2 133
ISSN : 1979-4886
Novita Anggarini
Ceacilia Srimindarti
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of institutional ownership and debt policy to managerial
ownership in companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2003 to 2006 period. The
population in this study is that there is a manufacturing company in Indonesia Stock Exchange in
2003-2006.Jenis data used are secondary data is data obtained indirectly through the Indonesian
Capital Market Directory. Sampling technique using purposive sampling that samples with the use
of certain of these criteria. Of these criteria, then the sample was obtained as many as 37
companies. Data analysis technique used is multiple regression analysis testing.
The results showed that there was no influence between debt policy (DR) with managerial
ownership (MOWN) can be explained that the variable DR is a policy variable that is owned by
the company's debt to finance their operations. In this research does not affect the debt policy and
managerial ownership because the existing managerial ownership in this study has a very small
percentage so that a manager is limited to perform the duties of corporate management.
Keywords: institutional ownership, debt policy, managerial ownership.
dengan pemegang saham yang disebut sebagai Menurut Masdupi (2005), hutang yang terlalu
agency conflick (Listyani, 2003). besar juga akan menimbulkan konflik keagenan
Pertentangan kepentingan antara manajer antara shareholders dan debtholders sehingga
menimbulkan biaya keagenan hutang. Hutang
dan pemegang saham dapat meminimalkan
dengan suatu mekanisme pengawas yang dapat yang terlalu besar meningkatkan keinginan
shareholders untuk memilih proyek-proyek yang
menyelaraskan kepentingan-kepentingan tersebut.
Namun dengan munculnya pengawasan akan lebih beresiko dengan harapan akan memperoleh
return yang lebih tinggi. Apabila proyek berhasil
menimbulkan biaya yang disebut sebagai agency
cost. maka return akan meningkat dan debtholders
hanya menerima sebesar tingkat bunga, dan
Ada beberapa pendekatan dapat dilakukan sisanya dinikmati oleh shareholders. Sebaliknya
untuk mengurangi pertentangan antara agen jika proyek tersebut gagal maka mereka dapat
dalam hal ini manajer dengan principal dalam hal mengalihkan penanggungan resiko pada pihak
ini pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) kreditur.
dalam Listyani (2003), mengatakan perlu
peningkatan kepemilikan manajerial dalam Untuk mengatasi kelemahan tersebut,
Fama dan Jensen (1983), Agrawal dan Mandeker
perusahaan sehingga manajer akan bertindak
secara hati-hati karena mereka ikut menanggung (1990) dalam Listyani (2003), menganjurkan
pentingnya suatu mekanisme pengawasan dalam
konsekuensi atas tindakanya. Dengan adanya
kepemilikan saham oleh manajer akan perusahaan. Salah satu mekanisme pengawasan
tersebut dengan mengaktifkan monitoring melalui
memotivasi mereka untuk menciptakan kinerja
perusahaan secara optimal dan berusaha untuk investor-investor institusional. Dengan
menurunkan biaya keagenan atau agency cost kepemilikan institusional oleh perusahaan
investasi, bank, perusahaan asuransi maupun
yaitu agency cost of debt dan agency cost of
equity. berupa kepemilikan lembaga lain seperti
perusahaan-perusahaan akan mendorong
Grosman dan Hart (1992) dalam Listyani munculnya pengawasan yang lebih optimal
(2003), menganjurkan bahwa konflik keagenan terhadap kinerja manajer. Hal ini sesuai dengan
dapat dikurangi dengan menggunakan hutang, yang diuraikan oleh Shleifer dan Vishny (1986),
karena penggunaan hutang akan mengikat dan Coffe (1991), yang mengatakan bahwa
perusahaan melalui pembayaran bunga dan cicilan kepemilikan institusional sangat berperan dalam
secara periodik. Penggunaan hutang juga mengawasi perilaku manajer khususnya dalam
dianjurkan untuk mengendalikan free cash flow meningkatkan take over dan memaksa manajer
secara berlebihan oleh manajer sehingga dapat untuk lebih berhati-hati mengambil keputusan
menghindari investasi yang tidak mengintingkan yang opportunistic. Mereka menghubungkan
(Jensen, 1986) dalam Listyani (2003). perilaku kepemilikan institusional untuk
Pendekatan diatas oleh para peneliti telah mengambil alih tugas pengawasan terhadap
diterima secara luas untuk mengurangi agency manajer dan beranggapan bahwa keterlibatan
conflick. Tetapi Grosman dan Hart (1982) dalam mereka akan mampu meningkatkan nilai
Listyani (2003), mengatakan bahwa tingkat perusahaan khususnya bila terjadi take over.
kepemilikan manajerial dan hutang yang terlalu Secara empiris, pendapat tadi telah diuji
tinggi juga dapat berdampak buruk terhadap oleh beberapa peneliti seperti Bathala, et al.
perusahaan. Tingkat kepemilikan manajerial yang (1994), yang menguji kepemilikan manajerial,
tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan, kebijaksanaan, hutang dan kepemilikan
artinya jika kepemilikan majerial tinggi, mereka institusional. Dalam penelitian tersebut mereka
memiliki posisi yang kuat untuk melakukan berpendapat bahwa peningkatan kepemilikan
kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang institusional yang tinggi akan menimbulkan usah
saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk pengawasan yang lebih besar sehingga dapat
mengendalikan tindakan manajer. Hal ini menghalangi perilaku opportunistic manajer.
disebabkan karena manajer mempunyai hak Hasil penelitian mereka juga menunjukkan bahwa
voting yang besar atas kepemilikanya yang tinggi.
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 135
pengambilan keputusan pendanaan, Jensen dan pemilik untuk keuntungan pribadinya dan
Mecking menyatakan bahwa kondisi diatas menurunkan kesejahteraan pemilik (Douglas dan
merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi finnerty, 1997) dalam setiadi (2006). Contoh
oengelolaan dan fungsi kepemilikan. Manajemen kasus dari masalah ini adalah kinerja manajer dan
tidak menanggung resiko atas kesalahan dalam perusahaan korporasi yang relatif besar, dengan
pengambilan keputusan, resiko ntersebut terpisahnya kepemilikan dan pengendalian
sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham manajemen maka sulit bagi pemegang saham dan
(prinsipal). Oleh karena itu manajemen cenderung kreditor untuk melihat sejauh mana kinerja
melakukan pengeluaran bersifat konsumtif atau manajer sejalan dengan tujuan yang diinginkan
tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, pemegang saham, manajer mungkin cenderung
seperti peningkatan gaji dan status (Listyani, bekrja kurang optimal. Moral hazard juga
2003). menghambat operasi perusahaan secara efisien
dan pada akhirnya akan menghambat efisiensi
Agency Conflict
ekonomi secara keseluruhan.
Perusahaan merupakan pusat perjanjian
kontrak antara berbagai pihak, yaitu pemegang Dapat disimpulkan, jika pemilik dapat
mengetahui segala sesuatu yang dilakukan
saham, menejer, pemasok dan kepentingan
pribadi menimbulkan konflik antara pihak-pihak manajer maka manajer tidak mungkin melakukan
tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan
tersebut. Bila dilihat entitas bisnis secara umum,
pertama kali perusahaan berdiri dalam bentuk pemilik. Dengan kata lain jika pemilik dapat
mengawasi manajer secara sempurna dan tanpa
perusahaan perseorangan dimana pemilik
(pendiri) dan pengelola di pegang oleh orang yang mengeluarkan biaya, maka biaya keagenan
sama sehingga segala keputusan investasi dan tersebut tidak akan timbul. Kontrak yang akan
dilakukan manajer dan pemilik tidak menjadi alat
pendanaan berasal dari diri sendiri. Hal ini
mengakibatkan penggunaan fasilitas perusahaan pengawasan karena moral hazard akan selalu
menjadi akibat adanya masalah keagenan.
oleh keuntungan pribadi sendiri (Setiadi, 2006).
Masalah keagenan tersebut dapat terjadi Agency Cost
karena adanya asymmetric information antara Agency cost merupakan pengorbanan yang
pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak timbul dari hubungan keagenan apapun, termasuk
pemilik informasi yang tidak dimiliki oleh pihak hubungan didalam kontrak kerja antara pemegang
lainya. asymmetric information terdiri dari dua saham (prinsipal) dan manajemen (agen). Biaya
tipe, pertama adverse selection. Pada tipe ini, keagenan tersebut dapat berupa pengeluaran untuk
pihak yang merasa memiliki informasi lebih memantau tindakan manajemen, pengeluaran
sedikit di bandingkan pihak lain tidak akan mau untuk menata struktur organisasi sebagai
untuk melakukan perjanjian, dia akan membatasi kemungkinan timbulnya perilaku manajer yang
dengan kondisi yang sangat ketat dan biaya yang tidak dikehendaki semakin kecil dan biaya
sangat tinggi, contohnya adalah kemingkinan kesempatan karena hilangnya kesempatan
konflik yang terjadi antara orang dalam (manajer) memperoleh laba sebagai dibatasinya kewenangan
dengan orang luar (investor potensial). Berbagai manajemen sehingga tidak bias mengambil
cara dapat dilakukan manajer untuk memiliki keputussan secara tepat waktu, padahal
informasi lebih dibandingkan investor. Misalnya seharusnya hal itu bias dilakukan jika manajer
dengan menyembunyikan, menyamarkan, tersebut juga menjadi pemilik perusahaan
memanipulasi informasi yang diberikan kepada (Weston dan Brigham, 2000).
investor. Akibatnya investor tidak yakin terhadap
Menurut Douglas dan Finnerty (1997)
kualitas perusahaan dan tidak mau membeli dalam kurniasari (2007), biaya keagenan terdiri
saham perusahaan atau membeli saham
dari tiga:
perusahaan dengan harga yang sangat rendah.
1. Biaya kontrak langsung, termasuk didalamnya
Tipe kedua dan informasi asimetri adalah adalah biaya transaksi untuk membuat kontrak
moral hazard. Moral hazard terjadi kapanpun
(seperti biaya komisi penjualan dan
manajer melakukan indakan tanpa sepengetahuan
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 137
peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang perusahaan. Agar harapan para pemilik dapat
saham, semakin tinggi harga saham semakin dicapai, perilaku manajer dan komisaris harus
tinggi nilai perusahaan.nilai perusahaan yang dapat dikendalikan melalui keikutsertaan dalam
tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan kepemilikan saham perusahaan. Dengan demikian
sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan prtimbangan kepemilikan dapat menciptakan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk kehati-hatian para insider dalam mengelola
mencapai nilai perusahaan umumnya para perusahaan. Kebangrutan perusahaan bukan hanya
pemodal menyerahkan pengelolaanya kepada para menjadi tanggungan pemilik utama, namun juga
professional. Para professional diposisikan para insider ikut menanggungnya.
sebagai manajer maupun komisaris. Ketika Konsekuensinya para insider akan bertindak hati-
penyerahan manajemen terjadi maka konflik hati termasuk dalam menentukan hutang
mulai terjadi. Manajer atau komisaris bukanya perusahaan. Oleh karena itukepemilikan oleh para
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham manajer menjadi pertimbangan penting ketika
melainkan meningkatkan kesejahteraan mereka hedak meningkatkan nilai perusahaan.
sendiri, dan perilaku ini tidak disukai oleh
Kebijakan hutang bias digunakan untuk
pemegang saham. menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan,
Peningkatan pengguna hutang dapat namun kebijakan hutang juga tergantung dari
mengurangi masalah agensi antara manajer ukuran perusahaan. Artinya perusahaan yang
dengan pemegang saham (Jensen dan Meckling, besar relative lebih mudah untuk akses ke pasar
1976, Crutchley & Hansen, 1989. Chen & Steiner modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa
1999) dalam Harjito & Nurfauzah. Hutang dapat perusahaan besar relative mudah memenuhi
mengurangi aliran kas bebas (free cash flow) yang sumber dana dari hutang melalui pasar modal.
berlebihan.pengguna hutang akan mengurangi Oleh karena itu mengkaitkan Firm size dengan
aliran kas karena perusahaan harus membayar hutang dan nilai perusahaan menjadi releva. (Euis
bunga hutang dan pokok pinjaman. Penurunan Soliha dan Taswan, 2002).
aliran kmenyebabkan berkurangnya uang yang
Kepemilikan Manajerial
ada pada manajer. Keadaan ini akan membatasi
keinginan manajer menggunakan aliran kas unttuk Teori keagenan menjelaskan bahwa
menambah pendapatan mereka dan melakukan kepentingan manajemen san kepentingan
investasi yang berlebihan (over statement). pemegang saham seringkali bertentangan,
Sedangkan pemegang saham menghendaki aliran sehingga bias terjadi konflik diantaranya. Hal
kas dapat dibagikan sebagai deviden untuk tersebut terjadi karena manajer cenderung
menambah kekayaan mereka atau diinvestasikan berusaha mengutamakan kepentingan pribadi.
kembali kedalam proyek-proyek yang Pemegang saham tidak menyukai kepentingan
menghasilkan return positif. Oleh karena itu, pribadi manajer, karena hal tersebut akan
peningkatan pengguna hutang akan mengurangi menambah cost bagi perusahaan sehingga akan
masalah agensi antara manajer dengan pemegang menurunkan keuntungan yang diterima. Akibat
saham. dari perbedaan kepentingan itulah maka terjadi
konflik yang biasa disebut konflik agensi
Selain itu hutang adalah instrument yang
(Listyani, 2003).
sangat sensitif terhadap perubahan nilai
perusahaan. Nilai perusahaan di tentukan oleh Untuk mengurangi konflik keagenan
struktur modal (Mogdiliani & Miller dalam Jensen dan Meckling (1996) dalam Listyani
Brigham 1999, dalam Soliha & Taswan, 2002). (2003), mengatakan perlu peningkatan
Semakin tinggi proporsi hutang akan menurunkan kepemilikan manajerial dalam perusahaan
nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh sehingga manajer akan bertindak secara hati-hati
dari pengguna hutang lebih kecil dari pada biaya karena mereka ikut menanggung konsekuensi atas
yang ditimbulkannya. Para pemilik perusahaan tindakanya. Dengan adanya kepemilikan sahan
lebik suka perusahaan menciptakan hutang pada oleh manajer akan memotivasi mereka untuk
tingkat tertentu untuk menaikkan nilai menciptakan kinerja perusahaan secara optimal
dan berusaha untuk menurunkan biaya keagenan
Vol. 1 No. 2, Agustus 2009 Kajian Akuntansi 139
atau agency cost yaitu agency cost of debt dan tindakan-tindakan mereka. Meskipun kepemilikan
agency cost of equity. manajerial dalam perusahaan berfungsi untuk
Peningkatan kepemilikan manajerial menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer
dengan kepentingan-kepentingan para pemegang
bermanfaat untuk meningkatkan keselarasan
kepentingan antara manajer dan pemegang saham. saham eksternal, namun besar investasi yang
dapat dilakukan manajer dalam klaim-klaim
Kepemilikan manajerial terjadi apabila pemegang
saham suatu perusahaan bertindak sebagai residual perusahaan terbatas oleh kekayaan
pribadi mereka dan pertimbangan-pertimbangan
manajer perusahaan. Oleh karena itu, semakin
besar tingkat kepemilikan manajerial suatu diversifikasi.
perusahaan, maka semakin tinggi tingkat Hubungan antara Kepemilikan Institusional,
keselarasan dan kemampuan kontrol terhadap Kebijakan Hutang dan Kepemilikan Manajer
kepentingan antara manajer dan pemegang saham
Kepemilikan institusional, kebijakan
(Jensen & Meckling 1976, Singh & Davidson III). hutang, dan kepemilikan manajerial berguna
Namun demikian, kepemilikan manajerial
untukk meminimalkan biaya-biaya agensi dalam
sebenarnya mempunyai dua peranan yang perusahaan. Namun begitu mekanisme ini juga
berbeda. Pertama, ia bertindak sebagai pemilik
memiliki keterbatasan sendiri. Kepemilikan
perusahaan, dan kedua ia bertindak sebagai saham umum manajerial yang berlebihan bias
manajer. Peranan seperti ini dapat mengganggu
menimbulkan pertentangan. Mekanisme voting
manajer ketika bekerja dan dapat menimbulkan dan pengambilalihan akan gagal jika manajemen
keinginannya untuk mempertahankan
memiliki kepentingan control dalam perusahaan.
kedudukannya sidalam perusahaan. Oleh sebab Selain itu manajer juga tidak mau
mereka sebagai pemilik maka mereka dapat menginvestasikan terlalu banyak kekayaan
membuat keputusan sesuai dengan
pribadinya dalam perusahaan guna menghindari
kepentingannya termasuk keputusan untuk naiknya resiko non diversifikasi atas kekayaan
mempertahankan kedudukan mereka didalam
pribadi mereka. Pendanaan dengan hutang juga
perusahaan. Pemberian insentif yang sesuai akan memperbesar resiko kebangrutan perusahaan
kepada manajer penting diperhatikan agar manajer
dan meningkatkan resiko kebangrutan non-
bekerja sesuai dengan kepentingan saham. diversifikasi bagi manajer sendiri. Selain itu,
Peran Kebijakan Hutang dan Kepemilikan masalah-masalah agensi seperti penggantian asset
Manajerial dalam Mengontrol Konflik-konflik atu risk-shifting atau rendahnya investasi dapat
Keagenan perparah dengan besar dana hutang. Bahkan
Model agensi perusahaan menurut Jensen kepemilikan saham institusional yang terlalu
besar juga memiliki resiko yang terkait dengan
dan Meckling (JM) (1996) dalam Listyani (2003),
korporasi modern rentan terhadap konflik-konflik hal ini (Listyani, 2003).
agensi yang muncul dari pemisahan fungsi-fungsi Dengan berbagai keuntungan dan
pengambilan keputusan dan penanggungan resiko kekurangan mekanisme-mekanisme diatas,
dalam perusahaan. Jensen dan Meckling manajer diharapkan dapat mengoptimalkan
membuktikan bahwa manajer memiliki pemanfaatan mekanisme tersebut agar biaya total
kecenderungan untuk terlibat dalam tindakan dalam perusahaan dapat diminimalkan. Meskipun
pengambilan keuntungan yang berlebihan dan manajer dapat mengukur tingkatan-tingkatan
perilaku-perilaku opportinistik lain karena meraka kepemilikan equitas internal dan tingkat
mendapat keuntungan penuh dari tindakan- pendanaan hutang. Dari argument-argumen diatas
tindakan tersebut tetapi hanya menanggung resiko dapat disimpulkan bahwa sejalan dengan
dari yang seharusnya. Hal ini sebagai biaya kepemilikan institusional dan pengawasan yang
equitas agensi serta menunjukkan bahwa hal ini terkai akan lebih optimal bagi perusahaan untuk
dapat diminimalkan dengan meningkatkan menggunakan tingkat hutang dan kepemilikan
kepemilikan manajerial dalam perusahaan, yang manajerial yang lebih rendah guna mengontrol
mana akan memaksa manajer untuk ikut konflik-konflik agensi perusahaan.
menanggung konsekuensi-konsekuensi atas
Review Penelitian Terdahulu
140 Novita dan Ceacilia Srimindarti Kajian Akuntansi
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui ERNVOLT sebesar 5,0167 dengan standar deviasi
bahwa INST adalah merupakan proporsi saham sebesar 7,0020.
yang dimiliki institusional pada akhir tahun. Data Variabel MOWN adalah merupakan
deskriptif INST yang diambil mulai dari tahun
variabel pemegang saham dari pihak manajemen
2003 sampai dengan tahun 2006 dari 37 yang secara aktif ikut dalam pengambilan
perusahaan dengan jumlah responden (N) adalah
keputusan perusahaan (direktur dan komisaris).
148 dengan INST terkecil sebesar 0,57 dan Data deskriptif MOWN menunjukkan nilai
terbesar 96,09. Rata-rata responden 62,3253
terkecil sebesar -0,85 dan terbesar adalah 1,33.
dengan standar deviasi sebesar 20,2267. Rata-rata MOWN sebesar 4,473E-02 dengan
Variabel DR adalah merupakan standar deviasi sebesar 0,2280.
perbandingan antara hutang jangka pajang dengan
total asset. Data deskriptif DR menunjukkan nilai ANALISIS DATA
terkecil sebesar 0,00 dan terbesar adalah 2,45. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka
Rata-rata DR sebesar 0,2404 dengan standar peneliti ini menggunakan analisis linier berganda.
deviasi sebesar 0,3845. Suatu regresi linier berganda akan membentuk
Variabel GROWTH dalam penelitian ini estimasi yang baik apabila terpenuhi semua
dinilai dari pertumbuhan total asset selama empat asumsi klasiknya.
tahun. Data deskriptif GROWTH menunjukkan Pengujian Normalitas Data
nilai terkecil sebesar -0,19 dan terbesar 0,28.
Rata-rata GROWTH sebesar 3,932E-02 dengan Uji normalitas data digunakan untuk
standar deviasi sebesar 7,832E-02. melihat napakah dalam sebuah model regresi,
variabel dependent dan variabel independent atau
Variabel Size (ukuran perusahaan) dalam keduanya mempunyai distribusi normal atau
penelitian ini dilihat dari besarnya total asset. tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan
Data deskriptif size menunjukkan nilai terkecil menggunakan rasion skewness dan kurtosis. Nilai
sebesar 4,21 dan terbesar 7,34. Rata-rata Size rasio skewness dan kurtosis yang lebih kecil dari
sebesar 5,6560 dengan standar bdeviasi sebesar ± 1,96 menunjukkan data yang berdistribusi
0,5584. normal. Hasil penujian normalitas semua variabel
Variabel ERNVOLT dalam penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dinilai standar deviasi pendapatan sebelum apajak sebagai berikut:
dan bunga terhadap total asset. Data deskriptif
ERNVOLT menunjukkan nilai terkecil sebesar
0,01 dan terbesar sebesar 25,61. Rata-rata
yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas regresi pada model ini tidak mengandung adanya
pada penelitian ini didasarkan pada scatterplot masalah heterokedastisitas.
berdasarkan pengujian SPSS diperoleh grafik
Analisi Regresi Berganda
Scatterplot sebagai berikut:
Persamaan regresi yang diperoleh setelah
Dari gambar grafik, terlihat bahwa titik-
terpenuhi semua asumsi klasiknya adalah sebagai
titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu berikut:
pola tentu yang jelas, serta tersebar diatas dan
dibawah angka 0 sumbu Y. Hal ini berarti model
2. GROWTH mempunyai pengaruh yang positif atau lebih yang berpengaruh secara signifikan
terhadap kepemilikan manajerial, hal ini terhadap kepemilikan manajerial.
dikarenakan koefisien regresinya bertanda Dari hasil estimasi regresi diketahui nilai t
positif sebesar 0,818. Hal ini berarti semakin
hitung sebagai berikut:
besar pertumbuhan perusahaan menandakan
keberhasilan perusahaan dalam menggalang 1. Kepemilikan institusional (INST) dari hasil
sumber-sumber daya untuk perusahaan. estimasi regresi diperoleh t hitung = -0,825
Sehingga manajer lebih mudah dalam dengan probabilitas sebesar 0,411 > 0,05.
pencarian dana. Karena nilai signifikasi pengujian lebih besar
3. SIZE mempunyai pengaruh yang negative 0,005 maka diperoleh tidak ada hubungan
terhadap kepemilikan manajerial, hal ini yang signifikan dari variabel INST terhadap
dikarenakan koefisien regresinya bertanda kepemilikan manajerial. Hal ini berarti
negative sebesar -0,004545. Hal ini berarti hipotesis 1 ditolak.
semakin besar ukuran perusahaan, maka 2. Debt to Ratio (DR) dari hasil estimasi regresi
proporsi saham yang dimiliki manajer relative diperoleh t hitung = -2,473 dengan
kecil. probabilitas 0,05 < 0,050. Karena nilai
4. DR mempunyai pengaruh negative terhadap signifikan lebih kecil dari 0,05, maka
kepemilikan manajerial, hal ini dikarenakan diperoleh ada hubungan yang signifikan dari
koefisien regresinya bertanda negative sebesar variabel DR terhadap MOWN. Hal ini berarti
-0,0386. Hal ini berarti semakin tinggi hutang hipotesis 2 diterima.
maka akan mengikat manajer dalam Hasil pengujian memberikan hasil nilai F
pembayaran bunga dan cicilan. sebesar 25,982 dari 0,05 maka diperoleh bahwa
5. INST mempunyai pengaruh yang negative secara bersama-sama variabel-variabel
terhadap kepemilikan manajerial, hal ini independent ada pengaruh yang signifikan
dikarenakan koefisien regresinya bertanda terhadap MOWN (Kepemilikan Managerial).
negative sebesar -0,0453. Hal ini berarti
semakin tinggi kepemilikan institusional maka Koefisien Determinasi
kepemilikan manajerial semakin rendah Koefisien determinasi digunakan untuk
karena mendapat pengawasan yang intensif mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel
sehingga membatasi perilaku oportunistik bebas terhadap variabel-variabel terikat. Nilai
manajer. koefisien determinasi dapat diperoleh nilai R
Uji Hipotesis square dari model regresi. Hasil perhitungan
dalam analisis ini terlihat pada tabel di bawah ini:
Hasil Uji t (secara persial) Hasil Uji F (secara simultan)
Pengujian secara persial akan dilakukan Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk
untuk menguji ada tidaknya salah satu variabel melihat apakah secara keseluruhan variabel bebas
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
variabel terkait.