Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi yang diderita seseorang erat kaitannya dengan

tekanan sistolik dan diastolik atau keduanya secara terus-menerus.

Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila

jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah diastolik

berkaitannya dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi

diantara dua denyut jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik

memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan diastolik (Udjianti, 2011).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan

darah lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan

tekanan darah mencapai 160 – 95 mmHg untuk usia diatas 50 tahun

dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak

dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut dan hipertensi

dapat menimbulkan resiko terhadap penyakit stroke, gagal jantung,

serangan jantung, dan kerusakan ginjal (Muttaqin, 2009).

2. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan Faktor Akibat Hipertensi karena Terjadi

Peningkatan Tekanan Darah di Dalam Arteri Dengan Beberapa Cara

diantaranya (Nurdiantami, 2013) :

- Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak

cairan pada setiap detiknya.

- Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia

lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku

sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu, darah pada

setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya darah.

- Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam

dan air dari dalam tubuh.

- Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah

juga meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung

berkurang. Maka, arteri mengalami pelebaran dan banyak cairan

dari sirkulasi. Tekanan darah pula akan menurun atau menjadi

lebih kecil.

Berdasarkan faktor pemicu yang menurut Dewi. S & Familia. D,

(2010) mengatakan hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat

terkontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80 %


kasus hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi didalam

keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang

tua, maka dugaan hipertensi primer lebih besar. Hipertensi juga

banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur),

apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini kian

menguatkan bahwa faktor genetik mempunyai peran bagi terjadinya

hipertensi (Tedjasukmana, 2012).

Faktor-faktor yang dapat dikontrol antara lain kegemukan atau

obesitas, stres, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol

dan garam. Faktor lingkungan ini berpengaruh terhadap timbulnya

hipertensi esensial. Hubungan antara stres dan hipertensi diduga

terjadi melalui aktivitas saraf simpatis, saraf parasimpatis adalah

saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas. Peningkatan aktvitas

saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten

(tidak menentu). Stres berkepanjangan dapat mengakibatkan

tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,

tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di

kota (Tedjasukmana, 2012).

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas

dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai

kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi di kemudian hari.


Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan

hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya

pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas

dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan penderita yang

mempunyai berat badan normal. Pada tahap lebih jauh, hipertensi

bisa memunculkan krisis. Krisis hipertensi adalah keadaan potensial

yang dapat mengancam jiwa sehingga memerlukan tindakan medis

untuk mencegah atau mengurangi kerusakan organ yang dapat

terkena, yakni organ target seperti, otak, jantung, ginjal, dan lain-lain.

Benar bahwa biasanya tekanan darah dalam krisis hipertensi

meningkat secara cepat dan biasanya tekanan diastolik (tekanan

yang angkanya ditulis: 120/80 mmHg, 80 mmHg adalah tekanan

diastolik) biasanya melebihi 120-130 mmHg (Tedjasukmana, 2012).

3. Gejala Hipertensi

Gejala-gejala yang sering ditimbulkan oleh penderita Hipertensi

diantaranya, Sakit kepala, Kelelahan, Masalah penglihatan

(kemungkinan komplikasi ke retina mata), Nyeri dada, Sulitt

bernafas, Denyut jantung tidak teratur, Adanya darah dalam urin

(kemungkinan komplikasi ginjal), Berdebar di dada,leher, atau telinga

(Susanto S, 2010).

Hipertensi esensial kadang tampa gejala dan baru timbul gejala

setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal,


mata, otak dan jantung. Namun terdapat pasien yang mengalami

gejala dengan sakit kepala, epitaksis (Tim Pokja, 2003).

4. Pertumbuhan dan Perkembangan

Smeltzer & Bare (2002) mengatakan bahwa Mekanisme yang

mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat

vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini

mulai dari saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan

keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan

abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis . Pada

titik ganglion ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan melepaskannya norepinephrine mengakibatkan

konskriksi pembuluh darah. Faktor seperti kecemasan dan ketakutan

dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokonstrikti yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah

akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang /menurun dan

berakibat diproduksinya renin, rennin akan merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang

merangsang sekresi aldosteron oleh cortex adrenal dimana hormone


aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler

yang menyebabkan hipertensi.

Patofisiologis hipertensi adalah: pada hipertensi primer

perubahan patologisnya tidak jelas didalam tubuh dan organ-organ.

Terjadi secara perlahan yang meluas dan mengambil tempat pada

pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil pada organ –

organ seperti jantung, ginjal dan pembuluh darah otak. Pembuluh

seperti aorta, arteri koroner, arteri basiler yang ke otak dan pembuluh

darah perifer di ekstremitas menjadi sklerotik dan membengkak.

Lumen-lumen menjepit, aliran darah ke jantung menurun, bergitu

juga ke otak dan ekstremitas bawah bisa juga terjadi kerusakan

pembuluh darah besar (Tim Kopja, 2003).


Gambar. Terkait Penyakit Hipertensi

B. Terapi Herbal

a) Mengkudu

Gambar. Buah mengkudu

a. Klasifikasi

Berdasarkan ITIS (Integrated Taxonomic Information

System), klasifikasi tanaman mengkudu adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L.

b. Morfologi

Mengkudu atau nama lain Indonesia: eodu, eoru, keumudee,

lengkudu, bangkudu, bengkudu, bakudu, bingkudu, pamarai,

mangkudu, mengkudu, neteu, kudu, cangkudu, kemudu, pace,

tibah, wungkudu, ai kombo, manakudu, bakulu, mangkudu,

wangkudu, labanau. Inggris: Noni, Pilipina: Noni, Bankoro, Apatot,

Tiongkok: ji shu (Budikusuma, 2003).

Budikusuma (2003) memaparkan bahwa mengkudu

termasuk jenis tanaman yang rendah dan umumnya memiliki

banyak cabang dengan ketinggian pohon sekitar 3-8 meter di atas

permukaan tanah serta tumbuh secara liar di hutan-hutan,

tegalan, pinggiran sungai, dan di pekarangan. Mengkudu dapat

tumbuh di berbagai tipe lahan dan iklim pada ketinggian tempat

dataran rendah sampai 1.500 m di atas permukaan laut dengan

curah hujan 1500-3500 mm/tahun, pH tanah 5-7, suhu 22-300°C

dan kelembapan 50-70%.


Gambar 2. Daun dan buah mengkudu

Buah mengkudu memiliki bentuk bulat sampai lonjong,

panjang 10 cm, berwarna kehijauan tetapi menjelang masak

menjadi putih kekuningan (Djauhariya, 2003). Menurut Heyne

(1987), daun mengkudu merupakan daun tunggal berwarna hijau

kekuningan, bersilang hadapan, ujung meruncing dan bertepi rata

dengan ukuran panjang 10-40 cm dan lebar 15-17 cm. Bunga

mengkudu berwarna putih, berbau harum dan mempunyai

mahkota berbentuk terompet (Budikusuma, 2003).

c. Kandungan kimia

Tanaman mengkudu terkenal memiliki khasiat, beberapa

simplisia yang diambil dari tanaman mengkudu untuk diolah

adalah Morindae citrifoliae Fructus (buah mengkudu), Morindae

citrifoliae Folium (daun mengkudu), Morindae citrifoliae Radix

(akar mengkudu) (Noorahmi, 2010).

Beberapa senyawa kimia dalam mengkudu yaitu oligo dan

polisakarida, glikosida termasuk flavonoid (rutin dan asam

asperulosidat), ester asam lemak trisakarida, skopoletin, beta-


sitosterol, damnacanthal, alkaloid (xeronin, proxeronin), asam

oktonoat, kalium, vitamin C, terpenoid, antrakuinon

(nordamnakantal, morindon, rubiadin, rubiadin, metil eter,

glikosaida antrakuinon), karoten, vitamin A, glikosida flavon, asam

linoleat, alizarin, asam amino, akubin, L-asperulosida, asam

kaproat, asam ursolat (Wang, 2002).

Secara umum, Jensen (2002) merangkum kandungan kimia

dalam mengkudu yang sangat bermanfaat bagi penderita

hipertensi adalah scopoletin dan antrakuionon morindon.

Gambar 3. Struktur kimia morindon (kiri) dan skopoletin (kanan)

d. Mekanisme Kerja

Jensen (2002) dalam Clinical Research on Morinda citrifolia

menyebutkan aktivitas-aktivitas farmakologi tersebut sebagai

berikut.

- Scopoletin, senyawa ini berfungsi mengatur tekanan darah.

Saat tekanan darah tinggi, scopoletin membantu menurunkan

dengan memperlebar pembuluh darah dan memperlancar

peredaran darah. Sebaliknya bila tekanan darah menjadi


rendah, ia akan menaikkannya. Selain berindikasi antibakteri,

senyawa ini juga mengatur hormone serotonin yang membantu

menurunkan kadar kecemasan dan depresi.

- Morindon, zat ini berkhasiat dalam meningkatkan sistem

pertahanan tubuh.

e. Cara Penggunaan

Gambar. Contoh sediaan mengkudu

- Jus mengkudu : Buah mengkudu matang diblender dengan

penambahan air secukupnya. Jus buah segar mengkudu 30-

180 ml diminum setiap hari, setengah jam sebelum makan atau

satu jam setelah makan.

- Serbuk mengkudu : Buah mengkudu dikeringkan kemudian

dibuat menjadi serbuk untuk selanjutnya diolah lebih lanjut

menjadi jus, tablet, atau kapsul.


b) Daun Salam

Gambar. Daun Salam

a. Klasifikasi

Salam merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mudah

tumbuh pada daerah tropis. Salam banyak tumbuh di hutan dan

dapat ditanam di pekarangan rumah. Salam merupakan tumbuhan

asli Indonesia yang telah ditetapkan sebagai salah satu tumbuhan

obat yang tergolong dalam klasifikasi sebagai berikut (Wulandari,

2006):
Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum (Wight) Walp.

b. Morfologi

Daun salam (Eugenia polyantha) memiliki aroma yang khas

yang sering digunakan sebagai bahan masakan. Batangnya

berwarna cokelat jingga kemerahandan digunakan sebagai bahan

bangunan dan perabotan rumah tangga. Pohon salam tersebar di

Asia Tenggara, seperti di Burma, Semenanjung Malaya,

Kalimantan dan Jawa (Sudarsono dkk., 2002).

Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, ditanam di

pekarangan atau disekitar rumah.Tanaman ini dapat ditemukan di

dataran rendah sampai 1400 m dpl. Salam merupakan pohon

dengan tinggi mencapai 25 m, batang bulat,permukaan licin,

bertajuk rimbun dan berakar tunggang.Daun tunggal,

letakberhadapan, panjang tangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun

berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung


meruncing, pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip,

permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah

berwarna hijau muda, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, jika diremas

berbau harum (Lelono, 2009).

c. Kandungan Kimia

Kandungan daun salam antara lain adalah

saponin,triterpenoid, flavonoid, polifenol, alkaloid, tanin dan

minyak atsiri yang terdiri dari sesquiterpen, lakton dan fenol. Daun

salam juga mempunyai kandungan kimia yaitu tanin, flavonoid,

dan minyak atsiri 0,05 % yang terdiri dari eugenol dan sitral

(Lelono, 2009).

Kandungan flavonoid dalam daun salam yaitu kuersetin dan

fluoretin. Flavonoid adalah senyawa antioksidan polifenol alami,

terdapat pada tumbuhan, buah-buahan, dan minuman (tehdan

wine) yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan kadar

trigliserida dalam darah,melindungi pembuluh arteri dari

kerusakan, mengurangi jumlah penimbunan kolesterol

dipermukaan endotel pembuluh darah arteri (Venugopal, 2002;

Chen, 2001).
Struktur umum flavonoid (Rohyami, 2008)

d. Mekanisme Kerja Senyawa

Di dalam daun salam terdapat 3 komponen yaitu minyak

atsiri sebagai pengharum atau penyedap yang dapat

menenangkan pikiran dan juga mengurangi produksi hormon

stres, tanin dalam daun salam mampu mengendurkan otot arteri

sehingga menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi,

dan flavonoid sebagai inhibitor ACE dengan menghambat aktivitas

ACE maka pembentukan angiotensin II dapat dibatasi sehingga

dapat mencegah hipertensi (Agoes, 2010).

Pada penelitian yang dilakukan Edwards et al. (2007)

diketahui bahwa kuersetin dapat mengurangi tekanan darah pada

subjek yang mengalami hipertensi. Penelitian laboratorium yang

lain telah menunjukkan bahwa kuersetin memiliki sifat penting

sebagai vasorelaksan pada arteri terisolasi dan menurunkan

tekanan darah pada tikus hipertensi spontan (Duarte et al, 1993).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah arteri adalah

cardiac output. Sedangkan cardiac output dipengaruhi oleh

frekuensi denyut jantung, dengan demikian perubahan tekanan

darah yang terjadi secara fisiologis dapat diketahui salah satu

penyebabnya (Rushmer, 1976; Keele et al., 1982). Salah satu zat

yang juga dapat mempengaruhi tekanan darah adalah

Mn/mangan (Braunwald, 1982).


Kandungan flavonoid dikaitkan dengan efek perlindungan

terhadap fungsi endotel dan menghambat agregasi platelet,

sehingga dapat menurunan resiko penyakit jantung koroner,

penyakit kardiovaskuler.18 Flavonoid memiliki efek hipotensi

dengan mekanisme menghambat aktivitas ACE, serta sebagai

diuretic(Panjaitan, 2014; Putri, 2012; Nurdiantami, 2013; Athiroh,

2012; Pradono, 2010; Ismarani, 2011).

Flavonoid dapat menghambat ACE. Diketahui ACE

memegang peran dalam pembentukan angiotensin II yang

merupakan salah satu penyebab hipertensi. Angiotensin II

menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang dapat

menaikkan tekanan darah. ACE inhibitor menyebabkan pembuluh

darah melebar sehingga darah lebih banyak mengalir ke jantung,

mengakibatkan penurunan tekanan darah (Ismarani, 2011;

Balasuriya, 2011).

Selain itu, flavonoid dapat meningkatkan urinasi dan

pengeluaran elektrolit, yang mana berfungsi layaknya kalium, yaitu

mengabsorbsi cairan ion-ion elektrolit seperti natrium yang ada di

dalam intraseluler darah untuk menuju ekstraseluler memasuki

tubulus ginjal. Glomerular filtration rate (GFR) yang tinggi akibat

adanya aktivitas flavonoid menyebabkan ginjal mampu

mengeluarkan produk buangan dari tubuh dengan cepat (Rao,

2011; Kane, 2009; Septian, 2014).


e. Biosintesis

Senyawa flavanoid adalah senyawa yang mengandung C15

terdiri atas dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan

karbon. Cincin A memiliki karakteristik bentuk hidroksilasi

phloroglusinol atau resorsinol, dan cincin B biasanya 4-, 3,4- atau

3,4,5-terhidroksilasi (Najib, 2006).

Gambar 5.1 . Jalur biosintesis flavonoid (Winkel, 2006)

f. Cara penggunaan

Beberapa cara pemakaian daun salam sebagai anti

hipertensi (Santoso & Suharjo, 2003):


 Daun salam 7 lembar, sirih 7 lembar, daun alpukat 7 lembar,

direbus 3 gelas menjadi 1 gelas untuk diminum 3 kali satu gelas

satu hari selama satu sampai tiga kali (Jika sembuh, stop).

 Daun salam 9 lembar direbus dengan air 3 L sampai 2 L

diminum 3 kali sehari.

 Cuci 7-10 lembar daun salam sampai bersih, lalu rebus dalam 3

gelas air sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan air

saringannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.

1. Mentimun

Gambar. Mentimun

a. Klasifikasi dari Tanaman Mentimun

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.

b. Kandungan Mentimun

Menurut Sudarsono S M, (2002) memaparkan bahwasannya

bagian mentimun yang terasa keras termasuk kulitnya banyak

mengandung mineral yang penting bagi tubuh yang salah satunya

adalah silika. Silika mempunyai peranan yang tidak sedikit dalam

pembentukan jaringan konektif yang meliputi otot, tulang, dan

instraseluler. Zat yang terkandung dalam mentimun ini pula yang

baik untuk kesehatan kulit. Mentimun juga mengandung zat yang

berfungsi untuk menjaga suhu untuk berpengaruhi baik terhadap

pencernaan. Air mentimun juga baik untuk menjaga kesehatan

ginjal jika diminum rutin setiap hari sebanyak satu sendok teh.

Vitamin A, B komplek, C, dan E berfungsi sebagai antioksidan,

selain itu kandungan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan

bagi kesehatan. Kandungan kalori yang rendah dalam mentimun

cocok bagi yang menjalani diet.

Buah berbentuk lonjong dan berbiji ini sering dijadikan

sebagai lalapan dan acar. Beberapa orang juga menggunakan

sebagai masker untuk merawat kecantikan wajah. Sementara itu,

manfaat yang tidak kalah penting dari mentimun adalah

kemampuan membantu menurunkan tekanan darah. Kandungan

kalium (potasium), magnesium, dan fosfor dalam mentimun efektif

mampu mengobati hipertensi. Selain itu, mentimun juga bersifat


diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu

menurunkan tekanan darah (Sudarsono, 2002).

c. Mekanisme Kerja

Pada sub pembahasan ini akan dipaparkan secara detail

manfaat dari beberapa kandungan yang ada pada mentimun

sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Menurut Solanki. P,

(2011) menyatakan beberapa mekanisme bagaimana kalium

dapat menurunkan tekanan darah sebagai berikut: Kalium dapat

menurunkan tekanan darah dengan vasodilatasi sehingga

menyebabkan penurunan retensi perifer total dan meningkatkan

output jantung. Karena mentimun memiliki sekitar 95% dari

kandungan air mereka adalah cara terbaik untuk meningkatkan

asupan serat dan air. Ada tingginya kandungan vitamin A, B6 dan

C hadir dalam daging mentimun. Selain itu sayuran ini diketahui

memiliki konsentrasi tinggi mineral seperti kalsium, kalium,

magnesium, dan silica (Nurdiantami, 2013).

Kandungan air pada mentimun yang tinggi maka mentimun

menurunkan tekanan darah dengan berkhasiat sebagai diuretik.

Air mentimun juga menjaga kesehatan ginjal dan aktivitasnya

sehingga dapat mengubah aktivitas sistem renin-angiotensin.

Kandungan kalium (potasium) membantu mengatur saraf perifer

dan sentral yang mempengaruhi tekanan darah. Cara kerja kalium

berbeda dengan natrium, kalium (potasium) merupakan ion utama


di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium adalah kebalikan

dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan

konsentrasinya di dalam cairan intraseluler sehingga cenderung

menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan

darah (Nurdiantami, 2013).

d. Cara Penggunaan

Bisa langsung di komsumsi setelah di cuci bersih, tetapi

akan lenih bik lagi jika mentimun dihaluskan sebanyak 1 buah

kemudian di peras airnya. Lalu buang ampasnya, kemudian air

perasannya diminum. Untuk hasil yang optimal minumlah air

perasan timun sebanyak tiga kali sehari pada pagi,sian, dan

malam hari.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi merupakan penyakit metabolik degeneratif yang

disebabkan oleh peningkatan tekanan darah yang dapat diobati

dengan beberapa tanaman alternatif diantaranya:

1) Mengkudu

2) Daun Salam

3) Mentimun
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Azwar., 2010, Tanaman Obat Indonesia. Edisi 2. Jakarta: Salemba


Medika.
Athiroh NAS, Permatasari N., 2012, Mekanisme kerja benalu teh pada

pembuluh darah, Jurnal Kedokteran Brawijaya, 27(1):1-7.

Balasuriya BWN, Rupasinghe HPN. Plant flavonoids as angiotensin

converting enzyme inhibitors in regulation of hypertension. FFHD.

2011;5:172-188.

Braunwald, E., 1982, Mechanism of Action of Calcium-Channel-Blocking

Agents, N. Engl. J. Med. 307 (28), 1618 – 1627.

Budikusuma, Ludmilla.., 2003, Efek Antelmintik Mengkudu (Morinda

citrifolia L.) Terhadap Ascaris suum Invitro. R Medicine., Skripsi,

FMIPA UI., Jakarta.

Chen TH, Liu JC, Chang JJ, Tsai MF, Hsieh MH, Chan P. , 2001, The in

vitro inhibitory effect of flavonoid astilbin on 3-hydroxy-3-

methylglutaryl coenzyme a reductase on vero cells. Zhonghua Yi

Xue Za Zhi (Taipei).Jul;64(7):382-7.

Duarte J, Perez-Vizcaino F, Zarzuelo A, Jimenez J, and Tamargo J., 1993,

Vasodilator effects of quercetin in isolated rat vascular smooth

muscle. Eur. J. Pharmacol., 239, 1–7.


Edwards, R.L., Lyon, T., Litwin, S.E., Rabovsky, A. and Symons, J.D. ,

2007, Quercetin Reduces Blood Pressure in Hypertensive Subjects,

J.Nutr., 137, 2405 – 2411.

Ismarani, Pradono DI, Darusman LK. Mikroenkapsulasi Ekstrak Formula

Pegagan-Kumis Kucing-Sambiloto Sebagai inhibitor angiotensin I

converting enzyme Secara In Vitro. CEFARS: Jurnal Agribisnis dan

Pengembangan Wilayah. 2011;3(1):11-24.

Kane SR, Apte VA, Todkar SS, Mohite SK. Diuretic and laxative activity of

ethanolic extract and its fractions of Euphorbia Thymifolia Linn. Int J

ChemTech Res. 2009;1(2):149-152.

Keele, C.A., Neil, E., Joels, N., 1982, Samson Wright’s Applied

Physiology, 13th Ed., 65 – 152

Lelono RAA, Tachibana S, Itoh K., 2009, In vitroantioxidative activities and

polyphenol content of Eugenia polyantha Wight grown in Indonesia.

PakistanJournal of Biological Sciences. 12(24): 1564‐1570.

Muttaqin, Arif., 2009, Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskular, Salemba Medika, Jakarta.

Noorahmi, Wulandari Siti., 2010, Uji Efek Antelmintik Buah dan Daun

Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Ascaris suum Secara In

Vitro. R Medicine (General).

Nurdiantami, Y., 2013, Efek penghambatan aktivitas angiotensin I

converting enzyme dari beberapa tanaman di Indonesia yang


digunakan sebagai antihipertensi [skripsi], Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia, Depok.

Panjaitan RGP, Bintang M. Peningkatan kandungan kalium urin setelah

pemberian ekstrak sari buah belimbing manis (Averrhoa carambola).

Jurnal Veteriner. 2014;15(1):108-13.

Pradono DI, Trisilawati O, Raminiwati M, Susanto S. Formula

antihipertensi (>60% captopril) dari bahan aktif flavonoid pegagan,

tempuyang, kumis kucing, dan sambiloto serta budidaya untuk

meningkatkan kandungan flavonoid (>1,5%). Ringkasan eksekutif

hasil-hasil penelitian tahun 2010; 2010. hlm. 53-5.

Putri OB. Pengaruh pemberian ekstrak buah labu siam (Sechium edule)

terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus wistar yang diinduksi

aloksan [karya tulis ilmiah]. Semarang (Indonesia): Fakultas

Kedokteran Universitas Diponegoro; 2012. hlm. 18-9.

Rao KNV, Sunitha CH, Banji D, Sandhya S, Shwetha D, Krishna M.

Diuretic activity on different extracts and formulation on aerial parts of

Rumex vesicarius. Linn. J Chem Pharm Res. 2011;3(6):400-40.

Rohyami Y, 2008, Penentuan kandungan flavonoid dari ekstrak methanol

daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa scheff boerl).

Logika. 5(1):1-8.

Sudarsono D, Gunawan S, Wahyono IA, Donatus P, 2002, Tumbuhan

obat II, Pusat Studi Obat Tradisional UGM, Yogyakarta.


Susanto S, Trisilawati O, Raminiwati M, 2010, Formula antihipertensi

(>60% captopril) dari bahan aktif flavonoid pegagan, tempuyang,

kumis kucing, dan sambiloto serta budidaya untuk meningkatkan

kandungan flavonoid (>1,5%). Ringkasan eksekutif hasil-hasil

penelitian tahun : 53-5.

Suzanne, and Bare., 2001, Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Edisi 8, EGC, Jakarta.

Tedjasukmana P., 2012, Tatalaksana hipertensi, Cermin Dunia

Kedokteran, Jakarta.

Tim POKJA RS Jantung Harapan Kita., 2003, Standar Asuhan

Keperawatan Kardiovaskuler. Direktorat Medik dan Pelayanan RS

Jantung dan pembuluh darah Harapan kita. Jakarta FKUI.

Udjianti, Wajan Juni, 2011, Keperawatan Kardiovaskular, Salemba

Medika, Jakarta.

Venugopal SK, Devaraj S, Yuhanna I, Shaul P, Jialal I. , 2002,

Demonstration that C-reactive protein decreases eNOS expression

and bioactivity in human aortic endothelial cells. Circulation. Sep

17;106(12):1439-41.

Wang, M.Y.; West, B.; Jensen, C.J.; Nowicki, D.; Su, C.; Palu, A.K.;

Anderson, G., 2002, Morinda citrifolia (Noni): a literature review and

recent advances in Noni research, Acta Pharmacologica Sinica,

Vol.23, pp. 1127-1141, ISSN 1671-4083


Winkel, BSJ. 2006. The Biosynthesis Of Flavonoids, Department of

Biological Sciences and Fralin Center for Biotechnology, Virginia.

Wulandari, Nety., 2006, “Pengaruh Pemberian Ekstrak Syzygium

polyanthum Terhadap Produksi ROI Makrofog Pada Mencit BALB/c

yang Diinokulai Salmonella typhimurium”, Skripsi, Semarang :

Universitas Diponegoro, hlm.19.

Anda mungkin juga menyukai