Anda di halaman 1dari 27

9

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka

1. Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran pasti terdapat interaksi antara guru dengan
peserta didik, interaksi tersebut merupakan suatu penyampaian informasi oleh
guru kepada peserta didiknya. Suatu informasi yang disampaikan tidak
mungkin bisa sampai dengan begitu saja, tetapi melalui berbagai perantara
agar informasi dapat diterima dengan baik oleh peserta didik. Perantara itulah
biasanya disebut dengan media.
Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak
dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua
pihak atau kutub) atau suatu alat.
Menurut Briggs dalam Anitah (2009: 123), pengertian media
pembelajaran adalah peralatan fisik untuk membawakan atau
menyempurnakan isi pembelajaran. Sedangkan menurut Gerlach & Ely dalam
Anitah (2009: 123), media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat
mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi lisan atau
visual. Dan menurut pendapat Sri Anitah (2008: 2) mengemukakan bahwa
media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat
menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar menerima pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Berarti guru atau dosen, buku ajar, serta lingkungan
merupakan media pembelajaran. Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat
didefinisikan sebagai suatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan
dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dan peserta didik (Sutikno,
2013: 106).
10

Arsyad (2010: 6-7) mengemukakan beberapa ciri umum yang


terkandung pada batasan media pembelajaran, yaitu :
1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dikenal dengan
istilah Hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu yang dapat dilihat,
didengar, dan diraba dengan panca indera.
2) Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal
dengan istilah Software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan
yang terdapat dalam perangkat keras merupakan isi yang ingin
disampaikan kepada peserta didik.
3) Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.
4) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses
belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massal, kelompok
besar dan kecil, atau perorangan.
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan menejemen berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai media pembelajaran tersebut,
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat dijadikan sebagai perantara atau alat bantu dalam proses pembelajaran
untuk menyajikan informasi agar peserta didik dapat menyerap informasi
dengan mudah.
Agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, peserta didik
sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya.
11

Tabel 1. Pesan dalam Komunikasi


Pesan diproduksi dengan : Pesan dicerna dan
diinterpretasi dengan :
Berbicara, menyanyi, memainkan  Mendengarkan
alat musik, dsb.
Menvisualisasikan melalui film,  Mengamati
foto, lukisan, gambar, model,
patung, grafik, gerakan
nonverbal, dsb.
Menulis atau mengarang.  Membaca
(Sumber : Arsyad, 2010 : 8)

Edgar Dale (1969) dalam Sundayana (2013: 27) melukiskan berbagai


pengalaman belajar dalam suatu Kerucut Pengalaman (Cone of Experience).

Gambar 1. Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale


(Sumber : Sundayana, 2013: 27)
12

Penjelasan kerucut tersebut, sebagai berikut :


1) Pengalaman langsung dan bertujuan
Pengalaman langsung diperoleh dengan jalan berhubungan langsung
dengan benda, kejadian, dan keadaan sebenarnya.
2) Pengalaman tiruan
Pengalaman ini diperoleh melalui benda-benda atau kejadian tiruan dari
sebenarnya.
3) Dramatisasi
Penyajian dalam bentuk drama, dari berbagai gerakan sampai permainan
yang lengkap dengan pakaian dan dekorasi.
4) Demonstrasi
Adalah percontohan atau petunjuk cara membuat atau cara melayani
suatu proses.
5) Karyawisata
Yaitu dengan membawa kelas ke obyek di luar sekolah dalam rangka
pengajaran kelas itu dengan maksud memperkaya dan memperluas
pengalaman peserta didik.
6) Pameran
Tujuannya adalah untuk mempertunjukkan hasil pekerjaan para peserta
didik, perkembangan dan kemajuan sekolah, kepada warga sekolah dan
masyarakat umum.
7) Televisi
Merupakan suatu media untuk menyampaikan pendidikan kepada anak-
anak dan masyarakat.
8) Gambar hidup atau film
Merupakan rnagkaian gambar yang diproyeksikan ke layar yang akan
Nampak seperti gambar sebenarnya.
9) Radio
Melalui siaran radio dapat disampaikan pengajaran secara efektif, dan
dapat menimbulkan motivasi.
13

10) Gambar
Adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua
dimensi.
11) Lambang visual
Adalah gambar yang secara keseluruhan dapat divisualkan.
12) Lambang kata/verbal
Lambang kata dijumpai dalam buku dan bahan bacaan, seperti buku,
majalah, koran, dan lain-lain (Hamalik, 1989 dalam Sundayana, 2013: 27-
28).
Berdasarkan penggolongan tersebut, ternyata pengajaran melalui
lambing kata mempunyai nilai yang sangat rendah. Oleh karena itu, agar
pengajaran dapat memberikan pengalaman yang berarti bagi peserta didik
maka perlu dipikirkan mengenai bentuk media yang akan digunakan.
Dalam proses pembelajaran pasti tidak akan lepas dari adanya interaksi
antara guru dan peserta didik. Guru sebagai penyampai informasi
berkewajiban agar informasi yang disampaikan dapat diterima oleh peserta
didik dengan jelas dan optimal. Untuk itu diperlukan suatu perantara yaitu
media pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, media pembelajaran
sangat penting dibutuhkan karena merupakan slah satu unsur dari interaksi
yang berlangsung antara guru dan peserta didik.
Untuk menghindari hambatan yang muncul dalam proses pembelajaran,
secara rinci, Daryanto (2013: 10-12) menguraikan beberapa fungsi media
pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1) Menyaksikan benda atau peristiwa yang terjadi pada masa lampu
2) Mengamati benda atau peristiwa yang sukar diamati, baik karena
jaraknya yang jauh, berbahaya, atau terlarang
3) Memperoleh gambaran yang jelas tentang benda atau hal-hal yang
sukar diamati karena ukurannya yang tidak memungkinkan, baik karena
terlalu besar atau terlalu kecil.
4) Mendengar suara yang sukar ditangkap dengan telinga secara langsung
14

5) Mengamati dengan teliti binatang-binatang yang sukar diamati secara


langsung karena sukar ditangkap.
6) Mengamati peristiwa yang jarang terjadi atau berbahaya untuk didekati
7) Mengamati benda-benda yang mudah rusak atau sukar diawetkan
8) Dengan mudah membandingkan sesuatu
9) Dapat melihat secara cepat suatu proses yang berlangsung secara
lambat
10) Dapat melaihat secara lambat gerakan-gerakan yang berlangsung secara
cepat
11) Mengamati gerakan-gerakan mesin atau alat yang sukar diamati secara
langsung
12) Melihat bagian-bagian yang tersembunyi dari suatu alat
13) Melihat ringkasan dari suatu pengamatan yang panjang atau lama
14) Dapat menjangkau audien yang besar jumlahnya dan mengamati suatu
obyek secara serempak
15) Dapat belajar sesuai dengan kemampuan, minat, dan temponya masing-
masing
Selain itu, fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran
menurut Sutikno (2013: 106-107), di antaranya :
1) Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran
2) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan)
3) Mengatasi keterbatasan ruang
4) Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif
5) Waktu pembelajaran bisa dikondisikan
6) Menghilangkan kebosanan peserta didik dalam belajar
7) Meningkatkan motivasi peserta didik dalam mempelajari sesuatu
8) Melayani gaya belajar peserta didik yang beraneka ragam
9) Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran
15

Terdapat beberapa jenis media pembelajaran yang dapat diterapkan oleh


seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam pemilihan
media pembelajaran perlu diperhatikan agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Berikut merupakan jenis-jenis Media Pembelajaran menurut Anitah
(2008: 7), yaitu :
1) Media Visual
Media Visual biasa disebut dengan media Pandang, karena seseorang
dapat menghayati media tersebut dengan penglihatannya. Macam dari
media Visual ini antara lain : Gambar mati atau gambar diam, Ilustrasi,
Karikatur, Poster, Bagan, Diagram, Grafik, Peta, Ohp, Slide, dan lain-
lain.
2) Media Audio
Media Audio merupakan media yang dapat didengar. Antara lain :
Siaran radio, audio kaset dan lain-lain.
3) Madia Audio Visual
Madia audio visual merupakan media pembelajaran yang dapat dilihat
sekaligus dapat didengar mengenai apa yang divisualkan. Antara lain :
Slide suara, Televisi, video pembelajaran, dan film.
Selain itu, menurut Sanjaya (2006) dalam Sundayana (2013: 13), media
pembelajaran dapat diklasifikasikan tergantung dari sudut mana melihatnya.
1) Dilihat dari sifatnya :
a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar atau hanya
memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti : film slide,
foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang
dicetak.
c) Media audiovisual, yaitu media yang dapat didengar dan dilihat, selain
mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat
dilihat, seperti video, film, slide suara, dan lain-lain. Kemampuan
16

media ini dianggap lebih baik dan menarik karena mengandung kedua
unsur pertama dan kedua.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya :
a) Media yang mempunyai daya input yang luas dan serentak, seperti
radio dan televise. Melalui media ini peserta didik dapat mempelajari
hal-hal atau kejadian yang actual secara serentak tanpa menggunakan
ruangan khusus.
b) Media yang mempunyai daya input yang terbatas oleh ruang dan
waktu, seperti : film slide, film, video, dan lain sebagainya.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya :
a) Media yang diproyeksikan, media ini membutuhkan alat proyeksi agar
dapat berfungsi sebagaimana mestinya, seperti : film, slide, film strip,
transparansi, dan lain-lain.
b) Media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, radio,
dan lain-lain.
Dalam penelitian ini, pemanfaatan media pembelajaran dibatasi
pada pemanfaatan media audiovisual yaitu berupa video pembelajaran.
a. Media Audiovisual (Video) untuk Pembelajaran
Media audiovisual merupakan media yang berkaitan dengan
penglihatan dan/atau bunyi (IFLA, 2004 dalam Sundayana, 2013: 200).
Menurut Sundayana (2013: 200), Media audiovisual adalah alat bantu
mengajar atau alat peraga yang dapat dilihat dan sekaligus dapat didengar
penjelasannya, yang dapat menolong dalam mencapai sasaran pendidikan.
Soekisno (2007) dalam Sundayana (2013) mengemukakan bahwa “Visualisasi
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengkongkretkan sesuatu
yang abstrak”. Kemudian seiring dengan perkembangan teknologi
informatika, visualisasi berkembang dalam bentuk gambar gerak (animasi)
yang dapat ditambahkan suara (audio).
Ronald G. Held (dalam Widyanti, 2007) yang dikutip oleh Sundayana
(2013: 201), mengemukakan bahwa “dalam sebuah penyelidikan, seorang
peserta didik yang belajar dengan memakai indera pendengarannya saja, maka
17

setelah 3 jam dia mampu mengingat 70% dan setelah 3 hari kemudian ia
hanya mampu mengingat 10% dari apa yang ia dengar, tetapi apabila seorang
peserta didik belajar dengan menggunakan indera pendengaran dan
penglihatannya, maka setelah 3 jam dia mampu mengingat 85% dan setelah 3
hari dia masih mampu mengingat 65% dari apa yang ia dengar dan lihat”.
Dari uraian tersebut, Sundayana (2013: 201-202) menyimpulkan
bahwa tujuan seorang guru menggunakan media audiovisual ketika mengajar
adalah :
1) Menolong peserta didik untuk dapat mengingat lebih banyak,
penyempaian pelajaran dengan audiovisual akan memperdalam
pengalaman belajar serta daya ingat peserta didik.
2) Membantu peserta didik untuk mengerti dengan lebih baik, dengan
menggunakan indera penglihatan dan pendengaran, peserta didik akan
mengerti pelajaran dengan memahami perbedaan warna, bentuk benda,
serta kata-kata yang dimaksudkan gurunya.
3) Menarik dan memusatkan perhatian peserta didik, anak-anak pada
dasarnya memiliki sifat cepat bosan dan sulit untuk memusatkan perhatian
dalam jangka waktu yang lama, hal tersebut dapat dihindari dengan
menggunakan media audiovisual dalam pembelajaran.
4) Mengatasi keterbatasan Bahasa, kemampuan peserta didik untuk mengerti
Bahasa sangatlah terbatas, sehingga mereka tidak mengerti istilah tertentu
yang digunakan gurunya. Namun dengan menggunakan indera penglihatan
dan pendengarannya, mereka akan mengerti maksud dan arti dari kata-kata
yang disampaikan oleh gurunya.
Selain itu, penggunaan media audiovisual dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan efisiensi belajar karena mempunyai potensi atau kemampuan
untuk merangsang terjadinya proses belajar. Misalnya : (a) menghadirkan
obyek langka, (b) konsep yang abstrak menjadi konkret, (c) mengatasi
hambatan waktu, tempat, jumlah, dan jarak, (d) menyajikan ulangan informasi
secara benar dan taat asas tanpa pernah jemu, (e) memberikan suasana belajar
yang santai, menarik, tanpa mengurangi formalitas (Sundayana, 2013: 204).
18

Media audiovisual terdiri atas audiovisual diam, yaitu media yang


menampilkan suara dan gambar diam, seperti film bingkai suara (sound slide),
film rangkai suara. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan
unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film suara dan video cassette.
Dilihat dari segi keadaannya, media audiovisual dibagi menjadi audiovisual
murni yaitu unsur suara maupun gambar berasal dari suatu sumber seperti film
audio-cassette. Unsur Sedangkan audiovisual tidak murni yaitu unsur suara
dan gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara
unsur gambarnya bersumber dari slide proyektor dan unsur suaranya
bersumber dari tape recorder (Sutikno, 2013: 109).
Menurut Sanaky (2009: 106), Video dan Televisi mampu
manayangkan pesan pembelajaran secara realistik. Video memiliki Features
yang sangat bermanfaat untuk digunakan dalam proses pembelajarn, salah satu
features tersebut adalah slow motion dimana gerakan obyek atau peristiwa
tertentu yang berlangsung sangat cepat dapat diperlambar agar mudah
dipahami oleh pebelajar.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari media video dalam
pembelajaran adalah :
a. Kelebihan
1) Menyajikan obyek belajar secara konkrit atau pesan pembalajaran
realistic, sehingga sangat baik untuk menambah pengalaman belajar
2) Sifatnya yang audiovisual, sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan
dapat menjadi pemacu atau memotivasi pebelajar untuk belajar
3) Sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotorik
4) Dapat mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasi
dengan teknik mengajar ceramah dan diskusi persoalan yang
ditayangkan
5) Menambah daya tahan ingatan atau retensi tentang obyek belajar yang
dipelajari
6) Portable dan mudah didistribusikan
19

b. Kekurangan
1) Pengadaannya memerlukan biaya mahal
2) Tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan
disegala tempat
3) Sifat komunikasi searah, sehingga tidak dapat memberi peluang untuk
terjadi umpan balik
4) Mudah tergoda untuk menayangkan video yang bersifat hiburan,
sehingga suasana belajar akan terganggu
Jadi dapat disimpulkan bahwa Video Pembelajaran adalah suatu
media yang digunakan dalam pembelajaran yang di dalamnya terdapat
unsur gambar, baik itu gambar diam maupun gambar gerak serta unsur
suara sehingga dapat membantu siswa untuk menvisualisasikan suatu peris
tiwa atau kondisi. Dalam penelitian ini, video pembelajaran tersebut berisi
materi tentang Litosfer.
b. Media Gambar Diam
Media gambar diam adalah termasuk pada media visual yaitu
hanya dapat dilihat. Gambar diam dapat berupa foto, bahan-bahan grafis
baik yang dicetak maupun yang dilukis. Gambar diam dapat berisi
informasi atau pengetahuan tentang obyek atau peristiwa. Informasi yang
dikemas dalam gambar diam dapat berupa diagram, chart, atau grafik.
Gambar diam ini mempunyai bentuk fisik sebagai bahan dua
dimensi. Media gambar diam ini sering digunakan dalam proses
pembelajaran karena mudah dalam memperolehnya, selain itu juga
digunakan untuk memperkuat pembelajaran yang disampaikan secara
verbal sehingga dapat menghindarkan salah interpretasi dalam memahami
pelajaran yang diajarkan.
Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa,
media gambar diam adalah suatu media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang berisi tentang foto, grafik, diagram, maupun chart
yang berfungsi untuk menjelaskan atau memperkuat pengetahuan yang
20

dijelakan secara verbal agar tidak terjadi kesalahan dalam


menginterpretasi suatu peristiwa atau keadaan.
Beberapa kelebihan dan kelemahan gambar diam menurut Anitah
(2009: 8-9).
Kelebihan Gambar, antara lain :
1) Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih
nyata
2) Banyak tersedia dalam buku-buku
3) Sangat mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan
4) Relative tidak mahal
5) Dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang studi
Adapun kelemahannya, sebagai berikut :
1) Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang
terlampau besar
2) Gambar mati, adalah gambar dua dimensi. Untuk menunjukkan
dimensi yang ketiga harus digunakan satu seri gambar dari obyek
yang sama tetapi dari sisi yang berbeda
3) Tidak dapat menunjukkan gerak
4) Pelajar tidak selalu mengetahui bagaimana membaca
(menginterpretasi) gambar
Dalam penelitian ini penggunaan media gambar diam
dikombinasikan dengan pemanfaatan PowerPoint, yaitu guru
menayangkan materi yang ada di dalam Powerpoint yang didalamnya
juga terdapat beberapa gambar yang berkaitan dengan meteri, yaitu
meteri Litosfer.
2. Motivasi Belajar
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu unsur yang
mempengaruhi keberhasilan peserta didik. Karena dengan memiliki motivasi,
seorang peserta didik akan menunjukkan perilaku yang positif yang mengarah
pada keberhasilan yang ingin dicapai.
21

Motivasi mempunyai beberapa pengertian berdasarkan beberapa


sumber, di antaranya, Mc. Donald dalam Sardiman (2014: 73), motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Menurut Sardiman (2014: 75), motivasi adalah serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka , maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Motivasi adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, jadi
Motivasi untuk Belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk belajar (Nasution, 1996: 8-9). Sedangkan motivasi belajar menurut
Sutikno (2013: 69-70) adalah adalah keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan
dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.
Terdapat tiga komponen utama dalam motivasi yaitu 1). Kebutuhan,
2). Dorongan, dan 3). Tujuan. Dari ketiga komponen tersebut saling berkaitan
satu sama lain, kebutuhan muncul jika seseorang merasa bahwa terjadi
ketidakseimbangan antara yang dimiliki dengan yang diharapkan, sehingga
seseorang mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu agar tujuan yang
diharapkan dapat terpenuhi dengan maksimal.
Motivasi ada dua jenis, yaitu 1). Motivasi Intrinsik, dan 2). Motivasi
Ekstrinsik. Motivasi Intrinsik merupakan motivasi yang berada dalam diri
seorang peserta didik untuk mencapai tujuannya tanpa adanya paksaan
dorongan dari orang lain. Sedangkan Motivasi Ekstrinsik merupakan jenis
motivasi yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar diri seseorang, karena
adanya dorongan, paksaan, suruhan dari orang lain sehingga peserta didik
bersedia untuk melakukan sesuatu dalam hal ini adalah melakukan aktivitas
belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam penelitian ini, motivasi belajar peserta didik terfokus pada
motivasi belajar untuk berprestasi.
22

Motivasi berprestasi diartikan sebagi dorongan untuk mengerjakan


suatu tugas dengan sebaik-baiknya berdasarkan standar keunggulan agar
memperoleh suatu hasil dengan sebaik-baiknya pula sehingga tercapai
perasaan kesempurnaan pribadi (Widoyoko, 2012: 235).
McClelland (1987) dalam Widoyoko (2012:235) berhasil merumuskan
ciri-ciri operasional perilaku individu yang memiliki motivasi tinggi dan
individu yang memiliki motivasi rendah. Mereka yang memiliki motivasi
tinggi memiliki ciri-ciri sebagi berikut : 1) memperlihatkan berbagai tanda
aktivitas fisiologis yang tinggi, 2) menunjukka kewaspadaan yang tinggi, 3)
berorientasi pada keberhasilan dan sensitive terhadap tanda-tanda yang
berkaitan dengan peningkatan prestasi kerja, 4) memiliki tanggungjawab
secara pribadi atas kinerjanya, 5) menyukai umpan balik berupa penghargaan
dan bukan intensif untuk peningkatan kinerjanya, 6) inovatif mencari hal-hal
baru dan efisien untuk peningkatan kinerjanya.
Sedangkan menurut Uno (2008: 7), seseorang yang motivasinya
rendah biasanya orang tersebut merasa sudah mempunyai segalanya. Untuk
dapat mencapai motivasi yang tinggi, dalam konsep motivasi intrinsik
mengidentifikasikan tingkah laku seseorang yang merasa senang terhadap
sesuatu. Apabila ia senang dengan kegiatan itu, maka termotivasi untuk
melakukan kegiatan tersebut. Jika seseorang menghadapi tantangan, dan ia
merasa yakin dirinya mampu, maka biasanya orang tersebut akan mencoba
melakukan kegiatan tersebut.
Adapun ciri-ciri motivasi menurut Widoyoko (2012: 236) ada empat,
yaitu : 1) berorientasi pada keberhasilan, mencakup perilaku yang mengarah
pada kegiatan mencapai prestasi maupun sensitivitas terhadap tanda-tanda
yang berkaitan dengan peningkatan prestasi, 2) bertanggung jawab, secara
pribadi bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas-tugas, meliputi :
kesempurnaan tugas, percaya diri serta tanggung jawab bekerja, 3) inovatif,
adanya keinginan untuk menemukan sesuatu cara yang berbeda dari
sebelumnya untuk mencapai suatu keberhasilan, 4) mengantisipasi kegagalan,
23

mengandung unsur kewaspadaan, yaitu ketelitian atau kecermatan untuk


berusaha menanggulangi berbagai penghambat pencapai keberhasilan.
Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik maka
seorang guru mempunyai peranan penting untuk membangkitkan motivasi
belajar peserta didik. Motivasi mempunyai tiga fungsi yang secara garis besar
dijelaskan oleh Oemar Hamalik (1992) dalam Sutikno (2013: 71), yaitu :
1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi ini sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi dan merupakan langkah penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai,
sehingga motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus
dikerjakan guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang
tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dimyati dan Mudjiono (2009: 85-86) mengemukakan bahwa motivasi
belajar itu penting bagi peserta didik dan guru. Berikut merupakan pentingnya
motivasi belajar baik bagi peserta didik maupun bagi guru.
1) Bagi peserta didik prntingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (a)
menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, (b)
menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya, (c) mengarahkan kegiatan belajar, (d) membesarkan
semangat belajar, (e) menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan
kemudian bekerja yang berkesinambungan, individu dilatih untuk
menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.
2) Bagi guru pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (a)
membangkitkan, meningkatkan, dan memlihara semangat peserta didik
untuk belajar sampai berhasil, membangkitkan bila peserta didik tidak
bersemangat, meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam,
memlihara bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar, (b)
24

mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-


macam, dengan mengetahuinya guru dapat menerapkan strategi belajar
yang tepat, (c) meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di
antara bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator,
instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik, (d)
memberi peluang guru untuk unjuk kerja rekayasa pedagogis. Tugas guru
adalah membuat semua peserta didik belajar sampai berhasil. Tantangan
profesionalnya justru terletak pada mengubah peserta didik tak berminat
menjadi bersemangat belajar. Mengubah peserta didik serdas yang acuh
tak acuh menjadi bersemangat belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran, apa artinya jika peserta didik itu sendiri
tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, seorang guru harus
berusaha agar motivasi belajar peserta didik dapat meningkat. Menurut Sani
(2013: 50), motivasi belajar dapat dilakukan dengan meningkatkan perhatian
(attention), relevansi (relevance), kepercayaan diri (confidence), dan kepuasan
(satisfaction) peserta didik dalam belajar. Relevansi terkait dengan hubungan
antara pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Kebutuhan
peserta didik tersebut mungkin terkait dengan kebutuhan pribadi untuk
berprestasi, memiliki kekuasaan, dan kebutuhan untuk berafiliasi. Peserta
didik dapat memiliki motif instrumental, yakni keinginan berhasil dalam suatu
tugas yang nerupakan langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.
Peserta didik akan termotivasi dalam belajar, jika tujuan pemeblajaran yang
ingin dicapai sesuai dengan nilai yang dianut oleh peserta didik dan kelompok.
Dalam Sutikno (2013: 72-74), ada beberapa upaya yang harus
dilakuakn oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, yaitu
sebagai berikut:
1) Menjelaskan tujuan pembelajaran ke peserta didik. Pada permulaan
pembelajaran, terlebih dulu guru menjelasakan mengenai tujuan
pembelajaran yang akan dicapai oleh peserta didik, karena semakin jelas
tujuannya, maka semakin besar pula motivasinya dalam belajar.
25

2) Permainan. Saat menyampaikan materi pelajaran hendaknya menyelipkan


permainan yang mendukung persoalan yang dibahas dan sesuai dengan
tingkat usia peserta didik.
3) Memberi hadiah. Memberikan hadiah kepada peserta didik yang
berprestasi akan memacu semangat agar terus giat dalam belajar dan yang
belum berprestasi akan termotivasi agar menjadi berprestasi.
4) Memberi pujian. Seorang peserta didik akan merasa senang jika
mendapatkan pujian yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik
lagi.
5) Membangkitkan dorongan kepeda peserta didik untuk belajar dengan
memberikan perhatian yang maksimal kepada peserta didik tersebut.
6) Memberikan angka. Angka merupakan symbol prestasi yang diperoleh
peserta didik.
7) Menyelipkan humor atau dengan cerita-cerita lucu saat menyampaikan
materi pelajaran.
8) Membantu kesulitan belajar peserta didik secara individual maupun
kelompok.
9) Memberi ulangan. Ulangan merupakan alat untuk mengetahui atau
menunjukkan prestasi peserta didik dan seharusnya diumumkan pada
teman-temannya.
10) Menerapkan metode yang bervariasi. Guru yang menerapkan metode
pembelajaran yang bervariasi, kemingkinan besar kejenuhan peserta didik
tidak akan terjadi.
11) Menerapakn gaya belajar yang bervariasi. Jika variasi gaya guru dalam
membelajarkan peserta didik dilakukan dengan baik, akan sangat berguna
dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta semangat peserta
didik dalam belajar, seperti volume suara guru, pindah posisi, variasi
gerakan anggota badan dan ekspresi wajah.
12) Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Setiap peserta didik mempunyai kemampuan indera yang tidak sama, baik
penglihatan maupun pendengaran, ada yang lebih senang membaca, ada
26

yang lebih senang mendengarkan, dan lain-lain. Dengan adanya variasi


dalam penggunaan media, dapat memberikan stimulus terhadap indera
peserta didik.
13) Hukuman. Hukuman bukan alat untuk menakut-nakuti, tetapi untuk
merubah cara berpikir anak. Bahwa setiap perbuatan (baik atau buruk)
mempunyai konsekuensi masing-masing.
Dari beberapa pendapat mengenai motivasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa, motivasi belajar adalah dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga
peserta didik tertarik untuk melakukan dan terlibat dalam aktivitas belajar
agar memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
3. Hasil Belajar Geografi
Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
mengembangkan kemampuan individu secara optimal. Perubahan yang terjadi
berupa tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah dari pengalaman.
Perubahan tersebut sebagai kemampuan baru. Perubahan yang terjadi pada
peserta didik merupakan hasil dari proses belajar. Berkembangnya
kemampuan, sikap dan ketrampilan biasa digunakan sebagai salah satu
indikator keberhasilan.
Hasil belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja sebagai hasil
dari suatu pengukuran akan disebut sebagai prestasi belajar apabila hasil
proses belajar tersebut merupakan kemampuan yang sungguh actual yang
diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran (Masidjo, 1995: 40).
Kemampuan atau kecakapan aktual yang dimiliki siswa inilah yang dilaporkan
oleh suatu tes hasil belajar. Dengan demikian, fungsi utama tes hasil belajar
adalah mengukur keberhasilan belajar siswa dan sekaligus pula mengukur
keberhasilan guru dalam mengajar suatu mata pelajarn.
Kemajuan dan perkembangan peserta didik dan tingkat keberhasilan
program pengajaran diukur dengan alat evaluasi. Angka atau skor yang
diperoleh peserta didik digunakan sebagai data untuk membuktikan tingkat
kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
27

Bloom (1976) dalam Sutikno (2013: 79) membagi hasil belajar


menjadi tiga kawasan, yaitu (1) kognitif, berkenaan dengan ingatan atau
pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan, (2)
afektif, menggambarkan sikap-sikap dan nilai, dan (3) psikomotor,
kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak.
Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual
mengenai lingkungan yang disusun secara hierarkis dari yang paling
sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu :
a. Pengetahuan, adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah
dipelajari.
b. Pemahaman, adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal.
c. Penerapan, adalah kemampuan dalam menerapkan prinsip dan aturan yang
telah dipelajari sebelumnya.
d. Analisis, adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian
sehingga struktur organisasinya dapat dipahami.
e. Sintesis, adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi
suatu keseluruhan yang berarti.
f. Penilaian, adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan
kriteria tertentu.
Krathwohl dan kawan-kawan mengemukakan lima hierarki dalam
aspek afektif, yaitu :
a. Menerima, adalah kemampuan untuk memberi perhatian terhadap sebuah
aktivitas atau peristiwa yang sedang dihadapi.
b. Merespon, adalah pemberian reaksi terhadap suatu aktivitas dengan cara
melibatkan diri atau berpartisipasi di dalamnya.
c. Memberi nilai, adalah kemampuan yang terkait dengan tindakan menerima
atau menolak nilai atau norma yang dihadapi melalui sebuah ekspresi
berupa sikap positif atau negative terhadap suatu obyek atau peristiwa.
d. Mengorganisasi, adalah kemampuan dalam mengidentifikasi, memilih,
dan memutuskan nilai atau norma yang akan diaplikasikan.
28

e. Memberi karakter, dapat berupa tindakan meyakini, mempraktikkan, dan


menunjukkan perilaku yang konsisten terhadap nilai dan norma yang
dipelajari.
Adapun hierarki kemampuan dalam domain psikomotor adalah :
a. Imitasi, merupakan kemampuan dalam mempraktikkan sebuah
keterampilan yang telah diamati sebelumnya.
b. Manipulasi, merupakan kemampuan yang sangat terkait dengan
kemampuan dalam melakukan modifikasi terhadap suatu keterampilan.
c. Presisi, merupakan kemampuan yang memperlihatkan adanya kecakapan
indivisu dalam melakukan sebuah aktivitas dengan tingkat akurasi yang
tinggi.
d. Artikulasi, merupakan kemampuan dalam melakukan suatu aktivitas
secara terkoordinasi dan efisien (Sutikno, 2013: 79-81).
Jadi dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar geografi merupakan
penilaian dalam pembelajaran terhadap perkembangan kemajuan peserta
didik yang berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran geografi yang
disajikan kepada peserta didik. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian
ini dibatasi pada hasil belajar geografi dinilai dari aspek kognitif.
Berikut terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan
penggunaan atau pemanfaatan media video pembelajaran dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah :
1. Miftakhul Norman Arif (2007). Judul Penelitian : Efektivitas
Penggunaan Media VCD dan Media Gambar Cetak Dalam Pembelajaran
Geografi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Kondisi Fisik
Wilayah Indonesia Pada Siswa Kelas VIII Semester I Tahun Ajaran
2007/2008. Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui
tingkat efektivitas penggunaan media VCD dan media gambar cetak pada
pembelajaran geografi pokok bahasan kondisi fisik wilayah Indonesia, (2)
untuk mengetahui adakah perbedaan signifikan hasil belajar dengan
menggunakan media VCD dan media gambar cetak. Metode yang
digunakan ada;ah metode eksperimen.
29

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar diperoleh harga


thitung (2,840) ≥ ftabel (1,66) dengan taraf signifikan 5 %. Karena t berada
pada daerah penerimaan Ha, maka kelompok eksperimen 1 lebih baik dari
pada kelompok eksperimen 2. Berdasarkan estimasi rata-rata hasil
belajar kelompok eksperimen1 diperoleh rata-rata antara 77.08 – 80,50,
sedangkan untuk kelompok eksperimen 2 diperoleh rata-rata antara
72,50 – 77.05. Artinya, kelompok ekperimen 1 memiliki nilai rata-rata
hasil belajar yang lebih baik dari pada kelompok eksperimen 2. Walaupun
demikian hipotesis yang berbunyi ada perbedaan signifikan hasil belajar
antara penggunaan media VCD dan media gambar cetak dalam
pembelajaran geografi kurang diterima, karena perbedaannya kurang
signifikan.
2. Asiwi Tejawati (2008). Judul penelitian : Pengaruh Penggunaan Media
Audiovisual Interaktif Terhadap Pembelajaran Geografi Fisik Ditinjau
Dari Motivasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen pada SMA Negeri
Jumantono Kabupaten Karanganyar Kelas X Tahun Pelajaran 2007/2008).
Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) untuk mengetahui perbedaan
prestasi belajar Geografi fisik dalam pokok bahasan Lithosfer dan
Pedosfer antara peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan media Audio Visual Interaktif dan media OHP, (2) Untuk
mengetahui mengapa ada/tidak ada perbedaan hasil belajar dengan
menggunakan media Audio Visual Interaktif dan media OHP, (3) mencari
perbedaan prestasi belajar antara peserta didik yang memiliki motivasi
belajar tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah
(4). mencari pengaruh interaksi antara pembelajaran bermedia Audiovisual
Interaktif dan motivasi terhadap prestasi belajar peserta didik. Metode
yang digunakan adalah metode Eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan : (1)terdapat perbedaan pestasi
belajar antara pembelajaran dengan menggunakan media audiovisual
interaktif dengan pembelajaran bermedia transparansi OHP (Fhitung=
7.0857 > Ftabel = 3.99), derajat kebebasan 1 pada taraf signifikansi a =
30

0.05. (2) terdapat perbedaan prestasi belajar geografi fisik antara siswa
yang mempunyai motivasi tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi
rendah ( Fhitung = 67.799 > Ftabel= 3.99), derajat kebebasan 1 pada taraf
signifikansi a= 0.05. (3) terdapat interaksi pengaruh pembelajaran dengan
media audiovisual interaktif dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
geografi fisik ( harga Fhitung = 5.2506 > Ftabel = 3.99), derajat kebebasan 1
pada taraf signifikansi a = 0.05.
3. Mohamad Wisnu (2015). Evektifitas Penggunaan Media Audio Visual
pada Pembelajaran Geografi Materi Kelayakan Planet Bumi bagi
Kehidupan di Kelas X IIS SMA Muhammadiyah 1 Surakarta. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan media audio visual
pada pembelajaran geografi kelas X semester satu tentang materi
kelayakan planet bumi bagi kehidupan di SMA Muhammadiyah 1
Surakarta. Metode yang digunakan adalah metode Eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil perhitungan Hipotesis
dengan T-Test for Equality of Means diperoleh nilai probabilitas kelas
eksperimen 1, 2, dan 3 masing-masing 0,010, 0,022, dan 0,022 dengan
taraf signifikan nilai alpha 0,05. Berdasarkan data tersebut, maka hipotesis
yang telah ditetapkan dinyatakan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual pada
pembelajaran geografi materi kelayakan planet bumi bagi kehidupan di
kelas X IIS SMA Muhammadiyah 1 Surakarta efektif digunakan.

B. Kerangka Berpikir

Pemanfaatan variasi media pembelajaran sangat diperlukan dalam proses


pembelajaran agar peserta didik tidak bosan dan jenuh dalam mengikuti
pembelajaran, terutama dalam pelajaran geografi. Dengan menggunakan varisi
media pembelajaran diharapkan peserta didik akan senang dan tertarik serta
termotivasi untuk belajar, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dan
31

hasil belajar yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar juga maksimal.
Penelitian ini diterapkan pada dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Untuk kelas kontrol media yang digunakan adalah gambar diam,
sedangkan kelas eksperimen media yang digunakan adalah media audiovisual
berupa video pembelajaran, dalam kegiatan pembelajaran juga menggunakan
bantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu mempermudah peserta didik
dalam belajar.
1. Video pembelajaran berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) berpengaruh
terhadap hasil belajar geografi peserta didik Kelas X SMA Islam 1 Surakarta
pada materi pokok Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan Perubahan
Lithosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media video pembelajaran
dan gambar diam. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh media video pembelajaran berbantuan Lembar Kerja
Siswa (LKS) terhadap hasil belajar geografi peserta didik Kelas X SMA Islam
1 Surakarta pada materi pokok Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan
Perubahan Lithosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
Ketepatan dalam pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran akan
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar geografi peserta didik. Selain
itu, pemanfaatan media juga sangat membantu peserta didik dan guru dalam
upaya tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan memanfaatkan media video
pembelajaran dan LKS yang akan membantu peserta didik untuk
meningkatkan kegiatan membaca dalam pembelajaran kelas X pada materi
pokok Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan Perubahan Lithosfer serta
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi diduga mempunyai pengaruh
terhadap hasil belajar geografi peserta didik karena materi tersebut
membutuhkan imajinasi yang tinggi dan ilustrasi agar membantu
mempermudah pemahaman peserta didik terhadap materi yang di dalamnya
memuat sebuah proses, kejadian atau fenomena yang tidak dapat diamati
secara langsung bahkan abstrak (misal : kejadian yang ada di dalam bumi) dan
32

tidak dapat dihadirkan secara langsung di dalam kelas karena adanya


keterbatasan ruang dan waktu. Setiap peserta didik mempunyai cara yang
berbeda dalam memahami materi, untuk itu dengan karakteristik video
pembelajaran yang mempunyai unsur audiovisual, akan membantu peserta
didik dalam memehami materi karena selain peserta didik dapat mengamati
juga dapat mendengar audio sehingga akan menimbulkan ketertarikan
tersendiri bagi peserta didik tersebut. Video pembelajaran dapat memuat/
menayangkan fenomena atau kejadian langka dan jarang terjadi serta dapat
mengatasi hambatan ruang, waktu, jumlah, dan jarak.
2. Motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar geografi peserta didik
Kelas X SMA Islam 1 Surakarta pada materi pokok Menganalisis Dinamika
dan Kecenderungan Perubahan Lithosfer serta Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi.
Motivasi belajar adalah dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga
peserta didik tertarik untuk melakukan dan terlibat dalam aktivitas belajar agar
memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pada materi pokok
Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan Perubahan Lithosfer serta
Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi ini, setiap peserta didik
mempunyai motivasi belajar yang berbeda-beda antara yang satu dan yang
lainnya, ada yang mempunyai motivasi tinggi sehingga mereka tertarik untuk
mengikuti pelajaran, antusias dalam kegiatan pembelajarn, serta bersungguh-
sungguh saat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya, berbeda
halnya dengan peserta didik yang mempunyai motivasi belajar rendah, mereka
cenderung tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan juga
enggan mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. Oleh karena
itu,perbedaan motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik diduga akan
berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran geografi.
Dengan adanya penelitian, maka dapat diketahui pengaruh motivasi
belajar terhadap hasil belajar geografi peserta didik Kelas X SMA Islam 1
Surakarta pada materi pokok Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan
Perubahan Lithosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
33

3. Ada pengaruh interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar


terhadap hasil belajar geografi peserta didik Kelas X SMA Islam 1 Surakarta
pada materi pokok Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan Perubahan
Lithosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
Hasil belajar geografi peserta didik dalam materi litosfer dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, baik dari dalam diri peserta didik itu sendiri
maupun dari luar diri peserta didik. Antara media pembelajaran dan motivasi
belajar merupakan dua faktor yang saling terkait dalam pencapaian hasil
belajar. Motivasi belajar merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta
didik, sedangkan media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik.
Dengan pemanfaatan media pembelajaran yang tepat akan meningkatkan
minat belajar peserta didik dan dengan motivasi belajar yang dimiliki peserta
didik diduga akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh peserta didik
tersebut. Dalam penelitian ini, tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh
interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar geografi
terhadap hasil belajar geografi peserta didik.
Dari uraian di atas, dapat digambarkan ilustrasi dari kerangka berpikir
untuk memperjelas hubungan media pembelajaran yang digunakan dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar geografi peserta didik.
34
Guru

KD. Litosfer

Materi yang Tidak Adanya


memuat proses, dapat keterbatasan
Video pembelajaran kejadian/fenomena dihadirkan ruang dan Motivasi Belajar
berbantuan LKS langka/jarang langsung di waktu Geografi
terjadi kelas

Video pembelajaran LKS Motivasi Tinggi Motivasi Rendah


Media pembelajaran
Menghadirkan obyek langka Membantu merupakan salah satu
meningkatkan faktor penyebab motivasi Sungguh-sungguh Jarang mengerjakan
Mengatasi hambatan waktu, minat membaca, belajar mengerjakan tugas tugas
tempat, jumlah, dan jarak berlatih
menyelesaikan Antusias dalam Tidak antusias
Interaksi Media belajar dalam belajar
Memberikan suasana permasalahan
Pembelajaran dengan
belajar yang santai dan
Motivasi Belajar Peduli dengan nilai Tidak peduli
menarik
yang diperoleh dengan nilai yang
diperoleh

Hasil Belajar
Geografi

Gambar 2 . Skema Kerangka Berpikir


35

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan Kerangka pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis


sebagai berikut :
1. Video pembelajaran berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) berpengaruh
terhadap hasil belajar geografi peserta didik Kelas X SMA Islam 1 Surakarta
pada materi pokok Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan Perubahan
Lithosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.
2. Motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar geografi peserta didik
Kelas X SMA Islam 1 Surakarta pada materi pokok Menganalisis Dinamika
dan Kecenderungan Perubahan Lithosfer serta Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi.
3. Ada pengaruh interaksi antara media pembelajaran dengan motivasi belajar
terhadap hasil belajar geografi peserta didik Kelas X SMA Islam 1 Surakarta
pada materi pokok Menganalisis Dinamika dan Kecenderungan Perubahan
Lithosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.

Anda mungkin juga menyukai