Anda di halaman 1dari 25

KOLOID

FIRDHA SENJA MAELANINGSIH, M.FARM., APT


Penggolongan Sistem Dispersi Menurut Ukuran Partikel

Rentang
Golongan Ukuran Karakteristik Sistem Contoh
Partikel
Dispersi < 1,0 nm Partikel tidak tampak dalam mikroskop Molekul oksigen,
molekular (mµ) elektron; lolos melewati ultrafilter dan ion-ion biasa, glukosa.
membran semipermeabel; difusi berlangsung
cepat.

Dispersi Partikel tidak teramati dalam mikroskop biasa Sol perak koloidal,
Koloidal 0,5 µm - 1,0 namun teramati dalam mikroskop elektron; polimer alam dan
nm lolos melewati kertas saring tapi tidak lolos sintetik
membran semipermiabel; berdifusi sangat
lambat.
Butiran pasir,
Dispersi Partikel tampak dibawah mikroskop; tidak lolos kebanyakan emulsi
Kasar > 0,5 µm melewati kertas saring normal atau terdialisis dan suspensi
melalui membran semipermeabel; partikel tidak farmasetis, sel darah
dapat berdifusi merah.
Contoh Sistem dispersi

Fase terdis- Medium Contoh


persi dispersi Koloidal Kasar
Cair Gas Kabut Semprotan
Padat Gas Asap Debu
Gas Cair Busa Busa
Cair Cair Tetes minyak <1 x 10-3 Emulsi
mm dalam air.
Padat Cair Emas koloidal dalam air Suspensi kaolin dalam air
Gas Padat Busa padat Busa padat
Cair Padat Minyak mineral dalam Emulsi padat
lilin
Padat Padat Emas koloidal dalam gelas Suspensi padat
SISTEM DISPERSI

Emulsi
Suspensi

Koloid
DISPERSI KOLOID
DISPERSI KOLOIDAL

Ukuran dan Bentuk Partikel Koloidal

Ukuran partikel : 0,5 μm -1 nm 🡪 luas permukaan > dispersi kasar

• Emas 🡪 sol = warna merah, jika ukuran partikel >>> warna biru

• Antimon & Arsen trisulfida 🡪 merah : dlm ukuran koloid : kuning

Bentuk Partikel

6
PEMISAHAN PARTIKEL KOLOID

Partikel koloid dapat dipisahkan dari


partikel molekular. 2. Ultrafiltrasi 🡪 filtrasi dilakukan
di bawah tekanan negatif
Teknik pemisahan: (dengan pengisapan)
1. Dialisis 🡪 membran menggunakan corong Buchner
semipermeabel
3. Elektrodialisis 🡪 pemisahan
menggunakan suatu potensial
listrik
JENIS SISTEM KOLOIDAL
Koloid Liofilik:
• Afinitas thd solven 🡪 mudah membentuk dispersi koloid atau sol,

• Hidrokoloid

Koloid Liofobik:
Partikel anorganik dalam air: emas, perak, arsen sulfida, belerang, perak iodida.
Cara membuat:
• Dispersi : ukuran partikel direduksi (alat colloid mills)
• Kondensasi: dari subkoloidal 🡪 agregat koloidal (biasanya dicapai ada kondisi lewat
jenuh)
• Reaksi kimia: reduksi: (lar. Garam logam mulia + formaldehid),

oksidasi: (H2S), hidrolisis: (FeCl3),

penguraian ganda: (H2S + Asam arsen).


8
SIFAT OPTIS KOLOID
Efek Faraday-Tyndall

Seberkas sinar kuat akan memperlihatkan suatu kerucut,.


Alat : melihat titik-titik cahaya yang membentuk kerucut Tyndall adalah ultramikroskop.

Ukuran
• Mikroskop Elektron Bentuk Partikel koloidal
Bangun (Struktur)

• Penghamburan Sinar (Light Scattering)


Bobot molekul koloid; dan informasi bentuk dan ukuran partikel.
Kekeruhan (turbiditas), T, yaitu penurunan fraksional intensitas yang disebabkan oleh penghamburan bila sinar melalui
larutan sepanjang 1 cm.

Hc/τ = 1/M + 2Bc


τ turbiditas, c konsentrasi solut dalam g/cm3 larutan, M berat rata-rata bobot molekul, dan B suatu tetapan interaksi, H
adalah tetapan sistem tertentu dan setara dengan:
SIFAT KINETIK KOLOID
❑ Gerakan Brown
Robert Brown (1827) gerak partikel koloid sebesar 5 μm yg tidak beraturan dijelaskan sbg
hasil pemboman partikel oleh medium pendispersi.
Ukuran partikel << , V partikel >>
Viskositas >> , V partikel <<

❑ Difusi
Partikel akan berdifusi secara spontan dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke rendah,
sampai konsentrasinya seimbang

Hukum pertama Fick : jumlah zat dq yang berdifusi dalam waktu dt melewati bidang seluas S
adalah berbanding lurus dengan perubahan konsentrasi dc terhadap jarak yang dilalui dx.
10
D : koefisien difusi yaitu jumlah zat yang berdifusi per satuan waktu melewati satu satuan
luas jika dx/dt ( disebut konsentrasi gradien) sama dengan satu. D mempunyai dimensi
luas per satuan waktu.
Partikel koloidal berbentuk sferis, maka persamaan Sutherland-Einstein atau
Stokes-Einstein:

Koef. Difusi Berat molekul

k: tetapan Boltzmann M bobot molekul dan v volume spesifik


partial (kira-kira setara dengan volume
dalam cm3 dari 1 g solut yang diperoleh
dari pengukuran kerapatan).
❑ Sedimentasi
Hukum Stokes:
Dalam sentrifuge percepatan gravitasi digantikan oleh ω2x, dalam hal ini ω adalah
kecepatan sudut, x adalah jarak partikel dari pusat pemutaran (rotasi).

Laju sentrifuge : rpm


ω = rpm x 2π
❑ Viskositas
• Hubungan viskositas dengan jenis koloid yaitu :
• Pada koloid hidrofilik, partikel fase dispersnya tersolvatasi dengan molekul solven maka
dengan adanya kenaikan kadar akan menyebabkan kenaikan viskositas secara nyata
sehingga cps besar.
• Pada koloid hidrofobik, dimana fase dispersnya tidak tersolvatasi oleh molekul solven
sehingga kadar tidak mempengaruhi vskositasnya.

• VISKOSITAS DISPERSI KOLOID DIPENGARUHI OLEH BENTUK PARTIKEL FASE DISPERSI.

• KOLOID BULAT (SFEROKOLOID) MEMBENTUK DISPERSI DENGAN VISKOSITAS RELATIF RENDAH.

• KOLOID LINIER BERSIFAT LEBIH KENTAL


• JIKA KOLOID LINIER DIDISPERSIKAN DALAM PELARUT YG AFINITASNYA RENDAH THD KOLOID TSB
MAKA BENTUKNYA CENDERUNG DIANGGAP BULAT DAN VISKOSITASNYA MENURUN
Elektroforesis:
Berkaitan dengan pergerakan partikel bermuatan melewati
cairan dibawah pengaruh perbedaan potensial.

ζ : potensial zeta dalam volt; v adalah keceatan bergerak


(migrasi) sol dalam cm/sek di dalam tabung elektroforesis
yang panjangnya tertentu dalam cm; visakositas medium (η)
dalam poise (dyne sek/cm2 ); tetapan dielektrik medium ε;
gradien potensial E dalam volt/cm. Suku v/E disebut sebagai
mobilitas.

Pada 200 C :

Pada 250 C, koefisien 141 menjadi 128


15
SOLUBILISASI
Kemampuan dari misel untuk meningkatkan kelarutan zat yang secara normal
tidak larut, atau hanya sedikit larut, dalam medium dispersi yang digunakan.

Misel bola nonionik surfaktan,


polioksietilen monostearat dalam
air.
Benzena dan toluena, molekul
nonpolar, ada di dalam misel.
Asam salisilat, lebih polar.
Asam p- hiroksibenzoat, molekul
polar, terletak diantara rantai
hidrofil surfaktan.

16
Faktor Yang Mempengaruhi Solubilisasi
Kimiawi Surfaktan:
Rantai alkil lipofilik lebih panjang akan lebih mensolubilisasi obat hidrofobik.
Surfaktan ionik: peningkatan jari-jari inti hidrokarbon, meningkatkan solubilisasi.
pH:
Merubah kesetimbangan antara solubilisat terion dan takterion.

Titik Krafft:
Suhu yang menunjukkan terjadinya kelarutan surfaktan = kmk (cmc)
Titik keruh (cloud point):
Suhu yang menunjukkan terjadinya kekeruhan (pengkabutan) yang tiba-tiba. Jika suhu
dinaikkan terjadi surfaktan memisah sebagai presipitat atau kalau konsentrasi tinggi
sebagai suatu gel.
KONSENTRASI MISEL KRITIS (KMK ATAU CMC)

cmc campuran surfaktan:

Hitunglah CMC dari campuran n-dodesil oktaoksietilenglikol monoeter (C12E8) dan


n-dodesil β D-maltosida (DM). CMC C12E8 adalah CMC1= 8,1 ×10-5M (mol/liter)
dan fraksi molnya, x1 = 0,75; CMC DM=CMC2= 15 ×10-5M (mol/liter)

x2 = 1-0,75 = 0,25

CMC = 9,3 ×10-5M


18
DISPERSI EMULSI
TAMBAHAN
Stabilitas Emulsi
• BEBAS KOALESENSI FASE DALAM,
• BEBAS KRIMING,
• TETAP BAIK DARI SEGI PENAMPILAN, BAU, WARNA, DAN SIFAT FISIS
LAIN-NYA.
Ketidakstabilan Emulsi
▪ flokulasi dan kriming
▪ koalesensi dan pecah
▪ inversi fase
Kriming dan Hukum Stokes
• Jika fase terdispersi kurang rapat dibandingkan dengan fase kontinu,
yang merupakan hal umum pada emulsi o/w, kecepatan sedimentasi
menjadi negatif, yakni dihasilkannya creaming yang mengarah ke atas.
• Jika fase dalam lebih berat dari fase luar, bola-bola akan mengendap,
fenomena ini sering terdapat pada emulsi tipe w/o dimana fase
dalamnnya lebih rapat dari pada fase kontinu minyak, efek ini dikenal
sebagai creaming yang mengarah ke bawah.
• Viskositas fase luar dapat dinaikkan: + zat pengental (thickening agent)
seperti metilselulose, tragakan, atau natrium alginat.
• Bersifat Reversible
Contoh Soal
• SUATU EMULSI O/W MENGANDUNG MINYAK MINERAL DENGAN BOBOT JENIS
0,90 TERDISPERSI DALAM SUATU FASE AIR YANG MEMPUNYAI BOBOT JENIS
1,05. JIKA PARTIKEL MINYAK MEMPUNYAI DIAMETER RATA-RATA 5 X 10-4CM,
FASE LUAR MEMPUNYAI VISKOSITAS 0,5 POISE (ATAU 0,5 G/CM DETIK)
BERAPAKAH KECEPATAN CREAMING DALAM CM PER-HARI?

 
Koalesensi atau breaking
KOALESENSI ADALAH PECAHNYA EMULSI DIAKIBATKAN KARENA RUSAKNYA
LAPISAN FILM YANG MELAPISI PARTIKEL ATAU BUTIRAN-BUTIRAN EMULSI,
SEHINGGA TERJADI PEMISAHAN ANTARA FASE MINYAK DAN FASE AIR DAN
MASING-MASING FASE BERSATU SESAMA JENISNYA

Inversi Fase
• Inversi fase adalah perubahan tipe emulsi dari minyak dalam air (o/w)
menjadi air dalam minyak (w/o) atau sebaliknya.

23
24
Pengawetan Emulsi
• Pemisahan fase, perubahan warna, pembentukan gas dan bau, serta perubahan sifat
reologik suatu emulsi dapat terjadi karena pertumbuhan mikroba.
• Bakteria mendegradasikan emulgator nonionik dan anionik, gliserin, dan gom alam
sehingga emulsi dapat menjadi rusak.
• Pengawet harus ditambahkan dengan perbandingan fase air-minyak yang sesuai
• Pengawet harus dalam keadaan tidak terion untuk dapat mempenetrasi membran
bakteri
• Pengawet hanya efektif dalam bentuk bebas

Anda mungkin juga menyukai