Refrat Onikomikosis
Refrat Onikomikosis
ONIKOMIKOSIS
Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Disusun oleh:
Rike Rizqilah
119810045
Pembimbing:
dr. Sri Windayati Hapsoro , Sp.KK
REFERAT
ONIKOMIKOSIS
Disusun Oleh:
Rike Rizqilah
119810045
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikankan referat yang berjudul
“Onikomikosis”. Penulisan referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu tugas Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
di Rumah Sakit Umum Daerah Tegurejo Semarang. Kami menyadari sangatlah
sulit bagi kami untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak sejak penyusunan sampai dengan terselesaikannya referat
ini. Bersama ini kami menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar.
2. dr. Sri Windayati Hapsoro., Sp.KK, dr. Irma Yasmin., Sp.KK, dr. Agnes
Sri Widajati., Sp.KK, selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam penyusunan
laporan kasus ini.
4. Serta pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, Februari 2021
Rike Rizqilah
DAFTAR ISI
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan Fisiologi
A. Anatomi
Kuku merupakan salah satu organ kulit tambahan yang
mengandung lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan
dan kaki, gunanya selain membantu jari-jari untuk memegang juga
digunakan sebagai cermin kecantikan. Lempeng kuku terbentuk dari sel-
sel keratin yang mempunyai dua sisi berhubungan dengan udara luar dan
4
sisi lainnya tidak.
1. Matriks Kuku
Merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.
2. Kutikel (cuticle)
Merupakan penghubung dua permukaan epitel dari lipatan kulit
proximal. Melindungi struktur dasar kuku (matrix germinatif) dari
iritasi, alergi, bakteri/jamur patogen.
3. Lipatan kuku lateral
Menutupi sisi lateral lempeng kuku
4. Lunula
Dasar dari lipatan proximal. Merupakan bagian lempeng kuku
yang berwarna putih di dekat akar kuku berbentuk bulan
sabit,sering tertutup oleh kulit.
5
5. Dasar kuku (nail bed )
Terdiri dari bagian epidermal dan mendasari dermis yang
berhubungan dengan periosteum dari distal phalanx. Normal
berwarna merah muda karena vaskularisasi yang nampak melalui
lempeng kuku yang translusen.
6. Hiponikium
Ruang di bawah kuku yang bebas, memisahkan lempeng kuku dan
dasar kuku pada ujung distal.
7. Lempeng kuku (nail plate)
Sebagai proteksi yang keras. Statis dan dengan kuat menempel
pada dasar kuku. Dikelilingi tiga sisi lipatan kuku. Terbentuk dari
tiga lapiasn horisontal: lamina dorsal tipis, lamina intermedit
tebal, lapisan ventral dari dasar kuku. Kerasnya lempeng kuku
karena high sulfur matrix protein.5
8. Sisi Bebas
6
B. Fisiologi
Matriks merupakan pusat pertumbuhan kuku. Kuku tangan tumbuh
lebih cepat dari kuku kaki, yaitu sepanjang 2-3 mm perbulan, sedangkan
kuku kaki 1 mm perbulan. Diperlukan waktu 100 sampai 180 hari (6
bulan) untuk mengganti satu kuku tangan dan sekitar 12-18 bulan untuk
satu kuku kaki. Beberapa faktor dapat mempengaruhi laju pertumbuhan
kuku dan meliputi genetik, usia (laju pertumbuhan melambat selama
dekade ketiga kehidupan), dan cuaca (laju pertumbuhan meningkat selama
masa-masa yang lebih hangat dalam tahun). Kecepatan pertumbuhan kuku
menurun pada penderita penyakit pembuluh darah perifer dan pada usia
1
lanjut.
2.2. Definisi
Istilah onikomikosis saat ini digunakan untuk menunjukkan semua infeksi jamur
pada kuku, sedangkan tinea unguium digunakan untuk mendeskripsikan infeksi
dermatofita pada kuku jari kaki atau tangan.
2.3. Etiologi
7
2
Tabel. Kelompok jamur yang menyebabkan onikomikosis
Dermatofita Nondermatofita
Yeast
2.4 Epidemiologi
Perkembangan baru-baru ini infeksi jamur di Amerika Serikat dapat
dilacak ke imigrasi dermatofita besar, terutama Trichophyton rubrum, dari
Afrika Barat dan Asia Tenggara ke Amerika Utara dan Eropa. Insiden
onikomikosis telah dilaporkan 2-13% di multicenter North
America.Sebuah survei di Kanada menunjukkan prevalensi 6,5%
onikomikosis. Onikomikosis mempengaruhi setengah dari semua
gangguan kuku, dan onikomikosis adalah penyakit kuku yang paling
umum pada orang dewasa. Kuku kaki jauh lebih mungkin terinfeksi
daripada kuku. 30 % pasien dengan infeksi jamur kulit juga memiliki
onikomikosis. Insiden onikomikosis semakin meningkat, karena faktor-
faktor seperti diabetes, imunosupresi, dan peningkatan umur. Studi di
Kerajaan Inggris, Spanyol, dan Finlandia menemukan tingkat prevalensi
onikomikosis meningkat menjadi 3-8%. 2
Onikomikosis mempengaruhi orang dari semua ras. Onikomikosis
mempengaruhi laki-laki lebih sering daripada perempuan. Namun, infeksi
Candida lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-
laki. Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa adalah 30 kali lebih
mungkin untuk memiliki onikomikosis daripada anak-anak. Onikomikosis
8
telah dilaporkan terjadi pada 2,6% anak-anak muda dari 18 tahun, tetapi
2
sebanyak 90% dari orang tua. Jamur bisa diperoleh melalui hubungan
dengan orang yang terinfeksi atau berhubungan dengan permukaan seperti
lantai kamar mandi dimana jamur tersebut ada. Orang yang lebih tua,
orang yang menderita diabetes, dan orang yang sedikit sirkulasi pada
2,3
kakinya yang terutama mudah terinfeksi jamur.
9
lempeng kuku. Pada onikomikosis subungual proksimal jamur
menembus melalui matriks kuku-kuku proksimal dan menginvasi
sebagian lempeng kuku proksimal dalam. Endonyx onikomikosis
adalah varian dari onikomikosis subungual distal dan lateral di
mana jamur menginfeksi melalui kulit dan langsung menyerang
lempeng kuku.3,4
Invasi kuku oleh Candida tidak umum terjadi karena jamur
membutuhkan respon imun yang menurun sebagai faktor
predisposisi untuk dapat menembus kuku. Meskipun Candida sering
terdapat pada lipat kuku proksimal atau ruang subungual pada pasien
dengan paronikia kronis atau onikolisis, pada pasien infeksi Candida
hanya terjadi sekunder. Pada mukokutan kandidiasis kronis, jamur
menginfeksi lempeng kuku ( nail plate) dan akhirnya lempeng kuku
proksimal dan lateral lipatan kuku.2
10
onikomikosis yang disebabkan dermatofita, yakni tinea unguium,
gambaran tersering adalah distrofi dan debris pada kuku subungual distal.
Sedangkan yang disebabkan kandida sering didahului oleh paronikia atau
peradangan jaringan sekeliling kuku yang kronik akibat pekerjaan
basah atau iritasi kronik.1
11
yang biasanya berwarna kuning-putih. Coretan kuning dan atau daerah
onikolitik kuning di bagian tengah lempeng kuku yang umumnya
diamati.2,3
12
leukonikia proksimal
Infeksi dimulai dari lipatan kuku proksimal melalui kutikula dan
masuk ke kuku yang baru terbentuk, selanjutnya bergerak ke arah
distal.5 Muncul daerah leukonikia di lempeng kuku proksimal
yang bergerak distal dengan pertumbuhan kuku. Ini adalah bentuk
umum tinea unguium pada orang sehat tapi ditemukan lebih
banyak pada
d. pasien immunocompromised. 2,3
13
pembengkakan lipat kuku proksimal dan lateral yang
membentuk gambaran pseudoclubbing atau chicken drumstick. (3)
Invasi pada kuku yang telah onikolisis, terutama pada tangan, tampak
sebagai hiperkeratosis subungual dengan massa abu-abu kekuningan
di bawahnya.4 Pada keadaan lanjut keempat tipe tersebut akan
menunjukkan gambaran distrofik total.5 Baran (1998) menambahkan 1
tipe lagi yakni onikomikosis endoniks, yang merupakan invasi
langsung pada permukaan kuku sekaligus penetrasi ke lapisan dalam
kuku, yang ditandai pelepasan lamelar. Umumnya disebabkan
organisme yang menyebabkan tinea kapitis endotriks.5
2.8. Penegakan Diagnosis
Untuk mendiagnosis Onikomikosis selain dari gejala klinis
juga dapat menggunakan pemeriksaan mikroskopik, kultur, dan
histopatologi.6
Oleh karena onikomikosis bertanggung jawab besar pada
distropi kuku, maka pemeriksaan dengan laboratorium sangat
membantu sebelum memberikan pengobatan anti jamur.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH,
hisopatologi, dan kultur jamur.7
Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan
diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah
dan biakan. Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan
jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit,
rambut dan kuku. Bahan pemeriksaan mikologik diambil dan
dikumpulkan terlebih dahulu di tempat kelainan dan dibersihkan
dengan spiritus 70% lalu untuk kuku bahan diambil dari
permukaan kuku yang sakit dan dipotong sedalam-dalamnya
sehingga mengenai seluruh tebal kuku.
14
a. Pemeriksaan mikroskopi langsung
Pemeriksaan mikroskopi langsung dengan Kalium hidroksida
(KOH) adalah murah dan mudah dilaksanakan, namun memiliki
keterbatasan. Pemeriksaan ini hanya berfungsi sebagai penyaring
ada atau tidaknya infeksi, tetapi tidak dapat menentukan spesies
penyebabnya.
Sebelum diperiksa dibawah mikroskop, spesimen dilunakkan
dan dijernihkan dalam larutan KOH 20-30% . Dimetil sulfoksida
(DMSO) 40 % juga dapat dipakai untuk melunakkan kuku. Larutan
KOH diteteskan pada objek glass, kemudian spesimen diletakkan
diatasnya. Setelah ditutup dengan deck objek penutup, dilewatkan
diatas api Bunsen untuk mempercepat proses penghancuran keratin
sekaligus menghilangkan gelembung udara pada objek glass. Lalu
diamati dibawah mikroskop maka akan terlihat elemen-elemen
jamur seperti hifa dan spora. Gambaran jamur dapat diperjelas
menggunakan tinta parker biru, Chlorazol black E. Tinta
parker paling sering digunakan karena mudah didapatkan.
Spesimen diperiksa untuk identifikasi elemen-elemen jamur, yakni
hifa atau arthospora jamur. Terdapatnya sejumlah besar filamen
dalam lempeng kuku, terutama bila berupa arthospora memiliki
arti diagnostik untuk dermatofita. Adanya pseudofilamen dan
filamen disertai ragi didalam nail bed memberi petunjuk
onikomikosis oleh Candida sp. Terdapatnya filamen-filamen
tipis dan tebal, dengan bermacam-macam ukuran, bentuk
dan arah di dalam nail bed yang sama memberi kesan
infeksi campuran beberapa jamur patogen.5
15
b. Kultur
c. Histopatologi
16
Bahan untuk pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh
melalui lempeng kuku yang banyak mengandung debris dan
potongan kuku. Bahan pemeriksaan histopatologi dapat langsung
dimasukkan dalam parafin, atau terlebih dahulu dalam larutan
formalin 10 % semalaman agar jamur terfiksasi dengan baik.
Kemudian blok parafin dipotong tipis hingga ketebalan 4 -10
μ dengan menggunakan mikrotom dan dilakukan pewarnaan PAS,
dan dapat dilihat adanya hifa dan atau spora dengan menggunakan
mikroskop.5
2.9. Tatalaksana
Pengobatan tergantung jenis klinis, jamur penyebab, jumlah kuku yang
terinfeksi, dan tingkat keparahan keterlibatan kuku. Pengobatan sistemik selalu
diperlukan pada pengobatan subtipe OSP (Onikomikosis Subungual Proksimal)
dan subtipe OSD (Onikomikosis Subungual Distal) yang melibatkan daerah
lunula. OSPT (Onikomikosis Superfisial Putih) dan OSD (Onikomikosis
Subungual Distal) yang terbatas pada distal kuku dapat diobati dengan agen
topikal. Kombinasi pengobatan sistemik dan topikal akan meningkatkan
kesembuhan. Tingkat kekambuhan tetap tinggi, bahkan dengan obat-obat baru,
sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan.6
Medikamentosa
a. Antijamur Topikal
Struktur keras keratin dan kompak kuku menghalangi difusi obat
topikal ke dalam dan melalui lempeng kuku. Konsentrasi obat topikal
dapat berkurang 1000 kali dari luar ke dalam.8 Penggunaan agen topikal
harus dibatasi pada kasus-kasus yang melibatkan kurang dari setengah
lempeng kuku distal atau jika tidak dapat mentoleransi pengobatan
sistemik. Agen yang tersedia termasuk amorolfine, ciclopirox, tioconazole,
dan efinaconazole. 6
Amorolfine
Amorolfine termasuk obat antijamur golongan morpholine
sintetis dengan spektrum fungisida yang luas. Obat ini
17
menghambat enzim delta 14 reduktase dan delta 8 dan delta 7
isomerase dalam jalur biosintesis ergosterol dan bersifat fungisida
terhadap C. albicans dan T. mentagrophytes. Obat ini dioleskan
pada kuku yang terkena sekali atau dua kali seminggu selama 6-12
bulan. Amorolfine telah terbukti efektif pada sekitar 50% kasus
infeksi jamur kuku distal. Efek samping lacquer amorolfine jarang
dan terbatas, berupa rasa terbakar, pruritus, dan eritema.
Ciclopirox
Ciclopirox merupakan turunan hydroxypyridone dengan
aktivitas antijamur spektrum luas terhadap T. rubrum, S.
brevicaulis, dan Candida spesies. Obat dioleskan pada kuku sekali
sehari selama 48 minggu. Ciclopirox sekali sehari terbukti lebih
efektif daripada plasebo (34% ciclopirox vs 10% plasebo).10
Durasi pengobatan yang dianjurkan adalah hingga 24 minggu
untuk kuku tangan dan sampai 48 minggu untuk kuku kaki. Tidak
ada uji klinik yang membandingkan amorolfine dengan ciclopirox
untuk onikomikosis. Efek samping yang sering adalah eritema
periungual dan lipat kuku.
Tioconazole
Tioconazole adalah antijamur imidazole, tersedia sebagai larutan
28%. Dalam sebuah studi terbuka atas 27 pasien onikomikosis,
kesembuhan klinik dan mikologi dicapai pada 22% pasien.12 Efek
samping yang sering adalah dermatitis kontak alergi.
Eficonazole
Eficonazole 10% adalah obat antijamur golongan triazole. Obat ini
diaplikasikan sekali sehari pada kuku. Sebuah uji klinik barubaru
ini menunjukkan bahwa eficonazole menghasilkan tingkat
kesembuhan mikologi mendekati 50% dan kesembuhan klinik
mencapai 15% setelah 48 minggu aplikasi.6
18
b. Pengobatan Sistemik
19
selama 6 bulan untuk infeksi jamur kuku tangan dan 12 bulan
untuk infeksi jamur kuku kaki.18 Terbinafine memiliki efek
fungisida yang luas dan kuat terhadap dermatofita, terutama T.
rubrum dan T. mentagrophytes, tetapi memiliki aktivitas
fungistatik rendah terhadap spesies Candida dibandingkan
golongan azole. 19 Sebuah penelitian surveilans postmarketing
mengungkapkan bahwa efek samping yang paling umum adalah
gastrointestinal (4 - 9%) seperti mual, diare, atau gangguan rasa,
dan dermatologis (2 - 3%) seperti ruam, pruritus, urtikaria, atau
eksim.8
Itraconazole
Itraconazole aktif terhadap berbagai jamur termasuk ragi dan
dermatofita.18 Mekanisme kerja itraconazole sama dengan
antijamur azole lainnya, yaitu menghambat mediasi sitokrom P450
oksidase untuk sintesis ergosterol, yang diperlukan untuk dinding
sel jamur.20 Itraconazole diserap optimal pada pemberian bersama
makanan dan pH asam. Obat ini sangat lipofilik dan dimetabolisme
di hati oleh sitokrom P450 3A4, yang meningkatkan risiko
interaksi dengan obat lain yang dimetabolisme oleh enzim ini.
Seperti terbinafine, obat ini dikonsumsi sekali sehari (200 mg per
dosis) selama 6 bulan untuk infeksi jamur kuku tangan dan selama
9 bulan untuk infeksi jamur kuku kaki.8
NON MEDIKAMENTOSA
a. Terapi Bedah
Avulsi kuku dapat mengurangi massa jamur dan meningkatkan
penetrasi terapi antijamur sehingga menjadi pilihan bagi lesi yang resisten
terhadap antijmaur topikal dan sistemik.20 Avulsi kuku dengan tindakan
bedah dapat dipertimbangkan bila kelainan hanya pada 1-2 kuku, terdapat
kontra indikasi terhadap obat sistemik, dan telah resisten terhadap obat.
Tindakan bedah ini sebaiknya tetap dikombinasi dengan obat antijamur
sistemik.9
20
b. Laser
Onikomikosis banyak terjadi pada pasien dengan beberapa
penyakit sistemik lain yang sulit diberi obat antijamur sistemik jangka
panjang. Terapi laser merupakan salah satu pilihan terapi.
Terapi laser sejak tahun 2010 diteliti baik secara in vitro maupun in
vivo. Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui beberapa
jenis laser untuk onikomikosis, di antaranya: PinPointeTM FootLaserTM
(PinPointe USA, Inc.), Cutera GenesisPlusTM (Cutera, Inc.), Q-ClearTM
(Light Age, Inc.), CoolTouch VARIATM (CoolTouch, Inc.), dan JOULE
ClearSenseTM (Sciton, Inc.).11-15 Laser mempunyai efek bakterisidal.
Energi yang disalurkan menyebabkan hipertermia lokal, destruksi
mikroorganisme patogen, dan stimulasi proses penyembuhan.21 Energi
laser bekerja melalui mekanisme denaturasi molekul, baik total maupun
parsial pada organisme patogen. Energi laser menghasilkan reaksi
fotobiologi atau fotokimia yang merusak sel patogen atau melalui
mekanisme yang memicu respons imun yang menyerang organisme
patogen. 9
Mekanisme kerja laser pada onikomikosis belum diketahui dengan
pasti. Diduga berdasarkan prinsip fototermolisis selektif. Absorpsi laser
tidak sama antara infeksi jamur dan jaringan sekitarnya, menyebabkan
konversi energi tersebut menjadi energi panas atau mekanik. Hasil
penelitian menunjukkan laser dapat memberikan “perbaikan sementara
pada kasus onikomikosis”.
Laser belum dikatakan sebagai terapi onikomikosis serta masih
sedikit penelitian mengenai peran laser pada onikomikosis. Laser yang
banyak digunakan pada penelitian onikomikosis antara lain Nd:YAG,
titanium safir (Ti:Sapphire), dan laser diode. Energi laser dapat diberikan
secara terpulsasi untuk menghasilkan energi yang lebih besar dalam waktu
lebih singkat. Durasi pulsasi mulai dari milidetik (10-3 detik) sampai
femtodetik (10-15 detik) telah dipelajari penggunaannya pada kasus
onikomikosis.9
21
2.9. Komplikasi
Perlukaan kulit di sekitar kuku yang sakit memudahkan kolonisasi
mikroorganisme sehingga meningkatkan risiko infeksi. Komplikasi pada
lansia dan penderita diabetes yang pernah dilaporkan dianataranya
selulitis, osteomyelitis, sepsis, dan nekrosis jaringan.10
2.10. Pencegahan
22
dijaga.
2.10 Prognosis
23
seperti terbinafin, atau itarconazole dilaporkan 15-21% 2 tahun
setelah terapi berhasil. Penyebab kambuh atau reinfeksi: reinfeksi,
inkompetensi imulogis, trauma terus menerus, penyebab tidak
diketahui. Kultur mikologi dapat positif tanpa gejala klinis yang
jelas. Kebersihan kaki dan kuku sangat penting: sabun benzoyl
peroxide pada saat mandi dan preparat antijamur atau
ethanol/isopropyl gel .16
BAB III
24
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Skin and Nail: Barrier Function, Structure, and Anatomy
Considerations for Drug Delivery. 2009. Particle Sciences
Drug Development Service. Volume
3.AvailableFrom:http://www.particlesciences.com/docs/technical_brie
fs/TB_3.pdf (diakses 2 Agustus 2015)
26
7. Lowell, et al. 2012. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine 8 th Edition. New York: McGraw-Hill Companies Tosti.
2014. Onychomycosis. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1105828
27
and treatment. Am Fam Physician. 2013 Dec 1;88(11):762-
770
16. Sigurgeirsson B. Prognostic factors for cure following
treatment of onychomycosis. J Eur Acad Dermatol Venereol
2010;24:679-84.
28