudhari. 2007. Ushul Fiqih. Jakarta. Pustaka Amani
Amiruddin, Zen. 2006. Ushul Fiqih. Surabaya. El-kaf