Anda di halaman 1dari 91

ANALISIS KONTRIBUSI, EFISIENSI DAN

EFEKTIVITAS, SERTA LAJU PERTUMBUHAN


RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA
Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Bantul Tahun 2003-2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh :
Yohanes Barbarigo Danu Kristiyono
NIM : 03 2114 013

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
iii
MOTTO dan PERSEMBAHAN

Akal dan perasaan adalah kemudi dan layar


bagi jiwa yang sedang mengarungi lautan kehidupan.
Jika kemudinya patah, akan tumbang dihempas gelombang.
Jika layarnya patah masih bisa mengambang
tapi diam membeku tanpa tujuan.

(Khalil Gibran)

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia.


Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya.

(Nidji)

Skripsi ini saya persembahkan untuk:


Tuhan Yesus Kristus, penentu jalan ku
Santo Yohanes, pelindungku
Ayah dan Ibuku tercinta
Keluarga besar ku
Maria Galuh, yang berasal dari rusuk kiriku
Almamater tercinta, USD

iv
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul

Analisis Kontribusi, Efisiensi dan Efektivitas, Serta Laju Pertumbuhan

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga (Studi Kasus pada Pemerintah

Kabupaten Bantul Tahun 2003–2007) dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 15

Desember 2008 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini
tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan
cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa
memberikan pengukuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan
saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menaylin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, November 2008


Yang membuat pernyataan,

Yohanes Barbarigo Danu Kristiyono

v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Yohanes Barbarigo Danu Kristiyono


Nomor Mahasiswa : 03 2114 013

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISIS KONTRIBUSI, EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS,


SERTA LAJU PERTUMBUHAN RETRIBUSI TEMPAT
REKREASI DAN OLAH RAGA
(Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Bantul Tahun 2003-2007)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-
ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 27 Februari 2009


Yang menyatakan

(Yohanes Barbarigo Danu Kristiyono)

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus. Atas rahmat

dan karuniaNya, penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis

Kontribusi, Efisiensi dan Efektivitas, Serta Laju Pertumbuhan Retribusi Tempat

Rekreasi dan Olah Raga. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memperolah

gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dorongan dalam penyelesaian skripsi

ini. Ucapan terima kasih ini penulis berikan kepada:

1. Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

2. Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si., Akt, selaku Ketua Program Studi

Akuntansi.

3. Firma Sulistiyowati, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan

sabar telah membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga

selesai.

4. M.Th. Ernawati, S.E., M.A., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

dan begitu teliti membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

vii
5. Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Bantul dan Kepala Dinas

Pendapatan Kabupaten Bantul yang telah memberikan ijin kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

6. Mas Karman yang telah membantu penulis dalam mencari dan

mengumpulkan data.

7. Ayah dan ibuku yang telah memberikan dukungan materi dan doa.

8. Olga, adikku tersayang yang telah memberikan semangat.

9. Yang tersayang Maria Galuh Parnita Sari, atas kasih sayang, perhatian,

dukungan, dan kesabarannya untuk mendengarkan segala keluh kesahku.

10. Bulek Nok dan Fr. Om yang selalu memberikan semangat untuk pantang

menyerah.

11. Om Anto, Tante Ida, Alm. Theo, dan Hanan, atas doanya.

12. Bulek Dewi dan Om Susti, atas perhatian dan komputernya.

13. Sahabat terbaikku (Toyo, Atik, Lina, Vero, dan Heru), atas canda tawa kalian.

14. Teman-teman MPT, atas masukan dan saran kalian.

15. Teman-teman kelas A Akuntansi 2003, atas keberasamaan kita selama kuliah.

16. Kampus USD, tempat aku menimba ilmu, mengembangkan diri, dan

menemukan cintaku.

17. Semua pihak yang tidak bisa penulis disebutkan satu per satu.

viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu,

penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan

penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 18 November 2008

Yohanes Barbarigo Danu Kristiyono

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

MOTTO dan PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

ABSTRAK ......................................................................................................... xvii

ABSTRACT ....................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

E. Sistematika Penulisan ............................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 8

A. Otonomi Daerah ........................................................................................ 8

x
B. Pendapatan Daerah .................................................................................... 10

C. Pendapatan Asli Daerah ............................................................................ 12

D. Retribusi Daerah ........................................................................................ 13

E. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga ............................................... 19

F. Analisis Kontribusi ................................................................................... 21

G. Efisiensi dan Efektivitas ............................................................................ 21

1. Efisiensi ................................................................................................. 21

2. Efektivitas ............................................................................................. 22

H. Laju Pertumbuhan ..................................................................................... 22

I. Review Penelitian Terdahulu .................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 25

A. Jenis Penelitian........................................................................................... 25

B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 25

C. Subyek dan Obyek Penelitian ................................................................... 25

D. Sumber Data .............................................................................................. 26

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 26

F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 27

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL ................................ 31

A. Sejarah Kabupaten Bantul ......................................................................... 31

B. Keadaan Geografis .................................................................................... 32

C. Karakteristik Wilayah ............................................................................... 33

D. Keadaan Penduduk .................................................................................... 34

xi
E. Sosial ......................................................................................................... 35

F. Tempat Wisata Kabupaten Bantul ............................................................ 35

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ............................................. 39

A. Deskripsi Data ........................................................................................... 39

B. Analisis Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Terhadap Retribusi Daerah ....................................................................... 40

C. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi

dan Olah Raga ........................................................................................... 43

D. Laju Pertumbuhan Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Kabupaten Bantul ...................................................................................... 54

BAB VI PENUTUP .............................................................................................. 58

A. Kesimpulan .............................................................................................. 58

B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 59

C. Saran ......................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

LAMPIRAN .......................................................................................................... 62

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Struktur dan Tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga ........... 19

Tabel 2.2. Perbedaan Kondisi Antara Perda Lama dengan Perda Baru............... 20

Tabel 3.1. Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga Terhadap

Retribusi Daerah ................................................................................. 28

Tabel 3.2. Analisis Efisiensi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga............ 29

Tabel 3.3. Analisis Efektivitas Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga......... 30

Tabel 4.1. Jumlah Desa, Pedukuhan, dan Luas Kecamatan di Kabupeten Bantul 32

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2005.............................. 34

Tabel 4.3. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Bantul................................. 35

Tabel 5.1. Data Target, Realisasi RTROR, dan Penerimaan Retribusi Daerah

Tahun 2003-2007 ................................................................................ 40

Tabel 5.2. Biaya Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Tahun 2003-2007 ................................................................................ 40

Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olah Raga Terhadap Retribusi Daerah Tahun 2003-2007.................. 42

Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Efisiensi Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olah Raga Tahun 2003-2007 .............................................................. 45

xiii
Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Efektivitas Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi

dan Olah Raga Tahun 2003-2007 ....................................................... 50

Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Laju Pertumbuhan Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olah Raga Tahun 2003-2007 ............................................................. 55

xiv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 5.1. Grafik Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Terhadap Retribusi Daerah Tahun 2003-2007 ................................ 42

Gambar 5.2. Grafik Efisiensi Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olah Raga Tahun 2003-2007 .......................................................... 48

Gambar 5.3. Grafik Efektivitas Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olah Raga Tahun 2003-2007 .......................................................... 52

Gambar 5.4. Grafik Laju Pertumbuhan Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olah Raga Tahun 2003-2007 .......................................................... 57

xv
ABSTRAK

ANALISIS KONTRIBUSI, EFISIENSI DAN


EFEKTIVITAS, SERTA LAJU PERTUMBUHAN
RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAH RAGA
Studi Kasus pada Pemerintah Kabupaten Bantul Tahun 2003-2007

Yohanes Barbarigo Danu Kristiyono


NIM: 03 2114 013
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui (1) Kontribusi Retribusi Tempat


Rekreasi dan Olah Raga terhadap Retribusi Daerah tahun 2003 sampai dengan 2007,
(2) Tingkat efisiensi dan efektivitas Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga tahun
2003 sampai dengan 2007, (3) Laju pertumbuhan Retribusi Tempat Rekreasi dan
Olah Raga selama tahun 2003 sampai dengan 2007.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data diperoleh dengan cara wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analasis data
kuantitatif dan teknik analasis data kualitatif.
Hasil analisi data menunjukkan (1) Kontribusi retribusi tempat rekreasi dan
olah raga terhadap Retribusi Daerah Kabupaten Bantul pada tahun 2003 sebesar
12,83%, tahun 2004 sebesar 11,86%, tahun 2005 sebesar 9,54%, tahun 2006 sebesar
6,15%, dan tahun 2007 sebesar 5,24%; (2) Efisiensi penerimaan retribusi tempat
rekreasi dan olah raga di Kabupaten Bantul dari tahun 2003 sampai 2007 mencapai
rata-rata sebesar 15,1% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah
raga di Kabupaten Bantul efisien sedangkan efektivitas penerimaan retribusi tempat
rekreasi dan olah raga di Kabupaten Bantul mencapai rata-rata sebesar 92,23% yang
berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tidak efektif; (3) Laju
pertumbuhan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kabupaten Bantul
tahun 2003 sampai dengan 2004 mengalami penurunan sebesar 4,55%, tahun 2004
sampai dengan 2005 mengalami peningkatan sebesar 0,36%, tahun 2005 sampai
dengan 2006 justru mengalami penurunan sebesar 39,22%, tahun 2006 sampai
dengan 2007 kembali mengalami kenaikan sebesar 16,76%.

xvi
ABSTRACT

AN ANALISYS ON CONTRIBUTION, EFFICIENCY AND EFFECTIVENESS,


AND ALSO GROWTH RETRIBUTION ON
RECREATION AND SPORT CENTER
A Case Study at Bantul Regency Government in 2003-2007

Yohanes Barbarigo Danu Kristiyono


Student Number: 03 2114 013
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2009

The aims of this paper were to know (1) the contribution of the recreation and
sports center’s retribution toward regional retribution in 2003 to 2007, (2) the level of
efficiency and effectiveness of recreation and sports center in 2003 to 2007, (3) the
growth of retribution in recreation and sports center in 2003 to 2007.
The type of this research was case study. All data were obtained by interview
and documentation. The techniques used in analyzing data were quantitative and
qualitative data analysis techniques.

The results of data analysis showed (1) the contribution of recreation and
sports center’s retribution in Bantul in 2003 was 12,83%, 2004 was 11.86%, 2005
was 9,54%, 2006 was 6,15%, and 2007 was 5,24%; (2) the efficiency of retribution
income of recreation and sports center in Bantul region in 2003 to 2007 was 15,1% in
average, which meant that the retribution income from the recreation and sports
center was efficient, while the effectiveness of the retribution income was 92,23% in
average, which meant that the retribution received from the recreation and sports
center was not effective. (3) The growth of retribution income from recreation and
sports center in Bantul in 2003 to 2004 decreased by 4, 55%, from 2004 to 2005
increased by 0, 36%, 2005 to 2006 decreased by 39,22%, 2006 to 2007 increased
again by 16,76%

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak dimulainya otonomi daerah di Indonesia tahun 2001, setiap daerah

di Indonesia diberi kewenangan dalam mengatur rumah tangganya sendiri

termasuk bagaimana cara setiap daerah memenuhi penerimaan daerahnya. Daerah

dipacu untuk mampu memenuhi penerimaan daerah yang dapat mendukung

pengeluaran daerah.

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa

salah satu sumber penerimaan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

PAD meliputi pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD dan lainnya

yang termasuk dalam pendapatan asli daerah yang dihasilkan oleh daerah yang

bersangkutan dan merupakan pendapatan yang sah. Selain pajak daerah, retribusi

daerah juga memiliki potensi untuk memenuhi penerimaan daerah. Banyak daerah

memenuhi pendapatan daerahnya melalui pemungutan retribusi. Retribusi daerah

merupakan penerimaan yang berasal dari sumber-sumber dalam wilayah daerah

itu sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah dan perundang-undangan

yang berlaku. Retribusi daerah diatur dalam Peraturan Daerah masing- masing

yang kemudian sering disebut Perda.

1
2

Banyak daerah di Indonesia yang menjadikan pariwisata sebagai salah

satu tulang punggung penerimaan PAD pada era otonomi daerah. Dengan

berkembangnya pariwisata akan mendukung pendapatan dari berbagai sisi mulai

dari retribusi masuk obyek wisata, pajak hotel dan restoran, perijinan usaha

pariwisata, juga mampu menyerap tenaga kerja.

Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu daerah istimewa di

Indonesia sekaligus sebagai kota wisata mempunyai begitu banyak tempat wisata

yang tersebar di berbagai kabupaten yang ada. Salah satu kabupaten di Daerah

Istimewa Yogyakarta yang memiliki potensi wisata cukup berlimpah dan

bervariasi adalah Kabupaten Bantul.

Kabupaten Bantul memiliki berbagai obyek wisata yang menarik baik

wisata alam, obyek wisata buatan maupun petilasan bersejarah. Selain memiliki

pemandangan alam yang menawan, banyak obyek wisata yang memiliki nilai

spiritual dan mitos bagi masyarakat Jawa. Tempat wisata di Kabupaten Bantul

yang masih jadi favorit bagi wisatawan adalah pantai.

Pemerintah Kabupaten Bantul mewajibkan setiap pengunjung tempat

wisata untuk membayar tanda masuk berupa retribusi. Besarnya tarif retribusi

yang harus dibayarkan diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2000

yang telah diperbaharui dalam Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2003 tentang

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, Retribusi Tempat Rekreasi dan
3

Olah Raga masuk dalam jenis Retribusi Jasa Usaha. Pelayanan tempat rekreasi

dan olah raga adalah pemberian jasa penggunaan tempat rekreasi, pariwisata, dan

olah raga yang dimiliki dan atau dikelola oleh pemerintah daerah (Siahaan, 2006:

444). Setiap pengunjung yang datang akan dikenakan retribusi tempat rekreasi

dan olah raga dalam bentuk karcis masuk sebagaimana telah diatur dalam Perda

Nomor 07 Tahun 2003. Hanya saja besarnya memiliki perbedaan yang cukup

terasa antara tempat wisata yang satu dengan tempat wisata lainnya. Perbedaan

itu, salah satunya terjadi karena ada sebagian tempat wisata yang pengelolaannya

sudah optimal tetapi ada juga yang pengelolaannya kurang optimal. Untuk itu

perlu kesadaran para pengunjung untuk membayar retribusi sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian pengelola dapat meningkatkan

sarana dan prasarana yang mendukung.

Seperti yang telah dituliskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66

Tahun 2001 pasal 3 ayat 2, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga termasuk

dalam bagian Retribusi Jasa Usaha. Retribusi Jasa Usaha sendiri masuk dalam

golongan Retribusi Daerah. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga tersebut

tentunya akan memberikan kontribusi terhadap Retribusi Daerah. Besar kecilnya

kontribusi yang diberikan oleh Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga akan

mempengaruhi Retribusi Daerah. Oleh karena itu, untuk memberikan peningkatan

penerimaan dari Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga yang akan menunjang

Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah Bantul perlu memperhatikan efisiensi dan

efektivitas dari pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga tersebut.
4

Dengan demikian diharapkan penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

Raga bisa optimal. Menurut Halim (2004; 134-135) efisiensi menggambarkan

perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima sedangkan efektivitas

menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan Retribusi

Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan.

Pengelolaan yang optimal bisa memberikan daya tarik yang lebih bagi

wisatawan karena tidak hanya obyek wisata itu sendiri yang ditawarkan tetapi

juga adanya fasilitas lain. Penulis melihat bahwa Kabupaten Bantul memiliki

sektor pariwisata yang cukup bagus. Pengelolaan yang optimal tentunya akan

meningkatkan daya saing antar tempat wisata sehingga kepariwisataan pun bisa

menjadi lebih hidup. Dengan demikian diharapkan laju pertumbuhan penerimaan

Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga selama beberapa periode mengalami

peningkatan juga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Berapa kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga terhadap

Retribusi Daerah tahun 2003 sampai dengan 2007?

2. Bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olah Raga tahun 2003 sampai dengan 2007?


5

3. Seberapa besar laju pertumbuhan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

selama tahun 2003 sampai dengan 2007?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

terhadap Retribusi Daerah tahun 2003 sampai dengan 2007.

2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas Retribusi Tempat Rekreasi

dan Olah Raga tahun 2003 sampai dengan 2007.

3. Untuk mengetahui laju pertumbuhan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

Raga selama tahun 2003 sampai dengan 2007.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Penelitian ini bisa menambah wawasan penulis sekaligus sebagai sarana untuk

memperdalam dan menerapkan teori yang diperoleh ke dalam praktek yang

sesungguhnya.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan

referensi perpustakaan yang dapat digunakan untuk penulisan selanjutnya.


6

3. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah untuk

mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi penerimaan retribusi tempat

rekreasi dan olah raga sehingga bisa digunakan dalam pengambilan

keputusan.

E. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Dalam bab ini diuraikan tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini

yaitu mengenai otonomi daerah, pendapatan daerah, pendapatan asli

daerah, retribusi daerah, retribusi tempat rekreasi dan olah raga, analisis

kontribusi, efektivitas dan efisiensi, serta laju pertumbuhan.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, subyek dan obyek penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Gambaran Umum Pemerintahan

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum pemerintah Kabupaten

Bantul.
7

Bab V Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini berisikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,

terdiri dari analisis data dan pembahasan untuk masing-masing

permasalahan yang telah dirumuskan dalam bab I.

Bab VI Penutup

Dalam bab ini penulis menyajikan kesimpulan dari analisis data dan

saran berdasarkan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, otonomi daerah

dijabarkan sebagai berikut:

”Otonomi daerah adalah kewenangan yang diberikan kepada daerah


otonom untuk mengatur daerahnya sendiri dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku”.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah

hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Kedua Undang-Undang tersebut juga memberikan penjabaran tentang

daerah otonom. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999:

“Daerah otonom merupakan kesatuan masyarakat hukum yang


mempunyai batasan wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, daerah

otonom adalah:

”Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang


berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

8
9

Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek

demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi dan keragaman.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas dan bertanggung

jawab.

c. Pelaksanaan otonomi yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten

dan daerah kota, sedang otonomi daerah propinsi merupakan otonomi yang

terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi negara sehingga

tetap terjamin hubungan yang serasi antara pusat dan daerah, serta antar

daerah.

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah

otonom dan karenanya dalam daerah kabupaten dan daerah kota tidak ada lagi

wilayah administratif.

f. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh pemerintah

atau pihak lain, seperti badan otorita, kawasan industri, kawasan perumahan,

kawasan pertambangan, kawasan kehutanan, kawasan perkotaan baru,

kawasan pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan daerah otonom.

g. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi

badan legislatif daerah, baik sebagai fungsi legislatif, fungsi pengawasan

maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan pemerintah daerah.


10

h. Pelaksanaan asas desentralisasi diletakkan pada daerah propinsi dalam

kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan

pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil

pemerintah.

i. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya dari

pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa

yang disertai dengan pembiayaan sarana dan prasarana, serta sumber daya

manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban

kepada yang menugaskan.

B. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,

yaitu semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004, menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan daerah terdiri dari :

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang

dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD,

pendapatan lain-lain yang sah.


11

2. Dana Perimbangan

Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan ke daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam

pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan meliputi:

a. Dana Bagi Hasil

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka prosentase untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

b. Dana Alokasi Umum

Dana alokasi umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk mendanai daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

c. Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai

dengan prioritas nasional khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana

dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar

tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan.

3. Pinjaman Daerah

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah

menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga
12

daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk

kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam perdagangan.

4. Lain-Lain Pendapatan Yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah adalah antara lain hibah atau penerimaan dari

daerah propinsi / daerah kabupaten / kota lainnya, dan penerimaan lain sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

C. Pendapatan Asli Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 18, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan

daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 6 ayat 1 adalah:

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Hasil penglolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain PAD yang sah, meliputi:

1) hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

2) jasa giro

3) pendapatan bunga

4) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing


13

5) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang/atau jasa oleh daerah

Pendapatan Asli Daerah diharapkan dapat menjadi sumber utama dalam

membiayai urusan rumah tangga daerah. Semakin banyak kegiatan daerah yang

dibiayai oleh Pendapatan Asli Daerah, berarti semakin tinggi kualitas otonomi

daerah sehingga akan memperkuat posisi keuangan daerah.

D. Retribusi Daerah

1. Pengertian Retribusi Daerah

Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Pengertian retribusi daerah adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.

Menurut Siahaan (2006: 5), retribusi daerah adalah pembayaran wajib

dari penduduk karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi

penduduknya secara perseorangan.

2. Objek Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pasal 18 ayat 1 menentukan

bahwa objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh
14

pemerintah daerah. Jasa tertentu tersebut dikelompokkan dalam tiga jenis,

yaitu:

a. Jasa Umum

Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah

daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat

dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa umum meliputi pelayanan

kesehatan dan pelayanan persampahan.

b. Jasa Usaha

Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan

menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula

disediakan oleh swasta.

c. Perizinan tertentu

Perizinan tertentu yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka

pemberian izin kepada orang pribadi/badan dengan maksud untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan,

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

menjaga kelestarian lingkungan.

Jasa yang menjadi obyek retribusi hanyalah jasa yang diselenggarakan

oleh pemerintah daerah secara langsung. Jasa yang telah dikelola secara

khusus oleh suatu BUMD tidak merupakan obyek retribusi tetapi sebagai
15

penerimaan BUMD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Siahaan, 2006: 437).

3. Golongan Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 pasal 18 ayat 2 membagi

retribusi daerah dalam tiga golongan, yaitu:

a. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 pasal 2 ayat 2,

retribusi jasa umum dikelompokkan sebagai berikut:

1). Retribusi Pelayanan Kesehatan

2). Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

3). Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta

Catatan Sipil

4). Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

5). Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

6). Retribusi Pelayanan Pasar

7). Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

8). Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

9). Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta


16

10). Retribusi Pengujian Kapal Perikanan

Subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayangan jasa umum yang bersangkutan.

Subjek retribusi jasa umum dapat ditetapkan menjadi wajib retribusi jasa

umum, yaitu orang pribadi atau badan yang diwajibkan untuk melakukan

pembayaran retribusi jasa umum.

b. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh

pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena

pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 pasal 3 ayat 2, retribusi jasa

usaha dikelompokkan sebagai berikut:

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

2) Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan

3) Retribusi Tempat Pelelangan

4) Retribusi Terminal

5) Retribusi Tempat Khusus Parkir

6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

7) Retribusi Penyedotan Kakus

8) Retribusi Rumah Potong Hewan

9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal


17

10) Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olahraga

11) Retribusi Penyeberangan di Atas Air

12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair

13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Subjek retribusi jasa usaha adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/menikmati pelayangan jasa usaha yang bersangkutan.

Subjek ini dapat merupakan wajib retribusi jasa usaha.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu

pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau

badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunan sumber daya

alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi

kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 pasal 4 ayat 2, retribusi perizinan

tertentu dikelompokkan sebagai berikut:

1) Retribusi izin mendirikan bangunan

2) Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol

3) Retribusi izin gangguan

4) Retribusi izin trayek


18

Subjek retribusi perizinan tertentu adalah orang pribadi atau badan

yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Subjek ini dapat

merupakan wajib retribusi jasa perizinan tertentu.

4. Ciri-ciri retribusi daerah

Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di

Indonesia adalah sebagai berikut (Siahaan, 2005:7):

a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan Undang-

Undang dan Peraturan Daerah yang berkenan.

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.

c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas jasa)

secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang

dilakukannya.

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah

daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.

Sanksi yang dikenakan pada retribusi daerah adalah sanksi secara

ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.


19

E. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Obyek wisata adalah keadaan alam yang mempunyai daya tarik dan

dikelola sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan. Untuk retribusi obyek wisata

diatur sendiri oleh daerah yang tertuang dalam peraturan daerah (Perda). Perda

Kabupaten Bantul yang mengatur retribusi obyek wisata adalah Perda No. 6

Tahun 2000 yang telah diubah dalam Perda No. 7 Tahun 2003. Retribusi obyek

wisata dikenakan oleh orang atau badan yang telah menggunakan jasa obyek

wisata.

Berikut ini adalah tabel struktur dan tarif retribusi berdasarkan Perda

Nomor 7 tahun 2003.

Tabel 2.1. Struktur dan Tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
KELOMPOK JENIS SATUAN GOLONGAN TARIF
OBYEK TARIF TARIF (Rp)
TEMPAT Taman Sekali Pengunjung 2.000
REKREASI Rekreasi masuk Dokar/andong 200
DAN OLAH Tirtotaman Kendaraan roda 2 300
RAGA sari Kendaraan roda 4 500
Kendaraan roda 6 1.500

TEMPAT Pantai Sekali Pengunjung 1.500


PARIWISATA Parangtritis masuk Dokar/andong 200
Kendaraan roda 2 300
Kendaraan roda 4 500
Kendaraan roda 6 1.500
Pantai Samas Sekali Pengunjung 1.000
masuk Dokar/andong 2.000
Kendaraan roda 2 3.000
Kendaraan roda 4 500
Kendaraan roda 6 1.500
20

Pantai Sekali Pengunjung 750


Pandansimo masuk Dokar/andong 200
Kendaraan roda 2 300
Kendaraan roda 4 500
Kendaraan roda 6 1.500

Goa Selarong Sekali Pengunjung 750


masuk Dokar/andong 200
Kendaraan roda 2 300
Kendaraan roda 4 500
Kendaraan roda 6 1.500
Goa Cermai Sekali Pengunjung 750
masuk Dokar/andong 200
Kendaraan roda 2 300
Kendaraan roda 4 500
Kendaraan roda 6 1.500

Sumber : Perda Kabupaten Bantul No. 7 Tahun 2003

Perbedaan kondisi antara Perda lama dengan Perda baru adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2. Perbedaan Kondisi antara Perda Lama dengan Perda Baru
Komponen Perda No. 6 Tahun 2000 Perda No. 7 Tahun 2003
Pembeda
Retribusi Hanya dikenakan kepada Dikenakan kepada pengunjung,
pengunjung saja. kendaraan, dan pemakaian
fasilitas.
Retribusi parkir Dipungut di TPR bersamaan Tidak dipungut di TPR,
dengan penarikan retribusi melainkan di lokasi parkir
masuk. kendaraan.
Banyaknya Dua kali penarikan yang Satu kali penarikan di lokasi
penarikan biaya dilakukan oleh pemerintah dan parkir
parkir pengelola setempat.
21

Biaya parkir Biaya parkir ditarik untuk Tidak ada istilah biaya parkir
pengadaan/pemeliharaan/penge
lolaan sarana parkir

Bea masuk Tidak ada istilah bea masuk Bea masuk kendaraan ditarik
kendaraan kendaraan. untuk pembiayaan
pengadaan/perbaikan/pemelihara
an/pengelolaan fasilitas jalan
lingkungan obyek wisata.
Sumber: Perda Kabupaten Bantul No. 6 Tahun 2000

F. Analisis Kontribusi

Kontribusi adalah iuran/sumbangan/sesuatu yang diberikan bersama-sama

dengan pihak lain untuk tujuan tertentu. Analisis kontribusi digunakan untuk

mengetahui tingkat kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga terhadap

Retribusi Daerah. Analisis ini menunjukkan besarnya sumbangan Retribusi

Tempat Rekreasi dan Olah Raga terhadap Retribusi Daerah. Analisis ini dihitung

dengan cara membandingkan penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

Raga dengan penerimaan Retribusi Daerah.

G. Efisiensi dan Efektivitas

1. Efisiensi

Efisiensi menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang

diterima (Halim, 2004: 134). Dalam hal ini, efisiensi berarti perbandingan
22

antara biaya yang digunakan untuk memungut retribusi tempat rekreasi dan

olah raga dengan realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga.

Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga akan semakin efisien

jika diperoleh rasio efisiensi kurang dari 100%, sehingga semakin kecil rasio

efisiensi berarti kinerja pemerintah semakin baik (Halim, 2004:134).

2. Efektivitas

Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam

merealisasikan Retribusi Daerah yang direncanakan dibandingkan dengan

target yang ditetapkan (Halim, 2004: 135).

Dalam hal ini, efektivitas adalah seberapa besar tingkat pencapaian

realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap target

yang ditetapkan pada tahun tertentu.

Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga akan semakin efektif

jika diperoleh rasio efektivitas lebih dari 100%. Rasio efektivitas yang tinggi

menggambarkan kemampuan daerah semakin baik (Halim, 2004:135).

H. Laju Pertumbuhan

Laju pertumbuhan penerimaan Retribusi Tempat Rekerasi dan Olah Raga

digunakan untuk mengetahui kinerja pemerintah daerah dalam tahun anggaran

atau selama beberapa periode. Jika pertumbuhan penerimaan Retribusi Tempat

Rekerasi dan Olah Raga positif berarti kinerja pemerintah daerah meningkat.
23

Sedangkan jika pertumbuhan penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

Raga negatif berarti terjadi penurunan kinerja.

I. Review Penelitian Terdahulu

Soeratno dan Soedarto (2000) meneliti tentang Candi Borobudur sebagai

salah satu sumber pendapatan daerah Kabupaten Magelang. Dari penelitian

tersebut didapatkan bahwa obyek pendapatan dari Taman Wisata Candi

Borobudur terdiri dari penjualan karcis tanda masuk, parkir kendaraan serta sewa

kios souvenir dan rumah makan. Secara umum jumlah pengunjung Taman Wisata

Candi Borobudur mengalami peningkatan rata-rata 3 % per tahun.

Obyek pendapatan dari kendaraan yang diparkir sebagian besar merupakan

jenis kendaraan sedan yaitu 35%, kendaraan bus sebesar 8%, kendaraan sepeda

motor sebesar 6%, jenis kendaraan sepeda sebesar 1%. Pengelola Candi

Borobudur menetapkan uang sewa untuk kios souvenir dan rumah makan per

tahun sebesar Rp 45.000 dan Rp 40.000. Pendapatan tersebut tidak semuanya

tidak semuanya menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Bagian yang menjadi pendapatan daerah hanya sebesar 6% dari penjualan

karcis tanda masuk. Elastisitas setoran dari wisata candi Borobudur selama

periode 1990-1997 rata-rata sebesar 2, yang berarti apabila setoran tersebut naik

1% maka PAD kabupaten Magelang naik sebesar 2%.

Mohammad Rif’an, Abdul Fatah, dan Tri Pungkas (2003) meneliti tentang

pengembangan obyek wisata dalam meningkatkan PAD Kabupaten Lamongan.


24

Obyek wisata yang diteliti adalah Gua Istana Maharani, Tanjung Kodok, dan

Waduk Gondang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode observasi

langsung.

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun

pengunjung yang mendatangi obyek wisata tersebut memperlihatkan tren

meningkat. Tahun 1996/1997 jumlah pengunjung mencapai 372.350, kemudian

pada tahun 2000/2001 jumlah pengunjung mencapai 472.725. Dari segi

pendapatan yang diperoleh melalui retribusi juga mengalami peningkatan. Pada

1996/1997 retribusi sebesar 337.847.300, kemudian tahun 2001 retribusi yang

diperoleh sebesar 762.847.400. Jumlah tersebut memperbesar PAD Kabupaten

Lamongan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah studi kasus. Studi

kasus merupakan penelitian terhadap objek tertentu sehingga kesimpulan yang

diambil berdasarkan penelitian ini hanya terbatas pada objek yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten

Bantul dan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul pada Bulan Juni 2008.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

a. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah orang-orang yang berhubungan dengan obyek

penelitian atau mereka yang memberikan informasi tentang obyek

penelitian. Sehubungan dengan hal itu maka subyek dalam penelitian ini

yaitu kepala dan staf Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bantul dan

Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.

b. Obyek penelitian

Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok penelitian. Adapun

yang menjadi obyek dalam penelitian adalah retribusi tempat rekreasi dan

25
26

olah raga, data Pendapatan Asli Daerah, dan data penerimaan Retribusi

Daerah.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

yaitu data yang dibuat oleh pihak tertentu untuk tujuan tertentu tetapi dapat

dimanfaatkan oleh pihak lain dalam penelitiannya.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

1. Gambaran umum Pemerintahan Kabupaten Bantul

2. Data Pendapatan Asli Daerah.

3. Data Retribusi Daerah.

4. Data Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan :

a. Wawancara

Wawancara yaitu tanya jawab secara sistematis dengan pihak berwenang

untuk mengetahui dan mendapatkan data yang diperlukan.

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan mempelajari buku-buku

catatan dan arsip-arsip pemerintah daerah yang dibuat pada masa lalu

dan berkaitan dengan masalah yang ditelaah.


27

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam rumusan

masalah, maka digunakan beberapa teknik analisis data yaitu teknik analisis

data kuantitatif dan teknik analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif

digunakan untuk mengetahui kontribusi, efisiensi dan efektivitas, serta laju

pertumbuhan retribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap retribusi daerah

di Kabupaten Bantul tahun 2003-2007. Sedangkan analisis data kualitatif

digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dan

efektivitas pemungutan retribusi daerah di Kabupaten Bantul tahun 2003-

2007.

a. Permasalahan pertama

Untuk menjawab permasalahan pertama digunakan analisis

kontribusi. Retribusi tempat rekreasi dan olah raga merupakan salah satu

komponen dari retribusi daerah kota Yogyakarta, dimana retribusi daerah

merupakan salah satu sumber dari pendapatan asli daerah yang potensial.

Penerimaan Re tribusi TROR


Kontribusi = x 100%
Penerimaan Re tribusi Daerah

Keterangan :

TROR = Tempat Rekreasi dan Olah Raga


28

Tabel 3.1. Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga


Terhadap Retribusi Daerah
Tahun Penerimaan Penerimaan Kontribusi
Anggaran Retribusi Tempat Retribusi Daerah (%)
Rekreasi dan
Olah Raga

b. Permasalahan kedua

Untuk menjawab permasalahan kedua digunakan analisis efisiensi

dan efektivitas. Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat

efektivitas dan efisiensi dari penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga di Kabupaten Bantul selama periode 2003-2007, dengan

menggunakan langkah- langkah :

1) Efisiensi

(a) Mengambil data biaya pemungutan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

(b) Mengambil data realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

(c) Memasukkan kedua data tersebut ke dalam rumus:

Biaya Pemungu tan Re tribusi TROR


Efisiensi = x 100%
Re alisasi Penerimaan Re tribusi TROR

Keterangan:

TROR = Tempat Rekreasi dan Olah Raga


29

(d) Perhitungan analisis efisiensi retribusi tempat rekreasi dan olah

raga dicantumkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.2. Analisis Efisiensi Retribusi Tempat Tekreasi dan


Olah Raga
Tahun Biaya Realisasi Tingkat
Anggaran Pemungutan Penerimaan Efisiensi (%)
Retribusi Retribusi
Tempat Tempat
Rekreasi dan Rekreasi dan
Olah Raga Olah Raga

Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga dikategorikan

efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 atau dibawah

100% (Semakin kecil rasio ini maka semakin baik).

2) Efektivitas

(a) Mengambil data realisasi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

(b) Mengambil data target penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.

(c) Memasukkan kedua data tersebut ke dalam rumus:

Re alisasi Penerimaan Re tribusi TROR


Efektivitas = x 100%
T arg et Re tribusi TROR

Keterangan:

TROR = Tempat Rekreasi dan Olah Raga


30

(d) Perhitungan analisis efektivitas penerimaan retribusi tempat

rekreasi dan olah raga dicantumkan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 3.3. Analisis Efektivitas Retribusi Tempat Rekreasi dan


Olah Raga
Tahun Realisasi Target Tingkat
Anggaran Penerimaan Retribusi Efektivitas
Retribusi Tempat (%)
Tempat Rekreasi dan
Rekreasi dan Olah Raga
Olah Raga

Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga dikategorikan

efektif apabila rasio ini mencapai minimal 1 atau 100%.

c. Permasalahan ketiga

Untuk menghitung laju pertumbuhan Retribusi Tempat Rekreasi

dan Olah Raga rumus sebagai berikut:

X t − X ( t −1)
Gt = x 100%
X ( t −1)

Keterangan :

Gt : Laju Pertumbuhan pertahun

Xt : Realisasi Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

Raga tahun tertentu

X(t-1) : Realisasi Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

Raga tahun sebelumnya


BAB IV

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANTUL

A. Sejarah Kabupaten Bantul

Proses pembentukan KabupatenBantul tak lepas dari perjuangan Pangeran

Diponegoro. Saat itu Pangeran Diponegoro menggunakan Goa Selarong sebagai

markas dalam melawan Belanda. Setahun setelah perang selesai tepatnya pada

tanggal 26 dan 31 Maret 1831 diadakan pembagian wilayah. Wilayah tersebut

dibagi menjadi Kabupaten Bantul Karang, Kabupaten Denggung, dan Kabupaten

Kalasan. Perubahan nama Bantulkarang menjadi Bantul dilakukan pada tanggal

20 Juli 1831 (dalam penanggalan Jawa jatuh pada tanggal 10 Syafar tahun Dal)

yang diresmikan oleh Sultan Hamengkubowono V. Sejak itulah hari jadi

Kabupaten Bantul diperingati setiap tanggal 20 Juli.

Secara administratif Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan yang

dibagi menjadi 75 desa dan 933 pedukuhan. Desa-desa tersebut masih dibagi lagi

berdasarkan statusnya menjadi desa pedesaan (rural urban) dan desa perkotaan

(urban area). Secara umum jumlah desa yang termasuk dalam wilayah perkotaan

sebanyak 41 desa, sedangkan yang termasuk kawasan pedesaan 34 desa.

Sampai saat ini, Bantul sudah dipimpin oleh 25 bupati. Bupati saat ini

adalah Drs. H. M. Idham Samawi yang mulai menjabat sebagai Bupati Bantul

sejak tahun 1999.

31
32

Tabel 4.1. Jumlah Desa, Pedukuhan, dan Luas Kecamatan di Kabupaten


Bantul

No Kecamatan Jumlah Jumlah Luas (km2)


Desa Pedukuhan
1 Srandakan 2 43 18,32
2 Sanden 4 62 23,16
3 Kretek 5 52 26,77
4 Pundong 3 49 24,30
5 Bambanglipuro 3 45 22,70
6 Pandak 4 49 24,30
7 Pajangan 3 55 33,25
8 Bantul 5 50 21,95
9 Jetis 4 64 21,47
10 Imogiri 8 72 54,49
11 Dlingo 6 58 55,87
12 Banguntapan 8 57 28,48
13 Pleret 5 47 22,97
14 Piyungan 3 60 32,54
15 Sewon 4 63 27,16
16 Kasihan 4 53 32,38
17 Sedayu 4 54 34,36
Jumlah 75 933 506,85
Sumber: Bagian Tata Pemerintahan Setkab Bantul.

B. Keadaan Geografis

Secara goegrafis Kabupaten Bantul terletak antara 070 44’ 04” – 080 00’ 27”

Lintang Selatan dan 1100 12’ 34” – 1100 31’ 08” Bujur Timur. Luas wilayah

Kabupaten Bantul adalah 506,85 Km2. Batas wilayah Kabupaten Bantul adalah

sebagai berikut:
33

Sebelah Utara : Kota Yogya dan Kabupaten Sleman

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Sebelah Timur : Kabupaten Gunung Kidul

Sebelah Barat : Kabupaten Kulon Progo

C. Karakteristik Wilayah

Wilayah Kabupaten Bantul pada umumya berupa daratan dengan

penyebaran di wilayah Selatan, Tengah, dan Utara dari Kabupaten Bantul dengan

luas sebesar 31.421 Ha. Untuk wilayah Timur dan Barat pada umumnya berupa

daerah yang mempunya kemiringan 2,1% sampai 40,0% dengan luas sebesar

15.148 Ha. Sebagian kecil wilayah Timur dan Barat seluas 4.011 Ha mempunya

kemiringan lereng diatas 40,1%. Wilayah kecamatan yang mempunyai lahan

miring adalah Kecamatan Dlingo dan Kecamatan Imogiri. Sedangkan wilayah

Kecamatan Sewon dan Kecamatan Banguntapan di dominasi lahan datar.

Pada umumnya Bantul terdiri dari 3 lingkungan yakni dataran rendah,

perbukitan dan pantai. Di bagian tengah merupakan dataran rendah, sedangkan di

bagian Barat dan Timur merupakan daerah perbukitan dan gamping. Untuk

daerah pantai terhampar di bagian Selatan. Kombinasi demikian membuat alam

Bantul memiliki panorama indah dengan suhu berkisar antara 20-340 C.


34

D. Keadaan Penduduk

Pada tahun 2005, jumlah penduduk Bantuk sejumlah 816.047 jiwa dengan

jumlah wanita sebesar 414.328 jiwa dan laki-laki sebesar 401.719 jiwa. Secara

rinci jumlah penduduk Bantul tahun 2005 tampak dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul Tahun 2005


No Kecamatan Pria Wanita Jumlah
1. Srandakan 20,695 22,119 42,814
2. Sanden 39,869 40,810 80,679
3. Kretek 29,093 30,332 59,425
4. Pundong 18,126 19,153 37,279
5. Bambanglipuro 27,738 29,351 57,089
6. Pandak 27,835 28,483 56,318
7. Bantul 39,816 39,930 79,746
8. Jetis 15,110 16,266 31,376
9. Imogiri 14,898 15,691 30,589
10. Dlingo 24,150 24,744 48,894
11. Pleret 18,805 19,429 38,234
12. Piyungan 16,949 17,087 34,036
13. Banguntapan 15,796 16,844 32,640
14. Sewon 16,605 17,599 34,204
15. Kasihan 22,012 22,944 44,956
16. Pajangan 39,149 37,721 76,870
17. Sedayu 15,073 15,825 30,898
Jumlah 401,719 414,328
Sumber: BPS dan Bagian Tata Pemerintahan.
35

E. Sosial
Kebanyakan mata pencaharian penduduk Bantul adalah petani. Tahun 2004,

petani di Bantul sejumlah 25,56%. Jumlah tersebut bisa saja bertambah

mengingat sulitnya mendapatkan pekerjaan atau bahkan berkurang karena alih

fungsi lahan. Penduduk yang bekerja dalam perdagangan sebesar 21,16%, di

industri sebesar 18,95% dan di bidang jasa sebesar 16,89%. Berikut ini tabel

mengenai matapancaharian penduduk Bantul:

Tabel 4.3. Mata Pencaharian Penduduk Kabupaten Bantul


No Mata Pencaharian Jumlah (%)
1 Pertanian 25,56
2 Pertambangan dan penggalian 1,98
3 Industri 18,95
4 Listrik, gas, dan air 0,07
5 Konstruksi 8,88
6 Perdagangan 21,16
7 Komunikasi/transportasi 4,64
8 Keuangan 1,61
9 Jasa 16,89
10 Lainnya 0,27
Jumlah 100,00

F. Tempat Wisata Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul sudah dikenal sebagai tempat yang banyak memiliki

tempat wisata. Tidak hanya itu saja, di Bantul juga banyak tersebar desa-desa

wisata. Tempat wisata di Bantul antara lain:


36

1. Pantai Parangtritis

Pantai Parangtritis merupakan pantai yang populer di Yogyakarta.

Pantai ini terletak 27 kilometer ke selatan dari pusat kota Yogyakarta.

Masyarakat Yogyakarta mempercayai bahwa Pantai Parangtritis masih

merupakan bagian dari kekuasaan Ratu Kidul atau yang lebih dikenal dengan

sebutan Nyi Roro Kidul.

Nama Parangtritis merupakan pemberian seseorang bernama

Dipokusumo yang merupakan pelarian dari Kerajaan Majapahit dan sudah

beratus-ratus tahun bertapa di Parangtritis. Parangtritis berasal dari dua kata,

yaitu parang yang berarti batu dan tumaritis yang berarti tetesan air.

Parangtritis merupakan pantai yang penuh mitos karena diyakini merupakan

satu perwujudan dari trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton

Yogyakarta, dan Parangtritis.

Di sekitar Parangtritis juga terdapat Goa Langse. Goa tersebut terletak

3 km ke arah barat dari Pantai Parangtritis. Goa ini dipercaya sebagai Goa

Ratu Kidul. Dari goa inilah Parangtritis tampak begitu indah dengan gulungan

ombak yang berwarna perak karena terkena sinar matahari dan akan menjadi

keemasan bila matahari mulai terbenam.

Di Parangtritis juga rutin diadakan perayaan Peh Cun setiap tanggal 5

bulan 5 dalam penanggalan Cina. Peh (=dayung) Cun (=perahu) merupakan

perayaan orang Cina sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. Disarankan bagi
37

pengunjung Parangtritis supaya tidak mengenakan pakaian berwarna hijau

karena dipercaya warna hijau akan membawa petaka.

2. Pantai Pandansimo

Pantai Pandansimo terletak di Desa Poncosari, Kecamatan

Srandakaan, kurang lebih 20 km arah barat daya Kota Bantul. Pandansimo

berasal dari kata pandan (pohon pandan) dan simo (macan). Di pantai ini juga

terdapat beberapa aktivitas budaya seperti upacara Merti Dusun, labuhan, dan

pentas seni budaya. Tidak banyak yang diketahui masyarakat tentang Pantai

Pandansimo ini.

3. Pantai Samas

Pantai Samas terletak di sebelah barat Pantai Parangtritis, tepatnya di

Desa Srigading, Kecamatan Sanden sekitar 14 kilometer ke selatan dari Kota

Bantul atau 35 kilometer dari pusat Kota Yogya. Pantai Samas ini terkenal

dengan keindahan pantainya yang disertai angin kencang, ombak besar, delta-

delta sungai, dan danau air tawar yang membentuk telaga yang digunakan

untuk pengembangan ikan dan udang galah.

Berbeda dengan di Pantai Parangtritis, di Pantai Samas pengunjung

tidak diijinkan untuk mandi di pantai karena bibir pantai yang curam yang

cukup berbahaya. Beberapa upacara adat juga dilakukan di Pantai Samas

seperti Kirab Tumuruning Maheso Suro, Labuhan Sedekahan Laut, dan

Pentas Seni Budaya.


38

4. Goa Cerme

Goa Cerme terletak di Dusun Srunggo, Selopamioro, Kecamatan

Imogiri sekitar 15 kilometer arah tenggara Kota Bantul. Goa ini berada di atas

bukit. Untuk mencapai mulut goa, perlu melewati 759 anak tangga. Panjang

goa seluruhnya sekitar 1,2 kilometer dan dialiri sungai bawah tanah yang

aman untuk kegiatan caving. Rata-rata kedalaman air mencapai 1 – 1,5 meter.

Ujung goa berupa sendang di wilayah Panggang, tepatnya di Desa Ploso,

Giritirto, Gunung Kidul.

Menurut cerita masyarakat setempat, goa ini konon merupakan tempat

bersemedi para Wali-wali dalam penyebaran agama Islam di Yogyakarta.

Selain goa utama, ada juga Goa Dalang, Goa Ledhek, Goa Badhut, dan Goa

Kaum. Goa-goa tersebut sering digunakan sebagai tempat untuk meditasi.

5. Goa Selarong

Goa Selarong terletak sekitar 14 kilometer arah selatan Kota Yogya,

tepatnya di Desa Guwosari, Pajangan, Bantul. Di masa lampau, goa ini

digunakan sebagai markas perang gerilya Pahlawan Diponegoro melawan

penjajah Belanda pada tahun 1825 sampai dengan 1830. Situs yang menarik

di kawasan ini antara lain adalah Goa Kakung, Goa Putri, air terjun, dan

Sendang Manikmoyo. Kawasan Goa Selarong dikategorikan sebagai obyek

wisata alam sekaligus sebagai obyek wisata sejarah dan budaya.


BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian yang dilakukan di Pemerintah Kabupaten Bantul ini untuk

mengetahui kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap Retribusi

Daerah dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007, efisiensi dan efektivitas

penerimaan retribusi tempat rekrelasi dan olah raga, serta laju pertumbuhan

penerimaan retribusi tempat dan olah raga. Data yang diperlukan dalam penelitian

ini adalah data realisasi dan target penerimaan retribusi dan olah raga dan data

realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Data yang diperoleh dari Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bantul berupa target dan realisasi

penerimaan retribusi tempat rekreasi serta biaya pemungutan retribusi tempat

rekreasi dan olah raga tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Data yang

diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bantul adalah target dan

realisasi PAD seperti yang nampak dalam tabel 5.1.

39
40

Tabel 5.1. Data Target, Realisasi Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi


dan Olah Raga, dan Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah
Tahun 2003 – 2007 (dalam rupiah)
Tahun Target Realisasi Penerimaan Realisasi Penerimaan
Retribusi Tempat Retribusi Daerah
Rekreasi dan Olah Raga
2003 2.586.000.000 2.369.271.090 18.461.346.838,0
2004 2.460.593.700 2.261.388.260 19.056.321.050,6
2005 2.500.000.000 2.269.437.760 23.790.020.870,0
2006 1.600.000.000 1.379.375.650 22.429.183.017,0
2007 1.600.000.000 1.610.588.700 30.724.145.593,0
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bantul

Tabel 5.2. Biaya Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga
Tahun 2003 – 2007 (dalam rupiah)
Komponen Tahun
Biaya
2003 2004 2005 2006 2007
Honor petugas 158.000.000 162.000.000 189.000.000 201.500.000 245.872.400
pemungut
retribusi
Cetak karcis 32.000.000 35.000.000 36.000.000 40.000.000 45.000.000
Seragam kerja 25.000.000 22.000.000 20.000.000 18.000.000 20.000.000
ATK dan 7.500.000 6.000.000 6.000.000 7.000.000 8.500.000
operasional
Pemeliharaan 5.000.000 10.000.000 12.000.000 20.500.000 54.240.000
rutin
Total Biaya 227.500.000 235.000.000 263.000.000 287.000.000 373.612.400
Pemungutan
Sumber : Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Bantul

B. Analisis Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga Terhadap

Retribusi Daerah.

Kontribusi digunakan untuk mengetahui besarnya bagian dari Retribusi

Daerah yang merupakan sumbangan dari pos retribusi tempat rekreasi dan olah

raga. Untuk mengetahui besarnya kontribusi tersebut digunakan rumus sebagai

berikut:
41

Penerimaan Re tribusi TROR


Kontribusi = x 100%
Penerimaan Re tribusi Daerah

Perhitungan kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap

Retribusi Daerah dari tahun 2003 sampai tahun 2007 adalah sebagai berikut:

2.369.271.090
Kontribusi (2003) = x 100%
18.461.346.838

= 12,83%

2.261.388.260
Kontribusi (2004) = x 100%
19.056.321.050,6

= 11,86%

2.269.437.760
Kontribusi (2005) = x 100%
23.790.020.870

= 9,54%

1.379.375.650
Kontribusi (2006) = x 100%
22.429.183.017

= 6,15%

1.610.588.700
Kontribusi (2007) = x 100%
30.724.145.593

= 5,24%

Secara jelas kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap

Retribusi Daerah ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:


42

Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Kontribusi Retribusi Tempat Rekreasi dan


Olah Raga Terhadap Retribusi Daerah Tahun 2003 - 2007
Tahun Penerimaan Retribusi Penerimaan Kontribusi
Tempat Rekreasi dan Olah Retribusi Daerah (%)
Raga (Rp) (Rp)
2003 2.369.271.090 18.461.346.838 12,83
2004 2.261.388.260 19.056.321.050 11,86
2005 2.269.437.760 23.790.020.870 9,54
2006 1.379.375.650 22.429.183.017 6,15
2007 1.610.588.700 30.724.145.593 5,24
Rata-rata 9,12

Gambar 5.1. Grafik Kontribusi Retribusi Retribusi Tempat


Rekreasi dan Olah Raga Tahun 2003-2007

%
14

12,83
12 11,86

10
9,54

6 6,15
5,24

0
2003 2004 2005 2006 2007

Dari tabel 5.3 diketahui bahwa kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olah

raga terhadap Retribusi Daerah setiap tahun mengalami penurunan dari tahun

2003 sebesar 12,83% menjadi 11,86% pada tahun 2004. Tahun 2005 kontribusi

masih mengalami penurunan menjadi 9,54% kemudian kembali menurun menjadi


43

6,15% pada tahun 2006 dan 5,24% pada tahun 2007. Hal ini disebabkan karena

adanya peningkatan penerimaan Retribusi Daerah yang tidak diikuti oleh

kenaikan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga. Dari tahun 2003

sampai tahun 2005 jumlah penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga

terus mengalami penurunan yang kemudian diperparah pada tahun 2006 sebagai

dampak dari bencana gempa bumi di Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Penurunan

tersebut disebabkan dengan diijinkannya pengunjung untuk tidak membayar

retribusi dengan alasan bahwa mereka merupakan warga sekitar tempat wisata

dan juga mempunyai kerabat di dalam kawasan tempat wisata. Rata-rata

kontribusi selama tahun 2003 sampai 2007 hanya sebesar 9,12%.

Selama tahun 2003 sampai dengan 2007 kontribusi retribusi tempat rekreasi

dan olah raga terhadap retribusi daerah semakin menurun karena pos-pos retribusi

yang lain mengalami peningkatan yang lebih baik dibandingkan dengan retribusi

tempat rekreasi dan olah raga.

C. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi

dan Olah Raga.

1. Analisis Efisiensi Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Efisiensi retribusi tempat rekreasi dan olah raga mengukur perbandingan

antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

dengan realisasi pendapatan yang diterima (Halim, 2004: 134). Efisiensi

digunakan untuk melihat seluruh biaya yang dikeluarkan dalam rangka


44

memenuhi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga dengan realisasi

penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga.

Untuk mengetahui efisiensi peneriman retribusi tempat rekreasi dan olah

raga di Kabupaten Bantul tahun 2003 sampai dengan 2007 digunakan rumus

sebagai berikut:

Biaya Pemungu tan Re tribusi TROR


Efisiensi = x 100%
Re alisasi Penerimaan Re tribusi TROR

Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga akan semakin efisien

jika diperoleh rasio efisiensi kurang dari 100%, sehingga semakin kecil rasio

efisiensi berarti kinerja pemerintah semakin baik (Halim, 2004:134).

Perhitungan efisiensi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga

adalah sebagai berikut:

227.500.000
Efisiensi (2003) = x 100%
2.369.271.090

= 9,60%

235.000.000
Efisiensi (2004) = x 100%
2.261.388.260

= 10,40%

263.000.000
Efisiensi (2005) = x 100%
2.269.437.760

= 11,45%
45

287.000.000
Efisiensi (2006) = x 100%
1.379.375.650

= 20,81%

373.612.400
Efisiensi (2007) = x 100%
1.610.588.700

= 23,20%

Secara jelas perhitungan efisiensi penerimaan retribusi tempat rekreasi

dan olah raga ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Efisiensi Penerimaan Retribusi Tempat


Rekreasi dan Olah Raga Tahun 2003 - 2007
Tahun Biaya Realisasi Penerimaan Efisiensi
Pemungutan (Rp) RTROR (Rp) (%)
2003 227.500.000 2.369.271.090 9,60
2004 235.000.000 2.261.388.260 10,40
2005 263.000.000 2.269.437.760 11,45
2006 287.000.000 1.379.375.650 20,81
2007 373.612.400 1.610.588.700 23,20
Rata-rata 15,1

Tabel 5.4 menunjukkan:

a. Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kabupaten Bantul

tahun 2003 sampai dengan 2007 berjalan efisien, yaitu berkisar 9,60%

sampai dengan 23,20% dengan rata-rata efisiensi sebesar 15,1% atau

dibawah 100%.

b. Pada tahun 2003, efisiensi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 9,60% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga sudah efisien. Dengan kata lain besarnya besarnya biaya yang
46

dikeluarkan untuk memungut retribusi tempat rekreasi dan olah raga pada

tahun tersebut sebesar 9,60% dari penerimaan retribusi tempat rekreasi

dan olah raga.

c. Pada tahun 2004, efisiensi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 10,40% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga sudah efisien. Dengan kata lain besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk memungut penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tahun

2004 sebesar 10,40% dari penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga pada tahun tersebut.

d. Pada tahun 2005, efisiensi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 11,45% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga sudah efisien. Dengan kata lain besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk memungut penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tahun

2005 sebesar 11,45% dari penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga pada tahun tersebut.

e. Pada tahun 2006, efisiensi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 20,81% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga sudah efisien. Dengan kata lain besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk memungut penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tahun

2006 sebesar 20,81% dari penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga pada tahun tersebut.


47

f. Pada tahun 2007, efisiensi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 23,20% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga sudah efisien. Dengan kata lain besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk memungut penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tahun

2007 sebesar 23,20% dari penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga pada tahun tersebut.

Meskipun secara keseluruhan tingkat penerimaan retribusi tempat

rekreasi dan olah raga dikatakan efisien, dari tahun-tahun ke tahun justru

semakin meningkat yang berarti bahwa tingkat penerimaan retribusi tempat

rekreasi dan olah raga semakin tidak efisien. Semakin tidak efisiennya

penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga disebabkan adanya

kenaikan biaya pemungutan tiap tahunnya sedangkan penerimaan retribusi

tempat rekreasi dan olah raga cenderung menurun selama tahun 2003-2007.

Komponen biaya pemungutan yang mangalami kenaikan cukup tajam

adalah biaya honor petugas. Seiring dengan bertambahnya biaya hidup, para

petugas pemungut retribusi mengajukan kenaikan honor. Tingkat penerimaan

retribusi tempat rekreasi dan olah raga yang cenderung tidak efisien dapat

dilihat pada gambar 5.2.


48

Gambar 5.2 Grafik Efisiensi Retribusi Tempat Rekreasi


dan Olah Raga Tahun 2003-2007

%
25

23,2

20,81
20

15

11,45
10,4
10
9,6

0
2003 2004 2005 2006 2007

2. Analisis Efektivitas Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

Raga.

Analisis ini digunakan untuk mengukur hasil penerimaan retribusi

tempat rekreasi dan olah raga terhadap target yang telah ditetapkan oleh

Bappeda melalui APBD yang telah disetujui oleh DPRD. Semakin besar

penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap target yang

sudah ditetapkan, semakin efektif kinerja Dinas Pariwisata.


49

Untuk mengetahui efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga di Kabupaten Bantul dari tahun 2003 sampai dengan 2007

digunakan rumus sebagai berikut:

Re alisasi Penerimaan Re tribusi TROR


Efektivitas = x 100%
T arg et Re tribusi TROR

Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga dikategorikan efektif

apabila rasio yang dicapai lebih atau minimal sama dengan 1 (100%) sehingga

semakin tinggi rasio efektivitas berarti menggambarkan kinerja Dinas

Pariwisata yang semakin baik. Adapun perhitungan efektivitas penerimaan

retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kabupaten Bantul dari tahun 2003

sampai dengan 2007 adalah sebagai berikut:

2.369.271.090
Efektivitas (2003) = x 100%
2.586.000.000

= 91,62%

2.261.388.260
Efektivitas (2004) = x 100%
2.460.593.700

= 91,90%

2.269.437.760
Efektivitas (2005) = x 100%
2.500.000.000

= 90,78%

1.379.375.650
Efektivitas (2006) = x 100%
1.600.000.000
50

= 86,21%

1.610.588.700
Efektivitas (2007) = x 100%
1.600.000.000

= 100,66%

Secara jelas perhitungan efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi

dan olah raga ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Efektivitas Penerimaan Retribusi Tempat


Rekreasi dan Olah Raga Tahun 2003 - 2007
Tahun Target RTOR (Rp) Realisasi Penerimaan Efektivitas
RTROR (Rp) (%)
2003 2.550.696.000 2.369.271.090 91,62
2004 2.423.057.700 2.261.388.260 91,90
2005 2.500.000.000 2.269.437.760 90,78
2006 1.600.000.000 1.379.375.650 86,21
2007 1.600.000.000 1.610.588.700 100,66
Rata-rata 92,23

Tabel 5.5 menunjukkan:

a. Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kabupaten Bantul

tahun 2003 sampai dengan 2007 secara keseluruhan tidak berjalan efektif,

yaitu berkisar 91,62% sampai dengan 100,66% dengan rata-rata

efektivitas sebesar 92,23% atau dibawah 100%.

b. Pada tahun 2003, efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 91,62% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga belum efektif. Dengan kata lain penerimaan retribusi tempat

rekreasi dan olah raga tahun 2003 lebih rendah dari target yaitu sebesar
51

8,38% sehingga pada tahun tersebut penerimaan retribusi tempat rekreasi

dan olah raga tidak efektif.

c. Pada tahun 2004, efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 91,90% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga tidak efektif. Pada tahun ini, penerimaan retribusi tempat

rekreasi dan olah raga tidak mampu melebihi target meskipun target sudah

diturunkan. Penurunan target dilakukan dengan alasan supaya pada tahun

ini target bisa tercapai mengingat pada tahun sebelumnya target yang tidak

tercapai hanya 8,38%.

d. Pada tahun 2005, efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 90,78 %. Ini berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga tidak efektif. Penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga

lebih rendah 9,22% dari target yang ditetapkan. Target sebesar

Rp 2500.000.000 ditetapkan dengan alasan pemerintah ingin

meningkatkan performa kerja meskipun pada akhir tahun justru semakin

tidak mencapai efektivitas.

e. Pada tahun 2006, efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 86,21% yang berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga tidak efektif. Besarnya target yang ditentukan telah mengalami

penyesuaian dengan tujuan supaya prosentase tingkat efektivitas tidak

terlalu jauh dari angka 1 atau 100%. Hal tersebut dilakukan karena
52

dampak gempa bumi yang melanda Yogyakarta yang sempat membuat

lesu jumlah kunjungan ke obyek wisata khususnya pantai.

f. Pada tahun 2007, efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga sebesar 100,66%. Ini berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga sudah efektif. Pada tahun ini, penerimaan retribusi tempat

rekreasi dan olah raga lebih tinggi 0,66% dari target yang ditetapkan.

Penetapan target yang jumlahnya sama dengan tahun sebelumnya, dinilai

sudah pas dengan keadaan pemerintah yang baru pulih pasca gempa tahun

2006 silam.

Gambar 5.3 Grafik Efektivitas Retribusi Tempat


Rekreasi dan Olah Raga Tahun 2003-2007

%
105

100,66
100

95

91,62 91,9
90,78
90

86,21
85

80

75
2003 2004 2005 2006 2007
53

Faktor yang mempengaruhi tidak efektifnya penerimaan retribusi

tempat rekreasi dan olah raga adalah pengunjung yang datang diijinkan masuk

tanpa membayar retribusi masuk dengan alasan mempunyai kerabat yang

tinggal di dalam kawasan tempat wisata atau mengaku sebagai penduduk

sekitar tempat wisata. Hal itu berlangsung terus menerus dan sepertinya sudah

bukan jadi rahasia lagi. Retribusi masuk tempat wisata, misal Pantai

Parangtritis, yaitu Rp 1500 per orang. Jika dalam satu hari saja ada sejumlah

100 orang yang mengaku sebagai penduduk sekitar Pantai Parangtritis atau

mempunyai kerabat di dalam kawasan Pantai Parangtritis, berarti dalam sehari

saja Rp 150.000 yang tidak dapat dilaporkan ke Dinas Pariwisata Kabupaten

Bantul. Dengan demikian dalam sebulan, dengan asumsi diatas, sejumlah

Rp 4.500.000 tidak bisa dilaporkan ke Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.

Hal serupa juga terjadi di Kawasan Obyek Wisata Goa Selarong.

Pengunjung lebih memilih sore hari untuk datang ke tempat tersebut setelah

tempat pemungutan retribusi tidak dijaga lagi. Dengan demikian mereka bisa

masuk tanpa membayar retribusi. Keadaan yang seperti itu mengakibatkan

sulitnya memenuhi target yang telah ditetapkan. Sampai saat ini masalah

tersebut masih menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Dinas Pariwisata

Kabupaten Bantul.
54

D. Laju Pertumbuhan Penerimaan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga

Kabupaten Bantul

Perhitungan laju pertumbuhan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga dihitung dengan menggunakan rumus:

X t − X ( t −1)
Gt = x 100%
X ( t −1)

Adapun perhitungan laju pertumbuhan penerimaan retribusi tempat rekreasi

dan olah raga dari tahun 2003 sampai dengan 2007 adalah sebagai berikut:

2.369.271.090 − 2.232.607.500
G (2003) = x 100%
2.232.607.500

136.663.590
= x 100%
2.232.607.500

= 6,12%

2.261.388.260 − 2.369.271.090
G (2004) = x 100%
2.369.271.090

− 107.882.830
= x 100%
2.369.271.090

= - 4,55%

2.269.437.760 − 2.261.388.260
G (2005) = x 100%
2.261.388.260

8.049.500
= x 100%
2.261.388.260

= 0,36%
55

1.379.375.560 − 2.269.437.760
G (2006) = x 100%
2.269.437.760

− 890.062.200
= x 100%
2.269.437.760

= -39,22%

1.610.588.700 − 1.379.375.650
G (2007) = x 100%
1.379.375.650

231.213.050
= x 100%
1.379.375.650

= 16,76%

Secara jelas hasil perhitungan laju pertumbuhan retribusi tempat rekreasi

dan olah raga ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Laju Pertumbuhan Retribusi Tempat Rekreasi


dan Olah Raga Tahun 2003-2007
Tahun Realisasi Penerimaan RTROR (Rp) Laju Pertumbuhan (%)
2002 2.232.607.500
2003 2.369.271.090 6,12
2004 2.261.388.260 -4,55
2005 2.269.437.760 0,36
2006 1.379.375.560 -39,22
2007 1.610.588.700 16,76

Tabel 5.6 menunjukkan:

a. Laju pertumbuhan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tahun

2004 sebesar -4,55%. Ini berarti penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga mengalami penurunan sebesar 4,55 % dari tahun 2003.


56

b. Laju pertumbuhan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tahun

2005 sebesar 0,36%. Pada tahun ini penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,36% dari tahun

2004.

c. Laju pertumbuhan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tahun

2006 sebesar -39,22%. Ini berarti pada tahun 2006 mengalami penurunan

39,22% dari tahun 2005 karena penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga pada tahun 2006 lebih rendah dari tahun 2005 yaitu sebesar

Rp 890.062.200. Hal ini sebagai dampak dari bencana alam gempa bumi yang

terjadi di pertengahan tahun 2006 dan mengakibatkan wisata di Yogyakarta

lumpuh.

d. Laju pertumbuhan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga tahun

2007 sebesar 16,76%. Hal ini karena penerimaan retribusi tempat rekreasi dan

olah raga tahun 2007 kembali meningkat dari tahun 2006 sebesar

Rp 231.213.050.
57

Gambar 5.4 Grafik Laju Pertumbuhan Retribusi Tempat Rekreasi dan


Olah Raga Tahun 2003-2007

%
20
16,76

10
6,12

0 0,36
2003 2004 2005 2006 2007
-4,55

-10

-20

-30

-40 -39,22

-50

Dari grafik diatas tampak bahwa selama tahun 2003-2006 laju pertumbuhan

penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga cenderung menurun karena

jumlah pengunjung yang tidak terlalu besar. Terlebih setelah bencana gempa

bumi di tahun 2006 membuat tempat-tempat wisata sepi pengunjung. Baru pada

tahun 2007 laju pertumbuhan menunjukkan peningkatan yang tajam mencapai

angka 16,76%.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Kontribusi retribusi tempat rekreasi dan olah raga terhadap Retribusi Daerah

Kabupaten Bantul pada tahun 2003 sebesar 12,83%, tahun 2004 sebesar

11,86%, tahun 2005 sebesar 9,54%, tahun 2006 sebesar 6,15%, dan tahun

2007 sebesar 5,24% dengan rata-rata kontribusi sebesar 9,12%. Ini berarti

bahwa 9,12% dari penerimaan Retribusi Daerah merupakan sumbangan dari

pos retribusi tempat rekreasi dan olah raga.

2. a. Efisiensi penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kabupaten

Bantul pada tahun 2003 sebesar 9,60%, tahun 2004 sebesar 10,40%, tahun

2005 sebesar 11,45%, tahun 2006 sebesar 20,81%, tahun 2007 sebesar

23,20% dengan rata-rata efisiensi sebesar 15,1%. Dengan demikian

penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga di Kabupaten Bantul

dari tahun 2003 sampai dengan 2007 berjalan efisien karena rata-rata

efisiensinya berada di bawah 100%.

b. Efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga di

Kabupaten Bantul pada tahun 2003 sebesar 91,62%, tahun 2004 sebesar

91,90%, tahun 2005 sebesar 90,78%, tahun 2006 sebesar 86,21%, tahun

58
59

2007 sebesar 100,66% dengan rata-rata efektivitas sebesar 92,23%.

Dengan demikian penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga di

Kabupaten Bantul dari tahun 2003 sampai dengan 2007 berjalan tidak

efektif karena rata-rata efektivitasnya berada di bawah 100%.

3. Laju pertumbuhan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga di

Kabupaten Bantul tahun 2003 sampai dengan 2004 mengalami penurunan

sebesar 4,55%, tahun 2004 sampai dengan 2005 mengalami peningkatan

sebesar 0,36%, tahun 2005 sampai dengan 2006 justru mengalami penurunan

sebesar 39,22%, tahun 2006 sampai dengan 2007 kembali mengalami

kenaikan sebesar 16,76%. Penurunan laju pertumbuhan penerimaan retribusi

tempat rekreasi dan olah raga pada tahun 2006 sebagai dampak dari bencana

gempa bumi 27 Mei 2006 yang melanda Yogyakarta.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai batasan efisiensi sehingga penulis

menarik kesimpulan berdasarkan pendapat Halim (2004: 134) yang

mengatakan bahwa penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga akan

semakin efisien jika diperoleh rasio efisiensi kurang dari 100%, sehingga

semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah semakin baik.

2. Untuk menentukan efektivitas penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah

raga penulis mengacu pendapat Halim (2004: 135) bahwa penerimaan

retribusi tempat rekreasi dan olah raga akan semakin efektif jika diperoleh
60

rasio efektivitas lebih dari 100%. Rasio efektivitas yang tinggi

menggambarkan kemampuan daerah semakin baik

C. Saran

Setelah melakukan penelitian di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Bantul dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bantul, penulis

memberikan saran yang sekiranya bisa bermanfaat bagi Pemerintah Kabupaten

Bantul untuk meningkatkan penerimaan retribusi tempat rekreasi dan olah raga.

Saran yang diberikan oleh penulis, antara lain:

1. Pemerintah hendaknya menggunakan tingkatan efisiensi dan efektivitas

(kurang/cukup/sudah efisien atau efektif) untuk mengukur tingkat penerimaan

retribusi.

2. Pemerintah daerah hendaknya meningkatkan promosi tentang tempat wisata

yang belum dikenal banyak orang.

3. Pemerintah daerah hendaknya lebih tegas bagi para pengunjung yang tidak

mau membayar retribusi masuk tempat wisata.

4. Pemerintah daerah hendaknya menambah dan memelihara sarana pendukung

dengan baik sehingga wisatawan yang datang tidak kecewa dengan apa yang

sudah dibayarkan, misalnya taman bermain bagi anak-anak dan tempat-tempat

yang nyaman untuk berkumpul bersama keluarga atau teman.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Paulina. 2006. Analisis Kemampuan Pendapatan Asli Daerah dalam


Menunjang Pelaksanaan Otonomi Daerah. Skripsi. Yogyakarta:Universitas
Sanata Dharma.

Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:


AMP YKPN.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.


Yogyakarta: BPFE.

Mahsun, Mohamad, dkk. 2006. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: BPFE.

Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2007. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 6 Tahun 2000.

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 7 Tahun 2003.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001.

Siahaan, Marihot P. 2006. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Soeratno dan Soedarto. 2000. Lingkungan Taman Wisata Budaya Candi Borobudur
Sebagai Salah Satu Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Magelang. Jurnal
Bisnis, Vol. 1, No. 2, hal 87-98.

Supramono. 2003. Posisi Pajak dan Retribusi Sebagai Sumber Penerimaan Daerah di
Kota Semarang. Jurnal Studi Pembangunan, Vol.XV, No.1, hal 37-53.

www.bantul.go.id

www.gudegnet.com

www.yogyes.com

61
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai