Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tujuan utama penanganan pasca panen komoditas hortikultura adalah untuk mempertahankan
mutu, memperpanjang daya simpan serta meningkatkan nilai ekonomi hasil panen. Produk
komoditas hortikultura yang mempunyai kualitas baik akan berpengaruh pada penigkatan
pendapatan petani dan akan mampu menghadapi perdagangan bebas (globalisasi).

Peningkatan pendapatan maupun produktifitas untuk petani hortikultura didukung oleh


beberapa faktor  antara lain: iklim dan keadan tanah, peluan pangsa pasar ditingkat dunia
yang cukup besar serta kesadaran petani yang tinggi etntang pencapaian kualitas. Prosentase
keuntungan petani terbesar dalam kegiatan usaha tani komoditas hortikultura  adalah 
didalam  kegiatan  off farm  yaitu mencapai 35 – 60 %, sedangkan didalam kegiatan on farm
hanya memberikan keuntungan 10 – 15 %. Keuntungan tersebut akan dapat diperoleh bila
pangani variasi dalam total volume produk, ukuran individu produk nanganan pasca panen
ddapat dijaga kualitasnya.

Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang pangan, yaitu mencakup tentang keamanan
pangan, mutu dan gizi pangan, label dan iklan pangan, pemasukan dan dan pengluaran
pangan kedalam dan dari wilayah Indonesia, tanggung jawab industri pangan, ketahana
pangan, peran serta masyarakat, pengawasan serta sanksi pidana.

Di dalam Permentan no 61/Permentan/OT.161/11/2006 tantang pedoman untuk pencapaian


kualitas baik, antara lain lahan tidak tercemar unsure-unsur kimia, penggunaan benih dan
varietas tanaman, penanaman, pemupukan, perlindungan tanaman, pengairan, pemeliharaan
tanaman, panen serta penanganan pasca panen.

Konsep penanganan pasca panen komoditas hortikultura masing-masing berbeda, adapun


perbedaantersebuttimbul karena perbedaan kondisi lingkungan, praktek budidaya dan
perbedaan varietas. Sebagai akibatnya, setiap operasi grading harus menangani variasi dalam
total volume produk, ukuran individu produk, kondisi produk (kematangan dan tingkat
kerusakan mekanis) dan keringkihan dari produk.

Beberapa factor lainnya juga berpengaruh terhadap mutu sebelum produk degrading yaitu:
stadia pematangan saat pemanenan, metode untuk mentransfer produk dari lapangan ke
tempat grading, metode panen serta waktu yang dibutuhkan antara panen dan grading.

Grading memberikan manfaat untuk keseluruhan industri, dari petani, pedagang besar dan
pengecer karena ukurannya seragam untuk dijual, didapatkan buah yang tidak lecet atau tidak
rusak juga akan diperoleh keuntungan lebih baik karena keseragaman produk serta dapat
menghemat biaya dalam transport dan pemasarannya karena bahan-bahan yang rusak
disisihkan.
Kegiatan grading membutuhkan biaya, alat dapat yang canggih dan mahal. System grading
yang sederhana dapat membantu memenfaatkan tenaga kerja manual. Beberapa parameter
dapat digunakan sebagai parameter grading:

Ukuran.

Parameter ini umum digunakan karena keseuaian dengan aplikasi mekanis, ukuran dapat
ditentukan oleh berat atau dimensi.

Menyisihkan produk yang tidak diinginkan. Ini sering dibutuhkan untuk menyisihkan produk
dengan yang luka karena perlakuan mekanis, karena penyakit/hama atau karena kotoran yang
dibawa dari lapangan.

Warna. Beberapa produk pangan ditentukan penjualannya oleh warna, kematangan sering
dihubungkan dengan warna dan digunakan sebagai basis sortasi seperti pada tomat.

Dari penjelasan tersebut, urusan penanganan pasca panen komoditas tanaman hortikultura
mempunyai peranan yang sangat penting dalam penentuan harga jual produk tanaman
hortikultura di Kabupaten Lembang Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu urusan penanganan
pasca panen hortikultura agar selalu dilakukan karena sebagian besar peduduk bermata
pencaharian petani tanaman hortikultura yang mempunyai cara penanganan pasca panen
hortikultura beragam/bervariasi.

2. Tujuan

Tujuan melaksanakan Observasi Lapangan adalah :

1. Melaksanakan pencapaian tujuan Diklat khususnya melaksanakan teori-teori yang


diperoleh dalam Diklat yang sudah diberikan para Widyaiswara/pengajar dan
selanjutnya dipraktekkan di lapangan yaitu dengan melaksanakan Observasi /
melaksanakan wawancara langsung dan kegiatan lain untuk memperoleh masukan /
data yang diperlukan.2
2. memperluas wacana para peserta Diklat melalui pemahaman, sisi, misi, serta tugas
dan tanggung jawab instansi sasaran observasi lapangan juga pelaksanaan tugas serta
maslah-masalah dan pemecahannya.
3. Memahami, menguasai dan menelaah serta mampu mengaplikasikan penanganan
pasca panen komoditas tanaman hortikultura khususnya cara pencucian, grading,
pengemasan, serta penyimpanan.

3. Ruang Lingkup

Obyek observasi lapangan dibatasi pada pelaksanaan manajemen penanganan pasca panen
komoditi tanaman hortikultura difokuskan pada tatacara pencucian, grading, pengemasan,
penyimpanan yang dilakukan para petani hortikultura di Lembang Propinsi Jawa Barat.
1. 1.      Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran terutama tanah dan menghilangkan bahan
asing pada buah-buahan dan sayuran, misalnya residu fungisida dan insektisida. Selain itu
juga untuk meengurangi jumlah mikroorganisme yang ada di sayur-sayuran dan buah-
buahan. Tujuan yang lain untuk mengurangi aktifitas enzim bila air yang digunakan dingin
atau air panas.

Secara umum, konsumen menghendaki hasil pertanian khususnya sayur-sayuran dan buah-
buahan yang bersih, maka dilakukan pencucian. Sayur-sayuran dan buah-buahan yang telah
dicuci akan bersih dan tampak menarik, karena kalau kotor oleh tanah, tangkai maupun jamur
mengakibatkan kurang menarik.

Pencucian tidak dilakukanpada buah-buahan yang lunak seperti arbei, karena cara
budidayanya cukup menjamin kebersihan. Ubi jalar, mentimun dan blewah tidak dilakukan
pencucian, umumnya hanya dibersihkan dengan cara disikat dalam keadaan kering
(Pantastiko, 1986). Hal ini didukung oleh feller dan fluk (1976) dalam pantastico 1986 bahwa
pencucian mentimun dapat menurunkan umur simpannya separoh dari umur simpan
mentimun yang tidak dicuci.

1. 2.      Sortasi/Gradding

Sortasi digunakan untuk memisahkan warna, memisahkan buah yang cacat dan memilih
sayur-sayuran dan buah-buahan yang seragam. Sortasi secara umum bertujuan untuk
mendapatkan mutu sayur-sayuran dan buah-buahan sesuai standar. Di Indonesia standar mutu
sayuran dan buahan belum tercantum dalam SNI. Di Negara maju seperti Jerman mempunyai
standar mutu untuk sayur-sayuran dan buah-buahan.

1. 3.      Pengemasan

Tujuan pengemasan secara umum :

1. melindungi bahan yang dikemas terhadap gaya mekanis dari luar seperti benturan,
himpitan dan goresan.
2. Mengurangi terjadinya transpirasi atau penguapan air bahan yang dikemas.
3. Mengurangi kemungkinan kontaminasi mikroba atau serangan hama.
4. Mempermudah pemindahan atau trasportasi bahan ke tempat lain.
5. Menambah daya tarik bagi konsumen, khususnya untuk pemasaran ditingkat
pengecer.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu pemilihan bahan dan tipe pengemasan yang sesuai.
Persyaratan pengemasan sayur-sayuran dan buah-buahan segar:

1. bahan pengemas harus mempunyai kekuatan mekanis yang cukup untuk melindungi
isinya selama penanganan, pengangkutan dan saat dilakukan pengangkutan.
2. Bahan untuk pembuatan pengemas tidak mengandung bahan kimia yang dapat
mengkontaminasi bahan yang dikemas dan tidak beracun.
3. Bahan pengemas harus memenuhi persyaratan penanganan dan pemasaran, meliputi
berat, ukuran, dan bentuk.
4. Kemasan memungkinkan pendinginan cepat dan isinya.
5. Kekuatan mekanis tidak dipengaruhi oleh kandungan airnya atau tidak dipengaruhi
oleh RH tinggi.
6. Mudah dibuka dan ditutup, hal ini penting pada berbagai situasi pasar.
7. Dapat dipesyaratkan memantulkan cahaya atau meneruskan cahaya (transparan).
8. Kemasan dapat dipersyaratkan membantu penampilan pada penjualan eceran.
9. kemasan perlu didesain sedemikian rupa agar mudah dibuang, digunakan kembali
atau recycling.

Contoh kemasan :

1. Kemasan kotak kayu, cocok untuk pengangkutan dalam jumlah besar, karena
kemungkinan untuk disusun keatas sampai beberapa kotak ( tergantung kekuatan
kotak) dan dapat dibuat berbagai ukuran.
2. Pengemas bentuk kotak dapat dibuat dari karton dengan daya tampung dan daya tahan
lebih rendah dari kotak kayu.
3. Pengemas berupa keeranjang anyaman bamboo, harganya murah tetapi daya tahan
menerima himpitan juga lebih rendah.
4. Kemasan karung mempunyai daya perlindungan terhadap himpitan sangat kurang
atau bahkan tidak ada.
5. Kemasan bentuk kantung anyaman tali nilon. Sayur-sayuran yang dikemas dengan
kantung nilon cocok untuk bahan ukuran kecil, namun cukup tahan benturan atau
gesekan, dengan pengemas dari nilon sepert Cabai, buncis, bawang merah atau
bawang putih. Kemungkinan terjadi akumulasi panas adalah kecil asal tidak ditumpuk
6. Kemasan anyaman tali bamboo atau kreneng atau plastic kecil.
7. Kemasan yang lain kantung kertas karton berlapis plastik, kotak triplek dan keranjang
rotan.
8. 4.      Penyimpanan

Sayur-sayuran dan buah-buahan yang disimpan perlu diperhatikan mutu bahannya. Mutu
bahan yang akan disimpan sebaiknya tidak luka mekanis misalnya kulit lecet (skin breaks)
memar (bruises), selain itu tidak busuk dan tidak rusak karena sebab yang lain, misalnya
terserang hama. Luka mekanis dapat menyebabkan penampakan kurang menarik, juga dapat
memberi kesempatan pada mikro organisme pembusuk untuk tumbuh dan berkembang dan
dapat menyebabkan reaksi fisiologis lebih cepat sehingga kerusakan terjadi lebih cepat
disbanding komoditas yang tidak luka. Rekasi fisiologis yang dimaksud adalah reaksi
respirasi dan transpirasi (penguapan air).

Luka mekanis pada komoditas secara umum dapat menyebabkan penyusutan empat kali lebih
besar disbanding komoditas yang utuh. Kentang yang kulitnya terkelupas dapat mengalami
kehilangan berat tiga sampai empat kali lebih besar disbanding yang tidak terkelupas
kulitnya. Penyusutan berat tersebut disebabkan kehilangan air (traspirasi). Pada komoditas
yang terkena luka mekanis transpirasinya lebih cepat dibanding komoditas yang tidak luka.

Buah yang akan disimpan dipilih buah yang cukup matang (masak optimum), bukan yang
kurang matang atau lewat matang. Daya simpan maksimal dari suatu komoditas dapat
diperoleh dari komoditas yang bermutu tinggi, tidak luka mekanis, utuh masak optimal dan
tidak terserang hama.

1. a.      peyimpanan suhu rendah


Pemilihan suhu penyumpanan ditentukan oleh jenis bahannya, misalnya sayur sayuran dan
buah-buahan yang secara umum mudah mengalami kerusakan, maka disimpan pada suhu
rendah (dingin). Suhu penyimpanan perlu dijaga agar relative tetap, sebab terjadi kenaikan
suhu 2-3 °F dari suhu 30 sampai 32 °F ternyata dapat menyebabkan buah apel mengalami
pembusukan dan proses pemasakan tidak baik. Semakin lama komoditas disimpan pada suhu
diatas suhu optimal akan menyebabkan semakin besar kerusakan yang terjadi. Dan
sebaliknya apabila terjadi penurunan suhu 1-2 °F dari suhu 29 °F akan menyebabkan
pembekuan.

Naik turunnya suhu penyimpanan (fluktuasi) akan menyebabkan kondensasi air pada bahan
sehingga dapat merangsang pertumbuhan cendawan dan proses pembusukan. Usaha  untuk
membuat suhu merata  dalam ruang penyimpanan sangat penting, sebab dibagian ruang yang
suhunya lebih tinggi akan menyebabkan buah-buahan yang disimpan matang lebih dahulu
disbanding bagian ruang yang suhunya lebih dingin. Hal ini karena reaksi respirasi pada suhu
yang lebih tinggi terjadi lebih cepat disbanding suhu yang lebih rendah. Tidak seragamnya
kematangan buah hasil penyimpanan dapat menyebabkan kesulitan dalam pembongkaran dan
pemasaran, karena kemungkinan ada buah yang matang dan bahkan busuk.

Usaha membuat suhu ruang merata biasanya dengan menggunakan isolasi atau selalu
menjaga beda suhu refrigran dengan suhu ruang tetap kecil. Selain itu penumpukan sayur-
sayuran atau buah-buahan yang baik dan sirkulasi udara yang cukup dapat membantu
memperkecil variasi suhu dan ruang penyimpanan harus dilengkapi thermostat untuk
mengontrol suhu.

Bahan yang akan disimpan pada suhu dingin sebaiknya dilakukan pendinginan pendahuluan.
Pendinginan pendahulan bertujuan untuk mengilangkan panas bahan yang berasal dari kebun
(panas hasil reaksi fiologis). Hal ini perlu dilakukan karena penyimpanan suhu rendah tidak
dapat secara cepat tercapai suhu yang diinginkan, sehingga kalau bahan yang dimasukkan
ruang pendingin panas akan lebih cepat rusak disbanding bahan yang telah dingin.

Prinsip pendinginan pendahuluan adalah memindahkan panas dari bahan ke media pendingin.
Kecepatan pendinginan dari suatu jenis sayur-sayuran atau buah-buahan tergantung beberapa
factor yaitu:

1. Jumlah bahan banyak maka laju pendinginannya akan lebih kecil dibanding bahan
sedikit.
2. Beda suhu bahan dengan media pendingin (missal : udara, air atau es) besar berarti
laju pendinginannya lebih besar dibanding beda suhu bahan dengan media pendingin
kecil.
3. kecepatan aliran media pendingin lebih besar berarti laju pendinginan lebih cepat
disbanding jika kecepatan media aliran pendingin kecil.
4. Jenis media pendingin. Udara bergerak merupakan cara yang banyak digunakan untuk
pra pendinginan. Pendinginan dengan es yang telah dihancurkan dengan cara
menaburkanes pada bahan sayuran (daun) efektif digunakan misalnya pada
pengiriman bayam. Pendinginan menggunakan air jika digunakan secara benar
merupakan pedinginan pendahuluan yang cepat dan efektif. Cara pendinginan dengan
air banyak digunakan untuk komoditas asparagus, jagung manis, sledri, wortel dan
buah peach. Pendinginan pendahuluan cara vakum digunakan untuk selada, bunga
kool, seledry, kacang kapri dan jagung manis. Komoditas yang akan didinginkan
diletakkan dalam ruang ditutup rapat kemudian dibuat hampa. Bahan yang
didinginkan dalam ruang hampa rata-rata terjadi pengurangan berat 2,5 sampai 3%.
Kehilangan berat 1% umumnya terjadi pada setiap penurunan suhu 5°C. Selada cocok
didinginkan dengan cara ini karena mempunyai luas permukaan besar sehingga dapat
menurunkan suhu dari 21,1 °C menjadi 1,7 °C selama 25 sampai 30 menit.

Kondisi penyimpanan merupakan kondisi yang memberikan batas-batas yang aman secara
umum bagi hasil hortikultura, khususnya sayur-sayuran dan buah-buahan. Kondisi yang
umum digunakan adalah suhu dingin ( suhu rendah). Suhu rendah tidak menyebab kerusakan
kecuali pada pisang, timun, terong, waluh, kentang, ubi jalar dan tomat.

Manfaat penyimpanan sayuran dan buah-buahan adalah untuk memperpanjang daya guna
sayuran dan buah-buahan dipasar dan menghindari melimpahnya sayuran dan buah-buahan
sewaktu musim panen serta memberi kesempatan tersedianya komoditas tersebut sepanjang
tahun (sewaktu tidak panen).

Dasar-dasar dilakukan penyimpanan.

1. 1.      Pengendalian kualitas bahan

Pertunasan tidak dikehendaki, misal ubi jalar dan kentang. Ubi jalar atau kentang bila telah
tumbuh tunas, beraarti sudah mengalami kemunduran mutu. Hal ini ditunjukkan bahwa ubi
jalar atau kentang yang sudah bertunas juka direbus atau digoreng maka teksturnya tetap
keras.

Tumbuhnya akar, misal wortel yang disimpan dan tumbuh akar maka bagian tengah dari
wortel tersebut lebih keras dibandingsebelum tumbuh akar.

Perkecambahan biji pada kacang-kacangan. Biji-bijian yang disimpan dalam kondisi tidak
tepat, misalnya kondisi lembab, sangat mendukung terjadinya perkecambahan. Hal ini berarti
terjadi kemunduran mutu, kecuali kalau perlakuan penyimpanan dengan tujuan
mengecambahkan biji-bijian, misalnya taoge.

1. 2.      Pengendalian Transpirasi.

Sayur-sayuran dan buah-buahan yang disimpan dijaga jangan sampai terjadi transpirasi yang
cepat sehingga layu. Upaya untuk mencegah sayur-sayuran dan buahh-buahan layu yaitu
dengan penyimpanan menggunakan suhu rendah atau RH tinggi. Selain itu upaya yang bisa
dilakukan adalah mengepmas sayu-sayuran dann buah-buahan, kemudian dilakukan
penyimpanan pada suhu rendah atau RH tinggi.

1. 3.      Pengendalian Respirasi.

Sayur-sayuran dan buah-buahan dilakukan penyimpanan dengan suhu rendah. Hal ini bisa
mencegah laju respirasi. Selain itu karena respirasi memerlukan O2, maka penyimpanan bisa
dilakukan dalam kondisi fakum.

Kondisi penyimpanan yang penting meliputi : Suhu, RH, dan komposisi gas dalam ruang
penyimpanan. Kondisi penyimpanan yang optimal berbeda-beda antara komoditas satu
dengan yang lainnya. Suhu ruang penyimpanan sangat penting, oleh karena itu maka
pengaturan suhu perlu mendapat prioritas tinggi dalam penyimpanan bahan segar. Tidak
semua hasil pertanian tahan disimpan pada suhu rendah, terutama komoditas yang bersal dari
daerah tropis. Kerusakan yang terjadi pada suhu rendah 0 – 12 °C, tetapi bukan suhu beku.

Berdasarkan kepekaan pada suhu beku, produk dibagi menjadi 2 yaitu  produk peka suhu
beku dan produk tahan suhu beku. Suhu optimal produk yang peka terhadap suhu beku yaitu
3 – 13°C. Suhu penyimpanan optimal untuk produk yang peka terhadap suhu beku adalah
suhu terendah, tetapi belum menyebabkan suhu beku. Suhu penyimpanan optimal untuk
produk yang tahan terhadap suhu beku adalah suhu terendah yang belum menyebabkan
terjadinya pembekuan. Apabila suhu optimal sulit dicapai, maka suhu terendah di atas suhu
optimal dapat digunakan untuk memaksimalkan umur simpan suatu produk.

Penyimpanan suhu rendah mempunyai keuntungan sebagai berikut:

1. Dapat menurunkan laju respirasi, karena semakin tinggi suhu (dalam batas suhu
fisiologis), maka laju respirasi semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah suhu,
maka laju respirasi menurun.
2. Dapat menurunkan produksi etilin, hal ini sejalan dengan laju respirasi yang
terhambat, maka produksi etilin juga menurun.
3. Dapat menghambat proses pematangan, karena pematangan dipacu oleh laju respirasi
dan produksi etilin tinggi juga akan memacu pematangan.
4. Dapat menurunkan pertumbuhan mikroba, karena pertumbuhan dan perkembangan
mikroba dapat optimal jika suhu normal (Kamar), sehingga kalau kondisi
penyimpanan suhunya rendah, maka pertumbuhan mikroba juga akan terhambat.

Faktor – faktor yang berpengaruh pada sayur-sayuran yang peka terhadap Chilling Injury
yaitu semakin lama waktu dalam suhu rendah, semakin besar kerusakannya dan semakin
rendah suhunya semakin besar kerusakannya.

Perlakuan suhu rendah berpengaruh pada reaksi metabolisme dalam jaringan. Hal ini akan
berpengaruh pada beberapa senyawa esensial, sehingga produksinya kurang dan yang lain
berlebihan. Hal tersebut akan mengakibatkan toksis terhadap jaringan. Keadaan demikian
apabila terjadi dalam waktu yang lama akan mengakibatkan cacat dan kematian sel-sel dan
jaringan, akan tetapi apabila hanya dalam waktu sebentar dan kemudian dikembalikan pada
suhu 20°C (Normal), maka metabolisme akan kembali normal.

Gejala Chilling Injury pada sayur-sayuran sebagai berikut :

1. Terjadi bintik-bintik coklat sampai hitam dan kerusakan jaringan dari kulitnya,
kemudian daging buah disertai pewarnaan coklat atau browning.
2. Pada biji yang akan dibuat bibit menyebabkan pertumbuhan menurun.
3. Pada umbi-umbian terjadi perubahan yaitu umbi bagian tengah tekstur menjadi keras
dan jika dimasak tetap keras.

Suhu rendah juga berpengaruh terhadap senyawa kimia pada suatu jenis sayur-sayuran yang
disimpan pada suhu 10°C, kemudian diturunkan suhunya menjadi 2°C ternyata terjadi
perubahan pati menjadi gula. Perubahan tersebut memerlukan Adhenosin Triphospat (ATP),
sehingga ATP jaringan menurun. Hal tersebut akan berakibat jaringan berusaha untuk
membuat ATP yang baru. ATP baru dapat diciptakan dengan meningkatkan respirasi.
Perubahan pati menjadi gula selama penyimpanan sayur-sayuran kurang dikehendaki, karena
menurunkan mutu sayuran yaitu jika sayuran diolah pada suhu tinggi maka akan terjadi
pewarnaan coklat.

1. b.      Penyimpanan RH tinggi.

RH (Kelembaban Relatif) tinggi pada ruang penyimpanan dapat menyebabkan kulit retak-
retak misalnya pada Apel. Retak-retak dapat disebabkan oleh mengembangnya sel-sel
jaringan daging buah. Sel-sel yang mengembang tersebut saling mendesak sehingga dapat
menimbulkan keretakan. Sedangkan apabila penyimpanan dilakukan pada RH rendah akan
menyebabkan sayuran layu. Selain itu, berat bahan mengalami penurunan misalnya buah
jeruk yang disimpan selama 4 bulan pada suhu dan RH rendah dapat kehilangan berat 1,4
sampai 3,3%.

1. c.       Penyimpanan udara terkendali dan modifikasi atmosfir

Komposisi gas dalam ruang penyimpanan dapat berpengaruh pada umur simpan.
Penyimpanan udara terkendali diatur dengan cara penambahan dan pengurangan gas yang
mengakibatkan komposisi atmosfir yang berbeda dengan komposisi udara normal (nitrogen
79%, oksigen 21% dan karbondioksida 0.03%).

Kerusakan yang disebabkan kadar co2 tinggi dalam ruang penyimpanan meliputi:

1. Sayur-sayuran menjadi berwarna coklat. Hal ini disebabkan oleh vitamin C yang
mengalami kerusakan yaitu terjadi oksidasi. Hubungan timbulnya warna coklat
dengan banyaknya karbondioksida yang dihasilkan selama proses menunjukan
semakin banyak CO2, warna coklat semakin gelap. Warna coklat cepat terjadi jika
sayuran disimpan pada suhu tinggi.
2. Daging buah apel menjadi seperti gabus.
3. Buah jeruk kehilangan bau khas, kulit berkerut dan pori-pori melebar
4. Akumulasi alkohol dan asetaldehide dalam jaringan buah-buahan, sehingga bersifat
toxis dan menyebabkan naiknya asam suksinat yang bersifat racun.

Selama penyimpanan udara terkendali (CA), alternatif yang lain adalah penyimpanan udara
termodifikasi atau penyimpanan atmosfir termodifikasi (MA).

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penerapan CA atau MA:

1. Umur simpan dalam udara normal

Apabila bahan dapat disimpan dengan baik dalam udara normal selama pemasaran (tahan
pada suhu kamar) maka tidak perlu CA atau MA.

1. Ada respon menguntungkan dengan penyimpanan CA atau MA. Tidak semua bahan
mampunyai respon yang menguntungkan.
2. Tersedianya bersifat musiman. Umur simpan maksimal diharapkan untuk
memperpanjang periode pemasaran, sehingga tidak musimpun akan tersedia
komoditas tersebut.
3. Harga komoditas. Berkaitan bengan biaya tambahan untuk CA dan MA perlu
memperhitungkan finansial, karena kalau sayuran kurang laku maka kurang
mengntungkan.
4. Tersedianya komoditas pengganti. Penyimpanan bahan dalam CA atau MA menjadi
awet, namun apabila lebih menguntungkan jika mengimpor bahan yang mempunyai
periode panen berbeda, maka tidak perlu penyimpanan CA dan MA.

Keuntungan CA dan MA adalah mudah diterapkan dan biaya relatif murah. Keuntungan
penyimpanan sayur-sayuran dan buah-buahan dengan cara CA adalah:

1. dapat memperpanjang umur simpan karena respirasi kecil, sintesis etilen lambat,
pematagan lambat dan laju sinesense lambat.
2. Mengurangi kerusakan selama disimpan.
3. kualitas lebih baik dibanding penyimpanan suhu dingin tanpa CA yaitu buah masih
kokoh, cairan masih banyak dan kandungan gula tinggi.
4. Umur pajang dalam pemasaran lebih lama. Lamanya dipajang di toko akan
menguntungkan pada saat pemasaran.
5. hama rodensia dan insekta mati, karena kondisi tidak sesuai (kondisi tidak normal).

Kelemahan sayuran dan buah-buahan dengan cara CA:

1. biaya CA mahal.
2. hanya satu varietas dalam satu ruangan
3. Ruang CA harus diisi penuh agar ekonomis, sehingga jumlahnya besar dan pemasaran
dalam jumlah besar merupakan resiko.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan materi dari hasil

1. 1.      Pengamatan lapangan

Metode ini dilakukan dengan cara mengamati dan memperhatikan secara langsung
dilapangan terhadap obyek-obyek yang telah ditentukan.

1. 2.      Wawancara

Metode wawancara merupakan interaksi dan komunikasi yang dilakukan secara langsung
kepada para responden yang telah ditentukan sebagai narasumber.

1. 3.      Studi Pustaka

Metode ini dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan data-data yang telah ada terkait
dengan data atau informasi yang ditentukan.

5. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah metode analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan
melakukan pemotretan langsung kondisi lapangan.
Ftar Tabel,

6. Sistematika Penyusunan Laporan

Sistematika penyusunan laporan penulisan Kertas Kerja ini adalah sebagi berikut :

1. Bagian Pertama

Terdiri dari : Halaman Judul, Lembar Pengesahan, Daftar Anggota Kelompok, Kata
Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, dan Daftar Lampiran.

1. Bagian Kedua

Terdiri dari.

BAB I.       Pendahuluan

1. Latar belakang
2. Tujuan
3. Ruang Lingkup
4. Metode Pengumpulan Data
5. Teknik Analisa Data
6. Sistematika Pelaporan

BAB II.      Gambaran Umum

1. Lokasi dan Kondisi Obyek.


2. Landasan Yuridis Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kab. Bandung Barat.
3. Visi, Misi dan Tujuan.
4. Sasaran.
5. Keadaan Realita

BAB III.     Penanganan Pasca Panen Komoditas Hortikultura Komoditas

Tanaman Semusim.

1. Sortasi dan Gradding


2. Pencucian / Pembersihan
3. Pengemasan / Pengepakan
4. Penyimpanan

BAB IV     Permasalahan dan Upaya Pemecahannya

1. Permasalahan
2. Pemecahan Masalah

BAB V       Penutup

1. Kesimpulan
2. Saran
3. Bagian ketiga

Anda mungkin juga menyukai