Anda di halaman 1dari 236

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA


BAGI KAUM MUDA PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG
KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Dominikus Aci
NIM: 051124045

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta

Ayahku (Alfensius Kiji), Ibuku (Marsiana Darayani),

Adikku (Yulius Andi Wartono, Nikasius Ahi, Noppy Rizcky, Lusia Kurniati),

dan teman-teman Mudika Paroki Kristus Raja Sintang

Kalimantan Barat.

iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO

”Berbahagialah orang yang bertahan dalam percobaan,

sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang

dijanjikan Allah kepada barang siapa yang mengasihi Dia”.

(Yak 1: 12)

v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ” UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN


HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM MUDA PAROKI KRISTUS RAJA
SINTANG KALIMANTAN BARAT MELALUI KATEKESE”. Penulis
memilih judul ini berpangkal dari keprihatinan penulis terhadap peranan atau
keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang,
bahwa kaum muda kurang terlibat secara aktif dalam kegiatan hidup menggereja
di paroki. Hal itulah yang menjadi keprihatinan yang sangat mendasar dalam
skripsi ini. Disamping itu kegiatan hidup menggereja yang dilakukan oleh pihak
paroki bagi kaum muda masih kurang berjalan sebagaimana mestinya. Pihak
paroki seharusnya tanggap dengan permasalahan yang dihadapi oleh para kaum
muda di paroki misalnya dengan mengusahakan materi, metode, bentuk
pendampingan atau kegiatan rutin mudika dan sarana yang sesuai dengan situasi
dan kebutuhan para kaum muda.
Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan
keterlibatan kaum muda dalam rangka hidup menggereja di paroki Kristus Raja
Sintang Kalimantan Barat dapat dilakukan sehingga hal-hal yang menghambat
kegiatan hidup menggereja dapat diatasi dengan semestinya. Untuk mengetahui
sejauhmana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di paroki, maka
penulis mengadakan penelitian melalui pengumpulan data di lapangan dengan
menyebarkan kuesioner dan wawancara kepada kaum muda. Disamping itu,
penulis juga melakukan studi pustaka untuk memperoleh pemikiran-pemikiran
yang diharapkan dapat dipakai untuk membantu para kaum muda meningkatkan
hidup menggereja di paroki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kaum muda paroki Kristus Raja
Sintang Kalimantan Barat belum terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan hidup
menggereja yang ada di Paroki. Menyadari kondisi atau persoalan tersebut, maka
perlu diusahakan suatu upaya alternatif untuk meningkatkan keterlibatan kaum
muda dalam hidup menggereja di paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat.
Upaya itu dapat ditempuh dengan mengaktifkan kaum muda melalui berbagai
macam kegiatan hidup menggereja yang ada di paroki, memberi peluang bagi
kaum muda untuk mengekspresikan segala kemampuan dan daya kreativitasnya
dalam berbagai bentuk kegiatan serta menyediakan fasilitas dan sarana bagi kaum
muda dalam meningkatkan keterlibatan mereka untuk hidup menggereja.
Berdasarkan hasil penemuan di atas maka penulis menawarkan katekese
kaum muda dengan model Shared Christian Praxis (SCP) untuk membantu kaum
muda dalam meningkatkan hidup menggereja di paroki Kristus Raja Sintang.
Dengan adanya katekese kaum muda diharapkan agar dapat membantu kaum
muda dalam meningkatkan hidup menggereja mereka di paroki, sehingga
kedepanya kaum muda dapat semakin terlibat aktif dalam segala bentuk kegiatan
hidup menggereja yang ada di paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat.

viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

This thesis is titled “EFFORTS TO IMPROVE THE INVOLVEMENT OF


LIFE CHURCH OF CHRIST THE KING YOUTH parish SINTANG THROUGH
WEST KALIMANTAN catechesis”. The author chose the title of this concern
stems from the authors of the role or involvement of youth in the church life in the
parish of Christ the King Sintang, that young people are less actively involved in
the activities of life in the parish church. That's a very fundamental concern in this
thesis. Besides the church life activities undertaken by the parish for young people
still lack running as it should. Parish party should respond to the problems faced
by young people in the parish such as by seeking the material, methods, forms of
assistance or a youth group routines and facilities appropriate to the situation and
needs of young people.
Main problems in this thesis is how to increase youth involvement in order
to live Christ the King parish church in West Kalimantan Sintang can be done so
that things which blocks the activity of church life can be addressed properly. To
find out the extent of youth involvement in the life of the parish church, the
authors conducted research through field data collection by distributing
questionnaires and interviews to young people. In addition, the authors also
conducted literature study to gain insights that are expected to be used to help
improve the lives of young people in the parish church.
Based on the results showed that young people are less the parish of Christ
the King Sintang actively involved in every activity of life in the parish church.
Aware of the condition or issue, it is necessary to arrange an alternative effort is
an effort to increase youth involvement in the life of Christ the King parish church
in West Kalimantan Sintang. These efforts can be achieved by enabling the youth
through various activities of life in the parish church, provide opportunities for
young people to express all the creativity and skills in various forms of activities
as well as providing facilities and facilities for young people in increasing their
involvement in the life church.
Based on the findings above, the authors offer catechesis of young people
with models of Shared Christian Praxis (SCP) to help young people in improving
the life of the church in the parish of Christ the king Sintang. With the catechesis
of young people are expected to help young people improve their lives in the
parish church, so that young people can forward more actively involved in all
forms of life activities of churches in the parish of Christ the King Sintang West
Kalimantan.

ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena atas rahmat

dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”UPAYA

MENINGKATKAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM

MUDA PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG KALIMANTAN BARAT

MELALUI KATEKESE”.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang

telah mendukung penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

sebab itu, pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Y.H. Bintang Nusantara, SFK. M. Hum, selaku dosen pembimbing utama

yang dengan sabar, tabah dan penuh kasih dalam mendampingi, memberi

masukan serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dari awal

hingga selesai.

2. Drs. H.J. Suhardiyanto SJ, selaku dosen penguji II sekaligus sebagai dosen

pembimbing akademik yang dengan tulus hati membimbing, memberi

perhatian, dan memberi dukungan kepada penulis dalam seluruh perjalanan

studi dan penulisan skripsi ini

3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag. M. Si, selaku dosen penguji III yang telah

memberi semangat dan meluangkan waktunya untuk mempelajari dan

memberikan masukan berkaitan dengan isi skripsi ini.

4. Para dosen dan Staf karyawan IPPAK yang telah memberikan dukungan

selama ini.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Dewan Paroki, Pastor Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat yang

telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan

penelitian, serta dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat yang memberikan

dukungan kepada penulis dengan bersedia diwawancarai dan mengisi

kuesioner yang penulis sebarkan.

7. Ayahku Alfensius Khiji, Ibuku Marsiana Darayani, Adikku Yulius Andi

Wartono, Nikasius Ahi dan Noppy Rizcky serta sanak saudara yang tercinta,

yang selalu menyemangati dan membiayai penulis selama studi di IPPAK.

8. Theresia Trihastuti dan keluarga yang selama ini selalu memberikan

dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabatku bang Joy, Lapin, Lucia Windu Andari, Hermas Jablay, Yosi, Ana,

Ade, Hiping, Muji, Togar, Kentung, Alex, Maria, Sr. Atik, Br. Hong, Br.

Rahmat, Agustina, Aris, Kunyon, Anggoro, Hanu, Budi, Yuni, Sri, Imelda,

Tina, Santi, Wanda, Jati, Andri, Hananto, Agus Ukoi, bang Hugo, Anto yang

selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman seangkatan 2005-2006 yang telah meneguhkan, dan memberi

dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selama ini

dengan ketulusan hati telah memberikan motivasi dan bantuan hingga

terselesaikannya penulisan skripsi ini.

xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN .......... ..................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 6
E. Metode Penulisan ................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan........................................................................... 7
BAB II. KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP
MENGGEREJA ................................................................................. 10
A. Gambaran Umum Situasi Kaum Muda................................................ 10
1. Pengertian Kaum Muda.................................................................... 11
2. Gambaran Umum Kaum Muda........................................................ 12
3. Masalah-masalah yang Dihadapi Kaum muda................................. 16
4. Kebutuhan Kaum Muda ................................................................... 19
B. Kaum Muda Katolik Dalam Hidup Menggereja.................................. 22
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Pengertian Hidup Menggereja.......................................................... 23


2. Kaum Muda di Tengah Gereja ......................................................... 24
3. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ....................... 28
a. Terlibat dalam Perayaan (Liturgi)................................................ 29
b. Terlibat dalam Pewartaan (Kerygma).......................................... 31
c. Terlibat dalam Paguyuban (Koinonia) ………………………… 32
d. Terlibat dalam Pelayanan (Diakonia) ………………………….. 34
e. Terlibat dalam Kesaksian (Martiria) …………............................ 37
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Kaum Muda dalam
Hidup Menggereja................................................................................ 38
1. Faktor Internal atau Pribadi Kaum Muda ........................................ 39
a. Pengorganisasian Diri ………………………………. ................ 39
b. Motivasi dalam Diri Kaum Muda ……………………………… 39
c. Pengetahuan dan Pengalaman dalam Diri Kaum Muda ………… 40
2. Faktor Eksternal ................................................................. ………. 41
a. Lingkungan Keluarga ………………………………………….. 41
b. Lingkungan Sekolah ……………………………………………. 45
c. Lingkungan Gereja ……………………………………………… 46
d. Lingkungan Masyarakat …………………………………........... 48
D. Pendampingan Bagi Kaum Muda dalam Hidup Menggereja .............. 50
1 Pengertian Pendampingan ............................................................... 51
2 Tujuan Pendampingan Kaum Muda ............................................... 51
3 Bentuk Pendampingan ..................................................................... 52
BAB III. GAMBARAN UMUM HIDUP MENGGEREJA KAUM MUDA
PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG
KALIMANTAN BARAT .............................................................. 54
A. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Sintang .................................. 54
1. Sejarah Singkat Paroki Kristus Raja Sintang .................................. 54
2. Letak Geografis Paroki Kristus Raja Sintang ................................. 56
3. Kegiatan-kegiatan di Paroki Kristus Raja Sintang .......................... 57
a. Bina Iman Anak Katolik........................................................ ...... 58
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b. Remaja Katolik ............................................................................. 58


c. Orang Muda Katolik ..................................................................... 59
d. Seksi Keluarga .............................................................................. 59
e. Seksi Lansia .................................................................................. 60
4. Perhatian Paroki Terhadap Hidup Menggereja Kaum Muda di
Paroki Kristus Raja Sintang......... .................................................... 61
5. Latar Belakang Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang .............. 61
6. Bentuk Pendampingan Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang... 62
a. Rekoleksi .................................................................................... 62
b. Retret ................................................................................... ....... 63
c. Tebar (Temu Akbar) ............................................................ ....... 63
B. Metodologi Penelitian ......................................................................... 64
1. Tujuan Penelitian ............................................................................ 65
2. Manfaat Penelitian .......................................................................... 65
3. Jenis Penelitian ................................................................................ 66
4. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 67
5. Responden Penelitian ...................................................................... 67
6.Instrumen Penelitian ......................................................................... 68
7. Variabel Penelitian .......................................................................... 68
8. Teknik Analisis Data ....................................................................... 70
C. Laporan Hasil Penelitian ..................................................................... 70
1. Hasil Penelitian ............................................................................... 70
a. Identitas Responden ................................................................... 71
b. Pemahaman Kaum Muda Tentang Hidup Menggereja .............. 71
c. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ................. 77
d. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja
Kaum Muda ............................................................................... 80
e. Pendampingan Hidup Menggereja bagi Kaum Muda ................ 85
2. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 90
a. Identitas Responden ................................................................... 90
b. Pemahaman Kaum Muda Mengenai Hidup Menggereja ........... 91
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

c. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ................. 96


d. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja
Kaum Muda ............................................................................... 99
e. Peranan Pendampingan bagi Hidup Menggereja Kaum Muda... 105
3. Kesimpulan Penelitian .................................................................... 110
a. Pemahaman Kaum Muda Tentang Hidup Menggereja............... 110
b. Keterlibatan Kaum muda dalam Hidup Menggereja .................. 111
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja
Kaum Muda ................................................................................ 112
d. Peranan Pendampingan Hidup Menggereja Kaum Muda........... 113
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE BAGI KAUM MUDA
DALAM RANGKA MENINGKATKAN HIDUP
MENGGEREJA KAUM MUDA DI PAROKI KRISTUS RAJA
SINTANG KALIMANTAN BARAT ............................................. 115
A Katekese Kaum Muda dalam RangkaMeningkatkan Hidup
Menggereja .......................................................................................... 115
1. Pengertian Katekese Kaum Muda .................................................. 115
2. Tujuan Katekese Kaum Muda ........................................................ 116
3. Peranan Kongkret Katekese Kaum Muda dalam Rangka
Meningkatkan Hidup Menggereja ................................................... 117
4. Proses Katekese Kaum Muda dengan Model SCP.......................... 119
a. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP)................................. 119
b. Shared ......................................................................................... 120
c. Christian ..................................................................................... 121
d. Praxis .......................................................................................... 122
e. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP)...................... 123
B Program Katekese Kaum Muda dengan Model SCP Sebagai Usaha
Meningkatkan Hidup Menggereja Kaum Muda Katolik di Paroki
Kristus Raja Sintang ............................................................................ 131
1. Pengertian Program ........................................................................ 131
2. Latar Belakang Program Katekese Kaum Muda ............................ 133
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Tujuan Program ............................................................................... 134


4. Pemilihan Tema dan Tujuan............................................................ 135
C Usulan Program Katekese Kaum Muda............................................... 138
D Petunjuk Pelaksanaan Program ............................................................ 144
E Contoh Satuan Persiapan Katekese Kaum Muda dengan Model
Shared Christian Praxis (SCP) ............................................................ 145
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 188
A Kesimpulan ......................................................................................... 188
B Saran .................................................................................................... 190
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 193

xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ............................................................. (1)


Lampiran 2 : Kuisioner wawancara ............................................................ (7)
Lampiran 3 : Surat Permohonan Ijin .......................................................... (14)
Lampiran 4 : Teks Lagu ............................................................................. (16)
Lampiran 5 : Teks Kitab Suci .................................................................... (20)
Lampiran 6 : Teks Cerita ............................................................................ (22)

xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

KS : Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti

singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab

Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

AG : Ad Gentes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Kegiatan Misioner Gereja.

CT : Catechesi Tradendae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus

II tentang Katekese Masa Kini.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja di dunia dewasa ini.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang

Gereja.

SC : Sacrosantum Concilium, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Sakramen Suci

UR : Unitatis Redintegratio, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Gerakan

Ekumenis

xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

C. SINGKATAN LAIN

Art : Artikel

St : Santo/Santa

Jl : Jalan

TK : Taman Kanak-kanak

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SMU : Sekolah Menengah Umum

PT : Perguruan Tinggi

BIAK : Bina Iman Anak Katolik

PIA : Pendidikan Iman Anak

REKAT : Remaja Katolik

OMK : Orang Muda Katolik

LANSIA : Lanjut Usia

MUDIKA : Muda Mudi Katolik

HKMA : Hari Kaum Muda Asia

ARDAS KAS : Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang

KOMKAT : Komisi Kateketik

SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia

SCP : Shared Christian Praxis

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

xx
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

TEBAR : Temu Akbar

KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel

NAZA : Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif

SUKMA : Sarana Untuk Kemajuan Masyarakat

xxi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah kaum muda menurut Mangunhardjana (1986: 11) adalah golongan,

atau sekelompok orang yang masih muda usianya. Kaum muda adalah para muda

mudi yang berumur 15 sampai dengan 21 tahun. Kaum muda adalah mereka yang

oleh ilmu psikologi disebut remaja, “adolescent”, yang mencakup muda-mudi

dalam usia SMU dan usia studi di perguruan tinggi semester I-IV. Sedangkan

pengertian kaum muda sendiri dalam Kamus Bahasa Indonesia (1988: 517)

dijelaskan dari kata “kaum” yang berarti sebagai golongan atau orang yang

sekerja, sepaham, sepangkat dan sebagainya. Kata “muda” berarti belum sampai

setengah umur.

Kaum muda merupakan kekuatan yang terpenting dalam pembangunan

kehidupan Gereja di zaman sekarang dan yang akan datang. Keterlibatan kaum

muda baik itu di lingkungan keluarga yang merupakan komunitas hidup sehari-

hari, lingkungan sekolah yang merupakan komunitas studi, lingkungan Gereja

yang merupakan komunitas jemaat beriman maupun lingkungan masyarakat yang

merupakan komunitas sosial sangat penting. Kaum muda katolik merupakan

generasi penerus bagi kehidupan baik Gereja maupun masyarakat. Hadirnya kaum

muda di lingkup tersebut sebagai harapan akan terjadinya suatu perubahan baru

bagi perkembangan suatu lingkup, dalam hal ini adalah Gereja. Kaum muda juga

merupakan tulang punggung bagi kehidupan Gereja selanjutnya, untuk itu kaum
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

muda diharapkan dapat terlibat secara langsung dalam kegiatan-kegiatan hidup

menggereja yang sepadan. Keterlibatan kaum muda yang beriman Kristiani dapat

dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan dan kelompok-kelompok paguyuban

(koinonia) tertentu dalam suatu paroki yang menjadi induk dalam mewujutkan

hidup menggereja.

Mengingat begitu pentingnya peranan kaum muda demi kemajuan gereja,

untuk itu mereka diharapkan dapat terlibat langsung dalam kegiatan menggereja

yang sepadan di lingkungan gereja. Perkembangan dan pertumbuhan kaum muda

dalam hidup menggereja dapat terwujud apabila terjadi komunikasi atau dialog,

pertemuan yang terencana dengan baik dalam kehidupan sehari-hari serta

pendampingan yang terencana dan teratur.

Hidup menggereja sendiri tidak hanya sekedar pergi ke gereja. Banyak

orang dalam hal ini adalah kaum muda yang beranggapan bahwa sebagai orang

Katolik merasa sudah cukup dengan pergi ke gereja. Bukankah itu yang

diperintahkan Tuhan dalam sepuluh perintah-Nya? Satu hari dipersembahkan

untuk Tuhan, enam hari lainnya untuk mencari nafkah dan pergi ke gereja hanya

untuk memenuhi kewajiban saja.

Kaum muda adalah generasi harapan Gereja. Kaum muda merupakan

penyambung tongkat estafet kehidupan suatu Gereja, dengan berupaya

mempersiapkan diri secara mandiri, baik dalam kehidupan Gereja maupun

masyarakat luas. Peran aktif kaum muda dalam Gereja saat ini semakin sulit untuk

di pertahankan, akibat perkembangan jaman yang semakin canggih dan modern.

Gereja semakin kehilangan generasi yang bisa diandalkan untuk merumuskan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

strategi kegiatan dan merumuskan mimpi bersama akan hari esok yang lebih cerah

dan berseri.

Paroki Kristus Raja Sintang merupakan salah satu paroki yang berada di

wilayah kevikepan Sintang. Berdasarkan data statistik paroki di Keuskupan

Sintang. Secara teritorial Paroki Kristus Raja Sintang memiliki 10 lingkungan, 2

stasi serta memiliki umat kurang lebih 5.607 orang. Adapun dari jumlah umat

yang ada tersebut, paroki Kristus Raja Sintang memiliki kurang lebih 307 orang

kaum muda. Kenyataan yang ada, menunjukkan bahwa kaum muda di Paroki

Kristus Raja Sintang kurang terlibat dan mengalami penurunan semangat dalam

kegiatan hidup menggereja. Persoalan yang sekaligus menjadi tantangan bagi

kaum muda di Paroki Kristus Raja adalah bagaimana mereka mampu

mengembangkan daya kreativitas, mengekspresikan idealismenya dan mengasah

daya kritisnya yang berkesinambungan dalam meningkatkan kegiatan kegerejaan

dan kemasyarakatan. Selama ini, keberadaan kaum muda sering dikesampingkan,

kurang dipercayai, kurang mendapatkan kesempatan dan bentuk pendampingan

yang belum memadai sesuai dengan kebutuhan kaum muda itu sendiri.

Padahal kaum muda sebagai bagian dari Gereja diharapkan semakin lama

akan memiliki kesadaran untuk terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan demi

kemajuan Gereja. Kesadaran itu menuntut mereka untuk memiliki kepribadian

yang matang dan dewasa, sehingga mendorong mereka untuk menyalurkan gairah

hidup, semangat kerja yang tinggi, maupun memiliki tanggungjawab sendiri dan

ingin semakin dapat memainkan peranannya dalam kehidupan sosial dan budaya.

Semuanya itu perlu dilandasi dengan semangat Kristus sebagai dasar dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

pedoman kehidupan dalam jemaat kristiani serta dijiwai sikap patuh dan cinta

kasih terhadap gembala Gereja sehingga diharapkan akan membuahkan hasil yang

berkelimpahan.

Kaum muda adalah penentu segala sesuatu untuk memajukan Gereja di

Paroki Kristus Raja Sintang. Mereka adalah saksi-saksi Kristus yang dapat

dihandalkan untuk masa mendatang. Namun demikian, mereka tetap

membutuhkan dorongan dan bantuan dari para gembala Gereja dan umat di Paroki

Kristus Raja Sintang. Untuk itu hendaknya kaum dewasa dalam suasana

persahabatan berusaha menjalin dialog dengan kaum muda, saling mengenal dan

saling bertukar pengalaman, sehingga mereka dapat dijadikan teladan dan panutan

bagi kaum muda sekarang ini.

Pendampingan bagi kaum muda adalah salah satu cara untuk dapat

menyalurkan motivasi, keinginan dan kehendak kaum muda Katolik dalam

meningkatkan berbagai bentuk kegiatan demi kemajuan Gereja. Pendampingan

bagi kaum muda katolik sangat diperlukan untuk perkembangan kehidupan kaum

muda sendiri. Selain itu keterlibatan kaum muda diperlukan juga untuk mencapai

kemajuan dalam berbagai bentuk kegiatan kegerejaan serta diharapkan mampu

untuk menghidupkan suatu kegiatan yang kurang aktif menjadi lebih aktif.

Dengan demikian kaum muda tidak perlu merasa takut untuk selalu

berkiprah di dalam dunianya sehingga mampu mendorong kemajuan kehidupan

Gereja. Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat dan bekerja sama,

berdialog dan mengakrabkan kaum muda dalam melakukan segala bentuk

kegiatan hidup menggereja adalah melalui bentuk pendampingan yang sistematis


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5

dan terus menerus. Kaum muda yang begitu banyak mendominasi di dalam tubuh

Gereja dan masih berjiwa muda diharapkan tidak hanya diam berpangku tangan,

menunggu komando atau perintah dari atasan saja melainkan semakin mampu

bertindak sesuai dengan talenta dan kemampuan yang dimilikinya serta menyadari

bahwa dirinya merupakan bagian dari Gereja.

Untuk itu dibutuhkan sikap tanggap terhadap situasi perkembangan yang

terjadi dalam tubuh kaum muda dan Gereja itu sendiri. Keterlibatan kaum muda

dalam hidup menggereja dapat tercapai melalui berbagai kegiatan, salah satunya

adalah melalui katekese kaum muda dan usaha-usaha meningkatkan partisipasi

kaum muda secara menyeluruh yang mencakup lingkup paroki setempat.

Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan di atas dan terdorong oleh

situasi kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang, maka penulis menyusun skripsi

dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterlibatan Hidup Menggereja Bagi

Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat Melalui

Katekese”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah skripsi ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja?

2. Masalah-masalah apa saja yang dihadapi kaum muda berkaitan dengan

keterlibatannya dalam rangka hidup menggereja di Paroki Kristus Raja

Sintang?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

3. Sejauhmana kaum muda sudah terlibat dalam hidup menggereja di Paroki

Kristus Raja Sintang?

4. Katekese macam apa yang dapat meningkatkan keterlibatan hidup

menggereja kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang?

C. TUJUAN PENULISAN

Sesuai dengan masalah di atas maka tujuan skripsi ini sebagai berikut:

1. Menjelaskan bagaimana keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja.

2. Menguraikan kendala kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang dalam

meningkatkan hidup menggereja.

3. Mengetahui sejauhmana kaum muda sudah terlibat dalam kegiatan hidup

menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang.

4. Menguraikan katekese yang cocok untuk meningkatkan keterlibatan kaum

muda dalam hidup menggereja di paroki Kristus Raja Sintang.

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat dari penulisan kripsi ini yakni sebagai berikut :

1. Bagi paroki, penulisan ini merupakan sumbangan pemikiran guna

meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja

Sintang.

2. Bagi pembina kaum muda pada umumnya. Penulisan ini dapat menjadi

masukan guna meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup

menggereja.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

3. Bagi kaum muda paroki Kristus Raja Sintang. Memberikan sumbangan,

gagasan, pengetahuan atau wawasan baru bagi kaum muda akan peranannya

dalam kegiatan hidup menggereja agar kaum muda semakin berani untuk

menghadapi permasalahan dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan hidup

menggereja.

4. Bagi penulis, mengkondisikan penulis untuk berpikir secara kritis dan

sistematis dalam menuangkan gagasan secara jelas dan baik, serta

mengembangkan kreativitas dalam meningkatkan semagat keterlibatan

hidup menggereja di paroki.

E. METODE PENULISAN

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskriptif

analitis yaitu melakukan penelitian lapangan, memaparkan dan menganalisis

permasalahan yang ada. Data yang dibutuhkan diperoleh dengan mengedarkan

kuisoner dan wawancara terhadap kaum muda sebagai responden. Penulis juga

menggunakan studi pustaka yang mendukung judul yang telah ditulis.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi ini terdiri dari beberapa bagian pokok antara lain sebagai berikut:

Pada bab I penulis menyajikan pendahuluan sebagai dasar penulisan skripsi ini

yang meliputi: latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

Bab II menampilkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja.

Untuk memperkaya gagasan dalam bab ini dibahas dalam empat bagian yaitu

bagian pertama gambaran umum situasi kaum muda yang mencakup pengertian

kaum muda, gambaran umum kaum muda, masalah-masalah yang dihadapi kaum

muda, kebutuhan kaum muda. Bagian kedua dari bab ini membahas tentang kaum

muda dalam hidup menggereja yang di dalamnya mengkaji mengenai pengertian

hidup menggereja, kaum muda di tengah Gereja, dan keterlibatan kaum muda

dalam hidup menggereja. Bagian ketiga dari bab ini membahas tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja yang

meliputi, faktor internal atau pribadi kaum muda, dan faktor eksternal. Sedangkan

bagian keempat membahas mengenai pendampingan bagi kaum muda dalam

hidup menggereja yang meliputi pengertian pendampingan, tujuan pendampingan

kaum muda, dan bentuk pendampingan.

Bab III memaparkan mengenai gambaran umum hidup menggereja kaum

muda di Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat. Dalam bab ini dibahas

tiga pokok yaitu pertama membahas gambaran umum Paroki Kristus Raja

Sintang, di dalamnya dikaji sejarah dingkat paroki Kristus Raja Sintang, letak

geografis Paroki Kristus Raja Sintang, kegiatan-kegiatan di Paroki Kristus Raja

Sintang, perhatian Paroki terhadap hidup menggereja di Paroki Kristus Raja

Sintang, latar belakang paroki Kristus Raja Sintang, dan bentuk pendampingan

kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang. Bagian kedua membahas mengenai

metodologi penelitian, di dalamnya mencakup tujuan penelitian, manfaat

penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

instrumen penelitian, variabel penelitian, dan teknik analisis data. Bagian ketiga

membahas mengenai laporan hasil penelitian yang mencakup hasil penelitian,

pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian.

Bab IV menyajikan usulan program katekese bagi kaum muda dalam

rangka meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja

Sintang Kalimantan Barat. Dalam bab ini dibahas lima bagian. Bagian pertama

membahas mengenai katekese kaum muda dalam rangka meningkatkan hidup

menggereja yang mencakup pengertian katekese kaum muda, tujuan katekese

kaum muda, peranan kongkrit katekese kaum muda dalam rangka meningkatkan

hidup menggereja, dan proses katekese kaum muda dengan model SCP. Bagian

kedua membahas mengenai program pendampingan katekese kaum muda dengan

model SCP sebagai usaha meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki

Kristus Raja Sintang, di dalamnya mencakup pengertian program, latar belakang

program katekese kaum muda, tujuan program, pemilihan tema dan tujuan.

Bagian ketiga dalam bab ini membahas mengenai usulan program katekese kaum

muda melalui SCP. Bagain keempatnya adalah membahas mengenai petunjuk

penggunaan program. Dan yang terakhir, bagian kelima menyajikan mengenai

contoh satuan persiapan katekese kaum muda dengan model SCP.

Sebagai penutup dari skripsi ini, dalam bab V disajikan kesimpulan dan

saran sebagai tindak lanjut dari seluruh rangkaian tulisan ini dengan harapan dapat

berguna dalam meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di

Paroki Kristus Raja Sintang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II

KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA

Keterlibatan kaum muda dalam Gereja merupakan bagian yang terpenting

dalam hidup menggereja kaum muda. Kaum muda merupakan penentu bagi

perkembangan Gereja ke depannya. Gereja yang merupakan salah suatu wadah

bagi kaum muda katolik sehingga Gereja diharapkan untuk dapat mendampingi

dan meningkatkan semangat keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja.

Keterlibatan dalam hidup menggereja tidak hanya pergi ke Gereja melainkan ikut

terlibat aktif dalam setiap kegiatan Gereja sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai keterlibatan kaum muda dalam

hidup menggereja yang meliputi, gambaran umum situasi kaum muda, kaum

muda dalam hidup menggereja, faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan

kaum muda dalam hidup menggereja dan pendampingan bagi kaum muda dalam

hidup menggereja.

A. Gambaran Umum Situasi Kaum Muda

Istilah kaum muda dimengerti secara berbeda-beda tergantung sudut

pandang dan konteks penggunaannya. Dalam tulisan ini, penulis mengambil dua

sudut pandang yaitu berdasarkan pengelompokan umur dan pendidikan. Kaum

muda juga memiliki berbagai masalah yang mereka hadapi baik itu di lingkungan

keluarga, masyarakat, Gereja dan kaum muda itu sendiri.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

1. Pengertian Kaum Muda

Istilah kaum muda dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988 : 517)

berasal dari kata kaum dan muda yang berarti sebagai golongan atau orang yang

sekerja, sepaham, sepangkat dan belum sampai setengah umur. Dengan demikian,

kaum muda dapat dipahami sebagai sekelompok orang yang sepaham, sekerja,

sepangkat dan memiliki umur yang masih muda. Kaum muda adalah para muda-

mudi yang berumur 15 sampai dengan 21 tahun.

Kaum muda dalam ilmu psikologi disebut remaja, adolescent, yang

mencakup muda-mudi dalam usia SMU dan usia studi di PT (perguruan tinggi)

semester I-IV. Dikatakan juga bahwa kaum muda dipergunakan untuk menunjuk

kata kaum, golongan, atau kelompok orang yang masih muda usianya

(Mangunhardjana, 1986: 11)

Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja Indonesia (1997: 4)

menegaskan kaum muda adalah mereka yang berusia 13 sampai dengan 35 tahun

dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-

masing daerah. Kaum muda usia tersebut mencakup jenjang usia remaja, taruna,

dan pemuda. Dalam rapat pengurus pleno Komisi Kepemudaan KWI bulan

Agustus 1991, rentang umur tersebut dikategorisasi lebih rinci demi efektivitas

pembinaan. Kategori tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu

kelompok remaja yang berusia 13 sampai 15 tahun, kelompok taruna yang berusia

16 sampai 19 tahun, kelompok madya yang berusia 20 sampai 24 tahun, dan

kelompok karya yang berusia 25 sampai 35 tahun (Komisi Kepemudaan KWI,

1997: 31)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

2. Gambaran Umum Kaum Muda

Adapun mengenai gambaran umum kaum muda menurut Mangunhardjana

(1986: 12) secara umum ditegaskan bahwa kaum muda sedang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut

meliputi perkembangan fisik dan perkembangan mental, emosional sosial, dan

religius dengan segala permasalahannya.

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik merupakan gejala yang paling tampak dalam diri

kaum muda. Berkat perkembangan fisik itu, anak laki-laki semakin menampakan

diri sebagai pria dan anak-anak perempuan sebagai wanita. Bersamaan dengan itu

kaum muda mulai mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan seks

dan pergaulan dengan lawan jenis (Mangunhardjana, 1986: 12).

Sedangkan menurut Gunarsa, kaum muda mengalami perkembangan fisik

growth spurts, yaitu:

Perkembangan fisik yang sangat pesat, yang ditandai oleh ciri-ciri


perkembangan pada masa puberitas. Otot-otot badan mengeras, tinggi dan
berat badan meningkat dengan cepat, begitu juga dengan proprosi tubuh
yang semakin mirip dengan tubuh orang dewasa, termasuk juga
kematangan fungsi seksual. Hal ini terjadi disebabkan adanya proses
biologis yang berkaitan dengan perkembangan hormon di dalam tubuh
kaum muda (Gunarsa,2006: 196).

b. Perkembangan mental

Perkembangan mental kaum muda nampak pada gejala-gejala perubahan

dalam perkembangan intelektual atau dalam cara berpikir secara kritis. Kaum

muda menggali pengertian tentang diri mereka sendiri, membentuk gambaran diri
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

mereka, peranan yang diharapkan dari mereka, panggilan hidup dan masa depan

mereka. Semua masalah itu tidaklah mudah bagi kaum muda, bahkan mereka

sering kali resah, suka menyendiri dan melamun (Mangunhardjana, 1986: 13).

c. Perkembangan emosional

Perkembangan emosional kaum muda ada hubungannya dengan

perkembangan fisik, terutama ketika terjadi perubahan pada keseimbangan pada

hormon-hormon dalam tubuh kaum muda. Adapun masalah-masalah yang

dihadapi kaum muda disekitar perkembangan emosional adalah bagaimana

menilai baik buruknya emosi, bagaimana menguasai diri dan mengarahkannya.

Kaum muda sering kali bertingkah laku entah untuk mengatasi atau sekedar untuk

menghindari dan melupakan masalah yang sedang dihadapinya (Mangunhardjana,

1986: 13).

d. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial kaum muda menyangkut perluasan jalinan

hubungannya dengan orang lain. Dengan lewatnya umur kanak-kanak dan berkat

pertumbuhan fisik mereka pergaulan kaum muda tidak terbatas dalam lingkup

keluarga, tetapi meluas ke teman-teman yang sebaya, orang-orang di lingkungan

tempat tinggal dan masyarakat luas. Masalah-masalah penting yang dihadapi oleh

kaum muda sehubungan dengan perkembangan sosial yaitu masalah di sekitar

pergaulannya dengan teman-teman seperti: cara masuk ke dalam kelompok,

bergaul dengan kelompok, sikap serta cara menghadapi pergaulan dalam


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

kelompok, seperti: penerimaan diri oleh kelompok-kelompok dan macam

keterlibatan yang diberikan kepada kaum muda dalam kelompok.

(Mangunhardjana, 1986: 14).

e. Perkembangan moral

Perkembangan moral membawa kaum muda ke dalam tingkat hidup yang

lain dari pada masa sebelumnya. Masalah moral yang dihadapi kaum muda tidak

terlepas dari diri mereka sendiri, tetapi meluas sampai pada masalah moral dalam

hidup bermasyarakat. Ada hal-hal yang jelas-jelas baik dan buruk. Ada juga

tindakan-tindakan yang jelas-jelas benar dan salah, semuanya itu ada jaminannya

pada orang tua, guru, atau tokoh lain seperti para pemuka masyarakat dan

keagamaan.

Dengan bertambahnya umur dan masuk dalam kelompok kaum muda

mereka mengalami berbagai perubahan sikap, ditambah lagi dengan bertumbuh

luasnya pergaulan, kaum muda melihat bahwa pandangan orang mengenai apa

yang baik dan benar serta mana yang tidak baik dan tidak benar berbeda-beda.

Akibatnya sikap dan tindakan mereka juga berbeda-beda. Itu semua

menghadapkan kaum muda pada masalah pencarian patokan moral, yang dapat

mereka gunakan sebagai alat untuk menentukan mana yang baik dan benar, mana

yang tidak baik dan tidak benar serta penentu pegangan yang dapat mereka

pergunakan sebagai pedoman hidup. Adapun masalah moral tersebut misalnya:

adanya nilai-nilai keadilan tidak tercapai, belum meratanya hak-hak asasi

manusia, kebebasan beragama berlebihan, kurangnya perhatian terhadap

kepentingan umum dan tidak adanya kesesuaian peranan yang diharapkan dari
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

kaum muda itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menghadapi berbagai kenyataan

hidup yang harus dipertanggungjawabkan secara moral, kaum muda mengalami

berbagai tekanan dan ketegangan batin (Mangunhardjana, 1986: 14).

f. Perkembangan religius

Perkembangan religius kaum muda menyangkut hubungan kaum muda itu

sendiri dengan yang Mutlak, entah apapun sebutan yang diberikan kepada-Nya.

Pada masa masa kanak-kanak kegiatan keagamaan dilakukan karena meneladani

atau diperintah orang tua dan tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh pada diri

mereka. Pada umur-umur menjelang dewasa, praktek, ajaran, bahkan yang Mutlak

sendiri dipertanyakan. Hal ini bukan karena mau memberontak, melainkan mau

memperoleh kejelasan untuk mencapai taraf kesejatian dalam hubungan dengan

yang Mutlak. Dengan berbagai cara, entah lewat pertanyaan atau sengaja tidak

menjalankan lagi praktek-praktek keagamaan yang sudah biasa dilakukan, mereka

mau mengetahui segi-segi yang paling dalam tentang yang Mutlak, hubungan-Nya

dengan manusia dan dunia, peranan-Nya dalam hidup sekarang dan yang akan

datang. Mereka menanyakan apa gunanya agama bagi manusia dan lain-lain.

Maka pada masa perkembangan religius itu, kaum muda menghadapi masalah-

masalah berat, seperti: apa arti yang Mutlak, arti hidup, arti agama, agama dan

ibadat, agama dalam hidup, agama dalam kejahatan, arti hidup sesudah mati

(Mangunhardjana, 1986: 15).

Dalam perkembangan religius ini, kaum muda sering mengalami kendala

atau masalah mengingat dalam perkembangan ini kaum muda harus memiliki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16

dasar iman yang kuat terhadap Tuhan. Hal ini seharusnya ditanam oleh pihak

keluarga sejak dini agar dalam perkembanagannya para kaum muda semakin

mampu memainkan peranannya dalam hidup menggereja.

3. Masalah-masalah yang Dihadapi Kaum Muda

Masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah masalah-masalah yang

sering kali dialami oleh kaum muda yaitu masalah yang berkaitan dengan diri

mereka sendiri, masalah dalam keluarga, masyarakat, dan masalah dalam Gereja.

a. Masalah dalam diri kaum muda.

Masalah yang sering kali muncul pada diri kaum muda pada umumnya

berpangkal pada segi fisik dan psikis. Dari segi fisik, perkembangan dalam diri

kaum muda ditandai dengan dorongan kelamin (nafsu seks) dan dorongan aku

(nafsu ego). Banyak kaum muda tidak tahu apa-apa tentang seks. Informasi seks

kadang diperoleh dengan cara sembunyi-sembunyi, karena keluarga dan

masyarakat masih menganggap hal itu tabu, artinya kaum muda menyalurkan

keingintahuannya dalam soal seks dengan berbagai cara atau malah membuat

eksperimen, yang pada gilirannya menimbulkan masalah-masalah baru.

Sedangkan dari segi psikis, pendirian dan kondisi emosional kaum muda cepat

berubah-ubah. Hal dipengaruhi oleh berbagai macam hal misalnya media

komunikasi seperti majalah, film, novel, iklan yang menawarkan “dunia baru”

yang serba mudah dan penuh impian (Tangdilintin, 1984: 38).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

Masalah lain yang sering kali melanda diri kaum muda adalah sikap

rendah diri dan sulit bergaul, biasanya anak yang miskin atau kurang mampu akan

mengalami masalah yang dialami orang tuanya misalkan: fasilitas hidup,

kesehatan yang kurang baik, dan pendidikan yang rendah. Akibat tekanan dan

situasi tersebut membuat mereka jatuh ke dalam tindakan dan dunia kriminal

(Mangunhardjana, 1986: 17).

Orang muda, terutama yang “tidak punya” dalam arti ekonomis dan

pendidikan, biasanya merasa rendah diri dan minder. Perasaan minder amat

menghalangi perkembangan diri kaum muda, karena menyulitkan seseorang

dalam bergaul. Masalah kesepian dan kesulitan perumahan (numpang tinggal di

rumah keluarga) membawa masalah tersendiri bagi kaum muda yang bekerja atau

kuliah di kota lain. Biasanya dari berbagai masalah tersebut kaum muda menjadi

gelisah, bingung, bimbang, mengasingkan diri dari orang banyak, dan tidak pasti,

hal ini yang dapat memicu kaum muda untuk berbuat hal yang kurang baik

bahkan sampai kepada tindakkan kriminal dan bahkan kaum muda merasa suram

akan masa depannya (Tangdilintin, 1984: 39).

b. Masalah dalam keluarga

Masalah yang terjadi pada kaum muda dalam keluarga pada umumnya

adalah karena kurangnya perhatian dari para orang tua, orang tua yang sibuk

dengan pekerjaannya sehingga lupa akan tugas dan tanggungjawabnya terhadap

keluarga, orang tua menganggap kaum muda telah mandiri padahal mereka masih

membutuhkan bimbingan dan pendampingan dari orang tua secara khusus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

Rendahnya pendidikan yang dimiliki orang tua juga merupakan suatu masalah

bagi kaum muda akibatnya banyak kaum muda yang kurang mau mendengarkan

nasehat orang tua sehingga wibawa orang tua menurun (Tangdilintin, 1984: 26).

Selain itu, masalah yang dihadapi kaum muda juga disebabkan oleh

kesenjangan nilai dan norma-norma antara kaum muda dan orang tua. Orang tua

sering memakai ukuran jaman dulu ketika mereka masih muda untuk mendidik

anaknya, sementara itu kaum muda saat ini cenderung mengikuti perkembangan

zaman yang semakin modren. Tidak jarang perbedaan nilai dan norma tersebut

menimbulkan masalah bagi kaum muda dan orang tua.

Masalah lain yang muncul juga dapat diakibatkan oleh keluarga yang

berantakan misalnya: kurangnya perhatian terhadap anggota keluarga, perceraian,

ketidaksetiaan dalam perkawinan atau perselingkuhan, sikap acuh tak acuh dan

tidak saling peduli dalam keluarga, dan juga pertengkaran yang sering terjadi di

dalam anggota keluarga.

c. Masalah dalam masyarakat

Pesatnya kemajuan zaman dan peningkatan taraf hidup masyarakat

membawa dampak yang sangat besar, misalnya: materialisme, hedonisme, dan

konsumerisme. Bagi kaum muda, pengaruh budaya tersebut sangat berbahaya,

karena kecenderungan yang selalu mau ikut model zamannya dan sering hanyut di

dalamnya tanpa disertai sikap kritis (Tangdilintin, 1984: 29).

Dalam masyarakat, orang muda kurang dipercayai dan kurang diberi

kesempatan untuk mengemukakan pendapat serta daya kreatifitas yang mereka


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

miliki secara luas, karena orang muda sering dinilai oleh kaum tua belum mampu

berbuat seperti mereka. Orang muda juga kurang mendapatkan informasi tentang

suatu hal dalam realitas sosial dan permasalahan masyarakat.

d. Masalah dalam Gereja

Dalam Gereja, kaum muda dipandang sebagai komponen Gereja masa

depan yang kurang diperhitungkan. Terdapat anggapan unsur Gereja unsur orang

tua saja, sedangkan orang muda dianggap sebagai “seksi tenaga” yang diberi tugas

membantu dan melaksanakan gagasan dari orang tua. Karena belum mendapatkan

tempat dan peran serta yang berarti dalam Gereja, maka kaum muda cenderung

bersikap pasif dalam kegiatan kegerejaan. Sikap para orang tua ini tanpa disadari

ternyata menciptakan iklim yang tidak baik bagi kaum muda. Kaum muda

menjadi tidak diterima, tidak dihargai, tidak kerasan dan merasa diri sebagai orang

asing dalam kelompok Gereja. Keterasingan itu juga mereka rasakan dalam liturgi

yang belum menjawab kebutuhan dan dambaan kaum muda (Tangdilintin, 1984:

37).

4. Kebutuhan Kaum Muda

Kebutuhan kaum muda meliputi berbagai macam unsur antara lain

kebutuhan akan suatu pendampingan dalam lingkup kehidupan kaum muda

sesuai dengan masalah atau problematik yang dialami kaum muda, yaitu

kebutuhan pendampingan kaum muda dalam lingkup hidup keluarga, kebutuhan

pendampingan dalam lingkup hidup bermasyarakat, kebutuhan pendampingan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

dalam lingkup hidup menggereja, dan kebutuhan pendampingan dalam lingkup

hidup kaum muda itu sendiri.

a. Kebutuhan dalam lingkup keluarga.

Kaum muda dalam lingkup hidup keluarga membutuhkan suasana dan

kesempatan untuk berdialog secara terbuka dan leluasa. Kaum muda

membutuhkan kesadaran dan keterbukaan akan nilai-nilai dan maksud baik orang

tua dalam setiap cara mendidik dan mendampingi mereka, betapapun tidak sesuai

dengan harapan mereka karena perbedaan pandangan terhadap nilai-nilai dan

norma.

Mereka membutuhkan kesadaran terhadap orang tua dengan segala situasi

dan latar belakang mereka agar diterima dan dihargai sebagaimana mestinya.

Selain itu, kaum muda membutuhkan suasana “at home” agar merasa kerasan

dalam keluarga, karena kesadaran akan tanggungjawab masing-masing

perorangan dalam keluarga ikut menciptakan suasana tersebut (Tangdilintin,

1984: 45).

b. Kebutuhan dalam lingkup hidup masyarakat.

Kaum muda dalam lingkup hidup masyarakat membutuhkan dukungan

guna mengembangkan kemampuan, dan daya kereatifitas yang mereka miliki

serta kesadaran dan pemahaman akan nilai-nilai budaya masyarakat yang sedang

mengalami transisi dengan segala perubahan dan akibatnya. Kaum muda

membutuhkan pengenalan akan lingkungan masyarakat yang mengatur hidup


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

mereka yang menunjang perkembangannya. Kaum muda membutuhkan dorongan

sikap kritis, selektif dari lingkungan masyarakat terhadap tawaran media

komunikasi yang menggiurkan. Kaum muda membutuhkan kesempatan dan

kemampuan untuk menyuarakan diri agar berperan secara aktif dan

bertanggungjawab dalam perubahan-perubahan sosial masyarakat. Kauaam muda

juga membutuhkan kesadaran politis, tahu akan hak dan kewajiban sebagai bagian

dari masyarakat (Tangdilintin, 1984: 46).

c. Kebutuhan dalam lingkup Gereja.

Kaum muda dalam lingkup hidup Gereja membutuhkan keterlibatan dan

bertanggungjawab untuk berperan dalam Gereja, baik sekarang maupun di masa

yang akan datang, serta kesadaran akan potensi diri mereka sebagai pembawa

keceriaan dalam hidup Gereja. Mereka membutuhkan kesempatan dan

pengetahuan serta penghayatan akan nilai-nilai dan norma kristiani untuk menata

moralitas pribadi yang mandiri. Mereka membutuhkan kesempatan dan kecakapan

untuk berperan serta secara bertanggungjawab dalam hidup menggereja. Selain itu

mereka membutuhkan keterbukaan untuk menghadap nilai-nilai dalam agama atau

kepercayaan lain bagi kerukunan dan toleransi hidup beragama dan untuk

memperkaya penghayatan serta pengalaman imannya sendiri (Tangdilintin, 1984:

47).

d. Kebutuhan dalam lingkup diri pribadi kaum muda.

Dalam proses yang sering menimbulkan problem, kaum muda

membutuhkan sapaan dan perhatian secara pribadi seperti dihargai, dinilai baik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

dan diterima apa adanya serta kesempatan untuk didengar tetapi sekaligus juga

kesempatan dan kemampuan untuk mendengarkan. Mereka membutuhkan

kesempatan dan kebebasan dalam bergaul, memilih teman “khusus” dan teman

hidup.

Mereka juga membutuhkan kemampuan dan keterbukaan untuk

berkomunikasi antar pribadi dan kelangsungan dalam mengutarakan pendapat

secara bebas. Mereka membutuhkan pengertian-pengertian mendasar tentang

gejala-gejala psikis dalam proses pertumbuhan dirinya, terutama masalah

seksualitas sebagai sesuatu yang wajar dalam perkembangan pribadi setiap orang.

Mereka juga membutuhkan kesadaran dan pengenalan diri dengan segala potensi

tetapi sekaligus juga dengan keterbatasan-keterbatasan yang mereka miliki

sehingga dapat menerima diri apa adanya.

Mereka membutuhkan kemampuan untuk menilai sesuatu yang mereka

lihat dan alami, serta mengambil keputusan secara pribadi. Selain itu mereka juga

membutuhkan kecakapan dan keterampilan praktis untuk mempersiapkan masa

depan mereka dengan lebih pasti dan cerah, serta menghadapi tantangan hidup

dengan penuh keyakinan dan tanggungjawab (Tangdilintin, 1984: 47).

B. KAUM MUDA KATOLIK DALAM HIDUP MENGGEREJA

Gereja sangat menyadari bahwa masa depan Gereja berada dalam tangan

kaum muda. Kaum muda dituntut untuk mampu berperan secara aktif dalam

setiap kegiatan hidup menggereja yang ada di Paroki. Untuk dapat berperan secara

aktif kaum muda dituntut untuk mampu memahami dan menghayati peranannya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23

dalam kegiatan hidup menggereja. Adanya peranan aktif dari kaum muda dalam

kegiatan hidup menggereja akan membuat Gereja lebih hidup. Pada bagian ini

penulis akan memaparkan mengenai pengertian hidup menggereja, hidup kaum

muda di tengah Gereja, serta tugas dan tanggungjawab kaum muda terhadap

Gereja.

1. Pengertian Hidup Menggereja

Hidup menggereja menurut Suhardiyanto (2005: 1) adalah hidup

menampakkan iman, jadi setiap kegiatan menampakkan iman adalah hidup

menggereja. Menampakkan iman menurut Kis 2: 41-47 tidak hanya berhimpun

untuk memecahkan roti dan memuji Allah (ay. 46-47: liturgi), tetapi juga bertekun

dalam pengajaran rasul-rasul, (ay. 42: kerygma), bertekun dalam persekutuan, (ay.

42: koinonia), dan rela menjual harta miliknya dan membagikannya pada semua

orang sesuai dengan kebutuhannya, (ay. 45: diakonia), sehingga mereka disukai

banyak orang, (ay. 47: martiria). Kelima aspek inilah yang mesti diperhatikan dan

diupayakan oleh setiap orang katolik dalam kegiatan hidup kegerejaan kita.

(Bagiyowinadi, 2003: 133).

Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan di

mana pun orang atau sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada

Kristus. Hidup menggereja juga dapat ditunjukkan melalui kegiatan dengan

orientasi baru dalam situasi dan kesadaran menanggapi situasi dewasa ini. Hidup

menggereja akan tumbuh dan mengundang perwujudan lebih lanjut dengan

menampakkan iman Kristiani dalam hidup sehari-hari. Dalam hidup sehari-hari


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24

itu iman yang dimiliki akan disadari dan diperkembangkan sesuai dengan nilai-

nilai yang diperjuangkan untuk menentukan pilihan hidup dan aksi. Dalam situasi

hidup sekarang ini yang ditandai dengan kemajemukan religius, masalah

ketidakadilan sosial dan ancaman terhadap kehidupan orang beriman akan Kristus

dituntut untuk mewujudkan hidup menggereja secara baru. Wujud baru hidup

menggereja yang dimaksud adalah hidup menggereja yang mengarah pada hidup

menggereja yang mempunyai ciri dialogal dan transformatif (Banawiratman,

1991: 10).

2. Kaum Muda di Tengah Gereja.

a. Pandangan dan Harapan Gereja Terhadap Kaum Muda

Paus Yohanes Paulus II secara khusus memberikan pandangannya

terhadap kaum muda dengan menyatakan bahwa Gereja terutama adalah milik

muda-mudi dan siapa saja yang berada dalam kurun waktu itu. Proses

perkembangan dan pembaharuan Gereja untuk semakin mampu mengikuti Kristus

terletak pada muda-mudi. Untuk itu Paus Yohanes Paulus II berharap kepada

kaum muda supaya menjadi nabi-nabi kehidupan, nabi-nabi cinta keutuhan, buah

penyesalan yang tulus, bekerja untuk keadilan serta hidup dengan penuh rasa

syukur pada Tuhan (Yohanes Paulus II. 1996).

Sementara itu, dalam konferensi pers pada hari kedua HKMA (Hari Kaum

Muda Asia) tanggal 28 Juli-5 Agustus 2006 Uskup Hong Kong Joseph Kardinal

Zen Ze-kiun menjelaskan bahwa kaum muda adalah harapan keluarga dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25

Gereja, penuh dengan semangat, cita-cita dan gelora kemudaan yang mereka

miliki.

Selain itu, dalam pesannya kepada kaum muda pada Hari Pemuda Sedunia

pada tahun 2006. Bapa Suci Paus Benediktus XVI, beliau mengatakan bahwa:

Kaum muda harus bertanggungjawab atas pendidikannya, harus mampu


mengenal jati diri sejati Roh Kudus, mampu menyadari kehadiran-Nya
dengan terus menerus, terlibat aktif dalam hidup Gereja, serta harus
mampu menjalankan Injil dengan tindakan nyata (http://webcache.
googleusercontent.com, 04 Agustus 2006).

Dari pernyataan Paus Benediktus XVI kepada orang muda sedunia di atas, dapat

kita lihat bahwa kaum muda sungguh-sungguh diharapkan untuk menjadi pelaku

utama dalam menampakkan dan mewujudkan imannya baik secara pribadi

maupun secara kelompok. Kaum muda juga diharapkan untuk mampu mengenal

jati diri Roh Kudus serta menyadari kehadiran-Nya, menghargai dengan suara hati

yang lurus, nilai-nilai moral serta dengan tulus menghayatinya secara pribadi

untuk semakin sempurna mengenal dan mengasihi Allah.

Kaum muda merupakan jantung hati dan ujung tombak bagi Gereja, oleh

karena itu, berkembang tidaknya Gereja berada pada genggaman tangan kaum

muda. Selain itu kaum muda itu penuh dengan kreatifitas dan memiliki motivasi

yang tinggi, sehingga potensi yang mereka miliki perlu diberdayakan dan selalu

diberikan kesempatan (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 1).

b. Tanggung Jawab Kaum Muda Terhadap Gereja

Kaum muda sebagai bagian dari Gereja harus memiliki kepekaan akan

keadaan Gereja. Kaum muda juga ikut bertanggungjawab dalam mengembangkan,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26

mewujudkan dan memberikan kesaksian akan imannya terhadap Kristus dalam

kehidupan sehari-hari, baik itu dalam lingkup keluarga, sekolah masyarakat dan

juga Gereja.

Setiap kaum muda dipanggil untuk dapat mengembangkan imannya

masing-masing dan menjadi pewarta kabar gembira bagi semua umat. Selain itu,

kaum muda juga memiliki tugas untuk menjadi garam dan ragi dalam

lingkungannya sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya masing-masing.

Kaum muda sebagai bagian dari Gereja juga bertanggungjawab untuk meneruskan

perjuangan Gereja mengingat masa depan Gereja terletak pada kaum muda. Salah

satu perjuangan tersebut adalah menjadi pengikut Kristus dan meneladani sikap

Kristus yaitu sebagai Imam, Nabi dan Raja.

Istilah “imam” pertama kali disebutkan dalam hubungannya dengan tokoh

Melkisedek yang misterius (Kej.14:18). Hal ini penting karena tidak terdapat

catatan tentang awal maupun akhir dari tokoh ini. Dan nubuat dalam Mazmur

110:4 ialah mengenai Yesus akan menjadi “imam untuk selama-lamanya.” Ini

berarti Kristus memiliki kedudukan imam yang kekal dan tidak berubah

(Ibr.7:24). Tapi bahkan sebelum munculnya tokoh Melkisedek, persembahan

korban darah merupakan tugas “keimaman” (Kej.13:4; 22:13), demikian juga

Ishak (26:25) dan Yakub (33:20; 35:7). Akan tetapi, baru pada zaman Musa

jabatan yang khusus (atau penugasan secara khusus) ini ditetapkan. Harun

menjadi orang pertama yang memegang jabatan ini, dan tidak seperti jabatan nabi,

jabatan imam bersifat warisan (Kel.29:29; Bil.25:12-13).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27

Sedangkan istilah “nabi” pertama kali dipakai Abraham (Kej.20:7). Tapi

sejak awal sejarah, orang-orang tertentu berfungsi sebagai juru bicara bagi

kebenaran Allah: Henokh (Yud.14; Kej.5:18), Nuh (2Pet.2:5; 1Pet.3:20-21), Ishak

(Kej.27:28-29, 39-40), dan Yakub (Kej.49, khususnya ay.8-12) menjalankan tugas

ini. Musa merupakan tokoh pertama yang ditetapkan sebagai nabi dengan kuasa

sebagaimana pemahaman kita sekarang tentang seorang nabi. Dalam Ulangan

18:15-20 Allah berjanji bahwa Musa akan dilanjutkan oleh sejumlah nabi, sampai

akhirnya akan bangkit seorang Nabi utama (sepeti Musa) yang ucapan-Nya akan

menjadi otoritas tertinggi. Keberlanjutan nabi-nabi memang terjadi sepanjang

zaman Perjanjian Lama. Tapi perlu diperhatikan, tidak ada lagi nabi yang bangkit

sejak Kristus, dan sejak Alkitab disempurnakan.

Raja pertama dalam sejarah Israel adalah Saul. Sesungguhnya keinginan

awal umat Israel untuk memiliki raja yang dapat dilihat oleh mereka merupakan

tindakan yang dicela oleh Allah (1Sam.10:19). Akan tetapi, sejak permulaan

sejarah, tugas khusus memerintah dalam ketaatan kepada kehendak Allah harus

dilakukan dalam penundukan pada wahyu ilahi. Adam bertugas untuk memerintah

(Kej.1:26), demikian juga Nuh setelah kejatuhan manusia di dalam dosa (9:2).

Abraham adalah raja dalam arti dia dianggap setara dengan raja-raja lainnya

(Kej.14:1-2; 13, 17-24). Istrinya disebut seorang putri (17:15) dan dari istri

Abraham inilah dijanjikan suksesi raja-raja (17:16). Yakub menubuatkan bahwa

tongkat kerajaan, lambang pemerintahan, tidak akan beranjak dari suku Yehuda

sampai tibanya Sang Penguasa Agung (Kej.49:10). Karena itu, walaupun terdapat

ketidaksetujuan ilahi terdapat keinginan bangsa Israel untuk memiliki raja, jelas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28

penetapan monarki sesuai dengan rencana dan kehendak kekal Allah (1Sam.8:20,

bdk. 8:22) tapi kemudian Allah menjanjikan garis keturunan Daud yang akan

berhenti pada kedatangan Sang Raja Agung yang akan memerintah selama-

lamanya (2Sam.7:12-16; Mzm.2, 45, 72 dan 110). Jabatan ini juga memerlukan

“pengurapan” (dari tindakan inilah timbul kata “Mesias”).

Ketiga tugas pokok tersebutlah yang seharusnya diupayakan oleh kaum

muda dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugas-

tugasnya itu kaum muda memainkan peranan yang sangat penting dalam

membangun serta membawa perubahan baik dalam Gereja itu sendiri serta

sekaligus menciptakan dan mengembangkan struktur kegerejaan dan

kemasyarakatan seturut gairah mereka demi menuju kesempurnaan, selaras

dengan kehendak Allah (KWI, 1996: 29).

3. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

Keterlibatan kaum muda dalam Gereja pada umumnya sama dengan

peranan kaum awam yaitu sebagai warga Gereja yang tidak ditahbiskan atau

orang-orang yang beriman kristen yang oleh pembaptisan menjadi anggota-

anggota Tubuh Kristus. Keterlibatan kaum muda dalam Gereja diharapkan agar

perkembangan Gereja ke depannya dapat lebih hidup, sehingga Gereja ke

depannya terus berkembang.

Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai beberapa peranan

kaum muda dalam Gereja antara lain; terlibat dalam perayaan (Liturgi), terlibat

dalam tugas pewartaan (Kerygma), terlibat dalam tugas paguyuban (Koinonia),


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29

terlibat dalam pelayanan (Diakonia) dan, terlibat dalam tugas kesaksian

(Martiria).

a. Terlibat dalam Perayaan (Liturgi)

Konsili Vatikan II menyebut Gereja sebagai “persekutuan iman, harapan

dan cinta” (LG 8), “persekutuan orang yang menerima Yesus dengan iman dan

cinta kasih” (GS 32). Maka sesungguhnya Roh Kuduslah yang menciptakan

persekutuan umat beriman dengan menghimpun mereka dalam Kristus, sebagai

prinsip kesatuan Gereja (UR 2) sebab oleh Roh Kudus “ Kasih Allah dicurahkan

ke dalam hati kita” (Rm 5:5) konsili mengajarkan bahwa Gereja dibentuk karena

“perpaduan unsur manusiawi dan Ilahi” (LG 8). Kesatuan Gereja bukan hanya

karya Roh Kudus, tetapi juga hasil komunikasi antarmanusia, khususnya

perwujudan komunikasi iman diantara para anggota Gereja. Komunikasi ini terjadi

terutama dalam perayaan iman. Maka dikatakan bahwa “penampilan Gereja yang

istimewa terdapat dalam keikutsertaan penuh dan aktif seluruh umat kudus Allah

dalam perayaan liturgi” (SC 41), dan Gereja sendiri disebut “persekutuan

keimanan” (LG 11) khususnya “persekutuan di sekitar altar” (LG 26).

Liturgia (perayaan) adalah segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan

yang dilakukan oleh umat, baik secara pribadi ataupun bersama baik sakramen

maupun yang bukan sakramen. Liturgi bukan merupakan tontonan, melainkan

perayaan. Melalui perayaan itu sebagai pengungkapan iman Gereja, orang

mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan

partisipasi lahiriah. Yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang

diungkapkan oleh doa (KWI, 1996: 392).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
30

Demikianlah halnya dengan orang muda sebagai anggota Gereja perlu

terlibat aktif dalam seluruh perayaan liturgi Gereja. Keterlibatan itu dapat

diwujudkan dengan menjadi peserta liturgi, petugas liturgi atau pun

penanggungjawab liturgi (menjadi petugas misdinar, koor, lektor, organis, dirigen,

petugas kolektan dan keamanan selama perayaan liturgi berlangsung). Peran serta

dan keterlibatan kaum muda akan memberikan warna bagi gerak hidup Gereja.

Oleh karena itu, kaum muda dituntut berperan aktif dalam setiap perayaan ekaristi

yang berlangsung guna menampakkan dan mengembangkan imannya kepada

Kristus bagi sesama. Dalam hal ini ajaran Konsili Vatikan II menjelaskan bahwa:

“Umat beriman janganlah menghadiri misteri iman sebagai orang luar atau
penonton yang bisu, melainkan sedemikian rupa sehingga melalui upacara
dan doa-doa mereka memahami misteri itu dengan baik, dan ikut-serta
penuh khidmat dan secara aktif. Hendaknya mereka dengan rela hati
menerima pelajaran dari sabda Allah, disegarkan oleh santapan Tubuh
Tuhan, dan bersyukur kepada Allah” (SC 48).

Liturgi juga bukanlah upacara perorangan, melainkan perayaan bersama. Liturgi

merupakan perayaan bersama dari seluruh anggota Gereja sebagai sakramen

kesatuan. Karena itu kehadiran dan keterlibatan masing-masing kaum muda

merupakan sikap yang menunjang keberhasilan dari perayaan itu sendiri. Karena

kaum muda terdiri dari beranekaragam orang dan fungsi, maka keterlibatan kaum

muda dalam berliturgi juga beranekaragam sesuai dengan fungsinya. Artinya,

meskipun liturgi merupakan perayaan seluruh gereja, liturgi merangkum

keterlibatan berbagai peran dan tingkatan yang sebenarnya melayani satu

kepentingan yakni pembangunan tubuh Kristus. Dasar keterlibatan kaum muda ini

adalah rahmat Imamat yang dimiliki setiap orang berkat sakramen baptis dan

krisma yang diterimanya. Keikutsertaan kaum muda dalam pelaksanaan liturgi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31

bukan sekedar untuk membantu imam, tetapi merupakan pelaksanaan imamat

umum semua umat.

b. Terlibat dalam Pewartaan (Kerygma).

Kerygma adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman dan

komunikasi iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling

meluruskan pandangan iman. Setiap orang yang menerima pewartaan Kristus

mengemban tugas pewartaan seperti yang telah diperintahkan oleh Yesus kristus.

Pewartaan Injil adalah tugas setiap orang Kristen (LG 16-17). Pewartaan

hendaknya diterima dalam arti luas dan tidak terbatas hanya pada homili,

pelajaran agama ataupun pendalaman Kitab Suci saja. Pewartaan hendaknya

selalu kita bawa dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, seluruh umat

beriman dalam hal ini adalah kaum muda diharapkan bekerjasama dalam karya

pewartaan Injil khususnya dalam lingkup karya dan kehidupan keluarga mereka

(Suharyo, 1995: 57).

Dalam injil Matius, Yesus bersabda; Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan

baptislah mereka atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka

menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu Dan ketahuilah Aku

menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman (Mat, 28: 19-20)”. Kaum muda

sebagai anggota dan harapan Gereja diharapkan untuk dapat mewartakan segala

sesuatu yang telah Yesus perintahkan kepadanya untuk semua orang. Pewartaan

dilaksanakan agar orang mengenal Kristus, percaya kepada Kristus, dan

mengimani Kristus secara utuh. Dalam pewartaan kaum muda bersaksi tentang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32

imannya akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kaum muda

dan pengantara kaum muda untuk menanggapi sabda Allah. Dengan terlibatnya

kaum muda dalam tugas pewartaan diharapkan kaum muda mampu

menumbuhkan dan memperkembangkan imannya lewat pewartaan baik bagi diri

secara pribadi maupun orang lain.

Kaum muda yang merupakan bagian dari Gereja juga memiliki tugas dan

tanggungjawab untuk meneruskan pewartaan tentang Kristus. Kaum muda

diharapkan untuk dapat meningkatkan keterlibatannya dalam Gereja salah satunya

adalah dengan ikut ambil bagian dalam tugas pewartaan gereja misalnya

mengikuti katekese, doa lingkungan atau sebagai pendamping PIA (pendidikkan

iman anak), (Bagiyowinardi, 2003: 134). Dalam menampakkan dan mewujudkan

iman tersebut kaum muda harus memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial

bersama, dengan demikian mereka bersedia menanggalkan keinginan diri untuk

bersama yang lain berbuat sesuatu demi masa depan Gereja. Karya pewartaan

iman merupakan hal yang mendasar untuk perkembangan iman kaum muda. Oleh

karena itu kaum muda diharapkan untuk dapat terlibat dalam mewartakan sabda

Allah baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, tempat bekerja, masyarakat dan

Gereja (Bagiyowinardi, 2003: 134).

c. Terlibat dalam Paguyuban (Koinonia)

Koinonia adalah segala usaha untuk semakin mewujudkan dan

mengukuhkan persaudaraan murid-murid Kristus dengan saling membantu,

berbagi, memperhatikan, memberi, menerima dan saling mencukupi demi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33

kesejahteraan bersama dalam komunitas. Paguyuban merupakan bentuk

persekutuan atau kebersamaan keanekaragaman umat yang disatukan oleh iman

akan Yesus Kristus dalam batas teritorial atau kategorial tertentu untuk

mewujudkan misi Yesus Kristus yang menghadirkan Kerajaan Allah. Dengan

demikian, paguyuban terutama adalah persekutuan orang-orang yang menghayati

pengalaman mistik, yaitu pengalaman persatuan mesra dengan Allah yang

diwujudkan dalam bentuk keterlibatan konkrit (ARDAS KAS, 2005: 7).

Dalam 1 Kor 15:57-58, Santo Paulus menyampaikan nasihatnya “syukur

kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus

Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh,

jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa

dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor 15:57-58).

Sebagai orang muda katolik yang memiliki semangat dan kreativitas yang

tinggi, sudah seharusnya kaum muda dapat berdiri teguh, tidak goyah dan giat

dalam setiap pekerjaan Tuhan. Kaum muda juga harus mampu melibatkan diri

dalam setiap kegiatan dan usaha yang dilakukan oleh Gereja guna meningkatkan

kreativitas dan masa depan Gereja yang lebih mapan. Beberapa contoh paguyuban

yang dapat diikuti kaum muda dalam kegiatan hidup menggereja antara lain

adalah terlibat dalam kelompok teritorial (wilayah atau lingkungan), selain itu

Gereja juga mempunyai wadah paguyuban dalam kelompok kategorial

berdasarkan kekhasan atau minat setiap orang seperti Legio Maria, Orang Muda

Katolik (OMK), karismatik, dan sebagainya.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34

Panggilan dan perutusan Gereja sebagai paguyuban menuntut para

anggotanya untuk menjadi pribadi yang lebih matang. Pribadi yang matang

melihat segala sesuatu dalam terang rencana Allah yang hendak menyelamatkan

dunia. Sifat-sifat pribadi yang matang tampak antara lain pada sikap percaya diri

yang bertumpu pada Tuhan, kreatif dalam keterbukaan pada bimbingan Roh, serta

berani dalam memperjuangkan tugas panggilan dan perutusan hidupnya. Dengan

kata lain, kaum muda sebagai pribadi yang matang menyadari dan

mengembangkan semua karunia Allah bagi kehidupan bersama menurut semangat

kasih. Hidup bersama dalam iman, harapan dan kasih menjadi karunia bagi kaum

muda untuk mampu mengenali kehendak Allah melalui penegasan bersama

seluruh paguyuban. Cara hidup yang demikian tentu akan berbuah bagi seluruh

kaum muda, masyarakat, dan memiliki daya pikat.

d. Terlibat dalam Pelayanan (Diakonia).

Diakonia (pelayanan) adalah segala bentuk pelayanan kepada semua orang

yang membutuhkan pertolongan atau pelayanan. Umat beriman saling melayani

dan memperhatikan kebutuhan sesamanya, baik yang seiman maupun setiap orang

yang membutuhkan.

Gereja adalah persekutuan orang beriman atau komunikasi iman.

Pengungkapan iman saja tidak cukup, Gereja sendiri bukan tujuan. Tujuannya

adalah Kerajaan Allah, yang oleh Allah sendiri telah dimulai di dunia. Gereja

dipanggil untuk melayani manusia, seluruh umat masnusia. Oleh karena itu

sebagai orang muda katolik, sudah seharusnya kaum muda mampu mengikuti
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35

panggilan Gereja yakni sebagai pelayan bagi sesama baik di lingkungan keluarga,

sekolah, masyarakat maupun di lingkungan Gereja (KWI, 1996: 444).

Diakonia hendaknya dimengerti dalam arti luas dan tidak hanya terbatas

pada bidang atau segi tertentu saja. Kaum muda Katolik dituntut supaya

mengembangkan sikap pelayanan, sebagai intisari sikap Kristus, bukan hanya

dalam orang yang melayani, melainkan juga dalam dia yang dilayani, membantu

orang supaya menyadari dan menghayati bahwa kemerdekaan itu adalah

kesempatan untuk melayani seorang dengan yang lain.

Salah satu sikap Kristus yang amat mencolok adalah penolakan-Nya

terhadap feodalisme atau masyarakat yang bertingkat-tingkat dengan

membedakan golongan orang. Gereja dipanggil untuk melayani manusia, seluruh

umat masnusia. Oleh karena itu sebagai orang muda katolik, sudah seharusnya

kaum muda mampu mengikuti panggilan Gereja yakni sebagai pelayan bagi

sesama baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun di lingkungan

Gereja (KWI, 1996: 444). Dalam Injil Matius 20: 25-28 Yesus bersabda:

“Kamu tahu bahwa pemerintah-pemerintah para bangsa memerintah rakyat


mereka dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan
kuasanya dengan keras atas mereka, dan ingin disebut pelindung. Tidaklah
demikian dengan kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar diantara kamu,
hendaklah ia penjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin terkemuka
diantara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu. Aku ada ditengah-tengah
kamu sebagai pelayan” (Mat 20: 25-28).

Sabat untuk manusia, dan bukan manusia untuk Sabat” (Mrk 2:27). Berpedoman

pada sabda Yesus itu kiranya dapat dikatakan bahwa bukan manusia untuk Gereja,

dengan segala ajaran dan ibadatnya, melainkan Gereja untuk manusia. Supaya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36

datanglah Kerajaan Allah dan terwujudlah keselamatan segenap bangsa manusia

(GS 45).

Bagi kaum muda dalam melaksanakan pelayanan hendaklah memiliki ciri-

ciri pelayanan seperti yang diperintahkan oleh Yesus kepada para murid-Nya

yaitu; selalu bersikap rendah hati sebagai “yang paling rendah dari semua dan

sebagai pelayan dari semua (Mrk. 9:35), kesetiaan kepada Kristus sebagai Tuhan

dan Guru: “dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, jika kamu berbuah banyak

dan dengan demikian tampil sebagai murid-Ku (Yoh. 15: 8), mengambil bagian

dalam sengsara dan penderitaan Kristus, yang tetap senasib dengan semua orang

yang menderita; “segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari

saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku (Mat 25: 40).

Sebagai kaum muda yang memiliki kereativitas dan spiritualitas yang

tinggi, kaum muda diwajibkan untuk memiliki sikap dasar melayani dan bukan

untuk dilayani. Sikap dasar melayani kaum muda dapat dimulai dengan melayani

sesama kaum muda itu sendiri salah satu contohnya adalah menolong teman yang

sedang tertimpa musibah. Selain itu dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pelayan, kaum muda hendaknya memiliki iman yang kokoh, artinya iman

merupakan pegangan utama untuk kaum muda dalam melayani sesama.

Iman yang mendalam harus diungkapkan dan harus diwujudkan dalam

kehidupan kaum muda sehari-hari. Salah satu bentuk sikap pelayanan yang dapat

dilakukan oleh kaum muda dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan

memberdayakan mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel

(KLMTD), misalnya mengasuh atau mengajar anak jalanan, mengadakan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37

kunjungan ke panti jompo dan anak asuhan, menolong mereka yang sedang

tertimpa musibah, dan menjenguk tetangga yang sedang tergolek karena sakit.

Sebagai anggota Gereja, begitu banyak kegiatan pelayanan yang bisa kita lakukan

sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki. Seberapa pun talenta

kita, bila dipersembahkan kepada Tuhan, niscaya akan menjadi berkat yang

berlimpah bagi banyak orang (Bagiyowinadi 2003: 136).

e. Terlibat dalam Kesaksian (Martiria)

Martiria atau kesaksian akan Kristus dapat dilakukan oleh siapa saja,

kapan saja dan di mana saja. Artinya semua orang beriman, yang secara pribadi

memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih mengenal Kristus,

memahami Kristus, mengikuti Kristus serta mengimani Kristus. Kehendak Tuhan

untuk tempat dan situasi saat ini hendaknya kaum muda bawa dan teruskan,

terlebih melalui kesaksian hidup. Suasana kerajaan Allah adalah kejujuran,

kebenaran, keadilan, dan kasih. Itulah yang selalu Allah tanamkan kepada setiap

umatnya, tidak hanya berhenti di gereja saja, tetapi diteruskan juga di lingkungan

keluarga, tempat kerja, tempat kuliah, sekolah, lingkungan dan masyarakat.

Sehingga dengan melihat perbuatan kita yang baik, semua orang memuji Bapa di

Surga (Bagiyowinadi 2003: 137).

Meneladan St. Paulus, kaum muda harus memiliki tekat, niat dan juga

semangat dalam memberikan kesaksian akan Kristus. St. Paulus adalah seorang

yang mempunyai tekat, niat dan semangat yang tinggi dalam menemukan karya

penyelamatan Allah. Ia terus berusaha mencari dan menemukannya dengan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38

mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya dengan Allah. Ketika

berjumpa dengan Yesus, ia menemukan kepenuhan karya penyelamatan dari

Allah tersebut. Perjumpaan ini semakin meneguhkan komitmen hidupnya untuk

mewartakan karya penyelamatan Allah dan menggugah sekaligus mengubah

dunia, (ARDAS KAS 2005).

Kaum muda sebagai bagian dan masa depan Gereja hendaknya mampu

untuk dapat melibatkan diri dalam melaksanakan tugasnya untuk terus bersaksi

akan Kristus yang telah menyelamatkan umat manusia, terutama di lingkungan

sekitar kaum muda itu sendiri. Kaum muda dalam melaksanakan tugasnya sebagai

saksi iman akan Yesus Kristus mulai dari sekarang ini diharapkan agar cita-cita

dan masa depan Gereja ke depannya dapat semakin maju dan terus berkembang

sesuai dengan yang diharapkan serta menemukan kesempurnaan akan Allah itu

sendiri.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLIBATAN

KAUM MUDA DALAM HIDUP MENGGEREJA

Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja sangat penting guna

perkembangan dan hidup gereja kedepannya. Pelaksanaan kegiatan hidup

menggereja kaum muda dipengaruhi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri kaum muda itu

sendiri misalnya pengorganisasian diri, motivasi dalam diri kaum muda dan

pengetahuan dan pengalam dalam diri kaum muda. Sedangkan faktor eksternal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39

yaitu faktor yang berasal dari luar kaum muda yaitu meliputi lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan Gereja dan lingkungan masyarakat.

1. Faktor Internal atau Pribadi Kaum Muda

a. Pengorganisasian Diri

Jutaan kaum muda sedang mengalami masa pertumbuhan dan

perkembangan serta pencarian jati diri mereka. Pengaruh dari diri kaum muda

dapat membuat kaum muda lupa akan tugas dan identidas mereka sebagai orang

muda Katolik. Lemahnya pengorganisasian pada diri kaum muda dapat membuat

potensi diri serta kualitas kemampuan tidak dapat dikembangkan dengan

sepenuhnya, hal ini dapat terlihat dari banyaknya permasalahan dalam diri kaum

muda seperti menurunnya kualitas, krisis kader, krisis kepercayaan, kecemasan

menatap masa depan, kemerosotan moral dalam diri kaum muda, dan kenakalan

kaum muda yang tidak terkendalikan (SAGKI, 2005: 91).

b. Motivasi dalam Diri Kaum Muda

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 756) motivasi adalah:

Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau, usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya
atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya.

Kaum muda pada umumnya memiliki pola pikirnya yang cenderung instan dan

pragmatis. Kurangnya motivasi dalam diri kaum muda juga berpengaruh pada

sikap dan tingkahlaku kaum muda yang cenderung tidak mau capek dan enggan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40

berusaha. Motivasi dalam diri kaum muda sangat mempengaruhi pola pikir, sikap,

dan tingkah laku kaum muda itu sendiri. Kurangnya motivasi dalam diri kaum

muda akan menimbulkan rasa malas untuk bersosialisasi dengan orang lain dan

hal itu bisa membuat perkembangan sosialisasi khususnya kaum muda tidak baik,

karena akan menimbulkan keegoisan, tidak mau bekerja sama dengan orang lain,

cenderung bersifat masa bodoh, stres berat, sehingga sampai pada penyalahgunaan

obat-obatan dan seks bebas pada kaum muda itu sendiri (Gunarsa, 2006: 267).

c. Pengetahuan dan Pengalam dalam Diri Kaum Muda

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1121) pengetahuan adalah

segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) atau

kepandaian. Jadi pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang

belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang

mengambil sebuah keputusan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan

pengetahuan tentang dampak, manfaat, dan baik buruknya keputusan yang ia

ambil baik bagi diri secara pribadi, orang lain dan kelompok. Pengalaman adalah

segala sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung). Sedangkan

berpengalaman adalah mempunyai pengalaman; telah banyak pengalaman.

Contohnya adalah ia pandai bermain bola, ia pandai memimpin teman-temannya.

Seperti yang kita ketahui bahwa pepatah mengatakan pengalaman adalah guru

yang paling baik, adanya pengalaman adalah agar kita tidak melakukan dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41

masuk kedalam kesalahan yang sama seperti yang telah kita lakukan sebelumnya.

Hal yang lebih menyedihkan lagi dari kaum muda saat ini adalah kurang mampu

memposisikan diri atau menempatkan diri, sehingga keberadaan kaum muda saat

ini membawa dampak yang negatif bagi diri mereka pribadi.

Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki kaum muda sangat berdampak

bagi perkembangan dan hidup kaum muda itu sendiri. Ketika kaum muda

mendapati suatu masalah, dalam menyelesaikan masalahnya tidak jarang kaum

muda mengambil keputusan yang salah. Hal ini bisa terjadi pada setiap kaum

muda karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh kaum

muda. Akibat kurangnya pengetahuan dan pengalaman membuat kaum muda

cenderung bebuat secara instan, kaum muda tidak mau capek, kaum muda

cenderung lebih mementingkan kepentingan diri pribadi dari pada kepentingan

umum, kaum muda juga lebih mementingkan hasil dari pada proses, serta

cenderung bersikap masa bodoh dan tidak mau tahu dengan apa yang akan terjadi

pada dirinya. Sehingga tidak jarang hal semacam ini dapat menimbulkan masalah

pada diri kaum muda.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu

organisasi bio-psiko sosio spiritual di mana anggota keluarga terkait dalam suatu

ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan sifatnya

yang statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42

satu dengan yang lain. Keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan

utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan

perilaku yang penting bagi kehidupan pribadi dan masyarakat sehingga kemajuan

seseorang ditentukan pula oleh pembinaan anak dalam keluarga (Gunarsa, 2006:

277)

Ada berbagai pendapat mengenai pola peranan pembinaan atau

pendampingan orang tua dalam keluarga terhadap anak antara lain adalah otoriter,

otoritatif dan permisif. Orang tua yang menjalankan pembinaan otoriter pada anak

mereka memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan anaknya tanpa

mempedulikan pendapat si anak itu sendiri. Mereka menerapkan gaya hukuman

kepada setiap tindakan anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua. Anak

diajarkan untuk mengikuti tuntutan orang tua dan keputusan orang tua tanpa

bertanya. Mereka tidak diperbolehkan mengambil keputusan sendiri. Orang tua

juga tidak melakukan komunikasi yang baik dengan mereka. Biasa komunikasi

yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah yaitu dari orang tua ke anak. Dengan

kurangnya komunikasi orang tua dengan anak dapat menyebabkan keterampilan

komunikasi anak itu menjadi berkurang (Gunarsa, 2006: 279).

Pola pengasuhan otoriter inilah yang seringkali membuat anak

memberontak. Terlebih lagi apabila orang tuanya keras, tidak adil dan tidak

menunjukkan afeksi. Hal ini akan semakin rumit apabila orang tua menerapkan

hukum fisik kepada anaknya. Penerapan hukum fisik yang berlebihan akan

mempengaruhi perkembangan kepribadian dan sosial anak. anak mungkin

menjadi kurang yakin akan kemampuannya (Gunarsa, 2006: 280).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43

Sedangkan pola pembinaan atau pendampingan otoritatif orang tua

terhadap anak, pendampingan otoritatif selalu melibatkan anak dalam segala hal

yang berkenaan dengan anak itu sendiri dan dengan keluarga. Mereka

mempercayai pertimbangan dan penilaian dari kaum muda serta mau berdiskusi

dalam mengambil segala keputusan yang berkaitan dengan kaum muda.

Orang tua yang otoritatif menekankan pentingnya peraturan, norma, dan

nilai-nilai, tetapi mereka bersedia untuk mendengarkan, menjelaskan, dan

bernegoisasi. Disiplin yang mereka lakukan lebih bersifat verbal yang ternyata

merupakan sesuatu yang efektif. Anak yang dibesarkan dengan pola otoritatif

akan merasakan suasana rumah yang penuh rasa saling menghormati, penuh

apresiasi, kehangatan, penerimaan, dan adanya konsistensi pengasuhan dari orang

tua mereka, dengan demikian mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan mereka (Gunarsa, 2006: 280).

Pengasuh permisif dapat dibedakan dengan pengasuh yang mengabaikan

(neglectful) dan pengasuh yang memanjakan (indulgent). Pada pengasuhan yang

mengabaikan, orang tua dengan tidak memperdulikan anaknya, tidak memberikan

ijin bagi anaknya untuk bertindak semau mereka. Para anak dalam hal ini kaum

muda yang dibesarkan dengan pola permisif akan menunjukkan kurangnya

kontrol diri yang dapat menjadi salah satu penyebab delinkuensi (Gunarsa, 2006:

281). Pada pengasuhan yang memanjakan terhadap anak, orang tua sangat

menunjukkan dukungan emosional kepada anak mereka tetapi kurang menerapkan

kontrol pada anak mereka. Mereka mengijinkan anaknya melakukan apa saja yang

mereka inginkan, padahal hal ini menyebabkan kaum muda tidak memiliki kontrol
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44

diri yang baik, mereka menjadi egois, selalu memaksakan kehendak mereka

sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain (Gunarsa, 2006: 281).

Pola pembinaan kaum muda dalam keluarga di atas sangat berpengaruh

terhadap kegiatan dan peranan kaum muda katolik dalam hidup menggereja

mereka. Kurangnya waktu, perhatian, dan dukungan dari orang tua membuat

kaum muda kurang mampu menjalani kegiatan hidup menggereja mereka di

dalam keluarga. Kurangnya kontrol dari orang tua terhadap kaum muda juga dapat

membuat para kaum muda lupa akan tugas dan tanggungjawab mereka sebagai

anak muda yang diharapkan oleh Gereja, kaum muda lebih memilih untuk

bersenang-senang, dan bersikap masa bodoh dengan diri mereka sendiri.

Tidak hanya itu kurangnya kesadaran kaum muda akan dirinya sebagai

anggota Gereja juga membuat mereka enggan untuk terlibat dalam kegiatan hidup

menggereja. Untuk itu, lingkungan keluarga yang baik dan ideal sebaiknya dapat

menjadi suatu komunitas hidup bagi setiap pribadi yang mendiami atau

menghuninya. Dengan demikian karena sangat vitalnya sebuah kehidupan

keluarga maka keluarga bertanggungjawab terhadap proses kelangsungan hidup

setiap pribadi.

Hal ini dapat terlihat dari pembentukan pribadi kaum muda itu sendiri

dalam setiap lingkungan keluarga yang mendapat tempat dan kedudukan yang

utama, di mana keluarga yang harmonis, rukun, damai, tenteram, penuh dengan

suasana cinta kasih dan persaudaraan serta rasa syukur terhadap Tuhan dapat

menjadi teladan bagi setiap anggota keluarga yang lain dan bagi lingkungan

masyarakat di sekitarnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45

b. Lingkungan Sekolah

Pendidikan kaum muda dijalankan terutama untuk mempersiapkan masa

depan serta dalam rangka upaya alih generasi, namun kenyataan yang terdapat

menunjukkan belum sepenuhnya pendidikan kaum muda berjalan dengan baik.

Hal ini dapat terlihat dari banyaknya permasalahan kaum muda seperti

menurunnya kualitas, krisis kader, kecemasan menatap masa depan, kemerosotan

moral dan kenakalan remaja. Dengan demikian dalam membangun keadaban

publik di mana kaum muda diharapkan sebagai salah satu pelaku utamanya maka,

pendidikan kaum muda di lingkungan sekolah perlu mendapat perhatian yang

serius (SAGKI, 2005: 91).

Lingkungan sekolah sebagai tempat untuk menuntut ilmu pengetahuan,

mengembangkan bakat, minat dan menciptakan kemampuan berketerampilan

serta menemukan daya kereativitas belum sepenuhnya terwujud. Hal ini

menunjukkan bahwa lingkungan sekolah tidak cukup hanya sebagai komunitas

studi semata, sekolah juga harus mampu memberikan tempat yang nyaman bagi

semua murid yang ingin belajar mencari identitas diri dan mengembangkan

seluruh kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya sendiri.

Lingkungan sekolah merupakan tempat pendidikan formal yang

mempunyai peranan untuk mengembangan kepribadian anak sesuai dengan

kemampuan dan pengetahuan untuk melaksanakan tugas di masyarakat. Selain itu

di sekolah, seseorang mendapat pendidikan untuk mencapai pada tahap proses

pembentukan pribadi yang matang, dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46

Karena pada dasarnya pendidikan merupakan hak setiap pribadi manusia dan hal

itu tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.

Pendidikan adalah bidang yang harus diutamakan bagi semua kaum muda

karena pendidikan sendiri menjadi masalah yang sangat kompleks dan

menyangkut kehidupan untuk masa depan kaum muda. Pendidikan nasional

bersifat terbuka maka sekolah pun sebagai tempat peserta didik menuntut ilmu

dan mengembangkan potensi diri, diharapkan mampu mengarahkan peserta didik

menjadi manusia yang berkualitas (SAGKI, 2005: 321).

Namun tidaklah demikian dengan pendidikan kita saat ini. Sejak lama

pendidikan di Indonesia menghadapi dua masalah besar yaitu masalah pemerataan

dan mutu. Tidak semua kaum muda dapat mengalami pendidikan yang semestinya

harus mereka terima. Di lingkungan sekolah para guru selalu memandang status

sosial ekonomi siswa, hal ini tidak jarang membuat para siswa yang tidak mampu

selalu di nomor duakan. Hal semacam ini sangat berpengaruh terhadap hidup

menggereja kaum muda, karena mereka juga takut disamakan seperti apa yang

mereka alami di sekolah yaitu mendapat perlakuan dan perhatian yang berbeda.

Hal semacam ini tidak jarang membuat kaum muda enggan untuk terlibat dalam

kegiatan hidup menggereja di sekolah karena mereka merasa selalu di nomor

duakan (SAGKI, 2005: 322).

c. Lingkungan Gereja

Dalam Dokumen Konsili Vatikan II (LG: art. 9) dibahas mengenai Gereja

sebagai Umat Allah. Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan semua


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47

orang dan menjalin hubungan antar sesama. Allah membentuk mereka menjadi

umat yang mengakui-Nya dalam kebenaran dan mengabdi kepada-Nya dengan

suci.

Allah memilih bangsa Israel sebagai umat-Nya yang juga disebut sebagai

Gereja (jemaat) Allah. Allah menghimpun mereka yang dipenuhi dengan iman

untuk mengarahkan pandangan kepada Yesus, pencipta keselamatan, dasar

kesatuan dan perdamaian. Demikianlah Allah membentuk mereka menjadi Gereja,

supaya bagi semua dan setiap orang menjadi sakramen yang kelihatan,

menandakan kekuatan yang menyelamatkan (KWI. 1996: 336).

Lingkungan Gereja sebagai komunitas jemaat beriman, harus mampu

menjadi daya tarik agar anggotanya dapat kerasan untuk menghuninya. Untuk itu

Gereja perlu memberi perhatian khusus kepada kaum muda agar turut serta masuk

dalam kesatuan dengan Kristus. Persekutuan dengan Kristus akan membawa

dampak yang luar biasa bagi perkembangan dan pertumbuhan hidup rohani atau

spiritual kaum muda dalam kehidupan sehari-hari. Jalinan kesatuan Gereja dengan

kaum muda tampak nyata dalam setiap kegiatan hidup menggereja yang ada.

Kaum muda sendiri sebagai salah satu bagian dari anggota jemaat beriman perlu

menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah anggota Gereja, maka kaum muda

dengan segala kerendahan hati hendaknya dapat melebur diri dalam kesatuan

dengan Kristus.

Hidup menggereja kaum muda yang hidup dalam transisi dengan segala

akibatnya, seringkali belum diperhitungkan dalam Gereja, sehinga mengalami

jarak dan bersikap acuh. Mereka menganggap Gereja sebagai urusan “orang tua”,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48

yang kurang memberi kepercayaan kepada kaum muda untuk berperan sebagai

“partner”. Kaum muda menganggap orang tua sekarang ini selalu saja

mendominir, memonopoli dan memperbudak kaum muda. Kaum muda hanya

diajak untuk terlibat dalam berkerjasama sementara orang tualah yang menjadi

penentunya (Tangdilintin, 1984: 37).

Di sisi lain yang menyebabkan kurangnya keterlibatan kaum muda dalam

Gereja adalah kaum muda belum seutuhnya diakui menjadi anggota dari Gereja,

mereka baru dipersiapkan menjadi anggota penuh Gereja dan berperan nanti kalau

sudah dewasa. Karena belum mendapat tempat, bertanggungjawab dan peranserta

yang berarti dalam Gereja masa kini, kaum muda memilih sikap pasif. Sikap yang

dicap oleh orang dewasa sebagai kurang sadar akan diri sebagai anggota Gereja,

dan kurang beriman, kurang pengetahuan agama. Sikap semacam itu tanpa

disadari menciptakan iklim tidak sehat bagi kaum muda dalam Gereja, mereka

merasa diri mereka sebagai orang asing, tidak diterima dan dihargai serta tidak

kerasan (Tangdilintin, 1984: 39).

d. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat dalam hal ini merupakan alat kontrol dalam

pergaulan hidup kaum muda, mengingat berkembang pesatnya IPTEK (Ilmu dan

Teknologi) sehingga membawa perubahan-perubahan yang sangat berarti bagi

masyarakat sekarang ini. Dampak dari perubahan itu menimbulkan pengaruh yang

positif dan negatif bagi kaum muda dalam hidup menggereja. Pengaruh positif ini

dapat dirasakan kaum muda dalam menerima segala informasi dengan mudah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49

melalui internet, mengakses data lewat komputer, dan mendapatkan hiburan

melalui elektronika. Sedangkan pengaruh negatifnya dapat mengakibatkan orang

dalam hal ini adalah kaum muda semakin lupa diri, terlalu egois, tidak memiliki

kepekaan sosial, tidak bisa menempatkan diri bagaimana semestinya, dan bahkan

memiliki orientasi hidup tidak peduli dengan sesama.

Kaum muda merupakan bagian dari anggota masyarakat ini artinya

masyarakat juga ikut ambil bagian dalam mempengaruhi kehidupan kaum muda.

Apabila lingkungan masyarakat memiliki kebiasaan yang baik misalnya; adanya

saling menghormati, menghargai, menyayangi, teratur dalam hidup beragama dan

bermasyarakat maka maka akan berpengaruh baik pada perkembangan hidup

kaum muda. Demikian sebaliknya jika lingkungan masyarakatnya memiliki

kebiasaan yang buruk akan menghancurkan perkembangan hidup kaum muda itu

sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa seberapa vitalnya lingkungan masyarakat

dalam menentukan perkembangan dan pertumbuhan kaum muda yang ada di

dalamnya (Mulyono, 1992: 30).

Orientasi kaum muda dalam hidup menggereja di lingkup masyarakat

kerap kali kurang memberi kesempatan kepada kaum muda untuk mengemukakan

pendapat dan beragumen secara leluasa. Kaum muda juga sering mendapat cap

yang menyamaratakan dan kurang simpatik dari masyarakat. Kenakalan kaum

muda misalnya yang akhir-akhir ini mewujud dalam perkelahian antar siswa

maupun mahasiswa. Kenakalan kaum muda tersebut tidak menutup kemungkinan

berlatarbelakang dari masalah kaum muda itu sendiri, tetapi ada bahayanya

apabila masyarakat hanya menuding kaum muda sebagai sumber masalah. Di lain
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50

pihak, kaum muda dipojokkan oleh sistem atau pola hidup dan sikap tertentu

masyarakatnya. Mereka sering tidak menyadari dan bahkan dibiarkan untuk tidak

menyadari bentuk-bentuk sistem yang ada di dalam masyarakat serta kurangnya

pengertian dasar informasi tentang suatu hal dalam relasi sosial (Tangdilinting,

1984: 33).

Pola pembinaan dan pendampingan kaum muda sering kali tidak relevan,

dengan situasi dan kebutuhan kaum muda, pola pembinaan juga tidak memberi

peluang bagi dinamika kaum muda, cenderung menoton dan bersifat pengarahan.

Hal ini tidak jarang mematahkan semangat hidup menggereja kaum muda

sehingga kegiatan menggereja kaum muda hanya berjalan di tempat, kaum muda

merasa takut untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja di masyarakat

karena merasa takut apa yang mereka lakukan tidak benar dan tidak mendapat

dukungan dari masyarakat. Tidak hanya itu saja, masih adanya generasi tua yang

hendak mempertahankan status quo posisinya hingga menutup kesempatan bagai

kaum muda untuk berperan dan memperkembangkan diri dalam setiap kegiatan

menggereja di masyarakat. Kenyataan yang terjadi di masyarakat mendorong

kaum muda untuk bersikap apatis dan memudarnya idealisme kaum muda

(SAGKI, 2005: 92).

D. PENDAMPINGAN BAGI KAUM MUDA DALAM HIDUP

MENGGEREJA.

Kaum muda dipandang sebagai komponen Gereja masa depan yang perlu

ditingkatkan dan dikembangkan serta diperhitungkan dalam tubuh Gereja. Oleh


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
51

karena itu, untuk menningkatkan ketibatan kaum muda dalam hidup menggereja

perlu suatu pendapingan. Pada bagian ini penulis memaparkan pengertian

pendampingan, tujuan pendampingan kaum muda, dan bentuk pendampingan.

1. Pengertian Pendampingan

Pendampingan merupakan suatu usaha penyiapan yang sifatnya dua arah

yaitu dari pendamping kepada orang yang didampingi dan sebaliknya yang

bertitik tolak pada keyakinan bahwa orang atau dalam hal ini kaum muda

mempunyai potensi yang dapat tumbuh menjadi kenyataan. Maka dengan kata

lain yang dimaksud dengan pendampingan adalah salah satu usaha membantu

kaum muda menyonsong masa depan dengan tujuan, materi, bentuk, metode, dan

teknik pendampingan tertentu, (Mangunhardjana, 1986: 21). Pendampingan juga

merupakan suatu kegiatan untuk membantu sejauh mana dibutuhkan agar manusia

khususnya kaum muda dapat berkembang sendiri. Menurut kamus besar Bahasa

Indonesia hanya ditemukan kata damping yang artinya dekat, karib, akrab serta

kata mendampingi yang artinya menemani, menyertai. Dengan melihat kata

damping dan mendampingi tersebut maka dapat diartikan bahwa pendampingan

adalah menyertai dekat-dekat atau menemani dengan akrab.

2. Tujuan Pendampingan Kaum Muda

Menurut Mangunhardjana tujuan pendampingan kaum muda adalah:

sebagai pelayanan bagi kaum muda, dalam persiapan mereka untuk dapat
hidup dan berperan secara memadai di tengah-tengah masyarakat, bangsa,
dan dunia pada masa dewasa mereka. Demikian juga pendampingan itu
bertujuan untuk membantu kaum muda untuk mendapatkan ilmu,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52

pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, prilaku hidup yang


memadai dalam segi-segi pokok yang berhubungan dengan hidup pribadi,
kebersamaan dengan orang lain, dan peranan mereka dalam masyarakat,
bangsa dan Negara (Mangunhardjana, 1986: 26).

Salah satu tujuan pendampingan bagi kaum muda adalah menjadikan kaum muda

sebagai manusia Kristiani yang dewasa. Pendampingan kaum muda juga

menyadarkan adanya relasi yang dibangun entah itu relasi dengan Tuhan atau

relasi dengan sesama dan alam. Tujuan pendampingan kaum muda pertama-tama

untuk membantu kaum muda semakin berkembang sebagai pribadi yang dewasa

baik dalam penghayatan hidup beriman maupun dalam tingkahlaku dan perbuatan.

Pendampingan kaum muda juga bertujuan untuk membantu perkembangan kaum

muda sebagai manusia yang sejahtera lahir dan batin dan sebagai orang Katolik

Indonesia yang tangguh, tanggap dan terlibat dalam hidup menggereja,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Komisi Kepemudaan KWI, 1998: 6).

3. Bentuk Pendampingan

Untuk dapat mengembangkan diri, kaum muda perlu didampingi secara

harmonis dalam suasana penuh kepercayaan dan kegembiraan, tetapi tidak

meninggalkan keseriusan. Bentuk pendampingan pada kaum muda dapat

dilakukan melalui pendampingan paguyuban atau kelompok, pendampingan

melalui kegiatan-kegiatan, (rekoleksi, retret, week and, kaderisasi, katekese,) dan

pendampingan secara personal. Sedangkan cara atau proses pendampingan pada

kaum muda hendaknya memiliki bentuk yang menarik bagi kaum muda, seperti

permainan, sharing, refleksi, nyanyian, dan berbagai kegiatan yang energik dan

melibatkan kaum muda secara aktif dalam kebersamaan. Proses pendampingan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53

bagi kaum muda adalah proses dialog antara pendamping dengan kaum muda

yang didampingi. Jadi proses yang berjalan tidak hanya satu arah, melainkan dua

arah. Pendampingan yang baik memperkembangkan pribadi dan kelakuan mereka

yang didampingi (Mangunharjana, 1986: 49).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

GAMBARAN UMUM HIDUP MENGGEREJA KAUM MUDA

PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG

KALIMANTAN BARAT

A. Gambaran Umum Paroki Kristus Raja Sintang

Hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang

dikembangkan melalui berbagai kegiatan kegerejaan antara lain melalui kegiatan

liturgi, pelayanan, pewartaan, paguyuban dan lain-lain. Dalam menjalani berbagai

bentuk kegiatan tersebut pihak paroki mengadakan berbagai macam bentuk

pendampingan guna meningkatkan keterlibatan kaum muda di paroki.

Pada bagian ini penulis akan menguraikan mengenai sejarahsingkat Paroki

Kristus Raja Sintang, letak geografis Paroki Kristus Raja Sintang, kegiatan-

kegiatan di Paroki Kristus Raja Sintang, perhatian paroki terhadap hidup

menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang, dan latar belakang kaum

muda di paroki Kristus Raja Sintang.

1. Sejarah Singkat Paroki Kristus Raja Sintang

Karya misi Katolik dimulai di Sintang pada tahun 1932 ketika para SMFA

bekerja di rumah sakit pemerintah Hindia Belanda yang kemudian disusul dengan

berdirinya stasi sintang dibawah pengembalaan para misionaris Kapusin. Pada

tanggal 11 Desember 1931, Mgr. Pasificus Bos mengangkat pastor Fulgentius J.

Koning, OFM Cap, yang sedang berdomisili di Sanggau sebagai pastor paroki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55

pertama dari paroki Sintang. Suster SMFA, yaitu Sr. Xaveria (Getruda Thorborg)

dan Sr. Bernadetta (Getruda de Jong) yang meninggalkan Belanda pada tanggal 3

Desember 1931 dan tiba di Pontianak pada tanggal 28 Desember 1931, berangkat

ke Sintang menggunakan motor air “Irma”, di Sanggau mereka menjemput pastor

Fulgentius untuk bersama-sama berangkat ke Sintang. Para misionaris pioner ini

tiba di Sintang pada tanggal 1 Januari 1932. Karena belum ada pastoran, maka

mereka tinggal di pesanggrahan pemerintah karena rumah mereka belum selesai

dibangun, yang disebabkan banjir besar yang telah lama dan belum surut. Pastor

Fulgentius mulai secara penuh tinggal di rumahnya sendiri yang sangat sederhana

pada tanggal 15 Maret 1932.

Tanggal 6 Februari menyusul Sr. Dolorata, SMFA dari Benua Martinus

dan pastor Prosper, OFM Cap dari Sejiram tiba dan mulai menetap di Sintang.

Tanggal 6 Februari 1932 menjadi hari resmi pendirian Paroki Sintang, yang

kemudian hari menjadi paroki Katedral keuskupan Sintang. Pastor Fulgentius

menjadi pastor paroki pertama dan pastor Prosper menjadi pastor anggota tim

pastoralnya. Pada hari dan tanggal pendirian ini, pastor Fulgentius sedang berada

di Pontianak untuk memberi retret dan baru tiba kembali ke Sintang pada tanggal

17 Februari 1932 dan disambut oleh Kontrolir Hynen, calon residen dan mayor

De Groot dan Mr. Mulder (Agustinus, 2000: 90)

Pada tanggal 9 Maret 1932, untuk pertama kalinya kaum pribumi

mendaftarkan diri sebagai katekumen, yaitu seorang Jawa dan seorang dari Timur

Indonesia. Dua calon baptis pertama untuk paroki Sintang. Awalnya, misa harian

dilaksanakan di susteran dan misa hari Minggu di pesanggrahan. Kemudian baru


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56

pada tanggal 11 Mei 1932 pemuda dari suku Dayak di kampung Muakan,

Ketungau Hulu yang sedang di kelas VI HIS juga minta menjadi katekumen.

Kemudian menyusul seorang gadis remaja, Lindan, puteri dari Christianus Senjan,

kepala kampung Ampoh, Belitang pada tanggal 8 Agustus 1932.

Pembaptisan pribumi baru dilaksanakan pada tanggal 15 Mei, pada hari

raya Pentakosta, yaitu Silvester, pemuda Jawa yang sudah berumur 18 tahun.

Sementara Lindan yang diberi nama Anastasia Cornelia, dibaptis di Sintang pada

tanggal 17 April 1933 di kapel susteran. Theresia Empajoeng dan Cornelia Lindan

menerima sakramen Krisma pada tanggal 8 Oktober 1933 dari tangan Mgr. Bos,

OFM Cap. Catatan pastor Fulgen mengenai perayaan Paska pertama di paroki

Sintang, tanggal 27 Maret 1932:

“Waktu Paska di Sintang ada beberapa orang wibawa untuk merayakan


paskah. Itu mulai malam minggu dengan pesta-fora di pesanggrahan dan
mereka berpesta- fora sampai setengah lima. Waktu saya datang jam enam
lewat di pasanggrahan untuk menyiapkan Misa Suci, saya mendapat
gedung itu sebagai kandang. Kursi, meja semuanya sembarangan saja,
lantai penuh dengan tong-tong, cerutu sigaretek, kertas dan barang-barang
tak berguna. Dimana-mana penuh dengan botol-botol kosong dan gelas-
gelas setengah kosong dan lain-lain. Nampak seperti sebuah kampung.
Sampah yang kasar disapu dengan segera oleh pengawas; dan kami
mengatur inventari sedikit dan setelah itu mulai Misa Suci Hari Raya
Paska. Paska pertama untuk saya di Sintang. Kegembiraan paska juga
untuk saya sudah menderita” (Agustinus, 2000: 93)

2. Letak Geografis Paroki Kristus Raja Sintang

Letak geografis paroki Kristus Raja Sintang berada di wilayah Kecamatan

Tanjung Puri. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan kampong Ladang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baning Kota, Sebelah Timur

berbatasan dengan Kelurahan Kapuas Kanan Hulu Sebelah Barat berbatasan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57

Kapuas Kanan Hilir. Paroki Kristus Raja Sintang secara umum berada di daerah

perkotaan, tepatnya berada di Jl. A. Yani No. 8, Kecamatan Tanjung Puri,

kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Lokasinya dikelilingi oleh dua sungai yaitu

sungai Kapuas dan sungai Melawi. Paroki Kristus Raja Sintang dapat ditempuh

dengan menggunakan transportasi darat seperti angkutan umum maupun

kendaraan bermotor lainnya karena lokasinya berada tidak jauh dari jalan raya.

Selain menggunakan transportasi darat paroki Kristus Raja juga dapat ditempuh

melalui transportasi laut seperti motor air “Irma”, dan sampan.

Paroki Kristus Raja Sintang memiliki sebuah yayasan yang bernama

yayasan ”SUKMA” yang artinya ”Sarana Untuk Kemajuan Masyarakat”. Paroki

Kristus Raja Sintang juga memiliki sekolah Katolik TK, SD, SMA dan SMK

yang disertai dengan asrama-asrama. Asrama yang ada di Paroki Kristus Raja

Sintang antara lain: asrama Kobus untuk siswa SMP putra, asrama St. Clara untuk

siswa SMP putri, asrama Kartini untuk SMK putri, asrama Darmawati untuk

siswa SMU dan SMA putri.

3. Kegiatan-kegiatan di Paroki Kristus Raja Sintang

Paroki Kristus Raja Sintang, tidak hanya melayani umat dalam sakramen-

sakramen Katolik dan Misa Kudus setiap Minggunya. Namun, Gereja juga

mengadakan kegiatan-kegiatan organisasi bagi umat-umat Katolik, lewat

kegiatan-kegiatan organisasi tersebut diharapakan umat Katolik tidak hanya

sekedar mengikuti rutinitas Misa Kudus Ekaristi setiap minggunya, namun juga

bertindak sehari-hari sesuai ajaran agama Katolik dan berkumpul dengan saudara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58

seiman dalam landasan Tuhan Yesus Kristu. Ada pun kegiatan-kegiatan yang ada

di Paroki Kristus Raja Sintang antara lain adalah Bina Iman Anak Katolik

(BIAK), Remaja Katolik (REKAT), Orang Muda Katolik (OMK), Seksi

Keluarga, seksi lanjut usia (lansia).

a. Bina Iman Anak (BIAK)

Bina Iman Anak Katolik (BIAK) Paroki Kristus Raja Sintang secara

struktur organisasi berada di bawah naungan Koordinator Bidang Pembinaan

Iman Kristiani. Fokus Pembinaan BIAK adalah anak-anak usia dini mulai dari

pra-TK sampai dengan kelas 6 SD. Kegiatan pembinaan iman anak di Paroki

Kristus Raja Sintang secara rutin dilaksanakan pada hari minggu pukul 09.00

WIB dan didampingi oleh para suster SMFA dan kakak pendamping di Sekolah

Minggu yang berada di wilayah-wilayah dalam Paroki Kristus Raja Sintang.

b. Remaja Katolik (REKAT)

Remaja Katolik (REKAT) Paroki Kristus Raja Sintang secara struktur

organisasi juga berada di bawah naungan Koordinator Bidang Pembinaan Iman

Kristiani. Fokus Pembinaan Rekat adalah para remaja Katolik yang duduk

dibangku SMP. Kegiatan pembinaan remaja di Paroki Kristus Raja Sintang secara

rutin dilaksanakan pada hari minggu pukul 11.00 WIB. Kegiatan pendampingan

rekat ini sendiri didampingi oleh para suster SMFA dan para kaum awam yang

secara sukarela memberikan bantuan waktu dan tenaga untuk mendampingi

REKAT.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59

c. Orang Muda Katolik (OMK)

Kegiatan Pastoral ini, hampir sama dengan Remaja Katolik (REKAT),

namun yang membedakan adalah target yang dituju. Apabila REKAT lebih

memfokuskan kegiatan-kegiatannya untuk membina, dan mendidik remaja yang

duduk di bangku SMP, maka untuk Orang Muda Katolik lebih memfokuskan

kegiatannya untuk remaja yang duduk di bangku SMA, kuliah atau mereka yang

sudah bekerja. Pembinaan rutin MUDIKA Paroki Kristus Raja adalah retret dan

rekoleksi yang diadakan setahun sekali. Pembinaan MUDIKA tidak harus

dilakukan secara rutin namun dilaksanakan kapan saja mereka bisa bertemu.

Kegiatan MUDIKA tidak hanya melulu kegiatan rohani di dalam Gereja, namun

lebih banyak kegiatan-kegiatan seperti rekreasi bersama, nonton bareng, ataupun

kegiatan-kegiatan olahraga sepert : bola volly, futsal, dan bulutangkis. Tujuan dari

ini semua, tidak lain dan tidak bukan adalah mempererat persaudaraan muda-mudi

Katolik dalam iman Tuhan Yesus Kristus.

d. Seksi Keluarga

Seksi keluarga memberikan pengarahan untuk orang tua calon Komuni

Pertama tentang pendidikan anak atau Ekaristi yang didampingi oleh Romo, dan

membantu Panitia Komuni Pertama dalam pelaksanaan penerimaan Komuni

Pertama. Selain itu, seksi keluarga juga memberikan seminar atau program sehari

untuk kaum muda yang sudah serius pacaran menuju ke perkawinan. Diberikan

materi-materi yang membuka wawasan mereka bahwa pasangan yang dipilih

adalah benar-benar calon pendamping hidupnya dan tidak salah dalam mengambil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60

keputusan untuk menikah. Seksi keluarga ini pernah diadakan sebanyak dua kali

di Paroki Kristus Raja Sintang namun untuk penyelenggaraannya program ini

sekarang diambil alih oleh Keuskupan

e. Seksi Lanjut Usia (LANSIA)

Warga Lanjut Usia (lansia), merupakan satu bagian dari anggota keluarga

yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam segala aspek kehidupanm

serta memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan

kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat di Paroki Kristus Raja Sintang.

Di dalam struktur Dewan Paroki Kristus Raja Sintang seksi Lanjut Usia

(lansia) masuk dalam Bidang Pembinaan Iman Kristiani, dibentuk dan disyahkan

sebagai satu organisasi pada tanggal 27 April 1996. Tidak ada catatan yang pasti

dalam kepengurusan siapa saja yang pernah menjadi anggota pengurus seksi

Lanjut Usia (lansia), karena pada umumnya aktivis Lanjut Usia (lansia) adalah

orang-orang tertentu saja yang secara sukarela merasa ingin guyub dengan sesama

warga yang sudah berusia lanjut dan mereka menamakan dirinya sebagai pelayan

Lanjut Usia (lansia).

Aktivis Lanjut usia adalah para pelayan amatir bukan profesional dan

sifatnya relawan. Pada umumnya warga Lanjut Usia (lansia) adalah warga yang

suka berkumpul yang menjadi panutan di dalam keluarga atau lingkungannya.

Hanya saja beberapa dari mereka merasa tidak diperhatikan, dianggap menjadi

beban dalam lingkungannya sehingga mereka menjadi menutup diri dari

lingkungan di sektarnya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61

4. Perhatian Paroki Terhadap Hidup Menggereja Kaum Muda di Paroki

Kristus Raja Sintang

Perhatian Paroki Kristus Raja Sintang terhadap hidup menggereja kaum

muda ada tiga, yang pertama adalah menyediakan fasilitas yang dapat menarik

minat dan bakat kaum muda seperti tempat berkumpul kaum muda “aula” fasilitas

olahraga, dan musik. Kedua, memberi ruang bagi kaum muda misalnya adanya

kelompok misdinar, kelompok paduan suara kaum muda, dan kepengurusan kaum

muda. Ketiga adalah melibatkan kaum muda, maksudnya adalah melibatkan kaum

muda Katolik dalam bidang-bidang kegiatan paroki yang membutuhkan banyak

tenaga. Sebut saja pencarian dana di lingkungan Gereja seperti dalam pembuatan

majalah paroki, penjualan makanan ringan, penjualan asesoris rohani misalnya

Rosario, kalung, gelang. Selain itu, paroki juga melibatkan kaum muda dalam

kelancaran pelaksanaan misa hari Minggu atau hari raya yang dilaksanakan oleh

paroki misalnya menjaga parkir, keamanan sampai dengan menjadi pelaksana dan

penanggungjawab dalam perayaan ekaristi.

5. Latar Belakang Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang

Para kaum muda yang masuk dalam paguyuban Muda Mudi Katolik

(MUDIKA) Paroki Kristis Raja Sintang ini berasal dari berbagai daerah yang ada

di Kalimantan Barat antara lain: Sanggau Kapuas, Sintang, Melawi, Sekadau dan

Kapuas Hulu. Mereka datang ke Sintang bermaksud untuk melanjutkan studi baik

itu di SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) atau

SMU (Sekolah Menengah Umum) dan PT (Perguruan Tinggi).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari para kaum muda ini ada yang

tinggal bersama keluarga, asrama dan juga kos. Untuk bersosialisasi tentu saja

para kaum muda ini membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan

komunitas atau lingkungan di sekitarnya, baik dengan teman sebaya maupun

dengan masyarakat di sekitarnya. Selain itu mereka juga harus beradaptasi dengan

peraturan yang diterapkan baik itu di asrama, sekolah dan juga kampus. Mereka

diharapkan mampu beradaptasi dengan teman-teman yang berasal dari latar

belakang keluarga, daerah, bahasa dan pribadi yang berbeda-beda. Dengan segala

macam perbedaan yang ada tidak jarang para kaum muda ini membuat suatu

kelompok atau geng tersendiri karena merasa tidak cocok dengan teman-teman

yang lainnya.

6. Bentuk Pendampingan Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang

a. Rekoleksi

Pendampingan rekoleksi yang dilakukan oleh pihak paroki Kristus Raja

Sintang terhadap kaum muda dilakukan satu kali dalam setahun. Untuk

pendamping rekoleksi kaum muda paroki Kristus Raja Sintang biasanya adalah

romo, frater atupun suster. Tujuan dari pendampingan rekoleksi yang dilakukan

oleh pihak paroki adalah untuk memberi nilai rohani terhadap semua kegiatan

yang telah dilaksanakan selama kurun waktu tertentu. Kegiatan ini berguna bagi

kaum muda untuk melihat hal-hal mana yang perlu ditinggalkan dan mana yang

perlu mendapat perhatian agar lebih ditingkatkan baik secara pribadi maupun

bersama.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63

b. Retret

Pendampingan retret yang dilakukan oleh pihak Paroki Kristus Raja

Sintang terhadap kaum muda juga sama dengan pendampingan rekoleksi yaitu

diadakan satu kali setahun. Untuk pendamping retret kaum muda Paroki Kristus

Raja Sintang biasanya adalah romo atau frater. Sedangkan tujuan dari

pendampingan retret yang dilakukan oleh pihak paroki adalah untuk penemuan

dan pembatinan kembali nilai-nilai rohani demi penyegaran dan pembaharuan

diri. Dalam retret orang meninjau karya Allah, cara kerja serta bimbingan-Nya di

masa lampau dan tanggapan atau jawabanya terhadap Allah. Kegiatan ini

bertujuan agar para kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang mengalami suatu

perubahan hidup (metanoia). Melalui kegiatan retret diharapkan para kaum muda

Paroki Kristus Raja Sintang dapat semakin peka terhadap cinta kasih Allah dan

mengenal karya Allah dalam diri sendiri dan sesama.

c. Tebar (Temu Akbar)

Istilah “tebar” secara biblis diinspirasi Injil Lukas, dalam perikop tentang

“Penjala ikan menjadi penjala manusia”. Yesus memberi perintah kepada Simon

(Petrus) dan teman-temannya untuk menangkap ikan: “Bertolaklah ke tempat

yang dalam dan tebarkanlah jalamu” (Luk 5:4). Orang Muda katolik dipanggil dan

diutus untuk menebarkan jala, menjadi garam dan terang dunia.

Temu akbar orang muda Katolik Keuskupan Sintang, merupakan prakarsa

Mgr. Agustinus Agus. Kegiatan ini bertujuan mempersatukan orang muda katolik

keuskupan Sintang yang tersebar di pelbagai tempat dengan aneka perbedaan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64

sosial, ekonomi dan pendidikan dalam satu wadah yang menyatukan perbedaan

dalam kebersamaan.

Tebar adalah hari Gereja orang muda dan diselenggarakan oleh orang

muda. Acara ini adalah sebuah perayaan yang sungguh nyata dan suatu wujud

pelayanan. Tebar menempatkan pribadi Yesus Kristus menjadi kekuatan iman dan

kehidupan seseorang.

Pelaksanaan temu akbar (tebar) muda-mudi Katolik kali ini memiliki tiga

bagian penting yaitu; mewujudnyatakan iman lewat pengajaran, persahabatan

dengan teman-teman separoki dan pengembangan diri kaum muda melalui

ekspresi potensi orang muda Paroki Kristus Raja Sintang, pengutusan orang muda

Katolik paroki Kristus Raja Sintang, untuk menyebarkan semangat yang diperoleh

selama mengikuti pelaksanaan temu akbar. Melalui temu akbar (tebar) ini orang

muda Katolik Paroki Kristus Raja Sintang diharapkan dapat mengambil inspirasi

dan energi agar semakin kokoh dan penuh semangat dalam mewujudkan imannya,

sehingga di dalam dirinya tercermin citra orang muda katolik sejati, beriman, dan

bermartabat.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan upaya awal untuk melihat keterlibatan kaum

muda di Paroki Kristus Raja Sintang dan bukan sebagai penelitian tindakan.

Sebagai upaya awal, penulis ingin mengetahui secara lebih mendalam mengenai

keterlibatan kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang dalam hidup menggereja.

Upaya untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat keterlibatan,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65

dan memperoleh keterangan mengenai peran katekese kaum muda bagi kegiatan

hidup menggereja kaum muda. Penulis akan memaparkan secara lengkap

mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, variabel penelitian dan

teknik analisis data.

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui sejauhmana kegiatan hidup menggereja kaum muda di paroki

Kristus Raja Sintang.

b. Mengetahui keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di paroki

Kristus Raja Sintang.

c. Mengetahui sejauhmana katekese kaum muda berperan dalam

meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja

Sintang.

d. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat hidup menggereja kaum

muda di Paroki Kristus Raja Sintang.

2. Manfaat Penelitian

a. Memperoleh keterangan mengenai kegiatan hidup menggereja kaum muda

di Paroki Kristus Raja Sintang.

b. Mengetahui seberapa jauh keterlibatan kaum muda dalam hidup

menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66

c. Mengetahui sejauhmana katekese kaum muda telah dilakukan bagi kaum

muda dalam rangka hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang.

d. Memperoleh keterangan mengenai faktor pendukung dan faktor

penghambat kegiatan hidup menggereja bagi kaum muda di Paroki Kristus

Raja Sintang.

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif biasa disebut sebagai penelitian

naturalistik karena penelitiannya terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi

normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada

deskripsi secara alami (Suharsimi Arikunto, 2006: 12). Sedangkan Moleong

(2009:6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode survey.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 110), survey merupakan cara

mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu atau jangka

waktu yang bersamaan. Survey tidak hanya untuk mengetahui status gejala yang

terjadi, akan tetapi juga untuk menemukan kesamaan status dan

membandingkannya dengan apa yang sudah dipilih atau ditentukan. Survey


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67

dilakukan untuk penyelidikan dengan gerak ke arah yang meluas dan merata,

karena mampu membenarkan keadaan sampel yang diselidiki.

Penulis memilih penelitian ini karena metode penelitian kualitatif

memandang manusia sebagai instrumen utama dan mengutamakan proses

daripada hasil penelitian. Melalui penelitian kualitatif penulis dapat mengenal

orang (subyek) secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan definisinya.

Latar alamiah yang mengharuskan penulis untuk terlibat secara langsung dalam

proses penelitian menjadi suatu tantangan tersendiri untuk berproses bersama

responden dimana penelitian diadakan dan menyesuaikan diri dengan kenyataan-

kenyataan yang ada di lapangan.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan

Barat pada tanggal 11 – 25 Juli 2011.

5. Responden Penelitian

Jumlah keseluruhan kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan

Barat adalah 307 orang. Penulis mengambil 70 responden dari jumlah kaum muda

yang ada secara keseluruhan di Paroki Kristus Raja Sintang. Jadi jumlah sampel

dalam penelitian ini ada 70 responden. Pengambilan sampelnya dilakukan dengan

sampel bertujuan atau purposive sample.

Purposive sample atau sampel bertujuan adalah pengambilan subjek

penelitian bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
68

atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi, 2006: 139). Purposive sample didasarkan

atas informasi yang mendahului tentang keadaan populasi dan informasinya tidak

diragukan lagi (Sutrisno Hadi, 2004:91).

6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipergunakan adalah wawancara dan kuesioner

atau angket. Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data

dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah

dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Sedangkan kuesioner atau angket

adalah daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh keterangan

tertentu dari responden (Nasution, 2009: 142). Kuesioner itu sendiri ditunjukkan

bagi kaum muda yang ada di Paroki Kristus Raja Sintang.

7. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian (Suharsimi, 2006: 118). Dalam penelitian ini ada dua variabel

yang hendak diteliti yakni keterlibatan kaum muda dalam kegiatan hidup

menggereja, dan pendampingan kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang.

Namun dalam variabel juga terdapat identitas responden yang dicantumkan

sebelum masuk pada bagian pertanyaan untuk penelitian. Variabel yang diteliti

dapat dilihat pada tabel 1.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
69

Tabel 1. Variabel Penelitian

No Variabel yang Aspek yang diungkap No item Jumlah


diungkap

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Keterlibatan kaum a. Hidup menggereja kaum muda 1, 2 2


muda dalam hidup b. Kaum muda di tengah Gereja 3, 4, 5 3
menggereja c. Keterlibatan kaum muda 6, 7, 8, 9 4
dalam hidup menggereja
d. Harapan Gereja terhadap 10, 11 2
a. kaum muda
e. Tanggungjawab kaum muda 12, 13 2
terhadap Gereja
f. Faktor pendukung dan 14, 15, 16 3
penghambat dalam hidup
menggereja
g. Usulan untuk meningkatkan 17 1
keterlibatan kaum muda dalam
hidup menggereja

2 Pendampingan a. Bentuk pendampingan yang 18, 1


kaum muda paling disukai kaum muda
b. Tujuan pendampingan kaum 19 1
muda
c. Pelaksanaan pendampingan di 20 1
paroki
d. Manfaat pendampingan 21, 22,23, 24 4
e. Kesulitan atau hambatan 25, 26 2
dalam pendampingan
f. Faktor-faktor yang mendukung 27, 28, 29 3
terlaksananya pendampingan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
70

g. Usulan untuk meningkatkan 30 1


pendampingan bagi kaum
muda

Jumlah 30 30

8. Teknik Analisis Data

Moleong (2009:280) mendefinisikan analisis data sebagai proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema. Dalam analisis data penulis

melakukan reduksi, yaitu menganalisa data secara keseluruhan dan bagian terkecil

dalam data yang memiliki makna dikaitkan dengan masalah penelitian.

Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan

yang telah disiapkan. Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk menemukan arti

data-data dengan cara menarik hubungan-hubungan sesuai dengan permasalahan

yang ingin dijawab dalam penelitian ini (Moleong, 2009:288).

C. Laporan Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang dilaksanakan di

Paroki Kristus Raja Sintang pada tanggal 11 – 25 Juli 2011. Dari hasil penelitian

tersebut jumlah kuesioner yang disebarkan oleh penulis sebanyak 70 kuesioner

dan yang terkumpul kembali adalah berjumlah 70. Hasil penelitian ini dipaparkan

berdasarkan jawaban dari responden dengan penyajian dalam bentuk tabel

maupun deskripsinya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
71

a. Identitas Responden

Identitas responden yang akan dipaparkan berdasarkan hasil penelitian

meliputi: Jenis kelamin, dan pekerjaan seperti terungkap dalam tabel 2.

Tabel 2 : Identitas Responden (N=70)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)


1 Nama (tidak terisi)

2 Jenis Kelamin:
31 44.28%
Laki-laki
39 55.72%
Perempuan

3 Pekerjaan:
1 1.43%
a. PNS
35 50%
b. Mahasiswa
31 44.29%
c. Pelajar
3 4.28%
Kariawan

Berdasarkan tabel 2 di atas, jumlah responden dalam penelitian ini ada 70

responden, yang terdiri dari laki-laki 31 orang (44.28%) responden, dan

perempuan 39 orang (55.72%) responden. Dari 70 responden, yang Pegawai Negri

Sipil (PNS) ada 1 orang (1.43%), mahasiswa ada 35 orang (50%), pelajar ada 31

orang (44.29%), dan kariawan ada 3 orang (4.28%).

b. Pemahaman Kaum Muda Tentang Hidup Menggereja

Pemahaman kaum muda mengenai hidup menggereja, dari hasil penelitian

terungkap pada tabel 3.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
72

Tabel 3 : Pemahaman kaum muda tentang hidup menggereja (N=70)

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Hidup menggereja adalaha. a. Sangat Setuju 47 67.14 %
hidup menampakan b. b. Setuju 22 31.43 %
iman, jadi setiap kegiatanc. c. Ragu-ragu 1 1.43 %
menampakan iman d. d. Kurang setuju 0 0.00 %
adalah hidup menggereja.e. e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %

2 Hidup menggereja dapat a. Sangat Setuju 49 70 %


diwujudkan oleh siapa a. b. Setuju 20 28.57 %
pun, kapan pun dan b. c. Ragu-ragu 1 1.43 %
dimana pun orang atau c. d. Kurang setuju 0 0.00 %
sekelompok orang yang d. e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
menampakan imannya
kepada Kristus

3 Dalam Komisi a. a. Sangat Setuju 23 23.86 %


Kepemudaan Konferensib. b. Setuju 45 64.28 %
Wali Gereja Indonesia c. c. Ragu-ragu 1 1.43 %
menegaskan kaum mudad. d. Kurang setuju 1 1.43 %
adalah mereka yang e. e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
berusia 13 sampai
dengan 35 tahun dan
belum menikah, sambil
tetap memperhatikan
situasi dan kebiasaan
masing-masing daerah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


4 Pada masa a. a. Sangat Setuju 13 18.58 %
perkembangan religius b. b. Setuju 47 67.14 %
kaum muda mengalami c. c. Ragu-ragu 9 12.85 %
masalah berat seperti; d. d. Kurang setuju 1 1.43 %
apa arti yang mutlak, arti e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
hidup, arti agama dan e.
ibadat, arti agama dalam
hidup, agama dalam
kejahatan, dan arti hidup
sesudah mati
c. d7. Kaum muda merupakan
e. a. Sangat Setuju 16 22.86%
jantung hati dan ujung
f. b. Setuju 53 75.71 %
tombak bagi Gereja, oleh
g. c. Ragu-ragu 1 1.43 %
karena itu berkembang
h. d. Kurang setu 0 0.00 %
tidaknya Gereja berada
i. e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
dalam genggaman tangan
kaum muda.
8 Sebagai kaum muda, a. a. Sangat Setuju 6 8.58 %
saya harus mampu b. b. Setuju 50 71.42 %
menjadi nabi-nabi c. c. Ragu-ragu 14 20 %
kehidupan, cinta d. d. Kurang setu 0 0.00 %
keutuhan, buah e. e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
penyesalan yang tulus,
bekerja untuk keadilan
serta hidup dengan penuh
rasa syukur kepada
Tuhan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


9 Sebagai kaum muda a. a. Sangat Setuju 19 27.14 %
Katolik, saya b. b. Setuju 48 68.58 %
bertanggungjawab dalamc. c. Ragu-ragu 3 4.28 %
mengembangkan, d. d. Kurang setuju 0 0.00 %
mewujudkan dan e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
meberikan kesaksian
akan iman terhadap
Kristus.
10 Kaum muda diwajibkan a. a. Sangat Setuju 22 31.43 %
mengembangkan b. b. Setuju 47 67.14%
imannya dan menjadi c. c. Ragu-ragu 1 1.43 %
pewarta kabar gembira d. d. Kurang setuju 0 0.00 %
bagi semua umat. e. e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
11 Kaum muda diwajibkan a. a. Sangat Setuju 20 28.57 %
untuk dapat menjadi b. b. Setuju 49 70%
garam dan ragi dalam c. c. Ragu-ragu 1 1.43 %
lingkungannya sesuai d. d. Kurang setuju 0 0.00 %
dengan kedudukan dan e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
kemampuannya masing-
masing.
13 Salah satu tugas dan a. Sangat Setuju 11 15.71 %
tanggungjawab kaum b. Setuju 51 72.86 %
muda adalah menjadi c. Ragu-ragu 6 8.57%
pengikut Kristus dan d. Kurang setu 2 2.86 %
meneladani sikap Kristus e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
yaitu sebagai Imam, Nabi
dan Raja.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75

Dari hasil penelitian pada tabel 3 di atas dapat diketahui pemahaman kaum

muda mengenai hidup menggereja merupakan hidup menampakkan iman.

Menurut tabel 3, kaum muda yang memahami hidup menggereja adalah hidup

menampakan iman, jadi setiap kegiatan yang menampakkan iman adalah hidup

menggereja ada 47 (67.14%) responden yang menyatakan sangat setuju dan ada

22 (31.43%) responden menyatakan setuju, serta ada 1 (1.43%) responden yang

mengataka ragu-ragu.

Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh siapapun, kapan pun dan

dimana pun orang atau sekelompok orang yang menampakan imannya kepada

Kristus, dari tabel 3 no 2, ada 49 (70%) responden yang menyatakan sangat setuju

dan ada 20 (28.57%) responden menyatakan setuju. Di samping itu ada 1 (1.43%)

responden yang menyatakan ragu-ragu.

Pandangan Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja Indonesia

tentang kaum muda adalah mereka yang berusia 13 sampai dengan 35 tahun dan

belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing

daerah sebanyak 23 (23,86%) responden menyatakan sangat setuju dan ada 45

(64.28%) responden yang menyatakan setuju. Selain itu terdapat 1 (1.43%)

responden yang menyatakan ragu-ragu, dan ada 1 (1.43%) responden yang

menyatakan kurang setuju.

Pada masa perkembangan religius, kaum muda mengalami masalah berat

seperti; apa arti yang mutlak, arti hidup, arti agama dan ibadat, arti agama dalam

hidup, agama dalam kejahatan, dan arti hidup sesudah mati. Berdasarkan tabel 3

no 4 sebanyak 13 (18.58%) responden mengatakan sangat setuju dan ada 47


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76

(67.14%) responden mengatakan setuju. Dari item yang sama ada 9 (12.85%)

responden mengatakan ragu-ragu, dan ada 1 (1,43%) responden mengatakan

kurang setuju.

Kaum muda merupakan jantung hati dan ujung tombak bagi Gereja, oleh

karena itu berkembang tidaknya Gereja berada dalam genggaman tangan kaum

muda. Sebanyak 16 (22.86%) responden mengatakan sangat setuju, dan 53

(75.71%) responden mengatakan setuju serta 1 (1.43%) responden mengatakan

ragu-ragu, (tabel 3 no 7).

Pada tabel 3 no 8 dapat diketahui pula kaum muda harus mampu menjadi

nabi-nabi kehidupan, cinta keutuhan, buah penyesalan yang tulus, bekerja untuk

keadilan serta hidup dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan. Sebanyak 6

(8.58%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 50 (71.42%) responden

mengatakan setuju serta ada 14 (20%) responden mengatakan ragu-ragu akan

kemampuannya untuk dapat menjadi nabi-nabi kehidupan, cinta keutuhan, buah

penyesalan yang tulus, bekerja untuk keadilan serta hidup penuh dengan rasa

syukur kepada Tuhan.

Sebagai kaum muda Katolik, saya bertanggungjawab dalam

mengembangkan, mewujudkan dan meberikan kesaksian akan iman terhadap

Kristus. Sebanyak 19 (27.14%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 48

(68.58%) mengatakan setuju sedangkan 3 (4.28%) responden yang mengatakan

ragu-ragu untuk dapat bertanggungjawab dalam mengembangkan, mewujudkan

dan memberikan kesaksian akan iman terhadap Kristus, (tabel 3 no 9).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77

Setiap kaum muda diwajibkan untuk dapat mengembangkan imannya

masing-masing dan menjadi pewarta kabar gembira bagi semua umat. Sebanyak

22 (31.43%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 47 (67.14%)

mengatakan setuju, serta 1 (1.43%) responden menyatakan keragu-raguannya

untuk mengembangkan imannya dan menjadi pewarta kabar gembira bagi semua

umat, (tabel 3 no 10).

Sehubungan dengan kaum muda sebagai jantung hati dan ujung tombak

Gereja diwajibkan untuk dapat menjadi garam dan ragi dalam lingkungannya

sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya masing-masing. Sebanyak 20

(28.57%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 49 (70%) responden

mengatakan setuju sedangkan ada 1 (1.43%) responden mengatakan ragu-ragu,

(tabel 3 no 11).

Salah satu tugas dan tanggungjawab kaum muda dalam hidup menggereja

adalah menjadi pengikut Kristus dan meneladani sikap Kristus yaitu sebagai

Imam, Nabi dan Raja. Dari hasil penelitian terungkap Sebanyak 11 (15.71%)

responden mengatakan sangat setuju, dan ada 51 (72.86%) responden mengatakan

setuju, ada 6 (8.57%) responden mengatakan ragu-ragu serta ada 2 (2.86%)

responden mengatakan kurang setuju, (tabel 3 no 13).

c. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja, dari hasil penelitian

terungkap pada tabel 4.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78

Tabel 4 : Keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


12 Keterlibatan kaum a. Sangat Setuju 12 17.14 %
muda dalam Gereja b. Setuju 50 71.42 %
pada umumnya sama c. Ragu-ragu 6 8.58 %
dengan peranan kaum d. Kurang setuju 1 1.43 %
awam yaitu sebagai e. Sangat tidak setuju 1 1.43 %
warga Gereja yang
tidak ditahbiskan atau
orang-orang yang
beriman Kristen yang
oleh pembaptisan
menjadi anggota Tubuh
Kristus.
14 Sebagai kaum muda a. Selalu 8 11.43 %
saya sudah terlibat b. Sering 12 17.14 %
dalam kegiatan liturgi c. Kadang-kadang 49 70 %
d. Tidak pernah 1 1.43 %
e. Tidak pernah sama 0 0.00 %
sekali
15 Kegiatan liturgi yang a. Menjadi petugas 9 12.86 %
paling sering saya ikuti mesdinar
adalah b. Menjadi petugas koor 43 61.42 %
c. Menjadi petugas lektor 7 10 %
d. Menjadi petugas 6 8.58 %
organis
e. Lainnya 5 7.14 %
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


16 Sebagai kaum muda a. Selalu 0 0.00 %
Katolik, saya sudah b. Sering 7 10 %
terlibat dalam kegiatan c. Kadang-kadang 36 51.42
pewartaan. d. Tidak pernah 18 25.71 %
e. Tidak pernah sama 9 12.85 %
sekali

Dari hasil penelitian pada tabel 4 di atas dapat diketahui keterlibatan kaum

muda dalam Gereja pada umumnya sama dengan peranan kaum awam yaitu

sebagai warga Gereja yang tidak ditahbiskan atau orang-orang yang beriman

Kristen yang oleh pembaptisan menjadi anggota Tubuh Kristus. Sebanyak 12

(17.14%) responden yang mengatakan sangat setuju, dan ada 50 (71.42%)

responden yang mengatakan setuju, ada 6 (8.58%) mengatakan ragu-ragu, dan ada

1 (1.43%) responden mengatakan kurang setuju, serta ada 1 (1.43%) responden

mengatakan sangat tidak setuju. Sehubungan dengan keterlibatan kaum muda

dalam hidup menggereja sebagai kaum muda saya sudah terlibat dalam kegiatan

liturgi. Menurut tabel 4 no 14 para kaum muda yang sudah terlibat dalam kegiatan

hidup menggereja ada 8 (11.43%) responden yang menyatakan selalu, dan ada 12

(17.14%) responden yang menyatakan sering, ada 49 (70%) responden yang

mengatakan kadang-kadang, dan ada 1 (1.43%) responden yang mengatakan tidak

pernah terlibat dalam kegiatan liturgi.

Sedangkan untuk kegiatan liturgi yang paling sering kaum muda ikuti

adalah 9 (12.86%) responden yang mengatakan menjadi petugas misdinar, ada 43


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80

(61.42%) responden yang mengatakan menjadi petugas koor, ada 7 (10%)

responden yang mengatakan menjadi petugas lektor, dan ada 6 (8.58%) responden

yang mengatakan menjadi petugas organis serta ada 5 (7.14%) responden yang

mengatakan lainnya, (tabel 4 no 15). Sebagai kaum muda Katolik, saya sudah

terlibat dalam kegiatan pewartaan, sebanyak 7 (10%) responden yang mengatakan

sering, ada 36 (51.42%) responden yang mengatakan kadang-kadang, dan ada 18

(25.71%) responden yang mengatakan tidak pernah, serta ada 9 (12.85%)

responden yang mengatakan tidak pernah sama sekali terlibat dalam kegiatan

pewartaan.

d. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja Kaum Muda

Faktor pendukung dan penghambat hidup menggereja kaum muda, dari

hasil penelitian terungkap pada tabel 5.

Tabel 5 : Faktor pendukung dan penghambat hidup menggereja kaum muda

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


5 Masalah kaum muda a. a. Sangat Setuju 24 34.28 %
yang berkaitan situasi b. b. Setuju 44 62.86 %
hidup di sekitarnya c. c. Ragu-ragu 1 1.43 %
antara lain adalah d. d. Kurang setuju 1 1.43 %
masalah dalam diri e. e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
sendiri, masalah
dalam keluarga, dalam
masyarakat, dan
masalah dalam Gereja.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


6 Masalah yang paling a. Masalah dalam diri 49 70 %
sering dihadapi oleh sendiri
kaum muda adalah b. Masalah dalam 15 21.42 %
keluarga
c. Masalah dalam 3 4.29 %
masyarakat
d. Masalah dalam Gereja 0 0.00 %
e. Lainnya 3 4.29 %

17 Keterlibatan kaum a. Sangat Setuju 34 48.57 %


muda sangat b. Setuju 35 50 %
dipengaruhi oleh c. Ragu-ragu 1 1.43 %
faktor internal. d. Kurang setuju 0 0.00 %
e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %

18 Faktor internal yang a. Lemahnya 27 38.57 %


paling sering pengorganisasian diri
mempengaruhi diri b. Kurangnya motivasi 16 22.86 %
kaum muda adalah dalam diri
c. Kurangnya 9 12.86 %
pengetahuan
d. Kurangnya pengalaman 17 24.28 %
e. Lainnya 1 1.43 %

19 Keterlibatan kaum a. Sangat Setuju 26 37.14 %


muda sangat b. Setuju 42 60 %
dipengaruhi oleh c. Ragu-ragu 2 2.86 %
faktor eksternal d. Kurang setuju 0 0.00 %
e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


20 Faktor eksternal yang a. Lingkungan keluarga 15 21.42 %
paling sering b. Lingkungan 51 72.86 %
mempengaruhi diri masyarakat
kaum muda adalah c. Lingkungan sekolah 4 5.72 %
d. Lingkungan Gereja 0 0.00 %
e. Lainnya..... 0 0.00 %
21 Lingkungan keluarga a. Sangat Setuju 23 32.86 %
telah mendukung b. Setuju 33 47.14 %
kegiatan hidup c. Ragu-ragu 13 18.57 %
menggereja kaum d. Kurang setu 1 1.43 %
muda di paroki. e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
22 Pihak paroki telah a. Sangat Setuju 12 17.14 %
menyediakan fasilitas b. Setuju 34 48.57 %
untuk meningkatkan c. Ragu-ragu 23 32.86 %
kegiatan hidup d. Kurang setuju 1 1.43 %
menggereja kaum e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
muda di paroki.
23 Latar belakang para a. Sangat Setuju 14 20 %
kaum muda yang b. Setuju 34 48.57 %
berasal dari berbagai c. Ragu-ragu 9 12.86 %
daerah menjadi d. Kurang setuju 7 10 %
penghambat kegiatan e. Sangat tidak setuju 6 8.57 %
hidup menggereja di
paroki.

Dari hasil penelitian pada tabel 5 di atas dapat diketahui masalah kaum

muda yang berkaitan situasi hidup di sekitarnya antara lain adalah masalah dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83

diri sendiri, masalah dalam keluarga, dalam masyarakat, dan masalah dalam

Gereja ada 24 (34.28%) responden mengatakan sangat setuju, 44 (62.86%)

responden mengatakan setuju, dan ada 1 (1.43%) responden mengatakan ragu-

ragu, serta ada 1 (1.43%) responden mengatakan kurang setuju akan masalah

kaum muda yang berkaitan situasi hidup di sekitarnya antara lain adalah masalah

dalam diri sendiri, masalah dalam keluarga, dalam masyarakat, dan masalah

dalam Gereja. Masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda, ada 49

(70%) responden mengatakan masalah dalam diri sendiri, ada 15 (21.42%)

responden mengatakan masalah dalam keluarga, dan ada 3 (4.29%) responden

mengatakan masalah dalam masyarakat, serta ada 3 (4.29%) responden

mengatakan lainnya, (tabel 5 no 6).

Pada umumnya keterlibatan kaum muda sangat dipengaruhi oleh faktor

internal. Sebanyak 34 (48.57%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 35

(50%) responden mengatakan setuju, serta 1 (1.43%) responden mengatakan ragu-

ragu akan keterlibatan kaum muda sangat dipengaruhi oleh faktor internal, (tabel

5 no 17).

Faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda,

sebanyak 27 (38.57%) responden mengatakan lemahnya pengorganisasian diri,

ada 16 (22.86%) responden mengatakan kurangnya motivasi dalam diri, ada 9

(12.86%) responden mengatakan kurangnya pengetahuan, dan ada 17 (24.28%)

responden mengatakan kurangnya pengalaman, serta ada 1 (1.43%) responden

mengatakan lainnya, (tabel 5 no 18).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84

Sehubungan dengan keterlibatan kaum muda sangat dipengaruhi oleh

faktor eksternal, sebanyak 26 (37.14%) responden mengatakan sangat setuju, dan

ada 42 (60%) responden mengatakan setuju, serta ada 2 (2.86%) responden

mengatakan ragu-ragu akan keterlibatan kaum muda sangat dipengaruhi oleh

faktor eksternal. Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum

muda. Sebanyak 15 (21.42%) responden mengatakan lingkungan keluarga, dan

sebanyak 51 (72.86%) responden mengatakan lingkungan masyarakat, serta ada 4

(5.72%) responden mengatakan bahwa lingkungan sekolah yang paling sering

mempengaruhi diri kaum muda, (tabel 5 no 20).

Faktor lingkungan keluarga telah mendukung kegiatan hidup menggereja

kaum muda di Paroki. Seperti yang diketahui pada tabel 5 no 21, Sebanyak 23

(32.86%) responden mengatakan sangat setuju, ada 33 (47.14%) responden

mengatakan setuju, dan ada 13 (18.57%) responden mengatakan ragu-ragu, serta

ada 1 (1.43%) responden mengatakan kurang setuju bahwa lingkungan keluarga

telah mendukung kegiatan hidup menggereja kaum muda di Paroki.

Pihak paroki telah menyediakan fasilitas untuk meningkatkan kegiatan

hidup menggereja kaum muda. Sebanyak 12 (17.14%) responden mengatakan

sangat setuju, ada 34 (48.57%) responden mengatakan setuju, dan ada 23

(32.86%) responden mengatakan ragu-ragu, serta ada 1 (1.43%) responden yang

mengatakan kurang setuju bahwa Pihak paroki telah menyediakan fasilitas untuk

meningkatkan kegiatan hidup menggereja kaum muda di paroki, (tabel 5 no 22).

Latar belakang para kaum muda yang berasal dari berbagai daerah menjadi

suatu penghambat kegiatan hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang. Ada
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85

14 (20%) responden mengatakan sangat setuju, ada 34. (48.57%) responden

mengatakan setuju, ada 9 (12.86%) responden mengatakan ragu-ragu, dan ada 7

(10%) responden mengatakan tidak setuju, serta ada 6 (8.57%) responden

mengatakan sangat tidak setuju dengan latar belakang para kaum muda yang

berasal dari berbagai daerah menjadi penghambat kegiatan hidup menggereja di

paroki, (tabel 5 no 23).

e. Pendampingan Hidup Menggereja bagi Kaum Muda.

Peranan pendampingan bagi hidup menggereja kaum muda di Paroki

Kristus Raja Sintang, dari hasil penelitian terungkap pada tabel 6.

Tabel 6 : Pendampingan bagi hidup menggereja kaum muda.

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


24 Pendampingan adalah a. Sangat Setuj 36 51.43 %
suatu usaha penyiapan b. Setuju 33 47.14 %
yang sifatnya dua arah c. Ragu-ragu 1 1. 43 %
yaitu dari pendamping d. Kurang setuju 0 0.00 %
kepada orang yang e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
didampingi dan
sebaliknya yang bertitik
tolak pada keyakinan
bahwa orang dalam hal
ini adalah kaum muda
mempunyai potensi yang
dapat tumbuh menjadi
kenyataan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


25 Apa yang menjadi tujuan a. Menjadikan kaum 7 10 %
pendampingan bagi muda sebagai manusia
kaum muda? Kristiani yang dewasa
b. Membantu 26 37.14 %
perkembangan kaum
muda yang sejahtera
lahir dan batin
c. Membantu kaum muda 34 48.58 %
untuk mendapatkan
ilmu, pengetahuan,
informaasi kecakapan
sikap, perbuatan hidup
d. yang memadai dalam 3 4.28 %
segi-segi pokok
kehidupan.
e. Menyadarkan kaum 0 0.00 %
muda
untuk dapat
membangun relasi dan
sesama

26 Pendampingan bagi a. Sangat Setuju 21 30 %


kaum muda di paroki b. Setuju 44 62.86 %
telah dilakukan melalui c. Ragu-ragu 5 7.14 %
kegiatan rekoleksi, retret, d. Kurang setuju 0 0.00 %
dan tebar (temu akbar) e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87

No Pernyataan Alternatif jawaban Jumlah %

(1) (2) (3) (4) (5)


27 Pendampingan yang a. Rekoleksi 18 25.72 %
paling disukai oleh b. Retret 37 52.86 %
kaum muda c. Week and 10 14.28 %
d. Temu akbar kaum 5 7.14 %
muda 0 0.00%
e. Lainnya

28 pendampingan yang a. Sangat Setuju 18 25.72 %


dilaksanakan di paroki b. Setuju 38 54.28 %
telah membantu para c. Ragu-ragu 13 18.57 %
kaum muda untuk terlibat d. Kurang setuju 1 1.43 %
dalam kegiatan hidup e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %
menggereja.

29 Kaum muda telah a. Sangat Setuju 14 20 %


memanfaatkan fasilitas b. Setuju 38 54.28 %
yg disediakan oleh paroki c. Ragu-ragu 18 25.72 %
dengan baik d. Kurang setuju 0 0.00 %
e. Sangat tidak setuju 0 0.00 %

30 Dukungan yang dapat a. Berupa teori 34 48.57 %


meningkatkan b. Berupa materi 2 2.85 %
pendampingan bagi c. Pendamping 28 40 %
kaum muda di paroki d. Bentuk pendampingan 6 8.57 %
Kristus Raja Sintang e. Lainnya..... 0 0.00 %
adalah

Dari hasil penelitian pada tabel 6 no 24, kita juga dapat mengetahui

pendampingan adalah suatu usaha penyiapan yang sifatnya dua arah yaitu dari

pendamping kepada orang yang didampingi dan sebaliknya yang bertitik tolak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88

pada keyakinan bahwa orang dalam hal ini adalah kaum muda mempunyai potensi

yang dapat tumbuh menjadi kenyataan. Sebanyak 36 (51.43%) responden

mengatakan sangat setuju, dan ada 33 (47.14%) responden mengatakan setuju,

serta ada 1 (1.43%) responden mengatakan ragu-ragu akan pendampingan

merupakan suatu usaha penyiapan yang sifatnya dua arah yaitu dari pendamping

kepada orang yang didampingi dan sebaliknya yang bertitik tolak pada keyakinan

bahwa orang dalam hal ini adalah kaum muda mempunyai potensi yang dapat

tumbuh menjadi kenyataan.

Tujuan pendampingan bagi kaum muda berdasarkan tabel 6, ada 7 (10%)

responden mengatakan menjadikan kaum muda sebagai manusia Kristiani yang

dewasa, ada 26 (37.14%) responden mengatakan membantu perkembangan kaum

muda yang sejahtera lahir dan batin, dan ada 34 (48.58%) responden mengatakan

membantu kaum muda untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan, informasi,

kecakapan sikap, perbuatan hidup yang memadai dalam segi-segi pokok

kehidupan, serta ada 3 (4.28%) responden mengatakan bahwa tujuan

pendampingan bagi kaum muda untuk menyadarkan kaum muda untuk dapat

membangun relasi dan sesama, (tabel 6 no 25).

Pendampingan bagi kaum muda di paroki telah dilakukan melalui kegiatan

rekoleksi, retret, dan tebar (temu akbar). Berdasarkan tabel 6, ada 21 (30%)

responden mengatakan sangat setuju, dan ada 44 (62.86%) responden mengatakan

setuju, serta ada 5 (7.14%) responden mengatakan ragu-ragu bahwa

pendampingan bagi kaum muda di paroki telah dilakukan melalui kegiatan

rekoleksi, retret, dan tebar (temu akbar).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89

Sedangkan bentuk pendampingan yang paling disukai oleh kaum muda.

Berdasarkan tabel 6 no 27 ada 18 (25.72%) responden mengatakan rekoleksi, ada

37 (52.86%) responden mengatakan retret, dan ada 10 (14.28%) responden yang

mengatakan week and, serta ada 5 (7.14) responden mengatakan temu akbar kaum

muda sebagai bentuk pendampingan yang paling disukai oleh kaum muda.

Pendampingan yang dilaksanakan di paroki telah membantu para kaum muda

untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Dari tabel 6 no 28 dapat kita lihat

ada 18 (25.72%) responden mengatakan sangat setuju, ada 38 (54.28%) responden

mengatakan setuju, dan ada 13 (18.57%) responden mengatakan ragu-ragu, serta

ada 1 (1.43%) responden mengatakan kurang setuju bahwa pendampingan yang

dilaksanakan di paroki telah membantu para kaum muda untuk terlibat dalam

kegiatan hidup menggereja.

Kaum muda telah memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh paroki

dengan baik, sebanyak 14 (20%) responden mengatakan sangat setuju, ada 38

(54.28%) responden mengatakan setuju dan ada 18 (25.72%) responden

mengatakan ragu-ragu bahwa kaum muda telah menggunakan fasilitas yang

disediakan oleh paroki dengan baik, (tabel 6 no 29).

Sedangkan dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum

muda di paroki Kristus Raja Sintang. Berdasarkan tabel 6 no 30 dapat kita ketahui

bahwa ada 34 (48.57%) responden mengatakan berupa teori, ada 2 (2.85%)

responden yang mengatakan berupa materi, dan ada 28 (40%) responden

mengatakan pendamping, serta ada 6 (8.57%) responden mengatakan dukungan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90

yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di paroki Kristus Raja

Sintang yaitu berupa bentuk pendampingan.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Dari paparan hasil penelitian kita telah memperoleh data mengenai

identitas responden, pemahaman kaum muda mengenai hidup menggereja,

keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja, faktor pendukung dan

penghambat kegiatan hidup menggereja kaum muda, dan peranan pendampingan

bagi hidup menggereja kaum muda.

a. Identitas respondens

Berdasarkan hasil dari jawaban responden pada tabel 2, telah diperoleh 70

responden yakni laki-laki berjumlah 31 orang (44.28%) responden, dan

perempuan 39 orang (55.72%) responden. Dari 70 responden, yang bekerja

sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) ada 1 orang (1.43%), mahasiswa ada 35 orang

(50%), pelajar ada 31 orang (44.29%), dan kariawan ada 3 orang (4.28%).

Walaupun pekerjaan para responden berbeda-beda tetapi perbedaan itu tidak

menjadi suatu persoaalan bagi para kaum muda untuk terlibat dalam kegiatan

hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang. Mereka dapat saling berbagi

pengalaman antara satu dengan yang lainnya, sehingga para kaum muda yang

masih berprofesi sebagai pelajar dapat belajar dari teman-teman yang sudah

bekerja baik sebagai kariawan maupun Pegawai Negeri Sipil (PNS).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
91

b. Pemahaman Kaum Muda Mengenai Hidup Menggereja

Dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan pada tabel 3, dapat diketahui

pemahaman para kaum muda mengenai hidup menggereja. Hidup menggereja

kaum muda dapat tercipta dengan baik apabila masing-masing kaum muda

mampu memahami dan menghayati arti hidup menggereja itu sendiri. Hidup

menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang dapat terlihat pada hasil

penelitian dalam tabel 3, sejauh mana para kaum muda dapat memahami arti

hidup menggereja dalam hidup sehari-hari mereka, sebanyak 47 (67.14%)

responden yang menyatakan sangat setuju dan ada 22 (31.43%) responden

menyatakan setuju. Melihat uraian di atas, para kaum muda sudah memahami arti

hidup menggereja. Ini merupakan awal yang baik bagi para kaum muda dalam

membangun hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang. Namun sehubunga

dengan itu masih ada 1 (1.43%) responden yang mengataka ragu bahwa hidup

menggereja adalah hidup menampakan iman, (tabel 3 no 1).

Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan

dimana pun orang atau sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada

Kristus. Para kaum muda yang mengerti dan memahami ini sebanyak 49 (70%)

responden yang menyatakan sangat setuju dan ada 20 (28.57%) responden

menyatakan setuju. Hal ini menjadi dasar dan perlu untuk dipertahankan bahkan

ditingkatkan lagi agar hidup menggereja kaum muda di paroki semakin lebih

hidup. Namun sehubungan dengan hal itu ada 1 (1.43%) responden yang

menyatakan ragu-ragu, (tabel 3 no 2).


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
92

Para kaum muda yang memahami bahwa kaum muda adalah mereka yang

berusia 13 sampai dengan 35 tahun dan belum menikah, sambil tetap

memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing daerah berdasarkan Komisi

Kepemudaan Konferensi Wali Gereja Indonesia sebanyak 23 (23,86%) responden

menyatakan sangat setuju dan ada 45 (64.28%) responden yang menyatakan

setuju. Dari sini dapat terlihat bahwa para kaum muda sudah cukup memahami

mengenai kaum muda. Namun sehubungan dengan itu masih ada 1 (1.43%)

responden yang mengatakan masih ragu-ragu, dan ada 1 (1.43%) responden yang

mengatakan tidak setuju akan kaum muda adalah mereka yang berusia 13 sampai

dengan 35 tahun dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan

kebiasaan masing-masing daerah berdasarkan Komisi Kepemudaan Konferensi

Wali Gereja Indonesia. Itu artinya beberapa orang dari para kaum muda masih

harus belajar lagi dalam memahami arti kaum muda menurut Komisi

Kepemudaan Konferensi Wali Gereja. Para kaum muda dapat juga belajar dari

Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja di mana di sana secara rinci dan

jelas bahwa kaum muda dapat dikelompokan dalam berbagi kategori salah

satunya adalah berdasarkan usia dan pendidikan, (tabel 3 no 3).

Pada masa perkembangan religius kaum muda mengalami masalah yang

berat seperti apa arti yang mutlak, arti hidup, arti agama dan ibadat, arti agama

dalam hidup, agama dalam kejahatan dan arti hidup sesudah mati, sebanyak 13

(18.58%) responden mengatakan sangat setuju dan ada 47 (67.14%) responden

mengatakan setuju. Hal ini sangat memprihatinkan bagi hidup menggereja kaum

muda, kaum muda harus lebih banyak lagi belajar agar para kaum muda dapat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
93

mengatasi masalah pada masa perkembangan religius. Walaupun demikian masih

ada 9 (12.85%) responden yang mengatakan ragu-ragu, dan ada 1 (1.43%)

responden mengatakan kurang setuju. Walaupun responden ragu-ragu bahwa pada

masa perkembangan religius kaum muda mengalami masalah yang berat seperti

apa arti yang mutlak, arti hidup, arti agama dan ibadat, arti agama dalam hidup,

agama dalam kejahatan dan arti hidup sesudah mati. Kaum muda masih perlu

meningkatkan lagi hidup menggereja mereka terutama pada masa perkembangan

religius kaum muda.

Kaum muda merupakan jantung hati dan ujung tombak bagi Gereja, oleh

karena itu berkembang tidaknya Gereja berada dalam genggaman kaum muda,

Sebanyak 16 (22.86%) responden mengatakan sangat setuju, dan 53 (75.71%)

responden mengatakan setuju. Berdasrkan uraian di atas bahwa kaum muda telah

memiliki kesadaran akan hidup dan masa depan Gereja. Hal ini hendaknya tetap

dipertahankan agar masa depan Gereja kedepanya tetap hidup dan semakin

berkembang. Namun sehubungan dengan itu masih ada 1 (1.43%) responden

mengatakan ragu-ragu, (tabel 3 no 7).

Dari tabel 3 no 8, sebagai kaum muda saya harus mampu menjadi nabi-

nabi kehidupan, cinta keutuhan, buah penyesalan yang tulus, bekerja untuk

keadilan serta hidup penuh dengan rasa syukur terhadap Tuhan, sebanyak 6

(8.58%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 50 (71.42%) responden

mengatakan setuju. Ini artinya para kaum muda sudah cukup memahami

peranannya sebagai kaum muda Katolik yaitu mampu menjadi nabi-nabi

kehidupan, cinta keutuhan, buah penyesalan yang tulus, bekerja untuk keadilan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
94

serta hidup penuh dengan rasa syukur terhadap Tuhan. Hal ini hendaknya tetap

dipertahankan agar para kaum muda semakin mampu menunjukkan dan

melaksanakan tugasnya sebagai kaum muda Katolik. Namun sehubungan dengan

itu masih ada 14 (20%) responden mengatakan ragu-ragu akan kemampuannya

untuk dapat menjadi nabi-nabi kehidupan, cinta keutuhan, buah penyesalan yang

tulus, bekerja untuk keadilan serta hidup penuh dengan rasa syukur kepada Tuhan.

Hal ini sungguh sangat memperihatinkan mengingat masa depan Gereja saat ini

berada dalam genggaman kaum muda. Ini artinya para kaum muda harus lebih

banyak lagi belajar agar para kaum muda semakin mampu menjadi nabi-nabi

kehidupan, cinta keutuhan, buah penyesalan yang tulus, bekerja untuk keadilan

serta hidup penuh dengan rasa syukur kepada Tuhan. Kaum muda dapat belajar

dari teman-teman yang lain yang sudah memiliki pengalaman dalam menjadi

nabi-nabi kehidupan, cinta keutuhan, buah penyesalan yang tulus, bekerja untuk

keadilan serta hidup penuh dengan rasa syukur kepada Tuhan, (tabel 3 no 8).

Sebagai kaum muda Katolik, saya bertanggungjawab dalam

mengembangkan, mewujudkan dan memberi kesaksian akan iman terhadap

Kristus, sebanyak 19 (27.14%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 48

(68.58%) mengatakan setuju sedangkan. Hal ini menunjukkan bahwa para kaum

muda sudah cukup memiliki tanggungjawab dalam mengembangkan,

mewujudkan dan memberi kesaksian akan iman terhadap Kristus. Hal ini

hendaknya tetap dipertahankan agar para kaum muda semakin mampu

melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai kaum muda Katolik. Namun

itu masih ada 3 (4.28%) responden yang mengatakan ragu-ragu. Ini artinya para
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95

kaum muda harus lebih banyak lagi belajar agar para kaum muda semakin

memiliki rasa tanggungjawab baik kepada diri sendiri dan juga kepda Gerejanya

sebagai wadah tempat di mana para kaum muda berkumpul bersama. Kaum muda

dapat belajar mulai dari hal yang kecil misalnya bertanggungjawab terhadap diri

sendiri dan juga orang lain melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Gereja

misalnya melalui rekoleksi, retret, weekand, tebar (temu akbar) dll, (tabel 3 no 9).

Setiap kaum muda diwajibkan untuk dapat mengembangkan imannya

masing-masing dan menjadi pewarta kabar gembira bagi semua umat, sebanyak

22 (31.43%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 47 (67.14%) responden

mengatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para kaum muda sudah

menyadari akan kewajibannya sebagai kaum muda Katolik yaitu mengembangkan

imannya masing-masing dan menjadi pewarta kabar gembira bagi semua umat.

Hal ini perlu dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi agar kaum muda

semakin nampak peranannya di dalam Gereja. Walaupun demikian masih ada 1

(1.43%) responden yang mengatakan ragu-ragu, (tabel 3 no 10).

Dari tabel 3 no 11, kaum muda diwajibkan untuk dapat menjadi garam dan

ragi dalam lingkungannya sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya masing-

masing, sebanyak 20 (28.57%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 49

(70%) responden mengatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa para kaum

muda sudah memiliki kewajiban serta rasa tanggungjawab untuk dapat menjadi

garam dan ragi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki, meskipun

kenyataan di lapangan mereka kurang mampu untuk melaksanakannya dalam

rangka kegiatan hidup menggereja. Meskipun demikian, masih ada 1 (1.43%)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
96

responden yang mengatakan ragu-ragu untuk dapat menjadi garam dan ragi.

responden mengatakan bahwa belum pasti bisa karena kurangnya pengalaman dan

pengetahuan yang mereka miliki dalam hidup menggereja.

Salah satu tugas dan tanggungjawab kaum muda adalah menjadi pengikut

Kristus dan meneladani sikap Kristus yaitu sebagai Imam, Nabi dan Raja.

Sebanyak 11 (15.71%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 51 (72.86%)

responden mengatakan setuju. Ini artinya bahwa para kaum muda tahu dan sadar

akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pengikut Kristus. Hal ini perlu

dipertahankan dan ditingkatkan lagi mengingat kaum muda merupakan jantung

hati dan ujung tombak bagi Gereja. Meski demikian, masih ada beberapa kaum

muda yang mengatakan ragu-ragu yaitu sebanyak 6 (8.57%) responden dan ada 2

(2.86%) responden yang mengatakan kurang setuju. Hal ini menunjukkan bahwa

kaum muda harus lebih banyak lagi belajar dan menimba pengalaman dari rekan-

rekannya di paroki guna meningkatkan pengetahuannya dan pengalamannya

sebagai pengikut Kristus, (tabel 3 no 13).

c. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

Dalam kegiatan hidup menggereja, keterlibatan kaum muda sama halnya

dengan peranan kaum awam yaitu sebagai warga Gereja yang tidak ditahbiskan

atau orang-orang Kristen yang oleh pembaptisan menjadi anggota Tubuh Kristus,

sebanyak 12 (17.14%) responden mengatakan sangat setuju dan ada 50 (71.42%)

responden mengatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa kaum muda paham

mengenai keterlibatan dan peranannya dalam Gereja. Hal ini perlu untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97

ditingkatkan dan dikembangkan lagi agar para kaum muda semakin mampu

melibatkan diri dalam hidup menggereja. Meskipun demikian, masih ada 6

(8.58%) responden yang mengatakan ragu-ragu, dan ada 1 (1.43%) responden

yang mengatakan kurang setuju, serta ada 1 (1.43%) responden yang mengatakan

sangat tidak setuju.

Hal ini diungkapkan oleh responden karena kurangnya pengetahuan yang

dimiliki oleh para kaum muda, beberapa dari kaum muda mengatakan mereka

belum begitu tahu apa saja tugas-tugas kaum awam dalam Gereja serta mereka

juga belum begitu yakin bahwa mereka mampu menjalankan peranan yang selama

ini dilakukan oleh para kaum awam lainnya seperti prodiakon dan menjadi

pemimpin dalam setiap pertemuan dan ibadat lingkungan. Hal ini sangat

memperihatinkan mengingat kaum muda merupakan penerus Gereja kedepannya.

Kaum muda peru mendapatkan pendampingan khusus untuk dapat meningkatkan

peranannya di dalam Gereja sebagai kaum muda sekaligus kaum awam yang

dapat mengayomi umat, (tabel 4 no 12).

Sebagai kaum muda Katolik, banyak kegiatan yang bisa diikuti oleh para

kaum muda salah satunya adalah dalam bidang liturgi, dalam bidang liturgi ada 8

(11.43%) responden mengatakan selalu, 12 (17.14%) responden mengatakan

sering, dan 49 (70%) responden mengatakan kadang-kadang, serta ada 1 (1.67%)

responden yang tidak pernah terlibat dalam kegiatan liturgi yang dilaksanakan

oleh paroki. Hal ini sungguh sangat memperihatinkan mengingat perayaan liturgi

merupakan sumber dan puncak kehidupan Kristiani, oleh karena itu kaum muda

seharunya memandang liturgi sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Hal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
98

ini juga perlu mendapat perhatian khusus agar para kaum muda dapat semakin

terlibat dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh paroki khususnya dalam bidang

liturgi Gereja, (tabel 4 no 14).

Sehubungan dengan kegiatan liturgi yang paling sering diikuti kaum muda

di Paroki Kristus Raja Sintang, sebanyak 9 (12.86%) responden mengatakan

menjadi petugas misdinar, 43 (61.42%) responden mengatakan menjadi petugas

koor, sebanyak 7 (10%) responden mengatakan menjadi petugas lektor, dan ada 6

(8.58%) responden mengatakan menjadi petugas organis, serta ada 5 (7.14%)

responden mengatakan menjadi petugas keamanan dan kolektan.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kegiatan yang paling sering diikuti

oleh para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang adalah menjadi petugas koor,

hal ini menunjukkan bahwa para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang telah

terlibat dalam bidang liturgi. Hal ini sudah bagus dan perlu ditingkatkan agar

Gereja kedepanya dapat lebih hidup dan berkembang dengan adanya keterlibatan

kaum muda dalam Gereja khususnya dalam bidang liturgi, (tabel 4 no 15).

Pada tabel 4 no 16, kita dapat melihat keterlibatan kaum muda dalam

bidang pewartaan, sebanyak 7 (10%) responden yang mengatakan sering dan ada

36 (51.42%) responden mengatakan kadang-kadang, 18 (25.71%) responden

mengatakan tidak pernah, serta ada 9 (12.85%) responden mengatakan tidak

pernah sama sekali terlibat dalam kegiatan pewartaan.

Hal ini sungguh sangat memperihatinkan, mengingat kaum muda

merupakan penerus bagi pewartaan Gereja. Ini artinya bahwa para kaum muda di

Paroki Kristus Raja Sintang harus banyak lagi belajar dan mengikuti kegiatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
99

pewartaan yang dilakukan baik itu oleh pihak paroki, wilayah maupun

lingkungan.

d. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja Kaum Muda.

Faktor pendukung dan penghambat hidup menggereja kaum muda Paroki

Kristus Raja Sintang yaitu, masalah kaum muda yang berkaitan dengan situasi

hidup di sekitarnya antara lain adalah masalah dalam diri sendiri, masalah dalam

keluarga, masalah dalam masyarakat, dan masalah dalam Gereja, sebanyak 24

(34.28%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 44 (62.86%) responden

mengatakan setuju. Dari hasil penelitian kaum muda di Paroki Kristus Raja

Sintang rata-rata menjawab setuju bahwa masalah dalam diri sendiri, masalah

dalam keluarga, masalah dalam masyarakat, dan masalah dalam Gereja

merupakan masalah yang pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Ini

sangat memperihatinkan, untuk dapat mengatasi hal tersebut kaum muda harus

memiliki kesadaran dan tahu menempatkan diri di mana mereka berada entah itu

di lingkungan keluarga, masyarakat, Gereja dan juga diri pribadi. Kaum muda

harus lebih aktif mendekatkan diri dan berkomunikasi dengan lingkungan

sekitarnya agar dapat meminimalis masalah-masalah yang sering mereka alami.

Walaupun demikian, masih ada 1 (1.43%) responden yang mengatakan ragu-ragu

dan ada 1 (1.43%) responden kurang setuju. Hal ini mereka ungkapkan karena

mereka sering mengalami masalah dalam lingkungan sekolah, (tabel 5 no 5).

Berkaitan dengan masalah yang paling sering dihadapi oleh para kaum

muda di Paroki Kristus Raja Sintang, sebanyak 49 (70%) responden mengatakan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100

masalah dalam diri sendiri, dan ada 15 (21.42%) responden mengatakan masalah

dalam keluarga, 3 (4.29%) responden mengatakan masalah dalam masyarakat, dan

ada 3 (4.29%) responden mengatakan lainnya yaitu masalah dalam lingkungan

sekolah. Melihat dari uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa masalah yang paling

sering dihadapi oleh para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang adalah

masalah dalam diri sendiri dan keluarga. Melihat hal tersebut, kaum muda harus

mampu mengatur dan menempatkan diri di lingkungan keluarga. Hal yang paling

penting adalah kaum muda harus mampu menjalin komunikasi yang terbuka

dalam lingkup keluarga agar para orang tua dapat mengerti dan memahami apa

saja masalah serta kebutuhan yang kaum muda butuhkan, (tabel 5 no 6).

Dalam kegiatan hidup menggereja, keterlibatan kaum muda sangat

dipengaruhi oleh faktor internal, sebanyak 34 (48.57%) responden mengatakan

sangat setuju, dan ada 35 (50%) responden mengatakan setuju, serta ada 1

(1.43%) responden mengatakan ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa para kaum

muda di Paroki Kristus Raja Sintang merasakan bahwa faktor internal sangat

mempengaruhi keterlibatan kaum muda di paroki. Hal ini perlu mendapatkan

perhatian khusus dari diri kaum muda, mengingat kaum muda sangat besar

pengaruhnya terhadap perkembangan dan masa depan Gereja, (tabel 5 no 17).

Sehubungan dengan faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri

kaum muda, sebanyak 27 (38.57%) responden mengatakan kurangnya

pengorganisasian diri, ada 16 (22.86%) responden mengatakan kurangnya

motivasi dalam diri, ada 9 (12.86%) responden mengatakan kurangnya

pengetahuan, dan ada 17 (24.28%) responden mengatakan kurangnya


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
101

pengalaman, serta ada 1 (1.43%) responden mengatakan lainnya (malas). Dari

uraian tersebut, dapat kita ketahui bahwa faktor internal yang paling sering

mempengaruhi kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang adalah lemahnya

pengorganisasian diri dan kurangnya motivasi dalam diri kaum muda. Hal ini

sangat memperihatinkan mengingat kaum muda merupkan generasi penerus bagi

Gereja kedepannya. Melihat besarnya permasalahan yang dialami oleh para kaum

muda dalam dirinya, kaum muda hendaknya lebih banyak lagi belajar dalam

mengatur atau memperkembangkan diri baik itu secara pribadi atau melalui

kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan Sekolah, keluarga, masyarakat mau pun

lingkungan Gereja misalnya melalui retret, rekoleksi, week and dan lainnya yang

dapat memperkembangkan pribadi kaum muda itu sendiri, (tabel 5 no 18).

Berkaitan dengan keterlibatan kaum muda sangat dipengarauhi oleh faktor

eksternal, sebanyak 26 (37.14%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada 42

(60%) responden mengatakan setuju, serta ada 2 (2.86%) responden mengatakan

ragu-ragu. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata para kaum muda di Paroki

Kristus Raja Sintang merasakan bahwa faktor eksternal sangat mempengaruhi

keterlibatan kaum muda di paroki. Ini sangat memperihatinkan, para kaum muda

dapat meminimalis masalah yang berasal dari luar dengan cara

mengkoordinasikan dan megkomunikasikan apa yang mereka butuhkan dari pihak

luar seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan juga Gereja, (tabel 5 no

19).

Sehubungan dengan faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi

diri kaum muda, sebanyak 15 (21.42%) responden mengatakan berasal dari faktor
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
102

lingkungan keluarga, dan ada 51 (72.86%) responden mengatakan berasal dari

lingkungan masyarakat, serta ada 4 (5.72%) responden mengatakan berasal dari

lingkungan sekolah.

Dari uraian tersebut, dapat kita ketahui bahwa faktor eksternal yang paling

sering mempengaruhi kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang adalah berasal

dari lingkungan masyarakat dan keluarga. Hal ini sungguh sangat

memperihatinkan karena kaum muda sangat membutuhkan dukungan dari pihak

keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan hidup menggereja kaum muda. Ini

artinya lingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga harus lebih banyak

lagi memberikan dukungan kepada para kaum muda, misalnya memberikan

tempat atau wadah kepada para kaum muda untuk beraktivitas, atau memberikan

kesempatan kepada kaum muda untuk terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan.

Dalam lingkungan keluarga misalnya orang tua harus memberi nasehat-nasehat

yang dapat menumbuh kembangkan pribadi kaum muda serta dukungan baik itu

berupa teori maupun materi, (tabel 5 no 20).

Berkaitan dengan faktor pendukung dan penghambat hidup menggereja

kaum muda, lingkungan keluarga telah mendukung kegiatan hidup menggereja

kaum muda di paroki, sebanyak 23 (32.86%) responden mengatakan sangat

setuju, dan ada 33 (47.14%) responden mengatakan setuju bahwa lingkungan

keluarga telah mendukung kegiatan hidup menggereja kaum muda di paroki. Hal

ini sudah cukup baik dan perlu ditingkatkan lagi mengingat para kaum muda

sangat membutuhkan dukungan dari pihak keluarga dalam meningkatkan hidup

menggereja mereka. Akan tetapi sehubungan dengan lingkungan keluarga telah


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
103

mendukung kegiatan hidup menggereja kaum muda di paroki masih ada 13

(18.57%) responden mengatakan ragu-ragu dan ada 1 (1.46%) responden

mengatakan kurang setuju.

Hal ini diungkapkan oleh para kaum muda karena masih ada orang tua

yang tidak mengijinkan anaknya untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja,

terutama pada kaum muda perempuan. Orang tua para kaum muda merasa kuatir

apa bila anak perempuan mereka keluar pada malam hari. Hal ini sangat

memperihatinkan dan perlu mendapat perhatin khusus dari pihak keluarga dan

juga kaum muda. Sehubungan dengan hal tersebut para kaum muda seharusnya

dapat memberikan penjelasan kepada orang tua mereka sehingga para orang tua

tidak merasa takut apabila mereka harus keluar pada malam hari untuk mengikuti

kegiatan yang dilakukan oleh Gereja, (tabel 5 no 21).

Faktor pendukung kegiatan hidup menggereja di Paroki Kristus Raja

Sintang, pihak paroki telah menyediakan fasilitas untuk meningkatkan kegiatan

hidup menggereja kaum muda di paroki, sebanyak 12 (17.14%) responden

menyatakan sangat setuju, dan ada 34 (48.57%). Mereka yang mengatakan

demikian karena mereka memanfaatkan fasilitas yang ada di paroki dengan baik.

Fasilitas yang ada di Paroki Kristus Raja Sintang antara lain: alat olah raga, alat

musik, alat kerja, ruang pertemuan dan lain sebagainya. Namun walaupun pihak

paroki telah menyediakan berbagai fasilitas ternyata masih ada 23 (32.86%)

responden yang menyatakan ragu-ragu dan 1 (1.43%) responden menyatakan

kurang setuju bahwa pihak paroki sudah menyediakan berbagai fasilitas untuk

meningkatkan kegiatan hidup menggereja kaum muda di paroki.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
104

Dari sini menjadi suatu koreksi bagi pihak paroki, fasilitas apa yang dirasa

masih kurang mendukung kegiatan hidup menggereja kaum muda di paroki.

Mereka yang mengatakan demikian ada kemungkinan tidak memanfaatkan

dengan sebaik-baiknya fasilitas yang telah tersedia, (tabel 5 no 22).

Faktor penghambat yang lainnya bisa dari latar belakang para kaum muda

itu sendiri. Dari tabel 5 no 23, sebanyak 14 (20%) responden menyatakan sangat

setuju dan ada 34 (48.57%) responden menyatakan kurang setuju bahwa

latarbelakang para kaum muda yang berasal dari berbagai daerah menjadi

penghambat kegiatan hidup menggereja di paroki. Itu artinya para kaum muda

memandang keanekaragaman yang ada di paroki menjadi suatu persoalan atau

permasalahan bagi para kaum muda dalam meningkatkan hidup menggereja di

paroki. Hal ini sangat memperihatinkan mengingat kebersamaan para kaum muda

merupakan suatu tonggak dasar bagi kaum muda untuk dapat melaksanakan

kegiatan hidup menggereja.

Sehubungan dengan itu, ada 9 (12.86%) responden yang menyatakan ragu-

ragu, 7 (10%) responden lainnya menyatakan kurang setuju dan ada 6 (8.57%)

responden yang menyatakan sangat tidak setuju bahwa latarbelakang para kaum

muda yang berasal dari berbagai daerah menjadi penghambat kegiatan hidup

menggereja di paroki. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa dari kaum muda

telah mampu menerima kemajemukan yang ada di paroki meskipun belum

sepenuhnya bisa. Kaum muda tersebut beranggapan bahwa kemajemukkan yang

ada di Paroki Kristus Raja Sintang menjadi suatu kekayaan bagi kaum muda

dalam meningkatkan keterlibatan hidup menggereja di paroki. Hal ini perlu untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
105

dipertahankan dan bahkan ditingkatkan lagi agar lewat keberagaman dan

kebersamaan itu para kaum muda semakin mampu meningkatkan hidup

menggereja mereka, (tabel 5 no 23).

e. Peranan Pendampingan bagi Hidup Menggereja Kaum Muda

Pendampingan bagi hidup menggereja kaum muda, pendampingan adalah

suatu usaha yang sifatnya dua arah yaitu dari pendamping kepada orang yang

didampingi dan sebaliknya yang bertitik tolak pada keyakinan bahwa orang dalam

hal ini adalah kaum muda mempunyai potensi yang dapat tumbuh menjadi

kenyataan, sebanyak 36 (51.43%) responden mengatakan sangat setuju, dan ada

33 (47.14%) responden mengatakan setuju. Adanya pendapat tersebut

membuktikan bahwa para kaum muda di Paroki kristus Raja Sintang, paham

mengenai pengertian pendampingan. Namun sehubungan dengan itu masih ada 1

(1.43%) responden mengatakan ragu-ragu.

Dari hasil penelitian pada tabel 6 no 25 dapat diketahui sejauh mana

pemahaman dan peranan pendampingan bagi hidup menggereja kaum muda di

Paroki. Sehubungan dengan tujuan pendampingan bagi kaum muda, sebanyak 7

(10%) responden mengatakan menjadikan kaum muda sebagai manusia Kristiani

yang dewasa, 26 (37.14%) responden mengatakan membantu perkembangan

kaum muda yang sejahtera lahir dan batin, dan ada 34 (48.58%) responden

mengatakan untuk membantu kaum muda untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan,

informasi, kecakapan sikap dan perbuatan hidup yang memadai dalam segi-segi

pokok kehidupan, serta ada 3 (4.28%) responden yang mengatakan tujuan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
106

pendampingan adalah untuk menyadarkan kaum muda untuk dapat membangun

relasi dan sesama. Seperti uraian di atas membuktikan bahwa para kaum muda

sudah memiliki kesadaran dan paham mengenai tujuan pendampingan meskipun

kenyataan di lapangan mereka kurang mampu menjalani manfaat dari

pendampingan yang telah mereka ikuti dalam rangka meningkatkan hidup

menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang.

Dari hasil penelitian pada tabel 6 no 26 dikatakan pendampingan bagi

kaum muda di Paroki telah dilakukan melalui kegiatan rekoleksi, retret dan tebar

(temu akbar), sebanyak 21 (30%) responden mengatakan sangat setuju dan ada 44

(62.86%) responden mengatakan setuju. Dari uraian di atas mengungkapkan

bahwa hampir seruluh kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang telah mengikuti

kegiatan pendampingan yang diadakan oleh pihak paroki baik itu melalui retret,

rekoleksi mau pun tebar (temu akbar). Hal ini sudah cukup baik dan perlu

ditingkatkan lagi agar para kaum muda memiliki pengetahuan dan pengalaman

dalam hidup menggereja. Di sisi lain masih banyak kaum muda yang mengatakan

ragu-ragu bahwa pendampingan bagi kaum muda di paroki telah dilakukan

melalui kegiatan rekoleksi, retret dan tebar (temu akbar), sebanyak 5 (7.14%)

responden.

Adapun alasan para responden terhadap pendampingan yang telah

dilakukan di paroki dikarenakan para kaum muda belum sepenuhnya mengikuti

kegiatan pendampingan yang dilaksanakan oleh pihak paroki entah itu melalui

rekoleksi, retret maupun tebar (temu akbar). Ini artinya para kaum muda harus

dapat melibatkan diri dan mau mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
107

paroki mulai dari sekarang, agar kedepanya kaum muda memiliki pengalaman

dalam melaksanakan kegiatan menggereja.

Pendampingan yang paling disukai oleh para kaum muda di Paroki Kristus

Raja Sintang, sebanyak 18 (25.72%) responden mengatakan pendampingan

melalui rekoleksi, sedangkan 37 (52.86%) responden mengatakan pendampingan

melalui retret, dan ada 10 (14.28%) responden mengatakan pendampingan melalui

weekand, serta ada 5 (7.14%) responden yang mengatakan pendampingan melalui

tebar (temu akbar kaum muda).

Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui bahwa pendampingan yang

paling disukai oleh para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang adalah melalui

pendampingan retret. Adapun pernyataan dari para kaum muda memilih retret

sebagai bentuk pendampingan yang paling disukai adalah karena lewat retret para

kaum muda mengasingkan diri, mundur dari kesibukkan sekolah maupun kuliah

yang biasanya mereka kerjakan sehari-hari untuk lebih memfokuskan diri kepada

Tuhan. Selain itu mereka juga mengungkapkan dibandingkan dengan rekoleksi

dan tebar, lewat retret mereka lebih menyadari dan merasakan kehadiran Tuhan

dalam hidup sehari-hari mereka. Hal ini perlu ditingkatkan agar kaum muda

memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam hidup menggereja, (tabel 6 no 27).

Dari hasil penelitian pada tabel 6 no 28 kita dapat mengetahui apakah

pendampingan yang dilaksanakan di paroki telah membantu para kaum muda

untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sebanyak 18 (25.72%) responden

mengatakan sangat setuju, dan ada 38 (54.28%) responden mengatakan setuju.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari para kaum muda telah merasakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
108

manfaat dari pendampingan yang dilaksanakan oleh paroki dalam meningkatkan

kegiatan hidup menggereja di paroki. Hal ini sudah cukup bagus dan perlu untuk

ditingkatkan lagi agar para kaum muda semakin mampu untuk menemukan dan

mengembangkan jati diri mereka sebagai kaum muda Katolik. Meskipun

demikian masih ada 13 (18.57%) responden mengatakan ragu-ragu dan ada 1

(1.43%) responden mengatakan kurang setuju. Hal tersebut mereka ungkapkan

karena meskipun mereka telah mengikuti kegiatan berbagai pendampingan yang

dilakukan oleh pihak paroki tetapi mereka masih belum bisa terlibat aktif dalam

kegiatan hidup menggereja yang ada di paroki. Berbagai alasan mereka

ungkapkan mengenai hal tersebut, antara lain kurangnya dukungan dari para orang

tua mereka serta kurangnya pengalaman dan pengetahuan dari para kaum muda

tentang hidup menggereja. Hal ini kiranya perlu mendapat perhatian khusus dari

pihak paroki agar para kaum muda mau melibatkan diri dalam kegiatan hidup

menggereja di paroki.

Fasilitas yang telah disediakan oleh pihak paroki, para kaum muda telah

memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh pihak paroki dengan baik,

sebanyak 14 (20%) responden mengatakan sangat setuju dan ada 38 (54.28%)

responden mengatakan setuju. Ini artinya sebagain besar kaum muda telah

memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan oleh pihak paroki dengan baik. Hal

ini perlu ditingkatkan lagi agar para kaum muda semakin memiliki kreativitas dan

karya-karya baru dalam hidup menggereja. Meskipun demikian, masih ada 18

(25%) responden yang mengatakan ragu-ragu.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
109

Hal ini mereka ungkapkan karena mereka tidak tahu dalam menggunakan

atau memanfaatkan fasilitas yang ada misalkan, fasilitas olahraga dan alat musik.

Sebagian dari kaum muda tidak bisa memainkan alat musik atau bermain seperti

bola voli, tenis meja dan lainnya. Hal ini sangat memperihatinkan mengingat

pihak paroki telah menyediakan fasilitas dengan baik. Bagi kaum muda,

hendaknya lebih giat lagi belajar, dan meminta bantuan teman-teman yang sudah

bisa untuk melatih menggunakan fasilitas yang ada, (tabel 6 no 28).

Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di

Paroki Kristus Raja sintang, sebanyak 34 (48.57%) responden mengatakan

dukungan berupa teori. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk dukungan yang dapat

meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang

adalah berupa teori. Adapun alasan para responden terhadap dukungan berupa

teori yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda dalam hidup

menggereja di paroki dikarenakan para kaum muda umumnya belum begitu tahu

dan paham mengenai kegiatan hidup menggereja seperti apa yang cocok dan dapat

dilakukan oleh para kaum muda di Paroki. Sedangkan yang lainnya menyatakan

ada 2 (2.85%) responden mengatakan dukungan berupa materi, dan ada 28 (40%)

responden mengatakan dukungan berupa pendamping, serta ada 6 (8.57%)

responden mengatakan dukungan berupa bentuk pendampingan.

Alasan responden mengatakan bentuk dukungan berupa teori yang dapat

meningkatkan kegiatan pendampingan adalah karena mereka menilai sulit untuk

dapat melakukan kegiatan pendampingan apabila tidak ada materi yang cukup

untuk melaksanakan pendampingan. Sedangkan yang lainnya mengatakan bahwa


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
110

dukungan pendamping yang dapat meningkatkan kegiatan pendampingan

alasannya adalah, di Paroki Kristus Raja Sintang masih kekurangan tenaga

pendamping, adapun tenaga pendamping itupun para biarawan dan biarawati.

Padahal tidak sedikit dari kaum muda yang merasa segan bila harus berhadapan

dengan romo atau pun suster.

Selain itu beberapa dari responden mengemukakan bahwa dukungan

berupa bentuk pendampingan, hal ini mereka ungkapkan karena mayoritas bentuk

pendampingan yang mereka ikuti selama ini hanyalah berupa rekoleksi dan retret.

Mereka mengharapkan ada bentuk kegiatan pendampingan yang lain yang dapat

mengembangkan segala kemampuan kaum muda yang sifatnya tidak mudah

membosankan, misalnya seperti pertemuan kaum muda antar paroki sehingga para

kaum muda dapat memiliki banyak saudara atau sahabat serta agar para kaum

muda dapat menggali pengalaman dari mudika paroki lain.

3. Kesimpulan Penelitian

a. Pemahaman Kaum Muda Tentang Hidup Menggereja

Pada umumnya kaum muda di Paroki kristus Raja Sintang tahu dan paham

mengenai hidup menggereja. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3, hidup

menggereja dipahami oleh para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang

sebagai hidup menampakkan iman dalam kehidupan sehari-hari baik itu secara

pribadi maupun secara kelompok atau golongan. Hidup menggereja tidak hanya

sekedar dipahami dan dimengerti begitu saja melainkan juga diwujudkan dalam

kehidupan sehari-hari oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun orang atau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
111

sekelompok orang yang menampakkan imannya kepada Kristus dalam hal ini

termasuk juga kaum muda. Pemahaman mengenai hidup menggereja kaum muda

di Paroki Kristus Raja Sitang tentunya masih perlu untuk terus-menerus

dipertahankan dan ditingkatkan lagi mengingat kaum muda merupakan bagian dan

masadepan bagi Gereja selanjutnya.

b. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

Para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang sebagian besar sudah

terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, meskipun keterlibatan tersebut tidak

sering atau selalu mereka laksanakan. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian

pada tabel 4 dari, dimana para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang sudah

terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan misalanya kegiatan liturgi dan pewartaan.

Kegiatan liturgi yang sering mereka ikuti adalah terlibat sebagai anggota

koor yaitu sebanyak 43 (61.42%). Hal ini tentunya perlu untuk dipertahankan dan

bahkan ditingkatkan lagi agar kegiatan liturgi Gereja dapat semakin hidup dan

terus berkembang. Sedangkan kegiatan pewartaan sungguh sangat

memperihatinkan, berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4, sebanyak 36

(51.42%) responden mengatakan kadang-kadang terlibat dan ada 18 (25.71%)

responden mengatakn tidak pernah terlibat dalam kegiatan pewartaan. Hal ini

perlu mendapat perhatian khusus dari pihak paroki mengingat kaum muda

merupakan jantung dan ujung tombak bagi Gereja Paroki Kristus Raja Sintang.

Keterlibatan hidup menggereja para kaum muda tentunya masih harus terus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
112

menerus diupayakan mengingat kaum muda merupakan penerus Gereja

kedepannya.

c. Faktor Pendukung dan Penghambat Hidup Menggereja Kaum Muda.

Hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang telah

terwujud dengan adanya dukungan dari berbagai pihak antara lain adalah pihak

keluarga, sekolah, masyarakat, dan juga Gereja, hal ini dapat terlihat dari hasil

penelitian pada tabel 5. Dengan adanya faktor pendukung tersebut maka semakin

membantu para kaum muda untuk meningkatkan kegiatan hidup menggereja

mereka di paroki. Untuk dapat meningkatkan hidup menggereja kaum muda perlu

adanya dukungan dari pihak paroki berupa teori, dukungan berupa bentuk

pendampingan, pendamping kaum muda, dan juga fasilitas yang dapat

meningkatkan kegiatan hidup menggereja kaum muda.

Sementara itu berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 tantangan terbesar

dalam upaya meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja

Sintang ialah lemahnya pengorganisasian diri kaum muda yaitu sebanyak 49

(70%) responden. Tantangan lain yang juga dapat menjadi penghambat hidup

menggereja kaum muda adalah lingkungan keluarga yang belum mendukung

sepenuhnya hidup menggereja kaum muda yaitu sebanyak 13 (18.57%)

responden. Kondisi ini tentunya dapat mempengaruhi hidup menggereja kaum

muda di Paroki, untuk itu dukungan bagi para kaum muda dalam hidup

menggereja tentunya masih perlu untuk ditingkatkan khusunya dari pihak

keluarga dan juga paroki. Untuk mendukung kegiatan hidup menggereja kaum
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
113

muda diparoki, pihak paroki peru mengadakan suatu bentuk pendampingan bagi

para kaum muda agar para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang dapat

meningkatkan hidup menggereja mereka.

d. Peranan Pendampingan bagi Hidup Menggereja Kaum Muda.

Pendampingan merupakan salah satu usaha membantu kaum muda

menyonsong masa depan dengan tujuan, materi, bentuk, metode, dan teknik

pendampingan tertentu. Adanya seorang pendamping bertujuan untuk membantu

kaum muda untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan, informasi, kecakapan, sikap,

perbuatan, prilaku hidup yang memadai dalam segi-segi pokok yang berhubungan

dengan hidup pribadi, kebersamaan dengan orang lain, dan peranan mereka dalam

keluarga, masyarakat, Gereja, Bangsa dan Negara.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6, sebagian besar kaum muda di

Paroki Kristus Raja Sintang telah merasakan manfaat dari pendampingan yang

telah mereka ikuti, sebanyak 38 (54.28%) responden yang merasakan manfaat

pendampingan yang dilakukan oleh pihak paroki telah meningkatkan hidup

menggereja kaum muda.

Untuk meningkatkan keterlibatan hidup menggereja kaum muda di Paroki

Kristus Raja Sintang perlu diadakan suatu bentuk kegiatan katekese bagi kaum

muda. Katekese berpotensi memberikan kontribusi dalam meningkatkan

keterlibatan hidup menggereja kaum muda di paroki. Katekese mempunyai

peranan dalam meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki. Lewat

katekese juga dapat memperkembangkan para kaum muda untuk lebih mampu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
114

membentuk jati diri, memotivasi diri, menambah pengetahuan, wawasan dan

pengalaman dalam hidup menggereja. Oleh karena itu, katekese dirasa masih

sangat relevan dan cocok serta mempunyai peranan dalam meningkatkan

keterlibatan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB IV

USULAN PROGRAM KATEKESE BAGI KAUM MUDA DALAM

RANGKA MENINGKATKAN HIDUP MENGGEREJA

KAUM MUDA DI PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG

KALIMANTAN BARAT

A. Katekese Kaum Muda Dalam Rangka Meningkatkan Hidup Menggereja

1. Pengertian Katekese Kaum Muda

Penyelenggaraan katekese oleh Gereja dipandang sebagai tugasnya yang

amat penting (CT. Art.1). Melalui pelaksanaan katekese Gereja bermaksud

menyampaikan kabar sukacita kepada seluruh umat manusia, agar umat manusia

yang percaya kepada-Nya akan memperoleh keselamatan dan hidup di dalam

Kristus.

Katekese adalah usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar umat

dalam hal ini adalah kaum muda semakin memahami, menghayati, dan

mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari (Telaumbanua, 1999: 5).

Dalam katekese, setiap pribadi mengkomunikasikan imannya akan Yesus Kristus.

Yesus Kristus sebagai pokok iman dan sebagai pedoman hidup. Dalam katekese

umat berkumpul untuk membagikan pengalaman iman yang dialami dalam

hidupnya kemudian bersama-sama mendalami pengalaman iman mereka

berdasarkan terang Injil Yesus Kristus. Dengan mengkomunikasikan pengalaman

iman kepada umat yang lain mereka memperoreh pengalaman yang baru dan

semakin diperkaya oleh iman sesama. Pengalaman iman yang mereka


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
116

komunikasikan bersama dapat saling memperteguhkan iman mereka akan Yesus

Kristus. Iman yang mereka hayati tidak hanya terbatas di dalam hati mereka,

namun mampu diwujudkan di dalam kehidupan bersama.

Paus Yohanes Paulus II dalam Ajaran Apostoliknya menegaskan bahwa:

Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang


dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran
Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis,
dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup
Kristen (CT, art. 18).

Dengan demikian maksud utama katekese kaum muda adalah untuk membina dan

membangun seluruh jemaat baik anak-anak, kaum muda dan orang dewasa supaya

perkembangan dalam imannya sesuai dengan ajaran-ajaran Kristiani dan hidup.

Sedangkan katekese kaum muda menurut Suhardiyanto adalah:

Komunikasi iman antar orang muda kristiani mengenai pengalaman hidup


mereka yang digali atau diungkapkan maknanya, sehingga mereka
terbantu untuk menjadi orang kristiani yang utuh (beriman, bermoral,
terbuka, memiliki harapan dan cinta,) dan siap menjadi pelaksana Sabda
Allah, demi terwujudnya Kerajaan Allah (kesejahteraan bersama lahir dan
batin bagi semua orang), (Suhardiyanto, 2010: 1).

Menjadi kaum muda Kristiani yang utuh berarti bersikap positif terhadap ciptaan

Allah melalui pribadi Sang Putra, yaitu Yesus Kristus, yang meliputi sesama

manusia dan ciptaan lain dan siap diutus untuk melanjutkan karya Allah maupun

melestarikannya. Suatu sikap yang diharapkan akan melahirkan cinta kepada

manusia lain dan alam ciptaan sebagai sesama ciptaan Tuhan.

2. Tujuan Katekese Kaum Muda

Katekese memiliki tujuan yang khas, berkat bantuan Allah

mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari kehari memekarkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
117

menuju kepenuhan serta makin menampakkan hidup kristen umat beriman, muda

maupun tua (CT. 20). Dengan demikian hasil katekese kaum muda dapat dilihat

dalam perubahan hidup yang dialami oleh kaum muda di mana mereka semakin

menyadari imannya dan menjadikannya sebagai dasar dalam tingkah laku hidup

sehari-hari dalam keluarga, Gereja maupun dalam masyarakat. Adapun tujuan

katekese orang muda menurut Suhardiyanto adalah :

Agar orang muda semakin mampu melihat kebaikan Allah dalam diri
sendiri, sesama, dan lingkungan hidupnya, agar kaum muda mampu
melibatkan diri dalam kegiatan hidup menggereja, bertanggung jawab
sebagai warga Gereja dan memiliki sikap iman Kristiani, serta semakin
rela dan siap diutus untuk mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah,
sehingga timbul semangat keterlibatan dan kepedulian dalam hidup
menggereja maupun memasyarakat (Suhardiyanto, 2005: 2).

Secara umum tujuan katekese kaum muda adalah agar kaum muda semakin

mampu memiliki iman yang mendalam akan Allah yang telah memberikan

kehidupan kepada mereka dan sebagai wujud rasa syukur atas kebaikan Allah,

kaum muda juga diharapkan mampu untuk memaksimalkan semua kemampuan

yang telah mereka miliki yaitu mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah

dalam kehidupn sehari-hari baik itu di lingkungan keluarga, masyarakat dan juga

Gereja.

3. Peranan Kongkret Katekese Kaum Muda dalam Rangka Meningkatkan Hidup

Menggereja

Peranan kongkret katekese kaum muda dalam meningkatkan keterlibatan

kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan

Barat adalah sebagai berikut :


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
118

a. Menyuburkan dan membangkitkan pertobatan kaum muda

Pertobatan sebagai momen fundamental dan pemersatu dinamisme iman

termasuk bidang katekese sekalipun pertobatan itu pada dirinya adalah

sasaran evangelisasi dalam arti sempit. Akan tetapi kenyataan menunjukkan,

terutama dalam Gereja yang telah bertradisi Kristiani bahwa penyerahan diri

secara menyeluruh pada awal satu katekese tidak mungkin terjadi. Hal ini

sebagian besar disebabkan oleh kebiasaan pembatisan pada usia kanak-

kanak dan sebagian lagi oleh kekurangan pelayanan pastoral. Yang

berakibat terhambatnya perkembangan iman secara teratur dan tidak

tercapainya pertobatan (CT 19: 134)

b. Membimbing kaum muda untuk memahami misteri Kristus

Katekese kaum muda berfungsi sebagai media pendidikan iman tidak boleh

melupakan aspek pengetahuan iman dan juga sikap iman. Tugasnya adalah

mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan lengkap perihal

Misteri Kristus sebagai obyek sentral iman.

c. Mendorong kaum muda bertindak aktif dalam Gereja dan masyarakat

Dalam proses pendidikan iman yang terarah pada kedewasaan harus

dikembangkan pula komponen operatif, yakni berbuat sesuatu bagi Gereja

dan masyaarakat sesuai dengan situasi dan pola hidup, misalnya terlibat

dalam liturgi, kerigma, pewartaan, diakonia, dan persekutuan. Dalam

konteks ini dapat dikatakan bahwa katekese kaum muda berupa inisiasi ke

dalam suatu proses yang mengubah manusia secara intern. Dasar teologis

perubahan ini adalah kebersamaan dalam kematian dan kebangkitan Kristus.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
119

d. Menumbuhkan dan mendewasakan sikap

Pendidikan sikap harus juga menjadi sasaran katekese, bahkan tugas ini jauh

lebih menetukan. Pengetahuan agama dan perilaku Kristiani tidak menjamin

pertumbuhan iman, jika tidak dipadu dengan pendewasaan sikap iman.

Sehingga pendewasaan sikap iman dijadikan tujuan sentral dari kegiatan

katekese. Untuk memahami tujuan sentral perlu dipahami konsep biblis dan

tradisi yang menempatkan pada pusat hidup seorang Kristen sikap dasariah

ini, iman pengharapan dan cinta kasih, dalam proses pendidikan iman

ketiganya tidak terpisahkan, sebab pada dasaranya pengharapan dan cinta

adalah dimensi yang tidak terpisahkan dari sikap iman.

4. Proses Katekese Kaum Muda dengan Model SCP

Dalam pelaksanaan katekese model SCP (Shared Christian Praxis) ini ada

lima langkah yang harus dilaksanakan yaitu: pertama, pengungkapan pengalaman

hidup faktual peserta, kedua refleksi kritis atas pengungkapan pengalaman hidup

faktual, ketiga mengusahakan supaya tradisi dan visi Kristiani lebih terjangkau,

keempat interprestasi atau tafsir dialektis antara tradisi dan visi Kristiani dengan

tradisi dan visi peserta, serta kelima keterlibatan baru demi semakin terwujudnya

Kerajaan Allah di dunia (Sumarno, 2006:18).

a. Pengertian Shared Christian Praxis (SCP)

Menurut Thomas Groome Shared Christian Praxis (SCP) adalah:

Suatu katekese yang bersifat dialogis partisipasif di mana orang-orang


berefleksi secara kritis terhadap pengalaman hidup mereka sendiri pada
suatu waktu dan tempat dan terhadap realitas sosiokultural mereka,
mempunyai akses bersama ke dalam cerita atau visi dan mampu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
120

mengambil keputusan demi terwujutnya nilai-nilai kerajaan Allah. Melalui


pengertian ini dapat dipahami bahwa pengalaman hidup secara faktual
itulah yang akan direfleksikan dan kemudian dikonfrontasikan dengan visi
tradisi Kristiani, bagi seluruh ciptaan demi makin terwujudnya nilai-nilai
Kerajaan Allah (Heryatno Wono Wulung, 1997: 1).

Jadi diharapkan pemilihan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) dapat

menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah yang terjadi dalam

penyelenggaraan pendampingan kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang.

Dengan demikian pemakaian model ini ingin menggarisbawahi persoalan-

persoalan yang sedang berkembang yang menyangkut persoalan psikologis

maupun persoalan kaum muda, yang akan diolah secara bersama dan

dikonfirmasikan dengan Tradisi atau Visi Kristiani demi mewujudkan nilai-nilai

Kerajaan Allah.

b. Shared

Istilah shared menunjuk pengertian komunitas yang timbal balik, sikap

partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta, terbuka (inklusif) baik untuk

kedalaman diri pribadi, kehadiran sesama, maupun untuk rahmat Tuhan. Dengan

demikian proses ini menekankan adanya proses yang menggarisbawahi aspek

dialog, kebersamaan, keterbukaan dan keterlibatan semua orang untuk mampu

menjadi peserta yang aktif dalam mengikuti proses dengan semangat

kebersamaan.

Semangat kebersamaan dalam berdialog sangat diperlukan supaya orang

yang berbicara dapat mengungkapkan pengalaman dirinya secara lebih leluasa dan

orang yang mendengarkan memperoleh wawasan dan pengalaman iman yang baru
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
121

dan dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya (Heryatno Wono Wulung,

1997: 4). Untuk membicarakan atau mendengarkan merupakan dua hal pokok

yang sangat penting dalam proses katekese Shared Christian Praxis.

Membicarakan tidak berarti berbicara saja atau omong-omong terus

menerus tanpa memberi kesempatan kepada orang lain berbicara. Membicarakan

berarti menyampaikan apa yang menjadi kebenaran dan pengalaman kita secara

pribadi. Sedangkan mendengarkan berarti mendengar dengan hati dan rasa tentang

apa yang dikomunikasikan oleh orang lain. Oleh karena itu berbicara

membutuhkan suasana yang bersahabat, adanya keterbukaan dan yang

mendengarkan perlu siap untuk mendengarkan dengan sepenuh hati (Sumarno,

2007: 17).

c. Christian

Kata christian menekankan kesempatan untuk membuat jalan masuk bagi

peserta kepada tradisi atau visi Kristiani sepanjang zaman dan memberi peluang

kepada kaum muda untuk mengambil maknanya sehingga tradisi atau visi

Kristiani tersebut semakin relevan dengan situasi dan kondisi saat ini.

Tradisi Kristiani mencakup Kitab Suci, Liturgi, simbol, ritus, dogma,

pengakuan iman, riwayat hidup orang-orang kudus dan visi Kristiani dapat

diartikan sebagai cita-cita Kerajaan Allah (Sumarno, 2007: 17). Oleh karena itu

semua jemaat beriman khususnya kaum muda mengemban tugas mulia ini melalui

dialog ataupun komunikasi iman berdasarkan pengalaman hidup faktual yang

diintergrasikan dengan tradisi atau visi Kristiani, sehingga tradisi dan visi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122

Kristiani yang terjadi sepanjang sejarah umat manusia sungguh menjadi milik

jemaat secara pribadi maupun secara kelompok (HeryatnoWono Wulung, 1997:

2).

d. Praxis

Praxis dalam pengertian model katekese ini bukanlah hanya suatu

“praktek” saja, tetapi suatu tindakan yang sudah direfleksikan. Praxis sebagai

perbuatan atau tindakan meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia, segala

sesuatu yang diperbuat oleh manusia dengan tujuan tertentu. Praxis mengacu pada

tindakan manusia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup meliputi

kesatuan antara praktek dan teori (yang membentuk suatu kreativitas), antara

refleksi kritis dan kesadaran historis (mengarah pada keterlibatan baru).

Praxis merupakan suatu praktek yang didukung oleh refleksi teoritis dan

sekaligus suatu refleksi teoritis yang didukung oleh praktek. Praxis ini merupakan

ungkapan pribadi yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritual

dari hidup kita. Tindakan ini meliputi sesuatu yang kumiliki, kurasakan, kualami.

Sesuatu yang faktual dan bukan sesuatu yang teoritis, atau apa yang dikatakan

oleh orang tanpa pembuktian. Dalam peristilahan ini, Praxis masa kini meliputi

sesuatu yang terjadi di masa lampau, yang sedang terjadi dan sesuatu yang akan

terjadi di masa depan.

Praxis memiliki tiga unsur pembentuk yang saling berkaitan: aktivitas,

refleksi dan kreatifitas. Ketiga unsur pembentuk itu berfungsi untuk

membangkitkan perkembangan imajinasi, meneguhkan kehendak dan mendorong


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123

Praxis baru yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan moral (Sumarno,

2007: 23).

Secara ringkas, ketiga unsur itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Aktivitas meliputi mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial,

hidup pribadi dan kegiatan publik bersama yang merupakan medan masa kini

untuk perwujudan diri manusia. Karena bersifat historis, tindakan manusia

perlu ditempatkan dalam konteks waktu dan tempat tertentu.

2) Refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan

sosial pada masa lampau, terhadap Praxis pribadi dan kehidupan bersama

masyarakat serta terhadap “Tradisi” dan “Visi” iman Kristiani sepanjang

sejarah

3) Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan refleksi yang

menekankan sifat transenden manusia dalam dinamika menuju masa depan

untuk Praxis baru.

e. Langkah-langkah Shared Christian Praxis (SCP)

Dalam kedua bukunya Thomas H. Groome mengemukakan 5 (lima)

langkah pokok. Pada prinsipnya langkah-langkah dalam kedua buku tersebut tidak

jauh berbeda. Namun dalam buku yang kedua, Groome menyampaikan beberapa

perubahan, dan tetap mengemukakan 5 (lima) langkah pokok yang didahului

langkah 0, sebagai berikut:

1) Langkah 0 (Awal)

Pemusatan aktivitas
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124

a) Tujuan:

Mendorong kaum muda (subyek utama) menemukan topik yang bertolak

dari kehidupan kongkret yang selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan.

Dengan demikian tema dasar sungguh-sungguh mencerminkan pokok-

pokok hidup, keperihatinan, permasalahan, dan kebutuhan mereka.

b) Sarana

Bisa simbol, keyakinan, cerita, bahasa foto, poster, video, kaset suara, film,

telenovela, atau sarana lainnya yang menunjang peserta menemukan salah

satu aspek yang bisa menjadi topik dasar untuk pertemuan tersebut.

c) Pemusatan aktivitas, mengungkapkan apa?

Mengungkapkan keyakinan bahwa Allah senantiasa aktif mewahyukan diri

dan kehendak-Nya di tengah-tengah kehidupan manusia. Melalui refleksi,

sejarah manusia dapat menjadi medan perjumpaan antara pewahyu Allah

dan tanggapan manusia terhadap-Nya.

d) Petunjuk pemilihan tema dasar

Pertama, tema dasar hendaknya sungguh-sungguh mendorong peserta

(kaum muda) untuk terlibat aktif dalam pertemuan; kedua, pemilihan tema

dasar konsisten dengan model “Shared Christian Praxis” yang menekankan

partisipasi dan dialog; ketiga, tema dasar tidak bertentangan dengan iman

kristiani.

e) Tanggung jawab pembimbing, pertama menciptakan lingkungan psikologis

dan fisik yang mendukung (kondusif); kedua, memilih sarana yang tepat;

ketiga, membantu peserta merumuskan prioritas tema yang tepat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
125

2) Langkah I (Pertama)

Pengungkapan pengalaman hidup faktual kaum muda (mengungkapkan

pengalaman hidup peserta)

a) Tujuan

Berdasarkan tema dasar, langkah ini membantu kaum muda untuk

mengungkapkan pengalaman hidup faktual.

b) Isi

Berdasarkan pengalaman kaum muda sendiri, atau kehidupan dan

permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat.

c) Cara yang dipakai

“Sharing”, peserta membagikan pengalaman (to share) pengalaman hidup

yang sungguh-sungguh dialami dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu

laporan. Dalam dialog ini peserta boleh diam, karena “diam” pun

merupakan salah satu cara berdialog. “Diam” tidak sama dengan “tidak

terlibat”

d) Bentuk

Lambang, tarian, nanyi, puisi, pantonim, dan sebagainya. Yang penting,

bentuk tersebut dapat dimengerti oleh peserta lain dan betul-betul

mengungkapkan pengalaman hidup faktual.

e) Peran dan tanggungjawab pendamping

Pertama, berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan

menjadi hangat dan mendukung peserta untuk mebagikan praxis hidupnya

berkaitan dengan tema dasar. Kalau peserta banyak, sebaiknya dibagi dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126

kelompok-kelompok kecil; kedua, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang

(1) jelas, (2) terarah, (3) tidak menyinggung harga diri seseorang, (4) sesuai

dengan latar belakang peserta, dan (5) bersifat terbuka dan obyektif

(misalnya: gambarkan, lukiskan, atau ceritakan apa yang anda temui, lihat,

dengar dan lakukan?).

f) Sikap pembimbing

Ramah, sabar, hormat, bersahabat, peka pada latar belakang keadaan dan

permasalahan peserta, katakan pada peserta bahwa mereka boleh memilih

pertanyaan yang cocok.

3) Langkah II (kedua)

Refleksi kritis atas sharing pengalaman faktual (mendalami pengalaman

hidup peserta)

a) Tujuan

Memperdalam saat refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis

akan pengalaman hidup dan tindakannya.

b) Tanggungjawab pembimbing

Pertama, menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan

mendukung setiap gagasan serta sumbang saran peserta; kedua,

mengundang refleksi kritis setiap peserta; ketiga, mendorong peserta supaya

mengadakan dialog dan penegasan bersama yang bertujuan memperdalam,

menguji pemahaman, kenangan, dan imajinasi peserta; keempat, mengajak

peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa; kelima, menggunakan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127

pertanyaan yang menggali tidak mengintrogasi dan mengganggu harga diri

dan apa yang dirahasiakan oleh peserta; keenam, menyadari kondisi peserta,

lebih-lebih mereka yang tidak bisa melakukan refleksi kritis terhadap

pengalaman hidupnya.

4) Langkah III (ketiga)

Mengusahakan supaya tradisi dan visi kristiani lebih terjangkau (menggali

pengalaman iman kristiani)

a) Tujuan

Mengkomunikasikan nilai-nilai tradisi dan visi kristiani agar lebih

terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang konteks dan

latar belakang kebudayaan beriman.

b) Tradisi dan visi

Tradisi dan visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan dari dan kehendak

Allah yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta

mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut. Sifat

pewahyuan Ilahi: dialogal dan menyejarah, normatif,, seperti terungkap

dalam Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, devosi,

seni dalam Gereja, kepemimpinan, dan kehidupan jemaat beriman.

c) Peranan pembimbing

Untuk menafsirkan, pembimbing perlu: pertama, menghormati Tradisi dan

Visi Kristiani sebagai yang otentik dan normatif; kedua, cara dan isi tafsiran

bertujuan memberi informasi dan membantu peserta agar nilai-nilai Tradisi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128

dan Visi Kristiani menjadi miliknya; ketiga, menggunakan metode yang

tepat. Pembimbing bisa menggunakan metode kuliah, diskusi kelompok,

memanfaatkan produk-produk audio visual atau media murah; keempat,

bersifat tidak mendikte tetapi mengantar peserta pada pusat kesadaran, tidak

mengulang-ulang rumusan, tidak bersikap sebagai ‘Guru”; kelima, tafsiran

dari pembimbing mengikutsertakan kesaksian iman, harapan, dan hidupnya

sendiri; keenam, harus membuat persiapan yang matang dan studi sendiri.

5) Langkah IV (empat)

Interpretasi atau Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan

Tradisi dan Visi Peserta (Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi peserta

kongkret).

a) Tujuan

Mengajak peserta (kaum muda), berdasarkan Visi dan tradisi Kristiani,

menemukan bagi dirinya sendiri nilai hidup yang hendak digarisbawahi,

sikap-sikap pribadi yang picik yang hendak dihilangkan, dan nilai-nilai

hidup mereka ke dalam Tradisi dan Visi Kristiani, dilain pihak

mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan Visi Kristiani.

b) Apa yang terjadi?

Peserta mendialogkan hasil pengolahan mereka pada langkah pertama dan

kedua dengan isi pokok langkah ketiga. Mereka bertanya, bagaimana nilai-

nilai Tradisi dan Visi Kristiani meneguhkan, mengkritik atau

mempertanyakan, dan mengundang mereka untuk melangkah pada


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129

kehidupan yang lebih baik dengan semangat, nilai, dan iman yang baru demi

terwujudnya Kerajaan Allah.

c) Apa yang didialogkan?

Pesan, sikap, intuisi, persepsi, evaluasi, dan penegasannya yang menyatakan

kebenaran, nilai serta kesadaran yang diyakini.

d) Cara

Dengan tulisan, penjelasan, simbol, atau ekspresi artistik.

e) Yang perlu dihindari

Subetifisme dan obyektifisme: bahwa pendapat peserta yang paling benar;

obyektifisme: bahwa tafsiran pembimbing sebagai kebenaran satu-satunya.

f) Peranan pembimbing

Pertama; menghormati kebebasan dan hasil penegasan dari peserta,

termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing; kedua, meyakinkan

peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan

Visi mereka dengan nilai Tradisi dan Visi Kristiani; ketiga, mendorong

peserta untuk merubah sikap dari pendengar pasif menjadi pihak yang aktif;

keempat, menyadari bahwa tafsiran pembimbing bukan harga mati; kelima

mendengar dengan hati tanggapan, pendapat, dan pemikiran peserta.

6) Langkah V (kelima)

Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia ini

(mengusahakan suatu aksi kongkret)

a) Tujuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130

Mengajak peserta (kaum muda) agar sampai pada keputusan praktis yang

dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap perwahyuan Allah yang terus

berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia dalam komunitasnya dengan

Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan Tradisi Kristiani. Keperihatiannya

adalah praktis, yakni mendorong keterlibatan baru dengan jalan

mengusahakan metanoia: pertobatan pribadi dan sosial yang kontinyu.

b) Bentuk, sifat, subyek dan arah keputusan

Karena dipengaruhi oleh topik dasar, maka keputusan dapat beraneka ragam

bentuk dan sifatnya; subyek dan arahnya. Bentuknya, ada yang menekankan

aspek kognitif (pemahaman), aspek afektif (perasaan), dan tingkah laku

(praktispolitis). Sifatnya, bisa lebih menyangkut tingkat personal,

interpersonal, atau sosial politis. Subyeknya, dapat bersifat aktivitas pribadi

atau tindakan bersama. Arahnya, dapat lebih intern untuk kepentingan

kelompok atau eksternal untuk kepentingan di luar kelompok (keterlibatan

kepada sesama).

c) Tanggungjawab pembimbing

Pertama; Menyadari hakiki praktis, inovatif, dan transformatif dari langkah

ini; kedua, merumuskan pertanyaan-pertanyaan operasional (tidak perlu

muluk-muluk) yang membantu peserta; ketiga, menekankan sikap optimis

yang realistis pada peserta; keempat, pembimbing dapat merangkum hasil

langkah pertama sampai ke empat, supaya dapat lebih membantu peserta;

kelima, mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan pribadi dan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131

bersama; keenam, sebagai penutup peserta diajak untuk merayakan liturgi

sederhana untuk mendoakan keputusan bersama.

B. Program Katekese Kaum Muda dengan Model SCP Sebagai Usaha

Meningkatkan Hidup Menggereja Kaum Muda Katolik di Paroki

Kristus Raja Sintang.

1. Pengertian Program

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia program diartikan sebagai suatu

rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan

(Poerwadarminto, 1961:771). Program adalah prosedur yang dijadikan landasan

untuk menentukan isi dan urutan acara yang dilaksanakan (Mangunharjana,

1986:16).

Dengan demikian program dapat diartikan sebagai usaha yang dirumuskan

sedemikian rupa untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian ini mengandaikan

bahwa penyusunan program dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan

untuk membantu mengembangkan peserta yang didampingi. Oleh karena itu,

program mempunyai peranan penting untuk kemantapan dan kelancaran dalam

pelaksanaan kegiatan.

Program (Suhardiyanto, 1998:3) diperlukan demi kemantapan dan

kelancaran suatu tugas. Adapun program dalam skripsi ini adalah sebagai sebuah

rancangan atau usulan kegiatan yang tersusun secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga harapannya dapat membantu pembinaan dalam

meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja di Paroki Kristus


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132

Raja Sintang. Oleh karena itu, isi program perlu mempertimbangkan minat,

kemampuan, sesuai dengan kondisi peserta atau dengan kata lain sesuai dengan

kehidupan nyata.

Dalam rangka membantu para kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang

memahami makna hidup menggereja serta meningkatkan keterlibatan kaum muda

dalam hidup menggereja, maka penulis memilih katekese kaum muda model SCP.

Katekese kaum muda model SCP merupakan proses “dialogis partisipasif” yaitu

model yang mengusahakan terjadinya dialog antara visi dan tradisi hidup peserta

dengan visi dan tradisi Kristiani. Model ini cukup sesuai dengan keadaan dan

situasi peserta karena dapat mendorong peserta untuk merefleksikan pengalaman

hidupnya (visi pribadi) dan menerapkannya dengan Sabda Allah yang hidup (visi

Kristiani).

Alasan pemilihan katekese kaum muda model Shared Christian Praxis

(SCP) adalah agar peserta dapat mengungkapkan pengalaman, menggali dan

menafsirkan pengalaman hidup mereka sehingga mereka dapat menemukan nilai-

nilai baru yang nantinya dapat diterapkan dan diwujudkan dalam kehidupan

sehari-hari khususnya dalam keterlibatan kehidupan menggereja. Selain dari itu,

alasan penulis memilih katekese kaum muda model SCP karena dalam proses

katekese sifatnya tidak menoton, maksudnya yang berbicara dalam proses

katekese ini tidak hanya pendampingnya saja, melainkan pesertanya juga diajak

untuk terbuka dan dapat terlibat aktif untuk merefleksikan pengalaman hidup

mereka. Katekese kaum muda model SCP ini yang paling penting adalah suasana

yang diciptakan tidak tegang dan kaku, melainkan santai namun tetap serius.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133

2. Latar Belakang Program Katekese Kaum Muda

Dalam rangka meninjaklanjuti hasil penelitian yang telah dilaksanakan,

maka penulis membuat usulan program katekese kaum muda di Paroki Kristus

Raja Sintang. Setelah melihat hasil penelitian, ditemukan beberapa persoalan.

Persoalan mendasar yang perlu mendapat perhatian adalah kurangnya keterlibatan

kaum muda dalam hidup menggereja di paroki. Melihat situasi dan kondisi seperti

itu, kegiatan katekese dirasakan sangat bermanfaat untuk kaum muda. Selain ingin

menanggapi persolalan yang menyangkut keterlibatan kaum muda, akan diusulkan

juga persoalan secara umum yang dihadapi oleh kaum muda di Paroki Kristus

Raja Sintang. Persoalan umum tersebut menyangkut masalah dalam diri kaum

muda dan relasi pribadi dengan lingkungan keluarga. Oleh karena itu untuk

mengatasi persoalan di atas, maka katekese bagi kaum muda masih dirasakan

sangat penting dilaksanakan untuk menanggapi persoalan yang menyangkut

keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Dengan demikian setelah kaum

muda mengikuti katekese ini, diharapkan agar para kaum muda di Paroki Kristus

Raja Sintang semakin mampu untuk terlibat dalam setiap kegiatan dan usaha yang

dilakukan oleh pihak paroki, agar Paroki Kristus Raja Sintang ke depanya dapat

menghadapi serta menjawab tantangan zaman yang semakin berkembang.

Program katekese kaum muda ini akan menjadi landasan untuk

menentukan judul, tujuan, isi atau materi, metode dan sarana yang akan disajikan

kepada peserta. Dalam proses katekese ini diusahakan komunikasi yang efektif

antara fasilitator dan peserta, dengan demikian komunikasi yang aktif dari peserta

tetap menjadi prioritas utama agar peserta sungguh-sungguh mengalami,


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134

merasakan dan terlibat langsung baik secara pribadi maupun kelompok di dalam

keseluruhan proses katekese. Penulis berharap program katekese ini dapat

mengembangkan pribadi dan iman kaum muda itu sendiri sehingga menjadi

pribadi yang dewasa imannya dan berguna baik bagi keluarga, Gereja dan juga

masyarakat.

3. Tujuan Program

Tujuan dari program katekese yang dibuat untuk kaum muda Paroki

Kristus Raja Sintang ialah untuk memperjelas arah dan tujuan yang ingin dicapai

dari proses pendampingan. Penyelenggaraan katekese kaum muda akan berjalan

dengan baik dan lancar apabila dilakukan persiapan yang matang.

Melalui program katekese yang akan disusun ini seorang pendamping atau

fasilitator di Paroki Kristus Raja Sintang dapat mengetahui tujuan yang akan

dicapai yaitu menyangkut proses secara umum kegiatan katekese yang

dilaksanakan. Selain itu melalui hasil penelitian yang telah dilaksanakan

ditemukan persoalan mengenai masalah dalam diri kaum yaitu lemahnya

pengorganisasian diri kaum muda serta kurangnya motivasi dalam diri kaum

muda.

Oleh karena itu dengan adanya program katekese ini, diharapkan dapat

membantu dalam upaya meningkatkan semangat kaum muda dalam rencana

kegiatan katekese yang akan dilaksanakan. Dengan demikian diharapkan dapat

membantu kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang untuk semakin mampu

melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang ada di paroki serta semakin tumbuh
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135

dan berkembang pribadi dan imannya baik dalam keluarga, Gereja dan

masyarakat.

4. Pemilihan Tema dan Tujuan

Program merupakan hal yang penting untuk mencapai suatu tujuan yang

telah ditentukan, karena dengan program arah dan tujuan dapat lebih mudah

dicapai serta pelaksanaannyapun dapat lebih teratur, terarah, dan efektif. Tujuan

pembuatan program katekese adalah untuk memperjelas arah dan tujuan, serta

mempermudah pelaksanaan katekese dengan tema-tema yang telah disusun

sehingga tujuan dapat dicapai secara optimal. Pembuatan program ini juga

diharapkan dapat membantu para pendamping dalam memberikan katekese bagi

kaum muda. Dengan mampu memahami makna hidup menggereja diharapkan

kaum muda dapat semakin mampu terlibat aktif dalam kehidupan menggereja

maupun masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dan

untuk menanggapi permasalahan yang dihadapi kaum muda di Paroki Kristus

Raja Sintang, maka penulis memilih tema katekese sebagai berikut: ”Berani

Terlibat dan Bertanggungjawab dalam Hidup Menggereja”. Sedangkan tujuannya

adalah: Bersama-sama pendamping, kaum muda peserta pendampingan

memahami hidup menggereja sehingga diharapkan semakin berani dan

bertanggungjawab serta semakin meningkatkan pula semangat keterlibatan

mereka dalam hidup menggereja. Tema tersebut dipilih karena penulis merasa

sangat cocok dan sesuai dengan kebutuhan kaum muda, yaitu agar kaum muda di

Paroki Kristus Raja semakin mampu memahami dan terlibat aktif dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136

kehidupan menggereja. Berdasarkan tema di atas maka penulis membaginya lagi

dalam 6 (enam) sub tema dan tujuan sebagai berikut:

Tema 1 :Kaum Muda dalam Gereja

Tujuan :Bersama-sama pendamping kaum muda semakin memahami akan

tugas dan peranan mereka dalam Gereja, sehingga mereka mau

terlibat dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja.

Tema 2 :Kaum muda harapan Gereja

Tujuan :Bersama-sama pendamping, peserta semakin mampu menyadari

bahwa mereka adalah tulang punggung dan harapan bagi Gereja

sehingga Gereja ke depannya dapat lebih hidup dan berkembang

Tema 3 :Tanggungjawab kaum muda sebagai warga Gereja dan utusan

Allah.

Tujuan :Bersama-sama pendamping, peserta semakin menyadari tanggung

jawabnya sebagai warga Gereja dan utusan sehingga semakin

mampu meneladani Yesus Kristus dalam melaksanakan tanggung

jawab dan tugas perutusan Bapa.

Tema 4 :Menghayati hidup iman pribadi dalam hidup Menggereja dalam

keluarga, Gereja, dan Masyarakat.

Tujuan :Bersama pendamping, peserta semakin menyadari pentingnya

menghayati hidup iman pribadi sebagai sarana untuk menjadi saksi

kabar gembira Tuhan sehingga sikap hidup iman pribadi dapat

diwujudkan di dalam kehidupsn sehari-hari baik lingkungan

keluarga, Gereja, dan Masyarakat.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
137

Tema 5 :Keterlibatan dan keikutsertaan kaum muda dalam hidup

menggereja

Tujuan :Bersama-sama pendamping peserta semakin memahami akan

makna perwujudan iman sehingga kaum muda dapat ikut terlibat

secara langsung dalam setiap kegiatan sehari-hari baik dalam hidup

menggereja maupun bermasyarakat.

Tema 6 :Menjadi Garam Dunia

Tujuan :Bersama pendamping, peserta menyadari dirinya sendiri sebagai

orang muda Katolik dan menjadi murid Yesus Kristus sehingga

siap diutus untuk mengamalkan dan mewartakan ajaran-Nya dalam

kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

C. Usulan Program Katekese Kaum Muda

Tema : Berani Terlibat dan Bertanggungjawab dalam Hidup Menggereja

Tujuan : Bersama-sama pendamping, kaum muda peserta pendampingan mampu memahami hidup menggereja dan diharapkan

mampu bertanggungjawab serta semakin meningkat pula semangat keterlibatan mereka dalam hidup menggereja.

No Sub Tema Tujuan Tema Materi Metode Sarana Sumber Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1 Kaum Muda Membantu kaum 1. Siapakah kaum 1. Sharing 1. Kitab Suci 1. Mangunhardjana,
Dalam Gereja muda untuk semakin muda? pengalam 2. Teks lagu Pendampingan kaum
memahami akan 2. Peranan kaum 2. Diskusi 3. Teks pertanyaan muda.1986: 11-20
tugas dan peranan muda dalam kelompok 4. Filem “Nick” 2. Matius 10:5-15
mereka dalam Gereja 3. Refleksi pribadi 5. Tape recorder 3. Bergant & Karris, 2002: 48
Gereja, sehingga 3. Matius 10:5-15 4. Informasi 6. Gitar 4. Komisi Kepemudaan KWI,
mereka mau terlibat 5. Tanya jawab 7. Laptop 1999:21
dalam kegiatan 8. LCD 5. LG, art 34-36
hidup menggereja 6. Suhardiyanto, pendampingan

138
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

No Sub Tema Tujuan Tema Materi Metode Sarana Sumber Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


katekese bagi orang muda.
2006: 1-4
1. Pink, A. W A. Soenarja. SJ,
2. Kaum muda Bersama-sama 1. Siapakah 1. Informasi 1. Madah bakti
Inspirasi Hidup (1945).
harapan pendamping, peserta kaum muda? 2. Sharing 2. Gitar
2. Tafsiran Alkitab Perjanjian
Gereja semakin mampu 2. Kebutuhan 3. Dinamika 3. Teks Kitab Suci
Baru (2002). Yogyakarta:
menyadari bahwa kaum muda kelompok 4. Gereja bagai
Kanisius.
mereka adalah 3. Harapan 4. Tanya jawab bahtera MB no.
3. Mangunhardjana,
harapan bagi Gereja Gereja 518
Pendampingan Kaum muda
kedepannya. terhadap kaum 5. Bangun Dunia
1986: 1-9
mudam Baru" MB no.
4. SAGKI, 2005: 346-350
4. Lukas 24: 13- 52
5. Lukas 24: 13-27
27
3. Tanggung- Bersama-sama 1. Tanggungjawa 1. Informasi 1. Film “Kampung 1. Yohanes 16: 5-11
jawab kaum pendamping, peserta kaum muda 2. Sharing Sawah” 2. Dianne B. CSA dan Robert
muda sebagai semakin menyadari terhadap Kelompok 2. Teks lagu ”Hari J. Karris, OFM
warga Gereja tanggung jawabnya Gereja 3. Diskusi ini kirasa Buku Tafsir Alkitab

139
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

No Sub Tema Tujuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


dan utusan sebagai warga 2. Arti utusan kelompok bahagia” Perjanjian Baru,
Allah. Gereja dan utusan 3. Kaum muda 4. Tanya jawab 3. Laptop dan Yogyakarta: Kanisius. Hal
sehingga semakin sebagai utusan LCD 192 Pink, A. W, (1945).
mampu meneladan Allah dalm 4. Teks Kitab Suci 3. A. Soenarja. SJ, Inspirasi
Yesus Kristus dalam Gereja Perjanjian Baru Hidup. Hal 368.
melaksanakan 4. Yohanes 16: 5- 5. Lilin Dan Salib
tanggung jawab dan 11 6. Buku Madah
tugas perutusan Bakti No. 457
Bapa
4. Menghayati Bersama 1. Pentingnya 1. Refleksi Pribadi 1. Teks lagu 1. Kisah Para Rasul 2: 41 –
hidup iman pendamping, peserta penghayatan 2. Sharing “Kusiapkan 47
pribadi dalam semakin menyadari iman hidup kelompok Hatiku Tuhan 2. Neuner, J. SJ (1997). Pergi
hidup pentingnya pribadi 3. Diskusi 2. Tape dan kaset menyertai Dia . Jakarta
Menggereja menghayati iman 2. Pembacaan Kelompok suara 3. Kitab Suci
dalam pribadi sebagai dan uraian ”hal Informasi 3. Teks Kitab Suci 4. Yogyakarta: Kanisius.
keluarga, sarana untuk menghayati 4. Tanya Jawab 4. Teks cerita Pink, A. W, (1945).

140
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

No Sub Tema Tujuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Gereja, dan menjadi saksi kabar 3. iman pribadi 5. Pertanyaan 5. “Hayatilah
Masyarakat. gembira Tuhan di dalam hidup panduan Imanmu”
dalam keluarga, keluarga Gereja 6. Teks lagu “Aku
Gereja, dan dan masyarakat. dengar bisikan
Masyarakat. 4. Pembacaan dan suara-Mu”.
Pendalaman
Cergam “
Bercerai kita
runtuh “
5. Kis, 2: 41-47
5. Keterlibatan membantu kaum 1.Bentuk 1. Refleksi 1. Teks lagu, gitar 1. Suhardiyanto, 2006: 1-4.
dan muda untuk semakin keterlibatan Pribadi 2. Kitab Suci Diktat mata kuliah
keikutsertaan memahami akan kaum muda 2. Sharing 3. kertas flap Pendidikan Hidup
kaum muda makna perwujudan dalam hidup Kelompok 4. spidol Menggereja,2005.
dalam hidup iman dalam menggereja 3. Diskusi 5. Teks pertanyaan Yogyakarta.

141
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

No Sub Judul Tujuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


menggereja kehidupan sehari- 2. Keterlibatan 4. Kelompok pendalaman 2. komisi kepemudaan KWI,
hari baik dalam dalam bidang 5. Informasi 1999: 19-21.
hidup menggereja pewartaan Tanya Jawab 3. kel. 6:1-12.
maupun 3. Keterlibatan 4. Bergant & Karris, 2002: 88-
bermasyarakat. dalam bidang 89.Tafsir Perjanjian Baru.
liturgy Yogyakarta: Kanisius. Pink,
4. Keterlibatan A. W, (1945).
dalam bidang
pelayanan
5. Keterlibatan
dalam bidang
persekutuan.

142
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

No Sub Tema Tujuan Tema Materi Metode Sarana Sumber Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


6. Menjadi Menyadari diri 1. Makna garam 1. Diskusi 1. Kitab Suci 1. Injil Mateus 5:13-17.
Garam sendiri sebagai orang dunia dalam kelompok 2. Madah bakti 2. Tafsir Perjanjian Baru.
Dunia. muda Katolik, kehidupan 2. Tanya jawab 3. Teks lagu Yogyakarta: Kanisius. Pink,
menjadi murid bersama 3. Refleksi 4. Gitar A. W, (1945).
Yesus Kristus yang 2. Makna 5. Teks ceritra 3. Mengikuti Yesus Kristus 2:
diutus untuk sakramen “Keinginan buku pegangan calon baptis.
mengamalkan dan pembaptisan Menjadi Kristen Yogyakarta: Kanisius 1997.
mewartakan ajaran- 3. Matius 5:13-17 Katolik” 4. Komkat KAS.(1998).
Nya. Mengikuti Yesus Kristus I:
Buku Pegangan Calon
Baptis. Yogyakarta:
Kanisius. Hal. 27-28

143
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
144

D. Petunjuk Pelaksanaan Program.

Program katekese kaum muda yang diusulkan dalam skripsi ini

dilaksanakan selama 6 (enam) kali pertemuan, dalam jangka waktu 6 bulan karena

ada 6 (enam) sub tema. Dalam pertemuan ini akan diadakan makan-makan dan

minum-minum bersama guna mengakrabkan suasana pertemuan. Dalam proses

pertemuan ini juga akan digunakan berbagai bentuk hiburan antara lain

permainan, bernyanyi dll. Hal ini dilakukan guna menarik perhatian para kaum

muda agar mereka mau ikut dan terlibat serta berproses bersama dalam pertemuan

ini, tanpa meninggalkan inti dari katekese itu sendiri.

Dalam pelaksanaan katekese kaum muda tersebut, pada awal pertemuan

para peserta diajak untuk mengolah dan menggali pengalaman hidup mereka

maupun berbagi pengalaman yang telah mereka alami dalam kehidupan sehari-

hari mereka. Pengalaman-pengalaman tersebut tentunya berkaitan dengan tema

pertemuan. Penggalian pengalaman dilakukan dengan cara dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil, selanjutnya digabung kembali dalam kelompok besar

untuk bersharing bersama.

Pengalaman yang telah disharingkan tersebut bukan untuk ditanggapi

melainkan dari sharing tersebut para peserta dapat menemukan makna maupun

nilai-nilai baru yang dapat dipetik sebagai pengalaman baru. Melalui pengalaman-

pengalaman yang diperoleh pada waktu sharing baik dalam kelompok kecil

maupun dalam kelompok besar, diharapkan mampu menghantarkan para peserta

sehingga mereka dapat turut berpartisipasi aktif dalam pertemuan tersebut.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
145

Peran pendamping dalam proses katekese kaum muda di sini adalah

sebagai fasilitator yang berfungsi untuk memperlancar jalannya pertemuan,

merangkum semua pengalaman-pengalaman peserta yang telah disharingkan serta

mengajak para peserta untuk merefleksikan pengalaman mereka dan memberikan

pengarahan. Setelah menggali dan merefleksikan pengalaman, pendamping

memberikan peneguhan berdasarkan Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja.

Pada akhir pertemuan pendamping mengajak para peserta baik secara

pribadi maupun secara bersama-sama menemukan dan membuat niat-niat yang

nantinya akan diwujudkan dalam keterlibatan baru demi makin terwujudnya

Kerajaan Allah di dunia ini (mengusahakan suatu aksi kongkrit), agar sampai pada

keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan peserta terhadap perwahyuan

Allah yang terus berlangsung dalam sejarah kehidupan manusia dalam

komunitasnya dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan Tradisi Kristiani.

E. Contoh Satuan Persiapan Katekese Kaum Muda dengan Model Shared

Christian Praxis (SCP)

1. Contoh 1

a. Identitas :

1) Tema :Tanggungjawab kaum muda sebagai warga Gereja dan

utusan Allah.

2) Tujuan :Bersama-sama pendamping, peserta semakin menyadari

tanggung jawabnya sebagai warga Gereja dan utusan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
146

sehingga semakin mampu meneladani Yesus Kristus dalam

melaksanakan tanggung jawab dan tugas perutusan Bapa.

3) Peserta : Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang

4) Tempat : Aula Paroki (Balai Kenyalang)

5) Hari/Tgl : Sabtu, 14 Juli 2012

6) Waktu : 16.00- 17.30

7) Model : Shared Christian Praxis(SCP)

8) Metode : - Informasi,

- Sharing kelompok,

- Tanya jawab.

- Refleksi

9) Sarana : - Film “Kampung Sawah”

- Teks lagu

- Gitar

- Laptop

- LCD

- Teks Kitab Suci Perjanjian Baru

- Lilin

- Salib

10) Sumber Bahan : Matius 10:5-15

: Dianne B., CSA. Dan Robert J. Karris, OFM Buku Tafsi

Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius. Hal 48


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
147

Pink, A. W, (1945). hal 353-356 A. Soenarja. SJ, Inspirasi

Hidup. Hal 368.

b. Pemikiran Dasar

Sekarang ini banyak orang yang tidak bertanggungjawab terhadap tugas

dan perutusan yang telah dipercayakan kepadanya, begitu juga halnya dengan

kaum muda. Kaum muda lebih mementingkan hasilnya saja dibandingkan proses,

tidak bertanggungjawab dengan apa yang menjadi tugasnya, misalnya dalam

dunia pendidikan tidak jarang seseorang melepaskan tanggungjawabnya sebagai

pelajar dengan meninggalkan jam belajar di sekolah hanya demi kesenangannya

sendiri.

Sebagai kaum muda Gereja, tidak jarang kaum muda kurang

bertanggungjawab dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai

perutusan. Kaum muda sekarang ini lebih suka untuk hidup hura-hura, santai dan

malas-malasan, sibuk jalan-jalan, bolos saat jam belajar sekolah atau kuliah, main

game, kalau misa duduknya di halam Gereja dan sibuk ngobrol dengan teman-

teman di sebelahnya, tidak jujur, dan masih banyak lagi dan bahkan ada kaum

yang bertindak sesuka hati tanpa memikirkan sebab dan akibat bagi diri mereka ke

depannya. Perutusan dan tanggungjawab kita sebagai kaum muda seharusnya

tekun dan penuh semangat dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai warga

Gereja, mengingat masa depan Gereja berada pada pundak kita.

Injil Yohanes 16:5-11, khususnya ay 7 dan 8 mengatakan bahwa Yesus

memberikan tanggung jawab kepada penghibur yakni Roh Kudus yang diutus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
148

Yesus kepada umat manusia. Tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh Roh

Penghibur adalah akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan

penghakiman.

Tugas pengutusan Roh Penghibur ke tengah-tengah dunia yang banyak

dosa, menunjukkan betapa tanggungjawab yang diberikan Yesus kepada Roh

Penghibur merupakan tugas berat dan kemungkinan akan mengalami kesulitan.

Namun Roh Penghibur tidak kuasa untuk menolak Yesus yang mengutusnya,

karena Roh Penghibur yakin akan bantuan Yesus yang mengutusnya di dalam

melaksanakan tugas dan tanggungjawab tersebut agar mereka yang berdukacita

karena kepergian Yesus kepada Bapa-Nya yang mengutu-Nya merasa terhibur dan

tidak merasa ditinggalkan oleh Yesus dan Kerajaan Allah tetap hadir bagi mereka

yang percaya. Apa yang diberitakan oleh Yesus kepada Roh Penghibur dapat kita

teruskan dan laksana dengan baik dalam hidup menggereja kita sehari-hari.

Yesuslah teladan yang melaksanakan tugas perutusan dan tanggungjawab-Nya

sampai mengorbankan diri-Nya di kayu salib.

Dari pertemuan ini, kita berharap agar kita semakin mampu menyadari

sejauh mana kita sudah melaksanakan tugas perutusan dan tanggungjawab kita

sebagai warga Gereja. Melaksanakan tugas dan perutusan tanggungjawab dengan

hati yang sungguh merupakan suatu perwujudan iman kita kepada Tuhan sebagai

seorang Kristiani yang melakukan kehendak Allah. Dengan demikian semakin

bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas kita dalam hidup menggereja

dengan demikian tanggungjawab kita sebagai utusan dan warga Gereja dapat

berjalan dengan baik.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
149

c. Pengembangan Langkah-Langkah

1) Pembukaan

a) Pengantar

Teman-teman yang terkasih, selamat sore dan selamat datang dalam

pertemuan kita pada saa ini. Kita boleh berkumpul di tempat ini karena kebaikan

dan cinta Tuhan kepada kita semua sebagai saudara di paroki tercinta ini. Kita

sebagai kaum muda dan warga Gereja perlu dengan sungguh-sungguh menyadari

tanggung jawab kita sebagai utusan baik itu di lingkungan masyarakat maupun di

lingkungan Gereja. Yesus sebagai utusan Bapa menjalankan tugas-Nya dengan

baik, dan Yesus juga sebagai utusan telah mengutus Roh Penghibur untuk

melanjutkan karya Yesus sebagai utusan. Dalam seluruh hidup Yesus di dunia ini,

Yesus senantiasa bertanggungjawab atas tugas perutusan yang dipercayakan oleh

Bapa-Nya kepada-Nya. Meskipun pada waktunya Yesus akan pergi dari dunia ini,

tetapi Yesus selalu meyertai para murid-Nya dengan mengutus Roh Penghibur.

Maka kitapun sebagai murid Yesus hendaknya mengusahakan dan mewujudkan

teladan hidup Yesus dalam hidup kita. Dengan demikian kita semakin menyadari

tanggung jawab kita sebagai utusan di Gereja dengan tekun dan giat untuk terlibat

dalam hidup menggereja.

b) Lagu Pembukaan: ”Hari ini kurasa bahagia”

c) Doa Pembukaan:

Bapa yang maha kasih, kami bersyukur dan berterimakasih atas rahmat

dan kebaikan-Mu yang kami alami dalam perjalanan hidup kami. Saat ini kami

akan melihat, menggali dan merefleksikan sejauh mana kami menyadari tanggung
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
150

jawab kami sebagai utusan dalam hidup kami sehari-hari sebagai warga Gereja.

Bimbing dan arahkanlah kami agar kami semakin memiliki rasa tanggung jawab

dalam setiap tugas perutusan kami, dengan tekun dan giat untuk semakin terlibat

dalam setiap bentuk kegiatan hidup menggereja yang ada di paroki kami ini. Kami

persembahkan seluruh niat khususnya kegiatan pendalaman iman ini kepadaMu,

semoga Engkau berkenan memberkati dan memberi kami semangat, demi Yesus

Kristus Tuhan kami, Amin.

d. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

1) Peserta diajak menonton film ”Kampung Sawah”.

3) Intisari film ”Kampung Sawah” sebagai berikut:

Kampung Sawah merupakan salah satu kampung yang mana di

sekelilingnya terdapat begitu banyak timbunan sampah-sampah. Namun ada

sesuatu yang istimewa dari kampung tersebut dibandingkan dengan daerah

lainnya di mana di kampung tersebut ada kegiatan sosial. Kegiatan sosial tersebut

awalnya dilakukan oleh ibunya mas Oji, namun sejak tahun 1993 mas Oji

diberikan tanggungjawab oleh ibunya untuk melaksanakan kegiatan sosial

tersebut. Begitu banyak suka duka, tantangan dan hambatan yang dialami oleh

mas Oji dalam membangun kegiatan sosial tersebut adalah minimya dana dan

fasilitas. Mengingat kegiatan sosial tersebut ia lakukan kepada anak-anak secara

geratis.

Latar belakang ibunya mas Oji melakukan hal tersebut adalah karena

ibunya yang sangat berbelas kasih, Ibunya tidak bisa melihat orang-orang susah.

Selama 18 tahun menjalankan kegiatan sosial tersebut mas Oji tidak pernah
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
151

berhenti membangun, banyak sarana yang Tuhan beri buat mereka salah satunya

adalah balai pelatihan, sekolah minggu, asrama putri, panti jompo, tempat ibu

hamil, bimbingan belajar, sekolah, poliklinik dan lain-lain.

Visi mas Oji dalam membangun dan melakukan kegiatan-kegiatan sosial

tersebut adalah karena mau ambil jalan, banyak orang kita tolong, kita

mengenalkan kasih Tuhan buat mereka dengan cara memberi mereka pertolongan

tidak hanya dengan kata-kata tetapi dengan pertolongan Tuhan, dengan perbuatan.

Dengan bimbingan belajar, menolong anak-anak panti asuhan, sekolah gratis dll.

Harapan mas Oji kedepan adalah mas Oji ingin banyak orang lagi yang

merasakan kalau kasih Tuhan lewat dirinya. Ia ingin membuat klinik center, life

skill, montir motor, kulkas dll, biar mereka bisa bekerja nantinya dan itu gratis,

karena mas Oji ingin membantu mereka tanpa harus memberatkan mereka dengan

biaya. Salah satu keinginan mas Oji yang paling istimewa adalah, mas Oji ingin

banyak orang lagi kenal kasih Tuhan lewat kehidupan mas Oji dan selama mas Oji

masih ada, masih hidup, mas Oji ingin memberkati banyak orang. Sampai saat ini,

kegiatan sosial yang dilakukan mas Oji mendapat dukungan dari para relawan

yang ada di Australia.

4) Pengungkapan Pengalaman, Peserta diajak untuk mendalami film ”Kampung

Sawah” dengan tuntunan beberapa pertanyaan:

(a) apa yang dilakukan oleh mas Oji dalam menjalankan tanggungjawab yang

diberikan oleh ibunya?

(b) Ceritakanlah pengalaman teman-teman di paroki ini dalam menjalankan

tugas dan tanggungjawab perutusan yang diberikan kepada teman-teman!.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
152

5) Suatu contoh arah rangkuman:

Dalam film yang baru saja kita lihat bersama, Mas Oji adalah sebagai

salah satu contoh seseorang yang sungguh bertanggungjawab dengan menjalankan

perutusannya, yaitu kegiatan sosial yang selama ini telah dibangun oleh ibunya

meskipun menghadapi kesulitan dan tantangan yang luar biasa mas Oji yakin

kasih Tuhan akan selalu menyertai dia.

Kesulitan dan tantangan bukanlah alasan yang membuatnya menyerah dan

putus asa, melainkan tetap berusaha dan tetap bertanggungjawab dengan tugas

perutusannya yang selama 18 tahun ini dia lakukan. Demikian juga halnya dalam

pengalaman tugas dan tanggungjawab perutusan kita, hambatan dan kesulitan

yang kita alami, dapat menjadi beban untuk kita dalam menjalankan tugas-tugas

kita sehari-hari. Namun dengan ketekunan, ketulusan dan giat serta

menyerahkannya kepada Yesus, maka kita akan dapat menjalaninya dengan baik

dan bahagia.

e. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

1) Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan sharing pengalaman yang

telah dilakukan oleh peserta pada langkah sebelumnya dengan bantuan

pertanyaan sebagai berikut:

(a) Apa yang dilakukan oleh mas Oji dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawab yang diberikan oleh ibunya??

(b) bagaimana teman-teman menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai

perutusan yang telah diberikan kepada teman-teman di paroki ini?


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
153

2) Dari jawaban yang diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan arahan

rangkuman singkat:

Dari film Kampung Sawah kita telah mengetahui bagaimana mas Oji

sangat bertanggungjawab dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikan oleh

ibunya kepadanya yaitu dengan melakukan kegiatan sosial, memberikan tempat,

fasilitas, serta menemani mereka yang kurang mampu dengan penuh rasa cinta

dan syukur kepada Tuhan. Demikian halnya dengan kita sebagai kaum muda

kristiani, hendaknya kita juga bertanggungjawab akan tugas dan perutusan kita

sebagai kaum muda Katolik. Kita juga harus mampu mencintai, mengasihi dan

menyayangi sesama, terutama mereka yang lemah, miskin dan tersingkirkan.

Kesulitan-kesulitan yang kita alami dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab

kita sebagai utusan bukanlah alasan bagi kita untuk menyerah dan putus asa,

melainkan sebagai kesempatan untuk memperbaikinya dan untuk lebih

berkembang.

Dengan giat dan tekun dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab

sebagai utusan dan tetap mengandalkan Yesus sendiri dalam setiap peristiwa

hidup. Hendaknya kita dengan bertanggungjawab menanggung kesulitan-kesulitan

dalam perutusan kita di dunia ini, dengan tetap tekun dan giat terlibat dalam hidup

menggereja.

f. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung

dari kitab Suci, Injil Matius 10:5-15

(teks fotocopy dibagikan kepada peserta)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
154

1) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi pembacaan dari Kitab Suci dengan beberapa

pertanyaan sebagai berikut:

(a) Ayat-ayat mana yang menunjukkan perutusan dalam teks injil tersebut?

(b) Apa pesan inti yang dapat kita petik dari perikop tersebut?

2) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope

sehubungan dengan jawaban atas dua pertanyaan di atas?

3) Pendamping memberikan tafsir dari Injil Matius 10:5-15 dan

menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema,

dan tujuan.

Dalam Injil Matius 10:5-15 khususnya (ay. 5b-6) menunjukkan bahwa

perutusan para murid dibatasi hanya kepada bangsa Israel dan mereka harus

menghindari masuk kota-kota bukan Yahudi dan Samaria yang kemurnian

keyahudiannya diragukan oleh orang-orang dari Yudea dan Galilea. Hanya

sesudah wafat dan kebangkitan Kristus dimulai perutusan kepada orang-orang

bukan Yahudi.

Perutusan para murid (ay. 7-8) mengulangi dan memperluas pengutusan

Yesus dalam khotbah mengenai kedatangan Kerajaan Allah dan penyembuhan

orang sakit. Sebagaimana kemuridan diberikan kepada mereka sebagai karunia,

demikian mereka harus memberikannya kepada orang lain. (ay. 9-13) kurangnya

perhatian mereka terhadap uang, pakaian, dan penginapan memungkinkan mereka

melaksanakan perutusan dengan cara terbaik. Para murid Yesus diajar supaya

tidak mengkhawatirkan uang, pakaian dan penginapan, tetapai bergantung pada


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
155

kebaikan hati para pendengar mereka. Hal itu juga memberikan kesaksian

kepercayaan mereka akan penyelenggaraan Allah bagi mereka dan kepada

keyakinan mereka bahwa apa yang diterima dengan cuma-cuma hendaknya

diberikan dengan cuma-cuma. Jika pengkhotbah ditolak di suatu tempat (ay. 14-

15), hendaknya mereka bereaksi tanpa kekerasan dan hanya simbolis

(kebaskanlah debunya dari kakimu). Mereka hendaknya juga setia terhadap tugas

dan percaya bahwa Allah akan memperhitungkannya dalam pengadilan akhir.

Menurut kej 19, Sodom dan Gomora adalah contoh dari kejahatan, terutama

dalam kaitan dengan keramahan terhadap tamu.

g. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasai Peserta

Konkrit

1) Pengantar

Teman-teman yang terkasih, melalui proses yang telah kita lewati bersama

tadi, kita sudah menemukan apa pesan pokok yang ingin disampaikan lewat filem

”Kampung Sawah” dan perikop Injil Yohanes 16: 5-11 tadi. Seperti apa yang kita

ketahui yang dinasehatkan oleh Yesus untuk kita hayati sebagai seorang yang

mempunyai tanggung jawab sebagai yang diutus. Terkadang kita merasa tidak

mampu menjalaninya. Seperti yang terdapat pada film Kampung Sawah tadi kita

melihat dan mendengar apa yang disampaikan oleh mas Oji, kasih Tuhan itu luar

biasa terutama terhadap orang-orang pilihan Allah.

Sebagai kaum muda, kita dipilih untuk mengembankan tugas dan tanggung

jawab kita sebagai perutusan. Lewat kasih Tuhan itulah kita menjadi yakin dan

percaya bahwa Yesus akan selalu membantu kita dalam setiap usaha dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
156

perjuangan hidup kita untuk tetap melaksanakan tanggungjawab kita sesuai

dengan kehendak-Nya.

2) Sebagai bahan refleksi agar kita dapat semakin menghayati dan menyadarkan

betapa pentingnya tanggungjawab yang harus kita jalani sebagai utusan Allah,

terutama di Paroki kita ini. Untuk itu marilah kita menjawab dan merenungkan

pertanyaan berikut:

(a) Bagaimana teman-teman memaknai tugas tanggungjawab perutusan Allah

di dalam diri sesama di paroki ini?

3) Saat hening seiring instrument untuk mencari renungan secara pribadi akan

pesan Injil dengan situasi konkrit di Paroki Kristus Raja Sintang. Peserta diberi

kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungannya. Akhirnya sebagai bahan

renungan dalam langkah ini pendamping dapat memberi arah rangkuman

singkat sesuai hasil-hasil pribadi mereka, sbb:

4) Suatu arah rangkuman penerapapada situasi hidup peserta.

Yesus sendiri telah memberikan tugas dan tanggung jawab kepada kita

bukan hanya kepada para murid-Nya. Adapun tanggung jawab yang diberikan

Yesus kepada kita adalah melanjutkan tugas perutusan dan tanggung jawab para

murid yang diberikan Yesus dengan menghadirkan Kerajaan Allah. Kita sebagai

kaum muda dituntut untuk mampu menjalankan tugas yang telah diberikan oleh

Yesus kepada kita. Marilah kita kembali menyadari bahkan berani meninggalkan

semua hal yang menghambat diri kita untuk tetap setia mempertanggungjawabkan

setiap tugas perutusan dan tanggungjawab yang telah diberikan kepada kita.

Hendaklah kita juga semakin berani mengakui kelemahan dan kesalahan yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
157

telah kita perbuat sebagai wujud tanggungjawab kita serta tetap mohon bantuan

Allah agar Dia yang mengubahnya menjadi sumber yang baru. Bukanlah hal yang

mudah bagi kita untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang berat.

Dengan kekuatan sendiri kita pasti tidak mampu melaksanakannya, tetapi karena

rahmat sendiri maka Tuhan akan selalu memampukan kita untuk

melaksanakannya.

h. Langkah V: Mengusahakan Aksi Konkrit

1) Pengantar.

Teman-teman sekalian, sesudah kita menggali bersama-sama pengalaman

kita lewat filem “Kampung Sawah” kita dapat belajar untuk selalu

bertanggungjawab terhadap segala tugas yang diberikan kepada kita. Kita

mendapat wawasan baru, semangat baru dan harapan baru untuk semakin

meningkatkan penghayatan dalam melaksanakan tanggung jawab secara sungguh-

sungguh sesuai dengan yang ditugaskan oleh Yesus sendiri.

Kita dapat mewujudkan sikap tanggungjawab kita dari hal yang terkecil,

misalnya bertanggungjawab atas semua sikap dan perbuatan yang kita lakukan

dalam kehidupan sehari-hari barulah kemudian menuju tanggungjawab yang lebih

besar besar. Kita senantiasa disemangati oleh Allah dalam melaksanakan

tanggung jawab kita dengan sungguh-sungguh dan berani menghadapi tanpa

merasa takut kepada Tuhan. Maka marilah kita bersyukur dan semakin percaya

pada bimbingan Allah. Marilah kita memikirkan niat-niat dan bentuk tanggung

jawab kita sebagai utusan Tuhan sebagai pewarta damai kepada semua orang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
158

2) Memikirkan rencana apa saja yang akan dilakukan setelah mengikuti

pertemuan ini, terutama sikap tanggungjawab kita sebagai utusan di Paroki

Kristus Raja Sintang ini.

(a) Secara pribadi maupun bersama-sama, usaha apa yang dapat kita lakukan

agar kita dapat semakin mampu bertanggungjawab dalam setiap tugas

perutusan yang diberikan kepada kita di paroki Kristus Raja Sintang ini?.

(pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk memikirkan

niat-niat yang akan mereka lakukan dengan pertanyaan panduan pada

langkah b dan mengungkap rencana pribadi ataupun rencana bersama).

i. Penutup

1) Kesempatan hening sejenak sementara itu lilin dan salib diletakkan di tengah-

tengah para peserta.

2) kesempatan doa umat spontan yang diawali oleh pendamping dan

menghubungkan dengan kebutuhan dan situasi peserta kemudian disusul

dengan Doa Bapa kami

3) Doa Penutup

Bapa yang baik kembali kami panjatkan puji dan syukur kehadirat-Mu,

atas penyertaan dan bimbingan-Mu dalam pertemuan kami saat ini. Syukur kami

panjatkan kehadirat-Mu atas tanggungjawab dan perutusan kami sebagai kaum

muda yang sedang kami jalani. Kami mohon semoga kami semakin menyadari

tugas dan tanggungjawab kami sebagai kaum muda di paroki ini. Buatlah kami

agar kami tetap teguh dan kuat dalam menjalankan tugas perutusan di mana dan

kemanpun kami diutus, agar kami penuh semangat dan gembira dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
159

menjalankannya. Seluruh perjuangan hidup dan niat-niat baik kami hari ini, kami

persemmbahkan bagi-Mu, melalui perantaraan Kristus Tuhan dan Juru Selamat

kami, Amin.

4) Lagu Penutup

Madah Bakti. No. 457 “Pengutusan dan Salib”

2. Contoh 2

a. Identitas

1) Tema : Menghayati hidup iman bersama dalam hidup

menggereja dalam keluarga, Gereja, dan Masyarakat.

2) Tujuan :Bersama pendamping, peserta semakin menyadari

pentingnya menghayati hidup iman bersama sebagai

sarana untuk menjadi saksi kabar gembira Tuhan di dalam

keluarga, Gereja, dan Masyarakat.

3) Peserta : Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang

4) Tempat : Aula Paroki (Balai Kenyalang)

5) Hari/ Tanggal : Sabtu, 9 Juni 2012

6) Waktu : 16.00 – 17.30 WIB

7) Model : Shared Christian Praxis

8) Metode :- Refleksi

- Pribadi

- Sharing kelompok,

- Diskusi kelompok
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
160

- Informasi

- Tanya Jawab

9) Sarana :- Teks lagu

- Tape dan kaset suara

- Teks Kitab Suci

- Teks cerita “Hayatilah Imanmu”

- Teks pertanyaan Pendalaman

10) Sumber Bahan : Kisah Para Rasul 2: 41 – 47

- Neuner, J. SJ (1997). Pergi menyertai Dia . Jakarta:

Obor. Hal 253.

- Tafsir Perjanjian Baru.

b. Pemikiran Dasar

Dalam kenyataan sehari-hari banyak kaum muda di paroki ini yang kurang

memperhatikan hubungan antara sesama di sekitar lingkungan tempat dimana

mereka tinggal. Keprihatinan yang dialami kaum muda antara lain misalnya relasi

antar sesama orang muda, keprihatinan dalam hal penghayatan iman, dalam hal

pergaulan, banyak hal yang mengakibatkan terjadinya kesenjangan dalam diri

kaum muda misalnya kaum muda mudah terjerumus dalam hal-hal negatif

misalnya minum minuman keras.

Kaum muda saat ini cenderung hanya mementingkan kepentingan pribadi,

hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dari berbagai pihak baik pihak keluarga,

masyarakat dan juga Gereja terhadap kaum muda. Kenyataan ini juga diakibatkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
161

karena kurang kuatnya iman kaum muda, kurang pemahaman dan pengalaman

dari kaum muda itu sendiri, kurangya kemampuan kaum muda dalam menghadapi

arus global yang sekularistik,dsb.

Dalam Kisah Para Rasul 2 : 41 – 47, khususnya ayat 42 dan 43 mau

mengajak para pengikut Kristus untuk belajar mengikuti model cara hidup Jemaat

Perdana yang tekun dalam pengajaran para rasul, berkumpul bersama untuk

memecahkan roti dan berdoa bersama, agar iman mereka kepada Kristus semakin

hidup. Mereka hidup dalam kebersamaan karena kebersamaan itu merupakan hal

yang menggembirakan.

Dalam kebersamaan segala hal menjadi ringan, dalam kebersamaan selalu

memberikan suka cita karena dengan kebersamaan pasti segala kesulitan dapat

teratasi dengan lebih baik. banyak hal yang dituntut dalam kebersamaan yakni

keterbukaan, sikap rela berkorban atau memberi diri, tidak egois, saling

pengertian, saling memberi dan menerima satu sama lain, mau berbagi, saling

mempercayai satu sama lain, kesetiaan dalam persaudaraan, dan kepekaan.

Dalam pertemuan ini kita berharap akan semakin mampu menyadari dan

menghayati iman pribadi sehingga menjadi saksi kabar gembira Allah dalam

keluarga, Gereja dan Masyarakat.

c. Pengembangan Langkah-Langkah

1) Pembukaan

a) Pengantar

Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, kita berkumpul di

tempat ini karena kasih Allah yang luar biasa kepada kita. kita berkumpul untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
162

mewujudnyatakan kegembiraan bersama sebagai pengikut Kristus, kita

dipersatukan oleh iman kita akan Yesus Kristus yang telah kita terima melalui

pembaptisan. Para Jemaat Perdana telah memberikan contoh kepada kita akan

iman kepada Kristus lewat kebersamaan dan kegembiraan yang senantiasa

menggugah pengikut Kristus di jaman sekarang untuk berjuang meneladani dan

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pengikut Kristus. Dengan

demikian iman pribadi semakin bertumbuh dan berkembang dalam keluarga,

gereja dan masyarakat. Sekaligus dalam pertemuan ini kita berharap setiap

pengikut Kristus semakin bersedia dan rela menjadi saksi kabar gembira Tuhan.

b) Lagu pembuka (Kusiapkan Hatiku Tuhan)

c) Doa Pembuka:

Allah Bapa yang penuh kasih, kami menghaturkan Syukur kepada-Mu

karena Engkau selalu memelihara hidup kami. Dalam kesempatan ini, kami ingin

melihat kehidupan iman kami akan Yesus Kristus Putra-Mu. Semoga melalui

pertemuan ini, iman kami semakin didewasakan. Dengan demikian kami Kau

mampukan untuk menjadi saksi kebaikan-Mu kepada sesama kami. Baik di dalam

keluarga, masyarakat, maupun Gereja. Doa ini kami haturkan kepada-Mu melalui

Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang

masa, Amin.

d. Langkah I : Mengungkap pengalaman hidup peserta

1. Membagikan Teks cerita “Hayatilah Imanmu” kepada peserta, memberi

kesempatan kepada peserta untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri

terlebih dahulu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
163

a) Intisari cerita “Hayatilah Imanmu” tersebut adalah:

Michael baru saja diterima menjadi angkatan laut. Sebelumnya Michael

adalah pemuda yang sangat beriman dan ia selalu berdoa dengan berlutut. Awal

mula hidup di camp (barak) militer ia memperhatikan ada sekitar 30 orang

angkatan laut yang lain bersama dengan dia. Pada malam pertama hidup di barak,

ia harus membuat keputusan besar, apakah ia akan meneruskan kebiasaan baiknya

selama di rumah, berlutut saat ia sedang berdoa atau stop sama sekali. Apakah ia

harus melanjutkan penghayatan yang indah itu saat ia berada di angkatan laut?

Kemudian Michael berkata dalam hatinya, “Saya akan meneruskan kebiasaan

yang diajarkan oleh agamaku walau banyak orang melihat dan mungkin heran.

Saya akan melanjutkannya walau angkatan laut yang lain barangkali mengejek

dan mengolok-olok.”

Michael selalu berlutut dan merendahkan diri, ia melambungkan doanya.

Ketika ia mengakhiri doanya, setiap orang yang berada di barak itu sungguh

memperhatikannya dengan seksama. Ketika ia membuat tanda salib, semua orang

lain tahu benar bahwa ia adalah katolik. Dengan itu juga nyata bahwa hanya ia

yang beragama katolik di sana.

Pada suatu kali saat ia selesai berdoa, seorang teman menyapa Michael,

“Kamu adalah orang Kristen yang paling setia dan beriman yang pernah saya

temui.” Tetapi dengan rendah hati Michael menjawabb, “Saya bukanlah orang

Kristen yang paling baik, saya hanya orang Kristen biasa yang percaya kepada

Allah kapan pun, di manapun dan dalam kondisi apapun, tetapi terimakasih atas

sapaanmu.” Temannya itu kagum.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
164

b) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut

dengan tuntunan pertanyaan:

(a) Apa yang dilakukan oleh Michael sehubungan dengan menghayati imannya

dalam cam (barak) militer?

(b) Ceritakanlah pengalaman teman-teman dalam menghayati iman bersama

terhadap Kristus di lingkungan kelurga, Gereja dan masyarakat?

c) Arah rangkuman

Dalam cerita tersebut Michael adalah pemuda yang sangat beriman dan ia

selalu berdoa dengan berlutut. Setelah ia mendapatkan pekerjaan baru yaitu

sebagai militer, ia merasa kesulitan dalam melaksanakan kegiatan rutin yang

sering ia lakukan di rumah yaitu berlutut dan berdoa kepada Tuhan. Michael

adalah satu-satunya orang katolik yang ada di cam (barak militer) tersebut.

Michael harus membuat keputusan besar, apakah ia akan meneruskan kebiasaan

baiknya selama di rumah, berlutut saat ia sedang berdoa atau stop sama sekali.

Apakah ia harus melanjutkan penghayatan yang indah itu saat ia berada di

angkatan laut? Sampai kemudian Michael berkata dalam hatinya, “Saya akan

meneruskan kebiasaan yang diajarkan oleh agamaku walau banyak orang melihat

dan mungkin heran. Saya akan melanjutkannya walau angkatan laut yang lain

barangkali mengejek dan mengolok-olok.” Pada suatu kali saat ia selesai berdoa,

seorang teman menyapa Michael, “Kamu adalah orang Kristen yang paling setia

dan beriman yang pernah saya temui.” Tetapi dengan rendah hati Michael

menjawabb, “Saya bukanlah orang Kristen yang paling baik, saya hanya orang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
165

Kristen biasa yang percaya kepada Allah kapan pun, di manapun dan dalam

kondisi apapun, tetapi terimakasih atas sapaanmu.” Temannya itu kagum.

Begitupun dengan pengalaman kehidupan kita sehari-hari di paroki ini,

terkadang kita takut untuk menunjukkan iman kita dihadapan orang lain, salah

satu contohnya adalah, terkadang kita takut untuk berdoa dan membuat tanda

Salib di tempat umum ketika kita ingin makan dan minum. Oleh karena itu,

perlulah kita sebagai kaum muda untuk dapat menghayati iman kita dalam

kehidupan sehari-hari kapan pun dan dimana pun kita berada, agar kekatolikan

kita bukan hanya pada saat kita berada di Gereja saja, melainkan di tempat umum

juga kekatolikan itu harus tetap hidup.

e. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta

1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman yang telah dilakukan

oleh peserta pada langkah sebelumnya dengan dibantu pertanyaan sebagai

berikut:

(a) Usaha apa yang telah teman-teman lakukan dalam menghayati iman

bersama kepada Kristus di lingkungan keluarga, Gereja dan masyarakat?

(b) Sejauh mana usaha yang dilakukan oleh teman-teman dalam menghayati

iman iman bersama di paroki sudah dilakukan?

2) Dari jawaban yang diungkapkan peserta, pendamping memberikanarah

rangkuman singkat misalnya:

Teman-teman terkasih, kita sadar dan tahu bahwa hidup kita tidak pernah

lepas dari situasi yang kurang mengenakan, kekecewaan, kejengkelan, kesedihan,

dan keprihatinan lain lebih banyak menghiasi hidup kita dari pada yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
166

menyenangkan, mengembirakan, dan segala sesuatu yang membuat hidup kita

bergairah. Tetapi bukan berarti penghayatan iman kita juga seperti demikian.

Melihat situasi tersebut, kita ingin membuat pilihan kedua yakni hidup dalam suka

cita. Boleh juga, sekali waktu kita mengalami kesedihan atau kekecewaan, yang

menjadi pertanyaan adalah bagaimana kita mampu membangun hidup dalam suka

cita?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, marilah kita menoleh pada

kehidupan jemaat perdana yang merupakan contoh kehidupan umat beriman yang

diwarnai dengan kegembiraan dan kekeluargaan. Semuanya akan tercpai apabila

dalam kebersamaan kita membangun habitus baru, menciptakan kepekaan,

kerendahan hati, mau berkomunikasi, mencintai, mengasihi serta rela menolong

menjadi dasar untuk membangun kehidupan yang lebih baik di paroki kita. Hal

yang paling penting adalah bahwa kita perlu membangun hidup iman bersama kita

baik dalam lingkup keluarga, masyarakat dan juga Gereja, sebab dengan demikian

kita akan dimampukan untuk menjadi saksi kabar gembira-Nya.

f. Langkah III : Menggali pengalaman iman Kristiani

1) Salah seorang peserta diminta untuk membacakan teks kitab suci dari Kisah

Para Rasul 2 : 41 – 47.

(teks fotokopy dibagikan kepada peserta)

2) Peserta diberi waktu untuk hening sejenak sambi secara pribadi merenungkan

dan menanggapi pembacaan kitab suci dengan dibantu beberapa pertanyaan,

sbb:
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
167

(a) Ayat- ayat mana yang menunjukan penghayatan iman bersama dalam

perikop tersebut? mengapa?

(b) Apa makna penghayatan iman yang dapat kita petik dari perikop tersebut?

3) Pendamping memberikan tafsir dari Kisah para rasul 2: 41-47 dan

menghubungkannya dengan tanggapan peserta dan dalam hubungannya dengan

tema dan tujuan.

Dalam kisah para rasul 2: 41-47, sangat jelas ditunjukan kelompok jemaat

pertama dengan cara hidup yang sangat menyenangkan dalam kebersamaan dan

kegembiraan. Ay 42. Roh menghasilkan buah dalam komunitas. Lukas

menggambarkan yang ideal tentang komunitas yang pertama, tetapi pesanya tetap

relevan sampai sekarang. Jika komunitas kristen dengan jelas menyesali dosa-

dosanya dan membuka diri terhadap roh, maka secara dramatis ini akan mengubah

cara hidup orang-orang Kristen dan menarik yang lain ke dalam Kristen.

Unsur-unsur kehidupan komunitas yang disoroti Lukas adalah pengajaran

para Rasul, berbagi kebutuhan dengan orang lain, memecah roti (Ekaristi) dan

berdoa bersama. Mereka merasakan kuasa roh dalam banyak mukjizat dan tanda

melalui para rasul. Ini yang pertama dari beberapa ringkasan yang disusun Lukas

untuk menunjukan bahwa masing-masing kisah yang ia kemukakan merupakan

contoh pola sikap yang lebih umum.

Dalam ay 44, kebersamaan dan menganggap semua adalah milik bersama

mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu. Yang pokok ialah bahwa

semua anggota jemaat dicukupi kebutuhannya, dan tidak seorang pun menyimpan

bagi dirinya sendiri sementara yang lain berkekurangan. Lukas kerap menekan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
168

buah Roh lainnya yang lebih besar; kegembiraan dan pujian dari jemaat. Sebagai

orang Yahudi jemaat tetap memelihara hubungannya dengan tradisi Yahudi.

Orang-orang kristen pertama tetap setia kepada yudaisme, dihormati oleh orang-

orang Yahudi yang lain, dan terus berkembang dengan menambah anggota baru

yang adalah orang Yahudi. Lukas menekankan bahwa orang diselamatkan baik

secara perorangan maupun secara kelompok sebagai bagian dari anggota jemaat

Allah: Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan

(2:47).

kehidupan yang diwarnai dengan kesetiaan dan kerelaan untuk saling

berbagi, keterbukaan. Ciri kehidupan jemaat pertama merupakan contoh sebuah

paguyuban kristiani. Dua hal penting yang harus ada dalam Gereja yakni Gereja

sebagai komunio, di dalam komunio harus ada struktur kewibawaan, pengajaran

dan pelayanan dan gereja yang dijiwai oleh iman. Hanya dalam paguyuban

tercipta communio / kesatuan yang akrab, rukun dan hidup dalam kasih

persaudaraan. Setiap anggota gereja dalam hidupnya harus dijiwai oleh iman akan

Kristus melalui kasih kepada Kristus dan Gerejanya. Iman itu harus diyakini,

dipahami, diungkapkan, dirayakan, diwartakan, dan diamalkan secara terus

menerus, baik di dalam maupun di luar rumah.

Sikap-sikap yang ditunjukan oleh jemaat pertama yakni terciptanya

persaudaraan, kekeluargaan di antara mereka sehingga dalam kesulitanpun mereka

selalu bekerja sama untuk mengatasinya. Perlu kesadaran di antara pengikut

Kristus atas perbedaan-perbedan yang ada sehingga dari perbedaan itu dijadikan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
169

sebagai sarana untuk saling memperkaya satu sama lain dalam membangun dan

mengembangkan iman pribadi.

g. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit

1) Pengantar

Dalam proses yang telah kita lalui bersama tadi kita sudah menemukan

sikap dan cara dalam memewujudkan iman pribadi kita akan Kristus lewat cerita

dan perikop kisah para rasul 2: 41-47 tadi. Bahwa hidup jemaat pertama dengan

konsekuensinya masing-masing, dengan tuntutan-tuntutan yang harus dipatuhi

kalau mau menjadi pengikut Kristus. Semua aturan dan tuntutan itu dibuat dengan

tujuan mendukung agar iman pribadi berkembang dan disadari untuk dihayati

dalam hidup agar bersedia menjadi saksi kabar gembira Tuhan. Sebagai anggota

gereja perlu menghayati hidup penuh dengan kasih persaudaraan. Dalam

kebersamaan dalam persaudaraan tidak lepas dari perselisihan, kesalahpahaman,

namun dengan adanya keterbukaan untuk berkomunikasi maka semuanya akan

teratasi dengan baik.

Meskipun dalam perjalanan hidup sehari-hari kita sebagai kaum muda

katolik kurang menyadari akan pentingnya penghayatan iman pribadi dalam

lingkup hidup keluarga, masyarakat dan Gereja. Namun sebagai kaum muda

Katolik yang menjadi harapan dan masadepan Gereja, kita harus terus menerus

membaharui diri, perlu membangun habitus baru dalam hidup kita. Kita perlu

memulai dari diri sendiri, dari keluarga kita masing-masing. Mari kita belajar dan

berjuang untuk mewujudkan kehidupan jemaat pertama dalam hidup kita di jaman

ini dengan cara baru. Mari kita bangun Gereja mini yang akan kita mulai dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
170

keluarga kita karena dari dalam keluarga ini iman pribadi terwujud, bertumbuh

dan berkembang.

2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menghayati dan mencontoh cara

hidup jemaat pertama dalam kehidupan beriman mereka dalam persaudaraan

dan kerja sama kita dalam kehidupan menggereja dalam situasi kehidupan

konkret sehari-hari dengan panduan pertanyaan sebagai berikut:

(a) Sikap apa saja yang perlu kita lakukan dalam membangun penghayatan

iman bersama di lingkungan keluarga, masyarakat dan Gereja?

(b) Sebagai kaum muda Katolik yang merupakan harapan dan masa depan

Gereja, apakah penghayatan iman bersama itu penting bagi kita?

Mengapa?

Saat hening diiringi lagu instrumen, untuk mengiringi permenungan

pribadi akan pesan kitab suci dengan situasi konkret peserta dengan

panduan pertanyaan di atas. Kemudian diberi kesempatan untuk

mengungkapkan permenungan mereka. Untuk rangkuman diambil dari

ungkapan/sharing mereka/ hasil permenungan pribadi mereka. Sebagai

berikut:

3) Suatu contoh arah rangkuman

Jemaat perdana sebagai dasar Gereja telah memberikan contoh yang

sangat sederhana kelihatannya namun sulit untuk kita jalani sebagai pengikut

kristus. Marilah kita kembali mencontoh, belajar dari kehidupan jemaat pertama

yang menyadari bahwa di dalam kebersmaan akan tercipta suatu keakraban dan

kebahagiaan dan saling membangun iman baik secara pribadi maupun secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
171

umum. Iman yang dihayati itu akhirnya kita wujudkan dalam kehidupan kita

sehari-hari dengan menjadi saksi kabar gembira Tuhan.

Dalam kebersamaan kita diharapkan untuk terbuka satu sama lain dalam

kesulitan atau kelemahan agar dalam kebersamaan memohon rahmat Tuhan untuk

mengatasi kesulitan yang dihadapi itu. Tidak mudah tinggal dalam persaudaraan

yang terdiri dari berbagai macam latar belakang, suku dsb. Maka dituntut untuk

menentukan kesepakatan atau aturan yang saling meringankan beban apalagi

untuk menjadi saksi kabar gembira Tuhan maka perlu adanya penghayatan iman

secara pribadi. tidak mungkin menjadi saksi tetapi tidak tahu apa yang disaksikan.

Segala sesuatu yang mau kita berikan pertama-tama sesuatu itu ada kita miliki

terlebih dahulu, seingga bisa kita bagikan. Untuk menjadi saksi kabar gembira

Tuhan kita perlu relasi yang khusus dan terus menerus maka untuk itu kita perlu

memohon rahmat Tuhan agar memampukan kita menjadi saksi Iman akan Dia.

h. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkrit

1) Pengantar

Teman-teman yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita bersama-

sama mengali pengalaman kita dalam menghayati iman kepada Tuhan. Sebagai

orang katolik Michael merupakan orang yang beriman, yang selalu berlutut dan

berdoa kepada Tuhan. keluarga yang baik Pak Agnamun setelah ia mendapat

pekerjaan sebagai militer Michael merasa kesulitan dalam menjalankan rutinitas

yang selalu ia lakukan dirumah. Hal ini dikarenakan Michael merupakan satu-

satunya orang yang beragama katolik. Tetapi Michael memiliki tekat yang kuat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
172

untuk tetap berlutut dan berdoa kepada Tuhan meskipun hal tersebut ia lakukan di

cam militer.

Demikian juga dengan kita dalam menghayati iman akan Kristus

terkadang kita merasa segan dan takut untuk menunjukan sikap iman kita di

tempat umum. Jemaat pertama telah memberikan trik-trik dalam menghayati iman

akan Kristus agar mencapai pada kegembiraan, persahabatan dalam kebersamaan

menjadi saksi iman baik untuk diri sendiri, keluarga, gereja dan masyarakat. Kita

telah diinspirasikan dengan pengalaman dan cara hidup jemaat pertama sudah kita

resapkan dalam hidup bersama dan dalammengembangkan iman pribadi. Iman

pribadi tidak bisa berkembang sendiri harus ada dukungan dari orang lain atau

sesama secara khusus dengan Sang kepala Gereja itu sendiri yakni Yesus Kristus.

2) Memkirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan yang diambil untuk lebih

mengembangkan iman bersama dalam hidup menggereja khususnya sebagai

saksi kabar gembira Tuhan. Pertanyaan panduan untuk mempermudah

membuat niat yaitu:

(a) Secara pribadi maupun bersama-sama, usaha apa yang dapat kita lakukan

agar kita dapat semakin mampu meningkatkan penghayatan iman kita secara

bersama-sama terhadap Kristus baik dalam lingkup keluarga, masyarakat

dan Gereja?

(Selanjutnya para peserta diberi kesempatan untuk memikirkan dan

membuat niat sendiri tentang niat pribadi dan kelompok yang akan

dilakukan dengan pertanyaan panduan pada langkah b sambil diputarkan

lagu instrument).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
173

i. Penutup

1) Kesempatan hening untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin

dan salib diletakkan di tengah-tengah peserta, kemudian dinyalakan.

2) Kesempatan peserta untuk mengungkapkan doa permohonan secra spontan

yang diawali oleh pendamping dengan menghubugkan dengan kebutuhan

kongkrit iman. Akhir doa umat ditutup dengan doa Bapa Kami dan doa

penutup oleh pendamping.

3) Doa penutup: Tuhan Yesus Kristus, kami mengucapkan syukur atas

kebaikan-Mu. Melalui cara hidup jemaat pertama Engkau telah mengajari

kami untuk membina persaudaraan, kerja sama, keakraban penuh kasih serta

membina hidup doa dalam keluarga dan dengan siapa saja yang kami jumpai.

Bantulah kami untuk semakin menghayati dan mengembangkan iman pribadi

kami sehingga dengan penuh keyakinan dan keberanian kami menjadi saksi

kabar gembira-Mu dalam kehidupan kami sehari-hari dalam keluarga, gereja

dan Masyarakat. Doa ini kami haturkan kepada-Mu dengan perantaraan

Kristus Tuhan dan perantara kami. Amin.

4) Untuk mengakhiri segala rangkaian pertemuan ini, kita bernyanyi bersama

(Aku dengar bisikan suara-Mu)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
174

3. Contoh 3

a. Identitas :

1) Tema :Menjadi Garam Dunia.

2) Tujuan :Menyadari diri sendiri sebagai orang muda Katolik,

menjadi murid dan saksi Kristus, yang diutus untuk

mengamalkan serta mewartakan ajaran-Nya.

3) Peserta : Kaum Muda Paroki Kristus Raja Sintang

4) Tempat : Aula Paroki (Balai Kenyalang)

5) Hari/Tgl : Sabtu, 08 September 2012

6) Waktu : 16.00- 17.30

7) Model : Shared Christian Praxis(SCP)

8) Metode : - Diskusi kelompok

- Tatanya jawab

- Sharing

- Refleksi

9) Sarana : - Kitab Suci

- Madah bakti

- Gitar

- Teks lagu

- Cerita “Keinginan Menjadi Kristen Katolik”

10) Sumber Bahan : - Injil Mateus 5:13-17

- Mengikuti Yesus Kristus

- 2 buku pegangan calon baptis, Kanisius 1997.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
175

b. Pemikiran Dasar

Dalam kehidupan sehari-hari, sikap dan perilaku kita di tengah-tengah

masyarakat, dapat mempengaruhi sikap serta perilaku banyak orang. Demikian

pula sebaliknya, sikap dan perilaku orang-orang di sekitar kita, dapat pula

mempengaruhi sikap serta perilaku kita. Yang manakah dirimu? Apakah kamu

termasuk orang yang memiliki pengaruh besar dalam lingkup pergaulan kamu,

sehingga bisa membuat banyak orang seiya-sekata dengan kamu? Atau justru

sebaliknya, kamu termasuk orang yang mudah terpengaruh oleh alur pemikiran,

cara bergaul, atau gaya hidup orang-orang di sekitar kamu?. Sebagai kaum mud

Katolik, kita semua diharapkan untuk dapat menjadi garam dimana kita berada.

Namun hal ini tidaklah mudah untuk diwujudkan, apalagi kita sebagai seorang

anak muda yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi dari pada

kepentingan bersama, maunya yang serba instan, individualis, lebih suka untuk

hidup santai dan malas-malasan, sibuk jalan-jalan, tidak jujur, dan masih banyak

lagi. sebagai kaum muda yang memiliki semangat dan tenaga yang kuat

seharusnya kita dapat menjadi garam di tengah-tengah masyararakat kita saat ini.

Injil Mateus 5:13-17, khususnya ay 13 mengatakan bahwa kamu adalah

garam dunia, jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?. Tidak

ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Tuhan Yesus meminta kita

anak-anakNya, untuk hidup sebagai garam dunia. Artinya, setiap anak-anak

Tuhan harus bisa menghadirkan pencerahan hidup kepada banyak orang melalui

sikap serta perilaku yang menabur banyak berkat dan membawa berkat bagi

orang-orang di sekitarnya. Melayani di ladang Tuhan juga bisa dirupakan dengan


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
176

menghadirkan besarnya keinginan untuk mensharing atau mentransformasikan

segenap berkat dan kasih Tuhan kepada banyak orang melalui sikap serta perilaku

yang sesuai dengan perintah dan kehendak Tuhan. Upaya tersebut patut dilakukan

setiap anak-anak Tuhan, sehingga mereka, orang-orang yang belum mengenal

Tuhan dan juga anak-anak Tuhan yang sedang berbeban berat, dapat bersukacita

karena telah merasakan adanya berkat dan kasih Tuhan di dalam hidup mereka.

Dalam hal ini, hidup kita harus menjadi contoh dan teladan yang baik bagi banyak

orang, dengan menjauhi perbuatan-perbuatan dosa, menjalani hidup dengan rasa

kasih, menjalani hidup dengan menghadirkan damai, dan menjalani hidup dekat

dengan Tuhan.

Kehidupan setiap anak-anak Tuhan, selayaknya mencerminkan Pribadi

Kristus di dalam sikap dan perilakunya. Oleh karena itu, sudah selayaknya pula,

setiap anak-anak Tuhan dapat mendisiplinkan diri mereka untuk berpegang teguh

pada perintah dan Firman Tuhan, dimana setiap perbuatan, setiap ucapan, dan

setiap alur pemikiran yang diungkapkan dalam lingkup pergaulan, selaras dengan

kehendak Tuhan.

Dari pertemuan ini, kita berharap agar kita semakin mampu menyadari

sejauh mana kita dapat melaksanakan tugas dan peranan kita untuk menjadi garam

dunia bagi sesama yang dapat mencegah pembusukan, mengawet dan

memberikan rasa kepeda semua orang yang ada di sekitar kita demi terwujudnya

kerajaan Allah.

c. Pengembangan Langkah-Langkah

1) Pembukaan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
177

a) Pengantar

Saudara-saudara sekalian yang terkasih dalam Yesus Kristus, selamat

malam. Pada pertemuan kali ini kita bersama disatukan dalam kasih Yesus,

berkumpul di tempat ini untuk bersama-sama mencoba menyadari, bagai mana

kita sebagai kaum muda Katolik dapat memainkan peranan kita sebagai garam

dunia yang dapat memberikan rasa kepada semua orang yang ada di sekeliling

kita. Marilah dalam pertemuan ini kita mencoba melihat kembali dan berusaha

untuk menyadari bagaimanakah sikap yang seharusnya kita miliki dalam

menanggapi peranan kita sebagai garam dunia?

b) Lagu Pembukaan: ”Masa Muda”

c) Doa Pembukaan:

Allah Bapa yang mahakasih, puji dan syukur kami panjatkan kepada-Mu

atar penyertaan-Mu sepanjang hari ini. Kami juga bersyukur dan berterimakasih

kepada-Mu, atas kasih setia-Mu yang senantiasa menyertai kami. Secara khusus

kami berterimakasih karena Engkau berkenan mengumpulkan kami kembali di

tempat ini untuk mendalami sabda-Mu. Bapa, Engkau telah mendampingi jalan

hidup kami sampai saat ini. Teguhkanlah keinginan kami untuk mampu menjadi

garam yang dapat memberikan rasa bagi semua orang yang berada di sekitar kami.

Kami percaya, bahwa Engkau selalu membimbing dan melindungi setiap usaha

dan karya kami. Demi Yesus Kristus Tuhan dan juru selamat kami, amin.

d. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

1) Membagikan sebuah teks cerita yang berjudul “Keinginan Menjadi Kristen

Katolik” kepada peserta dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
178

membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu (Cerita dikutip dari :

Komkat KAS.(1998). Mengikuti Yesus Kristus I: Buku Pegangan Calon Baptis.

Yogyakarta: Kanisius. Hal. 27-28.

2) Intisari dari teks cerita “Keinginan Menjadi Kristen Katolik”

Cerita ini menggambarkan keinginan Pardi, Dikin, dan Purwo menjadi

Katolik yang timbul karena terkesan melihat cara hidup guru-gurunya. Dimana

para guru itu hidup rukun dan saling menolong, juga ramah dan dekat dengan

semua murid. Dengan itu timbullah keinginan di hati mereka untuk mengikuti

cara hidup para guru mereka dan menjadi Katolik.

3) Pengungkapan pengalaman : pendamping mengajak peserta untuk mendalami

teks cerita tersebut dengan tuntunan beberapa buah pertanyaan :

(a) Apa yang dilakukan oleh para guru terhadap murid-muridnya?

(b) Bagaimana teman-teman dapat memberikan teladan kepada sesama dalam

menjalankan tugas kita sebagai garam dunia?

(c) Ceritakanlah pengalaman teman-teman di paroki ini dalam menjadi garam

bagi sesama!.

4) Suatu arah rangkuman

Kalau kita amati keinginan Pardi, Dikin dan Purwo menjadi Katolik atau

mau mengikuti Yesus Kristus timbul karena ingin mengikuti cara hidup para guru

mereka, dimana mereka menunjukkan kesaksian dan keteladanan hidup yaitu

hidup rukun, saling menolong, ramah dan dekat dengan semua murid. Dengan

melihat cara hidup guru mereka, ketiga anak itu sangat terkesan hatinya, sehingga

timbul keinginan di dalam hati untuk mengikuti cara hidup para guru mereka dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
179

menjadi Katolik. Dalam cerita tadi kita melihat bagaimana para guru yang telah

menunjukan peranannya sebagai garam dunia yaitu memberikan rasa dan suasana

yang nyaman kepada semua murid. Demikian juga dengan pengalaman kita untuk

menjadi orang katolik. Ada yang tertarik menjadi katolik karena memang

keinginan pribadi mereka yang merasa nyaman di lingkungan umat katolik, Bisa

juga karena kesadaran seseorang yang percaya bahwa menjadi katolik merupakan

sarana menuju jalan keselamatan.

e. Langkah II : Mendalami Pengalaman hidup peserta

1) Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan sharing pengalaman

terhadap teks cerita yang telah dilakukan oleh peserta pada langkah

sebelumnya dengan dibantu beberapa pertanyaan berikut ini.

(a) Usaha apa saja yang telah teman-teman lakukan dalam menjadi garam bagi

sesama?

(b) Cara mana sajakah yang teman-teman gunakan dalam melakukan usaha-

usaha tersebut?

2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan

rangkuman singkat:

Sebagai kaum muda Katolik yang merupakan jantung hati dan ujung

tombak bagi Gereja, kita dapat memainkan peranan kita sebagai garam dunia

sesuai dengan bakat dan kemampuan kita masing-masing. Keinginan kita untuk

menjadi garam dunia, terdorong karena suatu peristiwa yang menyentuh hati

dalam pengalaman hidup yang kita alami. Dalam pengalaman hidup inilah

seseorang di jumpai oleh Allah. Berbagai macam usaha dan cara yang dapat kita
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
180

lakukan dalam menjadi garam bagi sesama, salah satunya adalah menolong

mereka yang miskin, lemah menderita dan tersingkirkan dengan cara memberikan

mereka yang miskin, lemah tersingkirkan dukungan, makanan atau pakayan, dan

masih banyak lagi yang lainnya.

f. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

1) Pendamping meminta bantuan salah seorang dari peserta untuk membacakan

sebuah perikop, langsung dari Kitab Suci, yaitu Injil Injil Matius 5:13-17.

(pendamping membagikan teks fotocopy perikop yang akan dibaca).

2) Pendamping memberikan waktu sesaat kepada peserta untuk hening sejenak

sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci

dengan dibantu beberapa pertanyaan sebagai berikut :

(a) Ayat manakah yang mengajak kita untuk hidup sebagai garam dunia?

mengapa?

(b) Apa makna sebagai garam dunia yang dapat kita petik dari perikope

tersebut?

3) Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk merenungkan dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sehingga peserta dapat

menemukan pesan itu dari perikop tersebut.

4) Pendamping memberikan tafsiran dari perikop, yaitu Injil Mateus 5:13-17 dan

menghubungkannya dengan tanggapan peserta dan dalam hubungannya dengan

tema dan tujuan.

Injil Mateus 5:13-17 menceritakan tentang hal menjadi garam dunia.

peranan Mungkin kita bertanya mengapa Tuhan menetapkan kita sebagai garam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
181

bagi dunia ini?. Peranan para murid atau para pengikut Kristus dikemukakan

dengan gambaran garam. Di zaman Yesus, garam dipergunakan tidak hanya

digunakan untuk menambah rasa pada makanan tetapi juga untuk mengawetkan

daging atau ikan. Ketika Yesus membandingkan para murid dengan garm (ay. 13),

Ia mengatakan bahwa mereka menambah kualitas dari eksistensi manusia dan

mengawetkannya dari kehancuran.

Garam harus ditabur bukan dituang dan digunakan dalam jumlah sedikit.

Artinya kita, sebagai orang muda Katolik jangan hanya berkumpul sesama orang

Kristen tetapi menyebar atau berbaur. Mungkin kita minoritas di antara banyak

orang di sini, “jangan takut” karena tanpa kita dunia ini akan sangat hambar. Kita

tidak perlu teriak-teriak agar orang dapat memperhatikan kita dan percaya kepada

kita, yang perlu kita lakukan adalah bagai mana agar kehadiran kita ini dapat

dirasakan oleh banyak orang.

Mengikuti Yesus memang bukanlah soal emosional belaka. Sikap

emosional dapat menjerumuskan orang pada cinta buta, fanatisme sempit atau

sebaliknya, sikap angin-anginan tergantung situasi disekitar. Kehadiran Yesus di

dunia membutuhkan saksi-saksi yang jujur, berani, polos, peduli, yang jernih dan

bersih nuraninya.

Kita diberi teladan untuk menjadi saksi dan terus mengikuti Yesus,

sehingga kita harus bersih terlebih dahulu, setelah itu percaya kepada Dia yang di

utus oleh Allah Bapa, kemudian berani untuk mewartakan Kabar Gembira dan

menjadi saksiNya serta mampu memeberikan keteladanan hidup yang baik bagi

sesama terutama dalam hidup menggereja.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
182

g. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit.

1) Pengantar

Melalui proses yang telah kita lewati bersama tadi kita sudah mengetahui

apa pesan pokok yang ingin disampaikan dari perikop Injil Mateus 5:13-17 tadi

menceritakan tentang menjadi garam dunia, kita juga perlu menyadari bagaimana

hidup kita berperan sebagai orang Kristen dalam masyarakat terabaikan atau

malah orang Kristen sendiri yang melupakan tanggungjawabnya sebagai garam

dalam dunia ini.

Dalam hal ini, hidup kita harus menjadi contoh dan teladan yang baik bagi

banyak orang, dengan menjadi garam bagi semua orang disekitar kita yaitu

dengan menjauhi perbuatan-perbuatan dosa, menjalani hidup dengan rasa kasih,

menjalani hidup dengan menghadirkan damai, dan menjalani hidup dekat dengan

Tuhan. Kehidupan setiap anak-anak Tuhan, selayaknya mencerminkan Pribadi

Kristus di dalam sikap dan perilakunya.

Oleh karena itu, sudah selayaknya setiap anak-anak Tuhan dapat

mendisiplinkan diri mereka untuk berpegang teguh pada perintah dan Firman

Tuhan, dimana setiap perbuatan, setiap ucapan, dan setiap alur pemikiran yang

diungkapkan dalam lingkup pergaulan, selaras dengan kehendak Tuhan. Sudah

selayaknya pula kita bersikap aktif menunjukkan kepada banyak orang bahwa

hidup di dalam terang jalan Tuhan, yang dipenuhi oleh kasih dan sukacita

surgawi, akan membawa kehidupan setiap orang yang ingin berjalan sesuai

dengan kehendak Tuhan pada pencerahan hidup, seperti yang mereka butuhkan

dan seperti yang mereka inginkan.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
183

2) Untuk dapat menjadi garam dunia seperti yang Yesus Kristus lakukan kepada

umat manusia perlulah kita secara bersama merefleksikan dan merenungkan

beberapa pertanyaan-pertanyaan berikut ini yang sekiranya dapat membantu

kita agar dapat membantu kita dalam menanggapi panggilan Tuhan sebagai

garam dunia dengan penuh iman dan pengharapan.

(a) Sikap apa saja yang dapat kita bagun agar dapat menjadi garam yang dapat

memberikan rasa bagi semua orang di sekitar kita?

(b) Sebagai kaum muda katolik, apakah menjadi garam bagi sesama itu

penting? Mengapa?

3) Suatu contoh rangkuman penerapan pada situasi peserta.

Saudara-saudara sekalian kita semua mengalami berbagai kejadian dalam

setiap hari kehidupan kita. Entah itu pengalaman duka ataupun pengalaman duka,

tergantung bagai mana cara kita menyikapinya. Kita sebagai kaum muda Katolik

dituntut untuk dapat menjadi garam bagi semua orang diekeliling kita.

Garam yang dapat memberikan rasa dan garam yang dapat mengawetkan

suasana dalam kehidupan kita. Maka marilah kita menyadari diri kita sebagai

pribadi yang dapat memberikan rasa yang istimewa kepada semua orang rasa

cinta, kasih sayang dan pengampunan terhadap semua orang yang berada di

sekeliling kita.

Kita sebagai kaum muda yang memiliki semangat dan jiwa yang muda

juga dapat belajar dari keteladanan hidup para rasul dalam hidup menggereja,

lewat sikap dan perbuatan terbuka, apa adanya, polos, jujur, kritis, jernih dan

bersih nuraninya, percaya bahwa Dia adalah Sang Juru Selamat kita dan mau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
184

mewartakan kabar gembira serta berani menjadi saksi-Nya dengan memberi

keteladanan hidup yang baik bagi sesama baik dalam lingkup keluarga, Gereja

maupun ditengah-tengah masyarakat. Dengan kekuatan sendiri kita tidak akan

mampu, hanya Rahmat dan KuasaNyalah yang dapat memampukan kita untuk

menjawab dan melaksanakan tugasNya sebagai garam dunia.

h. Langkah V : Mengusahakan suatu aksi konkret

1) Pengantar.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, setelah kita bersama-

sama menggali pengalaman kita lewat teks Cerita “Keinginan Menjadi Kristen

Katolik”, kita semua mengalami pengalaman bagaimana kita dapat merasakan

kehadiran kita dapat memberikan rasa yang nyaman bagi semua orang yang

berada di sekeliling kitaa. Lewat kesaksian dan keteladanan hidup para guru tadi

yang membuat para siswa merasa nyaman dapat menumbuhkan keinginan orang

lain untuk mengikuti jalan hidup yang di pilihnya. Demikian juga dengan

pengalaman kita untuk menjadi orang Katolik. Menjadi garam dunia merupakan

panggilan hidup untuk mengikuti Yesus Kristus. Untuk dapat menjadi garam

dunia yang bermanfaat bagi semua orang, kita perlu memperkuat hidup iman kita

akan Yesus dengan mau mengikuti cara hidupNya, berani memberikan

keteladanan hidup serta kesaksian iman kita kepada sesama terutama dalam hidup

menggereja. Seringkali kita kurang menyadari keberadaan kita dalam hidup

sehari-hari untuk mengikuti Yesus Kristus.

Dalam kenyataan tidak banyak orang Katolik yang memberi keteladanan

hidup yang baik dalam hidup menggereja. Lewat Injil Mateus 5:13-17 kita
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
185

disadarkan oleh keteladanan dari sikap dan pribadi Yesus, kita menjadi saksi serta

mau mengambil keputusan untuk dapat menjadi garam dunia, Selain itu juga

Yesus memberi teladan kepada kita bahwa untuk dapat menjadi garam dunia kita

harus membuka hati kita untuk mengenal Yesus lebih dalam, menerimaNya dan

percaya kepadaNya bahwa Dialah yang dapat memampukan kita untuk

mengikutiNya dan memberikan kesaksian kepada semua orang, serta berani

memberi teladan hidup yang baik kepada sesama terutama dalam hidup

menggeraja.

2) Secara bersama-sama memikirkan niat apa yang akan dilakukan setelah

mengikuti pertemuan ini, terutama sebagai garam dunia dan memberi teladan

yang baik dalam hidup menggereja.

(a) Rencana apa yang akan kita lakukan agar kita dapat menjadi garam dunia

dalam hidup menggereja di paroki ini?

(b) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk dapat mewujudkan

rencana tersebut?

(pendamping memberikan kesempatan bagi peserta sejenak untuk

memikirkan dan merenungkan niat apa yang akan mereka lakukan dengan

pertanyaan penduan pada langkah “b” dan mengungkapkan niat tersebut

baik niat pribadi ataupun niat bersama kepada peserta lain.)

i. Penutup

1) Setelah selesai mengungkapkan niatnya baik yang bersifat pribadi ataupun

bersama kepada peserta lain, pendamping mengajak peserta untuk duduk


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
186

melingkar dan bergandengan tangan sebagai satu keluarga dan satu semangat

dalam mewujudkan niat kita sebagai garam dunia.

2) Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk sesaat

merenungkannya .

3) Setelah itu, pendamping memberikan kesempatan kepada para peserta untuk

menyampaikan doa umat secara spontan yang terlebih dahulu diawali oleh

pendamping yang menghubungkan dengan kebutuhan dan situasi peserta.

Setelah peserta menyampaikan doa-doa permohonannya, pendamping menutup

dengan doa penutup yang isinya merangkum keseluruhan langkah yang telah

dilewati dalam proses tadi.

4) Doa Penutup

Allah Bapa yang Maha Baik, kembali kami haturkan syukur dan pujian

padaMu, karena Engkau telah membimbing kami selama pertemuan ini

berlangsung. Allah Bapa yang Mahatahu, Engkau mengetahui isi hati kami. Kami

telah berupaya untuk dapat menjadi garam yang dapat memberikan suasana yang

nyaman kepada semua orang yang berada di skeliling kami. Dampingilah kami

selalu, agar kami dapat menghadapi segala tantangan. Tuhan Yesus, kami juga

berterima kasih kepadaMu karena Engkau telah menyadarkan kami betapa

pentingnya keberadaan kami bagi semua orang. Injil hari ini mengajarkan kepada

kami untuk selalu mempu mencintai, mengasihi dan mengampuni semua orang.

Ajarilah kami agar kami sanggup memberi teladan hidup yang baik bagi sesama

terutama dalam hidup menggereja, sehingga kami dapat mewujudkan niat kami
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
187

untuk dapat menjadi garam sesuai dengan kehendakMu. Demi Yesus Kristus

Tuhan dan juru selamat kami, Amin.

5) Lagu penutup : (Bawalah Lentera Hidup)


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB V

PENUTUP

Pada bagian akhir dari skripsi ini, penulis akan membuat kesimpulan dan

saran yang perlu diperhatikan bagi pihak paroki, keluarga dan masyarakat dalam

meningkatkan hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang

Kalimantan Barat.

A. Kesimpulan

Hidup Menggereja merupakan suatu hal yang amat penting dalam

kehidupan uamat kristiani terutama bagi para kaum muda Paroki Kristus Raja

Sintang. Hidup menggereja menjadi amat penting apabila kita mampu

menunjukkan iman kita akan Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran kita

yang memiliki iman akan Kristus sangat dibutuhkan dalam rangka

mengembangkan iman dan kepercayaan orang lain terhadap Kristus menjadi lebih

hidup dan dewasa. Hidup menggereja akan sungguh berarti jika seseorang mampu

menunjukkan imannya akan Kristus kepada orang lain apa adanya, artinya segala

bentuk perbedaan baik itu latar belakang, suku, bahasa dan kebudayaan yang

dimiliki bukanlah suatu alasan untuk menunjukkan iman kita terhadap Kristus

bagi semua orang. Wujud hidup menggereja yang kita bangun dalam kehidupan

sehari-hari adalah wujud sikap iman kita terhadap Kristus yaitu sikap iman yang

didasarkan oleh cinta kasih terhadap Allah dan sesama serta diwujudkan dengan

sikap saling mengasihi.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
189

Hidup menampakkan iman akan Kristus dalam kehidupan sehari-hari

merupakan hal yang wajib untuk kita lakukan khususnya bagi kaum muda Kristus

Raja Sintang. Sikap iman terhadap Kristus itu ada apabila kita mampu

menjalankan apa yang telah Kristus tunjukkan kepada kita yaitu menghargai,

mencintai, mengasihi dan mengampuni orang lain. Hal terpenting dalam hidup

menggereja adalah berani menjalankan dan menunjukkan kepada semua orang

segala yang diperintah oleh Allah serta menjauhi larangan-Nya.

Hidup menggereja kaum muda di paroki Kristus Raja Sintang masih perlu

untuk dilestarikan dan ditingkatkan secara terus menerus, mengingat kaum muda

merupakan jantung dan ujung tombak bagi Gereja ke depannya. Tidak sedikit

kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang yang kurang terlibat dalam kegiatan

hidup menggereja. Oleh karena itu kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang perlu

untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam hidup menggereja di paroki.

Peranan paroki dalam meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup

menggereja sangat penting. Paroki Kristus Raja Sintang perlu mengetahui

permasalahan yang ada dan sedang dialami oleh para kaum muda. Dengan

mengetahui permasalahan yang dihadapi, pihak paroki dapat mengusahakan

materi, metode, dan sarana sesuai dengan situasi para kaum muda. Untuk itu,

pihak paroki perlu tanggap terhadap kebutuhan para kaum muda, sehingga

keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja yang diupayakan dapat

terlaksana dan tercapai tujuannya. Sebagai subyek pembinaan, para kaum muda

perlu sungguh-sungguh diperhatikan, diarahkan, dan diberi pendampingan secara


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
190

terus menerus, agar mereka mampu menerapkan dan meningkatkan hidup

menggereja di paroki.

Dalam skripsi ini penulis menawarkan katekese kaum muda sebagai salah

satu sarana alternatif yang efektif guna meningkatkan hidup menggereja kaum

muda di paroki Kristus Raja Sintang. Penulis memilih katekese kaum muda

karena katekese ini dapat mengolah permasalahan yang dialami para kaum muda

melalui sharing dan dialog di antara mereka. Sharing dan dialog dapat membantu

mereka untuk saling meneguhkan satu dengan yang lain. Penggunaan sarana yang

menarik dapat memberikan semangat dan keterlibatan kaum muda di paroki. Para

pendamping mengarahkan serta memberi peneguhan agar mereka semakin

berkembang imannya maupun semangat keterlibatan mereka dalam hidup

menggereja di paroki. Upaya meningkatkan keterlibatan kaum muda dalam hidup

menggereja tersebut tentunya membutuhkan dukungan, bimbingan dan perhatian

dari semua pihak baik itu dari pihak keluarga, sekolah, masyarakat dan juga

Gereja.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan beberapa

saran yang dapat mendukung kegiatan pendampingan dalam meningkatkan

keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Saran ini diharapkan dapat

menjadi suatu pertimbangan dan perhatian bagi berbagai pihak terutama bagi

pihak paroki. Saran yang penulis sampaikan yakni:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
191

1. Bagi semua pihak yang terkait dengan kaum muda Katolik, (keluarga,

masyarakat dan Gereja). Diharapkan semakin mampu memberikan perhatian

khusus dan dukungan penuh terhadap keberadaan mereka agar kaum muda

semakin memahami persoalan yang mereka hadapi dalam hidup menggereja

dan semakin mampu menemukan jalan keluarnya.

2. Bagi pihak paroki:

a. Paroki perlu lebih memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan para kaum

muda dalam upaya meningkatkan hidup menggereja. Dalam hal ini

program pendampingan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah

yang sedang dihadapi oleh para kaum muda di Paroki Kristus Raja

Sintang.

b. Pihak paroki perlu menyediakan berbagai sarana yang dapat mendukung

serta meningkatkan hidup menggereja kaum muda di paroki.

3. Bagi pendamping:

a. Pendamping perlu mengadakan suatu bentuk pendampingan yang

terorganisir dan berkelanjutan guna meningkatkan semangat keterlibatan

kaum muda dalam rangka hidup menggereja.

b. Kaum muda perlu untuk didampingi dalam menyikapi permasalahan

keanekaragaman dan perbedaan yang ada di antara mereka.

Keanekaragaman dan perbedaan yang ada bisa menjadi suatu anugerah

yang dapat memperkembangkan serta meningkatkan hidup menggereja

kaum muda di Paroki Kristus Raja Sintang.

4. Bagi kaum muda:


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
192

a. Kaum muda perlu menjaga suasana kebersamaan dan komunikasi yang

lebih intens agar lewat kebersamaan tersebut semakin memampukan para

kaum muda untuk menerima keberadaan orang lain.

b. Kaum muda hendaknya dapat mempergunakan kepercayaan yang telah

diberikan oleh berbagai pihak dengan sebaik-baiknya.

Demikianlah kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan, semoga

kesimpulan dan saran yang penulis berikan ini dapat membantu para kaum muda

dalam meningkatkan hidup menggereja di Paroki Kristus Raja Sintang.


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
193

DAFTAR PUSTAKA

Bagiyowinadi Didik, F. X. (2003). Menghidupi Tradisi Katolik. Yogyakarta:


Yayasan Pustaka Nusatama.
Bergant, Dianne. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Billdonahue. (2010). Membimbing Kelompok Kecil Untuk Mengubah Hidup.
Yogyakarta: Gloria Graffa.
Blasius Pujaraharja, dkk. (2011). Renungan Harian Mutiara Iman. Yogyakarta :
Yayasan Pustaka Nusatama.
BPK Gunung Mulia. (1983). Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 (Matius-Wahyu),
Jakarta: P.D.Nilakandi.
Bria, Benyamin Yosef. (2002). Peranan Kaum Awam dalam Hidup Menggereja
menurut Kitab Hukum Kanonik Tahun1983. Cetakan ke-1.
Yogyakarta: Kanisius.
Dewan Karya Pastoral KAS. (2011). Arah Dasar Umat Allah Keuskupan Agung
Semarang. Muntilan 2011
Dokumen Konsili Vatikan II. (1993). Dekrit Aspotolicam Actuositatem Tentang
Kerasulan Awam. (R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta:
Obor.
Gilarso. T (2003). Kamulah Garam Dunia Tugas Umat Allah dalam Masyarakat.
Yogyakarta: Kanisius.
Heryatno Wono Wulung, F.X. (1997). Shared Christian Praksis: Suatu Model
Katekese (Seri Puskat No. 356). Yogyakarta : LPKP.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:jEwpa8VNDoEj:saperea
udenias /2008/08/kaummudaharapanmasadepan.
Komkat KAS. (1997). Mengiuti Yesus Kristus I: Buku Pegangan Calon Baptis.
Yogyakarta: Kanisius.
_______________. (1998). Mengiuti Yesus Kristus II: Buku Pegangan Calon
Baptis. Yogyakarta: Kanisius.
Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan
Referensi. Yogyakarta: Kanisius.
LAI. (1995). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Mangunhardjana. A. M. (1986). Pendampingan Kaum Muda sebuah pengantar.
Cetakan ke-3. Yogyakarta: Kanisius.
Mihalic Frank. (2004). 1500 Cerita Bermakna. Yogyakarta: Kanisius.
Moleong, Lexy, J. M.A. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Neuner J. (1997). Pergi Menyertai dia. Jakarta: Obor
Paroki Kristus Raja Sintang. (2000). Pedoman Kerja Pengurus Dewan Paroki
Kristus Raja Sintang Periode 2000-2004. Sintang: Sekretariat
Paroki.
Pink, A W A. Soenarja. (1945). Inspirasi Hidup. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
194

Praba. (2000). Memprihatinkan Pendampingan Generasi muda. No.02-LI-


Januari-II-2000. Yogyakarta: Yayasan BP Praba.
Sekretariat Keuskupan Sintang. (2009). Statistik Paroki Kristus Raja Sintang per
31 Desember 2009
Sekretariat Paroki Kristus Raja Sintang (2000). Sejarah Paroki Kristus Raja
Sintang.
Sekretariat SAGKI. (2005). Bangkit dan Bergeraklah, Dokumen Hasil Sidang
Agung Gereja Katolik Indonesia. Jakarta: Obor
Shelton, Charles M. (1989). Spiritualitas Kaum Muda: Bagaimana Mengenal dan
Mengembangkannya. Cetakan ke-2. Yogyakarta: Kanisius.
Singgih D. Gunarsa. (1998). Psikologi Untuk Muda Muidi. Cetakan ke-2. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
_______________.Gunarsa. (2006). Psikologi Untuk Muda Muidi. Cetakan ke-2.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Suhardiyanto, H.J. (2005). Pendidikan Hidup Menggereja. Diktat mata kuliah
Pendidikan Hidup Menggereja II Prodi IPPAK, FKIP,
Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
_______________. (2008). Pendampingan Iman Katekese Kaum Muda. Diktat
mata kuliah Kaderisasi untuk mahasiswa semester VII Prodi
IPPAK, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sumarno Ds. M. (2006). Pastoral Paroki. Diktat mata kuliah Pastoral Paroki
mahasiswa Prodi IPPAK, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
_______________. (2010). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama
Katolik Paroki. Yogyakarta.
Sunarko Adrianus,dkk. OFM SAGKI (2005) Dokumentasi Sidang Agung Gereja
Katolik Indonesia. Cet. 1. Jakarat: Obor
Sutrisno Hadi, MA. (2004). Metodologi Research 1. Yogyakarta: Andi
Tangdilinting Philip. (1984). Pembinaan Generasi Muda Visi dan Latihan.
Jakarta: Obor
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.
Tim penyusun kamus. (1988) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Tim penyusun KWI. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penerjemah).
Jakarta : Dokpen KWI.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 1
(Kuesioner Penelitian)
A. Pengantar
Para mudika Paroki Kristus Raja Sintang yang terkasih, saya bermaksud
mengadakan penelitian mengenai hidup menggereja kaum muda di Paroki Kristus
Raja Sintang, untuk itu saya mohon bantuannya dalam menjawab daftar pertanyaan
yang telah tersedia dibawah ini. Atas bantuannya dan kerjasamanya saya ucapkan
terima kasih.

B. Identitas
Nama : .....................................................
Jenis Kelamin : .....................................................
Pekerjaan : .....................................................

C. Petunjuk pengisian
Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan
anda. Bacalah dengan baik dan teliti setiap pertanyaan tersebut. Pilihlah jawaban
dengan cara memberi tanda lingkaran ( O ) pada salah satu jawaban yang tersedia.
Jawaban yang anda berikan berkaitan dengan persetujuan anda terhadap pertanyaan
tersebut. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan pengalaman anda sendiri karena di sini
tidak ada jawaban yang dianggap benar atau salah.
1. Hidup menggereja adalah hidup menampakan iman, jadi setiap kegiatan
menampakan iman adalah hidup menggereja.
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
2. Hidup menggereja dapat diwujudkan oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun
orang atau sekelompok orang yang menampakan imannya kepada Kristus
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu

[1]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Dalam Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja Indonesia menegaskan


kaum muda adalah mereka yang berusia 13 sampai dengan 35 tahun dan belum
menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing
daerah.
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
4. Pada masa perkembangan religius kaum muda mengalami masalah berat seperti;
apa arti yang mutlak, arti hidup, arti agama dan ibadat, arti agama dalam hidup,
agama dalam kejahatan, dan arti hidup sesudah mati.
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
5. Masalah kaum muda yang berkaitan situasi hidup di sekitarnya antara lain adalah
masalah dalam diri sendiri, masalah dalam keluarga, dalam masyarakat, dan
masalah dalam Gereja.
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
6. Masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda adalah
a. Masalah dalam diri sendiri d. masalah dalam Gereja
b. Masalah dalam keluarga e. lainnya………………
c. Masalah dalam masyarakat
7. Kaum muda merupakan jantung hati dan ujung tombak bagi Gereja, oleh karena
itu berkembang tidaknya Gereja berada dalam genggaman tangan kaum muda.
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
8. Sebagai kaum muda, saya harus mampu menjadi nabi-nabi kehidupan, cinta
keutuhan, buah penyesalan yang tulus, bekerja untuk keadilan serta hidup dengan
penuh rasa syukur kepada Tuhan.
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
[2]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

b. Setuju e. Sangat tidak setuju


c. Ragu-ragu
9. Sebagai kaum muda Katolik, saya bertanggungjawab dalam mengembangkan,
mewujudkan dan meberikan kesaksian akan iman terhadap Kristus.
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
10. Setiap kaum muda diwajibkan untuk dapat mengembangkan imannya masing-
masing dan menjadi pewarta kabar gembira bagi semua umat.
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
11. Kaum muda sebagai jantung hati dan ujung tombak Gereja diwajibkan untuk
dapat menjadi garam dan ragi dalam lingkungannya sesuai dengan kedudukan
dan kemampuannya masing-masing.
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
12. Keterlibatan kaum muda dalam Gereja pada umumnya sama dengan peranan
kaum awam yaitu sebagai warga Gereja yang tidak ditahbiskan atau orang-orang
yang beriman Kristen yang oleh pembaptisan menjadi anggota Tubuh Kristus.
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
13. Salah satu tugas dan tanggungjawab kaum muda adalah menjadi pengikut Kristus
dan meneladani sikap Kristus yaitu sebagai Imam, Nabi dan Raja.
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
14. Sebagai kaum muda saya sudah terlibat dalam kegiatan liturgi
a. Selalu d. Tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
[3]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

c. Kadang-kadang
15. Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah
a. Menjadi petugas misdinar d. menjadi petugas organis
b. Menjadi petugas koor e. lainnya……………………
c. Menjadi petugas lektor
16. Sebagai kaum muda Katolik, saya sudah terlibat dalam kegiatan pewartaan.
a. Selalu d. Tidak pernah
b. Sering e. Tidak pernah sama sekali
c. Kadang-kadang
17. Keterlibatan kaum muda sangat dipengaruhi oleh faktor internal.
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
18. Faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
a. Lemahnya pengorganisasian diri d. Kurangnya pengalaman
b. Kurangnya motivasi dalam diri e. Lainnya……………….
c. Kurangnya pengetahuan
19. Keterlibatan kaum muda sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal
a. Sangat Setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
20. Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
a. Lingkungan keluarga d. lingkungan Gereja
b. Lingkungan masyarakat e. Lainnya……………….
c. Lingkungan sekolah
21. Lingkungan keluarga telah mendukung kegiatan hidup menggereja kaum muda
di paroki.
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
22. Pihak paroki telah menyediakan fasilitas untuk meningkatkan kegiatan hidup
menggereja kaum muda di paroki.
[4]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

a. Sangat setuju d. Kurang setuju


b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
23. Latar belakang para kaum muda yang berasal dari berbagai daerah menjadi
penghambat kegiatan hidup menggereja di paroki.
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
24. Pendampingan adalah suatu usaha penyiapan yang sifatnya dua arah yaitu dari
pendamping kepada orang yang didampingi dan sebaliknya yang bertitik tolak
pada keyakinan bahwa orang dalam hal ini adalah kaum muda mempunyai
potensi yang dapat tumbuh menjadi kenyataan.
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
25. Apa yang menjadi tujuan pendampingan bagi kaum muda?
a. Menjadikan kaum muda sebagai manusia Kristiani yang dewasa
b. Membantu perkembangan kaum muda yang sejahtera lahir dan batin
c. Membantu kaum muda untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan, informasi,
kecakapan sikap, perbuatan hidup yang memadai dalam segi-segi pokok
kehidupan.
d. Menyadarkan kaum muda untuk dapat membangun relasi dan sesama.
e. Lainnya.....................
26. Pendampingan bagi kaum muda di paroki telah dilakukan melalui kegiatan
rekoleksi, retret, dan tebar (temu akbar)
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
27. Pendampingan yang paling disukai oleh kaum muda
a. rekoleksi d. Temu akbar kaum muda
b. retret e. Lainnya.........................
c. week and
[5]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

28. pendampingan yang dilaksanakan di paroki telah membantu para kaum muda
untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
29. Kaum muda telah memanfaatkan fasilitas yg disediakan oleh paroki dengan baik
a. Sangat setuju d. Kurang setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
30. Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di paroki
Kristus Raja Sintang adalah
a. Berupa teori d. Bentuk pendampingan
b. Berupa materi e. Lainnya……………….
c. Pendamping

[6]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 2
WAWANCARA

Hasil wawancara dengan Wiro Pranata, sebagai Pembina Mudika Paroki


Kristus Raja Sintang.
1. Apa masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda?
Masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda terutama bagi saya sendiri
adalah masalah dalam mengontrol emosi, dalam suatu komunita seperti mudika
kita sering mengadakan pertemuan. Ketika dalam pertemuan itu peserta susah
untuk diatur terkadang emosi saya itu naik. Sedangkan masalah lain adalah
banyaknya tawaran-tawaran di zaman globalisasi ini yang terkadang membuat
saya lupa akan tugas dan tanggungjawab saya terutama sebagai ketua mudika.
2. Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah
kalau kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti itu adalah koor dan lektor.
Kalau koor mudika memiliki jadwal khusus untuk menjadi pelaksana koor pada
saat misa di Gereja. kalau lektor saya sering bertugas setiap kali OMK mendapat
tugas menjadi penanggung jawab pada saat misa berlangsung.
3. Faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
tidak dapat dipungkiri bahwa faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri
saya adalah pengorganisasian diri yang kurang maksimal, misalkan mau
melakukan sesuatu itu kurang memikirkan sebab akibatnya dan selalu
mementingkan untuk saat ini saja tanpa memikirkan kedepannya bagai mana.
Terkadang munculnya rasa malas, mau apa aja malas.
4. Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Sedangkan faktor eksternal yang paling mempengaruhi diri saya itu adalah
pergaulan sesama kaum muda. Sekarang sudah tidak ada senior dan junior,
semuanya sama. Misalkan dalam melaksanakan kegiatan mudika, terkadang
jenjang senior dan junior itu perlu agar para peserta itu mau mengikuti arahan dari
para senior. Sekarang karna sudah kenal dengan seniornya mereka sudah tidak
merasa segan, makanya dalam melaksanakan kegiatan itu kita kewalahan karena
mereka kurang mau mendengar arahan dari kita.

[7]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Apa yang menjadi tujuan pendampingan bagi kaum muda?


Yang menjadi tujuan pendampingan bagi kaum muda menurut saya terutama
adalah agar kaum muda itu semakin dekat dan mengenal ajaran agamanya, itu kalo
kaum muda Katolik. Kalau tujuan secara umum itu adalah agar kaum muda itu
tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang memiliki tanggungjawab terhadap
bangsa dan dirinya secara pribadi, agar kaum muda itu dapat semakin
berkembang, dewasa, tangguh, mapan, serta tahu akan arah dan tujuannya
hidupnya kedepan.
6. Pendampingan yang paling disukai oleh kaum muda
Kalau bentuk pendampingan yang paling disukai itu adalah retret dan temu akbar
kaum muda, kalau retret biasanya nginap, terus ada renungan malam. suasana
retret na itu dapat dan terasa. kalu temu akbar kaum muda itu pesertanya berasal
dari berbagai lingkungan, semua kaum muda berkumpul di situ. Kita juga bisa
saling mengenal teman-teman dari lingkungan lain dan yang jelas memiliki banyak
saudara dalam Kristus.
7. Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di
Paroki Kristus Raja Sintang adalah
Sedangkan dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di
paroki Kristus Raja Sintang itu adalah pendamping. Selama ini setiap ada kegiatan
kaum muda itu yang mendampingi kalau tidak pastor, frater atau suster. sementara
banyak teman-teman mudika itu merasa segan dengan pastor, frater atau bruder.
sementara orang awam sepeti kita ini belum pernah ada mendampingi kegiatan
kaum muda. barang kali dengan adanya pendamping yang awam kaum muda dapat
lebih rileks dalam mengikuti kegiatan pendampingan.

Hasil wawancara dengan Danus, sebagai ketua mudika Paroki Kristus Raja
Sintang.
1. Apa masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda?
masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda menurut saya itu adalah
masalah dalam mengendalikan diri. Maunya selalu yang enak-enak saja, apa lagi
dizama sekarang begitu banyak tawaran berbagai media yang membuat kita lupa
akan tugas dan tanggungjawab kita.
[8]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2. Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah


Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah koor. Kaum muda, khususnya
Paroki Kristus Raja Sintang memiliki tugas atau jadwal rutin untuk menangani
koor pada saat misa berlangsung yaitu 2 kali setahun ditambah hari-hari raya besar
Ggereja misalnya hari raya natal dan paskah.
3. Faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Aktor internal yang paling sering mempengaruhi saya adalah faktor pengetahuan.
Kurangnya pengetahuan saya akan suatu hal itu membuat saya kurang
berpengalaman. Misalkan dalam hal agama, saya kurang begitu tahu secara
mendalam tentang agama, sekilas agama itu mudah namun jika didalami sangat
sulit bagi saya. hal inilah yang terkadang membuat saya kurang memiliki
pengalaman dalam bidang agama.
4. Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
lingkungan masyarakat. Keberadaan kaum muda saat ini kurang diterima oleh
lingkungan masyarakat. Masyarakat menilai kaum muda sebagai dalang segala
keributan dan kekerasan, suka bertengkar, mabuk-mabukan dan lain-lain.
5. Apa yang menjadi tujuan pendampingan bagi kaum muda?
Tujuan dari pendampingan bagi saya adalah untuk membantu kaum muda menjadi
mandiri, dan beriman sebagai anggota Gereja, masyarakat, bangsa dan negara
yang beriman, tangguh dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman dan
tanggap terhadap kebutuhan Gereja, masyarakat, bangsa dan negara.
6. Pendampingan yang paling disukai oleh kaum muda
Pendampingan yang paling saya sukai dalah rekoleksi kkarena lewat rekoleksi
secara iman kita di perkaya dan teguhkan. Rekoleksi ini juga dapat membentuk
kepribadian yang kuat, misioner dan militan.
7. Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di
Paroki Kristus Raja Sintang adalah
Dukungan berupa fasilitas dan pendamping bagi kaum muda. Menurut saya
fasilitas yang dapat mendukungkegiatan di paroki kita ini memang sudah ada
seperti aula pertemuan, fasilitas olahraga dan lain-lain, namun itu masih kurang

[9]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

karena semuanya itu hanyalah fasilitas jasmani. Sedangkan fasilitas rohani itu
masih sangat kurang, misalnya belum adanya

Hasil wawancara dengan Yohanes John, sebagai mudika Paroki Kristus Raja
Sintang.
1. Apa masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda?
Masalah yang paling sering dihadapi adalah masalah teman sebaya. Kaum muda
seperti saya tidak bisa melawan tekanan agar bisa diterima dan disukai orang lain.
Kaum muda harus belajar menjadi diri sendiri dan tidak meniru orang lain. Mereka
perlu belajar berpikir sendiri dan tidak serta-merta mengikuti jalan hidup orang
banyak. Apabila seorang pemuda meniru orang lain, ia tidak akan pernah menjadi
dirinya sendiri.
2. Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah
Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah sebagai peserta koor di
Gereja. Keterlibatan saya dalam mengikuti koor di Gereja ini melalui mudika
paroki dan lingkungan St. Yakobus dimana lingkungan tempat saya tinggal.
Kegiatan koor ini sudah saya ikuti semenjak saya masih duduk di bangku SMA
sampai saat ini.
3. Faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Faktor internal yang paling sering mempengaruhi kaum muda adalah Karakteristik
kaum muda yang umumnya melekat dalam diri seorang contohnya rasa malu malu,
agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Hal ini dapat menghambat
perkembangan seseorang salah satunya adalah kaum muda.
4. Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda menurut saya
adalah faktor lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan norma dalam
keluarga, teman, dan kelompok sosial. Lingkungan memiliki peran dalam
membentuk kepribadian seseorang. Contohnya, budaya membentuk norma, sikap,
dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan
menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara
intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada
kultur yang lain.
[10]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Apa yang menjadi tujuan pendampingan bagi kaum muda?


Tujuan pendampingan bagi kaum muda menurut saya adalah agar terciptanya
manusia dalam hal ini adalah kaum muda memiliki kematangan, kedewasaan serta
memiliki tanggung jawab baik bagi bangsanya dan juga dirinya secara pribadi.
6. Pendampingan yang paling disukai oleh kaum muda
Bentuk kegiatan pendampingan yang paling disukai menurut saya adalah ziarek
(ziarah dan rekreasi). Selain kita bisa mendekatkan diri kepada Tuhan, kita juga
bisa berekreasi, bermain dan bernyanyi bersama teman-teman.
7. Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di
Paroki Kristus Raja Sintang adalah
Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda khususnya
kaum muda Paroki Kristus Raja Sintang menurut saya adalah perlu adanya
pendamping karena di Paroki Kristus Raja Sintang sangat kekurangan tenaga
pendamping kaum mda.

Hasil wawancara dengan Maria Guidisa, sebagai mudika Paroki Kristus


Raja Sintang.
1. Apa masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda?
Masalah yang paling sering dihadapikaum muda seperti saya adalah masalah
teman sebaya. Dalam berteman saya masih suka memilih-milih teman. Sering adu
mulut juga dengan teman-teman sebaya hanya karena hal yang sepele.
2. Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah
Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah koor dan organis. Tidak
jarang saya ditunjuk untuk menjadi organis apabila mudika atau pun lingkungan
dimana saya tinggal, yaitu lingkungan Elishabet.
3. Faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Faktor internal yang sering mempengaruhi diri saya adalah kurang mampu dalam
mengurusi diri sendiri. Misalnya masih sering malas-malasan dan sukanya yang
senang-senang saja.
4. Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi saya adalah lingkungan
keluarga dan lingkungan kampus dimana saya menuntut ilmu. Di lingkungan
[11]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

keluarga, kegiatan diluar rumah saya masih di batasi, tidak di ijinkan untuk keluar
rumah malam-malam. Di lingkungan kampus, saya kurang begitu bisa untuk
bergaul atau berteman dengan dema-teman di kampus, masih sering pilih-pilih
teman dan mengelompokkan diri.
5. Apa yang menjadi tujuan pendampingan bagi kaum muda?
Yang menjadi tujuan dari pendampingan menurut saya adalah untuk meningkatkan
dan mengembangkan segala daya dan kreatifitas yang dimiliki oleh kaum muda
demi terciptanya kaum mda yang matang, tangguh dan dewasa.
6. Pendampingan yang paling disukai oleh kaum muda
Pendampingan yang paling disukai adalahrekoleksi karena rekoleksi tidak
membosankan dan tidak banyak memakan waktu seperti retret dan lain-lain yang
bisa menghabiskan waktu sampai 2 atau 3 hari.
7. Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di
Paroki Kristus Raja Sintang adalah
Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di paroki
adalah berupa pendamping karena Paroki Kristus Raja kekurangan tenaga
pendampingan, khususnya pendamping kaum muda. Selama ini pendamping kaum
muda selalu pastor, suster atau fater.

Hasil wawancara dengan Veronica Verra wati, sebagai mudika Paroki


Kristus Raja Sintang.
1. Apa masalah yang paling sering dihadapi oleh kaum muda?
Masalah yang paling sering saya hadapi adalah masalah dalam diri saya, misalnya
sulit dalam pengendalian diri, mengontrol emosi, belum lagi jika ada masalah
diluar kendali saya sebagai kaum muda, dan lain lain.
2. Kegiatan liturgi yang paling sering saya ikuti adalah
Kegiatan liturgi yang paling saya ikuti adalah koor, karena selain koor dari mdika
saya juga sering mengikuti koor lingkungan dimana saya tinggal saat perayaan
liturgi berlangsung.
3. Faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Faktor internal yang paling sering mempengaruhi diri saya adalah sering kali
terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan, tidak sabar, sering mengalami
[12]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

frustrasi dan mengalami kepenatan apabila terjadi masalah yang menimpa saya
serta cepat merasa bosan dengan hidup gaya hidup.
4. Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri kaum muda adalah
Faktor eksternal yang paling sering mempengaruhi diri saya adalah lingkungan
keluarga, dimana lingkungan keluarga yang terlalu mengekang dan memberi
banyak tuntutan bagi saya terutama di bidang studi atau kuliah saya. tidak jarang
hal ini membuat saya frustasi dan merasa bosan.
5. Apa yang menjadi tujuan pendampingan bagi kaum muda?
Tujuan dari pendampingan adalah agar orang yang didampingi dalam hal ini
adalah kaum muda lebih berkembang dan mapan dalam menjalani hidup ke
depannya.
6. Pendampingan yang paling disukai oleh kaum muda
Pendampingan yang paling saya sukai adalah retret dimana melalui retret selain
kita mendapatkan materi dan pengalaman mengenai kehidupan, kita juga dapat
menenangkan diri, mengasingkan diri dari segala kebisingan dan kesibukan kita
sehari-hari, kita juga dapat mendkatkan diri kepada Tuhan.
7. Dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi kaum muda di
Paroki Kristus Raja Sintang adalah
Kalu berbicara mengenai dukungan yang dapat meningkatkan pendampingan bagi
kaum muda, menurut saya adalah pendamping dan materi. Karena jujur di paroki
kita ini sangat minim tenaga pendamping, begitu juga materinya kita cenderung
mudah bosan karena materinya itu-itu saja.

[13]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 4
Teks Lagu

1. Hari Ini Kurasa Bahagia


Hari ini kurasa bahagia
Berkumpul bersama saudara seiman
Tuhan Yesus tlah satukan kita
Tanpa memandang diantara kita
Bergandengan tangan dalam kasih
Dalam satu hati berjalan dalam terang kasih Tuhan.
Kau sahabatku kau saudaraku
Tiada yang dapat memisahkan kita
Kau sahabatku kau saudaraku
Tiada yang dapat memisahkan kita

Madah Bakti No 457


2. Pengutusan Dan Salib
Ref: Yesus diutus Bapa di surga Tiada amal tanpa berkurban
Kini tugas ku jadi utusan Tiada karya tanpa derita
Bapa mengutus Yesus Putera-Nya Salib dipanggul kurban ditanggung
Bawa selamat bagi dunia Itulah hidup utusan Tuhan, Ref
Kita di utus Yesus Sang guru
Wartakan damai bagi sesama, Ref

3. Masa Muda
Masa muda sungguh senang Masa mudaku
Jiwa penuh dengan cita-cita Masa yang kukenang
Bagai api yang tak kunjung padam Kutinggalkan semua dosaku
Selalu membara dalam kalbu La…la…la…
Reff. Masa mudaku
Masa yang terindah
Masa Tuhan memanggilku
[16]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Madah bakti no 465


4. Aku Dengar Bisikan Suara-Mu
Aku dengar bisikan suara-Mu
Mengema lembut di dalam batinku
Sungguh engkau sahabatku
Jikalau engkau menaati perintah-Ku
Ref: Pergilah dan sebarkanlah kabar suka cita-ku
Sampai akhir zaman Aku serta mu
Bukanlah engkau yang memilih-Ku
Melainkan Aku yang memilih mu
Kini Aku serahkan tugas
Supaya engkau menghasilkan buah limpah, Ref
Roh kasih Kristus tolonglah kami
Menjadi pewarta-Mu yang sejati
Menyatukan umat suci-Mu
Dalam himpunan kawanan domba-Mu
Ref: Aku percaya sabda-Mu
Yang meyakinkan daku
Aku penolong mu
Yakinlah teguh

5. Kusiapkan Hatiku Tuhan


Ku siapkan hatiku Tuhan Reff. FirmanMu Tuhan
Tuk dengar firmanMu saat ini Tiada berubah
Ku sujut menyembahMu Tuhan Dahulu sekarang
Masuk hadiratMu saat ini Selama-lamanya tiada berubah
Curahkan urapanMu Tuhan firmanMu Tuhan
Bagi jemaatMu saat ini penolong hidupku
Ku siapkan hatiku Tuhan hatiku telah siap Tuhan
Tuk dengara firmanMu ‘Tuk dengar firmanMu

[17]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6. Bawalah Lentera Hidup


Di dalam perjalanan kehidupan
Mestilah kita semua renungkan
Mesti kita buka mata, buka hati
Bercermin pada kenyataan
Berjalan dalam terang Tuhan
Reff. Bawalah lentera hidup
Singkirkan hati yang hampa
Biar hidup tak tenggelam dalam lembah
Di kegelapan malam
Hati terkadang terasa letih, terasa penat
Ombak di laut menghempas jiwa
Surya dekat kaki langit, tanda senja
Tampaklah kini tanda cinta
Tempat kita akan merapat (back to reff)

[18]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 5
Teks Kitab Suci

Matius 10:5-15
10:5 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka:
"Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota
orang Samaria,
10:6 Melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.
10:7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
10:8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta;
usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu
berikanlah pula dengan cuma-cuma.
10:9 Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat
pinggangmu.
10:10 Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa
baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat
upahnya.
10:11 Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan
tinggallah padanya sampai kamu berangkat.
10:12 Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.
10:13 Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak,
salammu itu kembali kepadamu.
10:14 Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu,
keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari
kakimu.
10:15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom
dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.

[19]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Yohanes 16: 5-11


16:5 Tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada
seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau
pergi?
16:6 Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita.
16:7 Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu,
jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang
kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
16:8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan
penghakiman;
16:9 Akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku;
16:10 Akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku
lagi;
16:11 Akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum

Matius 5: 13-17
5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia
diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin
tersembunyi.
5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang,
melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah
itu.
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka
melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya.

[20]
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 6
Teks Cerita
“Keinginan Menjadi Kristen Katolik”

Pardi, Dikin, dan purwo sekolah di SD Kanisius. Semua guru di SD itu


beragama Katolik. Para guru itu hidup rukun dan saling menolong; juga ramah dan
dekat dengan semua murid. Melihat cara hidup para guru mereka, ketiga anak itu
sangat terkesan hatinya. Mereka pun ingin hidup seperti para guru mereka. Timbullah
keinginan di hati ketiga anak itu untuk mengikuti cara hidup para guru mereka dan
menjadi Katolik.
Keinginan ketiga anak itu untuk menjadi Katolik, disampaikan kepada teman-
temannya yang lain. Teman-temannya adayang tertarik dan ada juga yang tak ambil
pusing. Melihat niat ketiga anak itu, orang tua mereka dan tetangga lainnya merasa
heran. Hal ini dapat dipahami karena waktu itu, memang belum ada seorang Katolik
pun di desa mereka.
Keinginan ketiga anak itu menjadi kuat karena mereka saling merasa dekat,
bersahabat, dan bercita-cita sama. Mereka tertarik menjadi katolik karena teladan dan
kesaksian cara hidup para guru mereka.

Cerita diambil dari Komkat KAS.(1998). Mengikuti Yesus Kristus I: Buku


Pegangan Calon Baptis. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 27-28

[21]

Anda mungkin juga menyukai