Anda di halaman 1dari 12

JIPPK, Volume 4, Nomor 1, Halaman 81-92

ISSN: 2528-0767 (p) dan 2527-8495 (e)


http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG


NOMOR:15PDT. G/2014/PN.JMB.TENTANG PERALIHAN HAK
ATAS TANAHDENGAN MENGGUNAKAN BILYET GIRO
Hartatik, Dhiana Puspitawati
Program Studi Magister Ilmu Kenotariatan Universitas Brawijaya
Jl. M.T. Haryono No.169 Malang

Abstract: this paper aims to review the Court Decision Number: 15 / Pdt.G
/ 2014 / PN.JMB dated October 14, 2014, relating to the validity of the
transfer of land rights by buying and selling through payment using Bilyet
Giro, and analyzing the settlement of the transfer of land rights using Bilyet
Giro according to customary law. The method used in this paper is normative
research to find a solution to the problem of transferring land rights through
buying and selling using Bilyet Giro to produce a new opinion, theory or
concept as a prescription related to the problem. The results of the analysis in
this paper show that the payment in full with the Bilyet Giro against the price
agreed in the sale of land rights must be declared valid and valuable, both in
terms of the Civil Code and the concept of customary law, and according to
the provisions of customary law, cash payment with Bilyet Giro is sufficient
for the transfer of land rights due to buying and selling.0,1
Keywords: agreement, buying and selling, bilyet giro
Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menguji putusan Pengadilan Nomor: 15/
Pdt.G/2014/PN.JMB tanggal 14 Oktober 2014 berkaitan dengan keabsahan
peralihan hak atas tanah dengan jual-beli melalui pembayaran menggunakan
Bilyet Giro, dan menganalisis penyelesaian peralihan hak atas tanah dengan
menggunakan Bilyet Giro menurut hukum adat. Metode yang digunakan dalam
penulisan ini adalah penelitian normatif dalam rangka mencari pemecahan
atas masalah peralihan hak atas tanah melalui jual-beli dengan pembayaran
menggunakan Bilyet Giro sehingga menghasilkan sebuah pendapat, teori
atau konsep baru sebagai preskripsi terkait masalah tersebut. Hasil analisis
dalam tulisan ini menunjukkan bahwa pembayaran lunas dengan Bilyet Giro
terhadap harga yang diperjanjikan dalam jual-beli hak atas tanah harus
dinyatakan sah dan berharga, baik ditinjau dari perkembangan konsep Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata maupun konsep hukum adat, dan menurut
ketentuan hukum adat, pembayaran lunas atas harga dengan Bilyet Giro telah
mencukupi terjadinya peralihan hak atas tanah karena jual-beli.
Kata Kunci: perjanjian, jual-beli, bilyet giro

PENDAHULUAN
Jual-beli menurut Kitab Undang-Undang melakukan sesuatu. Perjanjian atau kontrak
Hukum Perdata adalah suatu perjanjian tersebut akan melahirkan hak dan kewajiban
timbal balik yang mana pihak yang satu bagi para pihak yang mengikatkan diri
(si penjual) berjanji untuk menyerahkan dalam suatu perjanjian tersebut. Menurut
hak milik atas suatu barang, sedangkan ketentuan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang
pihak lainnya (si pembeli) berjanji untuk Hukum Perdata Perjanjian merupakan
membayar harga yang terdiri atas jumlah suatu perbuatan yang di mana satu atau
uang sebagai imbalan dari perolehan hak lebih orang mengikatkan dirinya dengan
milik tersebut. Perjanjian atau dengan kata satu atau lebih orang maka dengan begitu
lain kontrak adalah suatu kesepakatan antara dapat diambil kesimpulan bahwa jual-beli
dua pihak atau lebih untuk melakukan lahir setelah ada kata sepakat.
sesuatu atau berbuat sesuatu, dan tidak Mengenai syarat sahnya perjanjian ini,

81
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 82
di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Undang Pokok Agraria). Jika pembeli
Perdata diatur dalam Pasal 1320. Pasal 1320 mempunyai kewarganegaraan asing di
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata samping kewarganegaraan Indonesianya
menentukan ada empat syarat sahnya suatu atau kepada suatu badan hukum yang
perjanjian yaitu; (a) sepakat mereka yang tidak dikecualikan oleh pemerintah,
mengikatkan diri, (b) kecakapan untuk maka jual-beli tersebut batal karena
membuat suatu perikatan, (c) sesuatu hal hukum dan tanah jatuh pada Negara
tertentu, dan (d) suatu sebab yang halal. (Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang
Unsur-unsur pokok perjanjian jual-beli Pokok Agraria).
adalah barang dan harga. Sesuai dengan b. Penjual berhak menjual tanah yang
asas konsensualisme yang menjiwai hukum bersangkutan. Penjual berhak menjual
perjanjian menurut Kitab Undang-Undang suatu bidang tanah tentu saja si pemegang
Hukum Perdata bahwa perjanjian jual-beli yang sah dari hak atas tanah tersebut
itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya yang disebut pemilik. Kalau pemilik
sepakat mengenai barang dan harga. Begitu sebidang tanah hanya satu orang, maka
kedua belah pihak sudah setuju tentang ia berhak untuk menjual sendiri tanah
barang dan harga, maka lahirlah perjanjian itu. Akan tetapi, bila pemilik tanah
jual-beli yang sah (Subekti, 1995:2). Terlebih adalah dua orang maka yang berhak
dahulu kita lihat lengkapnya Pasal 1457 menjual tanah itu ialah kedua orang
KUH Perdata yang menyatakan bahwa, itu bersama-sama.Tidak boleh seorang
“Jual-beli adalah suatu persetujuan dengan saja yang bertindak sebagai penjual
mana pihak yang satu mengikatkan dirinya (Effendi, 1994:2).
untuk menyerahkan suatu kebendaan, dari c. Tanah hak yang bersangkutan boleh
pihak yang lain untuk membayar harga diperjualbelikan dan tidak sedang
yang telah dijanjikan”. dalam segketa (Effendi, 1994:2).
Pemindahan hak menurut Kitab Undang- Mengenal tanah-tanah hak apa yang
Undang Hukum Perdata Pasal 1457 yang boleh diperjualbelikan telah ditentukan
mana syarat jual-beli tanah ada dua, yaitu dalam Undang-Undang Pokok Agraria
syarat materiil dan syarat formal. yaitu hak milik (Pasal 20), hak guna
1. Syarat materiil usaha (Pasal 28), hak guna bangunan
Syarat materiil sangat menentukan (Pasal 35), hak pakai (Pasal 41). Jika
akan sahnya jual-beli tanah tersebut, antara salah satu syarat materiil ini tidak
lain sebagai berikut: dipenuhi, dalam arti penjual bukan
a. Pembeli berhak membeli tanah yang merupakan orang yang berhak atas
bersangkutan. Maksudnya adalah pembeli tanah yang dijualnya atau pembeli
sebagai penerima hak harus memenuhi tidak memenuhi syarat untuk menjadi
syarat untuk memiliki tanah yang akan pemilik hak atas tanah atau tanah, yang
dibelinya. Untuk menentukan berhak diperjual-belikan, maka jual-beli tanah
atau tidaknya si pembeli memperoleh tersebut adalah tidak sah. Jual-beli tanah
hak atas tanah yang dibelinya tergantung yang dilakukan oleh yang tidak berhak
pada hak apa yang ada pada tanah adalah batal demi hukum. Artinya,
tersebut, apakah hak milik, hak guna sejak semula hukum menganggap tidak
bangunan, atau hak pakai. Menurut pernah terjadi jual-beli.
Undang-Undang Pokok Agraria, yang 2. Syarat formal
dapat mempunyai hak milik atas tanah Setelah semua persyaratan materiil
hanya warga Negara Indonesia tunggal dipenuhi maka PPAT (Pejabat Pembuat
dan badan-badan hukum yang ditetapkan Akta Tanah) akan membuat akta jual-
oleh pemerintah (Pasal 21 Undang- belinya. Akta jual-beli menurut Pasal 37
Analisis putusan pengadilan negeri ... 83
Peraturan Pemerintah 24/1997 harus dibuat pembangunan Hukum Tanah Nasional dan
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah. Jual-beli sebagai pelengkap dari ketentuan-ketentuan
yang dilakukan tanpa di hadapan Pejabat hukum tanah yang belum ada peraturannya
Pembuat Akta Tanah tetap sah karena agar tidak terjadi kekosongan hukum
Undang-Undang Pokok Agraria berlandaskan karena hukumnya belum diatur sehingga
pada Hukum Adat (Pasal 5 Undang-Undang kegiatan masyarat yang berhubungan
Pokok Agraria), sedangkan dalam Hukum dengan Hukum Tanah tidak terhambat
Adat sistem yang dipakai adalah sistem karenanya. Jual-beli menurut Hukum Tanah
konkret/kontan/nyata/riil. Pasal 26 UU Nasional yang bersumber pada hukum adat,
No 5 Tahun 1960 UUPA berbunyi, “Jual- dimana apa yang dimaksud dengan jual-beli
Beli, Penukaran, penghibahan, pemberian bukan merupakan perbuatan hukum yang
dengan wasiat, pemberian menurut adat merupakan perjanjian obligatoir. Jual-beli
dan perbuatan-perbuatan hukum lain yang (tanah) dalam hukum adat merupakan
dimaksudkan untuk memindahkan hak perbuatan hukum pemindahan hak yang
milik serta pengawasannya diatur dengan harus memenuhi tiga (3) unsur yaitu, (a)
Peraturan Pemerintah”. Kemudian Pasal harus bersifat tunai, artinya harga yang
19 UU No. 5 Tahun 1960 UUPA berbunyi, disetujui bersama dibayar penuh pada saat
“Untuk menjamin kepastian hukum oleh dilakukan jual-beli yang bersangkutan, (b)
pemerintah diadakan pendaftaran tanah harus bersifat terang, artinya pemindahan
seluruh wilayah Republik Indonesia menurut hak tersebut dilakukan dihadapan Pejabat
ketentuan–ketentuan yang diatur dengan Pembuat Akta Tanah yang berwenang atas
Peraturan Pemerintah”. Oleh karena hal obyek perbuatan hukum, (c) bersifat riil
tersebut untuk mewujudkan adanya suatu atau nyata, artinya dengan ditanda tangani
kepastian hukum dalam setiap peralihan akta pemindahan hak tersebut, maka akta
hak atas tanah maka dibuatlah Peraturan tersebut menunjukkan secara nyata dan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sebagai sebagai bukti dilakukan perbuatan hukum
peraturan pelaksana dari Undang-Undang tersebut (Boedi, 2007:326).
Pokok Agraria yang telah menentukan Melihat uraian tersebut diatas maka
bahwa setiap perjanjian yang bermaksud dapat diambil kesimpulan dari pengertian
memindahkan hak atas tanah harus dibuktikan tunai adalah penyerahan hak oleh penjual
dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dilakukan bersamaan dengan pembayaran
di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah oleh pembeli dan seketika itu juga hak sudah
(Bachtiar, 1993:23). Hal tersebut tertuang beralih, sifat riil berarti bahwa kehendak yang
pada Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah diucapkan harus diikuti dengan perbuatan
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran nyata misalnya telah diterimanya uang oleh
Tanah, yang berbunyi, “Peralihan hak atas penjual dan dibuatkannya perjanjian dihadapan
tanah dan hak milik atas satuan rumah kepala desa, sifat terang berarti dilakukan
susun melalui jual-beli, tukar menukar, dihadapan kepala desa untuk memastikan
hibah, pemasukan dalam perusahaan dan bahwa perbuatan itu tidak melanggar ketentuan
perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, hukum yang berlaku. Menurut hukum adat,
kecuali pemindahan hak melalui lelang jual-beli tanah adalah suatu perbuatan
hanya dapat di daftarkan, jika dibuktikan pemindahan hak atas tanah yang bersifat
dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang terang dan tunai. Terang berarti perbuatan
berwenang menurut ketentuan Peraturan pemindahan hak tersebut harus dilakukan di
Perundang-undangan yang berlaku”. hadapan kepala adat, yang berperan sebagai
Berbeda dengan pemindahan hak dari pejabat yang menanggung keteraturan dan
hukum adat, ada dua fungsi atau peranan dari sahnya perbuatan pemindahan hak tersebut
hukum adat, yaitu sebagai sumber utama sehingga perbuatan tersebut diketahui oleh
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 84
umum. Tunai maksudnya bahwa perbuatan sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan
pemindahan hak dan pembayaran harganya hukum tertentu mengenai hak atas tanah
dilakukan secara serentak. Oleh karena itu, atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
maka tunai mungkin berarti harga tanah yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran
dibayar secara kontan, atau baru dibayar perubahan data pendaftaran tanah yang
sebagian (dianggap tunai). Dalam hal diakibatkan oleh perbuatan hukum itu”
pembeli tidak membayar sisanya, maka (Boedi, 2002:677).
penjual tidak dapat menuntut atas dasar Uraian dapat disimpulkan bahwa tugas
terjadinya jual-beli tanah, akan tetapi atas Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah membuat
dasar hukum piutang (Yanuar, 2013:116), akta otentik adapun jenis akta yang dapat
disini dapat diambil kesimpulan bahwa dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
Jual-beli harus dilakukan dengan tunai/ antara lain perbuatan hukum mengenai
lunas dan pada saat itu pula penyerahan jual-beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan
barang dilakukan. dalam perusahaan, pembagian hak bersama,
Mewujudkan adanya suatu kepastian pemberian Hak Guna Bangunan atau hak
hukum dalam setiap peralihan hak atas pakai atas tanah hak milik, pemberian hak
tanah, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun tanggungan dan kuasa membebankan hak
1997 Tentang Pendaftaran Tanah sebagai tanggungan. Di dalam tata cara jual-beli
peraturan pelaksana dari Undang-Undang tanah sebagai salah satu bentuk peralihan
Pokok Agraria telah menentukan setiap hak atas tanah, haruslah dilakukan oleh
perjanjian yang bermaksud memindahkan para pihak di hadapan Pejabat Pembuat
hak atas tanah harus dibuktikan dengan suatu Akta Tanah atau Pejabat Pembuat Akta
akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara, dengan suatu akta otentik
Tanah (Bactiar, 1993:23). Untuk dibuat berupa akta jual-beli tanah, sebagaimana
akta peralihan hak tersebut, pihak yang dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang
memindahkan hak dan pihak yang menerima Hukum Perdata menyebutkan: “Akta otentik
hak harus menghadap Pejabat Pembuat adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk
Akta Tanah (selanjutnya disebut PPAT). Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 37 pegawai umum yang berkuasa untuk itu
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 dan di tempat di mana akta itu dibuatnya”.
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang Untuk mendapatkan bukti yang kuat dan
berbunyi, “Peralihan hak atas tanah dan lebih luas daya pembuktiannya, Akta
hak milik atas satuan rumah susun melalui jual-beli yang telah dilakukan dihadapan
jual-beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan Pejabat Pembuat Akta Tanah dalam proses
dalam perusahaan dan perbuatan hukum balik nama haruslah didaftarkan pada
pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan kantor pertanahan. Pejabat Pembuat Akta
hak karena lelang hanya dapat didaftarkan, Tanah Sementara (selanjutnya disebut
jika dibuktikan dengan akta yang dibuat PPATS) sebagaiman diuraikan di atas
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah yang apabila dalam suatu daerah tidak terdapat
berwenang menurut ketentuan peraturan Pejabat Pembuat Akta Tanah, sebagaimana
perundang-undangan yang berlaku” (Boedi, disebutkan dalam Pasal 5 ayat (3) huruf (a)
2002:538-539). Hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998
Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
tentang Peraturan Pejabat Pembuat Akta Akta Tanah yang berbunyi, “Camat atau
Tanah dalam Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi, Kepala Desa untuk melayani pembuatan
“Pejabat Pembuat Akta Tanah bertugas akta di daerah yang belum cukup terdapat
pokok melaksanakan sebagian kegiatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, sebagai
pendaftaran tanah dengan membuat akta Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara”.
Analisis putusan pengadilan negeri ... 85
Bahwa peralihan hak atas tanah meliputi Pejabat Pembuat Akta Tanah, tetapi
pemindahan hak atas tanah. Perbuatan yang menurut Kepala Kantor Pertanahan
hukum pemindahan hak atas tanah, berarti tersebut kadar kebenarannya dianggap
hak atas tanah yang bersangkutan sengaja cukup untuk mendaftar pemindahan
dialihkan kepada pihak lain. Adapun bentuk hak yang bersangkutan.
pemindahan haknya yaitu meliputi Jual- Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37
beli, Tukar menukar, Hibah, Hibah Wasiat, Tahun 1998 tentang Pejabat Pembuat Akta
Waris, Pemasukan dalam perusahaan, Tanah dan Pasal 95 Peraturan Menteri Negara
Pembagian Hak Bersama, Penggabungan Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
atau Peleburan Perseroan atau Koperasi Nomor 3 Tahun 1997 menentukan jenis akta
yang didahului dengan likuidasi (Yamin dan yang dapat dibuat oleh Pejabat Pembuat
Rahim Lubis, 2016:277, & Pasal 43 ayat Akta Tanah antara lain perbuatan hukum
2). Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 mengenai jual-beli, tukar menukar, hibah,
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 pemasukan ke dalam perusahaan (imbreng),
tentang Pendaftaran Tanah bahwa definisi pembagian hak bersama, pemberian Hak
pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah
kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Hak Milik, Pemberian Hak Tanggungan
secara terus menerus, berkesinambungan dan Pemberian Kuasa Membebankan Hak
dan teratur, meliputi 6 (enam) hal yaitu Tanggungan. Dari uraian di atas maka dapat
pengumpulan, pengolahan, pembukuan diambil kesimpulan bahwa Negara Indonesia
dan penyajian serta pemeliharaan data adalah Negara hukum sebagaimana ketentuan
fisik dan data yuridis dalam bentuk peta Pasal 1 ayat (3) amandemen ketiga Undang-
dan daftar mengenai bidang-bidang tanah Undang Dasar Negara Republik Indonesia
dan satuan-satuan rumah susun, termasuk 1945 negara hukum adalah negara yang
pemberian surat-tanda bukti haknya bagi berdasarkan segala sesuatu, baik tindakan
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya maupun pembentukan lembaga negara pada
dan hak milik atas satuan rumah susun serta hukum tertulis dan tidak tertulis (Lemhanas
hak-hak tertentu yang membebaninya. RI, 2016:16).
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun Sebagai sebuah negara hukum, Negara
1997 tentang Pendaftaran Tanah Pada Pasal Republik Indonesia berkewajiban menjamin
37 berbunyi sebagai berikut: terciptanya kepastian, ketertiban, dan
1. Peralihan hak atas tanah dan hak milik perlindungan hukum yang berintikan
atas satuan rumah susun melalui jual- kebenaran dan keadilan dalam kehidupan
beli, tukar menukar, hibah, pemasukan berbangsa dan bernegara. Kepastian, ketertiban
dalam perusahaan, dan perbuatan hukum dan perlindungan hukum menuntut antara lain
pemindahan hak lainnya, kecuali bahwa lalu lintas hukum dalam kehidupan
pemindahan hak melalui lelang hanya berbangsa dan bernegara harus didukung
dapat didaftarkan jika dibuktikan oleh adanya alat bukti yang menentukan
dengan akta yang dibuat oleh PPAT dengan jelas hak dan kewajiban seseorang
yang berwenang menurut ketentuan sebagai subyek hukum (Supriadi, 2008:29).
perundang-undangan yang berlaku Berkaitan dengan peralihan hak atas tanah
2. Dalam keadaan tertentu sebagaimana tersebut maka yang termasuk di sini adalah
yang ditentukan oleh Menteri Kepala perbuatan hukum berupa: (a) jual-beli, (b)
Kantor Pertanahan dapat mendaftar tukar-menukar, (c) hibah, (d) pemasukan
pemindahan hak atas bidang tanah hak dalam perusahaan, (e) pembagian hak
milik, yang dilakukan diantara perorangan bersama, (f) penggabungan atau peleburan
Warga Negara Indonesia yang dibuktikan perseroan atau koperasi yang didahului
dengan akta yang tidak dibuat oleh dengan likuidasi (Pasal 43 ayat 2).
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 86
Sebagai ketentuan formalnya, Pejabat Undang Pokok Agraria, peraturan-peraturan
Pembuat Akta Tanah membuat akta dari pelaksanaan Undang-Undang Pokok Agraria,
perbuatan hukum peralihan hak tersebut dan peraturan-peraturan lama yang masih
dengan bentuk, isi dan cara pembuatannya berlaku. Adapun sumber-sumber hukum
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan yang tidak tertulis adalah norma-norma
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Peraturan Hukum Adat yang telah di-saneer dan hukum
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 jo. kebiasaan baru, termasuk yurisprudensi.
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Peranan dari Hukum Adat ada dua fungsi,
Nomor 1 Tahun 2006 dan Peraturan Menteri yaitu sebagai sumber utama pembangunan
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Hukum Tanah Nasional maksudnya yaitu
Nasional Nomor 3 Tahun 1997. dalam rangka pembangunan hukum tanah
Berdasarkan Akta Jual-beli tersebut Nasional, hukum adat merupakan sumber
seorang Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah utama, yang memperoleh bahan-bahan dari
dapat dijadikan bukti untuk melakukan konsepsi, asas-asas, dan lembaga-lembaga
pendaftaran di Kantor Pertanahan setempat, hukum adat untuk dirumuskan menjadi norma-
dan oleh Kepala Kantor Pertanahan diterima norma hukum tertulis. Sumber Hukum Adat
dan didaftarkan sebagai pemindahan hak adalah Hukum Murni Bangsa Indonesia yang
atas tanah. Hal ini terbukti bahwa sertifikat eksistensinya tidak bisa dilupakan begitu
yang atas nama pihak pertama (penjual) saja dan hukum yang hidup dan tumbuh
dapat diubah menjadi atas nama pihak dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat
kedua (pembeli). Sehingga hak-hak baik dan Hukum Adat tidak bisa mati karena
dari pihak penjual maupun selaku pembeli akan selalu bergerak dinamis menyesuaikan
telah terpenuhi. Jadi kesimpulannya adalah kehidupan masyarakat itu sendiri dan sebagai
Akta Jual-beli adalah dasar peralihan hak pelengkap dari ketentuan-ketentuan Hukum
yang semula sertifikat atas nama penjual Tanah yang belum ada peraturannya agar
kemudian beralih hak ke atas nama pembeli. tidak terjadi kekosongan hukum karena
Jual-beli tanah sebagai suatu lembaga hukumnya belum diatur sehingga kegiatan
hukum, tidak secara tegas dan terperinci masyarakat yang berhubungan dengan
diatur dalam Undang-Undang Pokok Hukum Tanah tidak terhambat karenanya
Agraria. Bahkan, sampai sekarang belum ada (Adrian, 2007:71). Maksudnya, adalah
peraturan yang mengatur khusus mengenai seperti halnya jual-beli tanah tidak secara
pelaksanaan jual-beli tanah. Pasal 5 Undang- tegas dan terperinci diatur dalam Undang-
Undang Pokok Agraria terdapat pernyataan Undang Pokok Agraria, bahkan sampai
bahwa Hukum Tanah Nasional kita adalah sekarang belum ada peraturan yang mngatur
Hukum Adat, berarti kita menggunakan khusus mengenai pelaksanaan jual-beli
konsepesi, asas-asas, lembaga hukum dan tanah, di dalam pasal 5 Undang-Undang
sistem Hukum Adat. Hukum Adat yang Pokok Agraria terdapat pernyataan bahwa
dimaksud tentunya Hukum Adat yang telah Hukum Tanah Nasional adalah Hukum Adat,
di-saneer yang dihilangkan cacat-cacatnya/ berarti kita menggunakan norma-norma
disempurnakan. Jadi, pengertian jual-beli hukum yang berbentuk tertulis maupun
tanah menurut Hukum Tanah Nasional kita tidak tertulis dan hukum kebiasaan baru,
adalah pengertian jual-beli tanah menurut termasuk yurisprudensi.
Hukum Adat. Sebagaimana telah di ketahui Yurisprudensi Putusan Mahkamah
bahwa sumber-sumber Hukum Tanah Agung Republik Indonesia tertanggal 27
Nasional kita berupa norma-norma hukum Mei 1975 Nomor:952/K/Sip/1974 yang
yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis. menyatakan, “Jual-beli adalah sah apabila
Sumber-sumber hukum yang tertulis berupa telah memenuhi syarat-syarat dalam Kitab
Undang-Undang Dasar 1945, Undang- Undang-Undang Hukum Perdata dan Hukum
Analisis putusan pengadilan negeri ... 87
Adat, jual-beli menurut hukum adat secara sebuah pendapat, teori atau konsep baru
riil, dan tunai serta diketahui Kepala Desa”. sebagai preskripsi dalam menyelesaikan
Selain itu dengan Putusan Mahkamah masalah yang dihadapi. Penelitian hukum
Agung Republik Indonesia tertanggal 30 normatif mempunyai definisi yang sama
Juni 1989 Nomor:3339/Pdt/Sip/1987 yang dengan penelitian dokrinal yaitu penelitian
menyatakan, “Sahnya jual-beli menurut berdasarkan bahan-bahan hukum primer
hukum adat haruslah dipenuhi dua syarat dan sekunder.
yaitu tunai dan terang”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Syarat untuk sahnya jual-beli tanah
menurut hukum adat adalah terpenuhinya Keabsahan Peralihan Hak Atas Tanah
tiga unsur yaitu tunai, riil dan terang maka Berdasarkan Jual-beli Melalui Pembayaran
peralihan hak atas tanah dengan jual-beli dengan Menggunakan Bilyet Giro Menurut
Putusan Pengadilan Nomor:15/Pdt.G/2014
melalui pembayaran dengan menggunakan /PN.JMB
Bilyet Giro sangatlah bertentangan. Karena
Bilyet Giro mempunyai jatuh tempo yang Peralihan hak atas tanah adalah perbuatan
tidak bisa suatu saat dapat ditunaikan akan hukum pemindahan hak atas tanah yang
tetapi sampai saat ini belum ada peraturan dilakukan dengan sengaja supaya hak tersebut
perundang-undangan yang mengatur bahwa terlepas dari pemegangnya semula dan
peralihan hak atas tanah dengan jual-beli menjadi hak pihak lain. Sejak berlakunya
melalui pembayaran dengan menggunakan UUPA, peralihan hak atas tanah dapat
Bilyet Giro tidak diperbolehkan berarti ada dilakukan melalui jual-beli, penukaran,
kekosongan hukum. penghibahan, pemberian dengan wasiat,
Bedasarkan latar belakang diatas pemberian menurut adat dan perbuatan-
dapat dirumuskan suatu masalah sebagai perbuatan lain yang dimaksudkan untuk
berikut, (1) Bagaimana keabsahan peralihan memindahkan hak milik. Pasal 26 ayat (1)
hak atas tanah dengan jual-beli melalui UUPA berbunyi, “Jual-beli, penukaran,
pembayaran dengan menggunakan Bilyet penghibahan, pemberian dengan wasiat,
Giro menurut Putusan Pengadilan Nomor:15/ pemberian menurut adat dan perbuatan-
Pdt.G/2014/PN.JMB tanggal 14 Oktober perbuatan lain yang dimaksudkan untuk
2014? (2) Bagaimana penyelesaiannya memindahkan hak milik serta pengawasannya
apabila peralihan hak atas tanah dengan diatur dengan Peraturan Pemerintah”.
menggunakan Bilyet Giro telah terjadi Kemudian Menurut Pasal 37 ayat (1)
menurut Putusan Pengadilan Nomor:15/ Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997,
Pdt.G/2014/PN.JMB tanggal 14 Oktober ditegaskan bahwa “Peralihan hak atas
2014? tanah dan hak milik atas satuan rumah
susun melalui jual-beli, tukar menukar,
METODE hibah, pemasukan data perusahaan dan
Metode penelitian yang dilakukan dalam perbuatan hukum pemindahan hak lainnya,
penulisan ini adalah penelitian Normatif kecuali pemindahan hak melalui lelang
Menurut Peter Mahmud Marzuki (2011:35) hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan
penelitian hukum adalah “suatu proses untuk dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang
menemukan suatu aturan hukum, dan juga berwenang menurut ketentuan peraturan
prinsip-prinsip hukum, ataupun doktrin- perundang-undangan yang berlaku”.
doktrin hukum untuk dapat menemukan Pembuktian bahwa hak atas tanah
jawaban atas suatu isu hukum yang ada”. tersebut dialihkan, maka harus dibuktikan
Penelitian hukum dilaksanakan dalam rangka dengan suatu akta yang dibuat oleh dan
mencari pemecahan atas suatu isu hukum di hadapan PPAT yang kemudian akan
yang sedang berjalan dengan menghasilkan dijadikan dasar pendaftaran perubahan data
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 88
pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam hukum tanah yang bentuknya
dalam ketentuan Pasal 95 ayat 1 huruf a ditetapkan dalam SKMDN No. 104/
Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan DJA/1977 tentang Peralihan Hak Atas
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997. Tanah.
Akta yang dibuat dihadapan PPAT tersebut Jual-beli hak atas tanah merupakan proses
bertujuan untuk memberikan kepastian peralihan hak yang sudah ada sejak jaman
hukum kepada pemegang hak atas suatu dahulu. Jual-beli tanah dalam hukum adat
bidang tanah (Adiwinata, 1980:21-30). merupakan perbuatan hukum pemindahan
Beberapa peralihan hak atas tanah dapat hak dengan pembayaran kontan. Artinya,
terjadi atas beberapa perbuatan hukum harga yang disetujui bersama dibayar penuh
berikut ini, antara lain: atau dianggap dibayar penuh pada saat
1. Jual-Beli Tanah diartikan sebagai dilakukannya jual-beli yang bersangkutan.
perbuatan hukum yang berupa penyerahan Dalam hukum adat tidak ada pengertian
hak milik (penyerahan tanah) untuk penyerahan yuridis sebagai pemenuhan
selama-lamanya oleh penjual kepada kewajiban penjual, karena justru apa yang
pembeli, yang pada saat itu juga disebut “jual-beli tanah” itu adalah penyerahan
menyerahkan harganya kepada penjual hak atas tanah yang dijual kepada pembeli
(pengertian menurut hukum adat). yang pada saat yang sama membayar kepada
Jual-beli menurut konsep Agraris atau penjual harga yang telah disetujui bersama.
hukum tanah adalah peristiwa yang Maka jual-beli tanah menurut pengertian
mengakibatkan beralihnya hak atas hukum adat ini pengaturannnya termasuk
tanah dari penjual kepada pembeli dalam Hukum Tanah Nasional.
(Effendi, 1994:13). Jual-beli menurut Ada 2 (dua) syarat yang harus dipenuhi
Hukum Perdata Barat dalam Pasal agar jual-beli tanah dapat dikatakan sah
1457 Kitab Undang-undang Hukum menurut hukum, yaitu berupa syarat formil dan
Perdata menyatakan bahwa jual-beli materil. Syarat formil terkait dengan segala
merupakan suatu bentuk perjanjian yang sesuatu berupa bukti formil (data berupa
melahirkan kewajiban atau perikatan surat-surat), sedangkan materil adalah berupa
untuk memberikan sesuatu (Sehat, perbuatan konkrit jual-belinya, termasuk
2007:13). juga pelunasan dan penyerahan barang
2. Hibah bukan merupakan suatu perjanjian (objek jual-beli). Tujuan untuk kewajiban
yang pelaksanaannya harus dipenuhi pemenuhan syarat formil adalah untuk
dengan penyerahan haknya secara proses administrasi pendaftaran tanah yang
yuridis kepada pihak yang menerima telah ditentukan oleh peraturan perundang-
hibah, melainkan merupa.kan perbuatan undangan, yaitu Undang-Undang Republik
hukum yang menyebabkan beralihnya Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
hak milik atas tanah yang bersangkutan Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang
kepada yang diberi hibah yang harus biasa disebut dengan UUPA yang diikuti
dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
dan dihadapan PPAT. Hal tersebut diatur Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran
dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Tanah dan disempurnakan dengan Peraturan
No. 10 tahun 1961. Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
3. Tukar-menukar Hak Atas Tanah, Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah
sebagaimana halnya jual-beli, maka ini merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal
tukar menukar juga dapat menyebabkan 19 Undang-Undang Pokok Agraria.
beralihnya hak atas tanah seseorang Pada saat ini banyak terjadi hubungan
kepada orang lain. Hal ini tidak diatur hukum yang memerlukan fleksibelitas dari
dalam hukum perjanjian tetapi diatur para pihak. Artinya penerapan hukum secara
Analisis putusan pengadilan negeri ... 89
esensi lebih dipilih daripada penerapan secara JB/NGR/VIII/2012, tanggal 2 Agustus
tekstual yang tentu saja bersifat beku, yaitu 2012 tersebut Para Tergugat mengajukan
mutlak sesuai perintah Undang-Undang. pemecahan SHM Nomor 71 Desa Ngoro,
Pada hukum perdata terutama pada buku Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang atas
III (ketiga) Kitab Undang-Undang Hukum nama Yenny Tannama menjadi dua yaitu:
Perdata yang membahas tentang perikatan, SHM Nomor 1552, Surat Ukur tanggal 3
adalah memiliki sifat terbuka, yaitu boleh September 2012, Nomor:89/Ngoro/2012,
disimpangi dengan kesepakatan para pihak luas 395 m2, atas nama Yenny Tannama
yang terikat di dalamnya. Oleh karena hal dan SHM Nomor 1551, atas nama Irawan
tersebut, ketentuan tentang jual-beli tanah Susanto dan Sri Retnaning Wiratih Desa
yang seharusnya dilakukan secara tunai Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten
pada teknis pembayarannya maka apabila Jombang yang dikeluarkan oleh Kantor
baru dibayarkan sebagian akan dibuatlah BPN Jombang (Turut Tergugat I).
ikatan jual-beli, dimana penjual dan pembeli Fakta yang ditemukan pada objek
telah mengikatkan diri pada suatu perjanjian sengketa transaksi Jual-Beli tersebut adalah
tentang jual-beli tanah yang pembayarannya belum ada pelunasan pembayaran dari Para
dilakukan secara bertahap, dan penyerahan Tergugat. Akan tetapi sebagian dari objek
objeknya akan dilakukan seketika setelah tanah tersebut, sudah dikuasai dengan jalan
semua pembayaran lunas. menancapkan besi-besi beton, pembayaran
sejumlah uang yang telah tertuang dalam
Penyelesaian Peralihan Hak Atas
Tanah dengan Menggunakan Bilyet Akta Jual-beli tidak terealisasi secara penuh,
Giro Berdasarkan Putusan Pengadilan hanya Tergugat I pernah memberikan
Nomor:15/Pdt.G/2014/PN.JMB Bilyet Giro kepada Penggugat senilai Rp.
Dalil Penggugat dalam pokok gugatannya 125.000.000,00 (seratus dua puluh lima juta
menyatakan bahwa Penggugat adalah rupiah), akan tetapi sebelum jatuh tempo
pemilik sebidang tanah yang menjadi Bilyet Giro tersebut dikembalikan Penggugat
objek sengketa, yaitu sebidang tanah sesuai kepada Tergugat II, yang kemudian oleh
SHM Nomor 71, Gambar Situasi tanggal Tergugat II uangnya ditransfer kepada
26-02-1979 Nomor 2/1979, luas 1.360 m2 Penggugat melalui rekening yang kemudian
atas nama pemegang hak Yenny Tannama, dikembalikan lagi oleh Penggugat kepada
terletak di Desa Ngoro, Kecamatan Ngoro, Tergugat II. Kemudian, Pihak Para Tergugat
Kabupaten Jombang, berasal membeli dari mengajukan jawaban, dimana Para Tergugat
nama Kawirjan pada tahun 1989. Bahwa membenarkan bahwa Penggugat dahulunya
kemudian Para Tergugat memaksa penggugat adalah memang benar pemilik objek sengketa,
untuk melepaskan sebagian tanah yang tetapi menyangkal dan membantah dalil-
diatasnya berdiri bangunan rumah seluas dalil gugatan Penggugat bahwa objek
kurang lebih 960 m2 sesuai SHM Nomor 71 sengketa masih milik Penggugat, karena
Desa Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten sudah beralih kepada Para Tergugat dengan
Jombang tersebut berdasarkan Akte Jual-beli adanya proses jual-beli yang sah berdasarkan
Nomor:401/JB/NGR/VIII/2012 di hadapan ketentuan hukum.
Sri Munarsih, S.H, M.Kn, Notaris/PPAT Saling jawab antara kedua belah pihak
di Kabupaten Jombang (Turut Tergugat yang bersengketa di muka persidangan
II) dengan harga 200.000.000 (dua ratus dengan alat bukti yang diajukan baik
juta rupiah) yang mana secara tertulis juga berupa surat maupun saksi-saksi dan dalam
bahwa uang tersebut telah diterima oleh hubungan yang satu dengan yang sedemikian
Penggugat sehingga akta Jual-beli tersebut rupa, maka menurut Majelis Hakim yang
berlaku pula sebagai kuitansinya. menjadi persengketaan hukum antara
Sesuai dengan Akta Jual-beli Nomor:401/ pihak Penggugat, Para Tergugat dan Para
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 90
Turut Tergugat adalah apakah telah terjadi hak atas tanah dengan Bilyet Giro dianalisis
peralihan kepemilikan atas dasar jual-beli sebagai berikut;
antara Penggugat dengan Para Tergugat Pertama, ditafsirkan sebagai
terhadap sebagian tanah pada SHM Nomor 71 perkembangan hukum dalam Jual-beli
Desa Ngoro, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Hak Atas Tanah baik dalam hukum Adat
Jombang, yakni seluas 960 m2 berdasarkan maupun Kitab Undang-Undang Hukum
Akta Jual-beli Nomor:401/JB/NGR/VIII/2012, Perdata. Substansi perlunasan harga Jual-
tanggal 2 Agustus 2012, dibuat diahadapan beli Hak atas Tanah dengan Bilyet Giro
Sri Munarsih, S.H, M.Kn, Notaris/PPAT itu sendiri berbeda antara hukum adat dan
di Kabupaten Jombang yang selanjutnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
diajukan pembatalan oleh pihak Penggugat yang disebabkan perbedaan azas dalam
atas dasar wanprestasi yang dilakukan keduanya, hukum adat bersifiat riil/kontan
pihak Para Tergugat. Lalu pada bagian sedangkan Kitab Undang-Undang Hukum
pertimbangan majelis hakim, mengenai Perdata bersifat konsensuil.
jual-beli sendiri telah diatur didalam KUH Kedua, Perjanjian Jual-beli Hak Atas
Perdata dan hukum adat dimana jual-beli Tanah merupakan perjanjian formil (formal),
berdasarkan hukum adat menurut Maria yaitu dengan syarat jual-beli hak atas tanah
W. Sumardjono dalam bukunya “Aspek wajib dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat
Teoritis, Peralihan Hak Atas Tanah Menurut Akta Tanah (PPAT), sehingga secara formil
UUPA”, yang dimuat majalah Mimbar (formal) PPJB-HAT dengan pembayaran
Hukum, Universitas Gadjah Mada, No. lunas belum mengakibatkan peralihan hak
18/X/93, Yogyakarta, 1993, halaman 11 atas tanah dari penjual kepada pembeli.
menyatakan bahwa sifat jual-beli menurut Dalam hal ini Akta Pejabat Pembuat Akta
hukum adat ada tiga yaitu, Tanah dipandang sebagai bentuk pemenuhan
a. Tunai, artinya penyerahan hak atas tanah syarat formil (formal).
oleh pemilik tanah (penjual) dilakukan Sebagai pembanding, periksa juga
bersamaan dengan pembayaran harga pendapat Wirjono Prodjodikoro dalam
oleh pihak lain (pembeli) “Azas-Azas Hukum Perjanjian” (2000:165)
b. Riil, artinya kehendak atau niat yang yang menyatakan bahwa,
diucapkan harus diikuti dengan perbuatan “...adalah lebih mudah dapat dimengerti
yang senyata-nyata menunjukkan tujuan oleh khalayak ramai yang bukan ahli hukum,
jual-beli tersebut, misalnya dengan apabila Sistem Hukum Adat dipilih untuk
diterimanya uang oleh penjual dan diberlakukan bagi segenap penduduk
dibuat dihadapan kepala desa dan lagi sebetulnya Hukum BW pada
c. Terang, artinya untuk perbuatan hukum pokoknya, lain daripada Hukum Perancis
tersebut haruslah dilakukan dihadapan sudah agak mendekati Hukum Adat dengan
kepala desa sebagai tanda bahwa perbuatan menentukan, bahwa hak milik atas barang
itu tidak melanggar ketentuan hukum yang dijual baru beralih dari penjual kepada
yang berlaku. pembeli sesudah diserahkan kepada pembeli.
Pihak Penggugat dan Para Tergugat Menurut Hukum Adat penyerahan hak
telah mengadakan perjanjian jual-beli pada milik yang dinamakan jual-beli yang sekali
perkara tersebut di hadapan Sri Munarsih, mengakibatkan beralihnya hak milik dari
S.H, M.Kn, Notaris/PPAT di Jombang penjual kepada pembeli. Hanya saja harus
(Turut Tergugat II) sehingga Majelis Hakim diingat, bahwa hakekat dari Hukum Adat,
menilai bahwa para pihak tunduk kepada yang sama sekali tidak memberi kekuatan
perjanjian jual-beli berdasarkan KUH kepada suatu peridzinan belaka dari para
Perdata. Terhadap pembayaran sebagian pihak, adalah sukar untuk dipertahankan
ataupun pembayaran lunas terhadap harga dalam keadaan lalu lintas modern dan
Analisis putusan pengadilan negeri ... 91
internasional, yang sekarang makin lama perjanjian sudah terjadi dengan adanya
makin maju dalam mempengaruhi hukum kesepakan dari para pihak yang membuatnya,
(rechtsleven) dari orang-orang Indonesia kemudian agar perjanjian itu sah maka harus
asli. Maka disamping menetapkan segala memenuhi syarat-syarat dalam Pasal 1320
persetujuan tertentu adalah bersifat “reel”, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
harus dibuka kemungkinan adanya pengikatan Namun demikian, asas tersebut tidak cukup
bagi kedua belah pihak dalam hal hanya untuk perjanjian formil karena masih ada
ada peridzinan saja dari mereka. Artinya: formalitas lain yang diatur dalam peraturan
sebaiknya ditetapkan, bahwa dalam hal ini, perundang-undangan yang harus dipatuhi
apabila salah satu pihak tidak memenuhi dan dipenuhi. Dengan demikian, perjanjian
janji, maka ia dapat dituntut mengganti formil tidak cukup bila hanya berdasarkan
kerugian, tidak seperti dalam BW untuk asas konsualitas.
toh memenuhi janji”. Berdasarkan analisis tersebut di atas,
Pada perjanjian yang tergolong sebagai bahwa pembayaran lunas dengan Bilyet
perjanjian formil (formal), tidak dipenuhinya Giro terhadap harga yang diperjanjikan
ketentuan hukum tentang misalnya bentuk dalam Jual-beli Hak Atas Tanah harus
atau format perjanjian, cara pembuatan dinyatakan sah dan berharga, baik ditinjau
perjanjian, atau cara pengesahan perjanjian, dari perkembangan konsep Kitab Undang-
sebagaimana diwajibkan melalui peraturan Undang Hukum Perdata maupun konsep
perundang-undangan, berakibat perjanjian hukum adat. Hal ini baik ditinjau dalam
formil batal demi hukum. Pengertian perjanjian perspektif Kitab Undang-Undang Hukum
formil sebagai perjanjian yang tidak hanya Perdata yang bersifat konsensuil, maupun
didasarkan adanya kesepakan para pihak, ditinjau dalam perspektif hukum adat yang
tetapi oleh peraturan perundang-undangan bersifat riil.
juga disyaratkan adanya formalitas tertentu Ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-
yang harus dipenuhi agar perjanjian tersebut Undang Hukum Perdata cukup memadai untuk
sah demi hukum. Formalitas tertentu itu, menyatakan bahwa peralihan hak atas tanah
misalnya tentang bentuk atau format perjanjian telah terjadi dengan dibayarnya harga secara
yang harus dibuat dalam bentuk tertentu, lunas oleh Pembeli, termasuk dengan Bilyet
yakni dengan akta otentik atau akta dibawah Giro, sepanjang peralihan hak kebendaan
tangan. Akta otentik yang dimaksud adalah berupa hak atas tanah telah dipenuhinya
akta yang dibuat oleh Notaris atau pejabat syarat formil. Dalam perspektif hukum
umum lain yang memiliki kewenangan untuk adat, Jual-beli Hak Atas Tanah dihadapan
membuat akta otentik menurut peraturan pejabat yang berwenang untuk melakukan
perundang-undangan. suatu perbuatan hukum mengalihkan hak atas
Pengaturan oleh peraturan perundang- tanah, yaitu Pejabat Pembuat Akta Tanah
undangan mengenai formalitas tertentu (PPAT) untuk memenuhi syarat ‘Terang’.
untuk perjanjian formil tersebut merupakan Dengan demikian pembayaran lunas atas
pengecualian dari asas konsensualitas dalam harga dengan Bilyet Giro telah mencukupi
hukum perjanjian yang berlaku secara untuk terjadinya peralihan hak atas tanah
umum. Menurut asas konsensualitas, suatu karena jual-beli.

SIMPULAN
1. Pembayaran lunas dengan Bilyet Giro Kitab Undang-Undang Hukm Perdata
terhadap harga yang diperjanjikan maupun konsep hukum adat. Hal ini
dalam jual-beli hak atas tanah harus baik ditinjau dalam perspeksif Kitab
dinyatakan sah dan berharga, baik Undang-Undang Hukum Perdata yang
ditinjau dari perkembangan konsep bersifat konsensuil, maupun ditinjau
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 4, Nomor 1, Juni 2019 92
dalam perspektif hukum adat yang Hak Atas Tanah dihadapan pejabat
bersifat riil. Ketentuan Pasal 1338 yang berwenang untuk melakukan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata suatu perbuatan hukum mengalihkan
cukup memadai untuk menyatakan hak atas tanah, yaitu Pejabat Pembuat
bahwa peralihan hak atas tanah telah Akta Tanah (PPAT) untuk memenuhi
terjadi dengan dibayarnya harga secara syarat ‘Terang’. Dengan demikian
lunas oleh Pembeli, termasuk dengan pembayaran lunas atas harga dengan
Bilyet Giro, sepanjang peralihan hak Bilyet Giro telah mencukupi untuk
kebendaan berupa hak atas tanah telah terjadinya peralihan hak atas tanah
dipenuhinya syarat formil. karena jual-beli.
2. Dalam perspektif hukum adat, Jual-beli

DAFTAR RUJUKAN
Adiwinata, Saleh. 1980. PengertianHukum Pandang Praktisi Hukum. Jakarta.
Adat Menurut Undang-Undang Pokok PT. Raja Grafindo Persada
Agraria. Bandung. Alumni _______, Effendi.1994. Praktik Jual-beli
Arifin, Yanuar. 2013. Panduan Lengkap Tanah. Jakarta. Raja Grafindo Persada
Mengurus Dokumen Properti (Tanah Prodjodikoro, Wirjono. 1995. Azas-Azas
dan Bangunan). Yogyakarta. Diva Hukum Perjanjian. Bandung.
Press Mandar Maju
Effendi, Bachtiar.1993. Kumpulan Tulisan Sinaga, Sehat HMT. 2007. Jual-beli Tanah
tentang Hukum Tanah. Bandung. dan Pencatatan Peralihan Hak,
Alumni Bekasi. Pustaka Sutra
Harsono, Boedi. 2002. Hukum Agraria Supriadi. 2008. Etika dan Tanggung Jawab
Indonesia (Himpunan Peraturan- Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta.
Peraturan Hukum Tanah). Jakarta. Sinar Grafika
Djambatan Subekti, R. 1995. Aneka Perjanjian. Bandung.
Harsono, Boedi. 2007. Hukum Agraria Citra Aditya Bakti
Indonesia, (Sejarah Pembentukan Sutedi, Adrian. 2007 Peralihan Hak Atas
Undang-Undang Pokok Agraria, Tanah, Jakarta: Sinar Grafika.
Isi dan Pelaksanaanya). Jakarta.
Djambatan Undang-Undang
Lubis, Mhd. Yamin. dan Lubis, Abd. Rahim. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
2016. Hukum Pendaftaran Tanah. Putusan Mahkamah Agung Republik
Bandung. Mandar Maju Indonesia Nomor : 952/K/Sip/1974
Lemhanas RI. 2016. Materi Pokok Bidang tanggal 27 Mei 1975.
Studi Hukum & HAM. Jakarta Putusan Mahkamah Agung Republik
Marzuki, Peter Mahmud. 2011. Penelitian Indonesia Nomor : 3339/Pdt/Sip/1987
Hukum. Jakarta. Kencana tanggal 30 Juni 1989
Perangin, Effendi.1994. Hukum Agraria di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Indonesia Suatu Telaah Dari Sudut 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

Anda mungkin juga menyukai