Chicy Bayi Besar
Chicy Bayi Besar
1
stres berat. Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL
atau lebih adalah hasil yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan,
usia gestasi atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam
yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia,
pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau
kurang minum ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah,
hipotermia, berkeringat dingin, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus.(3)
Pada bayi juga biasanya terjadi infeksi pada tali pusat, tali pusat atau
funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama
kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir,
saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau
dijepit. Tali pusat biasanya putus satu minggu setelah lahir dan luka sembuh
dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan
infeksi yang dapat menyebabkan infeksi tali pusat dan adanya sepsis.(4,5)
Berikut ini akan dibahas tentang bayi besar yang mengalami hipoglikemia
dan ompalitis di RSUD Undata Palu.
2
KASUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Bayi perempuan masuk rumah sakit Undata umur 3 hari berat badan 4350
gram, panjang bayi 52 cm, masuk rumah sakit tanggal 04-12-2015 pukul
08.00 WITA dengan keluhan tali pusat basah, ada sedikit darah, dan berbau.
II. ANAMNESIS
Pasien diantar oleh ibunya ke rumah sakit Undata dengan keluhan tali
pusat basah, ada sedikit darah dan berbau. sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit undata, menurut ibunya tali pusat bayi hanya dibersihkan dengan air
hangat dan diberikan bedak dari daun-daunan pada tali pusatnya tetapi setelah
itu tali pusatnya tidak membaik dan malah berbau.
III.RIWAYAT PERSALINAN
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi lahir di Rumah Sakit Anutpura
lahir dengan sectio caesarea atas indikasi pre eklampsia. Ketuban berwarna
putih keruh dengan APGAR Skore 7/9. Saat dilahirkan bayi langsung
menangis, sianosis(-), merintih(-) kelainan kongenital(-), usia kehamilan
cukup bulan usia kehamilan 38 minggu berat badan bayi baru lahir 4400 gram
dan panjang 52 cm.
IV. RIWAYAT KEHAMILAN
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Denyut Jantung : 120 kali/menit
Pernapasan : 52 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
3
CRT : 2 detik
Panjang badan : 52 cm
Sistem Pernapasan
Sianosis : (-)
Merintih : (-)
Apnea : (-)
Retraksi dinding dada : (-)
Pergerakan dinding dada : simetris bilateral kanan sama dengan kiri
Cuping hidung : (-)
Stridor : (-)
Bunyi napas : bronkovesikular+/+
4
SKOR DOWN
Frekuensi napas :0
Retraksi :0
Sianosis :0
Udara masuk :0
Stridor :0
Total :0
Kesimpulan : tidak ada gawat napas
Sistem Kardiovaskular
Bunyi jantung : bunyi jantung 1/11 murni reguler
Murmur : (-)
Sistem Hematologis
Pucat : (-)
Anemia : (-)
Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : (-)
Muntah : (-)
Diare : (-)
Organomegali : (-)
Bising usus : (+) kesan normal
5
Umbilikus : berbau, basah dan keluar sedikit darah,
edema (-), ukuran infeksinya < 1 cm
Sistem Saraf
Tingkat keadaran : compos mentis
Aktivitas : sedang
Fontanela : datar
Sutura : belum menyatu
Kejang : (-)
Refleks cahaya : (+)
Sistem Genitalia
Keluaran : (-)
Anus : (+)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Trauma lahir : (-)
Kelainan kongenital : (-)
6
Pemeriksaan GDS: 43 g/dl.
RESUME
Bayi perempuan usia 3 hari masuk tanggal 04-12-2015 pukul 08.00 WITA
masuk Rumah Sakit Undata dengan keluhan tali pusat basah, ada darah sedikit
dan berbau. Bayi lahir cukup bulan usia kehamilan 38 minggu dengan sectio
caesarea atas indikasi pre eklampsia dengan berat badan lahir 4400 gram, panjang
badan 52 cm. Air ketuban warna putih jernih. Saat lahir bayi langsung menangis,
aktivitas kurang, sianosis dan merintih tidak ada. Apgar Score 7/9.
7
TERAPI
8
FOLLOW UP
05 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 125x/menit Suhu : 36,5 ºC
Pernapasan : 50x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
Pusat : Berbau dan basah
Pemeriksaan GDS: 67 g/dl
Pemeriksaan darah rutin:
HB: 17 g/dl
HCT 53,7%
PLT 248
WBC 13x103/mm3
A: Bayi besar+ post hipoglikemia+Omphalitis
P: IVFD dextrosa 10% 18 tpm( GIR 6,9 g/kgBB/jam)
Injeksi ampisilin 3x 250 mg/IV
Rawat dengan cairan Nacl pada Umbilicus
Asi/pasi 8x30 cc
9
06 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 120x/menit Suhu : 36,8 ºC
Pernapasan : 52x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat
Pusat : Berbau
A: bayi besar+ omphalitis
P: IVFD dextrosa 10% 18 tpm( GIR 6,9 g/kgBB/jam)
Injeksi ampisilin 3x 250 mg/IV
Rawat dengan cairan Nacl Umbilicus
Asi/pasi 8x30 cc
Periksa GDS
10
07 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 120x/menit Suhu : 36,5 ºC
Pernapasan : 56x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
Pusat : tidak berbau
GDS: 84 mg/dl
A: bayi besar+ post omphalitis
P: Asi/pasi 8x30 cc
11
08 Desember 2015
S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 124x/menit Suhu : 36,5 ºC
Pernapasan : 56x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
A: Bayi besar
P: Asi/pasi 8x30 cc
Pasien dipulangkan
12
DISKUSI
Makrosomia atau bayi besar adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
badan lebih dari 4000 gram. Batasan makrosomia adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat badan lebih dari 4000 gram. Pada kasus ini bayi lahir dengan berat
4400 gram dan berjenis kelamin perempuan, bayi dilahirkan dengan sectio
caesarea atas indikasi preeclampsia dan bayi besar2
- maternal diabetes
- gangguan intoleransi glukosa maternal
- multiparitas
- Riwayat bayi besar sebelumnya
- Kehamilan memanjang
- Maternal obesitas
- Kelebihan berat badan selama kehamilan
- Janin laki-laki
- Tinggi badan ibu
- Kala II lama 2
13
Fetus normal mempunyai sistem yang belum matang dalam pengaturan
kadar glukosa darah. Glukosa melintasi barier plasenta melalui proses difusi, dan
kadar glukosa janin sangat mendekati kadar glukosa ibu. Mekanisme transport
glukosa melindungi janin terhadap kadar maternal yang tinggi. Bila kadar glukosa
ibu tinggi melebihi batas normal akan menyebabkan dalam jumlah besar glukosa
dari ibu menembus plasenta menuju janin dan terjadi hiperglikemia pada janin.
Tetapi kadar insulin ibu tidak dapat mencapai fetus, karena insulin tidak dapat
melewati barrier plasenta. Sehingga kadar glukosa ibulah yang mempengaruhi
kadar glukosa fetus. Sel beta pancreas fetus kemudian akan menyesuaikan diri
terhadap tingginya kadar glukosa darah. Hal ini akan menimbulkan janin
mengalami hiperinsulinemia yang sebanding dengan kadar glukosa darah ibu.
Hiperinsulinemia yang bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia karena
meningkatnya lemak tubuh2.
gejalanya sering tidak jelas atau asimptomatik, diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius. Penyebab dan mekanisme
14
kedua mekanisme tersebut. Tanda klinis hipoglikemia pada bayi baru lahir tidak
spesifik. Diagnosis berdasarkan gejala klinis cukup sulit karena tidak adanya
tanda patologi untuk keadaan ini, secara pasti diagnosis hipoglikemia adalah
1. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol
memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta
glukosa darah tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal
2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu
3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi
glikogen, dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK
glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa
kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK
bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian.
Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia,
15
4. Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk
pada trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal,
persediaan glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
5. Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai
6. Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak
tidak mencukupi
9. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu
10. Bayi sakit. Bayi kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion,
16
sindrom Beckwith-Wiedermann, mikrosefalus atau defek pada garis tengah
tubuh, abnormalitas endokrin atau inborn error of metabolism dan bayi stres
11. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan
pada bayinya.
Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut memiliki faktor
resiko untuk mengalami hipoglikemia, yaitu bayi dengan ibu yang menderita
Diabetes Mellitus, Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya
lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal. dan Hal ini juga didukung
mg/dl.
Batasan makrosomia adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih
dari 4000 gr. Dari berbagai penelitian didapatkan kesan bahwa hiperinsulinemia
dan peningkatan penggunaan zat makanan bertanggung jawab pada peningkatan
ukuran badan janin, hipotesis perdersen menyebutkan bahwa hiperglikemia
maternal merangsang hiperinsulinemia janin dan makrosomia. Saat lahir bayi
yang besar masa kehamilan (BMK) secara khas memiliki wajah yang kerubi
(seperti tomat), badan montok dan bengkak atau kemerahan dan kulit bercorak. Ini
adalah karakteristik Makrosomia. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari ukuran
rata-rata. Otak adalah satu-satunya organ yang tidak membesar.13
17
Insulin merupakan hormone pertumbuhan primer untuk perkembangan
intrauterine. Diabetes maternal mengakibatkan peningkatan asam amino dan asam
lemak bebas serta hiperglikemia pada ibu. Saat nutrisi menembus plasenta,
pankreas janin berespon dengan memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan
sediaan bahan bakar. Akselarasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan
penyimpanan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab atas terjadinya
makrosomia.yang khas pada kehamilan diabetic. Inilah bayi yang beresiko
mengalami komplikasi neonatal, misalnya, hipoglikemia, hipokalsemia,
hiperviskositas dan hiperbilirubemia. Jumlah bahan bakar Metabolic berlebihan
yang diberikan ibu kepada janin, dan konsekuensi hiperinsulinisme janin kini
terbukti menunjukan mekanisme patologi dasar pada kehamilan diabetic.13
lemah, letargi, kesulitan minum gerakan mata berputar, keringat dingin, pucat,
hipotermi reflex hisap berkurang dan muntah. Pada kasus ini karena bayi tidak
buruk .10
18
Tata laksana bayi hipoglikemia (7):
glukosa darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri
3-10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi
3. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,
intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan
intensif
4. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah
terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah
5. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan
19
Ompalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai
dengan kulit kemerahan disertai pus. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :7
20
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi
tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit
bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh
kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis,
Candida albican dan N.gonorrea.
· Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi
melalui luka umbilicus.
. proses persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non
medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril
dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak
lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.
c. Faktor tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan
atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan
lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus
diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan
karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan
terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini
cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah
persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan kematian.
21
Selain yang diatas ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan omphalitis
yaitu14:
1. Perawatan tali pusat yang tidak baik( misalnya aplikasi budaya seperti
pemberian oli mesin, kotoran sapi, bedak bubuk atau minyak sawit pada
tali pusat
2. Infeksi sekunder
Ketuban pecah dini
Ibu dengan infeksi
Proses kelahiran yang tidak steril
Prematuritas umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah
daripada bayi yang cukup bulan transpor imunoglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.
Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun
menyebabkan hipoglamaglobulinemia berat.imaturitas kult juga
melemahan pertahanan kulit. Kerentanan neonatus terhadap infeksi
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kulit dan selaput lendir
yang tipis dan mudah rusak kemampuan fagositosis dan lekosit
imunitas masih rendah.
3. Faktor risiko lain
Neonatus dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau imunodefisiensi
atau yang dirawat dirumah sakit dan mengalami prosedur invasif.
Pada pasien ini omphalitis terjadi akibat perawatan tali pusat yang tidak
baik karena diberikan bedak dari daun-daunan yang tidak diketahui dapat
menyebabkan infeksi pada tali pusatnya, Untuk pengobatannya diberikan injeksi
ampisilin untuk antibiotic yang mengatasi infeksi tali pusat dari bayi tersebut.
22
Klasifikasi Omphalitis:14
Pada kasus omphalitis ini klasifikasinya yaitu infeksi tali pusat lokal
karena tali pusatnya terdapat berbau busuk dan daerah kemerahannya kurang dari
1 cm.
Prognosis pada bayi ini adalah dubia ed bonam. Untuk penanganan yang
cepat dan tepat pada hipoglikemia dan omphailtis. Tetapi jika tidak diobati,
hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian.
prognosis tergantung dari berat, lamanya penyakit, adanya gejala-gejala klinik dan
kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan
pengobatan yang adekuat1,4,5
23
REFERENSI
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Badan Penerbit
IDAI. Jakarta.
5. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Vol.1. EGC. Jakarta.
6. FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid III. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
7. Markum AH, Ismail S. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
8. Siregar HS. 1998. Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir. Medika. Jakarta.
9. Tim Poned IDAI. 2009. Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir. Tim Poned
UKK Perinatologi IDAI.
10. Akune Kartin. 2002. Buku Kumpulan Laporan Kasus Neonatologi. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat. Manado
11. Behrman, Kliegman, Arvin.2008. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Jilid 1. EGC.
Jakarta.
12. Klaus, Fanaroff, 2003. Penatalaksanaan Neonatal resiko tinggi. Edisi empat.
EGC. Jakarta
13. Committee Opinion.2013 .Weight Gain During Pregnency. The American
College of Obsetrician and Gynecologist. From : < www.acog.org>
14. Maridin F., Kematian Perinatal & Analisis Faktor Resiko, Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK UGM, Yogyakarta. 2007
24