Anda di halaman 1dari 70

KOMUNITAS 2

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK USIA SEKOLAH

KELOMPOK 3 :

1. ADELA NOFITA
2. DWIRA JANUAR
3. FINNY NAFARISKUIN
4. IBNU ANSYAR
5. MIA YUNITA
6. RESSY RAHMADANI
7. REZA SOVIA
8. YUMIKO PASTIKA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia_Nya kami dapat
menyelesaikan tugas asuhan keperawatan KOMUNITAS 2 ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah  membantu
kami, sehingga kami merasa lebih ringan dan lebih mudah menulis makalah ini. Atas bimbingan
yang telah berikan, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang juga
membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan masih kurang
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dengan tujuan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Dan kami berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik mungkin, baik itu bagi
diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
 
                                                                                       
 
 
                                                                                                           
 
                                                                                        Padang, 29 April 2018
                                                            
         
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi
perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggotanya di  sepanjang waktu (Budi Anna Kelia
t, 2000). Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap atau kurun waktu tertentu. Pada
setiap tahapnya keluarga memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan
tersebut dapat dilalui dengan sukses (Friedman, MM.2000)
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap
stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja.
Menurut Rodgers (Friedman, 1998), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama dan tiap tahap
perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap tersebut
dengan sukses.
Tahap perkembangan keluarga keempat dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah masing-masing
anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orangtua yang mempunyai aktivitas
yang berbeda dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerjasama untuk mencapai tugas
perkembangan.
Pada tahap ini orangtua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialisasi baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karena itu perlu
perhatian bagi perawat sebagai provider yang dapat menjalankan perannya sebagai konselor dan
advocator dalam mempersiapkan serta membina keluarga mendidik anak-anaknya menjadi
manusia yang berkualitas.

B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup permasalahan yang dibahas pada makalah ini adalah bagaimana pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak sekolah
C. TUJUAN
a. Mampu melakukan pengkajian pada keluarga dengan anak sekolah
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga dengan anak sekolah
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada keluarga dengan anak sekolah.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan yang telah direncanakan pada keluarga dengan
anak sekolah
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga yang telah dilakukan pada keluarga
dengan anak sekolah
BAB II
KONSEP DASAR KELUARGA

A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam
peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali, 2010).
Menurut Duvall d alam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan sekumpulan orang
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional,
dan sosial dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam
masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga
saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).
keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan. (WHO, dalam Harmoko 2012).
Keluarga adalah sekelompok manuasia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. (Helvie, dalam Harmoko 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan sekumpulan orang yang
terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

B. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut :
a) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi
pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan
menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik,
dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau
berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi perasaan tidak jelas,
judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal mendengar,
diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
Karakteristik pemberi pesan :
a. Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
b. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c. Selalu menerima dan meminta timbal balik.
d. Karakteristik pendengar
e. Siap mendengarkan
f. Memberikan umpan balik
g. Melakukan validasi
b) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah
posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.
c) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau
mengubah perilaku orang lain. Hak (legimate power), ditiru (referent power), keahlian
(exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan efektif power.
d) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya
tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat mempersatukan
anggota keluarga. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. (Friedman,
dalam Harmoko hal 19; 2012)

C. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
a) Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di
tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat
bekerja di laur rumah.
b) Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, pama, bibi, dan sebagainya.
c) Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentuan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
d) Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak
sudah meningglakan rumah karena sekolah/ perkawinan/meniti karier.
e) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur da tidak mempunyai anak, keduanya/slah satu bekerja di
rumah.
f) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak- anaknya dapat
tinggal di rumah/ di luar rumah.
g) Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h) Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu-waktu tertentu.
i) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
j) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k) Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-panti.
l) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak- anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m) Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan
tiap indivisu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n) Unmarried paret and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di adopsi.
o) Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
(Harmoko, hal 23; 2012)

D. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


1) Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk
keluarga baru. Suami istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan
kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari.
Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya dan mulai
membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing- masing.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan
pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini
yang perlu diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah
anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b. Menetapkan tujuan bersama;
c. Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;
d. Merencanakan anak (KB)
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua.

2) Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama
dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi
perlu disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting.
Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi
dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan
tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas
perkembangan pada masa ini antara lain :
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Membagi peran dan tanggung jawab
c) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang menyenangan
d) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
e) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
f) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
g) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3) Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5
tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak
prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat
sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya waktu/paruh waktu)
dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar
kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama antara suami
istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya
kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal, privasi, dan
rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi
d. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
( keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

4) Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan
anak. Untuk itu, keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap
ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar
b) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
c) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual
d) Menyediakan aktifitas untuk anak
e) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
5) Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada
usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang
sudah bertambah dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c. Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

6) Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan
tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi kembali
keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga
empersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak
terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata
ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal.
Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena
anak- anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu
melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara
hubungan dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :


a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga
f. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya.

7) Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)


Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun
atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka
pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :
a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat sosial dan
waktu santai
c) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
d) Keakraban dengan pasangan
e) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga
f) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban pasangan.

8) Tahap kedelapan keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut
salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak
dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami keluarga.
Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,
kehilangan pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada
tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal
bersama anaknnya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review
f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian (harmoko, 2012).

E. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu:
1. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis
anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota
masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk
keberlangsungan hidup masyarakat,.
4. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan,pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan. (Marilyn M. Friedman, hal 86; 2010)

Berdasarkan UU No.10 tahun 1992 PP No.21 tahun 1994 tertulis fungsi keluarga dalam delapan
bentuk yaitu :
1) Fungsi Keagamaan
a. Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota
keluarga.
b. Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota
keluarga.
c. Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari ajaran
agama.
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang keagamaan yang
kurang diperolehnya diseko lah atau masyarakat.
e. Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai pondasi
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.
2. Fungsi Budaya
a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan
budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan.
b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma dan budaya
asing yang tidak sesuai.
c) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan
masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia.
d) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berpartisipasi
berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi
tantangan globalisasi.
e) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya
masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia
sejahtera.
3. Fungsi Cinta Kasih
a. Menumbuhkembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar anggota keluarga ke
dalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus-menerus.
b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga secara kuantitatif dan
kualitatif.
c. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga
secara serasi, selaras dan seimbang.
d. Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu memberikan dan
menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia
sejahtera.
4. Fungsi Perlindungan
a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang
timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman
dan tantangan yang datang dari luar.
c) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
5. Fungsi Reproduksi
a. Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi
anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.
b. Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah pembentukan keluarga dalam hal usia,
pendewasaan fisik maupun mental.
c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu
melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam
keluarga.
d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera.
6. Fungsi Sosialisasi
a) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana
pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama.
b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat
anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang
dijumpainya baik di lingkungan seko lah maupun masyarakat.
c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukan untuk
meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang kurang diberikan
oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat.
d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak
saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua, dalam rangka
perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

7. Fungsi Ekonomi
a. Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam
rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga.
b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga.
c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap
anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras dan seimbang.
d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
8. Fungsi Pelestarian Lingkungan
a) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan internal keluarga.
b) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan eksternal keluarga.
c) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi, selaras dan
seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat
sekitarnya.
d) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup
keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera. (UU No.10 tahun 1992 PP No.21
tahun 1994, dalam Setiadi 2008)

F. Tugas Kesehatan Keluarga


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran dan tugas di bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yang meliputi:
1. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau
pengambil keputusan dalam keluarga (Suprajitno, 2004). Mengenal menurut Notoadmojo
(2003) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya.
Sesuatu tersebut adalah sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah
mampu mengetahui tentang sakit yang dialami pasien.
2. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang
mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno, 2004). Friedman,
1998 menyatakan kontak keluarga dengan sistem akan melibatkan lembaga kesehatan
profesional ataupun praktisi lokal (Dukun) dan sangat bergantung pada:
a) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ?
b) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi salah satu
anggota keluarga ?
c) Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang dilakukan terhadap salah satu
anggota keluarganya ?
d) Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
e) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas kesehatan?
3. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau tangung jawabnya
secara penuh, Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang
dirasakan keluarga (Friedman, 1998). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga
memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga. Dirumah keluarga
memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat
dikaji yaitu :
a. Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien
b. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan yang
diperlukan pasien ?
c. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (Aktif mencari informasi tentang perawatan
terhadap pasien)
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar lingkungan rumah
f. Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya.
g. Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
4. Menggunakan pelayanan kesehatan
Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu bila ada anggota keluarga yang sakit jarang
dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga
dalam memanfaatkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang :
a) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau keluarga
b) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
c) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada
d) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga.
Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha keluarga dalam memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada. Hambatan yang dapat muncul terutama kamunikasi
(Bahasa) yang kurang dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalaman yang kurang
menyenangkan dari keluarga ketika berhadapan dengan petugas kesehatan ketika
berhadapan dengan petugas kesehatan.

BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. KONSEP PATOFISIOLOGI PENYAKIT HIPERSENSITIVITAS
1. Pengertian

Alergi adalah perubahan spesifik, didapat pada reaktifitas hospes yang di


perantarai oleh mekanisme imunologis dan menyebabkan respon fisiologis yang tidak
menguntungkan. Definisi ini mengindarkan penggunaan istilah alergi untuk gangguan
yang tidak menunjukkan adanya mekanisme imunologis misalnya, reaksi merugikan
(adverse) setelah menelan makanan atau obat yang pada beberapa orang dapat
menyerupai reaksi alergi yang khas tanpa suatu bukti adanya dasar imunologis. Kadang-
kadang ada dasar biokimia untuk reaksi tersebut, seperti terjadinya diare setelah minum
susu pada orang-orang dengan defisiensi disakaridae. Bila tidak terdapat alasan untuk
mencurigai bahwa alergi menimbulkan tanda-tanda atau gejala-gejala, penggunaan
metode imunologis dalam diagnosis Atau Pengobatan Adalah Tidak Rasional.

2. Anatomi dan Fisiologi

Setiap antibody memiliki satu pasang situs pengikatan bagi antigen. Setiap situs
perlekatan antigen tersebut dibentuk dari asosiasi antara rantai ringan dan rantai berat.
Antibodi memiliki konfirmasi-konfirmasi unik yang dihasilkan sekuens-sekuens yang ada
diujung kepala situs pengikatan antigen.

Sebuah antigen (yang bersifat kompleks) mampu bereaksi dengan lebih dari satu
antibody, meskipun hal ini tak umum (jarang terjadi). Disamping hal tersebut, antigen
yang bereaksi dengan antibody yang menghasilkan proliferasi limfosit di awal reaksi
harus berupa molekul besar. Nantinya, cukup determinan antigenic saja yang berperan
dalam meneruskan respons imun. Ada lima jenis antibody (imunoglobulin) yang dimiliki
oleh manusia, yaitu IgG, IgM, IgA, IgD dan IgE. Berikut penjelasannya:

a. Imunoglobulin Gamma (IgG) adalah kelompok imunoglobulin pertama yang lebih


sering ditemukan dan jumlah yang paling melimpah dalam sistem sirkulasi.
Imunoglobulin-G mampu melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan
jaringan, disamping itu IgG mampu untuk menembus plasenta yang pada akhirnya
akan memberikan kekebalan pasif dari ibu ke janin (bayi). IgG memberikan
perlindungan terhadap invasi bakteri, virus, dan toksin yang beredar dalam darah dan
limfa serta memicu kerja sistem komplemen.
b. Imunoglobulin-M (IgM) adalah antibody pertama yang ditemukan ketika terjadi
serangan infeksi (paparan awal suatu antigen). Antibodi jenis ini memiliki pergiliran
yang tinggi dan tidak bertahan lama dalam kadar yang tinggi. IgM terdiri dari lima
monomer situs pengikatan antigen yang setiap monomer berbentuk “Y“ dan tersusun
dalam struktur pentamer. Tempat pengikatan antigen yang banyak tersebut
membuatnya menjadi sangat efektif dalam mengaglutinasi atau menggumpalkan
antigen dan dalam reaksi yang melibatkan komplemen. Namun, IgM terlalu besar
untuk dapat menembus plasenta dan tidak memberikan kekebalan maternal.
c. Imunoglobulin-A (IgA) merupakan antibody yang dihasilkan dalam bentuk dua
monomer “Y“ oleh sel-sel yang terdapat melimpah dalam membrane mukosa. Fungsi
utama IgA adalah untuk mencegah pertautan virus dan bakteri kepermukaan
epithelium. IgA ditemukan dalam sebagian besar sekresi tubuh, misalnya ludah,
keringat, air mata, bahkan air susu. Kehadirannya dalam kolustrum membantu
melindungi bayi dari infeksi saluran gastrointestinal.
d. Imunoglobulin-E (IgE) merupakan antibody berukuran sedikit lebih besar daripada
molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibody dalam darah.
Daerah ekor berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil, ketika dipicu oleh
antigen, menyebabkan sel-sel tersebut membebaskan histamin dan bahan kimia lain
yang menyebabkan alergi.

Serangan antibody terhadap antigen dapat menyebabkan teraglutinasinya antigen


tersebut, atau membuat antigen menjadi tidak aktif atau rusak secara komposisi
kimiawinya. Setiap antibody memiliki dua situs pengikatan antigen, maka antibody
secara langsung mampu mengikat dua organisme antigenic (misalnya: bakteri).
Pengikatan tersebut menyebabkan agen-agen invasif itu mengalami penurunan mobilitas
dan membuat agen-agen invasif tersebut lebih rentan terhadap fagositosis (suatu proses
penelanan dan pencernaan organime atau zat asing oleh leukosit). Selain menurunkan
mobilitas agen-agen invasif (sel yang diserang, dalam hal ini bakteri atau protozoa),
antibodi-antibodi tertentu mampu melisiskan sel-sel yang diserang tersebut atau
menetralisir toksik yang dihasilkan antigen secara efektif.

Ketika antibody membentuk kompleks perlekatan dengan situs antigen spesifiknya,


antibody juga mengaktivasi sistem komplemen yang berupa sekelompok prekusor enzim
yang jumlahnya kurang lebih 12 jenis. Prekusor tersebut ditemukan dalam plasma dan
cairan-cairan tubuh lainnya. Enzim-enzim yang teraktivasi dari sistem tersebut melubangi
membran sel organisme penyerbu dan pada akhirnya mengakibatkan pecahnya sel
tersebut. Komplemen juga membuat permukaan sel menjadi lebih rentan terhadap
fagositosis dan memberikan efek kemotaksis yang menarik neutrofil dan makrofag
menuju organisme penyerbu, selain hal tersebut komplemen juga mampu mengakibatkan
virus menjadi tidak virulen dengan menyerang struktur molekul dan menginduksi
aglutinasi komponen proteinnya.

3. Etiologi
Faktor yang berperan dalam alergi makanan yaitu:
1. Faktor internal
a) Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi: asam
lambung, enzim-enzim usus) maupun fungsi-fungsi imunologis
(misalnya:IgA sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan.
Imaturitas juga mengurangi kemampuan usus mentoleransi makanan
tertentu.
b) Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini mulai
janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini di pengaruhi oleh kebiasaan dan
norma kehidupan setempat.
c) Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan
penyerapan alergen bertambah.

2. Faktor eksternal
a) Faktor pencetus: faktor fisik (dingin, panas, hujan) faktor psikis (sedih, stress)
atau beban latihan (lari dan olah raga).
b) Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut prevalensinya:
ikan 15,4%, telur 12,7%, susu 12,2%, kacang 5,3% dll
c) Hampir semua jenis makanan dan zat tambahan pada makanan dapat
menimbulkan reaksi alergi
4. Klasifikasi
Klasifikasi reaksi alergi menurut COOMBS dan GELL:
1) Reaksi Tipe I atau Reaksi Tipe Anafilaktik
Reaksi ini terjadi pada waktu alergen atau antigen bereaksi dengan zat anti
yang spesifik, yang dikenal dengan nama reagin. Berdasarkan ISHIZAKA, ternyata
bahwa aktifitas reagin itu bukan dibawakan oleh IgG, IgA, IgM maupun IgD,
melaikan oleh satu kelas dengan imunoglobulin yang disebut IgE. Imunoglobulin ini
mempunyai suatu keistimewaan, yaitu dapat melekat pada sel basofil dan/atau
mastosit oleh karena itu IgE disebut juga sebagai zat anti homositotropik. Dengan
timbulnya reaksi antara anti gen dengan zat anti itu, maka terjadilah proses
degranulasi didalam sel tersebut, yang diikuti dengan keluarnya zat farmakologik
aktif, yaitu Histamin, Zat bereaksi lambat dan serotonin dan bradikinin.
Zat-zat pada umumnya menyebabkan kontraksi otot polos, vasodilatasi dan
meningginya permeabilitas pembuluh darah kapiler. Akibat reaksi alergi ini, maka
secara klinik ditemukan penyakit-penyakit seperti asma bronkial, demam rumput
kering, rinitis alergi.
2) Reaksi Tipe II atau Reaksi Tipe Sitotoksik
Alergi tipe II ini disebabkan oleh karena timbulnya reaksi antara zat anti
dengan anti gen spesifik yang merupakan bagian dari pada sel jaringan tubuh atau
dengan suatu hapten yang telah berintegrasi dengan sel tersebut. Aktivitas zat anti ini
dibawakan oleh kelasa IgG dan/atau IgM, yang mempunyai sifat biologik tertentu,
yaitu dapat mengikat system komplemen. Setelah terjadi reaksi antara anti gen
dengan zat antinya, maka aktivasi sistem komplemen dapat dimulai, sehingga timbul
pelektan imun, proses opsonisasi dan akhirnya perusakan permukaan sel jaringan
tubuh. Secara klinik, reaksi ini sering ditemukan pada tranfuse darah yang tidak
sesuai, faktor resus yang tidak sesuai, penyakit trombositopenik purpura.
3) Reaksi Tipe III atau Reaksi Tipe Kompleks-Toksik
Reaksi ini disebabkan oleh kelas IgG dan/atau IgM, akan tetapi aktivitas zat
anti yang dibawanya bukan terhadap antigen sel jaringan tubuh, melainkan terhadap
antigen yang datang dari luar tubuh. Istilah lain untuk tipe III ini ialah
hipersensitivitas kompleks imun. Pada reaksi ini terjadi suatu kompleks terdiri dari
kumpulan antigen dengan zat antinya, yang timbul akibat masuknya antigen asing
kedalam tubuh untuk kedua kalinya dan bereaksi dengan zat anti spesifiknya. Seperti
pada tipe II, maka IgG atau IgM pada tipe III ini dapat pula mengaktifakan sistem
komplemen, hanya bedanya proses ini beru terjadi setelah kompleks antigen-zat anti
itu dipresipitasikan. Akibat proses ini maka akan timbul efek kemotaksis terhadap
sel-sel polimorfonuklear, peningkatan daya fagositosis dan pelepasan zat
anafilatoksin, yang secara tidak langsung akan meningkatkan permeabilitas-dinding
pembuluh darah. Secara klinik maka reaksi ini akan menyebabkan reaksi Arthus,
serum sickness, dll.

4) Reaksi Tipe IV atau Reaksi Tipe Seluler


Reaksi ini bukan disebabkan oleh karena adanya zat anti seperti pada ketiga
tipe alergi yang telah diutarakan tadi. Sesuai dengan istilahnya, maka yang
memegang peranan pada reaksi ini ialah sistem imunologi sel yaitu limfosit yang
telah peka secara spesifik. Bila sel ini berkontak dengan suatu antigen untuk kedua
kalinya, akan timbul proses deferensiasi sel, sehingga sel limfosit tersebut sanggup
menghasilkan dan melepaskan zat yang disebut limfokin. Zat ini mempunyai
aktivitas biologik, diantaranya dapat menarik sel-sel makrofag polimornuklear dan
limfosit kearah lokasi rangsangan. Oleh kerena timbulnya reaksi ini agak lambat,
yaitu sekitar 24 hingga 48 jam, maka secara klinik dikenal sebagai hipersensitivitas
jenis lambat. Keadaaan ini sering dijumpai pada reaksi tuberkolin, alergi terhadap
beberapa macam bakteri, jamur, dan virus, reaksi terhadap jaringan yang
ditransplantasikan, dll.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala utma pada reaksi anafilaktik dapat digolongkan menjadi reaksi
sistemik yang ringan, sedang dan berat. Ringan: reaksi sistemik yang ringan terdiri dari
rasa kesemutan serta hangat pada bagian ferifer dan dapat di sertai dengan perasaan
penuh dalam mulut serta tenggorokkan. Kongestinasal,pembengkakkan periorbital,
pruritus, bersin-bersin dan mata berair dapat terjadi. Awitan gejala di mulai dalam waktu
2 jam pertama sesudah kontak.
Sedang: reaksi sistemik yang sedang dapat mencakup salah satu gejala di atas
disamping gejala flushing, rasa hangat, cemas, dan gatal-gatal. Reaksi yang lebih serius
berupa bronkuspasme dan edema saluran pernafasan atau laring dengan diagnosa batuk
serta mengi, auwitan gejala sama seperti reaksi yang ringan.
Berat reaksi sistemik yang berat merupakan memiliki onset mendadak dengan tanda-
tanda serta gejala yang sama seperti diuraikan di atas dan berjalan dengan cepat hingga
terjadi bronkuspasme, edemalaring, dispnea berat serta sianosis, disfagia (kesilitan
menelan), kram abdomen, vomitus, diare, dan serangan kejang-kejang dapat terjadi
kadang-kadang timbul henti jantung.

6. Komplikasi

a) Daya tahan tubuh menurun : mudah sakit panas, batuk, pilek  (infeksi berulang) ; 1-2
kali setiap bulan). Sebaiknya tidak  terlalu  mudah  minum antibiotika. Penyebab
tersering infeksi berulang adalah virus yang sebenarnya tidak perlu antibiotika.
b) Karena sering sakit berakibat tonsilitis kronis (amandel membesar) hindari operasi
amandel yang tidak perlu  
c) Waspadai dan hindari efek samping pemakaian obat terlalu sering. 
d) Mudah mengalami infeksi saluran kencing.  Kulit di sekitar kelamin sering
kemerahan 
e) Sering terjadi overdiagnosis tbc  (minum obat jangka panjang padahal belum tentu
menderita tbc / ”flek ”)  karena gejala alergi mirip penyakit tbc. Batuk lama bukan
gejala tbc pada anak bila diagnosis tbc meragukan sebaiknya ”second opinion”
dengan dokter lainnya  
f) Makan berlebihan kegemukan atau obesitas
g) Infeksi jamur (hipersensitif candidiasis) di lidah, selangkangan, di leher, perut atau
dada, keputihan
7. Patofisiologi

Saat  pertama kali masuknya alergen (ex. telur ) ke dalam tubuh  seseorang  yang
mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena alergi. namun ketika untuk
kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi makanan yang sama barulah tampak gejala-
gejala timbulnya alergi pada kulit orang tersebut. setelah tanda-tanda itu muncul maka
antigen akan mengenali alergen yang masuk yang  akan memicu aktifnya sel t, dimana
sel t tersebut yang akan merangsang sel b untuk  mengaktifkan antibodi (ig e). proses ini
mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel mast yang dikeluarkan oleh basofil. apabila
seseorang mengalami paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama maka akan
terjadi 2 hal  yaitu,:
a. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel t. Sitokin memberikan efek terhadap
berbagai sel terutama dalam menarik sel – sel radang misalnya netrofil dan eosinofil,
sehingga menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan panas.
b. Alergen  tersebut akan langsung mengaktifkan antibodi ( ig e ) yang merangsang sel
mast kemudian melepaskan histamin dalam jumlah yang banyak, kemudian histamin
tersebut beredar di dalam tubuh melalui pembuluh darah.   Saat mereka mencapai kulit,
alergen akan menyebabkan terjadinya gatal, prutitus, angioderma, urtikaria, kemerahan
pada kulit dan dermatitis. Pada saat mereka mencapai paru paru, alergen dapat
mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal dengan
nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan darah yang menurun,
kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian.

8. WOC
Obat-obatan, debu, makanan
Masuk ketubuh
Difagositosis
Masuk ke sel Th di kelenjer limfe
Pelepasan sitokinin oleh sel Th
Sel beta terangsang membentuk IgE
Sel-sel reseptor IgW ( sel mast, basofil, eosinofil ) mengikat IgE
Degranulasi sel mast
Degranulasi mengeluarkan berbagai mediator kimia
Gejala hipersensitifitas / alergi

Kardiovaskuler pengecapan Respiratorius integumen

Kebocoran cairan mengubah inflamasi/alergi reaksi alergi


intravaskuler cita rasa saluran nafas
yang lama
penurunan nafsu
agroedema makan udema laring, bronkospame masuk ke pembuuh

darah
perifer
MK :
Gangguan asma  bronkial
MK :
integritas kulit
Ketidakseimb urtikaria,
pruritus
angan nutrisi :
kurang dari MK: gangguan
kebutuhan pola nafas
tubuh
MK: gangguan integritas
kulit

9. Pemeriksaan Diagnostic

a. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi :  apakah ada kemerahan, bentol-bentol dan  terdapat gejala adanya
urtikaria,angioderma,pruritus dan pembengkakan pada bibir
b) Palpasi : ada nyeri tekan  pada kemerahan
c) Perkusi : mengetahui apakah diperut terdapat udara atau cairan
d) Auskultasi : mendengarkan suara napas, bunyi jantung, bunyi usus( karena
pada oarng yang menderita alergi bunyi usunya cencerung lebih meningkat)
b. Pemeriksaan Penunjang
a) Uji kulit : sebagai pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup
seperti tungau, kapuk, debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau
alergen makanan seperti susu, telur, kacang, ikan).
b) Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung
leukosit 5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi
makanan.
c) Ige total dan spesifik: harga normal ige total adalah 1000u/l sampai umur 20
tahun. Kadar ige lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa
penderita adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi
imun seluler.
d) Tes intradermal nilainya terbatas, berbahaya.
e) Tes hemaglutinin dan antibodi presipitat tidak sensitif.
f) Biopsi usus : sekunder dan sesudah dirangsang dengan makanan food
chalenge didapatkan inflamasi / atrofi mukosa usus, peningkatan limfosit
intraepitelial dan igm. Ige ( dengan mikroskop imunofluoresen ).
g) Pemeriksaan/ tes d xylose, proktosigmoidoskopi dan biopsi usus.
h) Diit coba buta ganda ( double blind food chalenge ) untuk diagnosa pasti

c. Diagnostik
a) Gangguan saluran cerna dengan diare dan atau mual muntah, misalnya :
stenosis pilorik, hirschsprung, defisiensi enzim, galaktosemia, keganasan
dengan obstruksi, cystic fibrosis, peptic disease dan sebagainya.
b) Reaksi karena kontaminan dan bahan-bahan aditif, misalnya : bahan pewarna
dan pengawet, sodium metabisulfite, monosodium glutamate, nitrit,
tartrazine, toksin, fungi (aflatoxin), fish related (scombroid, ciguatera),
bakteri (salmonella, escherichia coli, shigella), virus (rotavirus, enterovirus),
parasit (giardia, akis simplex), logam berat, pestisida, kafein, glycosidal
alkaloid solanine, histamin (pada ikan), serotonin (pisang, tomat), triptamin
(tomat), tiramin (keju) dan sebagainya.
c) Reaksi psikologi
d. Prognosis
Alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu. Setelah usia 2 tahun
biasanya imaturitas saluran cerna akan membaik. Sehingga setelah usia tersebut
gangguan saluran cerna karena alergi makanan juga akan ikut berkurang. Bila
gangguan saluran cerna akan membaik maka biasanya gangguan perilaku yang
terjadipun akan berkurang. Selanjutnya pada usia di atas 5 atau 7 tahun  alergi
makananpun akan berkurang secara bertahap. Perbaikan gejala alergi makanan
dengan bertambahnya usia inilah yang menggambarkan bahwa gejala autismepun
biasanya akan tampak mulai membaik sejak  periode usia tersebut. Meskipun
alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai dewasa, seperti udang,
kepiting atau kacang tanah.

10. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan

Pada pasien perlu dijelaskan tentang jenis urtikaria, penyebabnya (bila diketahui), cara-
cara sederhana untuk mengurangi gejala, pengobatan yang dilakukan dan harapan di masa
mendatang. Prioritas utama pengobatan urtikaria adalah eliminasi dari bahan penyebab,
bahan pencetus atau antigen.

Penatalaksanaan medikamentosa terdiri atas pengobatan lini pertama, kedua, dan ketiga.
Pengobatan lini pertama adalah penggunaan antihistamin berupa ah 1 klasik yang bekerja
dengan menghambat kerja histamin. Pengobatan lini kedua adalah dengan penggunaan
kortikosteroid, sementara pengobatan lini ketiga adalah penggunaan imunosupresan
(baskoro et.al, 2007).

a) Penanganan gangguan tidur karena alergi makanan pada anak haruslah dilakukan
secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus
bukanlah jalan terbaik dalam penanganan gangguan tersebut tetapi yang paling ideal
adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.
b) Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar,
karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus
diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya
dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi
dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey.,
meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya.
Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging
kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan
jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau
membaca label makanan.
c) Obat-obatan simtomatis, anti histamine (ah1 dan ah2), ketotifen, ketotofen,
kortikosteroid, serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya dapat mengurangi gejala
sementara, tetapi umumnya mempunyai efisiensi rendah. Sedangkan penggunaan
imunoterapi dan natrium kromogilat peroral masih menjadi kontroversi hingga
sekarang.

Pemberian Obat :

a. Pengobatan gangguan sulit makan karena alergi dan hipersensitifitas makanan yang


baik adalah dengan menanggulangi penyebabnya. Bila gangguan sulit makan yang
dialami disebabkan karena gangguan alergi dan hipersensitifitas makanan,
penanganan terbaik adalah menunda atau menghindari makanan sebagai penyebab
tersebut.
b. Konsumsi obat-obatan, vitamin, konsumsi susu formula yang mengklaim bisa
membuat berat badan naik, terapi tra disional ataupun beberapa cara dan strategi
untuk menangani sulit makan pada anak tidak akan berhasil selama penyebab utama 
alergi dan hipersensitifitas makanan tidak diperbaiki.

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari/ Tanggal : 28-30 April 2018
Jam : 14.00 wib
I. Identitas Pasien
a. Nama kepala keluarga : Tn. J
b. Umur kepala keluarga : 47 thn
c. Alamat : Komplek Kemenag Kanwil Sumbar No 7 Padang
Baru
d. Pendidikan kepala keluarga : S3
e. Pekerjaan : PNS
f. Komposisi keluarga :

No Nama Jenis Hubungan Usia Pendidikan Pekerjaa Ket


. Kelamin dengan n
KK

1. Ny.E P Istri 49 SAA PNS

2. An.R P Anak 17 SMA Pelajar

3. An. F L Anak 14 SMP Pelajar

3. An.N P Anak 11 SD Pelajar

4. An.M P Anak 8 SD Pelajar

Genogram :
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Klien
: Pertalian Darah
: Tinggal Serumah

g. Tipe keluarga
Tipe keluarga yaitu nuclear family. Bapak J tinggal bersama dengan isterinya, Ibu E
dan anaknya yaitu Anak R, Anak.N. dan anak M, sedangkan anak F sekarang sedang
bersekolah di bukittinggi, pada keluarga bapak J jarang terjadi selisih paham karena
mereka saling menghormati, menghargai dan saling menyayangi satu sama lain. Anak
N dan anak M mengatakan mereka selalu mendengar nasuhat dari orang tua mereka
dan sangat menghormati bapak J dan ibu E
h. Agama
Kepercayaan yang dianut oleh keluarga bapak J adalah islam, bapak J sering
melakukan ibadah sholat dimesjid dan berjamaah dirumah. Ibu E mengatakan ia juga
ikut dalam pengajian majelis taklim dekat tempat tinggal mereka

i.Suku
Suku bapak J adalah sikumbang dan suku ibu E adalah , bahasa yang biasa
digunakan sehari-hari adalah bahasa minang dan bahasa indonesia. Keluarga bapak J
tidak memiliki budaya yang bertentangan dengan kesehatan seperti pantangan
terhadap makanan ataupun anggapan negatif terhadap penyakit
j.Status sosial ekonomi keluarga
Bapak J seorang PNS yang memiliki penghasilan tunjangan kinerja sebesar 9,3 juta
dan di tambah dengan Ibu E yang juga seorang PNS dengan penghasilan sebesar4,5
juta. Total penghasilan keluarga menurut bapak J sudah mencukupi untuk kebutuhan
sehari-hari dan keperluan lainnya
k. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan akan sering melakukan rekreasi jika semua keluarga lengkap
ada di rumah, karena anak kedua bapak J tidak tinggal dirumah, tetapi bersekolah di
bukit tinggi, bapak J mengatakan bapak J dan keluarga juga cukup sering kebukit
tinggi ke tempat anak pertama bapak J sekalian rekreasi jika ada waktu libur atau jika
ada waktu di hari-hari tertentuu. Selain itu keluarga bapak J dan ibu E sering
melakukan gotong royong di rumah dihari minggu

II. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah anak dalam masa pendidikan dan faktor
kurangnya istirahat dan kelelahan.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga bapak J yang belum terpenuhi yaitu pendidikan anak
yang berada diluar daerah yang belum terbiasa berpisah dengan orang tua dan kadang
kala belum bisa hidup mandiri.
3. Riwayat keluarga inti
Ibu E mengatakan pernikannya dengan bapak J tidak ada dijodohkan, bahkan
pernikahannya dilaksanakan setelah usia kerja,kedua orang tua sudah bekerja.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Orang tua ibu E ada memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus, keluarga bapak J
tidak memiliki riwayat penyakit apapun akan tetapi bapak J mengatakan ayah beliau
meninggal karena mengalami sesak nafas.
III.Lingkungan
1. Krakteristik rumah
Rumah bapak J yang ditempati saat ini adalah rumah dinas. Tipe bangunan rumah
bapak J adalah rumah permanen,terdapat 3 kamar tidur,1 dapur, 1 kamar mandi, 1
ruang tengah tempat berkumpulnya keluarga dan 1 ruang tamu. Selain itu rumah
bapak J juga tampak bersih dan rapi.
Denah rumah :

Jendela
IV
Kamar Mandi II

Kamar I Dapur
G
Ruang
a Keluarga
r Kamar
Mandi I
a
s Ruang
i Tamu
Kamar II Kamar III

Jendela I Jendela
Jendela II Pintu
III
Depan

2. Karakteristik tetangga dan komunitas


Rumah bapak J berada di komplek/perumahan yang sepi penduduknya karena
didaerah sekitar tempat tinggal bapak J adalah merupakan lingkungan yang mayoritas
penduduknya pegawai perkantoran. Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya
sangat berdekatan. Rumah disekitar merupakan rumah dari teman perkantoran bapak
J. warga komplek tersebut memiliki kegiatan gotong royong yang dilakukan sesuai
yang dibuat oleh RT/RW setempat untuk membersihkan jalan,membakar sampah,dll.
Warga komplek tersebut mayorits berasal dari keturunan minang. Hubungan antar
warga komplek tersebut sangat harmonis dan saling membantu satu sama lainnya.
Keluarga mengatakan nyama tinggal di lingkungan tersebut karena dekat dengan
pelayanan kesehatan seperti puskesmas,dokter praktek,bidan praktek dan klinik
umum 24 jam yang menyediakan pemeriksaan untuk semua tingkat usia.
3. Mobilitas grafis keluarga
Keluarga menempati rumah tersebut sudah 4 tahun. Keluarga tidak pernah pindah
rumah sampai saat ini. Kelima anggota keluarga tersebut bepergian menggunakan
sepeda motor dan monil yang dimiliki oleh bapak J.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi komunitas
Keluarga bapak J memanfaatkan waktu luangnya setiap satu kali sebulan ada
pertemuan ikatan keluarga seperti arisan,tabligh akbar, dan koperasi. Bapak J sering
mengikuti tabligh akbar begitu juga dengan ibu E sering mengikuti kegiatan arisan
yang di adakan di kantornya bapak J.
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga bapak J dan ibu E memiliki sistem pendukung yang berasal dari gaji yang
diterima oleh kepala keluarga baik ayah/ibu yang bekerja sebagai PNS.
IV.Struktur keluarga
1. Struktur peran
a) Peran formal
Bapak J bereperan sebagai kepala keluarga,pencari nafkah,dan pengambil
keputusan di keluarga. Ibu E sebagai ibu rumah tangga berperan sebagai
pengurus rumah,pengatur kebutuhan anggota keluarga dan selain itu ibu E juga
bekerja sebagai PNS
b) Peran informal
Ibu E sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai PNS dan terkadang mengalami
gangguan sakit kepala dan badan terasa mendingin secara tiba-tiba.
2. Pola komunikasi
Pola komunikas dalam keluarga bapak J saling terbuka satu sama lain. Ketika ada
masalah,keluarga bapak J menyelesaikan secara musyawarah dan mufakat untuk
mewujudkan keutuhan rumah tangga dan keluarga. Latar biasa bahasa yang sering
digunakan oleh keluarga bapak J berbahasa Indonesia.
3. Struktur kekuatan keluarga
Bapak J dan ibu E bersama-sama merancang dan menentukan kebutuhan keluarga dan
rencana keluarga kedepannya termasuk masalah pendidikan,kesehatan sosial dan
program keluarga pada masa yang akan datang.
4. Nilai dan norma keluarga
Nilai norma yang dianut keluarga umumnya sering melaksanakan sholat berjamaah
pada waktu maghrib dan setelah sholat isya berjamaah keluarga bapak J makan
bersama sambil berbincang-bincang untuk mengetahui problem dan kondisi terkini
keluarga.
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Setiap anggota keluarga saling peduli,tenggang rasa,senasib sepenanggungan dalam
suka maupu duka dan menyayangi satu sama lain. Bapak J sering memberikan
motivasi terbaik dengan bahasa yang positif dan menjauhi perkataan yang berbau
negative. Hubungan keluarga bapak J sangat dekat dan saling terbuka jika mempunyai
masalah.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga bapak J gemar bersedekah,berinfak dan gemar membantu anak yatim dan
fakir miskin baik yang datang kerumah/dalam bentuk sumbangan lainnya untuk anak
terlantar,dll.
3. Fungsi perawatan
Keluarga mengatakan saat ada anggota keluarga yang sakit, ibu E selalu berkonsultasi
dengan dokter. Jika merasa ada kelainan yang diderita antara keluarga dan ada
anggota keluarga yang tiba-tiba mendadak sakit keluarga segera membawa ke klinik/
rumah sakit terdekat untuk segera mendapatkan pertolongan. Anak. M mengalami
alergi pada makanan ringan maupun coklat, apabila anak.M mengkonsumsi coklat
atau makanan ringan secara berlebihan anak. M akan mengalamai sesak nafas sebagai
respon dari tubuh yang tidak menerima bentuk coklat maupun makanan ringan
tersebut. Apabila sesak nafas anak.M kambuh, keluarga akan langsung membawa
anak M kerumah sakit atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan
secepatnya. Keluarga mengatakan anak M pernah mendapat perawatan dengan
pemberian nebulizer unttuk mengurangi sesak nafas anak.M
VI.Stres dan Koping Keluarga
1. Stresor yang dimiliki
a) Stresor jangka pendek
Keluarga mengatakan khawatir pada kesehatan anak.M apabila kembali
mengkonsumsi coklat, es atau makanan ringan diluar kontrol dari bapak J dan ibu
E yang akan menyebabkan kambuhnya kembali sesak nafas dari anak M
b) Stresor jangka panjang
Bapak J dan ibu E mengatakan khawatir akan kondisi kesehatan dari anak M
dengan berusaha untuk selalu memperbaiki atau mengontrol pola makan dari anak
M agar alergi anak M tidak kambuh kembali, karena keluarga juga mengatakan
apabila anak M sakit, kondisi tubuh anak M akan menurun secara drastis
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
Menurut keluarga,keluarga sudah berusaha merawat anggota keluarga yang sakit
dengan baik dengan bersenantiasa berkonsultasi dengan dokter dari segala yang
dirasakan anggota keluarga tersebut untuk mencegah dari penyakit yang di duga.
3. Strategi koping yang digunakan
Ibu E terbuka dengan anak-anak dang anggota keluarga untuk segera mungkin
menyampaikan kalau ada persoalan yang menyangkut dengan kesehatan dan
senantiasa melakukan pada waktu hari tertentu menanyakan tentang kesehatan
anggota keluarga tersebut.
4. Strategi adaptasi keluarga
Setiap anggota keluarga yang merasa kelainan dari kesehatannya segera
menyampaikan kepada orang tua untuk segera di konsultasikan dengan dokter untuk
upaya pencegahan sedini mungkin dari kelainan keluarga yang diderita saat ini.
5. Harapan keluarga
Bapak J dan ibu E berharap terhindar dari penyakit/masalah kesehatan yang akan
mengganggu terhadap keutuhan dan keseimbangan keluarga dan saat ini masih ikut
sebagai peserta jamkesmas dalam upaya pencegahan terhadap penyakit yang diderita
keluaraga.

VII. Pemeriksaan Fisik


Tabel pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Bapak J
Kepala Bentuk simetris, distribusi rambut merata, berwarna hitam
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang telinga
terlihat bersih, eritema (-), tidak ada ganngguan
pendengaran
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, bapak J
memakai kacamata, sclera bening, konjungtiva pink tidak
pucat, alis mata berbatas tegas dan simetris, pembengkakan
mata (-), respon terhadap cahaya (+)
Mulut dan hidung Bentuk simetris, lidah berwarna putih kemerahan, tidak ada
secret yang keluar melalui hidung, tidak ada kotoran yang
terlihat melalui hidung, lidah pada posisi normal, bicara
tidak pelo, tidak ada gangguan menelan, bibir simetris,
mukosa bibir lembab, tidak ada cuping hidung, Tidak ada
lesi pada rongga mulut, perdarahan dan pembengkakan (-),
karies gigi (-), gigi tidak lengkap, dua gigi geraham bagian
belakang pasien kiri dan kanan sudah tidak ada
Dada dan paru-paru Suara nafas vesikuler, Inspeksi tidak ada retraksi dada saat
bernafas, Palpasi pengembangan dada simetris, Perkusis:
sonor, Auskultasi paru :vesikuler
Abdomen Inspeksi: tidak ada lesi disekitar abdomen, tidak ada
distensi, perut tidak kembung, Auskultasi: bising usus 20
x/menit, Perkusi: tympani, Palapasi: tidak ada nyeri tekan
diseluruh lapang abdomen, tidak ada pembesaran organ
Reproduksi Tidak ada keluhan
Eliminasi Sistem perkemihan
Pola : ± 5-6x sehari, tidak mengalami inkontinensia
Eliminasi (BAB): pola 1x sehari, tidak ada konstipasi.
Sistem Integumen Turgor kulit elastis, tidak ada abrasi, tidak ada lebam,
tidak bengkak, tidak ada eritema
Sistem Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada sendi pasien
muskuloskeletal
BB dan TB BB : 85 dan TB :185
Tanda- tanda vital TD 120/90 mmHg; Nadi 90 x/menit; Pernapasan 17
x/menit; Suhu 36,5º C
Capillary refill < 2 detik

Tabel pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Ibu E
Kepala Bentuk simetris, distribusi rambut merata, berwarna hitam
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang telinga
terlihat bersih, eritema (-), tidak ada ganngguan
pendengaran
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, sclera
bening, konjungtiva pink tidak pucat, alis mata berbatas
tegas dan simetris, pembengkakan mata (-), respon
terhadap cahaya (+)
Mulut dan hidung Bentuk simetris, lidah berwarna putih kemerahan, tidak ada
secret yang keluar melalui hidung, tidak ada kotoran yang
terlihat melalui hidung, lidah pada posisi normal, bicara
tidak pelo, tidak ada gangguan menelan, bibir simetris,
mukosa bibir lembab, tidak ada cuping hidung, Tidak ada
lesi pada rongga mulut, perdarahan dan pembengkakan (-),
karies gigi (-), gigi tidak lengkap, dua gigi geraham bagian
belakang bawah sudah tidak ada
Dada dan paru-paru Suara nafas vesikuler, Inspeksi tidak ada retraksi dada saat
bernafas, Palpasi pengembangan dada simetris, Perkusis:
sonor, Auskultasi paru :vesikuler
Abdomen Inspeksi: tidak ada lesi disekitar abdomen, tidak ada
distensi, perut tidak kembung, Auskultasi: bising usus 20
x/menit, Perkusi: tympani, Palapasi: tidak ada nyeri tekan
diseluruh lapang abdomen, tidak ada pembesaran organ
Reproduksi Tidak ada keluhan
Eliminasi Sistem perkemihan
Pola : ± 5-6x sehari, tidak mengalami inkontinensia
Eliminasi (BAB): pola 1x sehari, tidak ada konstipasi.
Sistem Integumen Turgor kulit elastis, tidak ada abrasi, tidak ada lebam,
tidak bengkak, tidak ada eritema
Sistem Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada sendi pasien
muskuloskeletal
BB dan TB BB : 63 dan TB : 162
Tanda- tanda vital TD 100/80 mmHg; Nadi 80 x/menit; Pernapasan 16
x/menit; Suhu 36,8º C
Capillary refill < 2 detik

Tabel pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Anak R
Kepala Bentuk simetris, distribusi rambut merata, berwarna hitam
dan tebal
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang telinga
terlihat bersih, eritema (-), tidak ada ganngguan
pendengaran
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, sclera
bening, konjungtiva pink tidak pucat, alis mata berbatas
tegas dan simetris, pembengkakan mata (-), respon
terhadap cahaya (+)
Mulut dan hidung Bentuk simetris, lidah berwarna putih kemerahan, tidak ada
secret yang keluar melalui hidung, tidak ada kotoran yang
terlihat melalui hidung, lidah pada posisi normal, bicara
tidak pelo, tidak ada gangguan menelan, bibir simetris,
mukosa bibir lembab, tidak ada cuping hidung, Tidak ada
lesi pada rongga mulut, perdarahan dan pembengkakan (-),
karies gigi (-), gigi pasien lengkap
Dada dan paru-paru Suara nafas vesikuler, Inspeksi tidak ada retraksi dada saat
bernafas, Palpasi pengembangan dada simetris, Perkusis:
sonor, Auskultasi paru :vesikuler
Abdomen Inspeksi: tidak ada lesi disekitar abdomen, tidak ada
distensi, perut tidak kembung, Auskultasi: bising usus 20
x/menit, Perkusi: tympani, Palapasi: tidak ada nyeri tekan
diseluruh lapang abdomen, tidak ada pembesaran organ
Reproduksi Tidak ada keluhan
Eliminasi Sistem perkemihan
Pola : ± 5-6x sehari, tidak mengalami inkontinensia
Eliminasi (BAB): pola 1x sehari, tidak ada konstipasi.
Sistem Integumen Turgor kulit elastis, tidak ada abrasi, tidak ada lebam,
tidak bengkak, tidak ada eritema
Sistem Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada sendi pasien
muskuloskeletal
BB dan TB BB: 70 dan TB : 170
Tanda- tanda vital TD 110/80 mmHg; Nadi 90 x/menit; Pernapasan 18
x/menit; Suhu 36,7º C
Capillary refill < 2 detik

Tabel pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Anak N
Kepala Bentuk simetris, distribusi rambut merata, berwarna hitam
dan tebal
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang telinga
terlihat bersih, eritema (-), tidak ada ganngguan
pendengaran
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, sclera
bening, konjungtiva pink tidak pucat, alis mata berbatas
tegas dan simetris, pembengkakan mata (-), respon
terhadap cahaya (+)
Mulut dan hidung Bentuk simetris, lidah berwarna putih kemerahan, tidak ada
secret yang keluar melalui hidung, tidak ada kotoran yang
terlihat melalui hidung, lidah pada posisi normal, bicara
tidak pelo, tidak ada gangguan menelan, bibir simetris,
mukosa bibir lembab, tidak ada cuping hidung, Tidak ada
lesi pada rongga mulut, perdarahan dan pembengkakan (-),
karies gigi (-), gigi pasien lengkap
Dada dan paru-paru Suara nafas vesikuler, Inspeksi tidak ada retraksi dada saat
bernafas, Palpasi pengembangan dada simetris, Perkusis:
sonor, Auskultasi paru :vesikuler
Abdomen Inspeksi: tidak ada lesi disekitar abdomen, tidak ada
distensi, perut tidak kembung, Auskultasi: bising usus 20
x/menit, Perkusi: tympani, Palapasi: tidak ada nyeri tekan
diseluruh lapang abdomen, tidak ada pembesaran organ
Reproduksi Tidak ada keluhan
Eliminasi Sistem perkemihan
Pola : ± 5-6x sehari, tidak mengalami inkontinensia
Eliminasi (BAB): pola 1x sehari, tidak ada konstipasi.
Sistem Integumen Turgor kulit elastis, tidak ada abrasi, tidak ada lebam,
tidak bengkak, tidak ada eritema
Sistem Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada sendi pasien
muskuloskeletal
BB dan TB BB: 49 dan TB : 158
Tanda- tanda vital TD 120/80 mmHg; Nadi 90 x/menit; Pernapasan 17
x/menit; Suhu 36,5º C
Capillary refill < 2 detik

Tabel pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Anak M
Kepala Bentuk simetris, distribusi rambut merata, berwarna hitam
dan tebal
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, liang telinga
terlihat bersih, eritema (-), tidak ada ganngguan
pendengaran
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka menutup, sclera
bening, konjungtiva pink tidak pucat, alis mata berbatas
tegas dan simetris, pembengkakan mata (-), respon
terhadap cahaya (+)
Mulut dan hidung Bentuk simetris, lidah berwarna putih kemerahan, tidak ada
secret yang keluar melalui hidung, tidak ada kotoran yang
terlihat melalui hidung, lidah pada posisi normal, bicara
tidak pelo, tidak ada gangguan menelan, bibir simetris,
mukosa bibir lembab, tidak ada cuping hidung, Tidak ada
lesi pada rongga mulut, perdarahan dan pembengkakan (-),
karies gigi (-), gigi pasien lengkap
Dada dan paru-paru Suara nafas vesikuler, Inspeksi tidak ada retraksi dada saat
bernafas, Palpasi pengembangan dada simetris, Perkusis:
sonor, Auskultasi paru :vesikuler
Abdomen Inspeksi: tidak ada lesi disekitar abdomen, tidak ada
distensi, perut tidak kembung, Auskultasi: bising usus 20
x/menit, Perkusi: tympani, Palapasi: tidak ada nyeri tekan
diseluruh lapang abdomen, tidak ada pembesaran organ
Reproduksi Tidak ada keluhan
Eliminasi Sistem perkemihan
Pola : ± 5-6x sehari, tidak mengalami inkontinensia
Eliminasi (BAB): pola 1x sehari, tidak ada konstipasi.
Sistem Integumen Turgor kulit elastis, tidak ada abrasi, tidak ada lebam,
tidak bengkak, tidak ada eritema
Sistem Pasien mengatakan tidak ada keluhan pada sendi pasien
muskuloskeletal
BB dan TB BB :30 dan TB : 132
Tanda- tanda vital TD 120/90 mmHg; Nadi 85 x/menit; Pernapasan 16
x/menit; Suhu 36,5º C
Capillary refill < 2 detik
LAMPIRAN

B. ANALISA DATA

No Data Diagnosa Keperawatan


1 DS : Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
1) Ibu E mengatakan An. M mengalami gejala bantuk terkadang
diikuti oleh sesak nafas
2) Ibu E mengatakan An.M pernah dirawat jalan di UGD untuk
pemasangan nebulizer
3) Ibu E mengatakan jika An. M mengkonsumsi coklat, es dan
makanan ringan yang berlebihan, An. M akan rentan mengalami
sesak nafas.
4) Ibu E mengatakan anak M kadang masih mengkonsumsi coklat
dan makanan ringan tanpa sepengahuan Ibu E dan Bapak J
5) Ibu E mengatakan anak M mengalami kesulitan tidur saat sakit

DO :
1. Suhu badan An. E meningkat 38℃ saat sakit
2. Pasien mengalami sesak nafas yang di awali dengan demam dan
batuk
3. An. E terlihat lelah dan lesu saat sakit
2 DS : Kesiapan meningkatkan nutrisi
1) Ibu E mengatakan An. M tidak nafsu makan saat sakit
2) Ibu E mengatakan An. M telihat pucat dan bibirnya kering saat
sakit
3) Ibu E mengatakan mata An. E tampak cekung saat sakit
4) Ibu E mengatakan selalu khawatir jika penyakit anak M kambuh
kembali
5) Ibu E mengatakan jika anak E sakit makan berat badan anak M
akan cepat menurun karena susah makan
6) Ibu E mengatakan saat ini berusaha untuk mengontrol pola makan
anak mereka agar sistem kekebalan tubuh mereka tetap terjaga
7) Ibu E mengatakan tidak memperbolehkan anak mereka terutama
anak M makan makanan ringan dan coklat secara berlebihan.

DO :
1. BB sakit : 22 kg dan BB sebelum sakit : 25 kg
2. BB sekarang : 30
3. Berat bdan pasien saat ini sudah tampak berisi.
4. Nafsu makan pasien saat ini sudah baik
5. Nafsu makan pasien berkurang saat sakit
SKORING

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga bapak J

Kriteria Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah: 1 3/3x1= 1 An.M mengalami sesak nafas sejak 6 bulan yang lalu, namun An. tersebut
masik suka makan makanan yang dilarang oleh dokter seperti es,coklat dan
Defisit kesehatan (3)
makannan instan.
Ancaman kesehatan
(2)

Faktor risiko (1)


Kemungkinan diubah: 2 1/2x2= 1 Ibu E mengetahui tentang pelaksanaan sesak nafas, namun diluar control ibu
E ketika An. M disekolah sering membeli jajanan seperti es,coklat dan
Mudah (2)
makanan ringan yang bisa berdampak kambuhnya kembali batuk dan sesak
Sebagian (1) nafas An.M tersebut.

Tidak dapat (0)


Kemungkinan 1 2/3x1= 2/3 Ibu E sudah menegtahui anaknya pernah mengalami sesak nafas dan telah
dicegah: berupaya tidak mengkonsumsi es,coklat dan makanan ringan. Namun An. M
diluar control/pengetahuan ibu E masih mengkonsumsi makanan yang dapat
Tinggi (3)
menyebabkan kambuhnya kembali batuk dan sesak nafas.
Cukup (2)

Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 2/2x1= 1 .Kondisi kesehatan An.M saat ini telah membaik dan sehat. Namun, ibu E
telah mengontrol An.M untuk tidak lagi mengkonsumsi makanan yang dapat
Membutuhkan
menyebabkan gangguan pernafasan dan batuk.
perhatian segera (2)

Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)

Tidak dirasakan
sebagai masalah atau
kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
Total 5 3 2/3
2. Kesiapan peningkatan nutrisi keluarga bapak J

Kriteria Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah: 1 3/3x1= 1 Ketika ada acara-acara yang menyediakan aneka ragam makanan yang tidak
bisa di kontrol lagi ketika itu berdampak terhadap kambuhnya kembali yang
Defisit kesehatan (3)
di derita An.M
Ancaman kesehatan
(2)

Faktor risiko (1)


Kemungkinan diubah: 2 1/2x2= 1 Orang tua senantiasa memberikan nasehat/peringatan kepada An.M terhadap
bahaya dan resiko terhadap makanan yang dilarang oleh dokter yang dapat
Mudah (2)
menyebabkan kambuhnya kembali penyakit tersebut.
Sebagian (1)

Tidak dapat (0)


Kemungkinan 1 2/3x1= 2/3 Ibu E tidak lagi membelikan makanan seperti coklat,es dan makanan kecil
dicegah: lainnya yang beresiko kambuhnya kembali penyakit An.M.

Tinggi (3)

Cukup (2)

Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 2/2x1= 1 Bapak J dan ibu E terkadang merasa khawatir ketika meninggalkan An.M
yang menyebabkan tidak lagi terkontrol makanan yang dikonsumsi oleh
An.M yang berdampak terhadap kondisi An.M
Membutuhkan
perhatian segera (2)

Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)

Tidak dirasakan
sebagai masalah atau
kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
Total 5 3 2/3
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2. Kesiapan meningkatkan nutrisi
D. PERENCANAAN

No Diagnosa Keperawatan Skor


1 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 3 2/3

Ibu E dan bapak J mengatakan anak terakhir mereka yaitu anak M pernah mengalami sesak nafas sehingga pernah mendapatan penaanganan
kesehatan dengan pemberian nebulizer pada anak M, Ibu E mengatakan ia khawatir akan kesehatan anak M kembali karena, kadang anak M,
masih mengkonsumsi coklat dan makanan ringan yang dilarang karena hal tersebut dapat menyebabkan kambungnya penyakit anak M
kembali
2 Kesiapan meningkatkan nutrisi 3 2/3

Ibu E dan bapak J mengatakan jika anak M sakit, anak M akan mengalami penurunan berat badan yang drastis, ibu E mengatakan khawatir
jika penyakit anak M kambuh kembali, ibu E juga mengatakan anaknya yang satu lagi juga pernah mengalami gejala hepatitis, pada saat ini
anak N juga mengalami penurunan berat badan yang cukup banyak, ibu E mengatakan saat ini berusaha memperbaiki pola makan anak M dan
anak N agar dengan pola makan anak seimbang maka daya tahan tubuh anak ibu E juga semakin baik

N Dx. Kep diagnosis NOC NIC


o
1 DS : Domain 1 Pengetahuan: Manajemen penyakit Keluarga mampu mengenal masalah
Promosi Kesehatan
6) Ibu E mengatakan An. M kronis (1874) 1. Pendidikan kesehatan tentang
mengalami gejala bantuk Kelas 2 Indikator : hipersensitivitas (5610)
Manajemen kesehatan
terkadang diikuti oleh sesak a. Mengetahui penyebab dan faktor a. Identifikasi karakteristik kelompok anak yang
nafas Ketidakefektifan pendukung terjadinya mempengaruhi strategi pembelajaran
7) Ibu E mengatakan An.M pemeliharaan kesehatan pada hipersensitivitas (1-3) b. Tentukan pengetahuan kesehatan terkini dan
pernah dirawat jalan di UGD keluarga b. Mengetahui keuntungan gayah hidup anak maupun keluarga
untuk pemasangan nebulizer manajemen hipersensitivitas (1-3) c. Bantu anak dan keluarga untuk
8) Ibu E mengatakan jika An. M c. Mengetahui tanda dan gejala mengklarifikasi keyakinan dan nilai
mengkonsumsi coklat, es dan komplikasi hipersensitivitas (1-3) kesehatan berkaitan dengan hipersensitivitas
makanan ringan yang d. Mengetahui strategi untuk d. Tentukan tujuan program pendidikan
berlebihan, An. M akan mencegah komplikasi kesehatan tentang hipersensitivitas
rentan mengalami sesak hipersensitivitas (1-3) e. Hindari penggunaan teknik yang menakutkan
nafas. e. Mengetahui strategi untuk sebagai strategi untuk motivasi dalam
9) Ibu E mengatakan anak M mengontrol hipersensitivitas (1-3) mengubah perilaku hidup sehat
kadang masih mengkonsumsi f. Mengetahui pentingnya kepatuhan f. Gunakan media menarik perhatian anak dan
coklat dan makanan ringan akan perawatan hipersensitivitas keluarga
tanpa sepengahuan Ibu E dan (1-3) g. Ajarkan startegi yang bisa digunakan untuk
Bapak J g. Mengetahui kapan lansia menolak perilaku sehat atau hipersensitivitas
10) Ibu E mengatakan anak M membutuhkan bantuan petugas h. Lakukan demonstrasi atau redemonstrasi
mengalami kesulitan tidur kesehatan (1-3) untuk meningkatkan psikomotor
saat sakit
Pengetahuan tentang manajemen 2. Mengajarkan proses terjadinya
DO : hipersensitivitas (1831) hipersensitivitas (5602)
4. Suhu badan An. E meningkat a. Mengetahui tanda dan gejala awal a. Menilai pemahaman anak tentang hipertensi
38℃ saat sakit penyakit (1-3) b. Jelaskan patofisiologi terjadinya
5. Pasien mengalami sesak nafas b. Mengetahui tanda dan gejala hipersensitivitas dan bagaimana hubungan
yang di awali dengan demam penyakit hipersensitivitas yang antara anatomi dan fisiologi
dan batuk semakin memburuk (1-3) c. Review/ ulas pengetahuan anak tentang
6. An. E terlihat lelah dan lesu c. Mengetahui kemungkinan hipersensitivitas yang dirasakan
saat sakit perubahan rasa pada bagian sakit d. Jelaskan tanda dan gejala tentang
kuduk, sakit kepala akibat hipersensitivitas yang dialami
hipersensitivitas (1-3) e. Berikan informasi tentang hipersensitivitas
d. Mengetahui manfaat latihan rutin f. Identifikasi perubahan pada kondisi fisik anak
dan ringan seperti teknik relaksasi g. Diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa
progresif (1-3) dilakukan untuk mencegah komplikasi atau
e. Mengetahui strategi untuk mengontrol proses penyakit
melindungi lambung (1-3) h. Diskusikan terapi/ perawatan yang
f. Mengetahui strategi untuk dibutuhkan dan jelaskan alasannya
mencegah kekambuhan i. Gali sumberdaya/ dukungan yang
hipersensitivitas (1-3) memungkinkan
g. Mengetahui modifikasi diet yang j. Rujuk anak pada pelayanan/ dukungan yang
tepat hipersensitivitas (1-3) ada di masyarakat
h. Mengetahui dampak buruk akibat
dari sakit hipersensitivitas (1-3)
i. Mengetahui sumber informasi yang
terpercaya terkait hipersensitivitas
(1-3)

1803: Pengetahuan: Proses penyakit


(hipersensitivitas)
Indikator
a. mengetahui sifat spesifik penyakit
hipersensitivitas (1 menjadi 3)
b. mengetahui penyebab
hipersensitivitas (1 menjadi 3)
c. mengetahui faktor risiko
hipersensitivitas (1 menjadi 3)
d. mengetahui komplikasi
hipersensitivitas (1 – 3)
e. mengetahui cara mencegah dan
merawat hipersensitivitas (1-3)
Kemampuan keluarga dalam memutuskan
Keluarga mampu memutuskan 5250: dukungan membuat keputusan
Domain IV: Pengetahuan kesehatan a. Identifikasi dan klarifikasi adanya perbedaan
dan perilaku pandangan dalam melihat masalah
Kelas Q: Perilaku kesehatan. hipersensitivitas pada anak
Hasil: b. Fasilitasi klien dan keluarga untuk
1606: berpartisipasi dalam mengklarifikasi nilai dan harapan yang akan
memutuskan perawatan kesehatan. mempengaruhi pengambilan keputusan
a. Membuat keputusan terkait c. Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi
perawatan anak (2-4) keuntungan dan kerugian masing-masing
b. Melakukan identifikasi hasil (2-4) alternatif pemecahan masalah.
c. Menggunakan teknik pemecahan
masalah untuk mencapai hasil (2-4)
Kemampuan keluarga dalam merawat
Keluarga mampu melakukan 1. Promosi latihan teknik relaksasi progresif
perawatan (0202) bagi anak yang mengalami nyeri
ringan
Kepatuhan perilaku: Aktivitas yang a. Jelaskan tentang manfaat latihan (teknik
disarankan (1632) relaksasi progresif)
a. Diskusikan aktivitas yang b. Instruksikan untuk memulai latihan rutin
disarankan secara konsisten secara perlahan
b. Identifikasi harapan akan manfaat c. Hindari untuk melakukan gerakan yang cepat
aktivitas fisik secara konsisten dan memberikan tekanan
c. Identifikasi hambatan untuk d. Minta klien untuk mendemonstrasikan ulang
melakukan aktivitas fisik gerakan teknik relaksasi progresif
d. Gunakan stretegi untuk promosi e. Monitor toleransi selama latihan misal nadi
keamanan secara konsisten cepat, dan pusing ringan
e. Gunakan strategi untuk f. Kolaborasi dengan anggota keluarga dalam
meluangkan waktu dalam merencanakan, mengajarkan dan monitor
melakukan aktivitas fisik secara rencana latihan
konsisten
f. Berpartisipasi dalam aktivitas
sehari-hari secara konsisten
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
Keluarga mampu memodifikasi (1260) Manajemen diet sehat hipersensitivitas
lingkungan a. Diskusikan dengan lansia hubungan antara
Domain IV : pengetahuan kesehatan makanan yang masuk, latihan, dan
dan perilaku hipersensitivitas
Level 2: Kelas S: pengetahuan tentang b. Diskusikan dengan lansia bahwa makan yang
manajemen diet untuk hipersensitivitas tidak teratur dapat meningkatkan
a. Mengetahui diet sehat untuk kekambuhan hipersensitivitas
penderita hipersensitivitas c. Gali motivasi lansia untuk mengubah pola
b. Mengetahui strategi untuk makan
mencapai diet sehat d. Tentukan jenis makanan yang dianjurkan dan
hipersensitivitas makanan yang harus dihindari
c. Mengetahui hubungan diet, e. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi
aktivitas/ latihan dan kekambuhan makanan yang dianjurkan saja dan
hipersensitivitas menghindari makanan yang harus dihindari
d. Mengetahui risiko kesehatan yang f. Anjurkan memisahkan menu makanan
berkaitan dengan diet tidak sehat dengan anggota keluarga lainnya bila
dan kekambuhan hipersensitivitas memungkinkan
e. Mengetahui strategi untuk
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
memodifikasi makanan
kesehatan

Dukungan sosial (1504)


7910: Konsultasi
a. Keinginan menghubungi orang tua
a. Berikan konsultasi kepada klien dan keluarga
untuk meminta bantuan
dengan hasil skrining yang abnormal untuk
b. Bantuan uang diberikan ketika anak
rencana tindak lanjut yang harus dilakukan
membutuhkan
8100: rujukan:
c. Penawaran bantuan oleh orang tua
a. Rujuk klien (anak) ke pelayanan kesehatan
d. Tersedianya waktu dari orang tua
bila perlu
kepada anak
e. Informasi yang diberikan oleh orang
tua khususnya terkait
hipersensitivitas
f. Dukungan emosional/ kasih sayang
terpenuhi
Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Kelas Q: Perilaku sehat
Kepuasan pasien: Akses pada
sumber perawatan (3000)
a. Tersedianya perawatan yang
dibutuhkan
b. Tersedianya peralatan kesehatan
yang dibutuhkan untuk perawatan
c. Kepuasan terhadap perawat sebagai
pemberi perawatan
d. Bantuan terhadap akses penyedia
kesehatan

2 DS : DOMAIN 2 Perilaku patuh : diet yang sehat Manajemen nutrisi


8) Ibu E mengatakan An. M Nutrisi
tidak nafsu makan saat sakit Indikator : Aktivitas :
9) Ibu E mengatakan An. M KELAS 1 1. Menyusun target capaian diet (3- 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
telihat pucat dan bibirnya Makan 5) (pasien) dalam memnuhi kebutuhan gizi
kering saat sakit 2. Menyeimbangkan intake kalori 2. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi
10) Ibu E mengatakan mata An. E Diagnosis dan kebutuhan kalori (3-5) makanan yang dimiliki pasien
tampak cekung saat sakit Kesiapan meningkatkan 3. Menyiapkan makanan sesuai 3. Tentukan pa yang menjadi preverensi
11) Ibu E mengatakan selalu nutrisi (00163) dengan rekomendasi diet lemak, makanan bagi pasien
khawatir jika penyakit anak sodium (garam) dan karbohidrat 4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
M kambuh kembali (3-4) yang dibutuhkan untuk memenuhi
12) Ibu E mengatakan jika anak E 4. Memakan sajian buah yang persyaratan gizi
sakit makan berat badan anak direkomendasikan per hari (4-5) 5. Monitor kalori dan asupan makanan
M akan cepat menurun karena 5. Mengurangi makanan dengan 6. Monitor kecenderungan terjadinya
susah makan nilai kalori tinggi dan nilai nutrisi penurunan dan kenaikan berat badan
kecil (3-5) 7. Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan
DO : 6. Menyeimbangkan antara intake intake makanan (misalnya buku harian
6. BB sakit : 22 kg dan BB cairan dan kehilangan cairan (3-5) makanan)
sebelum sakit : 25 kg 7. Menghindari makanan yang dapat 8. Beri arahan jika diperlukan
7. BB sekarang : memicu reaksi alergi (3-4)
8. Nafsu makan pasien
berkurang saat sakit Status nutrisi Manajemen gangguan makan

Indikator : Aktivitas :
1) Asupan gizi (2-4) 1) Tentukan pencapaian berat badan harian
2) Asupan makanan (3-4) sesuai keinginan
3) Asupan cairan (3-5) 2) Monitor intake/asupan dan asupan cairan
4) Energi (4-5) secara tepat
5) Rasio berat badan/tinggi badan (3- 3) Monitor asupan kalori makanan harian
5) 4) Monitor berat badab klien secara rutin
6) Hidrasi (4-5) 5) Beri tanggung jawab terkait dengan plihan-
pilihan makanan dan aktivitas fisik dengan
klien dengan cara yang tepat
6) Berikan dukungan dan arahaan jika
diperlukan
E. PELAKSANAAN DAN EVALUASI

CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda tangan
Keperawatan
1 Ketidakefektifan 28 april 2018/ TUK 1 - Subyektif :
pemeliharaan sabtu jam
Dengan menggunakan lembar balik 1) Ibu E dan keluarga mengatakan bersedia
kesehatan 14.00 WIB
dan booklet: mengikuti kegiatan yang aakan direncanakan
1. Membina hubungan baik oleh perawat
dengan ibu E dan keluarga 2) Keluarga mengatakan jika anak M akan
2. Menjelasakan maksud dan mengalami sesak nafas jika memakan makaan
tujuan impelentasi ringan dan colat
3. Melakukan pendidikan 3) Keluarga mengatakan pola makan anak M
kesehatan tentang straregi harus dikontrol
pemebelajaran 4) Keluarga mengatakan sudah mengetahu
4. Memberikan informasi pada penyebab dari sesak nafas yang diderita oleh
ibu E bahwa hasil pemeriksaan anak M
pada kesehatan keluarga ibu E 5) Keluarga mengatakan ingin mendapatkan
5. Memberikan reinforcement pengetahuan yang lebuah banyak tentang
positif terhadap keluarga atas penyebab dari sesak nafas yang diderita oleh
pencapaian hasil yang baik anak M

- Objektif :

1. TD anak M : 120/90 mmHg


2. Nadi Nn.W: 85 x/mnt
3. Ibu E beserta keluarga terlihat memperhatikan
penjelasan dari perawat tentang cara agar
pemeliharaan kesehatan keluarga tetap efektif
4. aktif dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan evaluasi dari perawat
CATATAN PERKEMBANGAN
No Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda tangan
Keperawatan
2 Kesiapan Sabtu, 28 TUK 1: - Subyektif :
peningkatan april 2018, a. Mengidentifikasi masalah yang
nutrisi jam 14.00 Subjektif:
wib dihadapi keluarga
a) Ibu E megatakan ingin mengatur bagaimana
b. Mendiskusikan bersama keluarga
pola makan yang benar untuk anaknya
efek dari peningkatan nutrisi
b) Ibu E mengatakan khawatir dengan konsisi
keluarga
anakanya yang mengalami penurunan berat
c. Menjelaskan cara melakukan
badan yang drastis apabila masalah kesehatan
peningkatan nutrisi keluarga yang
yang dialami oleh anaknya kembali
dijalani
c) Mengatakan bersedia mengikuti arahan dari
d. Memberikan kesempatan
perawat cara peningkatan nutrisi
bertanya bagi keluarga
- Objektif :
e. Memberikan penghargaan pada
peran serta keluarga a. BB anak M saat sehat 25 kg BB sakit 22 kg
b. Keluarga tampak berpartisipasi dalam
menyebutkan asupan nutrisi yang baik
c. Keluarga sesekali menganggukkan kepala saat
diberi penguatan dan penjelasan

- Analisis :

TUK 1 tercapai yang mana keluarga bersedia


mengikuti dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan
kesiapan peningkatan nutrisi

- Perencanaan :

Lanjutkan ke TUK 2 yaitu kemampuan keluarga


mengenali masalah dan tata cara peningkatan
kebutuhan nutrisi
Minggu, 29 TUK 2: Subjektif
april 2018  Keluarga mengatakan faktor faktor makanan
jam 14.00 a. Mendiskusikan bersama keluarga
WIB yang dapat menyebabkan alergi
hal hal yang dapat dilakukan
 Keluarga mengatakan makanan yang dianjurkan
dalam mempersiapkan
dan baik bagi penderita hipersensitivitas
peningkatan nutrisi
 Keluarga mengatakan akan semakin hati-hati
b. Memotivasi keluarga untuk
dan taat diet yang dianjurkan oleh perawat
membantu anak dalam mengatur
Objektif
pola makan yang baik
c. Menjelaskan kepada keluarga  Keluarga berpartisipasi aktif dalam diskusi
tentang bagaimana pola makan  Keluarga mampu menyebutkan jenis makanan
yang baik serta pola makan yang yang sebaiknya dihindari agar penyakit alergi
sebaiknya dihindari agar penyakit tidak kembali
hipersensitivitasnya tidak kembali  Keluarga mampu menyebutkan makanan yang
kambung dianjurkan dan baik bagi penderita
d. Memberi pujian atas upaya yang hipersensitivitas
telah dilakukan oleh ibu E, Analisis
bapak R dan keluarga  Ibu E, bapak J dan keluarga mengetahui
makanan yang dianjurkan dan makanan yang
harus dihindari
 Ibu E, bapak J dan keluarga mengetahui strategi
untuk makan dengan teratur
 Ibu E, bapak J dan keluarga mengetahui apa
yang menyebabkan kambuhnya kembali alergi
Perencanaan
- Intervensi untuk TUK 3 tidak dilanjutkan
dikarenakan keluarga sudah mampu mengetaui
dan mendemonstrasikan bagaimana cara
kesiapan peningkatan nutrisi dan jenis makanan
apa yang sebaiknya dikonsumsi serta dihindari
BAB IV
PENUTUP

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga dengan masalah Alergi atau


Hipersentivitas pada An.M dengan menggunakan proses keperawatan keluarga mulai
dari pengkajian sampai dengan pembahasan kasus oleh perawatannya, maka dapat
diambil suatu kesimpulan dan saran.

A. KESIMPULAN
1. Di dalam pengkajian penulis menggunakan model konseptual Friedman yang
lebih menekankan pada struktur fungsional keluarga. Pengkajian menurut
friedman dirasa kurang lengkap untuk klien dengan Hipersentivitas.
2. Masalah utama yang muncul di dalam keluarga Tn.J khususnya An.M adalah
kurangnya pengetahuan keluarga tentang Hipersentivitas terutama cara
perawatan anggota keluarga yang sakit Hipersentivitas.
3. Di dalam penyusunan rencana keperawatan keluarga Tn.J khususnya An.M
penulis dalam pengkajian melibatkan peran keluarga dengan menekankan
pada prevensi primer dan sekunder dalam usaha preventif dan promotif untuk
meningkatkan pengetahuan, kemauan dan sikap dalam perawatan/ merawat
penderita Hipersentivitas.
4. Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga, muncul faktor
pendukung. Faktor pendukung yaitu keluarga Tn.J yang cukup mudah
mengerti atau paham dengan apa yang disampaikan. Selain itu juga
tersedianya sarana serta alat bantu yang mempermudah penjelasan yang
disampaikan. Faktor-faktor itulah yang menjadikan penulis bisa melakukan
Asuhan Keperawatan sesuai dengan rencana.
B. SARAN
1. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan model konseptual Friedman karena pelaksanaan Asuhan
Keperawatan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ditentukan dengan secara komprehensif.
2. Diharapkan keluarga mampu mengenal masalah yang terjadi di dalam
keluarga dan diharapkan keluarga mampu melakukan tindakan promotif dan
preventif.
3. Diharapkan kelurga dapat berperan aktif dalam pelaksanaan Asuhan
keperawatan meliputi 5 fungsi keluarga, yaitu: mengenal masalah kesehatan
keluarga, mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat,
memelihara dan memodifikasi lingkungan yang sehat dan memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Dalam memberikan perawatan kesehatan keluarga hendaknya
memperhatikan aspek social, ekonomi, pendidikan dan pengetahuan tentang
tujuan yang direncanakan akan tercapai sesuatu dengan tingkat aspek yang
dimiliki keluarga melalui metode penyuluhan, penjelasan maupun diskusi
bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Berhman, Richard E. 2012. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC


Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis. 2012. Imunologi Dasar Edisi ke-10.
Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
NANDA. 2017.  Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi 2015
2017. Jakarta: EGC

Gloria Bulecheck, Howard Butcher, Joanne Dochterman, Cheryl Wagner. Nursing


Interventions Classificatin (NIC). edisi 6. 2013. Indonesia : CV Mocomedia

Sue Moorhead, Marion Johnson, Elizabeth Swanson. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Edisi 5. 2013. Indonesia : CV Mocomedoa

Riasmini, Ni Made, dkk. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan. UI Press : Jakarta


Smeltzer, Suzane C. dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC
Wong, Donna I. Dkk. 2009. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik edisi: 6.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai