Anda di halaman 1dari 10

URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 97 - 106

ISSN 2085-6091 Terakreditasi


No : 709/Akred/P2MI-LIPI/10/2015

PERAN PEREMPUAN MASYARAKAT PESISIR DALAM MENINGKATKAN


PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA BAYAH
KECAMATAN BAYAH KABUPATEN LEBAK

THE ROLE OF WOMEN IN COASTAL COMMUNITIES IMPROVE FAMILY


INCOME OF FISHERMEN IN THE VILLAGE OF BAYAH
SUB DISTRICT OF BAYAH LEBAK REGENCY

Yusniah. Anggraini
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten
Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B)
Jl. Syekh Nawawi Al-Bantani, Palima Serang- Banten
e-mail: yusnia.anggraini@gmail.com
Diserahkan: 24/03/2018, Diperbaiki: 20/04/2018, Disetujui: 15/05/2018

Abstrak
Selama ini peran wanita dalam keluarga nelayan belum optimal dalam membantu peningkatan ekonomi
keluarga.Para wanita di desa Bayah Barat umumnya bekerja sebagai pengolah hasil perikanan. Di sisi lain,
wanita juga memiliki peran dalam rumah tangga, yaitu sebagai istri dan ibu. Oleh karena itu, keterlibatan
wanita dalam mencari nafkah menimbulkan peran ganda wanita. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat pendapatan keluarga nelayan masyarakat pesisir di desa Bayah Barat, mengetahui
kegiatan ekonomi produktif perempuan dan mengetahui peran perempuan masyarakat pesisir dalam
meningkatkan pendapatan keluarga nelayan di desa Bayah Barat.Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metodependekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara
mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis data menggunakan tahapan reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan di daerah pesisir memiliki
kontribusi atau peran yang sangat besar dalam meningkatkan pendapatan keluarga.Kontribusi pendapatan
istri tersebut dapat dilihat dariterpenuhinya kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier keluarga. Hubungan
atau relasi antara suami istri dalam memenuhi kebutuhan keluarga lebih didasarkan hubungan kemitraan,
sehingga keduanya dapat saling bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka..
Meningkatnya peran dan tugas istri sebagai pencari nafkah menimbulkan adanya kesepakatan dengan tujuan
meningkatkan perekonomian keluarga antara suami dan istri untuk dapat berbagi tugas dalam pekerjaan
domestic.
Kata Kunci: Peran Perempuan Masyarakat Pesisir, Pendapatan Keluarga Nelayan, Bayah Barat

Abstract
Up until now, theroleof women in the fishermen's family has not been optimal in helping to improve the
family's economy. Women in the village of West Bayah generally work at the fisheries production. On the
other hand, women also have a role in the house hold as a wife and mother. Therefore, the involvement of
women in generating income leads them to have another role in society. The purpose of this study is;to
determine the level of income of coastal community fishermen families in the village of West Bayah;to analyse
the productive economic activities of women; and to analyse the role of women in coastal communities in
increasing thein come offishing families in the village of West Bayah. The method used in this study is a
qualitative method. The data collection technique used are in-depth interviews, observation, and
documentation studies. Datais analysed through data reduction, data presentation, and verification. The
results of the study show that women in coastal areas have a very large contribution or role in increasing
family income. The contribution of wife's income can be seen from the fulfillment of primary, secondary, and
eventertiary family need. The relationship between husband and wife to fulfill the family needs to be based on
partnership relationships, so that both can work together to improve the welfare of the family. Increasing the
role and duties of wives as bread winners raises an agreement with the aim to improve the family economy
while sharing the domestic work between them.
Keywords: Female Role Coastal Communities, Fishermen, Family Income Bayah West

PENDAHULUA N nelayan.Kehidupan pesisir Indonesia seharusnya


Masyarakat yang hidup di daerah laut biasa menjadikan para nelayan sebagai orang yang kaya,
disebut sebagai masyarakat pesisir.Sebagian besar karena kekayaan laut Indonesia yang begitu
masyarakat pesisir memiliki mata pencaharian sebagai melimpah. Namun kenyataannya, mereka masih

97
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 97 - 106

berada dalam keadaan yang memprihatinkan bahkan ekonomi produktif sedikit. Proporsi masyarakat
masih banyak masyarakat yang berada di bawah garis pesisir semakin sedikit karena diambil alih oleh kaum
kemiskinan.Beberapa faktor penyebabnya adalah saat laki-laki, dan rendahnya kualitas keterampilan wanita
nelayan tidak melaut karena cuaca buruk sementara pesisir karena ketiadaan latihan dari pihak lain,
kebutuhan hidup tetap harus dipenuhi, maka mereka sehingga makin menyudutkan posisi wanita dalam
memilih berhutang untuk dapat memenuhi kebutuhan membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
mereka.Faktor lainnya penyebab kemiskinan di Kondisi ini mengharuskan perlu adanya perhatian
kalangan keluarga nelayan karena sebagian besar yang serius terhadap kegiatan ekonomi produktif
nelayan di Indonesia adalah nelayan buruh dengan perempuan.Berdasarkan penelitian yang dilakukan
tingkat social ekonomi dan kesejahteraan yang rendah. oleh Slamet Widodo, dkk.(2011),salah satu alternatif
Wilayah pesisir adalah wilayah yang memiliki pemberdayaan ekonomi perempuan nelayan miskin di
kekhasan tersendiri.Setiap harinya wilayah pesisir di Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu
dominasi oleh penduduk wanita dan anak-anak karena Utara, Provinsi Bengkulu adalah penemuan model
umumnya suami dan remaja pria pergi melaut.Ada teknologitapat guna terpadu untuk mengolah ikan
nelayan yang melaut berhari-hari, tetapi ada juga pasca tangkap. Teknologi ini merupakan teknologi
nelayan biasa yang hanya melaut dimalam hari. sederhana yang mudah dipelajari, mudah diserap dan
Sehingga ibu atau istri memegang tanggung jawab dilakukan oleh wanita di daerah pesisir, dengan biaya
kehidupan sehari-hari dalam keluarga. operasional yang relatif murah, bahan baku mudah
Wanita merupakan sumber daya manusia yang didapat, dan peralatan mudah didapat disetiap daerah.
sangat potensial dalam pembangunan. Begitu pula Teknologi tepat guna membantu masyarakat untuk
para wanita yang tinggal di daerah pesisir. Hanya saja dapat mengolah hasil tangkapan yang mempunyai
dalam pengembangannya mengalami beberapa nilai tambah tinggi dan menjadi komoditi unggulan
kendala antara lain rendahnya kualitas sumber daya yang mampu menembus pasar regional, nasional
manusia yang disebabkan rendahnya tingkat maupun internasional. Teknologi tepat guna terpadu
pendidikan dan keterampilan. Hasil penelitian yang dimaksud adalah industri pemindangan ikan laut,
Mubyarto et. Al dalam Soengkono (2002), industri pengeringan ikan, industri kerupuk ikan,
memberikan gambaran umum bahwa kemiskinan pengendalian kualitas sampai dengan layak jual untuk
nelayan memang disebabkan oleh beberapa faktor dipasarkan. Serta manajemen usaha kecil (MUK).
yang kompleks. Ribuan pulau dan laut yang Teknologi tepat guna terpadu ini memiliki efek
membentang luas belum dapat menghapus fenomena pengganda (multiplier effect) sebagai industri hilir,
kemiskinan keluarga nelayan sehingga perlu dicari seperti industri terasi, petis, pengrajin pembungkus,
solusi untukmeningkatkan perekonomian komunitas usaha transpotasi lokal dan perdagangan ikan segar
nelayan. Aktivitas produktif perikanan laut atau olahan di tingkat lokal yang kesemuanya itu dapat
menunjukkan gejala spesifik peranan gender yang memanfaatkan tenaga kerja perempuan lokal.
sangat jelas, yaitu laki-laki mendominasi proses Masyarakat pesisir sebagai masyarakat miskin
penangkapan ikan sedangkan wanita hanya berperan memiliki persoalan yang kompleks seperti faktor
sebagai pengelola pasca tangkap yang nilai tambah kemiskinan, terpinggir secara sosial, dan fungsi dan
ekonomisnya sangatlah rendah. martabatnya yang sering terlupakan. Umumnya,
Hasil penelitian Suminar (1996), menyatakan tingkat pendidikan masyarakat pesisir sebagian besar
bahwa tingkat partisipasi perempuan dalam ekonomi adalah tamatan Sekolah Dasar (SD), maka upaya awal
rumah tangga nelayan sangat rendah hal ini dapat pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pesisir adalah
dilihat dari rendahnya rata-rata alokasi waktu melalui pendidikan sebagai upaya penduduk setempat
perempuan terhadap kegiatan-kegiatan yang sifatnya untuk meningkatkan kondisi sosial, ekonomi dan
income generating, yaitu 1,85 jam per hari, budaya yang lebih bermanfaat dan memberdayakan
dibandingkan laki-laki 6,5 jam per hari. Hal ini masyarakat
disebabkan oleh pola aktivitas produksi disektor Penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo,
nelayan yang hampir tidak melibatkan perempuan Hendri Bustamam, dan Soengkono, (2011) dengan
dalam keseluruhan proses menangkap ikan. judul Model Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Studi yang dilakukan oleh Azehari(1991), Keluarga Nelayan Miskin melalui Penerapan
mengenai wanita yang hidup didaerah pesisir Teknologi Tepat Guna Terpadu (Studi Keluarga
menunjukkan beberapa indikasi, yaitu peranan wanita Nelayan di Kecamatan Kelapa Kabupaten Bengkulu
di daerah pesisir cenderung statis karena dipengaruhi Utara). Hasil penelitian ini diantaranya: a)
oleh sikap masyarakat setempat, tingkat keterampilan terbakukannya 4 (empat) modul teknologi tepatguna
rata-rata rendah, cenderung terikat oleh statusnya terpadu pengolahan ikan asalan menjadi basis dalam
sebagai istri yang hanya mengurus persoalan rumah pengembangan usaha perempuan nelayan miskin,
tangga. Sehingga peluang untuk melakukan aktivitas yaitu modul usaha ikan kering, modul usaha nugget

98
Peran Perempuan Masyarakat Pesisir Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan di Desa Bayah Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
(Yusniah. Anggraini)

ikan, modul usaha pindang ikan, dan modul usaha Kabupaten Lebak,2016). Pada penelitian ini, desa
kerupuk ikan; b) terumuskannya model pengem- yang diteliti adalah desa Bayah Barat karena potensi
bangan teknologi tepat guna terpadu secara adaptif dan hasil laut tertinggi ada di desa ini. Tenaga kerja yang
sesuai denganpotensi sumber daya manusa, potensi mengolah produk hasil tangkapan laut sebagian besar
sumber daya alam, potensi sosial , dan kondisi wanita. Para wanita ini baik muda maupun tua turut
lingkungan yang ada; c) terumuskannya model mencari nafkah untuk menambah penghasilan
pemberdayaan perempuan nelayan di kawasan pesisir keluarga.Di sisi lain, wanita juga memiliki peran
dapat dikembangkan melalui 3 (tiga) tahap, yakni dalam rumah tangga, yaitu sebagai istri dan ibu.
pengembangan kelompok (community development), Wanita dituntut melakukan tugas utama dalam rumah
pra pengembangan usaha (pre-business development), tangga dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
dan pengembangan usaha (business development). keterlibatan wanita dalam mencari nafkah menimbul-
Kemudian terdapat penelitian yang dilakukan kan peran ganda wanita.
oleh Tri Utami Akbarini, Iwang Gumilar, dan Roffi Tulisan ini disajikan berdasarkan hasil
Grandiossa, (2012) yang berjudul Kontribusi Ekonomi penelitian dengan tujuan untuk mengetahui Peran
Produktif Wanita Nelayan terhadap Pendapatan Perempuan Masyarakat Pesisir dalam Meningkatkan
Keluarga Nelayan di Pangandaran Kabupaten Ciamis. PendapatanKeluarga Nelayan di Desa Bayah Barat,
Penelitian ini menghasilkan bahwa istri nelayan kegiatan ekonomi produktif, tingkat pendapatan
memberikan kontribusi cukup besar terhadap keluarga perempuan masyarakat pesisir di Desa Bayah Barat
nelayan sebanyak 31, 32%. Curahan waktu kerja Kabupaten Lebak dilakukannya penelitian ini adalah:
tertinggi pada aktifitas produktif ekonomi sekitar 9 1. mengetahui tingkat pendapatan keluarga nelayan
jam. Pengambilan keputusan dalam rumah tangga masyarakat pesisir di Desa Bayah Barat
dilakukan secara demokratis dengan didominasi oleh 2. mengetahui kegiatan ekonomi produktif perem-
istri nelayan dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan
sebesar 90% dari tingkat149 keputusan dan pembelian puan masyarakat pesisir di Desa Bayah Barat
alat rumah tangga sebesar 100%. 3. mengetahui peran perempuan masyarakat pesisir
Peran wanita dalam pembangunan merupakan dalam meningkatkan pendapatan keluarga nelayan
bagian yang tidak dapat di pisahkan dari pembangunan di Desa Bayah Barat.
Nasional yang antara lain berupaya dalam mengentas-
kan golongan masyarakat yang masih dibawah garis METODE PENELITIAN
kemiskinan termasuk para ibu-ibu rumah tangga. Oleh Pada Peneliti ini memilih menggunakan
karena itu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pendekatan kualitatif agar permasalahan dapat diteliti
keluarga nelayan lebih di titik beratkan pada kaum secara lebih mendalam dan tidak dibatasi oleh
wanita. Wanita-wanita di daerah pesisir dapat menjadi pembatasan pengukuran seperti halnya pada penelitian
motor penggerak kegiatan ekonomi produktif kuantitatif. Keterlibatan peneliti secara aktif dalam
masyarakat pesisir sehingga meningkatkan fungsinya penelitian dapat memudahkan partisipan dalam
dari ibu rumah tangga menjadi pencari nafkah. mengungkapkan permasalahan yang dialaminya.
Selama ini peran wanita dalam keluarga nelayan Peneliti melakukan wawancara mendalam (in depth
belum optimal dalam membantu peningkatan ekonomi interview) dengan informan serta tanya jawab untuk
keluarga, terutama berkaitan dengan proses mendapatkan data-data ataupun informasi yang
pengelolaan hasil pasca tangkap. Pengetahuan dan dibutuhkan. Wawancara dalam penelitian kualitatif
keterampilan mereka masih terbatas dan belum pernah merupakan interaksi antara pewawancara dengan
memperoleh inovasi teknologi.Selain itu mereka juga informan dimana pewawancara memiliki perencanaan
belum memiliki kemampuan dalam pengembangan umum pertanyaan tapi tidak berupa satu perangkat
usaha, sehingga semua itu menyebabkan kehidupan pertanyaan spesifik yang harus ditanyakan dengan
mereka marjinal dan miskin. Pendapatan Domestik kata-kata tertentu dan dalam urutan tertentu. Menurut
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lebak yang Idrus Muhamad(2007), pemilihan subjek dilakukan
berasal dari sektor perikanan pada tahun 2016 secara purposif dan menghindari pemilihan secara
mencapai Rp 20.729.201 juta. Angka ini masih lebih acak (random). Berdasarkan kriteria tersebut dan
rendah dari sektor perkebunan padahal jika melihat disesuaikan dengan konteks penelitian ini, maka
potensi laut di Kabupaten Lebak sangat besar, berarti peneliti menetapkan beberapa orang untuk dijadikan
pendapatan daerah dari potensi laut yang dimiliki informan (subjek), yaitu istri-istri nelayan atau wanita-
Kabupaten Lebak belum maksimal.Wilayah di wanita yang bekerja di bidang pengolahan hasil
Kabupaten Lebak yang memiliki potensi laut yang tangkapan laut.
tinggi salah satunya adalah Kecamatan Bayah, terdiri Proses pelaksanaan penelitian kualitatif terdiri
dari 11 desa. Hampir semua desa di desa Bayah Barat dari beberapa tahapan, yaitu penentuan fokus masalah,
memiliki potensi kelautan yang tinggi, (BPS pengembangan kerangka teori, penentuan metode,

99
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 97 - 106

analisis temuan, dan pengambilan kesimpulan. Saudi atau negara lainnya sebagai TKW.Di kalangan
Penelitian yang dilakukan bertempat di Desa Bayah nelayan dikenal istilah “Angin Timur” artinya musim
Barat Kabupaten Lebak. Menurut Miles & Huberman tidak banyak badai dan laut agak teduh sehingga
(1996), penelitian ini mengunakan teknik analisis mereka dapat melaut. “Angin Barat” adalah saat laut
kualitatif, yaitu teknik analisis data yang digunakan berangin dan banyak badai sehingga berbahaya bagi
adalah analisis dengan menggunakan model interaktif, nelayan untuk pergi melaut. Khusus untuk nelayan,
dalam model analisis ini ada tiga komponen yang saat ideal melaut adalah saat cuaca laut sedang yang
dianalisis yaitu: reduksi data, sajian data, dan mana ikan naik ke atas permukaan dan mudah
penarikan kesimpulan. ditangkap dengan jaring.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Ekonomi Produktif Perempuan


Masyarakat Pesisir
Kondisi Umum Desa Bayah Sebagian masyarakat Desa Bayah Barat tinggal
Secara administrasi Desa Bayah Barat terletak di wilayah pesisir. Mata pencaharian masyarakat
di wilayah Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak pesisir sebagian besar nelayan, pembuat jaring, dan
Provinsi Banten. Wilayah Desa Bayah Barat secara usaha hasil tangkapan laut. Salah satu dusun atau blok
administratif dibatasi oleh wilayah-wilayah desa Desa Bayah Barat, masyarakatnya memiliki mata
tetangga. Di sebelah utara berbatasan dengan Desa pencaharian sebagai nelayan, pembuat jaring dan
Cimancak. Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa pengolah hasil perikanan. Nelayan di Desa Bayah
Darmasari. Di sisi Barat berbatasan dengan sebagian Barat pergi melaut untuk mencari rajungan, ikan,
wilayah Kecamatan Panggarangan. Sedangkan di sisi udang serta hasil laut lainnya. Umumnya nelayan dari
Timur berbatasan dengan Desa Bayah Timur. Luas Desa Bayah Barat adalah nelayan Ikan. Mereka pergi
wilayah Desa Bayah Barat adalah sebesar 15.374 Ha. melaut jam 3 sore dan pulang jam 8 malam untuk
Luas wilayah yang ada tersebut dibagi dalam beberapa memasang jaring perangkap. Kemudian jam 3 pagi
peruntukan, dapat dikelompokan seperti untuk esok harinya mereka pergi melaut lagi untuk
fasilitas umum, pemukiman, pertanian, kegiatan mengambil hasil tangkapan. Tetapi ada juga nelayan
ekonomi dan lain-lain. Luas lahan yang diperuntukan yang melaut sampai ke Jakarta sehingga membu-
fasilitas umum, seperti jalan, pemukiman, TPU, tuhkan waktu berhari-hari hingga sepekan. Upaya
sekolah, sarana peribadatan dan lain-lain adalah 3 Ha. mengoptimalkan pemberdayaan perempuan dan
Sedangkan untuk aktifitas pertanian, terdiri dari lahan upaya membangkitkan daerah yang miskin, dapat
sawah, ladang dan peternakan dan hutan adalah 778. ditempuh salah satunya dengan mendampingi
Kondisi ini seiring dengan jenis matapencaharian perempuan untuk peningkatan potensi perempuan
masyarakatnya yang sebagian besar hidup dari sektor yang telah ada, melalui pengembangan usaha
perikanan. Jumlah penduduk kecamatan bayah barat produktif dan diversifikasi hasil lokal secara
adalah 42.978 jiwa. Sebanyak 1.630 jiwa penduduk berkelompok. Dalam proses pemberdayaan
yang bekerja. Sebanyak 40,4% bermatapencaharian perempuan ini diajak untuk mengenali dulu apa yang
sebagai nelayan (184 jiwa nelayan pemilik perahu dan menjadi kebutuhan riil perempuan baik kebutuhan
589 jiwa sebagai buruh nelayan) dan 35,4% sebagai praktis maupun kebutuhan strategis, dan
bakul pedagang ikan. Artinya, 50% penduduk Desa permasalahnya. Sehingga perempuan sendirilah yang
bayah barat menggantungkan hidupnya dari laut yaitu menentukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
sektor perikanan. Tingkat kesadaran pendidikan di dari solusi yang ditentukan.Proses ini pernah
kalangan nelayan Desa Bayah Barat masih rendah. dilakukan pada pelaksanaan pengabdian kepada
Hampir 70% penduduknya tidak tamat sekolah dasar. masyarakat melalui hibah PPM IBM tahun 2009, di
Pekerjaan sebagai petani dan nelayan tidak Parangtritis Bantul, yang hasilnya bahwa dengan
membutuhkan pendidikan formal yang tinggi metode partisipasi aktif, perempuan Kelompok
sehingga hal ini menjadi salah satu faktor rendahnya perempuan pesisir setelah mendapatkan tambahan
minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya hingga pelatihan, dan pendampingan pelaksanaan hibah PPM
jenjang yang lebih tinggi, (BPS Banten, 2016). 2009 ini adalah perempuan pesisir menjadi mandiri
Potensi Pertanian dan Potensi laut yang besar dalam hal ekonomi dan sosial, dan dapat ikut
dan luas dapat dieksplorasi siapapun mendorong orang mengembangkan lingkungan sosialnya. Dengan
tua untuk mengajak anaknya bercocok tanam dan meningkatnya kemandirian perempuan dalam bidang
melaut sehingga dapat membantu mencukupi ekonomi akan meningkatkan pula penghasilan dan
kebutuhan rumah tangga mereka. Di sisi lain karena kesejahteraan keluarganya. Selanjutnya akan mampu
alasan ingin segera keluar dari kemiskinan, banyak mempengaruhi perempuan lain agar mau ikut ambil
orang tua di Desa Bayah Barat yang mengizinkan anak bagian dalam peningkatan keterampilan dan
perempuannya ataupun istrinya untuk pergi ke Arab pengetahuan, sehingga akhirnya mampu pula

100
Peran Perempuan Masyarakat Pesisir Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan di Desa Bayah Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
(Yusniah. Anggraini)

meningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir mudah dilakukan tanpa perlu keahlian dan pendidikan
(Indriyati, dkk 2009). Hasil penelitian PSW UGM khusus.Buruh pengolah hasil perikanan adalah kaum
(2006), merumuskan bahwa pada hakekatnya sasaran wanita, mereka bekerja pada agen-agen kecil. Seorang
program pemberdayaan perempuan diarahkan untuk agen kecil biasanya memiliki 7-10 orang buruh, seperti
mengembangkan dan mematangkan diberbagai Ibu Masreni, Ibu Odah, dan Ibu Hj. Sana'ah. Karyawan
potensi yang ada pada diri perempuan yang untuk bagian penyortiran dan pengklasifikasian ikan
memungkinkan dirinya dapat memanfaatkan hak dan yang akan diolah serta menampung hasil olahan dari
kesempatan yang sama dengan laki-laki terhadap para ibu rumah tangga nelayan yang mengolah hasil
sumber daya pembangunan. Selanjutnya dalam satu perikananya dirumah seperti Haji Talim, Haji Alif, dan
salah rekomendasi penelitiannya menyebutkan bahwa lain-lain.
perlunya dirumuskan kebijakan dan rencana program- Berdasarkan Wawancara dengan Ibu Masreni
program pemberdayaan perempuan untuk mewujud- (salah seorang agen kecil), antara nelayan dan agen
kan kesetaraan dan keadilan gender sebagai kecil terjadi simbiosis mutualisme atau hubungan yang
implementasi Inpres No. 9 tahun 2000 ( Tim PSW saling menguntungkan. Nelayan menjual hasil
UGM, 2006 : 70). Dengan menerapkan model tangkapan ikan ke agen kecil dan agen kecil membantu
pendekatan pemberdayaan perempuan desa melalui para nelayan ini dalam memenuhi bahan bakar solar
pendekatan sosiokultural, ekonomi dan lingkungan dan menyediakan jaring untuk para nelayan. Kadang
hidup dapat diharapkan perempuan miskin mampu para nelayan ini tidak memperoleh hasil tangkapan
mengenali dirinya sebagai manusia yang utuh dan (ikan), sehingga nelayan mengalami kerugian karena
menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, dan dengan biaya melaut habis tanpa hasil. Kerugian ini yang
pendekatan kultural dapat diketahui faktor–faktor menyebabkan nelayan berhutang ke agen kecil.
budaya yang mendukung perubahan. Pendekatan Akhirnya agen kecil dapat menekan nelayan tersebut
ekonomi ini diharapkan perempuan dapat mening- untuk menjual hasil tangkapan ikannya ke agen kecil
katkan penghasilanya melalui usaha ekonomi yang sering memberi pinjaman untuk membeli solar.
produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup yang Agen kecil pun dapat menekan harga hasil tangkapan
layak. Sedangkan dengan pendekatan lingkungan ikan dari nelayan. Inilah yang menyebabkan
perempuan diharapkan mampu menjaga kelestarian kehidupan perekonomian nelayan miskin dan
lingkungannya melalui penyadaran untuk masa depan kekurangan.Beberapa nelayan pergi melaut hingga ke
generasi penerusnya. Jakarta untuk mencari ikan. Hasil tangkapan ikan
Dengan berkembangnya industri atau teknologi kemudian dimasukkan dalam box fiber dan diberi es
yang berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi lalu dikirim ke Desa BayahBarat menggunakan mobil
wanita, maka terbukalah kesempatan kerja bagi via jalan darat. Sesampainya di desa bayah, ikan
wanita.Karena peningkatan kegiatan sektor industri, langsung dibersihkan dan diolah agar tidak busuk atau
maka terjadi penyerapan besar-besaran terhadap bonto. Ikan hasil tangkapan nelayan kemudian dijual
tenaga kerja. Sementara itu jumlah tenaga kerja laki- ke agen besar dengan harga Rp 50.000 per kg. Harga
laki yang tersedia belum mencukupi kebutuhan, maka tersebut ditentukan secara sepihak oleh agen besar.
banyak tenaga kerja perempuan yang diperbantukan Agen besar adalah usaha perorangan yang memiliki
terutama pada pekerjaan yang tidak banyak modal cukup besar. Hal tersebut yang menjadikan
membutuhkan kekuatan fisik. Tingkat partisipasi yang agen besar makin kaya. Di Desa BayahBarat belum
rendah sebagian besar karena faktor diskriminasi dan ada lembaga usaha bersama seperti koperasi, sehingga
tertutupnya peluang bekerja bagi perempuan dalam keuntungan usaha pengolah ikan lebih banyak
kegiatan produktif. Yang menjadi kendala adalah dirasakan oleh agen besar yang memiliki kekuatan
perempuan tidak memiliki ketrampilan khusus atau kapital. Hal ini disebabkan belum adanya program
hanya memeliki ketrampilan yang sangatterbatas. pemberdayaan baik dari pemerintah atau lembaga lain
Ibu-ibu di wilayah pesisir Desa Bayah yang mengajarkan kepada masyarakat pesisir tentang
umumnya bekerja sebagai buruh pengolah hasil teknologi pengemasan maupun pemasaran. Sebagian
perikanan dan berdagang. Usia mereka termasuk besar wanita di wilayaht pesisir di desa bayah
dalam kategori usia prduktif yaitu berkisar 25-45 menjadikan usaha pengolah hasil perikanan sebagai
tahun, bahkan peneliti menemukan 2 orang wanita mata pencaharian, tetapi belum ada satupun program
berusia lanjut yang usianya lebih dari 50 tahun. pemberdayaan masyarakat dari pemerintah setempat
Mereka bekerja sebagai pedagang ikan hasil maupun dari lembaga swadaya masyarakat yang
tangkapan nelayan selama puluhan tahun karena masuk, baik teknologi pengolahan, pemodalan, dan
mereka mulai berdagang sejak usia sekolah lainnya.
dasar.Pekerjaan mengolah hasil perikanan di Desa
BayahBarat menggunakan teknik dan peralatan yang Pendapatan Keluarga Nelayan
sangat sederhana. Oleh karena itu pekerjaan tersebut, Nelayan tradisional pada umumnya hidup di

101
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 97 - 106

bawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan ciri-ciri karenanya selalu dinamis. Hakikat kemiskinan ini
yang melekat pada mereka yaitu suatu kondisi yang tidak dilihat dari indikator-indikator ekonomi, namun
subsisten, dengan modal yang kecil, teknologi yang menyangkut aneka dimensi sosial. Masalah
digunakan dan kemampuan/skill serta perilaku yang kemiskinan dapat dikatakan multidimensi karena
tradisional baik dari segi keterampilan, psikologi dan berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara
mentalitas, (Susilowati 2001). Nelayan tradisional ekonomi, sosial, budaya politik dan partisipasi dalam
analisis kemiskinan dan pendapatan keluarga nelayan masyarakat. Kemiskinan juga memiliki arti yang lebih
kasus di Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, Jawa luas dari sekedar lebih rendahnya tingkat pendapatan
Tengah, Indonesia 51 menggunakan perahu-perahu atau konsumsi seseorang dari standar kesejahteraan
layar dalam aktivitasnya di pantai-pantai laut dangkal. terukur seperti kebutuhan kalori minimum atau garis
Akibatnya, putaran produktivitas dan pendapatannya kemiskinan. Akan tetapi kemiskinan memiliki arti
relatif rendah, di samping penangkapan ikan di laut yang lebih dalam karena berkaitan juga dengan
dangkal sudah berlebihan (over-fishing), (Susilowai, ketidakmampuan untuk mencapai aspek diluar
2001). Pendapat yang sama dinyatakan oleh Akhmad pendapatan (non-income factors) seperti akses
Fauzi(2003), bahwa nelayan Indonesia masih kebutuhan minimum seperti kesehatan, pendidikan,
tergolong miskin dengan pendapatan per kapita per air bersih dan sanitasi. Lebih lanjut kompleksitas dari
bulan sekitar US $7-10. kemiskinan bukan saja berhubungan dengan
Pendapatan nelayan sangat tergantung pada pengertian dan dimensinya saja tetapi juga berkaitan
beberapa faktor seperti cuaca dan musim, sehingga dengan metode pengukuran dan intervensi kebijakan
berdampak pada pendapatan yang tidak menentu. yang diperlukan dalam mengentaskan masalah ini.
Hasil kajian dari beberapa hasil penelitian Bahri (Hempri, 2013), Kemiskinan merupakan persoalan
(1995); Wijaya et al (2010); Koeshendrajana et al struktural dan multidimensi, sehingga secara umum
(2012), menunjukkan bahwa usaha penangkapan ikan masyarakat miskin adalah suatu kondisi masyarakat
yang dilakukan oleh nelayan skala kecil sangat yang berada dalam situasi kerentaan, ketidak
tergantung pada cuaca, musim, keterbatasan aset dan berdayaan, keterisolasian, dan ketidak mampuan
permodalan. Pada struktur masyarakat pesisir, untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya secara
mayoritas kepala keluarga bekerja sebagai nelayan. layak. Mengingat persoalan struktural dan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratama(2008), multidimensi tersebut, maka upaya penanggulangan
menunjukkan bahwa tingkat pendapatan kepala seyogyanya diletakkan dan dipercayakan kepada
keluarga berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah masyarakat itu sendiri, tentunya dengan didukung dan
tangga. Hal ini menegaskan bahwa kesejahteraan difasilitasi oleh pemerintah, maupun pihak swasta dan
dalam rumah tangga sangat tergantung pada sosok organisasi masyarakat sipil lainnya, sehingga proses
kepala keluarga tanpa dipengaruhi oleh anggota rumah penanggulangan kemiskinan kan menjadi suatu
tangga lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh gerakan masyarakat yang akan menjamin potensi
Nurhayati (2007), juga menunjukkan bahwa yang kemandirian dan keberlanjutan guna meningkatkan
mempengaruhi kemiskinan dalam rumah tangga kehidupannya yang lebih layak, (Keppi Sukesi,
adalah pendapatan dan pendidikan, sedangkan yang 2009:1). Selanjutnya salah satu rekomendasinya hasil
mempengaruhi pendapatan adalah tenaga kerja dan penelitiannya adalah model penanggulangan
investasi. Penelitian ini menunjukkan betapa erat kemiskinan partisipatif yaitu yang berasal masyarakat
kaitannya antara kondisi kemiskinan rumah tangga terutama perempuan miskin dan tokoh masyarakat
dengan anggota rumah tangga yang bekerja dan adalah alternatifyang perlu diuji coba. Model ini
tingkat pendidikan anggota rumah tangga. Ketidak- dimulai dari kegiatan pemahaman dan penyamaan
pastian pendapatan yang diperoleh oleh kepala persepsi tentang perempuan miskin, perencanaan dan
keluarga sebagai nelayan mendorong anggota rumah pelaksanaan program dengan prinsip adil, partisipatif,
tangga lainnya seperti istri dan anak untuk bekerja dan berorientasi pemecahan masalah, kelembagaan
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup rumah terpadu dan monitoring serta evaluasi periodik dan
tangga. berkelanjutan, (Keppi Sukesi, 2009). Jika melihat
Terdapat dua macam kemiskinan, yakni kehidupan nelayan, mereka telah bekerja keras tetapi
kemiskinan yang bersifat relatif dan kemiskinan yang kehidupan ekonominya masih kekurangan. Hal ini
bersifat absolut (relative and absolute poverty). dapat dikarenakan keadaan sekitarnya yang
Kemiskinan absolut adalah ukuran kemiskinan yang menjadikannya miskin, misalnya ketidakberpihakan
menggunakan indikator-indikator empiris seperti para pemilik modal pada mereka sehingga ruang akses
tingkat kelaparan, malnutrisi, buta huruf, terhadap modal menjadi rendah. Seperti yang
perkampungan kumuh, buruknya tingkat kesehatan, dituturkan oleh Ibu Odah, salah satu agen kecil, dulu
dan lain-lain. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan ada koperasi nelayan yang memfasilitasi usaha antara
diukur relatif antar kelompok pendapatan, oleh nelayan dengan agen pengolah hasil perikanan. Tetapi

102
Peran Perempuan Masyarakat Pesisir Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan di Desa Bayah Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
(Yusniah. Anggraini)

keberadaan koperasi tidak bertahan lama karena nelayan di Desa Bayah Barat tidak terikat pada jam
pengurusnya bekerja tidak profesional sehingga hanya kerja. Pekerjaan informal yang dilakukan oleh para
menguntungkan orang-orang yang dekat dengannya, istri nelayan merupakan pekerjaan yang diciptakan
akibatnya koperasi menjadi sepi peminat dan tutup. sendiri. Pekerjaan ini tidak tergantung pada pihak lain
Hasil penelitian menujukkan bahwa rata-rata sehingga waktu kerjanya pun tidak terikat. Menurut
pendapatan rumah tangga pada setiap bulannya Subarsono (1998) dalam Haryanto (2008), sektor
tidaklah sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan informal ini seringdisebut juga dengan aktivitas
beberapa peneliti yang mengungkapkan bahwa informal, kesempatan kerja yang diciptakan (self
pendapatan rumah tangga nelayan memiliki ketidak employment), ekonomi di bawah tanah (underground
pastian (Bahri, 1995; Wijaya et al., 2010 ; economy), causal work, shadow economy. Jenis
Koeshendrajana et al., 2012).Mencermati pendapatan pekerjaan yang dilakukan oleh istri nelayan tidak
nelayan yang kendati rendah, namun istri nelayan terlepas dari potensi dan kondisi sumberdaya yang ada
memberikan kontribusi dalam pendapatan keluarga. disekitarnya, sehingga tidak mengherankan jika jenis
Walaupun kontribusinya tidak terlalu besar, namun pekerjaan yang dilakukan cenderung pada sektor
kegiatan ekonomi istri nelayan dirasakan berperan perikanan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan
cukup penting dalam menambah pendapatan keluarga. oleh Dahuri (2004), bahwa kehidupan masyarakat
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh pesisir khususnya nelayan sangat tergantung pada
Kabir dan Huo (2011) dalam Widodo (2012), bahwa kondisi lingkungan (sumberdaya). Bahan baku untuk
keterlibatan perempuan dalam aktifitas ekonomi produk olahan ini merupakan hasil tangkapan dari
menyebabkan peningkatan dalam pendapatan rumah suami. Bahan baku yang digunakan untuk ikan olahan
tangga. Menurut Sunadji.dkk (2005), semakin kecil adalah beberapa jenis ikan yang mempunyai nilai
pendapatan suami maka kontribusi pendapatan istri ekonomi rendah. Menurut Widodo (2012), salah satu
semakin besar sehingga mendorong wanita nelayan faktor penyebab peningkatan peran perempuan dalam
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan aktifitas ekonomi rumah tangga adalah kemiskinan
jalan aktif dalam kegiatan mencari nafkah.Seperti Peran wanita di Desa Bayah Barat memiliki
telah dijelaskan sebelumnya bahwa umumnya peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan
pendapatan keluarga nelayan minim sekali jika hanya pencari nafkah untuk membantu meningkatkan
mengandalkan dari kegiatan melaut saja. Berdasarkan pendapatan ekonomi keluarga. Jumlah dan curahan
Wawancara dengan Ibu Odah (salah satu agen kecil), waktu wanita dalam kegiatan rumah tangga umumnya
tidak jarang para nelayan yang melaut tidak lebih tinggi dibandingkan kaum pria. Menurut Ninik
mendapatkan hasil tangkapan jika cuaca buruk, (2011), program pemberdayaan ditujukan agar
sehingga biaya yang mereka keluarkan tidak seimbang masyarakat lebih berdaya dengan melibatkan
dengan hasil tangkapan. Akibatnya banyak nelayan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dalam
yang terlilit hutang pada agen kecil. Para agen kecil rangka pembangunan desa dengan tujuan yaitu dalam
dapat saja menekan harga jual hasil tangkapan nelayan pengentasan kemiskinan.Istri nelayan yang ikut
karena mereka lebih memiliki power (kekuatan) dari terlibat dalam kegiatan produktif mempunyai peran
sisi pemodalan. Nelayan akan membayar hutang dominan dalam mengatur pengeluaran rumah tangga
kepada agen kecil jika memperoleh hasil tangkapan sehari-hari, sehingga sudah sepatutnya peranan istri-
yang lebih banyak dari biasanya. Jika hasil tangkapan istri nelayan tersebut menjadi salah satu pertimbangan
hanya sedikit atau berjumlah normal, maka agen kecil dalam setiap program pemberdayaan. Menurut
sebaiknya tidak meminta nelayan untuk membayar Indrawasi (2001), besarnya peranan istri dalam rumah
hutangnya karena hal tersebut akan berdampak pada tangga yaitu dalam kegiatan domistik dan terutama
menurunnya loyalitas nelayan dalam memasok ikan kegiatan ekonomi akan mempengaruhi posisi istri
mentah ke agen kecil. dalam pengambil keputusn terhadap berbagai
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Masreni persoalan dalam rumah tangga.Istri nelayan memiliki
(seorang agen kecil), yang mana suaminya adalah peran penting dalam peningkatan pendapatan rumah
seorang nelayan. Dulu kehidupan mereka serba tangga. Seperti yang diungkapkan oleh Handayani
kekurangan dan miskin karena hanya mengandalkan (2009), bahwa perempuan bekerja adalah untuk
penghasilan suami dari melaut ditambah penghasilan membantu perekonomian keluarga.
Ibu Masreni sebagai buruh pengupas rajungan. Tapi Jika dilihat dari jenis pekerjaan yang dilakukan
kini kondisi ekonomi keluarga mereka membaik oleh istri nelayan di Desa Bayah Barat dapat
setelah Ibu Masreni menjadi agen kecil. disimpulkan bahwa pekerjaan yang dilakukan tidak
memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi. Jika
Peran Perempuan Masyarakat Pesisir dalam dikaitkan dengan hasil penelitian Nilakusumawati
Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan (2009), yang menyatakan bahwa pada umum yang
Kegiatan pekerjaan yang dipilih oleh istri terlibat pada pekerjaan sektor informal memiliki

103
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 97 - 106

tingkat pendidikan rendah.Menurut Winarno (1996), ia mampu memenuhi kebutuhan keluarganya dan
yang menyebabkan angkatan kerja dengan pendidikan membiayai anak-anaknya bahkan Ibu Odah dapat
rendah lebih banyak pada sektor informal yaitu karena membangun rumah untuk anaknya.
kesempatan kerja pada sektor formal memiliki Berdasarkan wawancara dengan Ibu Masreni
persyaratan yang tinggi, salah satunya tingkat dan Ibu Odah, diperoleh data tentang pendapatan dan
pendidikan sehingga mereka terpental dari sektor biaya usaha mengolah ikan. Harga ikan mentah untuk
formal ke sektor informal. Hal ini sesuai dengan jenis lokal Rp 50.000 per kg sedangkan ikan kecil Rp
beberapa pernyataan yang mencirikan usaha sektor 35.000 per kg. Daging ikan yang telah diolah dijual ke
informal bahwa usaha yang dalam skala kecil, agen besar dengan harga Rp 200.000 per kg. Dalam
teknologi sederhana, tidak memerlukan ijin operasi, waktu sehari agen kecil seperti Ibu Masreni, Ibu Odah,
usaha tidak terorganisir, tidak memiliki akses dan Ibu Sana'ah mampu mengolah ikan segar sekitar
permodalan ke lembaga keuangan dan usaha milik 25-30 kg daging. Jadi dalam sehari penghasilan kotor
sendiri (Binaswadaya, 2002; Subarsono, 1996; Gilbert pengolah ikan kecil ini maksimal dapat mencapai Rp
dan Glugler, 1996). 1.500.000. Penghasilan yang diperoleh agen kecil
Beberapa ibu-ibu buruh pengolah ikan yang tidak hanya dari pengolahan perikanan, ikan kecil pun
diwawancara seperti Ibu Juesih, Masidah, dan Darni dapat dijual dengan harga Rp 10.000 per kg, sedangkan
mengatakan bahwa mereka mengerjakan pekerjaan bila diolah menjadi ikan asin harga jualnya lebih tinggi
rumah tangga seperti mencuci pakaian, mencuci yaitu Rp 15.000 per kg. Usaha mengolah hasil
piring, membersihkan dan membereskan rumah, perikanan bukan usaha tanpa kendala. Kadang agen
belanja, dan memasak sejak pukul 5 pagi hingga pukul kecil seperti ibu Masreni, Ibu Sana'ah, dan Ibu Odah
8 pagi kemudian dilanjutkan bekerja mencari nafkah ini mengalami kerugian jika ikan yang diperoleh dari
(mengolah ikan) hingga pukul 4 sore. Sepulangnya nelayan atau dibeli dari tempat pelelangan ikan kurang
bekerja mencari nafkah, ibu- ibu pengolah kembali segar, sehingga daging ikan yang dihasilkan kurang
bekerja untuk urusan domestik seperti membersihkan baik untuk diolah. Kendala lainnya yang menjadi
rumah, menemani anak belajar (seperti yang dilakukan permasalahan dalam usaha pengolahan ikan ini adalah
Ibu Nani dan Masidah yang memiliki anak usia SD), ketergantungan pada hasil tangkapan suami. Seperti
serta menonton televisi. Pendapatan keluarga nelayan diketahui bahwa usaha nelayan sangat tergantung pada
yang minim mendorong istri nelayan untuk lebih cuaca dan musim. Jika cuaca buruk, maka ikan
berdaya dan produktif agar perekonomian keluarga menjadi langka, sehingga ketika produksi ikan yang
mereka lebih baik dan sejahtera. Dalam masyarakat dihasilkan oleh suami rendah, maka rendah pula
dimana keluarga sebagai satuan terkecil mengalami produksi ikan olah yang dihasilkan oleh istri.Seperti
kekurangan ekonomi akan menjadi alasan kuat bagi yang dilakukan Ibu Odah yang beralih melakukan
para wanita melakukan kegiatan ekonomi produktif usaha lain agar tetap mendapatkan penghasilan untuk
untuk menambah pendapatan keluarga. Hal tersebut membiayai kebutuhan mereka sehari-hari.
didesak pula oleh kurangnya penghasilan suami dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya, sekalipun para KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
suami yang tidak menuntut istrinya untuk bekerja.
Sebagaimana penuturan beberapa pengolah seperti Ibu Kesimpulan
Nani, Ibu Juesih, dan Ibu Darni yang mengatakan Dari hasil penelitian ini, maka dapat disimpul-
bahwa suami mereka tidak pernah menuntut istrinya kan beberapa hal yaitu : 1. Pendapatan keluarga
mencari nafkah, tetapi penghasilan suami sebagai nelayan umumnya minim dikarenakan kemiskinan
nelayan maupun tukang bangunan tidak mencukupi struktural, karena sekalipun nelayan bekerja keras,
kebutuhan keluarga sehari-hari. Ibu Masreni usia 34 tetapi hasil yang diperoleh rendah. Hal ini disebabkan
tahun, salah seorang agen kecil yang memiliki 2 orang sulitnya akses informasi, pemodalan dan teknologi
anak yang masih bersekolah SMP dan TK menuturkan bagi para nelayan.2. Kegiatan ekonomi produktif
bahwa kondisi ekonomi keluarganya menjadi lebih perempuan di masyarakat pesisir adalah menjadi
baik setelah ia menjadi agen kecil pengolah ikan. Saat pengolah hasil perikanan. Kegiatan mengolah
ini ia memiliki 10 orang buruh pengolah yang perikanan ini menggunakan teknik dan peralatan yang
semuanya wanita, baik muda maupun tua.Begitu pula sederhana sehingga tidak memerlukan pendidikan dan
dengan keluarga Ibu Odah usia 47 tahun, yang keahlian khusus. Umumnya lulusan SD untuk bekerja
memiliki 5 orang anak dan 2 orang cucu merupakan sebagai pengolah, selain mengolah hasil perikanan,
salah seorang agen kecil yang memiliki 7 orang buruh perempuan pesisir juga membuat jaring untuk nelayan.
untuk mengolah ikan. Ibu Odah menjadi tulang 3. Untuk meningkatkan pendapatan keluarga nelayan
punggung keluarganya karena suaminya tidak bekerja diperlukan peran ganda wanita atau istri nelayan yaitu
lagi. Usaha menjadi agen kecil pengolah perikanan sebagai istri yang melakukan tugas atau pekerjaan
memberinya keuntungan yang cukup besar, sehingga domestik serta mencari nafkah untuk membantu suami

104
Peran Perempuan Masyarakat Pesisir Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan di Desa Bayah Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
(Yusniah. Anggraini)

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan ada juga 2 0 11 . M o d e l P e m b e r d a y a a n E k o n o m i


wanita yang menjadi tulang punggung atau pencari Perempuan Keluarga Nelayan Miskin melalui
nafkah utama dalam keluarga karena suaminya bekerja Penerapan Teknologi Tepat Guna Terpadu
musiman atau tidak bekerja sama sekali sehingga (Studi Keluarga Nelayan di Kecamatan Kelapa
mengandalkan penghasilan istrinya. Maka wanita Kabupaten Bengkulu Utara).
memiliki peran yang sangat besar dalam meningkat- Wijaya, R. A., S. Koeshendrajana dan A. Azizi. 2010.
kan perekonomian keluarga. Perkembangan Usaha Penangkapan Ikan
Pelagis Besar di Desa Batu Lubang, Bitung,
Rekomendasi Sulawesi Utara. PANELKANAS: Upaya
Adapun rekomendasi dari hasil penelitian ini Pemantauan Indikator Kinerja Mikro
adalah Sebagai berikut : 1. Usaha mengolah hasil Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Balai
perikanan memberikan penghasilan tambahan yang Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan
cukup berarti bagi keluarga di masayarakat pesisir, Perikanan. Jakarta
tetapi pekerjaan ini masihdilakukan secara tradisional, Handayani, M.Th. dan N. W. T. Artini. 2009.
maka dibutuhkan peran pemerintah atau lembaga Kontribusi Pendapatan Ibu Rumah Tangga
swadaya masyarakat untuk melakukan upaya P e m b u a t M a k a n a n O l a h a n Te r h a d a p
pemberdayaan di Desa Bayah Barat agar usaha Pendapatan Keluarga. Piramida Jurnal
mengolah hasil perikanan lebih berkembang. 2. Perlu Kependudukan dan Pengem-bangan Sumber
dibentuk lembaga atau badan usaha bersama yang Daya Manusia. Volume V No.1 Juli 2009.
dikelola secara profesional untuk memfasilitasi para Indriyati, Nugrahani, Gunawan, Bahrum, dan
nelayan maupun pengolah hasil perikanan sehingga Purwanti, 2009, Laporan Ibm Kelompok
mereka memiliki akses pemodalan dan tidak Perempuan Usaha Pengolahan Makanan Hasil
bergantung pada agen besar perorangan. Laut di Pesisir Pantai Parangtritis Kabupaten
Bantul (Hibah IbM Pengabdian Dikti)
DAFTAR PUSTAKA Keppi Sukesi, 2009, Perempuan dan Kemiskinan
Profil dan Upaya Pengentasan, Makalah
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak. 2016. Seminar Gender dan Keadailan Sosial, Pusat
Kabupaten Lebak Dalam Angka 2016 BPS Studi Kependudukan UGM kerjasama DP2M
Kabupaten Lebak. Dirjen Dikti .
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. 2016. Provinsi Nilakusumawati, D. P. E. 2009. Kajian Aktivitas
Banten Dalam Angka 2016. BPS Provinsi Ekonomi Pelaku Sektor Informal di Kota
Banten. Denpasar (Studi Kasus Wanita Pedagang
Miles, B Matthew dan C. Huberman. 2015. Analisis Canang Sari). Jurnal PIRAMIDA. Volume V
Data Kualitatif. Termahan Moleong. Jakarta: No.2 Desember 2009.
Bumi Aksara. Pratama, P. F. 2008. Keterkaitan antara Karakteristik
Hempri Suyatno, Evaluasi Pengentasan Kemiskinan dengan Kesejahteraan Rumah Tangga di
Sleman, 2013 wilayah Pembangunan Bogor Timur Kabupaten
Koeshendrajana, S., T. Apriliani dan M. Fidaus. 2012. Bogor. Skripsi. Program Studi Ekonomi
Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Usaha Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian,
Perikanan Tangkap Laut Skala Kecil Melalui Institut Pertanian Bogor.
Fasilitasi Peta Perkiraan “Fishing Ground”. Idrus Muhammad. 2 007. Penelitian Ilmu-ilmu Sosial
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan (PendekatanKualitatif dan Kuantitatif).
Perikanan Vol.2 No.1. Jakarta. Yogyakarta: UII Press
Tri Utami Akbarini, Iwang Gumilar, dan Roffi Nurhayati, M. 2007. Analisis Faktor yang
Grandiossa.2012. Kontribusi Ekonomi Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Jawa
Produktif Wanita Nelayan terhadap Pendapatan Barat. Skripsi. Program Studi Ilmu Ekonomi.
Keluarga Nelayan di Pangandaran Kabupaten Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Ciamis.Jurnal Perikanan dan KelautanNo. 3 Pertanian Bogor. IPB.
Vol. 3 September 2012 hal 127 Tim Peneliti PSW UGM, Profil Gender Development
Widodo. 2012. Peran Perempuan Dalam Sistem Index (GDI) Dan Gender Empowerment
Nafkah Rumah Tangga Nelayan. Prosiding. Measure (GEM) Kabupaten Sleman, PSW
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan UGM Kerjasama dengan Pemda Kabupaten
Energi. Fakultas Pertanian Universitas Sleman,2006.
Trunojoyo. Jawa Timur Sunadji,dkk.2005. Peran serta wanita nelyan dalam
Slamet Widodo, Bustamam Hendri, dan Soengkono. meningkatkan pendapatan keluarga

105
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 1 Juni 2018 : 97 - 106

(Laporan Penelitian Direktur Jendral Pendidikan Penelitian Evaluasi Program Daerah dan Non
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Sektoral, Yogyakarta
Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran. Mubyarto. 1998. Menanggulangi Kemiskinan.
Bandung) Yogyakarta: Adytia Media
Dahuri, R. 2004. Pendayaguna Sumberdaya Kelautan Winarno, A. 1996. Profil Usaha Sektor Informal di
Untuk Kesejahteraan Rakyat. Lembaga Jombang. Trisula Jurnal Ilmu Pengetahuan dan
Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia Teknologi dan Agama No. 1 Pebruari Universitas
(LISPI). Jakarta Darul Ulum Jombang.
Binaswadaya. 2002. Masalah UKM dan Peran LSM. Bahri, R. 1995. Pembangunan dan Strategi
Buletin 19 Februari 2002. Memerangi Kemiskinan. Liberty. Yogyakarta.
Soengkono. 2002. Model Pengembangan Arsyad, Lincolin, 1992, “Memahami Masalah
Pembangunan Ekonomi Produktif Berbasis Kemiskinan di Indonesia: Suatu Pengantar”,
Potensi Lokal Masyarakat di Kabupaten Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, no.1
Bengkulu Utara. Pusat Penelitian Lingkungan tahun vii, pp.95 – 116.
Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu Azehari, S. 1991. Analisis Situasi Wanita di
Indrawasih. B. N. 2001. Mobilitas Sosial Rumah Propinsi Bengkulu. Bengkulu: PemdaTingkat I
Tangga Nelayan Dalam Meningkatkan Taraf dan PSW UNIB
hidupnya di daerah Pariwisata Pantai. (Studi Hafidz, A. R. 1983. Wanita dan Pekerjaan Produktif
Kasusu pantai PangandaranInstitut Pertanian dalam rumah tangga dan masyarakat yang lebih
Bogor luas di daerah pedesaan (Studi Kasus di desa
Susilowati, Indah, 2001, Kajian Partisipasi Wanita dan Jenatera, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan).
Istri Nelayan Dalam Membangun Masyarakat Program Pasca Sarjana Institut Pertanian
Pesisir (Studi Kasus pada Perkampungan Bogor.)
Nelayan di Demak, Jawa Tengah), Laporan Majalah Ekonomi. Tahun XXI No. 1 April
Penelitian, Kerjasama UNDIP dengan Mc 2011http://setkab.go.id/artikel-6842-kekayaan-
Master Univeristy Canada laut-Indonesia-yang-galau
Forum Komunikasi PSW DIY, 2000, Laporan hasil

106

Anda mungkin juga menyukai