Anda di halaman 1dari 20

Kajian Akuntansi, Agustus 2009, Hal: 133-152 Vol. 1 No.

2 133
ISSN : 1979-4886

`PENGARUH KEPEMILIKAN SAHAM INSTITUSIONAL DAN KEBIJAKAN HUTANG


TERHADAP KEPEMILIKAN MANAJERIAL

Novita Anggarini
Ceacilia Srimindarti

Universitas Stikubank, Semarang

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of institutional ownership and debt policy to managerial
ownership in companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2003 to 2006 period. The
population in this study is that there is a manufacturing company in Indonesia Stock Exchange in
2003-2006.Jenis data used are secondary data is data obtained indirectly through the Indonesian
Capital Market Directory. Sampling technique using purposive sampling that samples with the use
of certain of these criteria. Of these criteria, then the sample was obtained as many as 37
companies. Data analysis technique used is multiple regression analysis testing.
The results showed that there was no influence between debt policy (DR) with managerial
ownership (MOWN) can be explained that the variable DR is a policy variable that is owned by
the company's debt to finance their operations. In this research does not affect the debt policy and
managerial ownership because the existing managerial ownership in this study has a very small
percentage so that a manager is limited to perform the duties of corporate management.
Keywords: institutional ownership, debt policy, managerial ownership.

PENDAHULUAN disebut sebagai pemisahan fungsi decision making


Teori keagenan (agency theory) telah dan risk beating. Jensen dan Meckling dalam
Listyani (2003) menyatakan, dalam keadaan ini
menjadi basis penelitian yang kuat dalam disiplin
ilmu akuntansi dan keuangan. Studi dalam ilmu akan memunculkan perbedaan kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham. Pemegang
akuntansi memandang teori keagenan dapat
saham sebagai penyedia dan fasilitas untuk
menjelaskan bagaimana perilaku manajemen
dalam memilih metode-metode akuntansi dalam operasi perusahaan. Dilain pihak, manajer sebagai
penglola perusahaan akan menerima gaji dan
pelaporan keuangan dan konsekuensim pemilihan
metode tersebut bagi kesejahteraan pemilik dan berbagai bentuk kompensasi lainya sehingga
keputusan-keputusan yang diambil oleh manajer
pihak lain (stakeholders) yang memiliki
keterkaitan degan perusahaan. Dari sudut pandang diharapkan yang terbaik bagi pemegang saham
yaitu meningkatkan kemakmuran stakeholders
manajemen keuangan, tujuan perusahaan adalah
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (para pemegang saham) peningkatan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi
atau stakeholders (Brigham, 1996). Untuk
mencapai tujuan tersebut tidak sedikit pemilik keinginan melalui para pemilik perusahaan, sebab
modal menyerahkan pengelolaan perusahaan dengan nilai yang tinggi menunjukkan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi.
kepada para professional dan dikelompokkan
sebagai manajerial atau insider. Manajer yang Dalam kenyataanya tidak jarang tindakan
diangkat oleh pemegang saham diharapkan akan manajer bukanya memaksimumkan kemakmuran
bertindak yang terbaik bagi pemegang saham pemegang saham malainkan meningkatkan
dengan memaksimumkan nilai perusahaan kesejahteraan mereka sendiri. Keputusan-
sehingga kemakmuran pemegang saham dapat keputusan yang diambil cenderung untuk
tercapai (Listyani, 2003). kepentingan manajer sendiri seperti melakukan
ekspansi untuk meningkatkan status dan gaji.
Penunjukkan manajer oleh pemegang
saham untuk mengelola perusahaan, oleh Jensen Kondisi ini akan mengakibatkan munculnya
dan Meckling (1976) dalam bathala et al. (1994), perbedaan kepentingan antara stakeholders
134 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

dengan pemegang saham yang disebut sebagai Menurut Masdupi (2005), hutang yang terlalu
agency conflick (Listyani, 2003). besar juga akan menimbulkan konflik keagenan
Pertentangan kepentingan antara manajer antara shareholders dan debtholders sehingga
menimbulkan biaya keagenan hutang. Hutang
dan pemegang saham dapat meminimalkan
dengan suatu mekanisme pengawas yang dapat yang terlalu besar meningkatkan keinginan
shareholders untuk memilih proyek-proyek yang
menyelaraskan kepentingan-kepentingan tersebut.
Namun dengan munculnya pengawasan akan lebih beresiko dengan harapan akan memperoleh
return yang lebih tinggi. Apabila proyek berhasil
menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency
cost. maka return akan meningkat dan debtholders
hanya menerima sebesar tingkat bunga, dan
Ada beberapa pendekatan dapat dilakukan sisanya dinikmati oleh shareholders. Sebaliknya
untuk mengurangi pertentangan antara agen jika proyek tersebut gagal maka mereka dapat
dalam hal ini manajer dengan principal dalam hal mengalihkan penanggungan resiko pada pihak
ini pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) kreditur.
dalam Listyani (2003), mengatakan perlu
peningkatan kepemilikan manajerial dalam Untuk mengatasi kelemahan tersebut,
Fama dan Jensen (1983), Agrawal dan Mandeker
perusahaan sehingga manajer akan bertindak
secara hati-hati karena mereka ikut menanggung (1990) dalam Listyani (2003), menganjurkan
pentingnya suatu mekanisme pengawasan dalam
konsekuensi atas tindakanya. Dengan adanya
kepemilikan saham oleh manajer akan perusahaan. Salah satu mekanisme pengawasan
tersebut dengan mengaktifkan monitoring melalui
memotivasi mereka untuk menciptakan kinerja
perusahaan secara optimal dan berusaha untuk investor-investor institusional. Dengan
menurunkan biaya keagenan atau agency cost kepemilikan institusional oleh perusahaan
investasi, bank, perusahaan asuransi maupun
yaitu agency cost of debt dan agency cost of
equity. berupa kepemilikan lembaga lain seperti
perusahaan-perusahaan akan mendorong
Grosman dan Hart (1992) dalam Listyani munculnya pengawasan yang lebih optimal
(2003), menganjurkan bahwa konflik keagenan terhadap kinerja manajer. Hal ini sesuai dengan
dapat dikurangi dengan menggunakan hutang, yang diuraikan oleh Shleifer dan Vishny (1986),
karena penggunaan hutang akan mengikat dan Coffe (1991), yang mengatakan bahwa
perusahaan melalui pembayaran bunga dan cicilan kepemilikan institusional sangat berperan dalam
secara periodik. Penggunaan hutang juga mengawasi perilaku manajer khususnya dalam
dianjurkan untuk mengendalikan free cash flow meningkatkan take over dan memaksa manajer
secara berlebihan oleh manajer sehingga dapat untuk lebih berhati-hati mengambil keputusan
menghindari investasi yang tidak mengintingkan yang opportunistic. Mereka menghubungkan
(Jensen, 1986) dalam Listyani (2003). perilaku kepemilikan institusional untuk
Pendekatan diatas oleh para peneliti telah mengambil alih tugas pengawasan terhadap
diterima secara luas untuk mengurangi agency manajer dan beranggapan bahwa keterlibatan
conflick. Tetapi Grosman dan Hart (1982) dalam mereka akan mampu meningkatkan nilai
Listyani (2003), mengatakan bahwa tingkat perusahaan khususnya bila terjadi take over.
kepemilikan manajerial dan hutang yang terlalu Secara empiris, pendapat tadi telah diuji
tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap oleh beberapa peneliti seperti Bathala, et al.
perusahaan. Tingkat kepemilikan manajerial yang (1994), yang menguji kepemilikan manajerial,
tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan, kebijaksanaan, hutang dan kepemilikan
artinya jika kepemilikan majerial tinggi, mereka institusional. Dalam penelitian tersebut mereka
memiliki posisi yang kuat untuk melakukan berpendapat bahwa peningkatan kepemilikan
kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang institusional yang tinggi akan menimbulkan usah
saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk pengawasan yang lebih besar sehingga dapat
mengendalikan tindakan manajer. Hal ini menghalangi perilaku opportunistic manajer.
disebabkan karena manajer mempunyai hak Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa
voting yang besar atas kepemilikanya yang tinggi.
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 135

aktifitas institusional yang semakin tinggi dalam LANDASAN TEORI DAN


pengawasan dapat memaksa manajer untuk PENGEMBANGAN HIPOTESIS
mengurangi hutang secara optimal sehingga dapat
Teori Keagenan
mengurangi konflik keagenan atas hutang
(Agency cost of debt). Di pihak lain, fungsi Terori dalam perusahaan mengidentifikasi-
kepemilikan manajerial mrnghilangkan konflik kan adanya pihak-pihak anggota perusahaan yang
keagenan akan diganti oleh kepemilikan memiliki beberapa kepentingan untuk mencapai
institusional dapat meningkatkan keterlibatan tujauan dalam kegiatan perusahaan. Teori agensi
mereka secara aktif dalam pengawasan terhadap sebagaimana yang digunakan dalam penelitian
perilaku manajer, sehingga kepemilikan akuntansi manajemen menyangkut hubungan
manajerial dapat dihilangkan. kontraktual antara anggota-anggota perusahaan.
Teori agensi menyatakan bahwa hubungan
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
keagenan timbul ketika salah satu pihak menyewa
mengambil judul “Pengaruh Kepemilikan Saham pihak lain untuk melaksanakan suatu jasa dan
Institusional dan Kebijakan Hutang Terhadap
mendelegasikan wewenang pemngambilan
Kepemilikan Manajerial” studi diatas kasus pasa keputusan kepada agen.
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta
tahun 2003-2006. Pada teori keagenan yang disebut principal
adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen
Perumusan Masalah adalah manajemen yang mengelola perusahaan.
1. Apakah kepemilikan institusional
Dalam manajemen keuangan, tujuan utama
mempunyai pengaruh terhadap kepemilikan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran
manajerial?
pemegang saham. Untuk itu maka manajer yang
2. Apakah kebijakan hutang mempunyai
diangkat oleh pemegang saham harus bertindak
pengaruh yang signifikan terhadap untuk kepentingan pemegang saham, tetapi sering
kepemilikan manajerial.
ada konflik antara manajemen dan pemegang
saham (Listyani, 2003).
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh kepemilikan Pemegang saham termotivasi untk
institusional terhadap kepemilikan manajerial menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas
pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek yang selalu meningkat. Manajer termotivasi untuk
Indonesia. memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
2. Menganalisis pengaruh kebijakan hutang dan psikologinya, antara lain dalam hal
terhadap kepemilikan manajerial pada memperoleh investasi, pinjaman maupun ontrak
perusahaan manufaktur di Bursa Efek kompensasi dan bonus. Konflik kepentingan
Indonesia. semakin meningkat terutama karena principal
tidak dapat memonitor aktifitas agen sehari-hari
Manfaat Penelitian untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai
1. Sebagai tambahan pengetahuan bagi literature dengan keinginan pemegagsaham.
manajemen, bisnis dan akuntansi mengenai
Manajemen perusahaan mempunyai
struktur kepemilikan saham dan kebijaksanaan kecenderungan untuk memperoleh keuntungan
hutang yang berbasis teori keagenan.
yang sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain.
2. Sebagai pertimbangan bagi para investor dalam Perilaku ini biasa disebut sebagai keterbatasan
membuat keputusan investasi, khususnya pada rasional (bounded relasonality) dan manajer
pemilihan perusahaan setelah mengetahui cenderung tidak menyukai risiko (risk averse).
perilaku manajemen dalam perusahaan Jensen dan Meckling (1976 dalam Masdupi:
tersebut. 2005), menyatakan bahwa problem agensi akan
terjadi bila proporsi kepemilikan atas saham
3. Sebagai informasi bagi manajemen perusahaan
tentang teori keagenan dan aplikasinya yang perusahaan kurang dari 100% sehingga manajer
cenderung bertindak kepentingan dirinya dan
akan diambil dalam menimbulkan biaya
keagenan. sudah tidak berdasar maksimalisasi nilai dalam
136 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

pengambilan keputusan pendanaan, Jensen dan pemilik untuk keuntungan pribadinya dan
Mecking menyatakan bahwa kondisi diatas menurunkan kesejahteraan pemilik (Douglas dan
merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi finnerty, 1997) dalam setiadi (2006). Contoh
oengelolaan dan fungsi kepemilikan. Manajemen kasus dari masalah ini adalah kinerja manajer dan
tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam perusahaan korporasi yang relatif besar, dengan
pengambilan keputusan, resiko ntersebut terpisahnya kepemilikan dan pengendalian
sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham manajemen maka sulit bagi pemegang saham dan
(prinsipal). Oleh karena itu manajemen cenderung kreditor untuk melihat sejauh mana kinerja
melakukan pengeluaran bersifat konsumtif atau manajer sejalan dengan tujuan yang diinginkan
tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, pemegang saham, manajer mungkin cenderung
seperti peningkatan gaji dan status (Listyani, bekrja kurang optimal. Moral hazard juga
2003). menghambat operasi perusahaan secara efisien
dan pada akhirnya akan menghambat efisiensi
Agency Conflict
ekonomi secara keseluruhan.
Perusahaan merupakan pusat perjanjian
kontrak antara berbagai pihak, yaitu pemegang Dapat disimpulkan, jika pemilik dapat
mengetahui segala sesuatu yang dilakukan
saham, menejer, pemasok dan kepentingan
pribadi menimbulkan konflik antara pihak-pihak manajer maka manajer tidak mungkin melakukan
tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan
tersebut. Bila dilihat entitas bisnis secara umum,
pertama kali perusahaan berdiri dalam bentuk pemilik. Dengan kata lain jika pemilik dapat
mengawasi manajer secara sempurna dan tanpa
perusahaan perseorangan dimana pemilik
(pendiri) dan pengelola di pegang oleh orang yang mengeluarkan biaya, maka biaya keagenan
sama sehingga segala keputusan investasi dan tersebut tidak akan timbul. Kontrak yang akan
dilakukan manajer dan pemilik tidak menjadi alat
pendanaan berasal dari diri sendiri. Hal ini
mengakibatkan penggunaan fasilitas perusahaan pengawasan karena moral hazard akan selalu
menjadi akibat adanya masalah keagenan.
oleh keuntungan pribadi sendiri (Setiadi, 2006).
Masalah keagenan tersebut dapat terjadi Agency Cost
karena adanya asymmetric information antara Agency cost merupakan pengorbanan yang
pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak timbul dari hubungan keagenan apapun, termasuk
pemilik informasi yang tidak dimiliki oleh pihak hubungan didalam kontrak kerja antara pemegang
lainya. asymmetric information terdiri dari dua saham (prinsipal) dan manajemen (agen). Biaya
tipe, pertama adverse selection. Pada tipe ini, keagenan tersebut dapat berupa pengeluaran untuk
pihak yang merasa memiliki informasi lebih memantau tindakan manajemen, pengeluaran
sedikit di bandingkan pihak lain tidak akan mau untuk menata struktur organisasi sebagai
untuk melakukan perjanjian, dia akan membatasi kemungkinan timbulnya perilaku manajer yang
dengan kondisi yang sangat ketat dan biaya yang tidak dikehendaki semakin kecil dan biaya
sangat tinggi, contohnya adalah kemingkinan kesempatan karena hilangnya kesempatan
konflik yang terjadi antara orang dalam (manajer) memperoleh laba sebagai dibatasinya kewenangan
dengan orang luar (investor potensial). Berbagai manajemen sehingga tidak bias mengambil
cara dapat dilakukan manajer untuk memiliki keputussan secara tepat waktu, padahal
informasi lebih dibandingkan investor. Misalnya seharusnya hal itu bias dilakukan jika manajer
dengan menyembunyikan, menyamarkan, tersebut juga menjadi pemilik perusahaan
memanipulasi informasi yang diberikan kepada (Weston dan Brigham, 2000).
investor. Akibatnya investor tidak yakin terhadap
Menurut Douglas dan Finnerty (1997)
kualitas perusahaan dan tidak mau membeli dalam kurniasari (2007), biaya keagenan terdiri
saham perusahaan atau membeli saham
dari tiga:
perusahaan dengan harga yang sangat rendah.
1. Biaya kontrak langsung, termasuk didalamnya
Tipe kedua dan informasi asimetri adalah adalah biaya transaksi untuk membuat kontrak
moral hazard. Moral hazard terjadi kapanpun
(seperti biaya komisi penjualan dan
manajer melakukan indakan tanpa sepengetahuan
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 137

administrasi penerbitan obligasi), Opportunity menurunkan kemungkinan pemborosan yang


Cost yang hilang dan biaya insentif (seperti dilakukan oleh manajemen (Jensen, et al,
bonus karyawan dan pembayaran yang 1992, Jensen, 1986).
ditunjukkan agar manajer bertindak seperti
4. Investor institusional sebagai monitoring agen
tujuan pemilik). (Moh’d et al, 1998).
2. Biaya yang di tanggung pemilik untuk
Kepemilikan Institusional
mengawasi agen, seperti biaya audit.
Kepemilikan perusahaan oleh investor
3. Kerugian yang di derita oleh pemilik sebagai
institusional semakin meningkat pada tahun-tahun
akibat penyimpangan tindakan yang lolos dari terakhir ini (Smith, 1996 dalam Setiadi 2006),
pengawasan, seperti pengeluaran yang tidak
porsi kepemilikan institusional semakin
semestinya dari agen. Kerugian yang tidak meningkat dari tahun ke tahun. Investor ini dapat
dapat dikurangi ini disebut residual loss dan berpengaruh terhadap jalanya perusahaan karena
dapat diperkirakan dari selisih total biaya
hak voting yang mereka miliki. Hak voting
keagenan dikurangi biaya pengawasan dan tersebut mampu mengintervensi keputusan
bonding expenditure. Biaya pengawasan
manajemen misalnya keputusan investasi, merger
dikeluarkan oleh principal. Agen juga akan maupun system penggajian eksekutif.
mengeluarkan sumber daya untuk
memberikan kepastian pada principal bahwa Menurut Pozzen (1994) dalam setiadi
agen tidak akan melaksanakan kegiatan yang (2006), investor dapat dibedakan menjadi sua
merugikan investor (bonding cost). Residual yaitu investor pasif dan aktif. Investor pasif tidak
cost adalah kemakmuran dalam nilai uang terlalu ingin terlibat dengan keputusan
yang turun sebagai akibat dari perbedaan manajemen. Sebaliknya dengan investor aktif,
kepentingan ini. Penurunan kemakmuran ini mereka aktif terlibat dalam pengambilan
terjadi karena perbedaan antara keputusan keputusan strategi. Keberadaan institusi ini
agen dan keputusan-keputusan yang akan dipandang mampu menjadi alat monitoring yang
memaksimumkan kemampuan principal efektif bagi perusahaan.
(Jensen & Meckling, 1976) dalam Gunarsih Peneliti dari Fama dan Jensen (2003)
(2004). menganjurkan suatu mekanisme pengawasan
Menurut Wahidahwati (2001), adalah untuk mengatasi masalah keagenan. Salah satu
beberapa alternative untuk mengurangi biaya mekanisme pengawasan tersebut dengan
keagenan, yaitu: mengaktifkan monitoring melalui investor-
investor institusional. Dengan kepemilikan
1. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan institusional oleh perusahaan investasi, bank,
oleh manajemen. Kepemilikan ini akan
perusahaan asuransimaupun berupa kepemilikan
mensejahterakan kepentingan manajemen lembaga lain seperti perusahaan-perusahaan akan
dengan pemegang saham (Jensen & Meckling,
mendorong munculnya pengawasan yang lebih
1976). optimal terhadap kinerja manajer. Hal ini sesuai
2. Meningkatkan Devident Pay Out Ratio, dengan yang diuraikan oleh Shleifer dan Vishny
dengan demikian tersedia free cash flow dan (1986), dan Coffe (1991) dalam Listyani (2003)
manajemen terpaksa mencari pendapatan dari yang mengatakan bahawa kepemilikan
luar untuk membiayai investasinya. institusional sangat berperan dalam mengawasi
(Crutchlay & Harsen, 1986). Hal ini dilakukan perilaku manajer khususnya dalam meningkatkan
untuk mencegah penggunaan free cash flow take over dan memaksa manajer untuk lebih
oleh manajer khususnya untuk berhati-hati mengambil keputusan yang
tindakan/aktivitas yang dirasa tidak memiliki opportunistik.
nilai tambah atau menguntungkan perusahaan.
Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan
3. Meningkatkan pendapatan dengan hutang.
Tujuan utama perusahaan adalah
Hutang akan menurunkan excess cash flow meningkatkan nilai perusahaan melalui
yang ada dalam perusahaan mehingga
138 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang perusahaan. Agar harapan para pemilik dapat
saham, semakin tinggi harga saham semakin dicapai, perilaku manajer dan komisaris harus
tinggi nilai perusahaan.nilai perusahaan yang dapat dikendalikan melalui keikutsertaan dalam
tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan kepemilikan saham perusahaan. Dengan demikian
sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan prtimbangan kepemilikan dapat menciptakan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk kehati-hatian para insider dalam mengelola
mencapai nilai perusahaan umumnya para perusahaan. Kebangrutan perusahaan bukan hanya
pemodal menyerahkan pengelolaanya kepada para menjadi tanggungan pemilik utama, namun juga
professional. Para professional diposisikan para insider ikut menanggungnya.
sebagai manajer maupun komisaris. Ketika Konsekuensinya para insider akan bertindak hati-
penyerahan manajemen terjadi maka konflik hati termasuk dalam menentukan hutang
mulai terjadi. Manajer atau komisaris bukanya perusahaan. Oleh karena itukepemilikan oleh para
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham manajer menjadi pertimbangan penting ketika
melainkan meningkatkan kesejahteraan mereka hedak meningkatkan nilai perusahaan.
sendiri, dan perilaku ini tidak disukai oleh
Kebijakan hutang bias digunakan untuk
pemegang saham. menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan,
Peningkatan pengguna hutang dapat namun kebijakan hutang juga tergantung dari
mengurangi masalah agensi antara manajer ukuran perusahaan. Artinya perusahaan yang
dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling, besar relative lebih mudah untuk akses ke pasar
1976, Crutchley & Hansen, 1989. Chen & Steiner modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa
1999) dalam Harjito & Nurfauzah. Hutang dapat perusahaan besar relative mudah memenuhi
mengurangi aliran kas bebas (free cash flow) yang sumber dana dari hutang melalui pasar modal.
berlebihan.pengguna hutang akan mengurangi Oleh karena itu mengkaitkan Firm size dengan
aliran kas karena perusahaan harus membayar hutang dan nilai perusahaan menjadi releva. (Euis
bunga hutang dan pokok pinjaman. Penurunan Soliha dan Taswan, 2002).
aliran kmenyebabkan berkurangnya uang yang
Kepemilikan Manajerial
ada pada manajer. Keadaan ini akan membatasi
keinginan manajer menggunakan aliran kas unttuk Teori keagenan menjelaskan bahwa
menambah pendapatan mereka dan melakukan kepentingan manajemen san kepentingan
investasi yang berlebihan (over statement). pemegang saham seringkali bertentangan,
Sedangkan pemegang saham menghendaki aliran sehingga bias terjadi konflik diantaranya. Hal
kas dapat dibagikan sebagai deviden untuk tersebut terjadi karena manajer cenderung
menambah kekayaan mereka atau diinvestasikan berusaha mengutamakan kepentingan pribadi.
kembali kedalam proyek-proyek yang Pemegang saham tidak menyukai kepentingan
menghasilkan return positif. Oleh karena itu, pribadi manajer, karena hal tersebut akan
peningkatan pengguna hutang akan mengurangi menambah cost bagi perusahaan sehingga akan
masalah agensi antara manajer dengan pemegang menurunkan keuntungan yang diterima. Akibat
saham. dari perbedaan kepentingan itulah maka terjadi
konflik yang biasa disebut konflik agensi
Selain itu hutang adalah instrument yang
(Listyani, 2003).
sangat sensitif terhadap perubahan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan di tentukan oleh Untuk mengurangi konflik keagenan
struktur modal (Mogdiliani & Miller dalam Jensen dan Meckling (1996) dalam Listyani
Brigham 1999, dalam Soliha & Taswan, 2002). (2003), mengatakan perlu peningkatan
Semakin tinggi proporsi hutang akan menurunkan kepemilikan manajerial dalam perusahaan
nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh sehingga manajer akan bertindak secara hati-hati
dari pengguna hutang lebih kecil dari pada biaya karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas
yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahaan tindakanya. Dengan adanya kepemilikan sahan
lebik suka perusahaan menciptakan hutang pada oleh manajer akan memotivasi mereka untuk
tingkat tertentu untuk menaikkan nilai menciptakan kinerja perusahaan secara optimal
dan berusaha untuk menurunkan biaya keagenan
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 139

atau agency cost yaitu agency cost of debt dan tindakan-tindakan mereka. Meskipun kepemilikan
agency cost of equity. manajerial dalam perusahaan berfungsi untuk
Peningkatan kepemilikan manajerial menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer
dengan kepentingan-kepentingan para pemegang
bermanfaat untuk meningkatkan keselarasan
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. saham eksternal, namun besar investasi yang
dapat dilakukan manajer dalam klaim-klaim
Kepemilikan manajerial terjadi apabila pemegang
saham suatu perusahaan bertindak sebagai residual perusahaan terbatas oleh kekayaan
pribadi mereka dan pertimbangan-pertimbangan
manajer perusahaan. Oleh karena itu, semakin
besar tingkat kepemilikan manajerial suatu diversifikasi.
perusahaan, maka semakin tinggi tingkat Hubungan antara Kepemilikan Institusional,
keselarasan dan kemampuan kontrol terhadap Kebijakan Hutang dan Kepemilikan Manajer
kepentingan antara manajer dan pemegang saham
Kepemilikan institusional, kebijakan
(Jensen & Meckling 1976, Singh & Davidson III). hutang, dan kepemilikan manajerial berguna
Namun demikian, kepemilikan manajerial
untukk meminimalkan biaya-biaya agensi dalam
sebenarnya mempunyai dua peranan yang perusahaan. Namun begitu mekanisme ini juga
berbeda. Pertama, ia bertindak sebagai pemilik
memiliki keterbatasan sendiri. Kepemilikan
perusahaan, dan kedua ia bertindak sebagai saham umum manajerial yang berlebihan bias
manajer. Peranan seperti ini dapat mengganggu
menimbulkan pertentangan. Mekanisme voting
manajer ketika bekerja dan dapat menimbulkan dan pengambilalihan akan gagal jika manajemen
keinginannya untuk mempertahankan
memiliki kepentingan control dalam perusahaan.
kedudukannya sidalam perusahaan. Oleh sebab Selain itu manajer juga tidak mau
mereka sebagai pemilik maka mereka dapat menginvestasikan terlalu banyak kekayaan
membuat keputusan sesuai dengan
pribadinya dalam perusahaan guna menghindari
kepentingannya termasuk keputusan untuk naiknya resiko non diversifikasi atas kekayaan
mempertahankan kedudukan mereka didalam
pribadi mereka. Pendanaan dengan hutang juga
perusahaan. Pemberian insentif yang sesuai akan memperbesar resiko kebangrutan perusahaan
kepada manajer penting diperhatikan agar manajer
dan meningkatkan resiko kebangrutan non-
bekerja sesuai dengan kepentingan saham. diversifikasi bagi manajer sendiri. Selain itu,
Peran Kebijakan Hutang dan Kepemilikan masalah-masalah agensi seperti penggantian asset
Manajerial dalam Mengontrol Konflik-konflik atu risk-shifting atau rendahnya investasi dapat
Keagenan perparah dengan besar dana hutang. Bahkan
Model agensi perusahaan menurut Jensen kepemilikan saham institusional yang terlalu
besar juga memiliki resiko yang terkait dengan
dan Meckling (JM) (1996) dalam Listyani (2003),
korporasi modern rentan terhadap konflik-konflik hal ini (Listyani, 2003).
agensi yang muncul dari pemisahan fungsi-fungsi Dengan berbagai keuntungan dan
pengambilan keputusan dan penanggungan resiko kekurangan mekanisme-mekanisme diatas,
dalam perusahaan. Jensen dan Meckling manajer diharapkan dapat mengoptimalkan
membuktikan bahwa manajer memiliki pemanfaatan mekanisme tersebut agar biaya total
kecenderungan untuk terlibat dalam tindakan dalam perusahaan dapat diminimalkan. Meskipun
pengambilan keuntungan yang berlebihan dan manajer dapat mengukur tingkatan-tingkatan
perilaku-perilaku opportinistik lain karena meraka kepemilikan equitas internal dan tingkat
mendapat keuntungan penuh dari tindakan- pendanaan hutang. Dari argument-argumen diatas
tindakan tersebut tetapi hanya menanggung resiko dapat disimpulkan bahwa sejalan dengan
dari yang seharusnya. Hal ini sebagai biaya kepemilikan institusional dan pengawasan yang
equitas agensi serta menunjukkan bahwa hal ini terkai akan lebih optimal bagi perusahaan untuk
dapat diminimalkan dengan meningkatkan menggunakan tingkat hutang dan kepemilikan
kepemilikan manajerial dalam perusahaan, yang manajerial yang lebih rendah guna mengontrol
mana akan memaksa manajer untuk ikut konflik-konflik agensi perusahaan.
menanggung konsekuensi-konsekuensi atas
Review Penelitian Terdahulu
140 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

Agrawal dan Mandelker (1978) dalam Tujuanya menguji pengaruh kepemilikan


Listyani (2003), melakukan penelitian dengan institusional terhadap debt ratio dan managerial
judul “Manajerial Incentives and Investment and ownership dengan beberapa variabel control.
Financing Decision”. Tujuan penelitianya adalah Jumlah sempel yang di gunakan sebanyak 516
menguji hubungan antara saham dan opsi yang (setelah diseleksi dari 1000 perusahaan) untuk
dipegang oleh manajer serta karakteristik dari tahun 1998 dengan metode cross-sectional. Model
keputusan investasi yang diambil oleh perusahaan analisis yang digunakan adalah Two-Stage Least
terutama perubahan dalam return on asset. Hasil Square (2SLS). Hasil penelitian menunjukkan
peneliti menemukan bahwa ada hubungan positif bahwa earning volatility, research and
antara debt ratio dan pemilikan manajerial. development and advertising expenses,
Friend and Lang (1998) dalam Listyani depreciation, growth, institusional ownership dan
(2003), meneliti dengan judul “Empirical Test of managerial ownership memiliki hubungan yang
negative terhadap debt rastio. Demikian juga
Impact of Managerialm Selt Interest on Corporate
Capital Structure”, menguji apakah struktur untuk persamaan kedua stock volatility, size,
research and development and advertising
modal (debt ratio)perusahaan sebagai motivasi
oleh kepentingan manajemen. Hasil penelitian expenses, anstitutional ownership dan debt ratio
memiliki hubungan yang negative terhadap
menunjukkan bahwa debt ratio mempunyai
hubungan negative dengan manajerial ownership. managerial ownership. Sedangkan Growth
memilki hubungan yang positif terhadap
Mehran (1992) dalam Listyani (2003), managerial ownership.
melakukan penelitian dengan judul Executive
Incentives Plant, Corporate Control and Capita Wahidahwati (2002), melakuka penelitian
Structure. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat dengan judul “kepemilikan manajerial dan Agency
Conflicts: analisis permasalahan simultan non
hubungan yang positip antara prosentase saham
yang dimiliki individual investor dengan rasio linier dari kepemilikan manajerial, penerimaan
resiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan
hutang dan institusional holdings memiliki
hubungan yang signifikan dan negative terhadap Kebijakan Deviden”. Tujuannya adalah ingin
memperluas bidang penelitian dengan
rasio hutang.
mempertimbangkan sebuah model empiris
Penelitian yang dilakukan Jensen, et diamana kepemilikan manajerial, pengambilan
al.(1992) dalam Listyani (2003), dengan judul resiko, kebijakan utang dan kebijakan deviden
“Stimultanous Determinant of Insider Owneship, masing-masing ditentukan sebagai vriabel
Debt dan Devident Policies” menguji hubungan endogen yang ditentukan secara gabungan,
antara insider ownership, debt ratio dan sedangkan kepemilikan institusional bersama
kebijaksanaan deviden. Debt ratio merupakan dengan variabel-variabel control lainya berada
fungsi insider, devident, business risk, diluar perusahaan dan karenanya mereka bukan
profitability, R&D dan fixet asset. Hasil penelitian variabel keputusan perusahaan. Hasilnya adalah
menyatakan bahwa terdapat hubungan negative tidak terdapat hubungan non linier antara
antara prosentase kepemilikan dengan rasio kepemilikan manajerial dengan rasio.
hutang Moh’d, et all (1998) melakukan penelitian Disimpulkan pula dari hasil penelitian bahwa
yang berjudul “The Impact of Ownership resiko pada level-level yang rendah, merupakan
Structure and Corporate Debt Policy: A Time- determinan negative dari kepemilikan manajerial.
series Cross-Sectional Analysis”. Hasil yang Hal ini mengindikasikan ketidak konsistennan
diperoleh menunjukkan bahwa struktur dengan pendapat bahwa kepemilikan manajerial
kepemilikan dan beberapa variabel agensi lainya memecahkan konflik antara equity holder external
mempunyai pengaruh signifikan secara bersama- dan para manajer. Penelitian ini juga
sama terhadap rasio hutang. menghasilkan bahwa hipotesis yang menyatakan
Bathala, et all. (1994) dalam Listyani bahwa manajerial ownership berhubungan
(2003, judul penelitiannya adalah “Managerial negative dengan rasio utang, rasio deviden dan
Ownership, Debt Policy and Impact of rasio (utang deviden), ditolak. Hasil analisis
Institutional Holding: An Agency Perspective”. menunjukkan bahwa hubungan antara manajerial
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 141

ownership dengan debt dan dividen policy, Model Penelitian


semuanya mempunyai arah positif dan signifikan,
sedangkan hubungan antara manajerial ownership Kepemilikan
dengan deviden polcy untuk sempel yang Institusional
diobservasi tidak dapat dijadikan alat pengontrol
dan tidak dapat mereduksi cost agency, karena Kepemilikan
tidak dapat digunakan sebagai monitoring Manajerial
substitute agents. Tetapi penelitian ini
membuktikan adanya pengaruh substitusi
monitoring antara manajerial ownership dengan
institusional ownership.
Kebijakan Size
Soliha dan Taswan (2002), dalam jurnal Hutang Growth
bisnis dan ekonomi melakukan penelitian yang Earning Volatility
menyimpulkan bahwa kebijakan hutang
perusahaan berpengaruh positif namun tidak Gambar 1. Model Penelitian
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil riset
variabel ini konsisten dengan temuan Monidiliani
dan Miller (1963), bahwa dengan memasukkan Kepemilikan institusional yaitu proporsi
pajak penghasilan perusahaan, maka penggunaan saham yang dimiliki institusional dalam
hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. perusahaan pada akhir tahun yang diukur dalam
Disamping itu juga hutang dapat digunakan untuk prosentase. Tingkat saham institusional yang
mengendalikan penggunaan free cash flow secara tinggi akan menghasilkan upaya-upaya
berlebihan. Para manajer telah terpengaruh oleh pengawasan yang lebih intensif sehingga dapat
adanya utang, namun masih perlu didukung membatasi perilaku opportunistik manajer. Jika
pengendalian manajer misalnya melalui kepemilikan institusional semakin meningkat dari
institusional ownership agar terhindar dari tahun ke tahun ini dapat berpengaruh terhadap
penggunaan free cash flow yang sia-sia. jalanya jalanya perusahaan karena hak voting
Theresia Tyas Listyani (2003) melakukan yang dimiliki. Hak tersebut mampu
penelitian dengan judul “kepemilikan manajerial, mengintervensi keputusan manajer, misalnya
Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya Terhadap keputusan investasi, merger maupun sistem
Kepemilikan Saham Institusional”. Tujuannya penggajian eksekutif. Monitoring yang dilakukan
adalah mangenalisis pengaruh kepemilikan oleh institusi diharapkan mampu mensubtitusi
institusional terhadap kebijakan hutang dan biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan
kepemilikan manajerial pada perusahaan menurun dan nilai perusahaan meningkat.
manufaktur di bursa efek Jakarta. Hasilnya adalah Sehingga kepemilikan institusional di harapkan
bahwa ada pengaruh negative antara kepemilikan mempunyai tanda negatif terhadap kepemilikan
institusional dengan kebijakan hutang dan manajerial.
kepemilikan manajerial.
142 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

Debt Ratio merupakan perbandingan METODE PENELITIAN


hutang dengan total asset. Dengan penggunaan
Populasi
hutang diharapkan akan mengikat manajer
melalui pembayaran bunga dan cicilan secara Populasi yang akan digunakan dalam
periodic, penggunaan hutang juga digunakan penelitian ini terdiri dari perusahaan manufaktur
untuk mengendalikan penggunaan free cash flow yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
yang berlebihan oleh manajer sehingga dapat empat tahun pengamatan, yakni 2003, 2004, 2005
menghindari investasi yang tidak menguntungkan, dan 2006.
yang bertujuan untuk mengurangi konflik Sampel
keagenan dalam perusahaan. Sehingga rasio
kebijakan hutang diharapkan menghasilkan Pengambilan sampel dalam penelitian
hubungan yang negatif terhadap kepemilikan dilakukan secara purposive sampling dengan
manajerial. criteria:
Size merupakan ukuran perusahaan. 1. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa
Seorang manajer dituntut untuk dapat Efek Indonesia selama empat tahun terdiri dari
meningkatkan nilai perusahaan. Size yang besar tahun 2003, 2004, 2005 dan 2006.
memudahkan perusahaan dalam masalah 2. Perusahaan yang selama periode pengamatan
pendanaan melalui pasar modal, kemingkinan ini memiliki data tentang kepemilikan manajerial,
bias ditangkap sebagai informasi yang baik. kepemilikan institusional, long term debt,
Ukuran perusahaan yang besar dan tumbuh bisa total asset dan operating income.
merefleksikan tingkat profit dimasa yang akan
datang. Sehingga variabel ini diharapkan Jenis Data
mempunyai hubungan negatif terhadap Data yang diperlukan dalam penelitian ini
kepemilikan manajerial. adalah data sekunder yang meliputi manajerial
Growth merupakan pertumbuhan ownership, institusional ownership, long term
perusahaan dalam mengukur kinerja manajerial debt, total asset, dan operating income yang
untuk mempermudah perusahaan dalam pencarian diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.
dana. Sehingga diharapkan mempunyai hubungan Sumber Data
yang negative terhadap kepemilikan manajerial.
Diperoleh dari media cetak dan majalah
Volatilitas laba berfungsi untuk maupun Indonesian Capital Market Directory
memperkirakan rasiom perusahaan dan tahun 2003, 2004, 2005 dan 2006.
kemungkinan terjadinya kebangkrutan
Pengumpulan Data
perusahaan. Variabel kontrol yang dihitung dari
deviasi pendapatan sebelum pajak dan bunga Pengumpulan data dilakukan secara
terhadap total asset. Bila standar deviasi laba pooling data (time-series cross-sectional). Pooling
sebelum pajak dan bunga semakin tinggi, pihak data dilakukan dengan cara menjumlahkan
kreditor akan enggan memberikan hutang pada perusahaan-perusahaan yang memenuhi criteria
perusahaan sehingga resiko hutang akan turun. selama periode pengamatan.
Sehingga Ernvolt diharapkan mempunyai Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel
hubungan yang negatif terhadap kepemilikan
manajerial. Identivikasi Variabel
Hipotesis Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kepemilikan manajerial yang
H1 : kepemilikan institusional mempunyai merupakan variabel dependen, kepemilikan
pengaruh negative secara signifikan institusional dan kebijakan hutang merupakan
terhadap kepemilikan manajerial variabel independen. Penelitian ini juga menguji
H2 : Kebijakan hutang mempunyai pengaruh berbagai variabel penjelasan tambahan yang
negative secara signifikan terhadap berfungsi sebagai variabel control.
mkepemilikan manajerial
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 143

Pengukuran Variabel tahun yang diteliti dengan asset tahun sebelumnya


dan dibandingkan dengan total asset sebelumnya.
Pengukuran variabel-variabel yang
dipergunakan dalam penelitian adalah sebagai Tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
menandakan keberhasilan yang perusahaan dalam
berikut:
menggalang lebih banyak sumber-sumber daya
Debt Ratio untuk perusahaan.
Menurt Grossman & Hart (1982) dalam Size
Listyani (2003), penggunaan hutang akan
Variabel size sebagai proksi dari total
mengurangi biaya keagenan antara principal dan
agen. Variabel ini diberi simbol (DR) sebagai asset. Untuk memperoleh nilai size, pertama-tama
dilakukan perhitungan terhadap total asset selama
proksi dari kebijaksanaan hutang perusahaan.
Debt Ratio (DR) merupakan perbandingan antara empat tahun dan kemudian dihitung log total
hutang dengan total asset. asset. Dalam perusahaan besar, proporsi saham
yang dimiliki manajer relative kecil karena
Kepemilikan Manajerial berbagai hambatan, seperti kepemilikan
Variabel ini diberi simbol (MOWN). institusional Bathala, et al (1994). Maka variabel
Diukur dari jumlah prosentase saham yang total asset diharapkan memiliki koefisien yang
dimiliki oleh manajerial. Kepemilikan manajerial negatif terhadap kepemilikan manajerial.
adalah pemegang saham dari pihak manajemen Earning Volatibility
yang secara aktif ikut dalam pengambilan
Variabel ini diberi symbol ERNVOLT,
keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris).
Variabel ini digunakan untuk mengetahui manfaat diukur rasio standar deviasi pendapatan sebelum
pajak dan bunga (operating income) terhadap
kepemilikan managerial dalam mekanisme
asset total (OPROA) dengan skala total asset
pengurangan agency conflick. Diharapkan bahwa
dengan peningkatan kepemilikan manajerial, selama empat tahun. ERNVOLT berfungsi untuk
memperkirakan resiko usaha dan kemungkinan
biaya keagenan yang ditimbulkan oleh hutang
(agency cost of debt) akan semakin menurun terjadinya kebangkrutan perusahaan. Bila
perusahaan resiko bisnisnya tinggi akan memiliki
sehingga koefisien MOWN menghasilkan
negative terhadap kebijakan hutang. rasio hutang yang rendah, maka variabel Ernvolt
mempunyai koefisien negative terhadap rasio
Kepemilikan Institusional hutang.
Varibel ini diberi simbol INST yaitu Metode Analisis Data
proporsi sham yang dimiliki institusional pada
akhir tahun diukur dalam prosentase (%). Uji Normalitas Data
Variabel ini menggambarkan tingkatkepemilikan Uji normalitas bertujuan untuk menguji
saham institusional dalam perusahaan. Tingkat apakah dalam model regresi, variabel terikat dan
saham institusional yang tinggi akan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi
menghasilkan upaya-upaya pengawasan yang normal ataukah tidak. Model regresi yang baik
lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku adalah memiliki distribusi data normal atau
opportunistic manajer. (Listyani, 2003). mendekati normal. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan melakukan uji
Growth
kecejungan kurva (skewness dan kurtosis)
Variabel pertumbuhan ini diberi simbul terhadap data yang dimiliki. Hal ini untuk
Growth. Pertumbuhan perusahaan dapat di mengetahui normal atau tidaknya sebaran data
definisikan sebagai peningkatan yang terjadi pada yang akan dianalisis.
perusahaan. Pertumbuhan perusahaan diukur
dengan menggunakan selisih antara asset pada Rasio skewness dan kurtosis dapat
dirumuskan sebagai berikut:
144 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

skewness penentuan terlebih dahulu nilai kritis dL dan DU.


Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
Rskewness =
(Ghozali, 2005):
6/ N - Bila niali DW terletak antara batas atas (du)
dan (4-du), maka koefisien autokorelasi
sama dengan nol, berarti tidak ada
kurtosis autokorelasi.
Rkurtosis = - Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah
24 / N (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar
dari nol, berarti ada autokorelasi positif.
Uji Asumsi Klasik
- Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl),
1. Uji Miultikolinearitas maka koefisien autokorelasi lebik kecil
Uji Miultikolinearitas bertujuan untuk daripada nol, berarti ada autokorelasi
menguji apakah modal regressi ditemukan adanya negatif.
korelasi antara variabel bebas (independen) model - Bila nilai DW terletak diantara batas atas
regressi yang baik seharusnya tidak terjadi (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak
korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak
bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel dapat disimpulkan.
ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah
variabel bebas yang nilai korelasi antara sesame 3. Uji Heteroskedastisitas
variabel bebas sama dengan nol. Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan
dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance menguji apakah dalam model regresi terjadi
inflation factor (VIP). Kedua ukuran ini ketidak samaan variance dan residual satu
menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang pengamatan yang lain. Jika variance dan
dijelaskan oleh variabel lainnya. Dalam residual satu pengamatan kepengamatan yang
pengertian sederhana setiap variabel bebas lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
menjadi variabel terikat dan diregres terhadap dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
variabel bebas lainya. Tolerance mengukur Model regresi yang baik adalah yang
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak Homoskedastisitas atau tidak terjadi
dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainya. Jadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui adanya
nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai heteroskedastisidas digunakan grafik
VIP tinggi (Karena VIF=1/tolerance) dan scatterplot, yaitu dengan pola-pola tertentu
menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. pada grafik, dimana sumbu Y adalah Y yang
Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai telah diprediks, dan sumbu X adalah residual
tolerance 0,10 atau sama dengan tingkat (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di
multikolinearitas 0,95. Walaupun studentized.
multikolinearitas dapat dideteksi dengan nilai
Dasar pengambilan yang dilakukan adalah
tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak
sebagi berikut:
mengetahui variabel-variabel bebas mana sajakah
yang saling berkorelasi. - Jika pola tertentu seperti titik-titik (poin-
poin) yang ada membentuk suatu pola
2. Uji Autokorelasi
tertentu yang teratur (bergelombang,
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji menyebar, melebar kemudian menyempit),
apakah dalam satu model regresi linear ada maka mengindikasikan telah terjadi
korelasi antara kesalahan pengganggu pada heterokedastisitas.
periode t dengan kesalahan pada periode t-1
- Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah
titik menyebar diatas dan bawah angka 0
regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi digunakan uji Durbin-Watson, dengan
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 145

pada sumbu Y, maka tidak terjadi DR = Kebijakan Hutang


heterokedastisitas.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Uji Regresi Berganda
Statistik Deskriptif Penelitian
Pada penelitian ini teknis analisis data
dilakukan dengan teknik analisis regresi berganda Populasi dalam penelitian ini adalah
untuk mengolah data, membahas data yang telah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
diperoleh dan menguji hipotesis yang telah Efek Indonesia. Jumlah perusahaan manufaktur
diajukan. Teknik analisis regresi dipilih karena sebanyak 142 perusahaan. Sebagai pengambilan
teknik regresi berganda dapat menyimpulkan sample dalam penelitian ini, bahwa sample
secara langsung mengenai pengaruh masing- merupakan perusahaan-perusahaan yang masuk
masing variabel bebas yang digunakan secara kedalam kelopok manufaktur yang terdaftar
bersama-sama. dalam Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu
periode tahun 2003-2006 dan perusahaan selama
MOWN=a0 + a1 INSTL + a2 DR + SIZE + periode memiliki data tentang kepemilikan
GROWTH + a5 ERNVOLT
manajerial, kepemilikan institusional, hutang
MOWN = Kepemilikan manajerial jangka panjang, total asset dan operating income.
a = Koefisien regresi Berdasarkan criteria tersebut diperoleh sebanyak
37 perusahaan. Jadi selama empat tahun diperoleh
ERNVOLT = Earnig Volatility sebanyak 37 X 4 = 148 data.
SIZE = Ukuran Perusahaan Prosedur pengambilan sampel disajikan
GROWTH = Pertumbuhan dlam Tabel 1 berikut:

INSTL = Kepemilikan Institusional


Tabel 1. Prosedur pengambilan sample

No Kriteria penentuan Sampel Jumlah


1 Jumlah perusahaan yang bergerak dalam sector manufaktur yang 142
terdaftar di BEI pada periode amatan mulai 2003-2006
2 Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan yang berkaitan 105
dengan variabel-variabel penelitian (Managerial ownership, institusional
ownership, long term debt, total asset, dan operating income) secara
berturut-turut selama tahun 2003-2006
Jumlah sampel yang diteliti 37

Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Dependent dan Independent


Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
INST 148 .57 96.09 62.3253 20.2267
DR 148 .00 2.45 .2402 .3845
MOWN 148 -.85 1.33 4.473E- .2280
SIZE 148 4.21 7.34 02 .5584
GROWTH 148 -.19 .28 5.6560 7.832E-02
ERNVOLT 148 .01 25.61 3.932E- 7.0020
Valid N 148 02
(listwise) 5.0167
Sumber: Data sekunder diolah
146 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui ERNVOLT sebesar 5,0167 dengan standar deviasi
bahwa INST adalah merupakan proporsi saham sebesar 7,0020.
yang dimiliki institusional pada akhir tahun. Data Variabel MOWN adalah merupakan
deskriptif INST yang diambil mulai dari tahun
variabel pemegang saham dari pihak manajemen
2003 sampai dengan tahun 2006 dari 37 yang secara aktif ikut dalam pengambilan
perusahaan dengan jumlah responden (N) adalah
keputusan perusahaan (direktur dan komisaris).
148 dengan INST terkecil sebesar 0,57 dan Data deskriptif MOWN menunjukkan nilai
terbesar 96,09. Rata-rata responden 62,3253
terkecil sebesar -0,85 dan terbesar adalah 1,33.
dengan standar deviasi sebesar 20,2267. Rata-rata MOWN sebesar 4,473E-02 dengan
Variabel DR adalah merupakan standar deviasi sebesar 0,2280.
perbandingan antara hutang jangka pajang dengan
total asset. Data deskriptif DR menunjukkan nilai ANALISIS DATA
terkecil sebesar 0,00 dan terbesar adalah 2,45. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka
Rata-rata DR sebesar 0,2404 dengan standar peneliti ini menggunakan analisis linier berganda.
deviasi sebesar 0,3845. Suatu regresi linier berganda akan membentuk
Variabel GROWTH dalam penelitian ini estimasi yang baik apabila terpenuhi semua
dinilai dari pertumbuhan total asset selama empat asumsi klasiknya.
tahun. Data deskriptif GROWTH menunjukkan Pengujian Normalitas Data
nilai terkecil sebesar -0,19 dan terbesar 0,28.
Rata-rata GROWTH sebesar 3,932E-02 dengan Uji normalitas data digunakan untuk
standar deviasi sebesar 7,832E-02. melihat napakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependent dan variabel independent atau
Variabel Size (ukuran perusahaan) dalam keduanya mempunyai distribusi normal atau
penelitian ini dilihat dari besarnya total asset. tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan
Data deskriptif size menunjukkan nilai terkecil menggunakan rasion skewness dan kurtosis. Nilai
sebesar 4,21 dan terbesar 7,34. Rata-rata Size rasio skewness dan kurtosis yang lebih kecil dari
sebesar 5,6560 dengan standar bdeviasi sebesar ± 1,96 menunjukkan data yang berdistribusi
0,5584. normal. Hasil penujian normalitas semua variabel
Variabel ERNVOLT dalam penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dinilai standar deviasi pendapatan sebelum apajak sebagai berikut:
dan bunga terhadap total asset. Data deskriptif
ERNVOLT menunjukkan nilai terkecil sebesar
0,01 dan terbesar sebesar 25,61. Rata-rata

Tabel 3. Uji Normalitas Data sebelaum di outliyer

N Minimum Maximum Std. Skewness Kurtosis


Statistic Statistic Statistic Statistic
Statistic Std. Statistic Std.
Error Error
Unstandardized 148 -.88378 1.16760 .2033919 1.172 199 9.699 .396
Residual Valid 148
N (listwise)
Sumber: Data sekunder diolah
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 147

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 9,699


dapat diketahui rasio skewness dan kurtosis =
untuk masing-masing variabel adalah sebagai 24 / 148
berikut:
skewness 9,699
R skewness= =
0,4
6/ N = 24,25
1,172
=
Dari kedua analisis normalitas diatas
6 / 148 diketahui bahwa dari data masing-masing
1,172 variabel adalah tidak normal dikarenakan nilai
= = 5,86
0,2 rasio berada lebih dari ± 1,96.
Sedangkan perhitungan R kurtosis adalah Untuk menormalkan data, maka perlu
sebagai berikut: dilakukan upaya penormalan data yaitu dengan
kurtosis menghilangkan data yang dianggap outliyer.
= Proses outliyer dilakukan satu per satu data yang
24 / N dianggap extrim. Dari 148 data setelah di
outliyer dihasilkan 110 data. Hasil uji normalitas
110 data dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4. Uji Normalitas Data Setelah Proses Outliyer
N Minimum Maximum Std. Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Statistic Std.
Error Error
Unstandardized 110 -.11618 .12200 5.86E- .206 .230 -.765 .457
Residual Valid 110 20
N (listwise)
Sumber: Data sekunder diolah
Sedangkan perhitungan R kurtosis adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS dapat
diketahui R skewness dan kurtosis setelah di
outliyer adalah sebagai berikut: Kurtosis
=
Skewness
= 24 / N
6/ N
-0,765
=
0,206
= 24 / 110
6 / 110  0,765
= = -1,638
0,206 0,467
=
0,233
= 0,88
Dari Tabel tesebut diperoleh hasil
distribusi yang normal Karena memiliki nilai rasio
skewness yang lebih kecil dari ± 1,96.
148 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

Uji Asumsi Klasik a. Pengujian Multikoliniearitas


Suatu uraian tersebut akan membahas Untuk menguji apakah terjadi
mengenai uji asumsi klasik pada regresi berganda multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat
diantaranya: dilihat dari VIF (Variance Inflation Factor). Jika
nilai VIF dibawah 10, maka data variabel
independent tidak terjadi multikolinearitas.
(Ghozali, 2001)

Tabel 5. Pengujian Multikolinearitas


Standardiz
Unstandardized ed
coeficients coeficients Colinearity
Std. t Sig. Statistics
B Std. Error Beta Toleran VIF
ce
1 (Constant) 4.530E-02 .064 .709 .480
INST -2.49E-04 .000 -.058 -.825 .411 .872 1.146
DR -386E-02 .016 -.164 -2.473 .015 .967 1.035
SIZE -454E-03 .011 -.029 -.414 .680 .858 1.165
GROWTH .818 .081 .702 10.113 .000 .888 1.126
ERNVOLT -9.12E-04 .001 -.076 -1.081 .282 .856 1.168

Sumber: Data sekunder diolah

Pada pengujian ini diperoleh semua Pengujian Autokorelasi


variabel bebas tidak mengandung Untuk mengetahui autokorelasi dapat
multikolinearitas karena semua variabel memiliki
dilihat nilai uji Durbin Watson.
nilai VIF yang lebik kecil dari 10, (1,146; 1,035;
1,126; 1,168). Sehingga dari kelima variabel
independent tersebut dapat digunakan dalam
prediksi variabel dependent.
Tabel 6. Hasil Uji Autokorelasi
Adjisted Std. Durbin-
Error of W aston
Model R R R
Square Square the
estimate
1 .745a .555 .534 6.000E-02 2.110
Sumber: Data sekunder diolah

Hasil analisis regresi diperoleh nilai DW Pengujian Heterokedastisitas


sebesar 2,110. Berarti nilai DW berada diantara du Pengujian heterokedastisitas digunakan
sampai 4-du, du=1,78 4-du=2,22. Sehingga dari
untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi
hasil tersebut tidak terjadim autokorelasi. terjadi ketidak samaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 149

yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas regresi pada model ini tidak mengandung adanya
pada penelitian ini didasarkan pada scatterplot masalah heterokedastisitas.
berdasarkan pengujian SPSS diperoleh grafik
Analisi Regresi Berganda
Scatterplot sebagai berikut:
Persamaan regresi yang diperoleh setelah
Dari gambar grafik, terlihat bahwa titik-
terpenuhi semua asumsi klasiknya adalah sebagai
titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu berikut:
pola tentu yang jelas, serta tersebar diatas dan
dibawah angka 0 sumbu Y. Hal ini berarti model

Gambar 2. Hasil uji Hetero

Tabel 7. Analisis Regresi Berganda


Standardized
Unstandardized Colinearity
coeficients
coeficients Statistics

B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF


(Constant) 4.530E-02 .64 .709 .480
INST -2.49E-04 .000 -.058 -.825 .411 .872 1.146
DR -3.86E-02 .016 .-.164 -2.473 .015 .967 1.035
SIZE -4.54E-03 .011 -.029 -.414 .680 .858 1.165
GROWTH .818 .081 .702 10.113 .000 .888 1.126
ERNVOLT -9.12E-4 .001 -.076 -1.081 .282 .856 1.168

Sumber: Data sekunder diolah


Untuk analisis regresi berganda dapat 1. ERNVOLT mempunyai pengaruh yang
disimpilkan bahwa variabel-variabel Independent negative terhadap kepemilikan manajerial, hal
berpengaruh secara positif dan negative terhadap ini dikarenakan koefisien regresinya bertanda
variabel Dependen. Hal ini dapat ditunjukkan negative sebesar 0,000912. Hal ini berarti,
persamaan regresi berganda berikut: semakin besar resiko perusahaan, maka
kreditur enggan memberikan hutang sehingga
MOWN= 0,0453-0,000249 INST-0,0386 DR-
0,00454 SIZE+0,818 GROWTH- resiko hutang akan turun. Resiko hutang
turun, maka kepemilikan manajerial akan
0,000912 ERNVOLT.
semakin besar karena manajer tidak
Dari hasil persamaan tersebut dapat membayar cicilan dan bunga.
dijelaskan sebagai berikut:
150 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

2. GROWTH mempunyai pengaruh yang positif atau lebih yang berpengaruh secara signifikan
terhadap kepemilikan manajerial, hal ini terhadap kepemilikan manajerial.
dikarenakan koefisien regresinya bertanda Dari hasil estimasi regresi diketahui nilai t
positif sebesar 0,818. Hal ini berarti semakin
hitung sebagai berikut:
besar pertumbuhan perusahaan menandakan
keberhasilan perusahaan dalam menggalang 1. Kepemilikan institusional (INST) dari hasil
sumber-sumber daya untuk perusahaan. estimasi regresi diperoleh t hitung = -0,825
Sehingga manajer lebih mudah dalam dengan probabilitas sebesar 0,411 > 0,05.
pencarian dana. Karena nilai signifikasi pengujian lebih besar
3. SIZE mempunyai pengaruh yang negative 0,005 maka diperoleh tidak ada hubungan
terhadap kepemilikan manajerial, hal ini yang signifikan dari variabel INST terhadap
dikarenakan koefisien regresinya bertanda kepemilikan manajerial. Hal ini berarti
negative sebesar -0,004545. Hal ini berarti hipotesis 1 ditolak.
semakin besar ukuran perusahaan, maka 2. Debt to Ratio (DR) dari hasil estimasi regresi
proporsi saham yang dimiliki manajer relative diperoleh t hitung = -2,473 dengan
kecil. probabilitas 0,05 < 0,050. Karena nilai
4. DR mempunyai pengaruh negative terhadap signifikan lebih kecil dari 0,05, maka
kepemilikan manajerial, hal ini dikarenakan diperoleh ada hubungan yang signifikan dari
koefisien regresinya bertanda negative sebesar variabel DR terhadap MOWN. Hal ini berarti
-0,0386. Hal ini berarti semakin tinggi hutang hipotesis 2 diterima.
maka akan mengikat manajer dalam Hasil pengujian memberikan hasil nilai F
pembayaran bunga dan cicilan. sebesar 25,982 dari 0,05 maka diperoleh bahwa
5. INST mempunyai pengaruh yang negative secara bersama-sama variabel-variabel
terhadap kepemilikan manajerial, hal ini independent ada pengaruh yang signifikan
dikarenakan koefisien regresinya bertanda terhadap MOWN (Kepemilikan Managerial).
negative sebesar -0,0453. Hal ini berarti
semakin tinggi kepemilikan institusional maka Koefisien Determinasi
kepemilikan manajerial semakin rendah Koefisien determinasi digunakan untuk
karena mendapat pengawasan yang intensif mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel
sehingga membatasi perilaku oportunistik bebas terhadap variabel-variabel terikat. Nilai
manajer. koefisien determinasi dapat diperoleh nilai R
Uji Hipotesis square dari model regresi. Hasil perhitungan
dalam analisis ini terlihat pada tabel di bawah ini:
Hasil Uji t (secara persial) Hasil Uji F (secara simultan)
Pengujian secara persial akan dilakukan Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk
untuk menguji ada tidaknya salah satu variabel melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
variabel terkait.

Tabel 8. Uji Simultan


Sum of
Model Square df Mean Square F Sig.
1 Regression .468 5 9.353E-02 25.982 .000 a
Residual .374 104 3.600E-03
Total .842 109
Sumber: Data sekunder diolah
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 151

Tabel 9. Hasil R Square


Adjusted Std. Error of the Durbin-
Model R R R Estimate Waston
Square Square
1 .745a .555 .534 6.000E-02 2.110
Sumber: Data sekunder diolah
Terlihat pada tabel 9 di atas bahwa nilai R
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN
Square adalah sebesar 0,555. Hal ini berarti
SARAN
hanya 5,55% saja MOWN yang secara nyata
dijelaskan oleh variabel INST, DR, SIZE, Simpulan
GROWTH dan ERNVOLT. Sedangkan 94,45% 1. ERNVOLT mempunyai pengaruh yang
lainya dijelaskan oleh variabel lain. negative terhadap kepemilikan manajerial,
hal ini dikarenakan koefisien regresinya
Pembahasan bertanda negative sebesar 0,000912.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 2. GROWTH mempunyai pengaruh yang
kepemilikan institusional (INST) tidak memiliki positif terhadap kepemilikan manajerial, hal
pengaruh terhadap kepemilikan manajerial ini dikarenakan koefisien regresinya betanda
(MOWN) sedangkan kebijakan hutang memiliki positif sebesar 0,818.
pengaruh terhadap kepemilikan manajerial. 3. SIZE mempunyai pengaruh yang negative
Hasil penelitian yang menunjukkan terhadap kepemilikan manajerial, hal ini
bahwa tidak ada pengaruh antara kepemilikan dikarenakan koefisien regresinya bertanda
negative sebesar -0,004545.
institusional (INST) terhadap kepemilikan
Manajerial (MOWN) tidak sesuai dengan teori 4. DR mempunyai pengaruh yang negative
terhadap kepemilikan manajerial, hal ini
yang ada. Dalam penelitian ini manajer bukan
hanya sebagai pengelola perusahaan melainkan dikarenakan koefisien regresinya bertanda
negative sebesar -0,0386.
juga sebagai investor sehingga manajer akan
bertindak secara hati-hati karena mereka ikut 5. INST mempunyai pengaruh yang negative
terhadap kepemilikan manajerial, hal ini
menanggung konsekuensi atas tindakannya
sehingga tidak memerlukan pengawasan yang dikarenakan koefisien regresinya bertanda
negative sebesar -0,0453.
insentif. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahawa kepemilikan institusional tidak Keterbatasan Penelitian
mempunyai pengaruh terhadap kepemilikan 1. Variabel Independent dalam penelitian ini
manajerial, hal ini tisak sesuai dengan penelitian hanya INST dan DR.
yang dilakukan oleh Theresia Tyas Listyani 2. Hanya 5,55% saja MOWN secara nyata
(2003). dijelaskan oleh variabel ERNVOLT,
GROWTH, SIZE, DR, dan INST.
Hasil penelitian yang menjelaskan bahwa
ada pengaruh antara kebijakan hutang dan 3. Penelitian ini hanya mengambil perusahaan
manufaktur yang sampelnya terbatas.
kepemilikan institusional sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Friend and Lang
(1998) dalam Listyani (2003). Dengan Saran
penggunaan hutang diharapkan akan mengikat 1. Disarankan untuk menambah variabel
manajer malalui pembayaran bunga dan cicilan independent selain DR dan INST
secara periodic, penggunaan hutang juga 2. Penelitian untuk saham-saham di Bursa Efek
digunakan untuk mengendalikan penggunaan
Indonesia pada berbagai sektor, kiranya perlu
free cash flow secara berlebihan oleh manajer diteliti sebagai perbandingan.
sehingga dapat menghindari investasi yang tidak
menguntungkan yang bertujuan untuk
mengurangi konflik keagenan dalam perusahaan.
152 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi

Muntaroh Siti, 2008. Pengaruh Kepemilikan


DAFTAR PUSTAKA
Manajerial dan Kepemilikan Institusional
Ghozali Imam, 2001. Aplikasi Analisis terhadap Kebijakan Hutang dalam
Multivariate dengan program SPSS. Mengontrol Konflik Keagenan. Skripsi
Penerbit Universitas Diponegoro Unisbank Semarang.
Semarang.
Setiadi Dede, 2006. Pengaruh Kepemilikan
Harjito, D Agus dan Nurfauziah, 2006. Institusional Kebijakan Hutang Terhadap
Hubungan Kebijaksanaan Hutang insider Kepemilikan Manajerial. Skripsi Unisbank
ownership dan Kebijakan Dividen dalam Semarang.
mekanisme pengawasan masalah agensi di
Soliha Euis dan Taswan, 2002, Pengaruh
Indonesia. JAAI. Vol. 10 No. 2 Hal. 161 –
182. Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Beberapa Faktor yang
Kurniasih Nunung, 2007. Analisis dampak Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan
kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Ekonomi Vol. 9 No. 2 Hal. 120 – 145.
Institusional Terhadap Kebijakan Hutang.
Skripsi Unisbank Semarang Wahidahwati, 2002. Kepemilikan Manajerial
dan Agency Conflicts : Analisis Persamaan
Listyani Theresia Tyas, 2003, Kepemilikan Simultan Non Linier dari Kepemilikan
Manajerial Dan Pengaruhnya Terhadap Manajerial, Penerimaan Resiko (Risk
Kepemilikan Saham Institusional. Jurnal Taking), Kebijakan Utang Simposium
Politeknik Negeri Semarang Vol 3. Nasional Akuntansi Lima.
Masdupi Erni, 2005. Analisis Dampak Struktur Indonesian Capital Market Direktory, 2006
Kepemilikan Pada Kebijakan Hutang
Dalam Mengontrol Konflik Keagenan. Indonesian Capital Market Direktory, 2007
Jurnal Ekonomi & Bisnis Vol. 20 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai