SNARS ED 1.1
DR.Dr.Sutoto,M.Kes
POKOK BAHASAN
1. PENDAHULUAN
2. SNARS ED 1.1(STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1)
3. PERAN SNARS DALAM MENDUKUNG PROGRAM KESEHATAN
NASIONAL
4. KARS INTERNASIONAL
5. PENUTUP
1. PENDAHULUAN
• STANDAR AKREDITASI HARUS DILAKUKAN IMPROVEMENT TERUS
MENERUS DAN UNTUK ITU DIPERLUKAN SUATU REVISI DARI STANDAR
YANG SUDAH ADA
• KARS MEMBENTUK TIM UNTUK MELAKUKAN IMPROVEMENT TERUS
MENERUS DENGAN MELIBATKAN PARA STAKE HOLDER
• KARS MEMBENTUK TIM UNTUK MENYUSUN STANDAR SURVEI
TERFOKUS DENGAN MELIBATKAN PARA STAKE HOLDER
• UJI COBA STANDAR SURVEI TERFOKUS PADA RUMAH SAKIT YANG
MEMILIKI PELAYANA TERSEBUT
VISI KARS
MENJADI BADAN AKREDITASI INDONESIA YANG
DIPERCAYA UNTUK MELAKUKAN AKREDITASI NASIONAL
DAN INTERNASIONAL SERTA DI DAERAH-DAERAH SULIT.
1. Membimbing dan membantu rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien melalui akreditasi.
2. Menyelenggarakan akreditasi nasional/internasional untuk RS-RS Indonesia yang
membutuhkan dan RS di negara-negara asing yang dekat dengan Indonesia.
3. Mendukung aktif pemerataan pelayanan kesehatan untuk mendukung fasilitas di
tempat jauh dan kegiatan JKN.
4. Mendukung aktif pengembangan kurikulum pendidikan staf klinis yang memberikan
asuhan kepada pasien untuk mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.
KARS VALUES
Integritas
Profesionalisme
Komitmen
Kerjasama tim
Tanggung jawab sosial
MENYUSUN SNARS EDISI 1.1
V. INTEGRASI PENDIDIKAN
KESEHATAN DALAM IPKP
PELAYANAN
SNARS ED 1
Jml Jml
No Bab
Std EP
1 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 10 36
2 Akses ke Rumah Sakit & Kontinuitas Pelayanan (ARK) 23 100
3 Hak Pasien & Keluarga (HPK) 27 100
4 Asesmen Pasien (AP) 39 163
5 Pelayanan & Asuhan Pasien (PAP) 21 81
6 Pelayanan Anestesi & Bedah (PAB) 20 71
7 Pelayanan Kefarmasian & Penggunaan Obat (PKPO) 21 80
8 Manajemen Komunikasi & Edukasi (MKE) 13 49
9 Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien (PMKP) 19 80
10 Pencegahan & Pengendalian Infeksi (PPI) 28 107
11 Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) 28 127
12 Manajemen Fasilitas & Keselamatan (MFK) 24 105
13 Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS) 26 96
14 Manajemen Informasi & Rekam Medis (MIRM) 21 77
15 Program Nasional 12 58
16 Integrasi Pendidikan Kes dlm Pelayanan RS (IPKP) 6 23
TOTAL JUMLAH STANDAR & ELEMEN PENILAIAN 338 1353
PROGRAM KESEHATAN NASIONAL
4. PROGRAM NASIONAL
4. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
5. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
6. Program Menurunan Angka Kesakitan TB
7. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba
(PPRA)
8. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
JANGKAR PEMBIMBING SNARS Ed 1
Dr. dr. Sutoto, MKes SKP, HPK, PKPO, KKS (C-3)
MKE, MIRM, ProgNas, (C-4)
dr. Djoti Atmodjo, SpA, MARS Dokumentasi Akreditasi RS
dr. Luwiharsih, MSc PMKP, TKRS, MFK, PPI (C-2)
APK, AP, PAP, PAB (C-1)
dr. Nico A Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes
RS.Pendidikan
PPRA
dr. Djoni Darmadjaja, SpB, MARS (Pengendalian, Pencegahan,
Resistensi Antimikroba)
Dalam akreditasi maupun ISO dikenal adanya Vertical dan Horizontal audit.
(Hammar, H: ISO 9001 Horizontal audit vs. vertical audit, 9001 Academy, 2010. 33
Coonen, E: Approaching accreditation of a PGD centre, ESHRE Campus symposium, 2010.)
PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
(PMKP)
• Jml Standar sama
SNARS edisi 1
• Jml EP sama
• Ada perubahan kalimat
SNARS edisi 1.1 di Standar, Elemen
Penilaian dan maksud
tujuan, tetapi tdk banyak
• Diberlakukan mulai 1
Januari 2020
PENGELOLAAN KEGIATAN PMKP
Standar PMKP 1
11
Elemen penilaian PMKP 1 Telusur Skor
3. Individu didalam komite/tim D Bukti sertifikat pelatihan komite/ 10 TL
PMKP atau bentuk organisasi tim PMKP dan 5 TS
lainnya dan penanggung penanggungjawab data 0 TT
jawab data telah dilatih dan W Komite PMKP
kompeten. (D) Penanggung jawab data
12
Standar PMKP 2
peningkatan mutu
asuhan klinis terkini. W Komite medis
(D,W) Komite keperawatan
19
Standar PMKP 2.1
25
Elemen penilaian PMKP 2.1 Telusur Skor
O Lihat hardware dan software sistem 10 TL
manajemen data dan teknologi 5 TS
yang digunakan (elektronik) 0 TT
W Staf IT
Komite PMKP
Komite PPI
Penanggung jawab data
26
Elemen penilaian PMKP 2.1 Telusur Skor
27
Standar PMKP 3
Staf baik yang di unit kerja maupun yang di komite/tim PMKP bertugas dalam
mengumpulkan data, menentukan jenis data, validasi dan analisis data memerlukan
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan. Unit pelayanan melaporkan bila terjadi terjadi
insiden keselamatan pasien. Staf klinis dan Profesional Pemberi Asuhan (PPA) terlibat
dalam peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah sakit melalui
pemberian asuhan pasien berdasarkan panduan praktik klinis sesuai ilmu dan teknologi
terkini.
Maksud dan Tujuan PMKP 3
W Pimpinan di RS
Komite PMKP
Komite medis
Komite keperawatan
Diklat 31
Elemen penilaian PMKP 3 Telusur Skor
3. Semua individu yang terlibat D 1) Bukti pelaksanaan pelatihan 10 TL
di dalam pengumpulan, analisis PMKP oleh narasumber yang 5 TS
dan validasi data telah kompeten 0 TT
mengikuti pelatihan PMKP 2) Bukti sertifikat pelatihan PMKP
khususnya tentang sistem penanggung jawab data unit
manajemen data (D,W) W kerja
Komite PMKP
Staf unit,
Penanggung jawab data unit
kerja 32
Elemen penilaian PMKP 3 Telusur Skor
4. Staf di semua unit kerja D 1)Bukti daftar peserta pelatihan 10 TL
termasuk staf klinis dilatih sesuai PMKP dari semua unit kerja 5 TS
dengan pekerjaan mereka termasuk staf klinis 0 TT
sehari-hari. (D,W) 2)Bukti sertifikat pelatihan PMKP
staf di semua unit kerja
W termasuk staf klinis
Komite PMKP
Staf unit kerja
Staf klinis
33
Standar PMKP 4
Direktur RS
Kepala bidang/divisi
Kepala unit pelayanan
Komite PMKP
37
Elemen penilaian PMKP 4 Telusur Skor
2. Komite/tim peningkatan D Bukti rapat tentang 10 TL
mutu dan keselamatan koordinasi komite/tim 5 TS
pasien atau bentuk organisasi PMKP dengan para 0 TT
lainnya melakukan koordinasi kepala unit pelayanan
dan integrasi kegiatan dalam pengukuran mutu
pengukuran mutu di unit W di unit pelayanan dan
pelayanan dan pelaporannya pelaporannya (UMAN)
(lihat juga TKRS 11). (D,W)
Komite PMKP
Kepala bidang/divisi
Kepala unit pelayanan
38
Elemen penilaian PMKP 4 Telusur Skor
39
Standar PMKP 5
• Setiap tahun rumah sakit harus memilih fokus perbaikan, proses dan
hasil praktik klinis dan manajemen mengacu pada misi rumah sakit,
kebutuhan pasien dan jenis pelayanan. Pemilihan ini didasarkan
pada proses yang berimplikasi risiko tinggi, diberikan dalam volume
besar atau cenderung menimbulkan masalah. Fokus perbaikan
praktik klinis melibatkan komite medis dan kelompok staf medis
terkait.
Maksud dan Tujuan PMKP 5
Direktur rumah sakit bersama-sama dengan para pimpinan/manajer pelayanan dan
manajemen memilih dan menetapkan pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas untuk
dilakukan evaluasi. Pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas tersebut dilakukan dengan
menggunakan indikator-indikator mutu sesuai kebutuhan, sebagai berikut:
1) Indikator mutu area klinik (IAK) yaitu indikator mutu yang bersumber dari area pelayanan
2) Indikator mutu area manajemen (IAM) yaitu indikator mutu yang bersumber dari area
manajemen
3) Indikator mutu Sasaran Keselamatan Pasien yaitu indikator mutu yang mengukur
kepatuhan staf dalam penerapan sasaran keselamatan pasien dan budaya keselamatan
• Indikator mutu yang sudah dipilih bila sudah tercapai terus menerus selama setahun, tidak
bermanfaat untuk melakukan perbaikan, karena sudah tidak ada lagi yang perlu diperbaiki,
maka sebaiknya diganti dengan indikator mutu baru.
Elemen penilaian PMKP 5 Telusur Skor
44
Elemen penilaian PMKP 5 Telusur Skor
3. Berdasarkan prioritas D Bukti daftar indikator area 10 TL
tersebut ditetapkan manajemen - -
pengukuran mutu dengan W 0 TT
menggunakan indikator Direktur
area manajemen. (D,W) Para kepala bidang/divisi
Komite PMKP
Komite Medik
Komite Keperawatan
45
Elemen penilaian PMKP 5 Telusur Skor
4. Berdasarkan prioritas D Bukti daftar indikator 10 TL
tersebut ditetapkan sasaran keselamatan - -
pengukuran mutu dng pasien 0 TT
menggunakan indikator W
sasaran keselamatan Direktur
pasien (Lihat juga TKRS 5 EP Para kepala bidang/divisi
4). (D,W) Komite PMKP
Komite Medik
Komite Keperawatan 46
Elemen penilaian TKRS 3 Telusur Skor
5. Setiap indikator yang D Bukti profil setiap indikator 10 TL
ditetapkan dilengkapi yang ada di EP 2, 3, dan 4 5 TS
dengan profil indikator 0 TT
yang meliputi a) sampai s)
yang ada di maksud dan
tujuan PMKP 4 (lihat juga
TKRS 5 dan TKRS 4). (D)
47
Elemen penilaian TKRS 3 Telusur Skor
6. Direktur rumah sakit dan D 1) Bukti form supervisi 10 TL
komite/tim PMKP 2) Bukti pelaksanaan tentang supervisi 5 TS
melakukan supervisi dalam bentuk ceklis dan hasil 0 TT
terhadap proses terhadap progres pengumpulan
pengumpulan data (lihat data oleh Komite/tim PMKP
juga TKRS 4 EP 2). (D,W) 3) Bukti rapat tentang hasil supervisi
• Pimpinan unit kerja terlibat langsung dalam pemilihan dan penetapan yang ingin diukur di
unit kerja. Indikator mutu unit kerja dapat menggunakan indikator mutu yang tercantum di
dalam standar pelayanan minimal. Indikator mutu di unit pelayanan dapat meliputi
indikator mutu area klinis, indikator mutu area manajemen dan indikator mutu penerapan
sasaran keselamatan pasien, dan indikator mutu unit kerja (non pelayanan), minimal
meliputi indikator area manajemen.
Maksud dan Tujuan PMKP 6
Dalam memilih indikator mutu, kepala unit kerja dan unit pelayanan agar memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a) Indikator mutu nasional, dimana sumber data ada di unit tersebut
b) Prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis di rumah sakit. Indikator mutu yang
dipergunakan untuk mengukur mutu di prioritas pengukuran mutu rumah sakit, sumber data
pasti dari unit dan menjadi indikator mutu unit.
c) Fokus mengukur hal-hal yang ingin diperbaiki
d) Melakukan koordinasi dengan komite medis, bila evaluasi penerapan panduan praktik
klinis dan evaluasi kinerja dokter menggunakan indikator mutu
e) Indikator mutu yang dipergunakan untuk melakukan evaluasi kontrak pelayanan klinis atau
non klinis, bila sumber data ada di unit tersebut.
Maksud dan Tujuan PMKP 6
Komite/Tim PMKP agar memfasilitasi pemilihan indikator mutu unit kerja dan unit pelayanan.
Sebagai contoh, unit pelayanan farmasi, pengendalian infeksi dan penyakit menular mungkin
masing-masing memilih prioritas yang terkait dengan pengurangan penggunaan antibiotik di
rumah sakit. Program mutu dan keselamatan pasien yang dijabarkan dalam standar-standar
PMKP ini mempunyai peran yang penting dalam membantu unit pelayanan untuk menyetujui
pendekatan bersama terhadap pengukuran dan memudahkan pengambilan data untuk
pengukuran yang ditetapkan.
Setiap indikator yang sudah dipilih agar dilengkapi dengan profil indikator sebagaimana
diatur di maksud dan tujuan di PMKP 5.
Elemen penilaian PMKP 6 Telusur Skor
1. Rumah sakit mempunyai R Regulasi tentang kriteria 10 TL
regulasi tentang pengukuran pemilihan indikator - -
mutu dan cara pemilihan mutu unit kerja dan unit 0 TT
indikator mutu di unit kerja dan pelayanan
unit pelayanan yang antara
lain meliputi a) sampai dengan
e) yang ada di maksud dan
tujuan (lihat juga TKRS 11 EP 1).
(R) 61
Elemen penilaian PMKP 6 Telusur Skor
2. Setiap unit kerja dan pelayanan D Bukti indikator mutu 10 TL
melakukan telah memilih dan di setiap unit kerja 5 TS
menetapkan indikator mutu unit dan unit pelayanan 0 TT
(lihat juga TKRS 11 EP 1). (D,W) W
Komite PMKP
Unit kerja
Unit pelayanan
62
Elemen penilaian PMKP 6 Telusur Skor
3. Setiap indikator mutu unit kerja D Bukti tentang profil setiap indikator 10 TL
dan unit pelayanan telah dilengkapi mutu unit kerja dan unit pelayanan di 5 TS
profil indikator meliputi a) sampai EP 2 0 TT
dengan s) yang ada di maksud dan
tujuan di PMKP 4. (D,W) W Komite PMKP
Unit kerja
Unit pelayanan
4. Setiap unit kerja dan unit D Bukti form pengumpulan data dan 10 TL
pelayanan melaksanakan proses pelaporan data 5 TS
pengumpulan data dan pelaporan 0 TT
(D,W) W Penanggungjawab data unit kerja dan
unit pelayanan
63
Elemen penilaian PMKP 6 Telusur Skor
5. Pimpinan unit kerja dan unit D 1) Bukti form ceklis 10 TL
pelayanan melakukan supervisi 2) Bukti pelaksanaan supervisi dan 5 TS
terhadap proses pengumpulan data hasil terhadap progres 0 TT
dan pelaporan serta melakukan pengumpulan data dan tindak
perbaikan mutu berdasarkan hasil lanjutnya
capaian indikator mutu (D,W) W
Kepala unit kerja dan unit
pelayanan
Penanggungjawab data unit kerja
dan unit pelayanan
64
Standar PMKP 7
W Komite PMKP
Unit pelayanan
Penanggungjawab data unit
pelayanan
IT 69
Elemen penilaian PMKP 7 Telusur Skor
71
Standar PMKP 7.1
Komite PMKP
Penanggungjawab data unit
77
Elemen penilaian PMKP 7.1 Telusur Skor
4. Analisis data telah dilakukan dng D Bukti pelaksanaan tentang analisis 10 TL
melakukan perbadingan dari waktu data meliputi: 5 TS
ke waktu di dalam RS, dengan 1) Trend analysis 0 TT
melakukan perbandingan database 2) Perbandingan dengan data
eksternal dari RS sejenis atau data eksternal atau RS lain
nasional/internasional, dan 3) Perbandingan dengan standar
melakukan perbandingan dengan 4) Perbandingan dengan praktik
standar dan praktik terbaik terbaik
berdasarkan referensi terkini (D,W) W
Direktur RS
Kepala bidang/divisi
Kepala unit pelayanan
Komite PMKP
Penanggungjawab data unit
78
Elemen penilaian PMKP 7.1 Telusur Skor
5. Pelaksana analisis data yaitu D Bukti sertifikat pelatihan Komite 10 TL
staf komite/tim PMKP dan PMKP dan penanggung jawab 5 TS
penanggung jawab data di unit data unit dan pengalaman kerja 0 TT
pelayanan/kerja sudah
mempunyai pengalaman, W Komite PMKP
pengetahuan dan keterampilan Penanggungjawab data unit
yang tepat sehingga dapat
berpartisipasi dalam proses
tersebut dengan baik. (D,W)
79
Elemen penilaian PMKP 7.1 Telusur Skor
6. Hasil analisis data telah D 1) Bukti laporan hasil analisis 10 TL
disampaikan kepada Direktur, data 5 TS
para kepala bidang/divisi dan 2) Bukti laporan hasil analisis 0 TT
kepala unit untuk data disampaikan kepada
ditindaklanjuti. (D,W) Direktur, kepala bidang dan
kepala unit
3) Bukti tindak lanjut/rencana
perbaikan
W Direktur/kepala bidang/divisi
Kepala unit
Komite PMKP 80
Standar PMKP 7.2
85
Elemen penilaian PMKP 7.2 Telusur Skor
2. Ada bukti Direktur rumah D Bukti tentang tindaklanjut 10 TL
sakit telah menindaklanjuti hasil perbaikan pengukuran mutu 5 TS
analisis data yang meliputi a) pelayanan klinis prioritas 0 TT
sampai d) yang ada dimaksud
dan tujuan (D,W) W Direktur RS
Kepala bidang/divisi
Kepala unit pelayanan
Komite PMKP
Penanggungjawab data unit
86
Elemen penilaian PMKP 7.2 Telusur Skor
88
Elemen penilaian PMKP 7.2 Telusur Skor
4. Ada bukti pengukuran D Bukti tentang hasil efisiensi 10 TL
mutu pelayanan klinis sumber daya pengukuran 5 TS
prioritas telah mutu pelayanan klinis 0 TT
menghasilkan efisiensi prioritas
penggunaan sumber daya W
(Lihat TKRS 5 EP 5 dan PMKP Komite PMKP
7.1). (D,W) Bagian keuangan/ billing
Staf SIM-RS
89
Standar PMKP 8
c) Proses validasi data yang akan dipublikasi di website atau media lainnya
agar diatur tersendiri/prosedur tersendiri tidak sama dengan validasi
indikator area klinik, dan dapat menjamin kerahasiaan pasien dan keakuratan
data jelas definisinya dan dilakukan tindakan koreksi bila ditemukan data
belum valid. Validasi data yang dipublikasikan dilakukan setiap data tersebut
akan di publikasi baik melalui website maupun media lainnya di rumah sakit.
Data tersebut diperiksa kebenarannya dengan melakukan verifikasi data
melalui form pengumpul data dan form rekapitulasi data yang dapat
dilakukan di rumah sakit secara manual dan/atau elektronik.
Elemen penilaian PMKP 8 Telusur Skor
95
Elemen penilaian PMKP 8 Telusur Skor
3. Rumah sakit telah melakukan D Bukti pelaksanaan validasi data 10 TL
validasi data yang akan yang dipublikasikan 5 TS
dipublikasikan di web site atau 0 TT
media lainnya termasuk W Komite PMKP
kerahasiaan pasien dan
keakuratan sesuai regulasi
(D,W)
4. Rumah sakit telah melakukan D Bukti pelaksanaan perbaikan 10 TL
perbaikan berdasarkan hasil data berdasarkan hasil validasi 5 TS
validasi data. (D,W) data 0 TT
W Komite PMKP
96
PELAPORAN DAN ANALISIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Standar PMKP 9
102
Elemen penilaian PMKP 9 Telusur Skor
2. Ada bukti unit kerja telah D Bukti tentang laporan insiden 10 TL
melaporkan insiden keselamatan pasien paling lambat 5 TS
keselamatan pasien. (D,W) 2x24 jam kepada Tim Keselamatan 0 TT
Pasien Rumah Sakit
W Ka unit kerja
Komite PMKP
3. RS mengintegrasikan D Bukti pelaksanaan tentang 10 TL
pelaporan kejadian dan integrasi laporan dan analisis data 5 TS
pengukuran mutu agar solusi laporan insiden dengan PMKP 0 TT
dan perbaikan yang dilakukan dan perbaikannya
terintegrasi. (D,W)
W Komite PMKP/Tim KPRS/Komite
PPI/K3RS 103
Elemen penilaian PMKP 9 Telusur Skor
4. Ada bukti RS telah D 1)Bukti tentang laporan dan 10 TL
melaporkan insiden tindak lanjut insiden 5 TS
keselamatan pasien setiap keselamatan pasien setiap 0 TT
6 bulan kepada 6 bulan kepada
representasi pemilik dan pemilik/representasi
bila ada kejadian sentinel pemilik
telah dilaporkan di setiap 2)Bukti laporan kejadian
kejadian (Lihat juga TKRS sentinel kepada
4.1). (D,W) pemilik/representasi 104
Elemen penilaian PMKP 9 Telusur Skor
pemilik paling lambat 2x24 10 TL
jam dengan disertai hasil 5 TS
RCA 0 TT
3) Bukti laporan kejadian
sentinel kepada KARS paling
lambat 5x24 jam
W Representasi pemilik
Direktur
Komite PMKP/Tim KPRS 105
Elemen penilaian PMKP 9 Telusur Skor
5. Ada bukti RS telah D Bukti laporan insiden keselamatan 10 TL
melaporkan insiden IKP kepada pasien secara online atau tertulis 5 TS
Komite Nasional Keselamatan kepada: 0 TT
Pasien sesuai peraturan
1) Komite Nasional Keselamatan
perundang-undangan dan KARS
melalui SISMADAK. (D, W) Pasien yang dilengkapi dengan
analisa, rekomendasi dan solusi
dari Tim Keselamatan pasien RS
2) KARS paling lambat 5x24 jam
dengan hasil RCA paling lambat 45
hari setelah tanggal kejadian
W Direktur
Komite PMKP/Tim KPRS 106
Standar PMKP 9.1
111
Elemen penilaian PMKP 9.1 Telusur Skor
2. RS telah melakukan D Bukti pelaksanaan 10 TL
RCA/AAM setiap ada RCA/AAM tidak melewati 45 5 TS
kejadian sentinel di RS & hari dari waktu terjadinya 0 TT
tidak melewati waktu 45 kejadian
hari terhitung sejak terjadi W
kejadian atau sejak diberi Komite PMKP/Tim KPRS
tahu ttg adanya kejadian.
(D,W)
112
Elemen penilaian PMKP 9.1 Telusur Skor
3. Ada bukti rencana D Bukti rencana tindaklanjut 10 TL
tindak lanjut dan AAM/RCA yang telah 5 TS
pelaksanaan langkah- dilaksanakan 0 TT
langkah sesuai hasil O
AAM/RCA. (D,O,W) Lihat pelaksanaan dari
rencana tindak lanjut
118
Elemen penilaian TKRS 11.1 Telusur Skor
5. Semua perbedaan besar D Bukti tentang laporan dan 10 TL
(discrepancy) antara diagnosis analisis insiden 5 TS
praoperasi dan diagnosis 0 TT
pascaoperasi sudah dianalisis W Komite PMKP/Tim KPRS
(Lihat juga PAB.7.2) (D,W) DPJP/PPJA/Kepala instalasi
bedah
Komite medis
KSM bedah
6. Efek samping atau pola efek D Bukti tentang laporan dan 10 TL
samping selama sedasi moderat analisis insiden 5 TS
atau mendalam dan pemakaian 0 TT
anestesi sudah dianalisis (Lihat W Komite PMKP/Tim KPRS
juga PAB.3.2 dan PAB 5) (D,W) DPJP/PPJA
KSM anestesi 119
Elemen penilaian TKRS 11.1 Telusur Skor
120
Standar PMKP 9.3
123
Standar PMKP 10
W Direktur
Komite PMKP
126
Standar PMKP 11
W Direktur RS
Kepala bidang/divisi
Kepala unit pelayanan
Komite PMKP
Penanggungjawab data unit
Komite medis
143
TERIMA KASIH
MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
(MFK)
KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN
KEPEMIMPINAN DAN PERENCANAAN
Standar MFK 1
14
Elemen penilaian MFK 2 Telusur Skor
15
Elemen penilaian MFK 2 Telusur Skor
17
Standar MFK 3
32
Elemen penilaian MFK 4 Telusur Skor
2. Ada unit kerja yang R Regulasi penetapan unit 10 TL
bertanggung jawab kerja yang mengelola - -
terhadap pengelolaan keselamatan dan keamanan 0 TT
keselamatan dan yang dilengkapi dengan
keamanan fasilitas dan pedoman pengorganisasian
lingkungan . (R) Catatan : D dan W hapus
33
Elemen penilaian MFK 4 Telusur Skor
3. Rumah sakit telah D 1)Bukti daftar area yang 10 TL
melakukan identifikasi area- berisiko keselamatan dan 5 TS
area yang berisiko keamanan 0 TT
keselamatan dan keamanan 2)Risk register
dan membuat risk register
(daftar risiko) yang W Penanggung jawab program
berhubungan dengan area manajemen risiko fasilitas dan
tersebut. (D,W) lingkungan
Bagian umum
34
Elemen penilaian MFK 4 Telusur Skor
4. Pemberian identitas pada D Bukti identitas yang diberikan kepada 10 TL
penunggu pasien, tamu, staf rumah penunggu pasien, tamu, staf rumah 5 TS
sakit, pegawai kontrak dan semua sakit, pegawai kontrak dan semua 0 TT
orang yang bekerja di rumah sakit orang yang bekerja di rumah sakit
sudah dimplementasikan (lihat juga O Lihat penggunaan identitas pada
SKP 1). (D,O,W) penunggu pasien, tamu, staf rumah
sakit, pegawai kontrak
35
Elemen penilaian MFK 4 Telusur Skor
36
Elemen penilaian MFK 4 Telusur Skor
37
Elemen penilaian MFK 4 Telusur Skor
• Disisi lain, otoritas setempat juga melakukan pemeriksaan secara berkala dan
bila ditemukan masih ada yang belum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya maka rumah sakit wajib melakukan
perbaikan dan peningkatan sesuai dengan rekomendasi hasil pemeriksaan
tersebut. Peraturan perundang-undangan juga mengatur perlunya izin untuk
bangunan atau fasilitas tertentu dan izin tersebut harus diperbarui secara
berkala.
Maksud dan Tujuan MFK 4.2
• Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rumah sakit perlu merencanakan dan
menyediakan anggaran/budget untuk perbaikan, penggantian, peningkatan
dan perizinan, sehingga bangunan, properti, fasilitas dan komponen-
komponen lainnya di rumah sakit dapat memenuhi peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya.
50
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Standar MFK 5
57
Elemen penilaian MFK 5 Telusur Skor
59
Elemen penilaian MFK 5 Telusur Skor
4. Petugas telah menggunakan O 1) Lihat ketersediaan dan 10 TL
APD yang benar pada waktu penggunaan APD yang benar 5 TS
menangani (handling) B3 dan pada waktu menangani 0 TT
limbahnya dan di area tertentu (handling) B3 dan limbahnya
juga sudah ada eye washer. 2) Lihat ketersediaan eye washer
(lihat juga AP.5.3.1) (S,O,W) ditempat penyimpanan B3 cair
68
Elemen penilaian MFK 5.1 Telusur Skor
69
Elemen penilaian MFK 5.1 Telusur Skor
4. RS mempunyai Instalasi Pengolah D Bukti izin pengolah limbah B3 atau 10 TL
limbah B3 dengan izin yang masih bukti MOU PKS (dilengkapi pakta 5 TS
berlaku atau melakukan kerja sama integritasdengan pihak ketiga yang 0 TT
dengan pihak ketiga dengan izin mempunyai :
sebagai transporter dan pengolah B3 1) Izin pengolah limbah B- 3 RS atau
yang masih berlaku sesuai dengan izin operasional pengolah limbah
peraturan perundang - undangan pihak ketiga
(D,O,W) 2) izin transporter disertai
manifest/bukti pemusnahan pihak
ketiga
O
Lihat incinerator RS, bila RS mengolah
limbah B-3 sendiri.
W
Penanggung jawab sanitasi RS
Petugas pelaksana IPAL/staf terkait 70
Standar MFK 6
• Melakukan identifikasi dampak bencana sama pentingnya dengan mencatat jenis bencana
yang terjadi. Sebagai contoh, kemungkinan dampak yang dapat terjadi pada air dan tenaga
listrik jika terjadi bencana alam, seperti gempa bumi. Mungkin saja gempa bumi akan
menghambat anggota staf untuk merespon bencana, hanya karena jalan terhalang atau
keluarga mereka menjadi koban gempa bumi. Dalam situasi demikian, mungkin akan terjadi
konflik kepentingan dengan keharusan merespon kejadian bencana di rumah sakit. Rumah
sakit juga harus mengetahui peranan staf ini di masyarakat. Sebagai contoh, sumber daya
apa yang perlu disediakan rumah sakit untuk masyarakat dalam situasi bencana, dan
metode komunikasi yang harus dipakai di masyarakat.
Maksud dan Tujuan MFK 6
Untuk merespons secara efektif, rumah sakit perlu menyusun regulasi dan program manajemen disaster.
Regulasi dan Program Manajemen Disaster antara lain berisi proses :
a) menentukan jenis, kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman dan kejadian
b) menentukan integritas struktural di lingkungan pelayanan pasien yang ada dan bila terjadi bencana
c) menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut
d) menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian
e) mengelola sumber daya selama kejadian, termasuk sumber-sumber alternatif
f) mengelola kegiatan klinis selama kejadian, termasuk tempat pelayanan alternatif pada waktu kejadian
g) mengidentifikasi dan penetapan peran dan tanggung jawab staf selama kejadian (juga lihat MFK 11.1 EP 4)
h) mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab pribadi staf dengan tanggung
jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan pelayanan pasien.
i) Partisipasi rumah sakit dalam tim terkoordinasi dengan sumber daya masyarakat yang tersedia seperti:
Dinas Kesehatan setempat, polisi setempat, Institusi/unit Ambulans Darurat setempat (bila ada), Pemadam
Kebakaran, dan fasilitas kesehatan lainnya.
Maksud dan Tujuan MFK 6
• Dalam keadaan darurat, bencana dan krisis lainnya, masyarakat harus dapat melindungi
kehidupan dan kesejahteraan penduduk yang terkena dampaknya, terutama dalam
hitungan menit dan jam segera setelah dampak atau keterpaparan tersebut. Kemampuan
pelayanan kesehatan untuk berfungsi tanpa gangguan dalam situasi ini adalah masalah
antara hidup dan mati. Kelanjutan fungsi layanan kesehatan bergantung pada sejumlah
faktor kunci, yaitu: bahwa layanan ditempatkan di struktur seperti rumah sakit atau fasilitas
yang dapat menahan paparan dan kekuatan dari semua jenis bahaya. Peralatan medis
dalam keadaan baik dan terlindung dari kerusakan, infrastruktur masyarakat dan layanan
penting seperti air, listrik, dll tersedia bagi layanan kesehatan serta petugas kesehatan
dapat memberikan bantuan medis dalam situasi aman saat dibutuhkan.
Maksud dan Tujuan MFK 6
• Mendefinisikan istilah "rumah sakit yang aman (hospital safety)"
akan membantu dalam memberikan panduan pendekatan untuk
menilai keamanan rumah sakit. Rumah sakit yang aman adalah
fasilitas yang layanannya tetap dapat diakses dan berfungsi pada
kapasitas maksimum, dan dengan infrastruktur yang sama, sebelum,
selama dan segera setelah adanya dampak dari keadaan darurat dan
bencana. Fungsi rumah sakit yang terus berlanjut bergantung pada
berbagai faktor, termasuk keamanan bangunan, sistem dan
peralatan pentingnya, ketersediaan persediaan, dan kapasitas
penanganan darurat dan bencana di rumah sakit, terutama untuk
tanggapan dan pemulihan dari bahaya atau kejadian yang mungkin
terjadi
Maksud dan Tujuan MFK 6
• Unsur penting dari pengembangan menuju rumah sakit yang aman adalah
pengembangan dan penerapan indeks keamanan rumah sakit (hospital safety
index)-alat diagnostik cepat dan murah untuk menilai kemungkinan bahwa
rumah sakit akan tetap beroperasi dalam keadaan darurat dan bencana.
Evaluasi tersebut menghasilkan informasi yang berguna mengenai kekuatan
dan kelemahan rumah sakit dan akan menunjukkan tindakan yang diperlukan
untuk memperbaiki kapasitas dari manajemen dan keamanan kerja dalam
keadaan darurat dan bencana di rumah sakit.
• Untuk mengukur kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana maka
rumah sakit agar melakukan self assessment dengan menggunakan instrument
hospital safety index dari WHO tersebut. Dengan melakukan self assessment
tersebut maka rumah sakit diharapkan dapat mengetahui kekurangan yang
harus dipenuhi untuk menghadapi bencana.
Maksud dan Tujuan MFK 6
Untuk menyiapkan instalasi gawat darurat rumah sakit dalam menghadapi bencana ekternal
maka di instalasi gawat darurat perlu ada ruang dekontaminasi.
Ruang dekontaminasi di IGD sesuai peraturan perundang - undangan sebagai berikut :
a) ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat atau terpisah dengan
ruang gawat darurat
b) pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka ke arah dalam dan dilengkapi
dengan alat penutup pintu otomatis
c) bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan brankar
d) bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air
e) konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm dari permukaan
lantai
f) ruangan dilengkapi dengan wastafel (sink) dan pancuran air (shower)
Elemen penilaian MFK 6 Telusur Skor
1. Rumah sakit mempunyai regulasi R 1) Regulasi tentang manajemen disaster 10 TL
manajemen disaster meliputi a) RS 5 TS
sampai i) di maksud dan tujuan. (R) 2) Regulasi tentang adanya ruang 0 TT
dekontaminasi dalam pedoman
pelayanan IGD sesuai MFK 6 EP 4
79
Standar MFK 6.1
83
KESIAPAN PENANGGULANGAN BENCANA
Standar MFK 7
91
Elemen penilaian MFK 7 Telusur Skor
5. Rumah sakit mempunyai O Lihat fasilitas sistem kebakaran 10 TL
sistem kebakaran aktif yang aktif antara lain: sprinkle, APAR, 5 TS
meliputi, sprinkle, APAR, hidran dan pompa kebakaran. 0 TT
hidran dan pompa kebakaran
sesuai peraturan perundang- W Penanggung jawab/Tim
undangan. (O,W) Kebakaran RS/Tim
Penanggulangan bencana/K3RS
97
Elemen penilaian MFK 7.1 Telusur Skor
3. Sistem dan peralatan D Bukti pemeriksaan, uji coba, 10 TL
dan pemeliharaan 5 TS
pemadam kebakaran peralatanpemadam 0 TT
diperiksa, diujicoba dan kebakaran
undangan dan
didokumentasikan (D,W)
98
Standar MFK 7.2
W Staf RS/K3RS/Satpam
Pengunjung RS
101
PERALATAN MEDIS
Standar MFK 8
107
Elemen penilaian MFK 8 Telusur Skor
3. Ada bukti peralatan medis D Bukti ceklis dan hasil 10 TL
diperiksa secara teratur (lihat pemeriksaan peralatan medis 5 TS
juga AP 5.5, dan AP 6.5). 0 TT
(D,O,W) O Lihat fisik peralatan medis di unit
pelayanan
W
Penanggung jawab peralatan
medis/IPSRS
Operator peralatan medis
Kepala unit pelayanan
108
Elemen penilaian MFK 8 Telusur Skor
4. Peralatan medis diuji fungsi D Bukti pelaksanaan dan hasil uji 10 TL
sejak baru dan sesuai umur, fungsi peralatan medis baru dan 5 TS
penggunaan dan rekomendasi sesuai umur, penggunaan dan 0 TT
pabrik (lihat juga AP.5.5, dan rekomendasi pabrik
AP.6.5). (D, W) W
Penanggung jawab peralatan
medis/IPSRS
Operator peralatan medis
Kepala unit pelayanan
109
Elemen penilaian MFK 8 Telusur Skor
111
Standar MFK 8.1
124
Elemen penilaian MFK 9 Telusur Skor
4. Rumah sakit telah O Lihat label pada tuas-tuas 10 TL
memberikan label pada kontrol utilitas 5 TS
tuas-tuas kontrol sistem 0 TT
utilitas untuk membantu W Ka IPSRS/ Penanggung
pemadaman darurat secara jawab utilitas
keseluruhan atau sebagian.
(O,W)
125
Standar MFK 9.1
Utilitas utama antara lain air, listrik dan teknologi informasi agar berfungsi 24
jam.
Elemen penilaian MFK 9.1 Telusur Skor
129
125
Elemen penilaian MFK 9.1 Telusur Skor
5. Sistem utilitas dan sistem D Bukti pelaksanaan 10 TL
utilitas utama serta komponen pemeliharaan/bukti hasil 5 TS
dipelihara berdasarkan kriteria pemeliharaan sistem utilitas dan 0 TT
yang sudah ditetapkan. (D,O) sistem utilitas utama
136
Elemen penilaian MFK 9.2 Telusur Skor
4. Rumah sakit D 1) Bukti identifikasi area berisiko 10 TL
mengidentifikasi area dan bila terjadi kegagalan listrik 5 TS
pelayanan yang berisiko paling 2) Bukti identifikasi area berisiko 0 TT
tinggi bila terjadi kegagalan bila terjadi kegagalan air
listrik , air bersih 3) Bukti identifikasi area berisiko
terkontaminasi atau terganggu, bila terjadi gangguan teknologi
serta gangguan teknologi informasi
informasi. (D,W) W
Ka IPSRS
Ka Sanitasi
137
Elemen penilaian MFK 9.2 Telusur Skor
W Ka IPSRS
Ka Sanitasi
138
Elemen penilaian MFK 9.2 Telusur Skor
6. Rumah sakit mempunyai sumber D 1) Bukti pelaksanaan kajian 10 TL
listrik dan air bersih alternatif dalam kebutuhan sumber listrik dan air 5 TS
keadaan emergensi serta bersih alternatif dalam keadaan 0 TT
penanggulangan gangguan teknologi emergensi
informasi. (D,O,W) 2) Bukti kontrak kerjasama dengan
penyedia air bersih bila terjadi
gangguan
3) Bukti upaya penanggulangan
gangguan teknologi informasi
143
Elemen penilaian MFK 9.2.1 Telusur Skor
150
Elemen penilaian MFK 10 Telusur Skor
151
Standar MFK 10
156
PENDIDIKAN STAF
Standar MFK 11
164
Elemen penilaian MFK 11.1 Telusur Skor
3. Staf dapat menjelaskan W Staf RS 10 TL
dan/atau memperagakan 5 TS
tindakan, kewaspadaan, prosedur S Peragaan oleh staf 0 TT
dan partisipasi dalam
penyimpanan, penanganan dan
pembuangan gas medis, serta
limbah B3. (W,S)
4. Staf dapat menjelaskan W Staf RS 10 TL
dan/atau memperagakan 5 TS
prosedur dan peran mereka dalam S Peragaan oleh staf 0 TT
penanganan kedaruratan serta
bencana internal atau eksternal
(community). (W,S)
165
Standar MFK 11.2
168
Elemen penilaian MFK 11.2 Telusur Skor
2. Staf diberi pelatihan untuk D 1) Bukti pelaksanaan pelatihan 10 TL
menjalankan sistem utilitas 2) Bukti tes yang dilakukan 5 TS
sesuai uraian tugasnya dan 0 TT
dilakukan tes secara berkala. W Penanggung jawab sistem
(D,W,S) utilitas
Kepala bidang
pelayanan/penunjang
Operator sistem utilitas
Diklat
170
TERIMA KASIH
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT ( SNARS )
EDISI 1
DOKUMEN
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM
MEDIS
( MIRM )
PONIWATI YACUB
2
Regulasi
Nasional/
Referensi
Regulasi RS:
• Kebijakan
• Pedoman/
Panduan
• SPO
3
Regulasi
Nasional/
Referensi
Regulasi RS:
• Kebijakan
• Pedoman/
Panduan
• SPO
4
Peraturan
perundangan-
undangan
5
ReDOWSKo
(R) = Regulasi, yang dimaksud dengan regulasi adalah
dokumen pengaturan yang disusun oleh rumah sakit yang
dapat berupa kebijakan, prosedur (SPO), pedoman,
panduan, peraturan Direktur rumah sakit, keputusan
Direktur rumah sakit dan atau program
10
Pendahuluan
Gambaran umum RS
Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan RS
Struktur Organisasi RS
Struktur Organisasi Unit Kerja
Uraian Jabatan :
Persyaratan Jabatan
Uraian Tugas
Tanggung jawab
Wewenang
STANDAR FASILITAS
Denah ruang
Ruang yang tersedia
Fasilitas di dalam masing-masing ruang
Alat kesehatan di dalam masing-masing ruang
Obat dan bahan habis pakai di dalam masing-masing ruang
TATA LAKSANA
Berorientasi pada pasien
Merupakan tata laksana untuk seluruh kegiatan
dalam unit kerja
Djoti - Atmodjo
Program harus diuraikan dalam bentuk Kerangka
Acuan Program (TOR) dan tidak boleh hanya
berbentuk time table
Ditanda tangani oleh Kepala Unit Kerja dan
Direktur RS
Format program :
Pendahuluan
Latar belakang
Tujuan umum dan tujuan khusus
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
Cara melaksanakan kegiatan
Sasaran
Jadwal pelaksanaan kegiatan
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan
17 januari 2018
FOKUS AREA
MANAJEMEN INFORMASI
17 januari 2018
FOKUS AREA
MANAKEMEN INFORMASI
17 januari 2018
FOKUS AREA
MANAJEMEN REKAM MEDIS
17 januari 2018
FOKUS AREA
MANAJEMEN REKAM MEDIS
17 januari 2018
Standar MIRM 1
Penyelenggaraan sistem informasi manajemen rumah
sakit (SIM-RS) harus mengacu peraturan perundang-
undangan.
2/13/2019 KARS
PMK 1171/2011 : JUKNIS SIRS
PASAL 1
SETIAP RS WAJIB MELAKSANAKAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT (SIRS )
SIRS ADALAH PROSES PENGUMPULAN , PENGOLAHAN, DAN PENYAJIAN DATA RUMAH SAKIT
2/13/2019 KARS
Elemen Penilaian MRIM 1 Telusur Skor
1. Ada unit kerja yang mengelola R Penetapan unit kerja yang 10 TL
SIM-RS. (R) mengelola SIM-RS dalam - -
organisasi rumah sakit termasuk 0 TT
pedoman pengorganisasian
2. RS memiliki proses O Lihat pelaksanaan proses 10 TL
pendaftaran rawat jalan pendaftaran rawat jalan 5 TS
berbasis SIM-RS. (O,W) (lihat 0 TT
juga ARK.2) W Staf rekam medis
3. RS memiliki proses O Lihat pelaksanaan proses 10 TL
pendaftaran rawat inap pendaftaran rawat inap 5 TS
berbasis SIM-RS sehingga 0 TT
publik dapat mengetahui W Staf rekam medis
tempat / fasilitas yang masih
tersedia. (O,W) (lihat juga
ARK.2)
4. Sumber daya manusia dalam D Bukti pelaksanaan pelatihan 10 TL
unit kerja SIM-RS memiliki tentang SIM-RS 5 TS
kompetensi dan sudah 0 TT
terlatih. (D,W) W Kepala/staf unit kerja SIM-RS
Dokumen
2/13/2019 KARS
SISRUTE
2/13/2019 KARS
Standar MIRM 1.1
Rumah sakit mengelola data dan informasi klinik serta
manajerial.
PPA
W Kepala bidang/divisi/bagian
Kepala unit pelayanan
Kepala/staf unit SIM-RS
Pihak luar RS
2. Proses perencanaan kebutuhan D Bukti tentang proses 10 TL
Informasi mengacu pada perencanaan kebutuhan 5 TS
peraturan perundang- informasi mengacu pada 0 TT
undangan. (D,W) peraturan perundang-undangan
( SIRS )
W Kepala bidang/divisi/bagian
Kepala unit pelayanan
Kepala/staf unit SIM-RS
Elemen Penilaian MIRM 2 Telusur Skor
1. Perencanaan disesuaikan D Bukti tentang perencanaan 10 TL
dengan besar dan disesuaikan dengan besar dan 5 TS
kompleksitas rumah sakit. kompleksitas rumah sakit 0 TT
(D,W)
W Kepala bidang/divisi/bagian
Kepala unit pelayanan
Kepala/staf unit SIM-RS
Dokumen :
Bukti rapat tentang proses perencanaan :
- Melibatkan PPA, para kabidang/ divisi,
kepala unit, pihak luar
- Mengacu pada peraturan perundangan
SIRS
- Sesuai dengan besar dan kompleksitas RS (
tipe RS )
Standar MIRM 3
Para profesional pemberi asuhan (PPA) dan para kepala
bidang/divisi serta kepala unit pelayanan berpartisipasi dalam
memilih, mengintegrasikan, dan menggunakan teknologi
manajemen informasi.
Dokumen
Bukti rapat proses membangun SIMRS melibatkan PPA, Kepala
bidang/divisi/bagian dan kepala unit pelayanan
Standar MIRM 4
Sistem manajemen data dan informasi rumah sakit menyiapkan kumpulan serta
menentukan data dan informasi yang secara rutin (reguler) dikumpulkan sesuai
dengan kebutuhan profesional pemberi asuhan (PPA), kepala bidang/divisi,
kepala unit pelayanan, serta badan/pihak lain di luar rumah sakit.
Standar MIRM 4
Penyampaian data dan informasi yang
dibutuhkan oleh pihak luar RS :
- Profil RS
- Data mutu ( komparasi )
- Pelaporan Standar PMKP 7
Kumpulan data dan informasi tentang
mutu disampaikan ke pihak luar RS
W PPA
Kepala unit pelayanan
Kepala/staf unit SIM-RS
2. Terdapat bukti bahwa data D Bukti tentang hasil analisis data 10 TL
dianalisis diubah menjadi informasi menjadi informasi untuk mendukung 5 TS
mendukung manajemen rumah manajemen rumah sakit 0 TT
sakit. (D,W)
W Direktur
Kepala bidang/divisi/bagian
Kepala unit pelayanan
Kepala/staf unit SIM-RS
3. Terdapat bukti bahwa data D Bukti tentang hasil analisis data 10 TL
dianalisis diubah menjadi informasi menjadi informasi untuk mendukung 5 TS
mendukung program manajemen program manajemen mutu 0 TT
mutu. (D,W)
W Kepala bidang/divisi/bagian
Kepala unit pelayanan
Komite/Tim PMKP
Elemen Penilaian MIRM 5 Telusur Skor
4. Terdapat bukti bahwa data D Bukti tentang hasil analisis data 10 TL
dianalisis diubah menjadi menjadi informasi untuk 5 TS
informasi mendukung mendukung pendidikan dan 0 TT
pendidikan dan penelitian. penelitian
(D,W) W
Kepala Diklat/Diklit
Kepala/staf unit SIM-RS
Pendidik/dosen klinis
Dokumen
W PPA
Penanggung jawab
2. Rumah sakit menyediakan D Bukti tentang tersedianya daftar 10 TL
fasilitas untuk mendapatkan dan bahan referensi terkini untuk 5 TS
Informasi ilmiah terkini dan mendukung pendidikan klinis 0 TT
informasi lain secara tepat secara tepat waktu
waktu untuk mendukung >>> data web dan kepustakaan
pendidikan klinik. (D,O,W) O Lihat fasilitas
internet/perpustakaan
W Pendidik/dosen klinis
Penanggung jawab
Elemen Penilaian MIRM 7 Telusur Skor
3. Rumah sakit menyediakan D Bukti tentang tersedianya daftar 10 TL
fasilitas untuk mendapatkan dan bahan referensi terkini untuk 5 TS
informasi ilmiah terkini dan mendukung penelitian klinis 0 TT
informasi lain secara tepat secara tepat waktu
waktu untuk mendukung >>> data web dan kepustakaan
penelitian. (D,O,W) O Lihat fasilitas
internet/perpustakaan
W Peneliti
Penanggung jawab
4. Rumah sakit menyediakan D Bukti tentang tersedianya daftar 10 TL
fasilitas internet untuk dan bahan referensi terkini untuk 5 TS
mendapatkan informasi ilmiah mendukung manajemen secara 0 TT
terkini dan informasi lain secara tepat waktu
tepat waktu untuk mendukung >>> data web dan kepustakaan
manajemen (D,O,W) O Lihat fasilitas
internet/perpustakaan
W Pimpinan RS
Kepala bidang/divisi
Kepala unit pelayanan
MANAJEMEN REKAM MEDIS
Standar MIRM 8
Rumah sakit menyelenggarakan pengelolaan rekam medis terkait
asuhan pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Proses kegiatan yang dimulai sejak saat pasien diterima rumah sakit,
dilakukan pencatatan data medis, selama pasien mendapat asuhan medis,
keperawatan, dan PPA lainnya. Penanganan RM yang meliputi
penyimpanan dan penggunaan untuk kepentingan itu sendiri atau untuk
kepentingan lainnya.
RS menetapkan organisasi yang mengelola sistem RM yang tepat, benar,
bernilai dan dapat dipertanggungjawabkan.
Informasi kesehatan baik kertas maupun elektronik harus dijaga
keamanan dan kerahasiaan sehingga harus disimpan sesuai dengan
peraturan dan perundangan.
Informasi kesehatan elektronik harus dijamin keamanan dan kerahasiaan
dalam 3 (tiga) tempat yaitu server di dalam rumah sakit, salinan (backup)
data rutin dan data virtual (cloud).
2/13/2019 KARS
Dokumentasi dalam
rekam medis
2/13/2019 KARS
Elemen Penilaian MIRM 8 Telusur Skor
1. Terdapat unit kerja yang R Penetapan unit kerja yang 10 TL
mengelola rekam medis yang mengelola rekam medis - -
memiliki regulasi dan program meliputi: 0 TT
untuk mengelola rekam medis 1) Pedoman Pengorganisasian
sesuai dengan peraturan 2) Pedoman Pelayanan Rekam
perundangan-undangan. (R) Medis
3) Program
2. Organisasi pengelola rekam D Bukti tentang kualifikasi dan 10 TL
medis dipimpin tenaga rekam kewenangan pimpinan unit - -
medis yang memiliki rekam medis sesuai persyaratan 0 TT
kompetensi dan kewenangan jabatan meliputi: Keputusan
mengelola rekam medis sesuai pengangkatan, ijazah, sertifikasi
dengan peraturan perundangan- W
undangan. (D, W) Kepala Unit Rekam Medis
Elemen Penilaian MIRM 8 Telusur Skor
3. Tersedia tempat penyimpanan D Bukti tentang tersedianya daftar 10 TL
rekam medis yang menjamin inventaris sarana dan prasarana 5 TS
keamanan dan kerahasiaan rekam ruang penyimpanan rekam 0 TT
medis. (D,O,W) medis
W PPA/Staf klinis
Kepala/Staf unit rekam medis
4. Rekam medis pasien terisi D Bukti tentang rekam medis 10 TL
dengan lengkap dan dengan pasien terisi dengan lengkap 5 TS
tulisan yang dapat dibaca. dan dengan tulisan yang dapat 0 TT
(D,O) dibaca
W PPA/staf klinis
Staf rekam medis
Elemen Penilaian MIRM 11 Telusur Skor
3. Rekam medis dalam bentuk kertas D Bukti tentang pelaksanaan 10 TL
dan atau elektronik dilindungi dari perlindungan rekam medis bentuk 5 TS
gangguan dan akses serta kertas dan atau elektronik dilindungi 0 TT
penggunaan yang tidak sah. (D,S,W) dari gangguan dan akses serta
penggunaan yang tidak sah
S Peragaan pelaksanaan
perlindungan sistem IT, software
dan hardware rekam medis
elektronik
Peragaan pelaksanaan
perlindungan berkas rekam medis
W PPA/staf klinis
Kepala/staf unit rekam medis
3. Ruang dan tempat penyimpanan O Lihat ruang dan tempat penyimpanan 10 TL
berkas rekam medis menjamin berkas rekam medis di unit rekam 5 TS
perlindungan terhadap akses dari medis maupun di unit pelayanan 0 TT
yang tidak berhak. (O,W) pasien
W PPA/staf klinis
Kepala/staf unit rekam medis
Standar MIRM 12
Rumah sakit menetapkan standar kode diagnosa, kode
prosedur/tindakan, simbol, singkatan, dan artinya..
2/13/2019 KARS
Susunan Berkas Rekam Medis
2/13/2019 KARS
Standar MIRM 13.1
Rekam medis pasien memuat informasi yang memadai untuk mengidentifikasi
pasien, mendukung diagnosis, justifikasi pengobatan, dokumen pemeriksaan dan
hasil pengobatan serta meningkatkan kesinambungan asuhan diantara PPA
termasuk manajer pelayanan pasien (MPP)..
W Direktur/pimpinan RS
Ketua/anggota tim review
8. Proses review termasuk isi rekam D Bukti tentang pelaksanaan review isi 10 TL
medis harus sesuai dengan rekam medis sesuai peraturan 5 TS
peraturan dan perundang- perundangan-undangan 0 TT
undangan. (D, W) W Ketua/anggota tim review
Standar MIRM 14
Kerahasiaan dan privasi informasi dijaga
W DPJP
Staf unit rekam medis
2. Ringkasan pulang memuat indikasi D Bukti form ringkasan pulang 10 TL
pasien dirawat inap, diagnosis, dan memuat indikasi pasien dirawat 5 TS
komorbiditas lain. (D,W) inap, diagnosis, dan komorbiditas 0 TT
W lain (sesuai ARK 4.2 ep.2)
DPJP
Staf unit rekam medis
3. Ringkasan pulang memuat D Bukti form ringkasan pulang 10 TL
prosedur terapi dan tindakan memuat tindakan diagnostik dan 5 TS
yang telah dikerjakan. (D,W) prosedur terapi dan tindakan yang 0 TT
telah dikerjakan (sesuai ARK 4.2
ep.3)
W DPJP
Staf unit rekam medis
Elemen Penilaian MIRM 15 Telusur Skor
4. Ringkasan pulang memuat obat D Bukti form ringkasan pulang 10 TL
yang diberikan, termasuk obat memuat obat yang diberikan, 5 TS
setelah pasien keluar rumah sakit. termasuk obat setelah pasien keluar 0 TT
(D,W) rumah sakit (sesuai ARK 4.2 EP 4)
W DPJP
Staf unit rekam medis
5. Ringkasan pulang memuat kondisi D Bukti form ringkasan pulang 10 TL
kesehatan pasien (status present) memuat kondisi kesehatan pasien 5 TS
saat akan pulang rumah sakit. (status present) saat akan pulang 0 TT
(D,W) rumah sakit (sesuai ARK 4.2 ep.5)
W DPJP
Staf unit rekam medis
6. Ringkasan pulang memuat D Bukti form ringkasan pulang 10 TL
instruksi tindak lanjut, serta memuat instruksi tindak lanjut, 5 TS
dijelaskan dan ditanda tangani serta dijelaskan dan ditanda tangan 0 TT
oleh pasien dan keluarga. (D,W) oleh pasien dan keluarga (sesuai
ARK 4.2 ep.6)
W DPJP
Staf unit rekam medis
TERIMA KASIH
PITSELNAS AKREDITASI RUMAH SAKIT KE – V
JCC 5-7 AGUSTUS 2019
(saja)
SEMI-A
(S = Standar, E = Elemen Penilaian, M = Maksud & tujuan, I =
Instrumen, A = Acuan ke Peraturan PerUUan, Etika Profesi, Standar Profesi,
Standar Internasional.)
Profesional
ASUHAN
Pemberi
PASIEN
Asuhan
PEMBERIAN-
2
PELAYANAN /
IMPLEMENTASI-
RENCANA
INTERVENSI
MONITORING
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care
Pulang/
Rawat Inap Rujuk
Asesmen awal
Elemen Penilaian AP.1.
1. RS menentukan isi, jumlah dan jenis asesmen awal pada disiplin medis dan
keperawatan sesuai a) sampai dengan l) di maksud dan tujuan (R)
2. Ada bukti pelaksanaan isi, jumlah dan jenis asesmen awal disiplin medis.
(D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan isi, jumlah dan jenis asesmen awal disiplin
keperawatan (D,W)
4. Ada bukti keterlibatan keluarga dlm melengkapi asesmen awal.(D,W) (lihat
HPK 2 EP1)
Maksud dan Tujuan AP.1, AP 1.1, AP 1.2, AP 1.3.
-Asesmen yg efektif menghasilkan keputusan ttg tindakan segera dan
berkelanjutan yg dibutuhkan pasien utk tindakan darurat, asuhan terencana,
bahkan jika kondisi pasien berubah. Asesmen pasien merupakan proses
berkelanjutan, dinamis dan dikerjakan di instalasi / UGD, rajal, ranap, dan unit
pelayanan lainnya. Asesmen pasien terdiri dari 3 proses utama dengan metode
IAR :
a. Mengumpulkan data dan informasi (huruf I) tentang hal2 sesuai a sd l, tersebut
dibawah. Pada SOAP adalah S–Subyektif dan O-Obyektif.
b. Analisis data dan informasi (huruf A) , yaitu melakukan analisis terhadap
informasi yg menghasilkan diagnosis, masalah, dan kondisi, utk mengidentifikasi
kebutuhan pasien. Pada SOAP adalah A-Asesmen.
c. Membuat Rencana (huruf R), yaitu menyusun solusi utk mengatasi /
memperbaiki kelainan kesehatan sesuai butir b . Pelaksanaan R adalah utk
memenuhi kebutuhan pasien yg telah teridentifikasi. Pada SOAP adalah P–
Plan.
Isi minimal asesmen awal a.l. :
a) status fisik,
b) psiko-sosio-spiritual,
c) ekonomi
d) riwayat kesehatan pasien.
e) riwayat alergi,
f) asesmen nyeri,
g) risiko jatuh,
h) asesmen fungsional,
i) risiko nutrisional,
j) kebutuhan edukasi ,
k) Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning)
l) Riwayat Penggunaan Obat (PKPO 4)
-Asesmen awal dilakukan dengan konsep IAR dan “menggali informasi” 12 elemen tsb secara
lengkap. Pada kelompok pasien tertentu misalnya dengan risiko Jatuh atau nyeri maka dilakukan
Rapid Assessment (Asesmen Cepat) sebagai bagian dari asesmen awal, dan kemudian asesmen
awal ini diselesaikan dengan asesmen lanjutan.
-Dalam melakukan asesmen, penggalian elemen a) sampai dengan l) dapat dilakukan sesuai
dengan kebutuhan profesi antara medis dan keperawatan yang diatur oleh RS. Proporsi penggalian
elemen antara profesi medis dan keperawatan disesuaikan dengan keunikan RS, misalnya pada RS
Umum porsi keperawatan akan lebih luas, pada RS Jiwa porsi medis lebih luas.
-Jika pasien sudah terdaftar atau diterima di RS untuk asuhan rawat inap dan atau rawat jalan,
sebuah asesmen lengkap perlu dilakukan terkait alasan pasien datang di RS mengacu kepada butir-
butir isi minimal asesmen awal. Asesmen awal bersifat ceklis agar penggalian informasi lengkap.
Informasi spesifik yang dibutuhkan RS pada tahap ini, prosedur yang dilakukan padanya, tergantung
kebutuhan pasien dan dimana asuhan diberikan (misalnya, asuhan rawat inap atau rawat jalan). RS
menetapkan regulasi proses asesmen dan pendokumentasiannya di rekam medis (lihat juga,
ARK.1).
-Untuk melakukan asesmen pasien secara efektif, rumah sakit menentukan regulasi, isi minimal
asesmen yang harus dilakukan oleh dokter, perawat dan professional pemberi asuhan lainnya.
Asesmen dilakukan oleh disiplin klinis sesuai kebutuhan. Asesmen hanya dilakukan oleh orang yang
kompeten dan diberi kewenangan sesuai peraturan perUUan. Seluruh hasil asesmen itu harus ada
sebelum dilakukan pengobatan.
-Asesmen awal seorang pasien, rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat merupakan proses yang
penting untuk identifikasi kebutuhan pasien untuk memulai proses asuhan pasien. Proses asesmen
awal memberikan informasi perihal:
• Pemahaman asuhan yang diinginkan oleh pasien
• Pemilihan asuhan paling baik untuk pasien
• Diagnosis awal, dan
• Pemahaman respons pasien terhadap asuhan sebelumnya
-Untuk mendapatkan informasi ini, asesmen awal melakukan evaluasi kondisi pasien melalui
pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatannya. Asesmen psikologis menentukan status emosional
pasien (misalnya, jika pasien depresi, takut jiwanya terancam, suka berkelahi, membahayakan diri
sendiri atau orang lain).
-Mengumpulkan informasi tentang pasien tidak bermaksud “menggolongkan” pasien kedalam “satu
golongan tertentu”. Tetapi status sosial, kultur, spiritual, ekonomi, dari pasien merupakan faktor
penting yang dapat berpengaruh terhadap respons pasien terhadap penyakit dan tindakan
pengobatan.
-Keluarga akan membantu dalam proses asesmen dan untuk memahami keinginan pasien dan
pilihannya dari proses asesmen. Faktor ekonomi dikaji sebagai bagian asesmen sosial, atau
asesmen ekonomi terpisah jika pasien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap semua atau
sebagian biaya asuhan selama dirawat atau sesudah keluar RS. Asesmen sosial juga terkait
kehidupan sosial dalam keluarga dan masyarakat yang dapat mempengaruhi proses asuhan.
Asesmen budaya serta keyakinan dan spiritual pasien dan keluarga juga perlu digali agar dapat
memenuhi kebutuhan sesuai dengan agama, keyakinan dan budaya sehingga Hak Pasien dan
Keluarga dapat terpenuhi.
-Banyak profesional pemberi asuhan (PPA) yangg kompeten dan diberi kewenangan yang berbeda-
beda terlibat dalam asesmen pasien. Faktor terpenting adalah asesmen dilakukan lengkap dan
tersedia bagi mereka yang bekerja untuk memberikan asuhan (lihat juga, ARK 3).
-Asesmen sangat bermanfaat jika mempertimbangkan kondisi, umur, kebutuhan kesehatan,
termasuk permintaan keinginan pasien. Proses akan dilaksanakan sangat efektif jika berbagai
profesional pemberi asuhan (PPA) yang bertanggung jawab terhadap asuhan pasien berkerja sama
(lihat juga, ARK 3).
-Untuk asesmen keperawatan rawat jalan, rumah sakit dapat mempolakan pelaksanaan asesmen
tersebut secara sentral, yang terbagi sesuai kebutuhan (keperawatan dewasa, keperawatan anak,
keperawatan bedah, keperawatan maternitas dsb).
-Pada rawat jalan, asesmen awal dilakukan pada pasien baru, pasien dengan diagnosis baru,
pasien dengan diagnosis yang sama pada kunjungan kedua yang jarak waktunya lama, sesuai
regulasi rumah sakit lebih dari satu bulan pada diagnosis akut, atau misalnya tiga bulan pada
penyakit yang kronis.
AP.1
W DPJP
PPJA
MPP 25
Asesmen Awal Medis-1/2
Contoh
Lanjut Pengkajian
Nyeri Komprehensif
W PPJA
Dietisien
Pasien/keluarga
45
Asesmen Awal Gizi
Asesmen awal –
Kebutuhan fungsional, Risiko jatuh
Elemen Penilaian AP.1.4.1
1. RS menetapkan kriteria asesmen kebutuhan fungsional dan risiko jatuh,
yg dikembangkan bersama staf yg kompeten dan berwenang. (R)
2. Pasien diskrining untuk kebutuhan fungsional termasuk risiko jatuh. (lihat
SKP 6) (D,W)
3. Pasien dengan kebutuhan fungsional lanjutan termasuk risiko jatuh,
memperoleh asuhan yg sesuai ketentuan RS. (D,W)
AP.1.4.1
1. RS menetapkan kriteria asesmen R • Regulasi tentang kriteria asesmen 10 TL
kebutuhan fungsional dan risiko jatuh, kebutuhan fungsional dan risiko - -
yang dikembangkan bersama staf yang jatuh 0 TT
kompeten dan berwenang. (R) D
• Bukti rapat penetapan kriteria
kebutuhan fungsional dan risiko
jatuh, dengan keterlibatan staf yang
kompeten (D)
2. Pasien diskrining untuk kebutuhan D Bukti dalam RM tentang skrining 10 TL
fungsional termasuk risiko jatuh. (lihat kebutuhan fungsional dan risiko jatuh 5 TS
SKP 6) (D,W) 0 TT
W PPJA
Pasien/Keluarga
W PPJA
Pasien/Keluarga 48
KARS Nico A. Lumenta
Bagian dari
Form Asesmen Awal
Standar AP.1.6.
RS menetapkan regulasi tentang asesmen tambahan untuk populasi pasien
tertentu.
Standar AP.2.1
RS menetapkan regulasi hasil asesmen ulang dicatat di rekam medis dan - Urutan lembar dlm RM
- Penataan “on going”
didokumentasikan dengan baik dan dapat dengan cepat dan mudah ditemukan - CPPT
kembali dalam rekam medis.
Elemen Penilaian AP.2.1
1. RS menetapkan pengaturan urutan penyimpanan lembar2 RM agar mudah dicari kembali diakses dan
terstandar, PPA dpt menemukan dan mencari kembali hasil asesmen di rekam medis. (R)
2. Asesmen ulang dicatat di dokumen Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT). (D)
AP.2
1. Ada regulasi tentang R Regulasi tentang asesmen 10 TL
asesmen ulang oleh DPJP, ulang, intervalnya oleh DPJP, - -
perawat dan PPA lainnya untuk PPJA dan profesional pemberi 0 TT
evaluasi respons pasien asuhan (PPA) lainnya untuk
terhadap asuhan yang diberikan evaluasi respons pasien
sebagai tindak lanjut. (lihat juga, terhadap asuhan yang diberikan
ARK 3, PAP.5; PAB.6.1; PKPO.7) sebagai tindak lanjut.
(R)
Ruang :
Tanggal ........................................................
No. Masalah Keperawatan Tindakan Keperawatan
Jam
1 Gangguan sistem per- Mengisap lendir
napasan: Melakukan inhalasi/fisioterapi dada*
80
Urutan lembar2
dlm RM
81
Standar AP.3
RS menetapkan regulasi tentang PPA yang kompeten dan diberi kewenangan
melakukan asesmen awal dan asesmen ulang.
PPA
W Pasien/keluarga
PPA
W Pasien/keluarga
KARS, Nico A. Lumenta 83
Maksud dan Tujuan AP.3
Asesmen awal dan asesmen ulang pasien adalah proses penting/kritikal, memerlukan
pendidikan khusus, pelatihan, pengetahuan dan keahlian bagi PPA dan telah
mendapatkan SPK dan RKK termasuk asesmen GD. Identifikasi bagi mereka yang
memenuhi syarat melakukan asesmen dan tangg-jawabnya ditentukan secara tertulis.
Asesmen dilakukan oleh setiap disiplin/ PPA dalam lingkup prakteknya, izin, peraturan
perUUan, dan sertifikasi.
Kewenangan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis Keperawatan
LAMPIRAN 1: CONTOH LIST KOMPETENSI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
PK I
Hands on,
Orientasi Mentorship &
Asesmen Kompetensi
Preseptorship
& Kredensial
Belum kompeten
Usulan Asesmen
Kompetensi:
1.Pra Konsultasi
Bidang Kep 2. Kelengkapan
dokumen
asesmen
Pengajuan
kredensial
Asesmen, validasi,
Komite Kep: Adhoc,
portofolio,wawancara,
Mitra Bestari
praktek, uji tulis
Dir. RS Pemberian
Penugasan Klinik
KARS
Standar AP.4
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim memberikan asuhan
pasien terintegrasi, masing2 melakukan asesmen berbasis pengumpulan
Informasi , melakukan analisis utk membuat rencana asuhan (IAR), dengan
DPJP sebagai ketua tim asuhan yg mengintegrasikan asuhan, termasuk
menentukan prioritas kebutuhan mendesak bagi pasien rawat inap.
W PPA
Pasien/keluarga
3. Asesmen gawat darurat D Bukti dalam RM tentang asesmen 10 TL
dilaksanakan oleh PPA yang GD dilaksanakan oleh PPA yang 5 TS
kompeten dan berwenang. (D,W) kompeten dan berwenang 0 TT
W PPA
Pasien/keluarga
90
Maksud dan Tujuan AP.3
Asesmen awal dan asesmen ulang pasien adalah proses penting/kritikal,
memerlukan pendidikan khusus, pelatihan, pengetahuan dan keahlian bagi PPA
dan telah mendapatkan SPK dan RKK termasuk asesmen GD. Identifikasi bagi
mereka yang memenuhi syarat melakukan asesmen dan tangg-jawabnya
ditentukan secara tertulis. Asesmen dilakukan oleh setiap disiplin/ PPA dalam
lingkup prakteknya, izin, peraturan perUUan, dan sertifikasi.
Aspek Kompetensi
Kewenangan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis Keperawatan
LAMPIRAN 1: CONTOH LIST KOMPETENSI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
PK I
Hands on,
Orientasi Mentorship &
Asesmen Kompetensi
Preseptorship
& Kredensial
Belum kompeten
Usulan Asesmen
Kompetensi:
1.Pra Konsultasi
Bidang Kep 2. Kelengkapan
dokumen
asesmen
Pengajuan
kredensial
Asesmen, validasi,
Komite Kep: Adhoc,
portofolio,wawancara,
Mitra Bestari
praktek, uji tulis
Dir. RS Pemberian
Penugasan Klinik
KARS
Standar AP.4
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim memberikan asuhan
pasien terintegrasi, masing2 melakukan asesmen berbasis pengumpulan
Informasi , melakukan analisis utk membuat rencana asuhan (IAR), dengan
DPJP sebagai ketua tim asuhan yg mengintegrasikan asuhan, termasuk
menentukan prioritas kebutuhan mendesak bagi pasien rawat inap.
99
Maksud dan Tujuan AP.4
-PPA bekerja secara tim, menerapkan praktik kolaborasi interprofessional, memberikan
asuhan pasien terintegrasi yang merupakan integrasi inter PPA, dengan kontribusi profesi
tiap-tiap PPA sama pentingnya/sederajat dan bersifat horizontal. Kolaborasi
interprofessional adalah bagian penting dari asuhan pasien terintegrasi, dan memerlukan
kompetensi untuk berkolaborasi dalam ranah: nilai dan etik values/ethics), peran dan
tanggung jawab-tanggung gugat (roles/responsibilities), komunikasi interprofessional
(interprofessional communication), kerjasama tim (teams and teamwork).
-Hasil asesmen pasien diintegrasikan sesuai konsep pelayanan berfokus pd pasien (PCC).
Hasil asesmen yg terintegrasi menjadi dasar Asuhan Pasien Terintegrasi, baik yg bersifat
integrasi horisontal maupun vertikal, dgn elemen:
a) DPJP sebagai ketua tim asuhan pasien (Clinical Leader)
b) PPA bekerja dlm tim interdisiplin dgn kolaborasi interprofesional, berdasarkan Standar
Pelayanan Profesi masing2.
c) Manajer Pelayanan Pasien/ Case Manager menjaga kesinambungan pelayanan
d) Proses asuhan melibatkan dan memberdayakan pasien & keluarga. (lihat AP 4, PAP 2,
PAP 5)
e) Perencanaan Pemulangan Pasien / Discharge Planning terintegrasi
f) Asuhan Gizi Terintegrasi (lihat PAP 5)
(Maksud dan Tujuan AP.4)
Banyak pasien mungkin menjalani berbagai bentuk asesmen diluar atau didalam RS
oleh berbagai unit kerja. Hasilnya adalah, tersedia banyak bentuk informasi, hasil
tes, data yang ada di rekam medis pasien. Akan bermanfaat bagi pasien jika PPA yg
bertangg-jawab thd pasien bekerja sama melakukan analisis (metode IAR) temuan
asesmen dan menggabungkan informasi menjadi sebuah gambaran komprehensif
kondisi pasien. Dari kolaborasi ini, kebutuhan pasien teridentifikasi, ditentukan
urutan prioritas, dan keputusan ttg asuhan dibuat. Integrasi temuan akan
memudahkan kooordinasi asuhan pasien (lihat juga, AP 2, PAP.2)
Proses bekerjasama adalah sederhana dan informal jika kebutuhan pasien tidak
kompleks. Pertemuan resmi tim, rapat ttg pasien, visite Bersama, ronde klinik,
mungkin dibutuhkan sesuai dgn kebutuhan pasien yg kompleks atau dengan pasien
yg kebutuhannya tidak jelas. Pasien, keluarga pasien dan lainnya, yg membuat
keputusan atas nama pasien dilibatkan dlm proses membuat keputusan, jika perlu.
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1
DPJP
PPJA
Apoteker
PPA
Profesional Pemberi Asuhan :
• Mereka yg secara langsung
Tugas Mandiri,
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien Tugas Kolaboratif,
a.l. DPJP, PPJA, Dietisien, Tugas Delegatif
Apoteker, dan Lainnya.
• Kompetensi Profesi & Kolaborasi
Interprofesional
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif, (KARS, 2018)
Tugas Delegatif/Mandat
Konsep
Patient Centred Care
(Std HPK)
• Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di RS
• Second opinion: meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter
lain yang mempunyai SIP baik di dalam maupun di luar RS
• Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan
W • Staf klinis
• Pasien/keluarga
17
Standar HPK 1.2
KARS
CONTOH KALIMAT PERSETUJUAN PELEPASAN INFORMASI (HPK 1. EP3)
Dapat menjadi bagian dari persejuan umum (general consent)
• Saya memahami informasi yang ada didalam diri Saya, termasuk Diagnosis,
hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang akan di gunakan untuk
perawatan medis, akan dijamin kerahasiaannya oleh RS
• Saya memberi wewenang kepada RS untuk memberikan informasi tentang
tentang rahasia kedokteran saya bila diperlukan untuk memproses klaim
asuransi termasuk namun tidak terbatas pada BPJS, asuransi kesehatan
lainnya , jamkesda, pihak pembayar, perusahaan dan atau lembaga
pemerintah lainnya
• Saya tidak memberikan/memberikan (coret salah satu) wewenang kepada RS
untuk memberikan tentang data dan informasi kesehatan saya kepada
keluarga terdekat saya, yaitu:
• 1….
• 2…
• 3….. Sutoto KARS 21
HARAPAN DAN KEBUTUHAN PRIVASI
1. PRIVASI KHUSUS :
2. PRIVASI UMUM:
1. wawancara klinis
2. pemeriksaan,
3. prosedur/pengobatan
4. transportasi
KARS
CONTOH KALIMAT
IDENTIFIKASI PRIVASI
Dapat menjadi bagian dari persejuan umum (general consent)
Sutoto KARS 23
CONTOH FORMULIR PERMINTAAN PRIVASI KHUSUS
KARS
Kebutuhan Privasi umum
saat:
1. wawancara klinis
2. pemeriksaan,
3. prosedur/pengobatan
4. transportasi
KARS
Maksud dan Tujuan HPK 1.2
• Rumah sakit memiliki kebijakan yang menunjukkan apakah pasien
memiliki akses terhadap informasi kesehatan mereka dan proses untuk
mendapatkan akses jika diizinkan.
W • Staf klinis
• Staf terkait
• Pasien / keluarga
34
Standar HPK 1.4
W Staf terkait
38
Elemen penilaian HPK 1.4 Telusur Skor
W • Staf terkait
• Pasien / keluarga
39
Standar HPK 2
• Rumah sakit mendorong pasien dan keluarga terlibat dalam seluruh aspek
pelayanan. Seluruh staf sudah dilatih melaksanakan regulasi dan perannya dalam
mendukung hak pasien serta keluarganya untuk berpatisipasi di dalam proses
asuhannya.
Elemen penilaian HPK 2 Telusur Skor
1. Ada regulasi tentang rumah R Regulasi tentang mendorong 10 TL
sakit mendorong partisipasi partisipasi pasien dan keluarga - -
pasien dan keluarga dalam dalam proses asuhan 0 TT
proses asuhan dan memberi
kesempatan pasien untuk
melaksanakan second opinion
tanpa rasa khawatir akan
mempengaruhi proses
asuhannya (lihat juga PAP 7.1
EP 6; AP.1 EP 4; ARK 2.1 EP 4
dan MKE 9 EP 5). (R)
42
Elemen penilaian HPK 2 Telusur Skor
W • DPJP
• PPJA
• Pasien/keluarga
47
Elemen penilaian HPK 2.1 Telusur Skor
3. Pasien diberi informasi tentang D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
rencana asuhan dan tindakan informasi tentang rencana asuhan 5 TS
yang akan dilakukan dan dan tindakan yang akan dilakukan, 0 TT
berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan (lihat juga MKE 9 EP 1). W • DPJP
(D,W) • PPJA
• Pasien/keluarga
4. Bila “persetujuan tindakan D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
kedokteran” (informed consent) informasi bila diperlukan 5 TS
diperlukan maka pasien/keluarga persetujuan tindakan kedokteran 0 TT
dijelaskan tentang rencana
tindakan tersebut (lihat juga MKE W • DPJP
9 EP 4, PAB 5.1 dan PAB 7.1). • Pasien/keluarga
(D,W)
48
Elemen penilaian HPK 2.1 Telusur Skor
5. Pasien dijelaskan dan D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
memahami tentang hasil yang penjelasan tentang hasil dan 5 TS
diharapkan dari proses asuhan proses asuhan/pengobatan 0 TT
dan pengobatan (lihat juga MKE
9 EP 2, ARK 2.1 EP 2 dan PAP W • DPJP
2.4). (D,W) • PPA lainnya
• Pasien/keluarga
6. Pasien dijelaskan dan D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
memahami bila terjadi penjelasan tentang hasil yang 5 TS
kemungkinan hasil yang tidak tidak terduga. 0 TT
terduga (lihat juga PAP.2.4 EP
2). (D,W) W • DPJP
• Pasien/keluarga
49
Elemen penilaian HPK 2.1 Telusur Skor
7. Pasien dan keluarga W • DPJP 10 TL
dijelaskan dan memahami • PPJA 5 TS
tentang haknya dalam • Staf klinis 0 TT
berpartisipasi membuat • Pasien/keluarga
keputusan terkait asuhan
jika diinginkan (lihat juga
ARK 2.1 EP 4 dan MKE 9 EP
5). (W)
50
Standar HPK 2.2
W • DPJP
• PPJA
• Staf klinis
• Pasien/keluarga
54
Elemen penilaian HPK 2.2 Telusur Skor
55
Standar HPK 2.3
W • Staf klinis
• Pasien / keluarga
58
Elemen penilaian HPK 2.3 Telusur Skor
2. Rumah sakit memberitahukan D Bukti pelaksanaan edukasi tentang 10 TL
pasien dan keluarganya tentang konsekuensi dari keputusan mereka 5 TS
konsekuensi dari keputusan mereka 0 TT
(lihat juga ARK 4.4 EP 2).(D,W) W • DPJP/PPA lainnya
• Staf klinis
• Pasien / keluarga
59
Elemen penilaian HPK 2.3 Telusur Skor
60
Standar HPK 2.4
W • DPJP/PPA lainnya
• Staf klinis
• Pasien / keluarga
63
Standar HPK 2.5
66
Elemen penilaian HPK 2.5 Telusur Skor
67
Standar HPK 2.6
71
Standar HPK 3
W • Komite medik/komite
keperawatan/komite etik
• Customer service
• Staf terkait
75
Standar HPK 4
78
Elemen penilaian HPK 4 Telusur Skor
79
PERSETUJUAN UMUM (GENERAL CONSENT)
Standar HPK 5
Rumah sakit diminta untuk memberitahu pasien tentang terdapat peserta didik/
pelatihan yang ikut berpartisipasi dalam asuhan pasien sebagai bagian dari
pendidikan/pelatihan mereka dengan pengawasan atau supervisi staf yang kompeten.
Rumah sakit memiliki dokumentasi dalam rekam medik tentang persetujuan umum.
Pasien juga diberi informasi tentang tindakan dan prosedur, serta pengobatan yang
berisiko tinggi yang memerlukan persetujuan khusus (informed consent) secara
terpisah.
Elemen penilaian HPK 9 Telusur Skor
1. Ada regulasi tentang R Regulasi tentang general 10 TL
persetujuan umum dan consent - -
pendokumentasiannya dalam 0 TT
rekam medis pasien diluar
tindakan yang membutuhkan
persetujuan khusus (informed
consent) tersendiri. (R)
2. Persetujuan umum (general D Bukti pelaksanaan tentang 10 TL
consent) diminta saat pertama persetujuan umum 5 TS
kali pasien masuk rawat jalan 0 TT
atau setiap masuk rawat inap. W • Staf admisi
(D,W) • Staf rekam medis
• Pasien/keluarga
82
Elemen penilaian HPK 9 Telusur Skor
83
PERSETUJUAN KHUSUS
(INFORMED CONSENT)
W • DPJP
• Pasien/keluarga
86
Elemen penilaian HPK 5.1 Telusur Skor
W • DPJP
• Dokter anestesi
• Staf klinis
91
Standar HPK 5.3
95
PENELITIAN, DONASI DAN TRANSPLANTASI ORGAN
Standar HPK 6
• Komitmen para kepala unit pelayanan terhadap penelitian dengan subjek manusia/pasien tidak dapat
dipisahkan dari komitmen mereka terhadap pelayanan pasien dan komitmen ini terintegrasi pada
semua tingkat. Oleh sebab itu, pertimbangan etika, komunikasi yang baik, ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan, serta ketersediaan sumber daya finansial dan nonfinansial
merupakan komponen dari komitmen ini. Salah satu sumber daya adalah penjaminan asuransi yang
baik untuk pasien yang mengalami kejadian yang tidak diharapkan akibat protokol penelitian.
98
Elemen penilaian HPK 6 Telusur Skor
2. Pimpinan rumah sakit, secara lisan D Bukti pelaksanaan penyampaian informasi 10 TL
dan tertulis, mengkomunikasikan ke tentang regulasi pada HPK 6 EP 1 5 TS
seluruh staf rumah sakit mengenai 0 TT
komitmen mereka untuk melindungi
O Lihat bukti pelaksanaan penyampaian
manusia/pasien sebagai subjek peserta
penelitian dan mendukung perilaku yang informasi
sesuai dengan kode etik
profesi/penelitian (lihat juga TKRS 12). W • Staf peneliti
(D,O,W) • Komite Etik Penelitian
• Staf Diklit
3. Pimpinan rumah sakit menentukan D Bukti penetapan Komite Etik Penelitian 10 TL
komite yang bertanggung jawab atas disertai uraian tugas, tanggung jawab dan 5 TS
kesinambungan perkembangan dan wewenangnya. 0 TT
kepatuhan terhadap semua peraturan
perundang-undangan serta regulasi
rumah sakit tentang penelitian yang W • Staf peneliti
menggunakan manusia sebagai subyek. • Komite Etik Penelitian
(D,W) • Staf Diklit 99
Standar HPK 6.1
107
Elemen penilaian HPK 6.2 Telusur Skor
109
Standar HPK 6.3
116
Elemen penilaian HPK 6.4 Telusur Skor
Standar HPK 8
Rumah sakit memberi informasi pada pasien dan
keluarga tentang bagaimana memilih untuk
mendonorkan organ dan jaringan lainnya
Maksud dan Tujuan HPK 8
• Kelangkaan organ tubuh yang tersedia untuk transplantasi mendorong banyak
negara menetapkan sistem dan prosedur untuk meningkatkan persediaan.
Persetujuan secara tegas diperlukan untuk donasi organ. Rumah sakit
bertanggung jawab untuk menentukan proses mendapatkan dan mencatat
persetujuan donasi sel, jaringan, organ terkait standar etika internasional dan cara
pengelolaan penyediaan organ.
• Rumah sakit mendukung pilihan pasien serta keluarga melakukan donasi organ
dan jaringan lain untuk riset dan atau transplantasi. Informasi diberikan kepada
pasien serta keluarga tentang proses donasi dan ketentuan pengadaan organ yang
dikelola untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, daerah, atau negara.
Maksud dan Tujuan HPK 8
• Kelangkaan organ untuk transplantasi menghasilkan praktik-praktik penyediaan dan
transplantasi organ yang dipertanyakan. Praktik membujuk orang-orang atau kelompok
rentan (seperti buta huruf, miskin, imigran gelap, narapidana, serta pelarian politik atau
ekonomi) untuk menjadi donor hidup, organ trafficking (pembelian dan penjualan organ
di perdagangan gelap), pengambilan organ tanpa persetujuan (consent) dari orang mati
atau orang yang dieksekusi mati adalah bertentangan dengan upaya menjamin
keamanan donor dan resipien organ.
128
Standar HPK 8.1
W • Kepala Diklat
• Staf klinis
4. Rumah sakit bekerja sama D MOU dengan institusi penyedia 10 TL
dengan rumah sakit lain dan donasi (misalnya : Bank mata) 5 TS
perkumpulan di masyarakat 0 TT
untuk menghargai dan W • Direktur
melaksanakan pilihannya • Kepala bidang/divisi
melakukan donasi (D,W) • Kepala unit pelayanan
131
Standar HPK 8.2
• Rumah sakit bekerjasama dengan rumah sakit lain dan badan-badan dalam
masyarakat yang bertanggung jawab terhadap seluruh atau sebagian dan proses
mendapatkan organ, bank organ, serta transportasi atau proses transplantasi.
Elemen penilaian HPK 8.2 Telusur Skor
W • Kepala Diklat
• Staf terkait
134
Elemen penilaian HPK 8.2 Telusur Skor
3. Staf dilatih mengenai isu dan D Bukti pelaksanaan pelatihan staf 10 TL
persoalan tentang donasi organ mengenai etik, isu dan persoalan 5 TS
dan ketersediaan transplan. tentang donasi dan transplantasi 0 TT
(D,W) organ/jaringan
W • Kepala Diklat
• Staf terkait
4. Rumah sakit mendapat D Bukti pelaksanaan mendapat 10 TL
persetujuan dari donor hidup. persetujuan dari donor hidup 5 TS
(D,W) 0 TT
W • DPJP/staf klinis
• Komite Etik RS
• Pasien/keluarga
135
TERIMA KASIH
KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF
(KKS)
PERENCANAAN
Standar KKS 1
RS RENCANA STRATEJIK RS
RS RBA/RKA
PERENCANAAN KETENAGAAN TAHUNAN
RS
POLA KETENAGAAN TAHUNAN RS
KEBUTUHAN KETENAGAAN UNIT
UNIT
POLA KETENEGAAN UNIT
KARS.Sutoto 6
KEJELASAN HUBUNGAN
KARS.Sutoto 7
Regulasi & Regulasi &
Regulasi & Regulasi &
pelaksanaan pelaksanaan
pelaksanaan pelaksanaan
Perencanaan Remunerasi/
Recruitment diklat
SDM kompensasi
(KKS 4-5) staf (KKS 7-8)
(KKS 1-3)
KARS.Sutoto 11
OVERVIEW KKS 1,2
UNIT KA BID SDM DIREKTUR
KERJA/PELAYANAN
POLA KETENAGAAN UNIT
PERENCANAAN STAF UNIT
PERENCANAAAN
STAF RS
POLA KETENAGAAN UNIT
POLA KETENAGAAN
PERENCANAAN STAF UNIT
RS RENSTRA
PANDUAN RBA/RKA
PENEMPATAN DAN
PENEMPATAN
POLA KETENAGAAN UNIT
KEMBALI
PERENCANAA STAF UNIT
KARS.Sutoto 12
Elemen penilaian KKS 1 Telusur Skor
1. Ada penetapan perencanaan R Regulasi tentang perencanaan 10 TL
kebutuhan staf rumah sakit kebutuhan SDM sesuai dengan: - -
yang berdasarkan perencanaan 1) Rencana strategis 0 TT
strategis dan perencanaan 2) RBA/RKA
tahunan sesuai kebutuhan
rumah sakit (lihat juga TKRS
3.3). (R)
2. Ada kejelasan hubungan D Bukti tentang hubungan antara 10 TL
antara perencanaan strategis, perencanaan SDM dengan - -
perencanaan tahunan dan rencana strategis dan RBA/RKA 0 TT
perencanaan kebutuhan staf.
(D,W) W Pimpinan rumah sakit
Kepala SDM
13
Elemen penilaian KKS 1 Telusur Skor
14
Standar KKS 2
20
Elemen penilaian KKS 2 Telusur Skor
21
Standar KKS 2.1
26
Elemen penilaian KKS 2.2 Telusur Skor
W Direktur
Kepala bidang/Divisi/Bagian
Kepala SDM
Kepala unit kerja
27
Standar KKS 2.3
30
Standar KKS 2.4
32
Elemen penilaian KKS 2.4 Telusur Skor
2. Ada dokumen D Bukti penempatan/penempatan 10 TL
perencanaan kebutuhan kembali staf sesuai dengan kebutuhan 5 TS
staf rumah sakit RS 0 TT
berdasarkan pengaturan
penempatan kembali. W Kepala / Staf SDM
(D,W) Kepala / Staf unit kerja
3. Ada dokumen D Bukti pelaksanaan tentang 10 TL
pengaturan penempatan penempatan kembali berdasarkan 5 TS
kembali berdasarkan pertimbangan agama, keyakinan dan 0 TT
pertimbangan nilai nilai-nilai pribadi.
kepercayaan dan agama.
(D,W) W Kepala / staf SDM
Kepala bidang/divisi/ bagian
33
Standar KKS 3
• Staf nonklinis meliputi seluruh tenaga yang tidak memberikan asuhan pasien secara
langsung. Pimpinan unit menjabarkan kualifikasi staf non klinis yang diperlukan dan
memastikan bahwa staf non klinis dapat memenuhi tanggung jawabnya sesuai dengan
penugasannya. Semua staf disupervisi dan dievaluasi berkala untuk menjamin kontinuitas
kompetensi di posisinya.
• Rumah sakit mencari staf yang kompeten dan memenuhi kualifikasi staf non klinis. Staf non
klinis meliputi seluruh tenaga yang tidak memberikan asuhan pasien secara langsung. Staf
secara berkala dilakukan evaluasi kinerja untuk memastikan terpeliharanya kompetensi
pada jabatan.
Elemen penilaian KKS 5 Telusur Skor
1. Ada regulasi yang R Regulasi tentang proses seleksi 10 TL
menetapkan proses seleksi staf non klinis - -
untuk memastikan 0 TT
pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi staf non klinis
sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit. (R)
2. Proses seleksi staf non klinis D Bukti pelaksanaan tentang 10 TL
dilaksanakan seragam sesuai seleksi staf non klinis RS 5 TS
regulasi. (D,W) dilaksanakan seragam 0 TT
W Kepala SDM
Staf unit pelayanan
44
Elemen penilaian KKS 5 Telusur Skor
45
Elemen penilaian KKS 5 Telusur Skor
4. Unit kerja melaksanakan D Bukti tentang data untuk 10 TL
evaluasi kinerja staf non klinis. evaluasi kinerja staf non klinis 5 TS
(D,W) tersedia di unit layanan. 0 TT
46
Standar KKS 6
URAIAN TUGAS,
, PROSES REKRUTMEN
RIWAYAT PEKERJAAN,.
HASIL EVALUASI, DAN PENILAIAN KINERJA INDIVIDUAL TAHUNAN.
SELALU UPDATED
KARS.Sutoto 49
Elemen penilaian KKS 6 Telusur Skor
W Kepala SDM
50
Elemen penilaian KKS 6 Telusur Skor
W Kepala SDM
3. File kepegawaian memuat D Bukti tentang File 10 TL
proses rekrutmen staf. (D,W) kepegawaian berisi proses 5 TS
rekruitmen 0 TT
W Kepala SDM
51
Elemen penilaian KKS 6 Telusur Skor
W Kepala SDM
5. File kepegawaian memuat D Bukti tentang File 10 TL
hasil evaluasi dan penilaian kepegawaian berisi hasil 5 TS
kinerja staf (D,W) evaluasi dan penilaian kinerja 0 TT
staf RS
W Kepala SDM 52
Elemen penilaian KKS 6 Telusur Skor
W Kepala SDM 53
ORIENTASI
Standar KKS 7
baru. (R)
56
Elemen penilaian KKS 7 Telusur Skor
2. Ada bukti staf klinis dan nonD Bukti pelaksanaan orientasi staf baru 10 TL
meliputi: 5 TS
klinis baru diberikan orientasi 1) Orientasi umum: 0 TT
umum dan khusus (lihat juga PPI TOR, daftar hadir, materi dan narasumber
meliputi perumahsakitan, mutu,
11). (D,W) keselamatan pasien, PPI, serta evaluasi
peserta, laporan pelaksanaan orientasi
1) Orientasi khusus:
TOR, daftar hadir, evaluasi peserta, laporan
pelaksanaan orientasi
W Kepala SDM
Kepala Diklat
Kepala bidang/divisi/ bagian
Kepala Unit
PPA 57
Staf baru
Elemen penilaian KKS 7 Telusur Skor
W Kepala SDM
Kepala Diklat
Kepala Unit
Kepala bidang/divisi/ bagian
Staf kontrak, magang dan peserta didik 58
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
Standar KKS 8
W Kepala SDM
Kepala Diklat
Kepala bidang/divisi/ bagian
PPA
Staf terkait 62
Elemen penilaian KKS 8 Telusur Skor
3. Staf rumah sakit diberi pendidikan D Bukti pelaksanaan tentang pendidikan 10 TL
dan pelatihan profesional dan pelatihan profesional 5 TS
berkelanjutan di dalam dan di luar berkelanjutan 0 TT
rumah sakit yang relevan untuk
meningkatkan kemampuannya. (D,W) W Kepala SDM
Kepala Diklat
Kepala bidang/divisi/bagian
PPA
Staf terkait
4. Rumah sakit menyediakan waktu, D Bukti tentang jadwal, anggaran, 10 TL
anggaran dan fasilitas untuk semua materi dan fasilitas untuk diklat RS 5 TS
staf dalam berpartisipasi mengikuti 0 TT
pendidikan dan pelatihan yang W Kepala SDM
diperlukan. (D,W) Kepala Diklat
63
Standar KKS 8.1
66
Elemen penilaian KKS 8.1 Telusur Skor
3. Ada bukti staf telah lulus dari D Bukti sertifikasi pelatihan bantuan 10 TL
pelatihan dan dapat hidup dasar dan bantuan hidup 5 TS
memperagakan. (D,W,S) lanjut 0 TT
• Staf rumah sakit juga dapat mengalami kekerasan di tempat kerja. Anggapan
bahwa kekerasan tidak terjadi di rumah sakit tidak sepenuhnya benar mengingat
jumlah tindak kekerasan di rumah sakit semakin meningkat. Untuk itu rumah sakit
diminta menyusun program pencegahan kekerasan (lihat juga TKRS 13).
Maksud dan Tujuan KKS 8.2
• Kesehatan dan keselamatan staf harus menjadi bagian dari program mutu dan
keselamatan pasien rumah sakit. Cara rumah sakit melakukan orientasi dan
pelatihan staf, penyediaan lingkungan kerja yang aman, pemeliharaan
peralatan dan teknologi medis, pencegahan atau pengendalian infeksi terkait
perawatan kesehatan (health care-associated infections), serta beberapa faktor
lainnya menentukan kesehatan dan kesejahteraan staf. (lihat juga PPI 5 EP 2)
Program kesehatan dan keselamatan staf dapat berada di dalam rumah sakit
atau diintegrasikan ke dalam program eksternal. Dalam pelaksanaan program
kesehatan dan keselamatan maka staf harus memahami
• cara pelaporan dan mendapatkan pengobatan, menerima konseling, dan
menangani cedera yang mungkin terjadi akibat tertusuk jarum suntik,
terpapar penyakit menular, atau mendapat kekerasan di tempat kerja;
• identifikasi risiko dan kondisi berbahaya di rumah sakit;
• masalah kesehatan dan keselamatan lainnya.
Maksud dan Tujuan KKS 8.2
• Program tersebut dapat juga mencakup skrining
kesehatan awal saat penerimaan pegawai, imunisasi
pencegahan, dan pemeriksaan kesehatan berkala
serta tata laksana kondisi terkait pekerjaan yang
umum dijumpai seperti cedera punggung atau
cedera lain yang lebih darurat.
Standar KKS 9
87
Elemen penilaian KKS 9.2 Telusur Skor
2. Pengangkatan tidak D Bukti pelaksanaan pengangkatan 10 TL
dilakukan sampai setidaknya setelah proses verifikasi selesai 5 TS
izin/surat tanda registrasi sudah 0 TT
diverifikasi dari sumber primer, W Komite medis
dan anggota staf medis Staf medis
kemudian melakukan Kepala SDM
pelayanan perawatan pasien di
bawah supervisi sampai semua
kredensial yang disyaratkan
undang-undang dan peraturan
sudah diverifikasi dari sumber
primer. (D,W)
88
Elemen penilaian KKS 9.2 Telusur Skor
89
PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS STAF MEDIS
Standar KKS 10
4. Surat Penugasan klinis dan Rincian D Bukti tentang SPK dan RKK staf medis 10 TL
Kewenangan klinis anggota staf medis ada di unit pelayanan. 5 TS
dalam bentuk tercetak atau elektronik 0 TT
(softcopy) atau media lain tersedia di W Komite medis
semua unit pelayanan (contoh,kamar Staf medis
operasi, unit darurat, nurse station)
dimana anggota staf medistersebut
memberikan pelayanan. (D,W)
99
Elemen penilaian KKS 10 Telusur Skor
100
MONITORING DAN EVALUASI BERKELANJUTAN
ANGGOTA STAF MEDIS
Standar KKS 11
Rumah sakit melaksanakan proses yang
seragam untuk melaksanakan evaluasi mutu
dan keselamatan asuhan pasien yang
diberikan oleh setiap anggota staf medis.
Maksud dan Tujuan KKS 11
• Penjelasan dari istilah yang dimuat di standar ini sebagai berikut:
KARS.Sutoto 116
1. PENILAIAN PERILAKU
Staf medis adalah model dalam menumbuhkan budaya aman (safety culture)
Budaya aman:
1. Partisipasi Penuh Dari Semua Staf Untuk Melaporkan Bila Ada Insiden
Keselamatan Pasien, Tanpa Ada Rasa Takut Untuk Melaporkan Dan
Disalahkan (No Blame Culture).
4. Pelecehan seksual.
24 April 2019
PERILAKU YG TIDAK MENDUKUNG BUDAYA KESELAMATAN
1. Perilaku yang tidak layak (inappropriate) seperti kata-kata atau bahasa tubuh yang
merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf, misalnya mengumpat dan
memaki;
2. Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku tidak layak yang dilakukan
secara berulang, bentuk tindakan verbal atau nonverbal yang membahayakan atau
mengintimidasi staf lain, dan “celetukan maut” adalah komentar sembrono di depan
pasien yang berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis lain. Contoh mengomentari
negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain di depan pasien, misalnya “obatnya ini
salah, tamatan mana dia...?”, melarang perawat untuk membuat laporan KTD,
memarahi staf klinis lainnya di depan pasien, kemarahan yang ditunjukkan dengan
melempar alat bedah di kamar operasi, serta membuang rekam medis di ruang rawat;
3. Perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama, dan suku termasuk
gender;
4. Pelecehan seksual.
KARS.Sutoto 121
2. PENGEMBANGAN PROFESIONAL
(7)
MELIPUTI
a) Asuhan pasien, penyediaan asuhan penuh kasih, tepat dan efektif dalam
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, asuhan
diakhir hidup. Alat ukurnya adalah layanan preventif dan laporan dari pasien
dan keluarga (lihat juga,HPK.3)
b) Pengetahuan medik/klinik, termasuk pengetahuan tentang biomedik,
klinis, epidemiologi, ilmu pengetahuan sosial budaya, dan pendidikan
kepada pasien. Alat ukurnya adalah penerapan panduan praktik klinis
(clinical practice guidelines), termasuk revisi pedoman, hasil pertemuan
profesional dan publikasi (lihat juga,TKRS 11.2)
LANJUTAN….
c) Praktik belajar berdasar bukti (practice-bases learning) dan
pengembangan, penggunaan bukti ilmiah dan metoda
pemeriksaan, evaluasi, perbaikan asuhan pasien berkelanjutan
berdasar evaluasi dan belajar terus menerus (contoh alat ukur
survei klinis, memperoleh kewenangan berdasar studi dan
keterampilan klinis baru, partisipasi penuh di pertemuan ilmiah)
d) Kepandaian berkomunikasi antar personal, termasuk menjaga
dan meningkatkan pertukaran informasi dengan pasien,keluarga
pasien dan anggota tim layanan kesehatan yang lain (contoh
partisipasi aktif di ronde ilmiah, konsultasi tim dan kepemimpinan
tim)
LANJUTAN….
e) Profesionalisme, janji mengembangkan profesionalitas terus menerus,
praktik etik, pengertian terhadap perbedaan, perilaku bertangung jawab
terhadap pasien, profesi dan masyarakat (contoh, alat ukur : pendapat
pimpinan staf medis terkait isu klinis dan isu profesi, aktif membantu diskusi
panel tentang etik, ketepatan waktu pelayanan di rawat jalan maupun rawat
inap dan partisipasi di masyarakat)
LANJUTAN….
f) Praktik berbasis sistem, sadar dan tanggap terhadap jangkauan sistem
pelayanan kesehatan yang lebih luas (Contoh alat ukur: pemahaman
terhadap regulasi rumah sakit yang terkait dengan tugasnya, seperti sistem
asuransi medis, asuransi kesehatan (JKN), sistem kendali mutu dan biaya.
Peduli pada masalah resistensi antimikroba).
• Mengelola sumber daya, memahami pentingnya sumber daya dan
berpartisipasi melaksanakan asuhan yang efisien, menghindari
penyalahgunaan pemeriksaan diagnostik dan terapi yang tidak ada
manfaatnya bagi pasien dan meningkatkan biaya pelayanan kesehatan
(Contoh, alat ukur: berpartisipasi dalam kendali mutu dan biaya, kepedulian
terhadap biaya yang ditanggung pasien, berpatisipasi dalam proses seleksi
pengadaan)
CONTOH INSTRUMEN PENGEMBANGAN PROFESI
1. Asuhan pasien: layanan preventif dan laporan dari pasien dan keluarga
2. Pengetahuan medik/klinik : penerapan panduan praktik klinis (clinical practice guidelines), termasuk
revisi pedoman, hasil pertemuan profesional dan publikasi
3. Praktik belajar berdasar bukti: survei klinis, memperoleh kewenangan berdasar studi dan keterampilan
klinis baru, partisipasi penuh di pertemuan ilmiah)
4. Kepandaian berkomunikasi antar personal: partisipasi aktif di ronde ilmiah, konsultasi tim dan
kepemimpinan tim)
5. Profesionalisme : pendapat pimpinan staf medis terkait isu klinis dan isu profesi, aktif membantu diskusi
panel tentang etik, ketepatan waktu pelayanan di rawat jalan maupun rawat inap dan partisipasi di
masyarakat
6. Praktik berbasis sistem: pemahaman terhadap regulasi rumah sakit yang terkait dengan tugasnya,
seperti sistem asuransi medis, asuransi kesehatan (JKN), sistem kendali mutu dan biaya. Peduli pada
masalah resistensi antimikroba).
7. Mengelola sumber daya: berpartisipasi dalam kendali mutu dan biaya, kepedulian terhadap biaya yang
ditanggung pasien, berpatisipasi dalam proses seleksi pengadaan
3. KINERJA KLINIS
RS mengumpulkan berbagai data:
1. Harus dikumpulkan sedemikian rupa agar teridentifikasi staf medis yang berperan dan terkait dengan
praktik klinis seorang anggota staf medis.
a) Dapat menjadi rujukan (benchmark) didalam KSM/Unit layanan atau diluarnya untuk mengetahui pola
individu dari staf medis.
W Direktur
Kepala bidang/divisi/Bagian
Kepala SDM
Komite medis
Staf medis 129
Elemen penilaian KKS 11 Telusur Skor
132
EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
1. EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
BERKELANJUTAN
Standar KKS 12
Penetapan ulang
Penetapan ulang adalah proses tinjauan terhadap dokumentasi
anggota staf medis untuk verifikasi:
a. kelanjutan izin (licence);
b. apakah anggota staf medis tidak terkena tindakan etik dan disiplin
dari MKEK dan/atau MKDKI;
c. apakah tersedia dokumen untuk mendukung penambahan
kewenangan klinis atau tanggung jawab di rumah sakit;
d. apakah anggota staf medis mampu secara fisik dan mental
memberikan asuhan dan pengobatan tanpa supervisi;
Maksud dan Tujuan KKS 12
e. informasi yang dibutuhkan untuk tinjauan ini dikumpulkan dari internal,
monitoring, dan evaluasi berkelanjutan setiap anggota staf termasuk juga
dari sumber luar seperti organisasi profesi atau sumber instansi resmi. File
kredensial dari seorang anggota staf medis harus menjadi sumber
informasi yang dinamis dan selalu ditinjau secara teratur. Contohnya, jika
seorang anggota staf menyerahkan sertifikat kelulusan sebagai hasil dari
pelatihan spesialisasi khusus, kredensial baru ini harus diverifikasi segera
dari sumber yang mengeluarkan sertifikat. Sama halnya, jika instansi dari
luar (MKEK/MKDKI) menyelidiki kejadian sentinel terkait seorang anggota
staf medis dan memberi sanksi maka informasi ini harus digunakan untuk
evaluasi muatan kewenangan klinis anggota staf medis. Untuk menjamin
bahwa file staf medis lengkap dan akurat, file diperiksa paling sedikit 3
(tiga) tahun sekali dan ada catatan di file tindakan yang diberikan atau
tindakan tidak diperlukan sehingga penempatan staf medis dapat
berlanjut.
Maksud dan Tujuan KKS 12
Pertimbangan untuk merinci kewenangan klinis saat penetapan ulang mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a) anggota staf medis dapat diberikan kewenangan klinis tambahan berdasar atas pendidikan dan
pelatihan lanjutan. Pendidikan dan pelatihan diverifikasi dari sumber aslinya (lembaga
pemerintah atau kolegium). Pemberian penuh kewenangan klinis tambahan mungkin ditunda
sampai proses verifikasi lengkap atau jika dibutuhkan waktu harus dilakukan supervisi sebelum
kewenangan klinis diberikan. Contoh, jumlah kasus yang harus disupervisi dari kardiologi
intervensi;
b) kewenangan klinis anggota staf medis dapat dilanjutkan, dibatasi, atau dihentikan berdasar
atas:
c) Hasil dari proses tinjauan praktik profesional berkelanjutan;
d) pembatasan kewenangan klinis dari organisasi profesi, KKI, MKEK, MKDKI, atau badan resmi
lainnya;
e) temuan rumah sakit dari hasil evaluasi kejadian sentinel atau kejadian lain;
f) kesehatan staf medis;
g) permintaan staf medis.
Elemen penilaian KKS 12 Telusur Skor
138
Elemen penilaian KKS 12 Telusur Skor
Standar KKS 13
keperawatan. (D,W)
Komite Keperawatan
W
Kepala unit kerja
Staf Keperawatan
148
Standar KKS 15
151
Elemen penilaian KKS 15 Telusur Skor
2. Ada dokumentasi D Bukti dokumen pengembangan 10 TL
pengembangan profesionalisme profesional berkelanjutan, - -
antara lain pengembangan keterlibatan staf keperawatan 0 TT
profesional berkelanjutan, dalam aktivitas peningkatan mutu
keikutsertaan dalam riset, atau perolehan penghargaan atas
publikasi, keterlibatan staf prestasinya
keperawatan dalam aktivitas
peningkatan mutu. (D,W) W Direktur
Tim Mutu
Staf Keperawatan
3. Ada dokumentasi evaluasi D Bukti penilaian kinerja klinis staf 10 TL
kinerja klinis staf keperawatan keperawatan didokumentasikan 5 TS
tahunan. (D,W) dalam file kredensial keperawatan 0 TT
Komite Keperawatan
W Staf terkait 152
PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN (PPA)
DAN STAF KLINIS LAINNYA
Standar KKS 16
166
Elemen penilaian KKS 18 Telusur Skor
2. Ada dokumentasi D Bukti dokumen pengembangan 10 TL
pengembangan profesionalisme profesional berkelanjutan, 5 TS
antara lain pengembangan keterlibatan profesional pemberi 0 TT
profesional berkelanjutan, asuhan (PPA) dan staf klinis lainnya
keikutsertaan dalam riset, dalam aktivitas peningkatan mutu
publikasi, keterlibatan profesional atau perolehan penghargaan atas
pemberi asuhan (PPA) dan staf prestasinya
klinis lainnya dalam aktivitas
peningkatan mutu. (D,W) W Direktur
Tim Mutu
PPA
167
Elemen penilaian KKS 18 Telusur Skor
168
TERIMA KASIH
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT
(PKPO)
DR.Dr.Sutoto,M.Kes
UNDANG UNDANG RUMAH SAKIT bermutu, bermanfaat, aman dan
terjangkau.
Standar yan kefarmasian
Yan kefarmasian dilakukan oleh
orang yg memiliki kompetensi dan
kewenangan
Sutoto.KARS 2
TUJUAN PELAYANAN KEFARMASIAN RS
Standar PKPO 1
2. Ada bukti seluruh apoteker memiliki D Bukti ijin (STRA dan SIPA) semua 10 TL
ijin dan melakukan supervisi sesuai apoteker dan hasil supervisi yang 5 TS
dengan penugasannya (D,W) dilakukan 0 TT
4. Ada bukti sumber informasi obat yang D Bukti formularium/MIMS yang terkini ada 10 TL
tepat, terkini, dan selalu tersedia bagi semua disemua layanan yang terlibat dalam 5 TS
yang terlibat dalam penggunaan obat. penggunaan obat 0 TT
(D,O,W)
O Lihat Instalasi Farmasi, unit-unit kerja terkait
Standar PKPO 2
W Kepala Pengadaan
Kepala Instalasi Farmasi
Staf Farmasi
3. Ada bukti pengadaan obat berdasar D Bukti tentang pengadaan berdasarkan 10 TL
atas kontrak (lihat juga TKRS 7.1). (D) kontrak - -
0 TT
20
Standar PKPO 2.1.1
23
PENYIMPANAN
Standar PKPO 3
2. Ada bukti obat dan zat kimia yang O Pastikan semua obat yang keluar 10 TL
digunakan untuk mempersiapkan obat dari farmasi diberi label obat yang 5 TS
diberi label yang terdiri atas isi/nama terdiri atas isi/nama obat, tanggal 0 TT
obat, tanggal kedaluwarsa, dan kedaluwarsa, dan peringatan khusus
peringatan khusus (lihat juga MFK 5 EP termasuk obat racikan
1). (O,W)
W Kepala instalasi farmasi
Apoteker
Staf Instalasi farmasi 26
Elemen penilaian PKPO 3 Telusur Skor
27
Elemen penilaian PKPO 3 Telusur Skor
• Elektrolit Konsentrat:
• Potasium Fosfat Dengan Konsentrasi Sama Atau Lebih Besar Dari 3
Mmol/Ml Dan
• Natrium Klorida Dengan Konsentrasi Lebih Dari 0,9%
• Magnesium Sulfat Dengan Konsentrasi 50% Atau Lebih
• Elektrolit Dengan Konsentrasi Tertentu:
• Potasium Klorida Dengan Konsentrasi 1 Meq/Ml Atau Lebih
• Magnesium Sulfat Dengan Konsentrasi 20%, 40%, Atau Lebih.
Maksud dan Tujuan PKPO 3.2
• Elektrolit konsentrat dan eletrolit dengan konsentrasi
tertentu termasuk obat yang perlu diwaspadai (high
alert medication). Oleh karena itu rumah sakit perlu
mengatur penyimpanan elektrolit konsentrat tersebut.
Elektrolit konsentrat dan eletrolit dengan konsentrasi
tertentu tidak disimpan di unit perawatan untuk mencegah
kekeliruan pemberian yang tidak disengaja (lihat juga SKP 3.1
EP 2).
• Rumah sakit juga perlu memiliki mekanisme pengawasan
untuk semua lokasi, dimana elektrolit konsentrat disimpan.
DAFTAR ELEKTROLIT KONSENTRAT
KARS
Elemen penilaian PKPO 3.2 Telusur Skor
1. Ada regulasi rumah sakit tentang R Regulasi tentang proses larangan 10 TL
proses larangan menyimpan penyimpanan elektrolit konsentrat - -
elektrolit konsentrat dan eletrolit dan eletrolit dengan konsentrasi 0 TT
dengan konsentrasi tertentu di luar tertentu sesuai EP.
instalasi/depo farmasi. (lihat juga
SKP 3.1). (R)
2. Ada bukti penyimpanan elektrolit O Lihat tempat penyimpanan Elektrolit 10 TL
konsentrat dan eletrolit dengan konsentrat dan eletrolit dengan 5 TS
konsentrasi tertentu yang baik, konsentrasi tertentu 0 TT
benar, dan aman sesuai dengan
regulasi. (O,W) W Kepala Instalasi Farmasi
Apoteker
Staf Farmasi
38
Elemen penilaian PKPO 3.2 Telusur Skor
39
Standar PKPO 3.3
50
Elemen penilaian PKPO 3.5 Telusur Skor
51
PERESEPAN DAN PENYALINAN
Standar PKPO 4
W Staf Medis
Perawat
Apoeteker
54
Elemen penilaian PKPO 4 Telusur Skor
3. Ada bukti pelaksanaan rekonsiliasi D Bukti pelaksanaan rekonsiliasi obat 10 TL
obat oleh apoteker pada saat pasien oleh apoteker pada saat pasien masuk, 5 TS
masuk, pindah unit pelayanan, dan pindah unit pelayanan, dan sebelum 0 TT
sebelum pulang. (D,W) pulang.
W Perawat
Kepala Instalasi Farmasi
Apoteker
Staf Farmasi
4. Rekam medis memuat riwayat D Bukti catatan riwayat penggunaan 10 TL
penggunaan obat pasien. (D,O) obat pasien dalam rekam medis 5 TS
0 TT
O Lihat rekam medis di ruang rawat
inap; rekam medis rawat jalan 55
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Standar PKPO 4.1
64
Elemen penilaian PKPO 4.2 Telusur Skor
65
Standar PKPO 4.3
68
Contoh
Tabel Pencatatan Obat
Label identitas pasien
No TGL/JAM NAMA OBAT DAN Rute Nama Dr Apoteker Diberikan Oleh Waktu Keterangan
DOSIS /Tanda Pemberian
Penelaah:
Tangan
1
Misal : Bila perlu,
Tapering off, stop
Sutoto.KARS 69
Elemen penilaian PKPO 4.3 Telusur Skor
ARK 4.2 EP 4: Ringkasan pulang memuat obat yang diberikan termasuk obat setelah pasien keluar rumah
sakit. (D)
70
PERSIAPAN DAN PENYERAHAN
Standar PKPO 5
• Pencampuran
obat IV
• Repackaging
Anti biotic
CYTOTOXIC HANDLING CABINE
negative pressure
• Pencampuran
obat
KEMOTERAPI
Sutoto.KARS 75
Elemen penilaian PKPO 5 Telusur Skor
Standar PKPO 6
87
Standar PKPO 6.1
W Perawat
Apoteker klinis
W Apoteker
Perawat
95
PEMANTAUAN (MONITOR)
Standar PKPO 7
W Apoteker
3. Ada bukti pemantauan efek D Bukti monitoring efek samping obat dan 10 TL
samping obat dan pelaporannya pelaporannya 5 TS
sesuai dengan peraturan perundang- 0 TT
undangan. (D,W) W Komite/Tim Farmasi dan Terapi
Kepala Instalasi Farmasi
Apoteker
Staf Farmasi 98
Standar PKPO 7.1
102
Elemen penilaian PKPO 7.1 Telusur Skor
3. Ada bukti tim keselamatan D 1) Bukti pelaksanaan tim 10 TL
pasien rumah sakit menerima keselamatan pasien menerima 5 TS
laporan kesalahan penggunaan laporan kesalahan penggunaan 0 TT
obat (medication error) dan obat
mencari akar masalah atau 2) Bukti pelaksanaan mencari akar
investigasi sederhana, solusi dan masalah/investigasi sederhana
tindak lanjutnya, serta 3) Bukti pencarian solusi dan tindak
melaporkan kepada Komite lanjutnya
Nasional Keselamatan Pasien 4) Bukti laporan ke Komite Nasional
(lihat juga PMKP 7). (D,W) Keselamatan Pasien dan
SISMADAK
MERAH &
KTD KUNING
RISK
GRADING BIRU &
KNC HIJAU
INVESTIGASI
SEDERHANA
TERIMA KASIH
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)
• Jml Standar sama
SNARS edisi 1
• Jml EP sama
• Ada perubahan kalimat
SNARS edisi 1.1 di Standar, Elemen
Penilaian dan maksud
tujuan, tetapi tdk banyak
• Diberlakukan mulai 1
Januari 2020
KEPEMIMPINAN DAN TATA KELOLA
Standar PPI 1
8
Elemen penilaian PPI 1 Telusur Skor
2. Ada bukti kegiatan pelaksanaan D Bukti rapat koordinasi Komite/Tim PPI 10 TL
koordinasi ketua Komite atau Tim PPI dengan IPCN, termasuk tentang: 5 TS
dengan IPCN sesuai dengan ukuran 1) Penetapan angka infeksi yang akan 0 TT
dan kompleksitas pelayanan rumah diukur
sakit. (D,W) 2) Risiko infeksi serta supervisi yang
akan dilakukan
3) Laporan IPCN kepada Ketua
Komite/Tim PPI
W • Komite/Tim PPI
• IPCN
3. Ada bukti pelaporan pelaksanaan D Bukti laporan kegiatan PPI kepada 10 TL
kegiatan PPI oleh ketua Komite/ Tim Direktur RS setiap 3 bulan - -
PPI kepada pimpinan rumah sakit 0 TT
setiap 3 bulan. (D,W). W • Komite/Tim PPI
• Direktur RS
9
Standar PPI 2
18
Standar PPI 4
2. Tersedia fasilitas yang cukup untuk O Lihat fasilitas yang tersedia untuk menunjang 10 TL
menunjang pelaksanaan program PPI. (O,W) kegiatan PPI, antara lain ketersediaan hand 5 TS
rub, tissue, APD, dll 0 TT
W • Komite/Tim PPI
• Kepala unit/Kepala ruangan
3. Rumah sakit mempunyai sistem informasi D Bukti data dan analisis angka infeksi yang 10 TL
untuk mendukung program PPI, khususnya dihasilkan dariSISMADAK sesuai dengan MIRM 5 TS
terkait dengan data dan analisis angka 1.1 dan PMKP 2.1 EP 3 0 TT
infeksi. (D,O,W)
O Lihat SISMADAK, software dan hardware
W • Komite/Tim PPI
• IPCN
• IPCLN 23
• Staf SIM-RS
Elemen penilaian PPI 4 Telusur Skor
• Komite/Tim PPI
W • IPCN
• IPCLN
• Kepala bidang/divisi keperawatan
• Kepala unit pelayanan/Kepala ruang
O Lihat pelaksanaan:
- kepatuhan penggunaan APD dan
ketersediaan fasilitasnya
- ketersediaan safety box di unit-unit
pelayanan
- proses penyuntikan dan pembuangan
jarum
W • Komite/Tim PPI
• IPCN
• IPCLN
• Kepala SDM
• Rumah sakit mengumpulkan dan mengevaluasi data infeksi yang revelan dengan risiko infeksi akibat tindakan
dan infeksi yang penting secara epidemiologis di rumah sakit, meliputi:
a) Saluran pernapasan, seperti prosedur dan tindakan terkait intubasi, bantuan ventilasi mekanik,
trakeostomi, dan lain lain
b) Saluran kencing, seperti pada kateter, pembilasan urine, dan lain lain
c) Alat invasive intravaskuler, saluran vena verifer, saluran vena central, dan lain lain
d) Lokasi operasi, perawatan, pembalutan luka, prosedur aseptic, dan lain lain
e) Penyakit dan organisme yang penting dari sudut epidemiologik, seperti multi drug resistant organism,
infeksi yang virulen
f) Timbulnya infeksi baru atau timbul kembalinya infeksi di masyarakat.
Maksud dan Tujuan PPI 6, PPI 6.1, PPI 6.2
• Sebagai tambahan, penggunaan ilmu pengetahuan terkait dengan pengendalian infeksi
melalui strategi seperti penggunaan panduan praktik klinis (lihat juga TKRS 11.2),
penerapan program pengendalian resistensi antimikroba (lihat juga Prognas sasaran ke IV) ,
penerapan program pengurangan infeksi rumah sakit dan masyarakat, dan inisiatif untuk
mengurangi penggunaan alat invasif yang tidak perlu dapat secara signifikan mengurangi
tingkat infeksi.
• Proses pencegahan dan pengendalian infeksi dirancang untuk menurunkan risiko infeksi
bagi pasien, staf, dan lainnya. Untuk mencapai tujuan ini, rumah sakit harus secara proaktif
mengidentifikasi risiko infeksi, mengukur angka infeksi, dan tren infeksi terkait pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit menggunakan informasi pengukuran/indikator
untuk meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi dan untuk mengurangi tingkat
infeksi terkait pelayanan kesehatan ke tingkat serendah mungkin. Sebuah rumah sakit
dapat menggunakan data pengukuran/indikator dan informasi terbaik dengan memahami
tingkat dan tren di rumah sakit lain yang serupa dan berkontribusi data ke database terkait
infeksi. (lihat juga PMKP 7.1 EP 4; MIRM 4 EP 2).
Maksud dan Tujuan PPI 6, PPI 6.1, PPI 6.2
• Analisis data kejadian infeksi meliputi :
1) Analisis kecenderungan infeksi di rumah sakit
2) Analisis tingkat infeksi dibandingkan dengan standar/praktik terbaik
3) Analisa kejadian infeksi sebagai kejadian tidak diharapkan (KTD) rumah
sakit
W • Komite/Tim PPI
• IPCN
37
Standar PPI 6.1
Rumah sakit menelusuri tingkat infeksi, kejadian infeksi,
dan kecenderungan dari infeksi terkait layanan kesehatan
serta melakukan upaya menurunkan angka infeksi
tersebut.
Elemen penilaian PPI 6.1 Telusur Skor
1. Ada bukti rumah sakit telah D Bukti hasil analisis data kejadian infeksi 10 TL
melakukan analisis tingkat infeksi, meliputi 1) sampai 3) 5 TS
kejadian infeksi, dan kecenderungan dari 0 TT
infeksi yang sudah diintegrasikan dengan W • Komite/Tim PPI
program mutu dan keselamatan pasien, • Komite/Tim PMKP
meliputi 1) sampai dengan 3) yang ada di • IPCN
maksud dan tujuan. (D,W) • IPCLN
2. Ada bukti rumah sakit telah menyusun D Bukti penyusunan rencana tindak lanjut 10 TL
rencana tindak lanjut (redesign kegiatan) (redesign kegiatan) untuk menurunkan 5 TS
untuk menurunkan angka infeksi angka infeksi berdasar atas hasil analisis 0 TT
berdasar atas hasil analisis pada EP 1. pada EP 1
(D,W)
W • Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
39
Elemen penilaian PPI 6.1 Telusur Skor
3. Ada bukti rumah sakit D Bukti pelaksanaan 10 TL
5 TS
telah melaksanakan rencana tindak lanjut 0 TT
rencana tindak lanjut (redesign kegiatan)
(redesign kegiatan) yang sebagai tindak lanjut dari
ada di EP 2 (D,W) EP 2
W • Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
40
Standar PPI 6.2
Rumah sakit secara proaktif melakukan asesmen
risiko infeksi yang dapat terjadi dan menyusun
strategi untuk menurunkan risiko infeksi tersebut.
Elemen penilaian PPI 6.2 Telusur Skor
1. Ada bukti rumah sakit secara proaktif D Bukti dokumen risk register yang terdiri dari 10 TL
melakukan manajemen risiko infeksi yang risk asesmen infeksi (ICRA-HAIs) akibat 5 TS
dapat terjadi paling sedikit setahun sekali. tindakan atau penularan dan pengelolaan 0 TT
(D,W) risikonya
W • Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
• Kepala bidang/divisi
• Kepala unit pelayanan
2. Ada bukti rumah sakit telah melaksanakan D Bukti pelaksanaan pengelolaan risiko 10 TL
pengelolaan risiko untuk menurunkan risiko berdasarkan tingkat risiko 5 TS
infeksi berdasarkan tingkat risiko . (D,W) 0 TT
W • Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
• Kepala bidang/divisi
42
• Kepala unit pelayanan
PERALATAN MEDIS DAN ALAT KESEHATAN HABIS PAKAI
PERALATAN MEDIS DAN ALAT KESEHATAN HABIS PAKAI
Standar PPI 7
Rumah sakit melaksanakan identifikasi prosedur dan
proses asuhan invasif yang berisiko infeksi serta
menerapkan strategi untuk menurunkan risiko infeksi.
Maksud dan Tujuan PPI 7 dan PPI 7.1
• Rumah sakit melakukan asesmen dan memberi asuhan
kepada pasien dengan menggunakan banyak proses
sederhana maupun kompleks, masing masing dengan
tingkatan risiko infeksi terhadap pasien dan staf, misalnya
pencampuran obat suntik, pemberian suntikan, terapi
cairan, lumbal punksi dan lain sebagainya. Dalam hal ini
sangat penting mengukur dan mengkaji proses tersebut
dan melaksanakan regulasi, pelatihan, edukasi, kegiatan
berdasar bukti pelaksanaan yang telah dirancang untuk
menurunkan risiko infeksi (lihat juga ARK 6).
Maksud dan Tujuan PPI 7 dan PPI 7.1
Rumah sakit juga melakukan manajemen risiko terhadap
kegiatan penunjang di rumah sakit yang harus mengikuti
prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi serta
melaksanakan strategi untuk menurunkan risiko infeksi,
namun tidak terbatas pada:
a) sterilisasi alat;
b) pengelolaan linen/londri;
c) pengelolaan sampah;
d) penyediaan makanan;
e) kamar jenazah.
Elemen penilaian PPI 7 Telusur Skor
W • Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
• Kepala bidang/divisi
• Kepala unit pelayanan 48
Elemen penilaian PPI 7 Telusur Skor
3. Rumah sakit melaksanakan strategi D Bukti pelaksanaan strategi untuk 10 TL
untuk menurunkan risiko infeksi pada menurunkan risiko infeksi sebagai tindak 5 TS
prosedur dan proses asuhan invasif yang lanjut EP 2 0 TT
berisiko infeksi. (D,O,W,S)
O Lihat pelaksanaan pencampuran obat
suntik, pemberian suntikan, terapi cairan,
punksi lumbal
W • Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
• Kepala unit/Kepala ruangan
50
Standar PPI 7.1
2. Ada bukti risk register dan strategi untuk 1) Bukti tentang risk register infeksi pada
menurunkan risiko infeksi pada kegiatan sterilisasi
D prosedur dan proses sterilisasi
10 TL
alat. (D,W) 2) Bukti strategi untuk penurunan risiko infeksi 5 TS
0 TT
• Komite/Tim PPI
W • Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
• Kepala bidang/divisi
• Kepala unit sterilisasi 52
Elemen penilaian PPI 7.1 Telusur Skor
3. Ada bukti risk register dan D 1) Bukti tentang risk register 10 TL
strategi untuk menurunkan risiko infeksi pada pengelolaan 5 TS
infeksi pada kegiatan pengelolaan linen/londri 0 TT
linen/londri. (D,W) 2) Bukti strategi untuk
penurunan infeksi
• Komite/Tim PPI
W• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
• Kepala bidang/divisi
• Kepala unit linen/londri
53
Elemen penilaian PPI 7.1 Telusur Skor
4. Ada bukti risk register dan D 1) Bukti tentang risk register 10 TL
strategi untuk menurunkan risiko infeksi pada pengelolaan 5 TS
infeksi pada kegiatan pengelolaan sampah 0 TT
sampah. (D,W) 2) Bukti strategi untuk
penurunan infeksi
W • Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
• Kepala bidang/divisi
• IPSRS
54
Elemen penilaian PPI 7.1 Telusur Skor
5. Ada bukti risk register dan D 1) Bukti tentang risk register 10 TL
strategi untuk menurunkan risiko infeksi pada penyediaan 5 TS
infeksi pada kegiatan penyediaan makanan 0 TT
makanan. (D,W) 2) Bukti strategi untuk
penurunan infeksi
W • Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• IPCLN
• Kepala bidang/divisi
• Kepala gizi
55
Elemen penilaian PPI 7.1 Telusur Skor
W• Komite/Tim PPI
• Komite/Tim PMKP
• IPCN
• Kepala bidang/divisi
• Kepala kamar jenazah
56
Standar PPI 7.2
Rumah sakit mempunyai kewajiban memiliki pusat sterilisasi sesuai dengan prinsip-
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi serta peraturan perundangan, namun
untuk disinfeksi khususnya disinfeksi tingkat rendah, tidak mungkin seluruhnya
dilaksanakan di pusat sterilisasi. Karena itu kepala unit sterilisasi agar melakukan
koordinasi pelaksanaan sterilisasi (bila masih ada yang diluar pusat sterilisasi) dan
pelaksanaan disinfeksi yang tidak dimungkinkan semuanya dilakukan di pusat
sterilisasi sehingga semua pelaksanaan sterilisasi, desinfeksi tingkat tinggi dan
desinfeksi tingkat rendah seragam di seluruh area rumah sakit.
Maksud dan Tujuan PPI 7.2 dan PPI 7.2.1
Bahan medis habis pakai (BMHP) yang steril seperti kateter, benang, dan
sebagainya ditentukan tanggal habis pakainya. Jika waktu habis pakainya sudah
lewat, produsen barang tidak menjamin sterilitas, keamanan atau stabilitasnya.
Beberapa bahan medis habis pakai berisi pernyataan bahwa barang tetap steril
sepanjang kemasan masih utuh tidak terbuka.
Ada 2 (dua) risiko jika menggunakan lagi (reuse) alat sekali pakai. Terdapat risiko
tinggi terkena infeksi dan juga terdapat risiko kinerja alat tidak cukup atau tidak
dapat terjamin sterilitas serta fungsinya.
Elemen penilaian PPI 7.1 Telusur Skor
62
Elemen penilaian PPI 7.1 Telusur Skor
2. Ada bukti bangunan, peralatan D 1) Bukti alur/denah ruang 10 TL
dan alur dekontaminasi, CSSD/pusat sterilisasi 5 TS
precleaning, cleaning, desinfeksi, 2) Bukti daftar inventaris alat di 0 TT
dan sterilisasi peralatan medis di pusat sterilisasi
pusat sterilisasi sudah sesuai 3) Bukti pencatatan dan pelaporan
dengan prinsip-prinsip PPI. kegiatan sterilisasi
(D,O,W)
O Lihat alur dekontaminasi,
precleaning, cleaning, desinfeksi,
dan sterilisasi peralatan medis di
pusat sterilisasi
W • Kepala/staf sterilisasi
• IPCN
63
Elemen penilaian PPI 7.1 Telusur Skor
3. Rumah sakit D Bukti rapat tentang koordinasi 10 TL
mengoordinasikan pelayanan pelayanan sterilisasi dan 5 TS
sterilisasi dan disinfeksi tingkat disinfeksi tingkat tinggi dan 0 TT
tinggi dan tingkat rendah di tingkat rendah di luar pusat
luar pusat sterilisasi. (D,O,W) sterilisasi
W • IPCN
• Kepala/staf sterilisasi
• Unit terkait
64
Elemen penilaian PPI 7.1 Telusur Skor
4. Rumah sakit menjamin D Bukti supervisi sterilisasi dan 10 TL
proses sterilisasi dan disinfeksi disinfeksi tingkat tinggi dan 5 TS
tingkat tinggi dan tingkat tingkat rendah di luar pusat 0 TT
rendah di luar pusat sterilisasi sterilisasi:
seragam. (D,O,W) 1) Bukti form ceklis
2) Bukti pelaksanaan supervisi
W • IPCN
• Kepala/staf sterilisasi
• Unit terkait
65
Standar PPI 7.2.1
W • IPCN
• Kepala/staf unit pelayanan 67
Standar PPI 7.3
W • IPCN
• Kepala/staf londri
70
Elemen penilaian PPI 7.3 Telusur Skor
3. Bila linen/londri dilaksanakan oleh pihak D • Dokumen kontrak 10 TL
di luar rumah sakit, harus memenuhi • Sertifikasi mutu 5 TS
sertifikasi mutu dan sesuai dengan peraturan 0 TT
perundang undangan (D, O, W) O • Lihat proses pengiriman linen kotor dan
penerimaan linen bersih dari pihak ke tiga
serta penyimpanan linen bersih di RS.
• Lihat proses penerimaan linen kotor,
proses pencucian, pengeringan,
penyetrikaan dan pengiriman kembali ke
RS dengan cara kunjungan langsung (bila
memungkinkan), sky ip, foto2 atau dengan
cara lainnya)
• Lihat sertifikasi mutu pihak ketiga
Catatan :
TDD : bila tidak melakukan outsourcing londri
W • IPCN
• Penanggung jawab linen/londri
• Pengelola linen pihak ketiga
71
Standar PPI 7.3.1
73
Elemen penilaian PPI 7.3.1 Telusur Skor
2. Prinsip-prinsip PPI diterapkan O • Lihat penerapan prinsip- 10 TL
pada pengelolaan linen/londri, prinsip PPI pada pengelolaan 5 TS
termasuk pemilahan, linen/londri, termasuk 0 TT
transportasi, pencucian, pemilahan, transportasi,
pengeringan, penyimpanan, dan pencucian, pengeringan,
distribusi. (O,W) penyimpanan, dan distribusi
• Lihat hasil supervisi IPCN ke
pengelola linen/londri di luar
RS
W • IPCN
• Kepala/staf linen/londri
• Petugas linen ruangan
• Pengelola linen pihak ketiga 74
Elemen penilaian PPI 7.3.1 Telusur Skor
3. Petugas pada unit londri O • Lihat penerapan penggunaan APD 10 TL
menggunakan alat pelindung • Lihat hasil supervisi IPCN ke pengelola 5 TS
diri (APD) sesuai dengan linen/londri di luar RS 0 TT
ketentuan. (O,W)
W • Kepala/staf linen/londri
• IPCN
79
Elemen penilaian PPI 7.4 Telusur Skor
2. Pengelolaan limbah cairan tubuh D 1) Izin IPAL/IPLC 10 TL
infeksius sesuai dengan regulasi dan 2) Bukti pelaksanaan monitoring dan 5 TS
dilaksanakan monitoring, evaluasi, evaluasi 0 TT
serta tindak lanjutnya. (D,O,W) • Bukti form ceklis
• Bukti hasil monitoring (form ceklist
telah diisi)
1) Bukti telah dilakukan tindak
lanjutnya
81
Elemen penilaian PPI 7.4 Telusur Skor
4. Pengelolaan limbah cair sesuai D 1) Bukti pelaksanaan supervisi 10 TL
dengan regulasi. (D,O,W) • Bukti form ceklis 5 TS
• Bukti hasil supervisi (form ceklist 0 TT
telah diisi)
1) Bukti telah dilakukan tindak
lanjutnya
W • IPCN
• Kepala/staf unit/kepala ruangan 83
• Kepala/staf laboratorium
Elemen penilaian PPI 7.4 Telusur Skor
84
Elemen penilaian PPI 7.4 Telusur Skor
7. Ada bukti pelaksanaan D Bukti supervisi: 10 TL
supervisi dan monitoring 1) Bukti form ceklis 5 TS
terhadap kegiatan butir a) 2) Bukti pelaksanaan supervisi 0 TT
sampai dengan e) pada maksud
dan tujuan. (D,O,W) O Lihat lokasi pengelolaan limbah
RS
W • IPCN
• Kepala/staf kamar operasi
• Kepala/staf BDRS
• Kepala/staf kamar bersalin
• Kepala/staf laboratorium
• Kepala/staf kamar jenazah
Staf terkait 85
Elemen penilaian PPI 7.4 Telusur Skor
8. Bila pengelolaan limbah D Dilaksanakan di luar rumah sakit : 10 TL
dilaksanakan oleh pihak luar rumah 1) Bukti pelaksanaan kerjasama RS 5 TS
sakit harus berdasar atas kerjasama dengan pihak luar RS (Tripartit/RS 0 TT
dengan pihak yang memiliki izin dan dengan pihak transporter dan pihak
sertifikasi mutu sesuai dengan pengolah B-3)
peraturan perundang-undangan 2) Bukti izin transporter
(lihat MFK 5.1 EP 4). (D,O,W) 3) Bukti izin Pengolah limbah B-3
4) Bukti sertifikasi mutu
W • IPCN
• Penanggung jawab kesling
• Petugas pengelolaan limbah
86
Standar PPI 7.4.1
W • IPCN
• Kepala/staf kamar jenazah 88
Elemen penilaian PPI 7.4.1 Telusur Skor
W • IPCN
• IPSRS 94
Elemen penilaian PPI 7.5 Telusur Skor
5. Ada bukti data dokumen limbah benda D Bukti data dokumen limbah benda tajam 10 TL
tajam dan jarum. ( lihat juga di PPI 7.2). dan jarum yang dikelola 5 TS
(D,W) 0 TT
W • IPCN
• IPSRS
• Penanggung jawab kesling
• Penanggung jawab cleaning service
6. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan D Bukti supervisi 10 TL
monitoring oleh IPCN terhadap 1) Bukti form ceklis 5 TS
pengelolaan benda tajam dan jarum sesuai 2) Bukti pelaksanaan supervisi 0 TT
dengan prinsip PPI, termasuk bila
dilaksanakan oleh pihak luar rumah sakit. O Lihat kepatuhan petugas dalam pengelolaan
(D,O,W) benda tajam dan jarum sesuai prinsip PPI
W • IPCN
• IPSRS
• Penanggung jawab kesling
• Penanggung jawab cleaning service
• Kepala unit/Kepala ruangan 95
PELAYANAN MAKANAN
Standar PPI 7.6
Bangunan dapur harus sesuai dengan ketentuan yang meliputi alur mulai bahan makanan masuk
sampai makanan jadi keluar, tempat penyimpanan bahan makanan kering dan basah dengan
temperature yang dipersyaratkan, tempat persiapan pengolahan, tempat pengolahan, pembagian
dan distribusi sesuai peraturan dan perundangan termasuk kebersihan lantai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rumah Sakit agar menetapkan regulasi yang meliputi
a) pelayanan makanan di rumah sakit mulai dari pengelolaan bahan makanan (perencanaan
bahan makanan, pengadaan, penyimpanan, pengolahan, pemorsian, distribusi), sanitasi dapur,
makanan, alat masak, serta alat makan untuk mengurangi risiko infeksi dan kontaminasi silang;
b) standar bangunan, fasilitas dapur, dan pantry sesuai dengan peraturan perundangan termasuk
bila makanan diambil dari sumber lain di luar rumah sakit.
Elemen penilaian PPI 7.6 Telusur Skor
1. Rumah sakit menetapkan R Regulasi tentang pelayanan 10 TL
regulasi tentang pelayanan makanan di RS - -
makanan di rumah sakit yang 0 TT
meliputi butir a) dan b) pada
maksud dan tujuan. (R )
2. Ada bukti pelaksanaan O Lihat pelaksanaan pengelolaan 10 TL
penyimpanan bahan makanan, makanan mulai dari penerimaan 5 TS
pengolahan, pembagian/ bahan makanan, penyimpanan, 0 TT
pemorsian, dan distribusi pengolahan, pemorsian termasuk
makanan sudah sesuai packing, distribusi, pencucian alat
dengan peraturan perundang- makan dan alat masak serta
undangan. (O,W) kebersihan/sanitasi dapur
W Kepala/staf gizi
100
Elemen penilaian PPI 7.6 Telusur Skor
3. Ada bukti pelaksanaan O Lihat pelaksanaan penyimpanan 10 TL
penyimpanan makanan, bahan bahan makanan dan produk nutrisi 5 TS
makanan dan produk nutrisi dengan 0 TT
memperhatikan kesehatan W Kepala/staf gizi
lingkungan meliputi sanitasi, suhu,
pencahayaan, kelembapan, ventilasi,
dan keamanan untuk mengurangi
risiko infeksi. (O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan monitoring D Bukti supervisi: 10 TL
kepatuhan prinsip-prinsip PPI sesuai 1) Bukti form ceklis 5 TS
dengan peraturan perundang- 2) Bukti pelaksanaan 0 TT
undangan. (D,W ) monitoring/supervisi sesuai prinsip
PPI
W • Komite/Tim PPI
• Kepala/staf gizi 101
RISIKO KONTRUKSI
Standar PPI 7.7
W • IPSRS
• Kepala/staf unit terkait
107
Standar PPI 7.7.1
109
Elemen penilaian PPI 7.7.1 Telusur Skor
2. Rumah sakit telah D Bukti pelaksanaan ICRA renovasi 10 TL
melaksanakan penilaian risiko bangunan, dan hasil 5 TS
pengendalian infeksi (infection pemantauan kualitas udara 0 TT
control risk assessment/ICRA) akibat dampak renovasi
pada semua renovasi, kontruksi
dan demolisi sesuai dengan O • Lihat pelaksanaan renovasi
regulasi (Lihat MFK 4.1 EP 2. • Lihat laporan pelaksanaan
(D,O,W) renovasi
W • Komite/Tim PPI
• IPCN
• Bagian Umum
110
TRANSMISI INFEKSI
Standar PPI 8
Kewaspadaan isolasi menciptakan hambatan antara manusia dan kuman, oleh karena itu
pengunjung pasien yang dirawat di ruang isolasi dan juga staf yang memasuki ruang/kamar
isolasi sebaiknya dibatasi.
Elemen penilaian PPI 8 Telusur Skor
117
Elemen penilaian PPI 8 Telusur Skor
2. Rumah sakit menyediakan O Lihat ruang isolasi untuk pasien 10 TL
ruangan untuk pasien yang dengan immuno compromised 5 TS
mengalami immuno 0 TT
compromised sesuai dengan W • IPCN
peraturan perundang- • IPCLN
undangan. (O,W) • Kepala/staf unit pelayanan
3. Ada bukti pelaksanaan D Bukti supervisi: 10 TL
supervisi dan monitoring oleh 1) Bukti form ceklis 5 TS
IPCN terhadap penempatan 2) Bukti pelaksanaan supervisi 0 TT
pasien dengan immuno
compromised. (D)
118
Standar PPI 8.1
W • Kepala/staf IGD
• Kepala/staf rawat jalan
• Kepala/staf rawat inap
• IPCN
• IPCLN 120
Elemen penilaian PPI 8.1 Telusur Skor
3. Ada bukti pelaksanaan monitoring D Bukti supervisi: 10 TL
ruang tekanan negatif mekanis atau 1) Bukti form ceklis 5 TS
alami dan penempatan pasien secara 2) Bukti pelaksanaan supervisi 0 TT
rutin. (D,O,W)
W • Kepala/staf IGD
• Kepala/staf rawat jalan
• Kepala/staf rawat inap
• IPCN
• IPCLN
4. Rumah sakit mempunyai jejaring D Bukti tentang kerjasama RS dengan RS 10 TL
rujukan dengan rumah sakit lainnya. rujukan 5 TS
(D,W) W 0 TT
• Kepala/staf IGD
• Kepala/staf rawat inap 121
Standar PPI 8.2
125
Standar PPI 8.3
W • Komite/Tim PPI
• IPCN
• IPCLN
• Kepala/staf rawat inap
127
Elemen penilaian PPI 8.3 Telusur Skor
3. Ada bukti dilakukan D Bukti pelaksanaan edukasi 10 TL
edukasi kepada staf tentang staf tentang pengelolaan 5 TS
pengelolaan pasien pasien infeksius jika terjadi 0 TT
infeksius jika terjadi ledakan pasien (outbreak)
ledakan pasien (outbreak) penyakit infeksi air borne
penyakit infeksi air borne.
(D,W) W • Komite/Tim PPI
• IPCN
• IPCLN
• Kepala/staf rawat inap
128
Standar PPI 9
134
Elemen penilaian PPI 9.1 Telusur Skor
146
TERIMA KASIH
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
(SKP)
MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR
Standar SKP 1
• Ada 2 (dua) maksud dan tujuan standar ini: pertama, memastikan ketepatan
pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan kedua, untuk
menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien.
Maksud dan Tujuan SKP 1
• Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan terdapat
paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) bentuk identifikasi, yaitu nama pasien,
tanggal lahir, nomor rekam medik, nomor induk kependudukan atau bentuk
lainnya (misalnya, barcode/QR code). Nomor kamar pasien tidak dapat
digunakan untuk identifikasi pasien. Dua (2) bentuk identifikasi ini digunakan
di semua area layanan rumah sakit seperti di rawat jalan, rawat inap, unit
darurat, kamar operasi, unit layanan diagnostik, dan lainnya.
• Dua (2) bentuk identifikasi harus dilakukan dalam setiap keadaan terkait
intervensi kepada pasien. Misalnya, identifikasi pasien dilakukan sebelum
memberikan radioterapi, menerima cairan intravena, hemodialisis,
pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis,
katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap
pasien koma.
Elemen penilaian SKP 1 Telusur Skor
1. Ada regulasi yang mengatur R Regulasi tentang pelaksanaan 10 TL
pelaksanaan identifikasi pasien. (R) identifikasi pasien - -
0 TT
2. Identifikasi pasien dilakukan D Bukti pelaksanaan tentang identitas pasien pada 10 TL
semua berkas rekam medis, identitas pasien
dengan menggunakan minimal 2 tercetak dengan minimal menggunakan 2 (dua) dari 5 TS
(dua) identitas dan tidak boleh 4 (empat) identitas: 0 TT
menggunakan nomor kamar pasien 1) nama pasien sesuai KTP-el
2) tanggal lahir
atau lokasi pasien dirawat sesuai 3) nomor rekam medis
dengan regulasi rumah sakit. (D,O,W) 4) nomor induk kependudukan
5
Elemen penilaian SKP 1 Telusur Skor
3. Identifikasi pasien dilakukan sebelum O Lihat pelaksanaan identifikasi sebelum 10 TL
dilakukan tindakan, prosedur diagnostik, tindakan, prosedur diagnostik dan terapeutik. 5 TS
dan terapeutik. (O,W,S) Identifikasi minimal menggunakan 2 (dua) 0 TT
identitas dari 4 (empat) identitas pasien,
identifikasi dilakukan secara verbal atau visual
W • Staf klinis
• Pasien/keluarga
S Peragaan pelaksanaan
identifikasi pasien 7
MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Standar SKP 2
W • DPJP
• PPJA/Staf Perawat
• Staf klinis lainnya
W • DPJP
• PPJA/Staf Perawat
• Staf klinis lainnya
W • DPJP
• PPJA/Staf perawat
• Staf klinis lainnya
22
MENINGKATNYA KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)
Standar SKP 3
• Kesalahan dapat terjadi jika petugas tidak memperoleh orientasi cukup baik di
unit perawatan pasien dan apabila perawat tidak memperoleh orientasi cukup
atau saat keadaan darurat. Cara paling efektif untuk mengurangi atau
menghilangkan kejadian ini adalah dengan menetapkan proses untuk
mengelola obat yang perlu diwaspadai (high alert medication) dan
memindahkan elektrolit konsentrat dari area layanan perawatan pasien ke
unit farmasi (lihat juga PKPO 3.2).
Maksud dan Tujuan SKP 3
• Rumah sakit membuat daftar semua obat high alert dengan
menggunakan informasi atau data yang terkait penggunaan obat di
dalam rumah sakit, data tentang “kejadian yang tidak diharapkan”
(adverse event) atau “kejadian nyaris cedera” (near miss) termasuk
risiko terjadi salah pengertian tentang Nama Obat Rupa Ucapan
Mirip (NORUM). Informasi dari kepustakaan seperti dari Institute for
Safe Medication Practices (ISMP), Kementerian Kesehatan, dan
lainnya. Obat-obat ini dikelola sedemikian rupa untuk menghindari
kekuranghati-hatian dalam menyimpan, menata, dan
menggunakannya termasuk administrasinya, contoh dengan
memberi label atau petunjuk tentang cara menggunakan obat
dengan benar pada obat-obat high alert.
Maksud dan Tujuan SKP 3
• Untuk meningkatkan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, rumah sakit perlu menetapkan risiko
spesifik dari setiap obat dengan tetap memperhatikan
aspek peresepan, menyimpan, menyiapkan, mencatat,
menggunakan, serta monitoringnya. Obat high alert
harus disimpan di instalasi farmasi. Bila rumah sakit
ingin menyimpan di luar lokasi tersebut, disarankan
disimpan di unit/depo farmasi yang berada di bawah
tanggung jawab apoteker.
Elemen penilaian SKP 3 Telusur Skor
W • Apoteker/TTK
• PPJA dan staf perawat
• Staf klinis 30
Elemen penilaian SKP 3 Telusur Skor
3. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat D Bukti tentang daftar obat yang perlu 10 TL
yang perlu diwaspadai, yang disusun berdasar diwaspadai. 5 TS
data spesifik sesuai kebijakan dan prosedur 0 TT
(D,O,W) O Lihat pelaksanaan penggunaan daftar obat
di unit terkait
W • PPA
• Staf unit pelayanan (Apoteker/TTK)
• Staf klinis
4. Tempat penyimpanan, pelabelan, D Bukti tentang daftar obat yang perlu 10 TL
penyimpanan obat yang perlu diwaspadai, diwaspadai di tempat penyimpanan obat. 5 TS
termasuk obat “look-alike/sound-alike” semua 0 TT
diatur di tempat aman (D,O,W) O Lihat pelaksanaan tempat penyimpanan
obat yang perlu diwaspadai
W • PPA
• Staf unit pelayanan (Apoteker/TTK)
31
Standar SKP 3.1
W • PPA
• Staf unit pelayanan 33
TERLAKSANANYA PROSES TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR,
TEPAT-PASIEN YANG MENJALANI TINDAKAN DAN PROSEDUR
Standar SKP 4
W • DPJP
• Pasien/keluarga 42
Standar SKP 4.1
Standar SKP 5
49
Elemen penilaian SKP 5 Telusur Skor
3. Staf rumah sakit dapat O Lihat pelaksanaan cuci tangan di 10 TL
melakukan cuci tangan sesuai seluruh rumah sakit 5 TS
dengan prosedur. (lihat juga PPI 0 TT
9 EP 3). (W,O,S) W Staf RS
Standar SKP 6
• Contoh situasional risiko adalah jika pasien yang datang ke unit rawat jalan
dengan ambulans dari fasilitas rawat inap lainnya untuk pemeriksaan
radiologi. Pasien ini berisiko jatuh waktu dipindah dari brankar ke meja
periksa radiologi, atau waktu berubah posisi sewaktu berada di meja sempit
tempat periksa radiologi.
Maksud dan Tujuan SKP 6
• Lokasi spesifik dapat menyebabkan risiko jatuh bertambah karena
layanan yang diberikan. Misalnya, terapi fisik (rawat jalan dan
rawat inap) memiliki banyak peralatan spesifik digunakan pasien
yang dapat menambah risiko pasien jatuh seperti parallel bars,
freestanding staircases, dan peralatan lain untuk latihan.
W • PPJA
• Staf klinis 57
Elemen penilaian SKP 6 Telusur Skor
3. Rumah sakit melaksanakan proses D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
asesmen awal dan asesmen ulang dari pelaksanaan asesmen awal dan 5 TS
pasien rawat inap yang berdasar asesmen ulang risiko jatuh 0 TT
catatan teridentifikasi risiko jatuh
(D,W) W • PPJA
• Staf klinis
4. Langkah-langkah diadakan untuk D Bukti pelaksanaan tentang langkah- 10 TL
mengurangi risiko jatuh bagi pasien langkah untuk mengurangi risiko jatuh 5 TS
dari situasi dan lokasi yang 0 TT
menyebabkan pasien jatuh (D,O,W) O Lihat pelaksanaan langkah-langkah
mengurangi risiko jatuh (manajemen
jatuh)
W • PPJA
• Staf klinis
• Pasien/keluarga
58
TERIMA KASIH
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1.1
(7 BAB)
STANDAR (PMKP,PPI,TKRS,
NASIONAL II. KELOMPOK STANDAR MFK, KKS, MIRM)
AKREDITASI MANAJEMEN RS
(6 BAB)
RUMAH
SAKIT III. SASARAN KESELAMATAN
ED 1 PASIEN SKP
PONEK
HIV/AIDS
IV. PROGRAM NASIONAL TB
PPRA
GERIATRI
V. INTEGRASI PENDIDIKAN
KESEHATAN DALAM IPKP
PELAYANAN
PENERAPAN STANDAR IPKP
Seluruh Rumah Sakit
Snars I
KEMENTERIAN LAIN
TNI/POLRI
KEMENDIKNAS
SWASTA
PEMDA KAB/PROP
6 STANDAR , 21 ELEMEN PENILAIAN
GAMBARAN UMUM
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menyatakan pada:
• Pasal 3, tujuan penyelenggaraan rumah sakit, diantaranya adalah memberikan
perlindungan terhadap keselamatan pasien,masyarakat,lingkungan rumah sakit
dan sumberdaya manusia rumah sakit.
• Pasal 5, fungsi rumah sakit adalah penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
• Pasal 22 rumah sakit dapat ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan setelah
memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit Pendidikan.
• Pasal 23 ketentuan lebih lanjut tentang rumah sakit pendidikan diatur dalam
Peraturan Pemerintah (PP Nomor 93 Tahun 2015).
RS PENDIDIKAN
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang
Pendidikan Kedokteran
• Pasal 1 butir 15 menjelaskan bahwa Rumah Sakit Pendidikan adalah
rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan,
penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang
pendidikan kedokteran, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan
kesehatan lainnya secara multiprofesi.
• Pasal 1 butir 16,17 dan 18 menjelaskan tentang rumah sakit
pendidikan utama, rumah sakit pendidikan afiliasi, dan rumah sakit
pendidikan satelit.
RS PENDIDIKAN MENURUT PP 93
No Standar EP
1 IPKP.1 3
2 IPKP.2 3
3 IPKP.3 2
4 IPKP.4 4
5 IPKP.5 4
6 IPKP.6 5
6 Std 21 EP
10
Standar IPKP.1
• Rumah sakit juga harus mendapat informasi tentang output dengan kriteria-kriteria
yang diharapkan dari institusi pendidikan dari pendidikan klinis yang dilaksanakan di
rumah sakit untuk tetap dapat menjaga mutu pelayanan dalam penyelenggaraan
pendidikan klinis di rumah sakit tersebut.
Elemen Penilaian IPKP.1
D Bukti tentang : 10 TL
2. Ada dokumentasi perhitungan peserta
1) daftar jumlah peserta didik per periode, 5 TS
didik yang diterima di rumah sakit per berdasarkan perhitungan jumlah pasien 0 TT
periode untuk proses pendidikan RS/jumlah kasus yang memadai untuk proses
pencapaian kompetensi peserta didik.
disesuaikan dengan jumlah pasien untuk 2) perjanjian kerjasama dengan RS lain, bila
menjamin mutu dan keselamatan pasien. jumlah pasien RS tidak memadai
W Komkordik/Timkordik
(D,W) Kep Departemen
Peserta didik
Rumah sakit memastikan pelaksanaan supervisi yang berlaku untuk setiap jenis
dan jenjang pendidikan staf klinis di rumah sakit.
STANDAR IPKP 5
EDISI 1.1
Standar IPKP.5
Rumah sakit memastikan pelaksanaan pendidikan yang dijalankan untuk
setiap jenis dan jenjang pendidikan staf klinis di rumah sakit aman bagi
pasien dan peserta didik.
Maksud dan Tujuan IPKP. 5
• Supervisi dalam pendidikan menjadi tanggung jawab staf klinis yang memberikan
pendidikan klinis untuk menjadi acuan pelayanan rumah sakit agar pasien, staf, dan
peserta didik terlindungi secara hukum.
• Supervisi diperlukan untuk memastikan asuhan pasien yang aman dan merupakan
bagian proses belajar bagi peserta pendidikan klinis sesuai dengan jenjang
pembelajaran dan level kompetensinya.
• Setiap peserta pendidikan klinis di rumah sakit mengerti proses supervisi klinis,
meliputi siapa saja yang melakukan supervisi dan frekuensi supervisi oleh staf klinis
yang memberikan pendidikan klinis. Pelaksanaan supervisi didokumentasikan dalam
log book peserta didik dan staf klinis yang memberikan pendidikan klinis.
Maksud dan Tujuan IPPK. 5
Dikenal 4 (empat) tingkatan supervisi yang disesuaikan dengan kompetensi dan juga
kewenangan peserta didik sebagai berikut:
Supervisi tinggi: kemampuan asesmen peserta didik belum sahih sehingga keputusan
dalam membuat diagnosis dan rencana asuhan harus dilakukan oleh PPA penanggung
jawab pelayanan (DPJP dan PPJA). Begitu pula tindakan medis dan operatif hanya boleh
dilakukan oleh DPJP. Pencatatan pada berkas rekam medis harus dilakukan oleh DPJP
& PPJA;
Supervisi moderat tinggi: kemampuan asesmen peserta didik sudah dianggap sahih,
namun kemampuan membuat keputusan belum sahih sehingga rencana asuhan yang
dibuat peserta didik harus disupervisi oleh DPJP & PPJA. Tindakan medis dan operatif
dapat dikerjakan oleh peserta didik dengan supervisi langsung (onsite) oleh DPJP.
Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik dan diverifikasi dan divalidasi
oleh DPJP & PPJA;
Maksud dan Tujuan IPKP. 5
• Supervisi moderat: kemampuan melakukan asesmen sudah sahih, tetapi kemampuan
membuat keputusan belum sahih sehingga keputusan rencana asuhan harus
mendapat persetujuan DPJP sebelum dijalankan, kecuali pada kasus gawat darurat.
Tindakan medis dan operatif dapat dilaksanakan oleh peserta didik dengan supervisi
tidak langsung oleh DPJP (dilaporkan setelah pelaksanaan). Pencatatan pada berkas
rekam medis oleh peserta didik dengan verifikasi dan validasi oleh DPJP;
• Supervisi rendah: kemampuan asesmen dan kemampuan membuat keputusan sudah
sahih sehingga dapat membuat diagnosis dan rencana asuhan, namun karena belum
mempunyai legitimasi tetap harus melapor kepada DPJP. Tindakan medis dan operatif
dapat dilakukan dengan supervisi tidak langsung oleh DPJP.
Pencatatan pada berkas rekam medis oleh peserta didik dengan validasi oleh DPJP.
Maksud dan Tujuan IPPK. 5
Penetapan tingkat supervisi peserta didik dilakukan oleh staf klinis yang memberikan
pendidikan klinis, setelah melakukan evaluasi kompetensi peserta didik menggunakan
perangkat evaluasi pendidikan yang dibuat oleh institusi pendidikan.
Beberapa alat evaluasi antara lain;
• Bed site teaching
• Mini Clinical Evaluation Exercise for trainee (Mini-CEX)
• Case Based Discusion (CBD)
• Directly Observed Procedural Skill (DOPS)
• Procedure Based Assesment (PBA)
Elemen Penilaian IPKP.5
1.Ada regulasi tingkat supervisi yang diperlukan oleh setiap peserta pendidikan klinis di
rumah sakit untuk setiap jenjang pendidikan. (R)
2.Setiap peserta pendidikan klinis mengetahui tingkat, frekuensi, dan dokumentasi untuk
supervisinya. (D,W)
3.Ada format spesifik untuk mendokumentasikan supervisi yang sesuai dengan kebijakan
rumah sakit, sasaran program, serta mutu dan keselamatan asuhan pasien. (D)
4.Ada batasan kewenangan peserta pendidikan yang mempunyai akses dalam mengisi
rekam medis. (lihat juga MIRM 13.4) (D)
INSTRUMEN TELUSUR
Elemen penilaian IPKP.5 Telusur Skor
1. Ada tingkat supervisi yang R Regulasi tentang tingkat supervisi utk 10 TL
diperlukan oleh setiap peserta semua tingkat dan jenis peserta - -
pendidikan klinis di rumah sakit pendidikan klinis, termasuk penetapan 0 TT
untuk setiap jenjang pendidikan. (R) frekwensi supervisi untuk setiap
pendidik klinis
Pelaksanaan pendidikan klinis di rumah sakit harus mematuhi regulasi rumah sakit
dan pelayanan yang diberikan berada dalam upaya mempertahankan atau
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
Maksud dan tujuan IPPK.6
Dalam pelaksanaannya program pendidikan klinis tersebut senantiasa
menjamin mutu dan keselamatan pasien. Rumah sakit memiliki rencana dan
melaksanakan program orientasi dengan menerapkan konsep mutu dan
keselamatan pasien yang harus diikuti oleh seluruh peserta pendidikan klinis
serta mengikutserta-kan peserta didik dalam semua pemantauan indikator
mutu dan keselamatan pasien.
Orientasi peserta pendidikan klinis minimal mencakup materi sebagai
berikut:
a) mutu dan keselamatan pasien (lihat juga TKRS 4; TKRS 4.1; TKRS 5; TKRS
11; dan TKRS 11.2);
b) pengendalian infeksi dan PPRA (lihat juga PPI 5, Prognas Standar 4.1);
c) keselamatan penggunaan obat (lihat juga PKPO 7.1);
d) sasaran keselamatan pasien.
Maksud dan tujuan IPPK.6
• Peserta Pendidikan klinis seyogyanya diikut sertakan dalam pelaksanaan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit, yang
disesuaikan dengan jenis dan jenjang pendidikannya. Penugasan peserta
didik dalam pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien diatur
bersama antar Komite PMKP dan kepala unit pelayanan.
• Rumah sakit harus dapat membuktikan bahwa adanya peserta didik di
rumah sakit tidak menurunkan mutu pelayanan dan tidak membahayakan
keselamatan pasien di rumah sakit.
• Hasil survei kepuasan pasien atas pelayanan rumah sakit harus
memasukkan unsur kepuasan atas keterlibatan peserta didik dalam
pelayanan kepada pasien.
Elemen Penilaian IPKP 6
1. Ada program orientasi peserta pendidikan staf klinis dengan materi orientasi yang
meliputi a) sampai dengan d) mengenai maksud dan tujuan (lihat juga KKS 7 EP 1).(R)
2. Ada bukti pelaksanaan dan sertifikat program orientasi peserta pendidikan klinis.
(D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan dan dokumentasi peserta didik yang diikutsertakan dalam
semua program peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit. (D,W)
4. Ada pemantauan dan evaluasi bahwa pelaksanaan pendidikan klinis tidak menurun
kan mutu dan keselamatan pasien yang dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali
setahun yang terintegrasi dengan program mutu dan keselamatan pasien. (D) (lihat
TKRS 1.2 dan TKRS 5 EP 3)
5. Ada survei mengenai kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit atas
dilaksanakannya pendidikan klinis sekurang-kurangnya sekali setahun. (D,W)
INSTRUMEN TELUSUR
EDISI 1
Elemen penilaian IPKP.6 Telusur Skor
1. Ada program orientasi peserta R Regulasi tentang Program orientasi 10 TL
pendidikan staf klinis dengan materi meliputi : - -
orientasi yang meliputi a) sampai 1) program rumah sakit tentang mutu 0 TT
dengan d) mengenai maksud dan dan keselamatan pasien
tujuan (lihat juga KKS 7 EP 1). (R) 2) program pengendalian infeksi (lihat
juga PPI 5);
3) program keselamatan penggunaan
obat (lihat juga PKPO 1);
4) sasaran keselamatan pasien.
(7 BAB)
STANDAR (PMKP,PPI,TKRS,
NASIONAL II. KELOMPOK STANDAR MFK, KKS, MIRM)
AKREDITASI MANAJEMEN RS
(6 BAB)
RUMAH
SAKIT III. SASARAN KESELAMATAN
ED 1 PASIEN SKP
PONEK
HIV/AIDS
IV. PROGRAM NASIONAL TB
PPRA
GERIATRI
V. INTEGRASI PENDIDIKAN
KESEHATAN DALAM IPKP
PELAYANAN
PENYELENGGARAAN PENGENDALIAN
RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA)
Organisasi PRA dipimpin oleh staf medis yang sudah mendapat sertifikat pelatihan
PPRA
Rumah sakit menyusun program pengendalian resistensi antimikroba di rumah
sakit terdiri dari :
a). peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf,
pasien dan keluarga tentang masalah resistensi antimikroba
b). pengendalian penggunaan antibiotik di rumah sakit
c). surveilans pola penggunaan antibiotik di rumah sakit
d). surveilans pola resistensi antimikroba
e). forum kajian penyakit infeksi terintegrasi
MAKSUD & TUJUAN STANDAR PPRA 4
Rumah sakit membuat laporan pelaksanaan program/ kegiatan
PRA meliputi:
a). kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan tentang pengendalian
resistensi antimikroba
b). surveilans pola penggunaan antibiotik di RS (termasuk laporan
pelaksanaan pengendalian antibiotik)
c). surveilans pola resistensi antimikroba
d). forum kajian penyakit infeksi terintegrasi
ELEMEN PENILAIAN STANDAR 4
1. Ada regulasi dan program tentang pengendalian resistensi antimikroba di
rumah sakit sesuai peraturan perundang-undangan. (R)
2. Ada bukti pimpinan rumah sakit terlibat dalam menyusun program. (D,W)
3. Ada bukti dukungan anggaran operasional, kesekretariatan, sarana-
prasarana untuk menunjang kegiatan fungsi, dan tugas organisasi PPRA.
(D,O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan penggunaan antibiotik terapi dan profilaksis
pembedahan pada seluruh proses asuhan pasien sesuai panduan.
(D,O,W)
5. Direktur melaporkan kegiatan PPRA secara berkala kepada KPRA . (D,W)
INSTRUMEN TELUSUR
EDISI 1
Elemen penilaian PPRA 4 Telusur Skor
1) Regulasi tentang pengendalian
1. Ada regulasi tentang pengendalian R 10 TL
resistensi antimikroba di RS - -
resistensi antimikroba di rumah sakit 2) Panduan penggunaan Antibiotik 0 TT
profilaksis dan terapi RS
sesuai peraturan perundang-
3) Program pengendalian resistensi
undangan. (R) antimikroba RS
W Direktur
Kepala unit pelayanan
Kepala bidang/divisi
Komite/Tim
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisiPRA
1 10
Elemen penilaian PPRA 4 Telusur Skor
W Direktur RS
Komite/tim PRA
W Komite/Tim PRA
Komite/Tim PMKP
4. Ada monitoring dan evaluasi D Bukti hasil pencapaian indikator mutu 10 TL
terhadap program pengendalian
5 TS
Direktur RS
W Komite/Tim PRA
0 TT
resistensi antimikroba yang mengacu
Komite/Tim PMKP
pada indikator pengendalian
resistensi antimikroba (D,W)
. KARS 34
PITSELNAS AKREDITASI RUMAH SAKIT KE – V
JCC 5-7 AGUSTUS 2019
SEMI-A
(S = Standar, E = Elemen Penilaian, M = Maksud & tujuan, I =
Instrumen, A = Acuan ke Peraturan PerUUan, Etika Profesi, Standar Profesi,
Standar Internasional.)
Lab
“Bag X” Lab
Lab PA
“Anak” “Pelayanan”
Lab di Ruang, POCT
Standar AP.5
Pelayanan laboratorium tersedia utk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua
pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan.
Pelayanan Lab Terintegrasi
Elemen Penilaian AP.5 Daftar pemeriksaan
1. Ada regulasi ttg pengorganisasian dan pengaturan pelayanan lab secara
terintegrasi. (R)
2. Ada pelaksanaan pelayanan lab tersedia 24 jam. (O,W)
3. Ada daftar spesialis dalam bidang diagnostik khusus yg dapat dihubungi
jika dibutuhkan (W)
4. Ada bukti pemilihan lab di luar RS (pihak ketiga) utk kerjasama
berdasarkan pd sertifikat mutu dan diikuti perjanjian kerjasama sesuai
peraturan perUUan. (D,W)
5. Ada bukti pelaksanaan rujukan lab keluar RS (pihak ketiga) harus melalui
lab RS. (D,W) “Kebijakan satu Pintu”
(Juga
5.10) Izin, Mutu, PME, MOU
AP.5
Staf – kredensial
Siapkan Daftar SDM
Elemen Penilaian AP.5.2
1. RS melakukan analisis pola ketenagaan staf lab yg adekuat utk memenuhi
kebutuhan pasien (lihat juga KKS 2 dan KKS 2.1). (D,W)
2. Staf lab yg membuat interpretasi, memenuhi persyaratan kredensial. (lihat
juga KPS.10). (D,W)
3. Staf lab dan staf lain yg melaksanakan tes termasuk yg mengerjakan Tes di
Ruang Rawat (TRR / Point of Care Testing) pasien, memenuhi persyaratan
kredensial (lihat juga KPS.4, EP 1). (D,W)
4. Ada pelaksanaan supervisi pelayanan lab di RS. (R,D)
AP.5.2
1. RS melakukan analisis pola D Bukti tentang analisis pola 10 TL
ketenagaan staf laboratorium ketenagaan sesuai dengan 5 TS
yang adekuat untuk memenuhi KKS 2 dan KKS 2.1 0 TT
kebutuhan pasien. (lihat juga KKS
2 dan KKS 2.1). (D,W) W Kepala SDM
Kepala unit laboratorium
2. Staf laboratorium yang D Bukti kredensial dari staf 10 TL
membuat interpretasi, memenuhi medis laboratorium yang 5 TS
persyaratan kredensial (lihat juga membuat interpretasi sesuai 0 TT
KKS.10 ). (D,W) dengan KKS 10
W
Komite medis
Sub komite kredensial
Staf medis
KARS, Nico A. Lumenta 16
AP.5.2
W K3RS
Kepala unit laboratorium
Staf unit laboratorium
Dibawah ini diberikan daftar hal2 yg harus ditangani dan persyaratan yg harus
dilakukan,
a) Pengendalian paparan aerosol
b) Jas lab, jubah atau baju dinas harus dipakai utk perlindungan dan
mencegah kontaminasi, termasuk fasilitas “eye washer“ dan
dekontaminasi.
c) Almari bio-safety dipakai, jika perlu / sesuai kebutuhan
(Maksud dan Tujuan AP.5.3.1)
d) Terdapat regulasi ttg pembuangan bahan infeksius, luka tusuk, terpapar
dgn bahan infeksius. Dlm ketentuan juga diatur, prosedur dekontaminasi,
siapa yg harus dihubungi utk mendapat tindakan darurat, penempatan dan
penggunaan peralatan keamanan. Utk pengelolaan bahan berbahaya
disertakan MSDS (Material Safety Data Sheet) / LDP (Lembar Data
Pengaman)
e) Terdapat prosedur pengumpulan, transpor, penanganan spesimen secara
aman. Juga diatur larangan utk makan, minum, pemakaian kosmetik, lensa
kontak, pipet dimulut di tempat staf bekerja melakukan kegiatannya
f) Staf diberi pelatihan ttg tindakan, cara penularan dan pencegahan penyakit
yg ditularkan melalui darah dan komponen darah
g) Terdapat prosedur untuk mencegah terpapar penyakit infeksi seperti
tuberculosis, MERS dll.
Bila teridentifikasi masalah praktek lab atau terjadi kecelakaan, maka ada tindakan
korektif, dicatat (dokumentasi), dilakukan evaluasi dan dilaporkan kpd Penangg-
jawab / koordinator K3 RS.
Proses Manajemen Risiko
TEGAKKAN KONTEKS
ASESMEN RISIKO
EVALUASI RISIKO
KELOLA RISIKO
RISK REGISTER
28
MEMBANGUN KONTEKS :
- FAKTOR YANG MENDUKUNG DAN YANG MENGHAMBAT
- TENTUKAN TUJUAN DAN SASARAN
- STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN RISIKO
IDENTIFIKASI RISIKO :
-Apa yang bisa terjadi
-Bagaimana kejadiannya
-Mengapa hal itu bisa terjadi
-Kapan hal itu bisa terjadi
-Dimana hal itu bisa terjadi
-Siapa yang bisa tertimpa kejadian tersebut
ASESMEN RISIKO
Analisa risiko
-Dampak & probabilitas
- siapa yang terlibat
-Tingkat risiko
KOMUNIKASI -Kendali yang sudah ada dan yang diperlukan MONITOR
DAN AUDIT
Evaluasi risiko
-Bandingkan tingkat risiko dg ktriteria
KONSULTASI REVIEW
-analisa untung rugi
-Risiko diterima atau tidak
Risiko
Tdk diterima Risiko diterima
Pengelolaan risiko
I
M Share Mitigate & Control
P
A Low Risk Medium Risk
C
T
Accept Control
ACTION :
Can be Clinical Manager / Lead Detailed review & Immediate review
manage by Clinician should urgent treatment & action required
procedure assess the should be at Board level.
consequences againts undertaken by Director must be
Accept risk cost of treating the risk senior management informed
2/5
1/5
33
MSDS 4/5
3/5
34
Standar AP.5.3.2.
Ada prosedur melaporkan hasil laboratorium yg kritis.
Nilai/hasil Lab yg Kritis
Elemen Penilaian AP.5.3.2.
1. Ada regulasi yg disusun secara kolaboratif ttg hasil lab yg kritis,
pelaporan oleh siapa dan kpd siapa, dan tindak lanjutnya. (R)
2. Hasil lab yg kritis dicatat didalam rekam medis pasien (lihat juga SKP 2 .1
EP 2 ) (D,W)
3. Ada bukti tindak lanjut dari pelaporan hasil lab yg kritis secara kolaboratif.
(D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut thd seluruh proses, agar
memenuhi ketentuan serta dimodifikasi sesuai kebutuhan. (D,W)
AP.5.3.2
1. Ada regulasi yang disusun R 1) Regulasi tentang penetapan 10 TL
secara kolaboratif tentang hasil laboratorium yang kritis. - -
hasil laboratorium yang kritis, 2) Prosedur pelaporan dan tindak 0 TT
pelaporan oleh siapa dan lanjutnya, yang disusun secara
kepada siapa, dan tindak kolaboratif
lanjutnya. (R) 3) Bukti proses penyusunan
secara kolaboratif antara lain
rapat berbagai unsur (UMAN)
2. Hasil laboratorium yang D Bukti dalam RM tentang hasil 10 TL
kritis dicatat didalam rekam laboratorium yang kritis 5 TS
medis pasien (lihat juga SKP 2 0 TT
.1 EP 2 ) (D,W) W DPJP
PPJA
Staf klinis
W DPJP
PPJA
Staf unit laboratorium
4. Ada bukti pelaksanaan D Bukti pelaksanaan evaluasi dan 10 TL
evaluasi dan tindak lanjut tindak lanjut terhadap seluruh 5 TS
terhadap seluruh proses, agar proses 0 TT
memenuhi ketentuan serta
dimodifikasi sesuai W DPJP
kebutuhan. (D,W) PPJA
Staf klinis
Staf unit laboratorium
KARS, Nico A. Lumenta 37
Maksud dan Tujuan AP.5.3.2.
Pelaporan dari hasil laboratorium yg kritis adalah bgn dari risiko terkait keselamatan pasien.
Hasil lab yg secara signifikan diluar batas nilai normal dapat memberi indikasi risiko tinggi
atau kondisi yg mengancam kehidupan pasien.
Sangat penting bagi RS utk mengembangkan suatu sistem pelaporan formal yg jelas
menggambarkan bagaimana PPA mewaspadai hasil lab yg kritis dan bagaimana staf
mendokumentasikan komunikasi ini (lihat juga SKP 2, EP 3 dan 4,).
Proses ini dikembangkan RS utk pengelolaan hasil lab yg kritis sbg pedoman bagi PPA
ketika meminta dan menerima hasil lab pada keadaan GD.
Prosedur ini meliputi juga : penetapan hasil lab yg kritis dan ambang nilai kritis bagi
setiap tipe tes, utk setiap pelayanan lab yg ada (a.l. laboratorium Klinik, laboratorium
Patologi Anatomi, laboratorium Mikrobiologi seperti misalnya MRSA (Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus), MRSE (Methicillin-Resistant Staphylococcus.
epidermidis), CRE (Carbapenem-resistant enterobacteriaceae), ESBL(Extended-
spectrum beta-lactamases), Keganasan dsb, oleh siapa dan kpd siapa hasil lab yg
kritis harus dilaporkan, termasuk waktu penyampaian hasil tsb, pencatatan dan
menetapkan metode monitoring yg memenuhi ketentuan.
NO JENIS PEMERIKSAAN LOW HIGH SATUAN
HEMATOLOGI
1 Hematocrit < 15 > 60 %
2 Hemoglobin <7 > 20 g/dL
3 Haptoglobin <40 mg/dL
4 Trombosit (PLT) Dewasa < 50 1000 10^3/µL
5 Trombosit (PLT) Anak-anak < 20 1000 10^3/µL
6 Leukosit (WBC) <2 > 30 10^3/µL
7 Methemoglobin >40 %
HEMOSTASIS
8 Fibrinogen < 100 > 700 mg/dL
9 APTT - > 100 Detik
> 30 atau Detik
10 PT - 3xcontrol
KIMIA DARAH
11 Ammonia - > 40 µmol/L
12 Amylase - > 200 U/L
13 Bilirubin Total - > 20 mg/dL
14 Calcium < 6.5 > 14.0 mg/dL
15 Carbon dioxida < 11 > 40 mEq/L
16 Bicarbonate < 10 > 40 mEq/L
17 Troponin T - >100 ng/L
18 Troponin I - Positif -
19 Cl (Chlorida) < 80 > 115 mEq/L
20 CK - 500 U/L
21 CKMB - > 50 U/L
22 Creatinin - > 4.0 mg/dL 39
23 Glucosa Dewasa laki-laki < 50 > 400 mg/dL
24 Glucose Dewasa perempuan < 50 > 400 mg/dL
25 Glucose Anak-anak <40 >300 mg/dL
26 Glucose bayi baru lahir <30 >300 mg/dL
27 Magnesium < 1.0 > 4.7 mg/dL
28 Osmolalyti < 250 > 320 mOsmol/kg
29 Phospor < 1.1 None mg/dL
30 Kalium Dewasa < 2.5 > 6.5 mEq/L
31 Kalium Anak-anak < 2.5 >8 mEq/L
32 Sodium (Na) <120 >160 mEq/L
33 Ureum <2 >80 mg/dL
34 Insulin >30 µU/mL
BLOOD GAS
35 pH < 7.10 > 7.55
36 Pco2 < 20 > 60 mmHg
37 HCO3 < 15 > 40 mmHg
38 Po2 (dewasa) < 40 None mmHg
2. Ada bukti staf yang D Bukti pelaksanaan uji fungsi oleh staf 10 TL
terlatih melaksanakan uji yang terlatih, dengan bukti sertifikat 5 TS
fungsi dan pelatihan/ kredensial di dalam file 0 TT
didokumentasikan. (D,W) kepegawaian
W
Operator alat
Kepala unit laboratorium
W Operator alat
Staf terlatih
IPSRS
Kepala unit laboratorium
6. Ada daftar inventaris D Bukti daftar inventaris peralatan 10 TL
peralatan laboratorium. 5 TS
laboratorium. (D) 0 TT
9. Terhadap kegiatan a) s/d D Bukti dilakukan evaluasi berkala dan tindak lanjut 10 TL
g ) dalam Maksud dan terhadap masing2 kegiatan a) s/d g) dalam Maksud 5 TS
tujuan dilakukan evaluasi dan Tujuan 0 TT
berkala dan tindak lanjut
(D,W) W Operator alat
Staf terlatih
IPSRS
Kepala unit laboratorium 49
Maksud dan Tujuan AP.5.5
Staf lab harus memastikan semua peralatan lab berfungsi dgn baik dan aman bagi
penggunanya. Lab menetapkan dan melaksanakan program pengelolaan
peralatan lab termasuk peralatan yg merupakan kerjasama dgn pihak ketiga yg
meliputi,
a) Uji fungsi
b) Inspeksi berkala
c) Pemeliharaan berkala
d) Kalibrasi berkala
e) Identifikasi dan inventarisasi peralatan laboratorium
f) Monitoring & tindakan terhadap kegagalan fungsi alat
g) Proses penarikan (recall) oleh pabrik / vendor
h) Pendokumentasian
51
52
Standar AP.5.6
Reagensia essensial dan bahan lainnya tersedia secara teratur dan di evaluasi
akurasi dan presisi hasilnya
Pengelolaan logistik
Elemen Penilaian AP.5.6. Siapkan daftar bahan
1. RS menetapkan pengelolaan logistik lab, reagensia esensial, bahan lain yg
diperlukan, termasuk kondisi bila terjadi kekosongan sesuai peraturan
perundangan. (lihat juga MFK.5, EP 1). (R)
2. Ada bukti pelaksanaan semua reagensia esensial disimpan dan diberi label,
serta didistribusi sesuai pedoman dari pembuatnya atau instruksi pada
kemasannya (lihat juga MFK.5, EP 2). (D,O,W)
3. Ada bukti pelaksanaan evaluasi/audit semua reagen. (D,W)
54
AP.5.6
2. Ada bukti pelaksanaan semua D 1) Bukti pelaksanaan semua 10 TL
reagensia esensial disimpan dan reagensia esensial disimpan dan 5 TS
diberi label, serta didistribusi sesuai diberi label 0 TT
pedoman dari pembuatnya atau 2) Bukti pelaksanaan distribusi
instruksi pada kemasannya (lihat sesuai pedoman dari pembuatnya
juga MFK.5, EP 2). (D,O,W) atau instruksi pada kemasannya
1 2 3 4
Reagensia Penyimpanan Label Kadaluarsa Fisik Ket
Aaaaa V V V V
Bbbbb V V V V
Cccccc V V V V
…
….
KARS,
KARS Nico
Nico A.
A. Lumenta
Lumenta 57
Standar AP.5.7
Ada regulasi ttg pengambilan, pengumpulan, identifikasi, pengerjaan,
pengiriman, penyimpanan, pembuangan spesimen dan dilaksanakan
Regulasi ini berlaku utk spesimen yg dikirim ke lab rujukan layanan lab utk
dilakukan pemeriksaan. Pada jaringan / cairan tubuh yg diambil dgn tindakan
invasif, sbg standar penetapan diagnosis dilakukan pemeriksaan patologi anatomi
(labinternal atau rujukan)
Nilai normal/rujukan
Standar AP.5.8
RS menetapkan nilai normal dan rentang nilai untuk interpretasi
dan pelaporan hasil laboratorium klinis.
Elemen Penilaian AP.5.8
1. Ada regulasi ttg penetapan dan evaluasi rentang nilai normal
utk interpretasi, pelaporan hasil lab klinis. (R)
2. Pemeriksaan lab harus dilengkapi dgn permintaan pemeriksaan
tertulis disertai dgn ringkasan klinis. (D,W)
3. Setiap hasil pemeriksaan lab dilengkapi dgn rentang nilai
normal. (D)
AP.5.8
Standar AP.5.9.1.
Ada proses untuk pemantapan mutu eksternal sebagai tes pembanding mutu.
Elemen Penilaian AP.5.9.1
1. Ada bukti pelaksanaan PME (D) PME
2. Ada bukti tindak lanjut dari hasil PME (D)
AP.5.9
1. RS menetapkan program mutu R Program mutu laboratorium 10 TL
laboratorium klinik meliputi a) s/d e) di klinik,termasuk AP 5.9.1 sesuai dengan 5 TS
Maksud dan tujuan. (R) TKRS 11 EP 2 dan PMKP 6 EP 2 0 TT
2. Ada bukti pelaksanaan validasi D Bukti pelaksanaan validasi metoda tes 10 TL
metoda tes. (D,W) W Kepala unit laboratorium 5 TS
Staf unit laboratorium 0 TT
3. Ada bukti pelaksanaan surveilans D Bukti pelaksanaan surveilans harian 10 TL
harian dan pencatatan hasil dan pencatatan hasil pemeriksaan 5 TS
pemeriksaan.(D,W) W Kepala unit laboratorium 0 TT
Staf unit laboratorium
66
Maksud dan Tujuan AP.5.9
Kendali mutu yg baik sangat esensial bagi pelayanan lab agar lab dapat
memberikan layanan prima.
Program kendali mutu (pemantapan mutu internal – PMI) mencakup
tahapan Pra-analitik, Analitik dan Pasca analitik yang memuat a.l.
a) Validasi tes yg digunakan utk tes akurasi, presisi, hasil rentang
nilai
b) Dilakukan surveilans hasil pemeriksaan oleh staf yg kompeten
c) Reagensia di tes (lihat juga, AP.5.6 .EP..)
d) Koreksi cepat jika ditemukan kekurangan
e) Dokumentasi hasil dan tindakan koreksi
AP.5.9.1
Mengurangi/menekan RISIKO
AP.5.11
1. Ada regulasi tentang penyediaan R Regulasi tentang penyediaan dan 10 TL
dan pelayanan darah meliputi a) s/d pelayanan darah, meliputi a) s/d h) pada 5 TS
d) pada maksud dan tujuan sesuai maksud dan tujuan sesuai dengan 0 TT
dengan peraturan perundang- peraturan perUUan, termasuk bank
undangan. (R) darah RS
79
AP.5.11
Staf klinis
W Penanggung jawab manajemen
risiko
Tim KPRS
Kepala/staf unit
laboratorium/unit BDRS (Bank
Darah
KARS, Nico A. Lumenta 80
Standar AP.5.11.1
RS menetapkan regulasi bhw seorang profesional yg kompeten dan
berwenang, bertangg-jawab utk penyelenggaraan pelayanan darah dan
menjamin pelayanan yg diberikan sesuai peraturan perundangan dan standar
pelayanan
Elemen Penilaian AP.5.11.1
1. Seorang profesional yg kompeten dan berwenang, ditetapkan bertangg-
jawab utk pelayanan darah dan tranfusi (lihat juga, PAP.3.3; TKRS.9) (R)
2. Ada supervisi meliputi a) s/d d) di maksud dan tujuan.(D,W)
Standar AP.5.11.2
RS menetapkan program dan pelaksanaan kendali mutu pelayanan
darah sesuai peraturan perundang-undangan.
Elemen Penilaian AP.5.11.2
1. Ditetapkan program kendali mutu. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan program kendali mutu. (D,W)
AP.5.11.1
Elemen Penilaian Telusur Skor
1. Seorang profesional yang R Regulasi tentang penetapan 10 TL
kompeten dan berwenang, ditetapkan penanggung jawab pelayanan darah dan - -
bertanggungjawab untuk pelayanan transfusi yang kompeten dan berwenang 0 TT
darah dan tranfusi (lihat juga, PAP.3.3;
TKRS.9) (R)
2. Ada supervisi meliputi a) s/d d) di D Bukti supervisi : 10 TL
maksud dan tujuan.(D,W) Bukti form check list (ceklis) 5 TS
Bukti pelaksanaan supervisi 0 TT
W Kepala/staf unit laboratorium/unit BDRS
(Bank Darah
AP.5.11.2
1. Ditetapkan program kendali mutu. R Regulasi tentang program kendali mutu 10 TL
(R) sesuai dengan TKRS 11 EP 2 dan PMKP 6 - -
EP 2 0 TT
2. Ada bukti pelaksanaan program D Bukti pelaksanaan program kendali mutu 10 TL
kendali mutu. (D,W) W Kepala/staf unit laboratorium/unit 5 TS
BDRS (Bank Darah 0 TT
Komite/tim PMKP
82
Maksud dan Tujuan AP.5.11, AP 5.11.1 dan AP 5.11.2
Pelayanan darah, yg diselenggarakan di RS, harus berada dibawah tangg-jawab seorang profesional
dgn pendidikan, keahlian, pengalaman yg memenuhi syarat dan berdasar peraturan perUUan d.h.i.
kerjasama dgn PMI (Palang Merah Indonesia). Staf tsb bertangg-jawab thd semua aspek pelayanan
darah di RS.
Lingkup pelayanan meliputi penetapan, pelaksanaan, dokumentasi dan proses untuk,
a) pemberian persetujuan (informed consent)
b) permintaan darah
c) tes kecocokan
d) pengadaan darah
e) penyimpanan darah
f) identifikasi pasien
g) distribusi dan pemberian darah
h) monitoring pasien dan respons
Proses kendali mutu dari semua jenis pelayanan dilaksanakan dan terdokumentasi utk memastikan
terselenggaranya pelayanan darah dan atau transfusi yg aman. Donor darah dan pelayanan transfusi
dilaksanakan sesuai peraturan perUUan dan standar praktek yg diakui.
Sebelum dilakukan pemberian darah harus ada penjelasan dari DPJPnya dan persetujuan dari pasien
atau keluarga.
Selama pemberian transfusi darah harus dilakukan monitoring dan evaluasi, dan dilaporkan bila ada
reaksi transfusi
PENDAHULUAN
Pemberian transfusi darah merupakan bagian dari yankes untuk penyembuhan
penyakit /pemulihan kesehatan
84
(dr.Putri Srihartaty, M.Biomed Keamanan Transfusi Darah di RS)
RISIKO TRANSFUSI
Reaksi transfusi darah terjadi pada sekitar 10% penerima transfusi
Transfusi hanya dilaksanakan jika keuntungan jelas melebihi risiko
Pasien harus diberitahu atas kemungkinan reaksi transfusi yang dapat terjadi, keuntungan,
alternatif dan konsekuensi dari penolakan transfusi.
Persetujuan pasien berupa penanda tanganan informed consent
Kebanyakan reaksi transfusi yang mengancam nyawa terjadi pada awal transfusi, oleh karena itu
pasien harus dimonitor dengan seksama selama transfusi
Setiap reaksi transfusi terjadi, perlu dilakukan penanganan dengan tepat dan pelacakan atas
darah dan komponen darah yang bersangkutan
85
(dr.Putri Srihartaty, M.Biomed Keamanan Transfusi Darah di RS)
Alur Pemeriksaan Pra Transfusi (PMK 91 Tahun 2015)
Permintaan darah
Form permintaan
Tidak Ya
& sampel pasien
lengkap ?
Tidak
Kompatibel ?
Ya
ALUR KERJA
Batalkan
Distribusi darah dari BDRS
PEMBERIAN DARAH
Tidak terpenuhi Terpenuhi
Suhu transportasi ?
Batalkan
Penyiapan pasien
Tidak Ada
Reaksi Transfusi?
PMK
Peraturan PMK No.
UU No. Pemerintah No. 83/2014 PMK No. 92/2015 Pedoman
91/2015
36/2009 No. 7/2011 Tentang UTD, Tentang Juknis CPOB
BDRS & Tentang Kerjasama PKM, untuk UTD
Tentang Tentang Standar UTD dan RS dalam dan Pusat
Kesehatan Pelayanan Jejaring
Pelayanan Pelayanan Darah Plasma-
Darah Pelayanan Darah untuk pheresis
Darah
menurunkan AKI
88
PERMENKES NO. 83 TAHUN 2014
TENTANG UTD, BDRS DAN JEJARING PELAYANAN
TRANSFUSI DARAH
UTD
• Jenis, pengorganisasian, persyaratan, perijinan dan
penyelenggaraan UTD, serta pencatatan, pelaporan,
dan pembiayaan pelayanan darah
BDRS
• Penyelenggaraan, persyaratan, pengorganisasian,
pencatatan, pelaporan dan pembiayaan BDRS
90
Permenkes No. 83/2014 tentang UTD, BDRS dan Jejaring
91
TUGAS BDRS
Perencanaan kebutuhan darah dan menerima darah
yang sudah diuji saring dari UTD
92
TUGAS BDRS
93
PMK 83/2014 : UTD, BDRS, Jejaring Yan TD
PMK 83/2014 : UTD, BDRS, Jejaring Yan TD
PMK 83/2014 : UTD, BDRS, Jejaring Yan TD
INDIKATOR MUTU
PELAYANAN DARAH DI BDRS
• KPI Teknis, diantaranya:
– Permintaan darah
• Dokumen perencanaan kebutuhan darah
• Formulir permintaan darah
– Transportasi darah
• Fasilitas dan tenaga yang melakukan transportasi
• Jumlah darah yang rusak selama transportasi
– Penyimpanan darah
• Fasilitas dan tenaga yang melakukan penyimpanan
• Kendali mutu komponen darah
• % kerusakan komponen darah akibat penyimpanan
• Jumlah kejadian penyimpangan suhu penyimpanan
• % screen-hold
97
INDIKATOR MUTU
PELAYANAN DARAH DI BDRS
• KPI Teknis, diantaranya:
– Uji imunohematologi
• % perbedaan hasil uji gol darah di UTD vs BDRS
• Uji kecocokan
• Uji antibodi darah pasien
– Hemovigillance
• % reaksi transfusi
• % reaksi transfusi yang dirujuk ke BDRS dan UTD
• Pembahasan reaksi transfusi
– Distribusi Darah
• % pendistribusian darah melalui BDRS dan langsung ke pasien
• % pengembalian darah dari rungan karena kerusakan selama distribusi
• % penggunaan darah di ruangan sesuai intruksi penggunaan
98
Terima kasih AP – LABOR
PITSELNAS AKREDITASI RUMAH SAKIT KE – V
JCC 5-7 AGUSTUS 2019
SEMI-A
(S = Standar, E = Elemen Penilaian, M = Maksud & tujuan, I =
Instrumen, A = Acuan ke Peraturan PerUUan, Etika Profesi, Standar Profesi,
Standar Internasional.)
3. Staf RIR yang membuat interpretasi / D Bukti kredensial dari staf medis RIR yang 10 TL
ekpertise, memenuhi persyaratan kredensial. membuat interpretasi sesuai dengan KKS 10 5 TS
(lihat juga. KKS 4, EP 1). (D,W) W Kepala/staf unit RIR 0 TT
Staf medis
4. Ada pelaksanaan supervisi pelayanan RIR D Bukti supervisi pelayanan (RIR I): 10 TL
di RS. (D,W ) 1. bukti form ceklis 5 TS
2. bukti pelaksanaan supervisi 0 TT
W • Kepala/staf unit RIR\ 15
Maksud dan Tujuan AP.6.2
RS menetapkan mereka yg bekerja sbg staf RIR yg kompeten dan berwenang
melakukan pemeriksaan RIR, pembacaan diagnostik imajing, pelayanan
pasien di tempat tidur (point-of-care test), membuat interpretasi dan
memverifikasi serta melaporkan hasilnya, serta mereka yg mengawasi
prosesnya.
Staf pengawas dan staf pelaksana tehnikal mempunyai latar belakang
pelatihan, pengalaman, ketrampilan dan telah menjalani orientasi tugas
pekerjaannya. Staf tehnikal diberi tugas pekerjaan sesuai latar belakang
pendidikan dan pengalaman mereka. Sbg tambahan, jumlah staf cukup
tersedia utk melakukan tugas, membuat interpretasi, dan melaporkan segera
hasilnya utk layanan darurat.
Standar AP.6.3
RS menyusun program manajemen risiko di pelayanan RIR, dilaksanakan,
dilakukan evaluasi, di dokumentasikan dan progr sejalan dgn progr manajemen
risiko fasilitas dan progr pencegahan dan pengendalian infeksi. (lihat juga MFK 5)
6. Ada daftar inventaris peralatan pelayanan RIR. (D.W) (lihat juga MFK.8, EP
2)
7. Ada bukti pelaksanaan monitoring dan tindakan terhadap kegagalan fungsi
alat dan didokumentasikan. (D,W)
8. Ada bukti pelaksanaan bila terjadi proses penarikan (recall) dan
didokumentasikan. (D,W)
9. Terhadap kegiatan a) sampai dengan h) dalam Maksud dan tujuan dilakukan
evaluasi berkala dan tindak lanjut ( D,W )
AP.6.5
1. Ada regulasi dan R Program tentang pengelolaan 10 TL
program untuk pengelolaan peralatan Radiodiagnostik, Imajing 5 TS
peralatan pelayanan RIR Dan Radiologi Intervensional ( lihat 0 TT
yang meliputi butir a) s/d h) MFK 8 ), termasuk alat yang tersedia
dalam Maksud dan Tujuan. melalui kontrak
(R)
2. Ada bukti staf yang D Bukti pelaksanaan uji fungsi oleh 10 TL
terlatih melaksanakan uji staf yang terlatih, dengan bukti 5 TS
fungsi dan sertifikat pelatihan di dalam file 0 TT
didokumentasikan. (D,W) W kepegawaian
Operator alat
Kepala unit RIR
Kontras bb
Kertas USG
Developer-
fixer 41
Standar AP.6.7
RS menetapkan program kendali mutu, dilaksanakan, divalidasi dan
didokumentasikan.
Program Mutu Yan RIR
Elemen Penilaian AP.6.7
1. RS menetapkan program mutu pelayanan RIR meliputi a) s/d e) sesuai
maksud dan tujuan. (lihat juga TKRS 11 )(R)
2. Ada bukti pelaksanaan validasi tes metoda (D,W)
3. Ada bukti pengawasan harian hasil pemeriksaan imajing oleh staf radiologi
yg kompeten dan berwenang. (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan koreksi cepat jika diketemukan masalah. (D,W)
5. Ada bukti audit terhadap a.l. : film, kontras, kertas USG, cairan developer,
fixer. (lihat juga AP 6.6 EP 4). (D,W) gunakan AP 6.6 EP 4
6. Ada dokumentasi hasil dan tindakan koreksi. (D,W)
AP.6.7
1. RS menetapkan program R Program mutu RIR, sesuai 10 TL
mutu pelayanan RIR meliputi a) dengan TKRS 11 EP 2 dan PMKP 5 TS
s/d e) sesuai maksud dan 6 EP 2 0 TT
tujuan. (lihat juga TKRS 11 )(R)
1. Ada bukti ijin atau sertifikasi D Bukti izin dan sertifikasi RIR 10 TL
RIR rujukan ( D , W) rujukan sesuai dengan AP 6. 5 TS
W EP4 0 TT
SEMI-A
(S = Standar, E = Elemen Penilaian, M = Maksud & tujuan, I =
Instrumen, A = Acuan ke Peraturan PerUUan, Etika Profesi, Standar Profesi,
Standar Internasional.)
Tujuan sistem pelayanan yang terintegrasi tsb adalah menyelaraskan kebutuhan asuhan
pasien dengan pelayanan yang tersedia di RS , mengkoordinasikan pelayanan, merencanakan
pemulangan dan tindakan selanjutnya.
Hasil yang diharapkan dari proses asuhan di RS adalah meningkatkan mutu asuhan pasien
dan efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia di RS.
Beberapa informasi dibutuhkan dalam memberikan asuhan pasien di RS terkait dengan :
• Kebutuhan pasien yang dapat dilayani RS.
• Pemberian pelayanan yang efisien kepada pasien.
• Rujukan ke pelayanan lain, baik di dalam maupun keluar RS.
• Pemulangan pasien yang tepat dan aman ke rumah. 8
BAB 1. AKSES KE RUMAH SAKIT DAN
KONTINUITAS PELAYANAN (ARK)
Sistem pendaftaran ranap dan rajal secara online memberikan kemudahan kepada masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan RS yang memadai dan merupakan aspek keterbukaan kepada
publik.
Dalam proses pelayanan dan asuhan pasien, Manajer Pelayanan Pasien (MPP/ Case Manager)
berperan menjaga kontinuitas pelayanan. Kehadiran MPP di RS penting sebagai bagian dari
penerapan pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered Care) dan berperan dalam
membantu meningkatkan kolaborasi interprofessional. .(Panduan Praktik Manajer Pelayanan
Pasien – MPP, KARS, 2016)
9
PROSES PENERIMAAN PASIEN KE RS
SKRINING
*Standar ARK.1
RS menetapkan regulasi ttg penerimaan pasien di ranap atau pemeriksaan pasien di
rajal sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yg telah diidentifikasi sesuai misi
serta sumber daya RS yg ada.
Skrining menentukan
kebutuhan pasien
Elemen Penilaian ARK.1.
1. Ada regulasi utk proses skrining baik di dalam maupun di luar RS termasuk pemeriksaan
penunjang yg diperlukan/spesifik utk menetapkan apakah pasien diterima atau dirujuk.(R)
2. Ada pelaksanaan proses skrining baik di dlm maupun di luar RS. (D,W)
3. Ada proses pemeriksaan penunjang yg diperlukan/spesifik utk menetapkan apakah pasien
diterima atau dirujuk. (D,W)
4. Berdasarkan hasil skrining ditentukan apakah kebutuhan pasien sesuai dgn kemampuan RS
(lihat juga TKRS 3.1, EP.1). (D,W)
5. Pasien diterima bila RS dapat memberi pelayanan rajal dan ranap yg dibutuhkan
pasien.(D,O,W)
6. Pasien tidak dirawat, tidak dipindahkan atau dirujuk sebelum diperoleh hasil tes yg
dibutuhkan tersedia.(D,O,W)
10
ARK.1
Elemen Penilaian Telusur Skor
1. Ada regulasi untuk proses skrining baik di R Regulasi tentang skrining baik di dalam 10 TL
dalam maupun di luar rumah sakit termasuk maupun di luar RS termasuk pemeriksaan 5 TS
pemeriksaan penunjang yang diperlukan/spesifik penunjang, antara lain berdasarkan PPK. 0 TT
untuk menetapkan apakah pasien diterima atau
dirujuk. (R)
2. Ada pelaksanaan proses skrining baik di dalam D Bukti tentang pelaksanaan skrining yang digunakan 10 TL
maupun di luar RS. (D,W) di dalam, termasuk bila menggunakan jalur cepat / 5 TS
W fast track, maupun di luar rumah sakit. 0 TT
Staf medis, Staf keperawatan
3. Ada proses pemeriksaan penunjang yang D Bukti hasil pemeriksaan penunjang yang 10 TL
diperlukan/spesifik untuk menetapkan digunakan untuk skrining sesuai a.l. PPK. 5 TS
apakah pasien diterima atau dirujuk. (D,W) (Panduan Praktik Klinik) 0 TT
W Staf medis
Staf keperawatan
Staf klinis laboratorium dan radiologi
4. Berdasarkan hasil skrining ditentukan D 1) Bukti tindak lanjut hasil skrining di rekam 10 TL
apakah kebutuhan pasien sesuai dengan medis. 5 TS
kemampuan RS (lihat juga TKRS 3.1, EP.1). 2) Daftar jenis pelayanan 0 TT
(D,W) W Staf medis
Staf keperawatan
11
ARK.1
W Staf medis
Staf keperawatan
Staf admisi
6. Pasien tidak dirawat, tidak D 1) Bukti hasil pemeriksaan penunjang yang digunakan 10 TL
dipindahkan atau dirujuk sebelum untuk skrining . 5 TS
diperoleh hasil tes yang dibutuhkan 2) Bukti tindak lanjut hasil skrining di rekam medis. 0 TT
tersedia.(D,O,W)
O Lihat waktu penerimaan hasil pemeriksaan penunjang
untuk memutuskan untuk dirawat atau dirujuk.
W Staf medis
Staf keperawatan 12
Diskusi
ARK 1.
1. Skrining : utk menentukan kebutuhan pasien IAR (Asesmen Pasien) oleh PPA : Dr &/
Perawat. Dibantu dgn proses ”Fast Track” dsb.
2. Didalam : di RS : Rajal, IGD, termasuk yg dirujuk ke RS kita. Diluar : dilokasi pasien, a.l.
dirumahnya
3. Skrining (penapisan) : *kebutuhan pasien :pelayanan GD (ARK 1.1), *kebutuhan pasien :
pelayanan prev-kuratif-paliatif-rehab (ARK 1.2), *khusus : daftar negatif.
4. Pasien diterima hanya apabila RS dapat/mampu menyediakan kebutuhan pelayanan
Ranap & Rajal yg tepat.
5. Tes diagnostik dlm proses IAR perlu ada PPK/CP
6. Ada skrining juga pada Asesmen Awal : utk menentukan Risiko Nutritional & Kebutuhan
Fungsional, Risiko Jatuh di AP 1.4, 1.4.1, utk menentukan Nyeri AP 1.5
13
Maksud dan Tujuan ARK.1.
-Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya RS bergantung pada informasi yang
didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya melalui skrining pada saat kontak pertama.
-Skrining di dalam RS dilaksanakan melalui jalur cepat (fast track) kriteria triase, evaluasi visual atau
pengamatan, atau pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing.
-Skrining di luar RS dapat dilakukan di tempat pasien, atau di ambulans. Keputusan untuk mengobati,
mengirim atau merujuk dibuat setelah ada evaluasi hasil skrining. Bila RS mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misi dan kemampuan pelayanannya,
maka dipertimbangkan untuk menerima pasien ranap atau pasien rajal.
-RS dapat menentukan tes atau bentuk penyaringan tertentu untuk populasi pasien tertentu sebelum
ditetapkan pasien dapat dilayani. RS dapat menetapkan untuk skrining terhadap kasus tertentu misalnya
pasien curiga TB Paru harus diperiksa tes MDR (Multi Drug Resistance), contoh lain pasien diare aktif
harus diperiksa clostridium difficile, atau pasien tertentu diperiksa Staphylococcus aureus yang resisten
terhadap methicillin. Tes spesifik tertentu atau evaluasi tertentu dilakukan jika RS mengharuskannya,
sebelum diputuskan dapat dilayani di ranap atau di unit rajal (lihat juga AP 1).
14
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care
17
ARK.1.1
Yang dimaksudkan dengan pelayanan preventif (dalam proses admisi) adalah untuk mencegah
perburukan/komplikasi pasien tersebut, misalnya antara lain , kasus luka tusuk dalam dan kotor
diberikan ATS, kasus luka bakar derajat berat dimasukkan ke unit luka bakar, pada kasus lain
harus ditetapkan pelayanan preventif untuk mencegah penularan. Contoh pada prioritas
pelayanan kuratif antara lain pasien datang dengan kehamilan misalnya 36 minggu dan dengan
nyeri dada kiri, agar ditetapkan penanganannya apakah prioritasnya untuk obstetri atau untuk
kardiologi.
24
*Standar ARK 1.3.
RS mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien dan memberi tahu pasien jika
terjadi penundaan dan kelambatan pelaksanaan tindakan/pengobatan dan atau
pemeriksaan penunjang diagnostik.
Penundaan-kelambatan yan
Elemen penilaian ARK 1.3.
1. Ada regulasi ttg penundaan dan kelambatan pelayanan di rawat jalan
maupun rawat inap yg harus disampaikan kpd pasien. (R)
2. Pasien diberi tahu alasan kelambatan dan penundaan pelayanan dan diberi
informasi ttg alternatif yg tersedia sesuai kebutuhan klinik pasien dan
dicatat di rekam medis. (D, W)
25
ARK.1.3
2. Pasien diberi tahu alasan D Bukti tentang penjelasan alasan penundaan dan 10 TL
penundaan dan kelambatan kelambatan pelayanan dan diberi informasi 5 TS
pelayanan dan diberi informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai kebutuhan 0 TT
tentang alternatif yang tersedia klinis pasien dan dicatat di rekam medis.
sesuai kebutuhan klinis pasien
dan dicatat di rekam medis. W Staf medis
(D,W) Staf keperawatan
Pasien
27
CONTOH FORMULIR KOMUNIKASI-EDUKASI HARIAN
Nama pasien No MR
Ruangan
28
PENDAFTARAN Pendaftaran Rajal, Ranap
*Standar ARK 2.
RS menetapkan regulasi yang mengatur proses pasien masuk RS untuk rawat inap
dan proses pendaftaran rawat jalan, dan RS berusaha mengurangi kendala antara lain
pada pasien disabilitas, bahasa dan budaya serta hambatan lainnya dalam
memberikan pelayanan.
Elemen Penilaian ARK 2.
1. Ada regulasi ttg proses pendaftaran pasien rawat jalan, pasien rawat inap, pasien gawat
darurat, proses penerimaan pasien GD ke unit rawat inap, menahan pasien utk observasi
dan mengelola pasien bila tidak tersedia tempat tidur pada unit yg dituju maupun diseluruh
RS. (R)
2. Ada pelaksanaan proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran rawat jalan,
pelaksanaan identifikasi hambatan pasien, dan mengurangi hambatan pada pasien. (D,W)
3. Ada pelaksanaan proses penerimaan pasien GD ke unit ranap. (D,W)
4. Ada pelaksanaan proses menahan pasien utk observasi. (D,W)
5. Ada pelaksanaan proses mengelola pasien bila tidak tersedia tempat tidur pd unit yg dituju
maupun diseluruh RS. (D,W)
6. Staf memahami dan melaksanakan semua proses sesuai regulasi. (D,W)
7. Ada pelaksanaan sistem pendaftaran rajal dan ranap secara online. (D,W) (lihat Std MIRM 1)
29
ARK.2
Elemen Penilaian Telusur Skor
1. Ada regulasi tentang proses pendaftaran R 1) Regulasi tentang pendaftaran pasien rajal, pasien ranap, 10 TL
pasien rajal, pasien ranap, pasien GD, proses pasien GD, proses penerimaan pasien GD ke unit ranap, 5 TS
penerimaan pasien GD ke unit ranap, menahan menahan pasien untuk observasi dan mengelola pasien 0 TT
pasien untuk observasi dan mengelola pasien bila tidak tersedia TT pada unit yang dituju maupun di
bila tidak tersedia TT pada unit yang dituju seluruh RS, termasuk sistem pendaftaran rajal dan ranap
maupun di seluruh RS. (R) secara online
2. Rumah Sakit mengidentifikasi hambatan yang paling
sering terjadi pada populasi pasiennya, dan dituangkan
dalam regulasi.
2. Ada pelaksanaan proses penerimaan D 1) Bukti tentang proses pelaksanaan penerimaan pasien rawat 10 TL
pasien rawat inap dan pendaftaran rawat inap dan rawat jalan 5 TS
jalan, pelaksanaan identifikasi hambatan 2) Ada bukti dokumentasi pelaksanaan identifikasi hambatan 0 TT
pasien, dan mengurangi hambatan pada pasien
pasien. (D,W) 3) Ada bukti dokumentasi di rekam medik pelaksanaan
mengurangi hambatan pada pasien
W Staf medis, Staf keperawatan, Petugas pendaftaran rajal dan
ranap, Pasien
3. Ada pelaksanaan proses penerimaan D Bukti tentang proses pelaksanaan penerimaan pasien gawat 10 TL
pasien gawat darurat ke unit rawat inap. darurat ke unit ranap. 5 TS
(D,W) W Staf medis, Staf keperawatan, Pasien 0 TT
30
ARK.2
4. Ada pelaksanaan proses menahan D Bukti tentang pelaksanaan proses menahan pasien untuk 10 TL
pasien untuk observasi. (D,W) observasi termasuk edukasinya, dan dicatat di rekam medis. 5 TS
W Staf medis, Staf keperawatan, Pasien 0 TT
5. Ada pelaksanaan proses mengelola D Bukti tentang pemberian informasi dan solusi kepada pasien 10 TL
pasien bila tidak tersedia TT pada apabila TT tidak tersedia. Perhatikan tentang kebutuhan 5 TS
unit yang dituju maupun di seluruh pasien untuk rawat inap biasa atau rawat intensif. Bukti 0 TT
RS. (D,W) proses rujuk bila ada kegiatan sesuai EP ini.
W Staf medis, Staf keperawatan, Pasien/keluarga
6. Staf memahami dan melaksanakan D Bukti sosialisasi dan pelaksanaan EP 1 sampai dengan EP 5 10 TL
semua proses sesuai dengan dan EP 7. 5 TS
regulasi. (D,W) W Bukti pemahaman melalui wawancara tentang hal tsb : 0 TT
Staf medis
Staf keperawatan
Staf admisi
Pasien/keluarga
7. Ada pelaksanaan sistem D Bukti tentang pelaksanaan sistem pendaftaran rawat jalan 10 TL
pendaftaran rawat jalan dan rawat dan rawat inap secara online. 5 TS
inap secara online. (D,W) (lihat juga W Staf admisi 0 TT
MIRM 1) Pasien/keluarga 31
Maksud dan Tujuan ARK.2.
Ditetapkan regulasi untuk proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran
pasien rawat jalan sesuai peraturan perUUan. Staf memahami dan mampu
melaksanakan proses penerimaan pasien.
Proses tersebut antara lain meliputi:
• Pendaftaran pasien rajal
• Pendaftaran pasien ranap
• Pendaftaran pasien gawat darurat
• Penerimaan langsung dari unit darurat ke unit ranap
• Menahan pasien untuk observasi
• Mengelola pasien bila tidak tersedia tempat tidur
• Sistem pendaftaran rawat jalan dan rawat inap secara online
RS sering melayani berbagai populasi pasien antara lain pasien lansia, disabilitas (fisik,
mental, intelektual), menggunakan berbagai bahasa dan dialek, budaya yang berbeda atau
hambatan yang lainnya, sehingga membuat proses pelayanan lebih sulit. RS
mengidentifikasi kesulitan tersebut dan melaksanakan proses mengurangi hambatan
tersebut pada saat penerimaan pasien.
Dalam rangka keterbukaan kepada publik tersedia sistem pendaftaran ranap dan rajal
33
secara online.
34
KEBIJAKAN DITJEN PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT SISTEM INFORMASI
SIRANAP
1. Data Ketersediaan tempat tidur
merupakan hak masyarakat atas
keterbukaan informasi publik
2. Dirjen Yankes menghimbau agar RS
mengintegrasikan data
ketersediaan tempat tidur melalui
aplikasi SIRANAP Ditjen Yankes
3. Dinas Kesehatan harus melakukan
monitoring implementasi SIRANAP
terhadap RS di wilayahnya dan akan
menjadi pertimbangan dalam
perpanjangan izin operasional RS
KEBIJAKAN DITJEN PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT SISTEM INFORMASI
SISRUTE
37
ARK.2.1
2. Penjelasan termasuk D Bukti dalam rekam medis tentang hasil asuhan yang 10 TL
hasil asuhan yang diharapkan dijelaskan oleh dokter yang 5 TS
diharapkan dan memutuskan untuk rawat inap. Perhatikan 0 TT
didokumentasikan. (D,W) keterkaitan horizontal (Perencanaan Pemulangan
Pasien/Discharge planning)
W
Staf Admisi
Staf medis
Staf keperawatan
KARS, Nico A. Lumenta
Pasien/keluarga 38
ARK.2.1
3. Penjelasan termasuk D Bukti materi petugas admisi menjelaskan perkiraan 10 TL
perkiraan biaya yang biaya yang ditanggung pasien atau keluarga antara 5 TS
ditanggung pasien atau lain tarif RS 0 TT
keluarga. (D,W) W
Staf admisi
Pasien/keluarga
Saat diputuskan rawat inap, dokter yang memutuskan rawat inap memberi
informasi tentang rencana asuhan yang diberikan, hasil asuhan yang
diharapkan, termasuk penjelasan oleh petugas pendaftaran tentang perkiraan
biaya yang harus dibayarkan oleh pasien / keluarga. Pemberian informasi
didokumentasikan. Penjelasan yang diberikan dipahami oleh pasien atau
keluarga untuk membuat keputusan, hal ini merupakan implementasi pelayanan
berfokus pada pasien (PCC), dan suatu bentuk integrasi PPA dengan
pasien/keluarga.
40
*Standar ARK 2.2.
RS menetapkan proses utk mengelola alur pasien di seluruh bagian RS.
41
ARK.2.2
Elemen Penilaian Telusur Skor
1. Ada regulasi yg mengatur ttg proses R Regulasi Regulasi tentang proses untuk mengatur alur 10 TL
untuk mengatur alur pasien di RS pasien di RS termasuk elemen a) s/d g) di maksud dan 5 TS
termasuk elemen a) s/d g) di maksud tujuan, termasuk pengaturan koordinasi Manajer 0 TT
dan tujuan. (R) Pelayanan Pasien.
2. Ada pelaksanaan pengaturan alur D Bukti tentang pelaksanaan pengaturan alur pasien di 10 TL
pasien untuk menghindari rawat inap sesuai dengan elemen a) s/d g) untuk 5 TS
penumpukan. (D,W) menghindari penumpukan. Pelaksanaan juga pada 0 TT
keadaan bencana / Kejadian Luar Biasa (KLB).
W Dokter IGD, Perawat IGD, Kepala IGD
Manajer Pelayanan Pasien
3. Dilakukan evaluasi terhadap D Bukti tentang monitoring dan evaluasi pelaksanaan 10 TL
pengaturan alur pasien secara berkala pengaturan alur pasien sesuai a) s/d g) dan upaya 5 TS
dan melaksanakan upaya perbaikannya. perbaikan secara berkala. Serta bukti upaya 0 TT
(D,O,W) perbaikannya.
O Lihat pelaksanaan pelayanan pasien ranap, termasuk
IGD.
W Dokter IGD, Perawat IGD, Kepala IGD
Manajer Pelayanan Pasien
Pasien/keluarga 42
Maksud dan Tujuan ARK.2.2.
-Banyaknya pasien yang datang ke unit GD dan meningkatnya hunian RS dapat
menyebabkan pasien menumpuk di unit GD sehingga unit GD digunakan sebagai
tempat menunggu sementara pasien rawat inap. Untuk mengatasi penumpukan
pasien, maka RS harus berupaya mencegah terjadinya penumpukan tersebut karena
akan berpengaruh pada pelayanan dan keselamatan pasien. Penumpukan di UGD
dapat berkurang bila situasi tempat tidur di rawat inap lebih mudah tersedia.
-Pengelolaan yang efektif terhadap alur pasien dirawat inap (seperti penerimaan,
asesmen dan tindakan, transfer pasien, dan pemulangan) dapat mengurangi
penundaan asuhan kepada pasien.
43
(Maksud dan Tujuan ARK.2.2.)
-Komponen dari pengelolaan alur pasien terutama di rawat inap termasuk:
a. Ketersediaan tempat tidur rawat inap;
b. Perencanaan fasilitas alokasi tempat, peralatan, utilitas, teknologi medis,
dan kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien;
c. Perencanaan tenaga SDM untuk menghadapi penumpukan pasien di
beberapa lokasi sementara dan atau pasien yang tertahan di unit gawat
darurat;
a. Alur pasien didaerah dimana pasien menerima asuhan, tindakan, pelayanan
(seperti unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi dan unit
pasca anestesi)
b. Efisiensi pelayanan non-klinik penunjang asuhan dan tindakan kepada
pasien (spt kerumahtanggaan dan transportasi)
c. Pemberian pelayanan ke ranap sesuai kebutuhan pasien
d. Akses pelayanan yg bersifat mendukung (spt pekerja sosial, keagamaan
atau bantuan spiritual, dsb).
... 44
(Maksud dan Tujuan ARK.2.2.)
-Monitoring dan perbaikan proses ini merupakan strategi yg tepat dan bermanfaat utk
mengatasi masalah. Semua staf RS, mulai dari unit ranap, unit GD, staf medik,
keperawatan, administrasi, lingkungan, manajemen risiko, dapat ikut berperan serta
menyelesaikan masalah arus pasien ini. Koordinasi ini dapat dilakukan oleh
seorang Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case manager.
45
*Standar ARK 2.3.
RS menetapkan regulasi ttg kriteria pasien yg ditetapkan untuk masuk/keluar
rawat di pelayanan spesialistik atau pelayanan intensif.
46
ARK.2.3
4. Catatan medis pasien yang D Bukti dalam rekam medis tentang masuk dan 10 TL
diterima masuk di atau keluar keluar sesuai kriteria,dapat berupa form 5 TS
dari unit intensif atau unit tersendiri untuk kriteria tersebut dalam bentuk 0 TT
spesialistik memuat bukti bahwa checklist.
pasien memenuhi kriteria masuk W Dokter unit terkait
atau keluar. (D,W) Perawat unit terkait
Kepala unit terkait
48
Unit … Nama Pasien
Form kriteria masuk-keluar No MR
Kriteria keluar
Tgl…
Check List kriteria keluar…..
- aaaa…
- bbb…
- ccc…
- ddd…
- …..narasi bila perlu…
DPJP
Ttd
49
Maksud dan Tujuan ARK.2.3.
Unit yg memberikan pelayanan intensif (misalnya a.l. ICU, ICCU, pasca operasi) atau
unit pelayanan spesialistik (misalnya unit luka bakar atau transplantasi organ)
merupakan unit yg mahal dan biasanya menempati ruangan dgn staf terbatas. Setiap
RS harus menetapkan kriteria utk menentukan pasien yg membutuhkan tingkat
pelayanan yg tersedia di unit2 tsb.
Dgn mempertimbangkan bhw pelayanan di unit spesialistik menghabiskan banyak
sumber daya, RS mungkin membatasi hanya pasien dgn kondisi medik yg reversibel
saja yg dapat diterima masuk dan pasien kondisi khusus termasuk menjelang akhir
kehidupan, sesuai dgn peraturan perUUan. Agar konsisten, kriteria menggunakan
prioritas atau parameter diagnostik dan atau parameter obyektif termasuk kriteria
berbasis fisiologis.
50
(Maksud dan Tujuan ARK.2.3.)
Mereka yg berasal dari unit2 GD, intensif atau layanan spesialistik berpartisipasi
menentukan kriteria. Kriteria digunakan utk menentukan penerimaan langsung di
unit, misalnya masuk dari unit GD.
Kriteria juga digunakan utk masuk dari unit2 didalam atau dari luar RS, spt halnya
pasien dipindah dari RS lain. Pasien yg diterima masuk di unit khusus memerlukan
asesmen dan evaluasi ulang utk menentukan apakah kondisi pasien berubah shg
tidak memerlukan lagi pelayanan spesialistik. Misalnya, jika status fisiologis sudah
stabil dan monitoring intensif baik, tindakan lain tidak diperlukan lagi. Ataupun jika
kondisi pasien menjadi buruk sampai pd titik pelayanan intensif atau tindakan khusus
tidak diperlukan lagi, pasien kemudian dapat dipindah ke unit layanan lebih rendah
(seperti unit pelayanan medik atau bedah, rumah penampungan, atau unit pelayanan
paliatif).
51
(Maksud dan Tujuan ARK.2.3.)
Kriteria utk memindahkan pasien dari unit khusus ke unit pelayanan lebih rendah
harus sama dgn kriteria yg dipakai utk memindahkan pasien ke unit pelayanan
berikutnya. Misalnya, jika keadaan pasien menjadi buruk shg pelayanan intensif
dianggap tidak dapat menolong lagi, maka pasien masuk ke rumah penampungan
(hospices) atau ke masuk ke unit pelayanan paliatif dengan menggunakan kriteria.
52
KESINAMBUNGAN PELAYANAN
*Standar ARK. 3.
Asesmen awal termasuk menetapkan kebutuhan perencanaan pemulangan
pasien.
Perencanaan Pemulangan Pasien (P3)
/ Discharge Planning
Lihat ARK 4, 4.1
Elemen Penilaian ARK.3
1. RS menetapkan kriteria dan proses penyusunan perencanaan pemulangan
pasien (P3), dimulai pada asesmen awal rawat inap. (Lihat AP 1, AP 1.1) (R)
2. Proses P3 dan pelaksanaannya dicatat direkam medis sesuai regulasi RS
(Lihat AP 1, AP 1.1) (D,W)
53
ARK.3
Yan
Follow-up
Discharge Edukasi, Pelatihan spesifik : Pasien-Kel • Ke RS Yan Kes
Penunjang,
Rehab
Planning • Telpon Primer
•Awal & durante dilingkungan
ranap Proses Pulang/Fase Discharge :
•Kriteria o 24-48 jam pra-pulang
•Tim Multidisiplin o Penyiapan Yan dilingkungan
o Kriteria pulang +
•Keterlibatan
o Resume pasien pulang
Pasien-Kel o Transport
•Antisipasi masalah o dsb
•Program Edukasi
/Pelatihan
•EDD=Expected
Discharge Date
Discharge Planning
• Cegah Komplikasi
Pasca Discharge
• Cegah Readmisi
(Nico Lumenta, 2015)
Maksud dan Tujuan ARK 3.
Kesinambungan asuhan pasien setelah di ranap memerlukan persiapan dan pertimbangan khusus
bagi sebagian pasien termasuk kebutuhan biopsikososial, seperti perencanaan pemulangan pasien
(P3)/ discharge planning. Penyusunan P3 diawali saat proses asesmen awal ranap, membutuhkan
waktu agak panjang, termasuk pemutakhiran /updating. Untuk identifikasi pasien yang membutuhkan
P3, RS menetapkan kriteria misalnya antara lain: umur, tidak adanya mobilitas, perlu bantuan medik
dan keperawatan terus menerus, bantuan melakukan kegiatan sehari hari, bantuan pelayanan
psikososial.
Pasien yang memerlukan P3 (Discharge Planning), maka RS mulai merencanakan hal tersebut sedini
mungkin yang sebaiknya untuk menjaga kesinambungan asuhan dilakukan secara terintegrasi
melibatkan semua PPA terkait/relevan serta difasilitasi oleh MPP. Keluarga dilibatkan dalam proses
ini sesuai kebutuhan.
Rencana pulang termasuk edukasi dan latihan keterampilan khusus yang mungkin dibutuhkan pasien
dan keluarga untuk kontinuitas (kesinambungan) asuhan diluar RS. Sebagai contoh, pasien yang
baru didiagnosis Tipe 1 diabetes akan membutuhkan edukasi terkait diet dan nutrisi, termasuk
keterampilan cara memberikan suntikan insulin. Pasien yang dirawat inap karena infark miokardial
membutuhkan rehabilitasi dan pengaturan makanannya.
Kesinambungan asuhan pasca ranap akan berhasil bila penyusunan P3 dilakukan secara terintegrasi
antar PPA terkait/relevan dan difasilitasi MPP (Manajer Pelayanan Pasien) (lihat juga, ARK 4.1).
56
57
58
h. 1/2
(Code of Practice for Integrated Discharge Planning, Health Service Executive, 2008)
Standard 5: Operational policies and procedures
Written policies, procedures and guidelines for the integrated discharge planning process shall be based
on the Health Service Executive Recommended Practices for Integrated Discharge Planning (Part 3),
shall be available, implemented and shall reflect relevant legislation and published professional
guidance.
(Code of Practice for Integrated Discharge Planning, Health Service Executive, 2008)
*Standar ARK. 3.1
RS menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses kesinambungan
pelayanan di RS dan koordinasi diantara profesional pemberi asuhan (PPA)
dibantu oleh manajer pelayanan pasien (MPP)/Case Manager.
64
2. Ada penunjukkan MPP dgn uraian tugas a.l. dlm konteks menjaga
kesinambungan dan koordinasi pelayanan bagi individu pasien melalui
komunikasi dan kerjasama dgn PPA dan pimpinan unit serta mencakup
butir f. s/d m. (D,W)
3. Pasien diskrining utk kebutuhan pelayanan manajemen pelayanan pasien
(D,W)
4. Pasien yg mendapat pelayanan MPP, pencatatannya dilakukan dalam Form
MPP dan selalu diperbaharui utk menjamin komunikasi dengan PPA.(D,W)
5. Kesinambungan dan koordinasi proses pelayanan didukung dgn
menggunakan perangkat pendukung, spt rencana asuhan PPA, catatan
MPP, panduan, atau perangkat lainnya. (D,O,W)
6. Kesinambungan dan koordinasi dapat dibuktikan di semua tingkat/fase
asuhan pasien. (D,O,W)
65
ARK.3.1
W DPJP/PPA lainnya
Manajer Pelayanan Pasien
Kepala instalasi rawat inap/kepala ruang
rawat inap
Pasien
69
(Maksud dan Tujuan ARK.3.1)
-Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk Asuhan Pasien Terintegrasi yang
bersifat integrasi horizontal dan vertikal. Pada integrasi horizontal kontribusi profesi masing –
masing PPA adalah sama pentingnya, karena mempunyai peran masing – masing. Pada
integrasi vertikal pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ketingkat
pelayanan yang berbeda, disini peran MPP penting untuk integrasi tersebut, dengan
komunikasi yang memadai terhadap PPA.
-Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi berpusat pd pasien, dan mencakup elemen sbb:
• Keterlibatan dan pemberdayaan pasien & keluarga .(lihat AP 4, PAP 2, PAP 5)
• DPJP sbg Ketua tim asuhan pasien oleh PPA (Clinical Leader). (lihat juga PAP 2.1. EP 4)
• PPA bekerja sbg tim interdisiplin dgn kolaborasi interprofesional, dibantu a.l. dgn PPK
(Panduan Praktik Klinis), Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/Clinical Pathway
terintegrasi, Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi).
• Perencanaan Pemulangan Pasien(P3) / Discharge Planning terintegrasi
• Asuhan Gizi Terintegrasi (lihat PAP 5)
• Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
70
(Maksud dan Tujuan ARK.3.1)
-Agar kesinambungan asuhan pasien tidak terputus, rumah sakit harus menciptakan
proses untuk melaksanakan kesinambungan dan koordinasi pelayanan diantara PPA,
MPP, Pimpinan unit dan staf lain sesuai regulasi Rumah sakit mencakup :
a) Pelayanan darurat dan rawat inap
b) Pelayanan diagnostik dan tindakan
c) Pelayanan bedah dan non-bedah
d) Pelayanan rawat jalan
e) Ke Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya di luar RS
71
(Maksud dan Tujuan ARK.3.1)
-Diperlukan regulasi untuk proses koordinasi tersebut (lihat juga PAP 2).
-Manajer pelayanan pasien (MPP), bukan merupakan PPA aktif, dalam menjalankan
manajemen pelayanan pasien mempunyai :
Peran minimal adalah sbb:
f. memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien
g. mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pd pasien
h. mengoptimalkan proses reimbursemen
dan dengan Fungsi sbb:
i. Asesmen utk manajemen pelayanan pasien,
j. Perencanaan utk manajemen pelayanan pasien,
k. Komunikasi dan koordinasi
l. Edukasi dan advokasi
m. Kendali mutu dan biaya pelayanan pasien
72
(Maksud dan Tujuan ARK.3.1)
-Keluaran yg diharapkan dari kegiatan manajemen pelayanan pasien a.l. adalah :
• Pasien mendapat asuhan sesuai kebutuhannya
• Terpeliharanya kesinambungan pelayanan
• Meningkatnya pemahaman pasien dan kepatuhannya terhadap asuhan, serta
meningkatnya kemandirian pasien
• Meningkatnya kemampuan pasien mengambil keputusan
• Meningkatnya keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga
• Optimalisasi sistem pendukung pasien
• Pemulangan yang aman
• Meningkatnya kualitas hidup dan kepuasan pasien
DPJP
PPJA Apoteker
Clinical Leader :
• Kerangka pokok Staf Klinis Dietisi
asuhan Lain Pasien, en
• Koordinasi Keluarga
• Kolaborasi
• Sintesis Staf Klinis Staf Klinis
• Interpretasi Lain Lain
• Review Staf Klinis
• Integrasi asuhan Lain
Yan Kes
/ RS Lain
MPP
MPP bukanlah PPA aktif Yan
Case Manager
Shift pagi Keuangan/
Billing Asuransi Dokter
Ratio 1 : 25 Pasien
Perusahaan/ Keluarga
- Kompleksitas Pasien Employer BPJS
- Kebutuhan RS
• Pembayar
• Perusahaan
• Asuransi
Output CM :
Kontinuitas Pelayanan
Pelayanan dgn Kendali
Mutu dan Biaya
Pelayanan yg memenuhi
kebutuhan Pasien-Kel pd Case
ranap s/d dirumah
Good Patient Care Manager
MPP
(*Pemandu, *Laison/
Penghubung/“Jembatan”) • RS
Pasien • PPA
Keluarga • Rohaniwan
• Unit2
• Keuangan
Peran • Penerapan PCC >>
Manajer Pelayanan Pasien • Kolaborasi PPA >>
• Kendali mutu asuhan
• Kendali biaya asuhan
• Kendali safety asuhan
Pembayar
1. Kesinambungan pelayanan
PPA 2. Pasien lebih memahami asuhan
3. Kepuasan pasien lebih tinggi
Sistem
4. Pasien lebih mampu mengambil
Pendukung keputusan
Keluarga,Teman, Pasien 5. Lebih terlibat & diberdayakan
Tetangga dsb
6. Lebih patuh kepada petunjuk PPA
7. Kemandirian pasien dan Quality Of
Life lebih baik
MPP / Case Mgr 8. Sistem pendukung pasien lebih
optimal
MPP bukanlah PPA aktif 9. Pemulangan aman
Shift pagi 10. Pasien mendapat asuhan yang
Ratio 1 : 25 Pasien
sesuai kebutuhan pasien
- Kompleksitas Pasien
- Kebutuhan RS
Ilustrasi Pra Rumah Sakit
???
Rumah Sakit Pasien
sesuai kebutuhan Keluarga
Pasien
Rumah Sakit
Case
Rumah Sakit
Manager
Rumah Sakit (di Klinik/
Rumah Sakit FKTP)
Ilustrasi di Rumah Sakit
Sakit : (kompleks): PPA
Pasien DPJP, Perawat,
DM, Gangrene Kaki, Dietisien,
Keluarga
Batuk (KP) Apoteker dsb
(Dirumah)
• Discharge Planning • Periksa Lab
• Proses Adm di RS • Ro, USG
Proses • Proses Adm di luar RS : • Endoskopi
Pulang BPJS, Perusahaan dsb • Biopsi
Di • Obat
Rumah Masalah Keluarga, Sosial, • Konsultasi
Psikologis, Spiritual Spesialis Lain
• Operasi
• ICU
Harus • Pem Ro diluar
DIRUJUK • Komplikasi..
“Urusan Panjang” • Dsb…..
Case
Manager
Asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi
asuhan, monev dan advokasi untuk opsi dan Pasien
pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien
di ranap & di rumah, dgn kendali mutu & Keluarga ??/!!
biaya, melalui kolaborasi dan komunikasi
Peran & Fungsi MPP
Peran :
1. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan asuhan pasien, termasuk keluarga dan pemberi
asuhannya, baik akut, dalam proses rehabilitasi di RS maupun pasca rawat,
mendorong keterlibatan dan pemberdayaan pasien.
2. Mengoptimalkan terlaksananya pelayanan berfokus pada pasien (patient centered
care) dan asuhan pasien terintegrasi, serta membantu meningkatkan kolaborasi
interprofesional
3. Mengoptimalkan proses reimbursemen
Fungsi :
Manajer Pelayanan Pasien menjalankan fungsi asesmen, perencanaan, fasilitasi dan
advokasi, melalui kolaborasi dgn pasien, keluarga, PPA, shg menghasilkan
outcome/hasil asuhan yg diharapkan.
Aktivitas & Manfaat MPP di RS
Komunikasi dan 1.Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar PPA dlm konteks
koordinasi keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan, shg
meminimalkan fragmentasi yan.
2.Membantu pasien utk transisi pelayanan yg aman ke tingkat yan
berikutnya yg memadai.
Edukasi dan 1. Memberikan edukasi & advokasi kpd pasien-keluarga atau pemberi asuhan utk
memaksimalkan kemampuan pasien-keluarga dlm pengambilan keputusan
advokasi terkait pelayanan yg diterimanya.
2. Memberikan edukasi kpd pasien-keluarga atau pemberi asuhan, PPA, terkait
alternatif pelayanan, sumber daya di komunitas / lingkungan rumahnya,
manfaat asuransi, aspek psiko-sosio-kultural shg keputusan tepat waktu dgn
dasar informasi lengkap
3. Memberikan advokasi shg meningkatkan kemampuan pasien-keluarga
mengatasi masalah dgn mencari opsi pelayanan yg tersedia, rencana alternatif
sesuai kebutuhan, agar tercapai hasil asuhan yg diharapkan
4. Berusaha meningkatkan kemandirian advokasi dan kemandirian pengambilan
keputusan pasien
5. Memberikan advokasi kepada pasien dan pembayar utk memfasilitasi hasil yg
positif bagi pasien, bagi PPA dan pembayar. Namun bila ada perbedaan
kepentingan maka kebutuhan pasien lebih menjadi prioritas
Kendali mutu dan Mendorong pemberian pelayanan yg memadai utk kendali mutu dan biaya
biaya dengan basis kasus per kasus.
• MPP me navigasi melalui 9 fase
• Berulang & Cyclical Proses Manajemen
• Berpusat pd pasien Pelayanan Pasien
• Sistem support dari pasien
Form A Form B Level bervariasi berdasarkan pengaturan
MPP MPP praktik. Termasuk pengumpulan data yg
s/d Selesai dibutuhkan untuk fase Evaluasi hasil
6 Rehabilitasi
7 Pengembangan Profesi
Proses Manajemen Yan Pasien
(Sumber : The Commission for Case Manager Certification’s Case Management Body of Knowledge®. (CMBOK®), 2011)
Karakteristik Seorang MPP
1. Seorang MPP hrs mempunyai kemampuan utk mengekspresi-kan pendapat, keinginan,
bukan membela diri, atau cemas. Dapat mengatasi orang2 maupun situasi yg sulit dengan
tenang & penuh percaya diri. Agar MPP dapat berhasil melayani dalam peran advokasi,
memperjuangkan untuk yg terbaik bagi pasien, RS, dan para pelanggannya
2. MPP bekerja secara otonom / mandiri, harus mempunyai rasa percaya diri. Harus
mempunyai gambaran yg akurat ttg kekuatan dirinya, kelemahannya, maupun
kepribadiannya serta harus bebas dari kepentingan dirinya.
3. MPP harus siap utk menjangkau staf klinis dalam tim PPA (Profesional Pemberi Asuhan)
untuk memberikan advokasi dan dukungan. MPP menanamkan hubungan positif dengan
pihak lain dalam komunikasi keseharian. Perlu ketrampilan bernegosiasi
4. MPP harus seorang yg berani mengambil risiko, mencari sasaran baru yang lebih memadai
utk tujuan memenuhi kebutuhan pasien. Ada pendapat bahwa MPP haruslah sering
“berpihak” kepada pasien.
Dokumentasi
Manajemen Pelayanan Pasien di Rumah Sakit
Form A 1. Identifikasi, seleksi / skrining pasien utk manajemen pelayanan
Evaluasi Awal pasien
MPP 2. Asesmen untuk manajemen pelayanan pasien
3. Identifikasi masalah, risiko dan kesempatan
4. Perencanaan manajemen pelayanan pasien
Form B 1. Pelaksanaan Perencanaan manajemen pelayanan pasien
Catatan 2. Monitoring
Implementasi 3. Identifikasi masalah – risiko – kesempatan
MPP 4. Fasilitasi, Koordinasi, Komunikasi,
5. Kolaborasi
6. Advokasi
7. Hasil Pelayanan
8. Terminasi manajemen pelayanan pasien
*Standar ARK.3.2
RS menetapkan regulasi bhw setiap pasien harus dikelola oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) utk memberikan asuhan kepada
pasien.
DPJP & DPJP Utama
Elemen penilaian ARK.3.2
1. Ada regulasi ttg DPJP yg bertangg-jawab melakukan koordinasi asuhan dan
bertugas di dlm seluruh fase asuhan rawat inap pasien, teridentifikasi dlm
rekam medis pasien.(R)
2. Regulasi juga menetapkan proses pengaturan perpindahan tangg-jawab
koordinasi asuhan pasien dari satu DPJP ke DPJP lain, termasuk bila terjadi
perubahan DPJP Utama.(R)
3. DPJP yg ditetapkan telah memenuhi proses kredensial, sesuai peraturan
perUUan. (D,W)
4. Bila dilaksanakan rawat bersama agar dipilih DPJP Utama sesuai kriteria,
sebagai koordinator asuhan pasien. (D,W)
95
ARK.3.2
4. Bila dilaksanakan rawat bersama D Bukti penetapan DPJP Utama sesuai kriteria. 10 TL
agar dipilih DPJP Utama sesuai 5 TS
kriteria, sebagai koordinator asuhan W DPJP 0 TT
pasien. (D,W) Kepala instalasi rawat inap/kepala ruang
rawat inap
Pasien/keluarga
1. DPJP : seorang Dr, sesuai dengan kewenangan klinisnya, memberikan asuhan medis lengkap kpd
seorang pasien dgn 1 patologi / penyakit, dari awal s/d akhir perawatan di RS, baik pada pelayanan
rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis lengkap artinya melakukan asesmen medis s/d
implementasi rencana serta tindak lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
2. Pasien dgn > dari 1 penyakit dikelola oleh > dari 1 DPJP, pola asuhan secara tim / terintegrasi.
Contoh : pasien dgn DM, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih > 1 DPJP : DrSp PD, DrSpM,
DrSpS.
3. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh > dari 1 DPJP, maka asuhan medis tsb yg dilakukan secara
terintegrasi / tim diketuai oleh seorang DPJP Utama. Peran DPJP Utama : koordinator, menjaga
terlaksananya asuhan medis komprehensif - terpadu – efektif komunikasi, keselamatan
pasien, membangun sinergisme, mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar
anggota, mengarahkan agar tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan
intervensi), mencegah duplikasi.
4. Dr yg memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian / data tentang hasil
laboratorium atau radiologi, tidak memakai istilah DPJP, karena tidak memberikan asuhan medis
yang lengkap.
5. Asuhan pasien (patient care) diberikan dengan pola Pasien Berfokus pada Pasien (Patient
Centered Care), dan DPJP merupakan Ketua (Team Leader) dari tim yang terdiri dari para
professional pemberi asuhan pasien / staf klinis dengan kompetensi dan kewenangan yang
memadai, yang a.l. terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, fisioterapis dsb.
6. Kriteria penunjukan DPJP Utama untuk seorang pasien dapat digunakan butir-butir sbb :
a. DPJP Utama berasal dari para DPJP terkait
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada awal
perawatan
c. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit dalam kondisi
terparah
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
Form Pencatatan DPJP
Utk setiap Pasien
Kontributor Utama:
dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,
MHKes
Kontributor:
1. dr. Djoti Atmodjo, Sp.A, MARS
2. dr. Luwiharsih, M.Sc
3. Dra. M. Amatyah S, M.Kes
4. dr. Djoni Darmadjaja, Sp.B, MARS
5. dr. H. Muki Reksoprodjo, Sp.OG
6. dr. Mgs. Johan T. Saleh, M.Sc
7. dr. Nina Sekartina, MHA
8. dr. Achmad Hardiman, Sp.KJ, MARS
9. Dra. Pipih Karniasih, S.Kp, M.Kep
10. dr. Isi Mularsih, MARS
11. dr. Henry Boyke Sitompul,Sp.B,FICS 103
SUPERVISI
dalam Pendelegasian Wewenang
2. SUPERVISI
1. SUPERVISI TINGGI MODERAT TINGGI
Transfer intra RS
Elemen penilaian ARK.3.3.
1. Ada regulasi ttg transfer pasien antar unit pelayanan di dlm RS
dilengkapi dgn form transfer pasien . (R)
2. Form tsb memuat indikasi pasien masuk dirawat. (D)
3. Form tsb memuat riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan diagnostik. (D)
4. Form tsb memuat setiap diagnosis yg dibuat. (D)
5. Form tsb memuat setiap prosedur yg dilakukan.(D)
6. Form tsb memuat obat yg diberikan dan tindakan lain yg dilakukan. (D)
7. Form tsb memuat keadaan pasien pada waktu dipindah (transfer). (D)
8. Ketentuan tsb dilaksanakan. (D,O,W)
109
ARK.3.3
1. Ada regulasi tentang transfer R Regulasi tentang transfer pasien antar unit 10 TL
pasien antar unit pelayanan di dalam pelayanan di dalam rumah sakit, termasuk 5 TS
rumah sakit dilengkapi dengan form penetapan form transfer yang meliputi EP 2 0 TT
transfer pasien. (R) sampai dengan EP 7.
2. Form tersebut memuat indikasi D Bukti form transfer memuat indikasi 10 TL
pasien masuk dirawat. (D) pasien masuk dirawat. 5 TS
0 TT
6. Form tersebut memuat obat yang D Bukti form transfer memuat obat yang 10 TL
diberikan dan tindakan lain yang diberikan dan tindakan lain yang 5 TS
dilakukan. (D) dilakukan. 0 TT
112
PEMULANGAN DARI RUMAH SAKIT (DISCHARGE),
TINDAK LANJUT
Aspek pemulangan pasien
Standar ARK.4.
RS menetapkan regulasi melaksanakan proses pemulangan pasien dari RS
berdasar atas kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan kesinambungan
asuhan atau tindakan.
Elemen penilaian ARK.4.
1. Ada regulasi tentang pemulangan pasien disertai kriteria pemulangan
pasien untuk kesinambungan asuhan sesuai dengan kondisi kesehatan dan
kebutuhan pelayanan pasien (lihat juga ARK 4.2 dan ARK 4.2.1). (R)
2. Ada bukti pemulangan pasien sesuai dengan kriteria pemulangan pasien.
(D,W) .
3. Ada regulasi yang menetapkan kriteria tentang pasien yang diizinkan untuk
keluar meninggalkan RS selama periode waktu tertentu.(R)
4. Ada bukti pelaksanaan ttg pasien yang diizinkan utk keluar meninggalkan
RS selama periode waktu tertentu (D,W)
114
ARK.4
117
*Standar ARK.4.1.
RS bekerja sama / berkoordinasi dengan praktisi kesehatan di luar RS tentang
tindak lanjut pemulangan. - Aspek pemulangan pasien
- P3 / discharge planning
- TL di rumah
Elemen penilaian ARK.4.1
1. Ada bukti pemulangan pasien yg rencana pemulangannya kompleks
(discharge planning) dimulai sejak awal pasien masuk ranap melibatkan
semua PPA terkait serta difasilitasi oleh MPP, utk kesinambungan
asuhan sesuai dgn kondisi kesehatan dan kebutuhan pelayanan pasien.
(D,W)
2. Pada tindak lanjut pemulangan pasien bila diperlukan dapat ditujukan
kepada fasilitas kesehatan baik perorangan ataupun institusi yg berada
di komunitas dimana pasien berada yg bertujuan utk memberikan
bantuan pelayanan.(D)
118
ARK.4.1
120
Discharge Planning
Transisi & Kontinuitas Yan
Keluarga :
Asuhan
Dirumah
Yan
Follow-up
Discharge Edukasi, Pelatihan spesifik : Pasien-Kel • Ke RS Yan Kes
Penunjang,
Rehab
Planning • Telpon Primer
•Awal & durante dilingkungan
ranap Proses Pulang/Fase Discharge :
•Kriteria o 24-48 jam pra-pulang
•Tim Multidisiplin o Penyiapan Yan dilingkungan
o Kriteria pulang +
•Keterlibatan
o Resume pasien pulang
Pasien-Kel o Transport
•Antisipasi masalah o dsb
•Program Edukasi
/Pelatihan
•EDD=Expected
Discharge Date
Discharge Planning
• Cegah Komplikasi
Pasca Discharge
• Cegah Readmisi
(Nico Lumenta, 2015)
*Standar ARK.4.2.
Ringkasan pasien pulang dibuat untuk semua pasien rawat inap.
Ringkasan pulang
*Elemen penilaian ARK.4.2.
1. Ringkasan pulang memuat riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik. (D)
2. Ringkasan pulang memuat indikasi pasien di ranap, diagnosis dan
komorbiditas lain. (D)
3. Ringkasan pulang memuat prosedur terapi dan tindakan yg telah
dikerjakan. (D)
4. Ringkasan pulang memuat obat yg diberikan, termasuk obat setelah
pasien keluar RS. (D)
5. Ringkasan pulang memuat kondisi kesehatan pasien (status present)
saat akan pulang RS. (D)
6. Ringkasan pulang memuat instruksi tindak lanjut dan dijelaskan kpd
pasien & keluarga. (D) 122
ARK.4.2
Elemen Penilaian Telusur Skor
1. Ringkasan pulang memuat riwayat D Bukti form ringkasan pulang memuat riwayat 10 TL
kesehatan, pemeriksaan fisik, dan kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan 5 TS
pemeriksaan diagnostik. (D) diagnostik. 0 TT
2. Ringkasan pulang memuat indikasi pasien D Bukti form ringkasan pulang memuat indikasi pasien 10 TL
dirawat inap, diagnosis, dan komorbiditas dirawat inap, diagnosis, dan komorbiditas lain. 5 TS
lain. (D) 0 TT
3. Ringkasan pulang memuat prosedur terapi D Bukti form ringkasan pulang memuat prosedur terapi 10 TL
dan tindakan yang telah dikerjakan. (D) dan tindakan yang telah dikerjakan. 5 TS
0 TT
4. Ringkasan pulang memuat obat yang D Bukti form ringkasan pulang memuat obat yang 10 TL
diberikan termasuk obat setelah pasien diberikan termasuk obat setelah pasien keluar RS 5 TS
keluar RS. (D) sesuai PKPO 4.3 EP 2. 0 TT
5. Ringkasan pulang memuat kondisi D Bukti form ringkasan pulang memuat kondisi 10 TL
kesehatan pasien (status present) saat kesehatan pasien (status present) saat akan pulang 5 TS
akan pulang dari RS. (D) (EP 5 untuk IGD dari RS. 0 TT
dan transfer)
6. Ringkasan pulang memuat instruksi D Bukti form ringkasan pulang memuat instruksi tindak 10 TL
tindak lanjut dan dijelaskan kepada pasien lanjut dan dijelaskan kepada pasien dan/atau keluarga 5 TS
dan keluarga. (D) serta ditandatangani oleh pasien dan/atau keluarga 0 123
TT
Maksud dan Tujuan ARK.4.2.
Ringkasan pasien pulang memberikan gambaran ttg pasien yg tinggal di RS.
Ringkasan dapat digunakan oleh praktisi yg bertangg-jawab memberikan tindak lanjut
asuhan. Ringkasan memuat hal2 sbb (lihat MIRM 15):
• Indikasi pasien masuk dirawat, diagnosis dan komorbiditas lain
• Temuan fisik penting dan temuan2 lain
• Tindakan diagnostik dan prosedur terapi yg telah dikerjakan
• Obat yg diberikan selama diranap dgn potensi akibat efek residual setelah obat
tidak diteruskan dan semua obat yg harus digunakan di rumah
• Kondisi pasien (status present)
• Ringkasan memuat instruksi tindak lanjut, agar dihindari istilah anjuran.
Ringkasan pasien pulang dijelaskan dan ditandatangani oleh pasien/keluarga
karena memuat instruksi.
124
*Standar ARK.4.2.1.
RS menetapkan pemberian ringkasan pasien pulang kepada pihak yang
berkepentingan.
Ringkasan pulang : Proses
Elemen penilaian ARK.4.2.1.
1. Ringkasan pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang. (D,W)
2. Satu salinan dari ringkasan diberikan kpd pasien, bila diperlukan dapat
diserahkan kpd tenaga kesehatan yang bertangg-jawab memberikan
kelanjutan asuhan. (D,W)
3. Satu salinan dari ringkasan yg lengkap ditempatkan di rekam medik pasien.
(D)
4. Satu salinan dari ringkasan diberikan kpd pihak penjamin pasien sesuai
regulasi RS. (D)
125
ARK.4.2.1
128
*Standar ARK.4.3
Untuk pasien rawat jalan yg membutuhkan asuhan yg kompleks atau
diagnosis yg kompleks, dibuat catatan tersendiri Profil Ringkas Medis Rawat
Jalan (PRMRJ) dan tersedia untuk PPA.
129
ARK.4.3
W
DPJP
Staf klinis
Staf Rekam Medis
Komite/tim PMKP
132
(Maksud dan Tujuan ARK.4.3.)
-Profil Ringkas Medis Rawat Jalan (PRMRJ) memuat informasi, termasuk:
• Identifikasi pasien yg menerima asuhan kompleks atau dengan diagnosis
kompleks (seperti pasien di klinik jantung dengan berbagai komorbiditas antara
lain DM tipe 2, Total Knee Replacement, Gagal ginjal tahap akhir dsb. Atau
pasien di klinik neurologik dengan berbagai komorbiditas).
• Identifikasi informasi yg dibutuhkan oleh para DPJP yg menangani pasien tsb
• Menentukan proses yg digunakan utk memastikan bhw informasi medis yg
dibutuhkan DPJP tersedia dlm format mudah ditelusur (“easy-to-retrieve”) dan
mudah direview .
• Evaluasi dari hasil implementasi proses utk mengkaji bhw informasi dan proses
memenuhi kebutuhan DPJP dan meningkatkan mutu serta keselamatan pasien
133
Form PRMRJ Nama Pasien :….
137
ARK.4.4
4. Dokter keluarga (bila ada) atau dokter D Bukti pelaksanaan rujukan sesuai 10 TL
yang memberi asuhan berikutnya dari pasien ARK 5. 5 TS
diberitahu tentang kondisi tersebut. (D) 0 TT
142)
ARK.5
1. Ada regulasi tentang rujukan R Regulasi tentang rujukan termasuk meliputi: 10 TL
sesuai dengan peraturan 1) kewajiban RS mencari fasilitas pelayanan kesehatan yang 5 TS
perUUan. (R) sesuai kebutuhan pasien 0 TT
2) staf yang bertanggung jawab dalam proses
pengelolaan/penyiapan rujukan sesuai ARK 5.1 EP 1
3) proses rujukan untuk memastikan pasien pindah dengan aman
(ARK 5.1 EP 2, 3, 4 dan ARK 5.2 EP 1).
2. Rujukan pasien dilakukan D Bukti pelaksanaan rujukan pasien sesuai dengan kebutuhan 10 TL
sesuai dengan kebutuhan kesinambungan asuhan pasien. 5 TS
kesinambungan asuhan 0 TT
pasien. (D)
3. RS yang merujuk memastikan bahwa D Bukti tentang fasilitas kesehatan yang menerima dapat 10 TL
fasilitas kesehatan yang menerima dapat memenuhi kebutuhan pasien yang dirujuk. 5 TS
memenuhi kebutuhan pasien yang W DPJP 0 TT
dirujuk. (D,W) Staf keperawatan
Petugas Ambulans
4. Ada kerjasama RS yang merujuk R Regulasi tentang kerjasama RS yang merujuk dengan 10 TL
dengan RS yang menerima rujukan yang RS yang sering dirujuk. 5 TS
sering dirujuk. (R) 0 TT
143
Maksud dan Tujuan ARK.5.
-Pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan lain didasarkan atas kondisi pasien dan
kebutuhan utk memperoleh asuhan berkesinambungan. Rujukan pasien a.l. utk
memenuhi kebutuhan pasien atau konsultasi spesialistik dan tindakan, serta
penunjang diagnostik. Jika pasien dirujuk ke RS lain, yg merujuk harus memastikan
fasilitas kesehatan penerima menyediakan pelayanan yg dapat memenuhi
kebutuhan pasien dan mempunyai kapasitas menerima pasien.
-Diperoleh kepastian terlebih dahulu dan kesediaan menerima pasien serta
persyaratan rujukan diuraikan dalam kerjasama formal atau dalam bentuk
perjanjian. Ketentuan spt ini dapat memastikan adanya kesinambungan asuhan
tercapai dan kebutuhan pasien terpenuhi. Rujukan terjadi juga ke fasilitas kesehatan
lain dgn atau tanpa ada perjanjian formal.
144)
*Standar ARK.5.1
RS menetapkan proses rujukan untuk memastikan pasien pindah dengan
aman.
Proses Rujuk
Elemen Penilaian ARK 5.1
1. Ada staf yg bertangg-jawab dlm pengelolaan rujukan, termasuk utk
memastikan pasien diterima di RS rujukan yg dapat memenuhi kebutuhan
pasien. (D,W)
2. Selama proses rujukan ada staf yg kompeten sesuai kondisi pasien yg
selalu memonitor dan mencatatnya dlm rekam medis. (D,W)
3. Selama proses rujukan tersedia obat, bahan medis habis pakai, alat
kesehatan dan peralatan medis sesuai kebutuhan kondisi pasien. (D,O,W)
4. Ada proses serah terima pasien antara staf pengantar dan yg menerima.
(D,O,W)
5. Pasien dan keluarga dijelaskan apabila rujukan yg dibutuhkan tidak dapat
dilaksanakan. (D)
145)
ARK.5.1
148)
(Maksud dan Tujuan ARK 5.1.)
-Proses ini menangani :
• Ada staf yg bertangg-jawab dlm pengelolaan rujukan, termasuk utk memastikan
pasien diterima di RS rujukan yg dapat memenuhi kebutuhan pasien.
• Selama dlm proses rujukan ada staf yg kompeten sesuai kondisi pasien yg selalu
memonitor dan mencatatnya dlm rekam medis.
• Dilakukan identifikasi kebutuhan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan
dan peralatan medis yg dibutuhkan selama proses rujukan.
• Dalam proses pelaksanaan rujukan, ada proses serah terima pasien antara staf
pengantar dan yg menerima
-RS melakukan evaluasi terhadap mutu dan keamanan dari proses rujukan utk
memastikan pasien telah ditransfer dengan staf yg kompeten dan dengan peralatan
medis yg tepat.
149)
Elemen Kegiatan Rujukan
*Standar ARK.5.2
RS menetapkan regulasi untuk mengatur proses rujukan dan di catat di rekam
medik pasien.
Proses Rujuk
153)
(Maksud dan Tujuan ARK.5.2.)
-Dokumentasi juga memuat nama fasyankes dan nama orang di fasyankes yg
menyetujui menerima pasien, kondisi khusus untuk rujukan (spt kalau ruangan
tersedia di penerima rujukan, atau tentang status pasien). Juga dicatat jika kondisi
pasien atau kondisi pasien berubah selama ditransfer (misalnya, pasien meninggal
atau membutuhkan resusitasi).
-Dokumen lain yg diminta sesuai kebijakan RS (misalnya, tanda tangan perawat
atau dokter yg menerima, nama orang yg memonitor pasien dalam perjalanan
rujukan) masuk dalam catatan
154)
TRANSPORTASI
*Standar ARK.6 Transportasi pasien
RS menetapkan regulasi ttg transportasi dalam proses merujuk,
memindahkan atau pemulangan, pasien rawat inap dan rawat jalan utk
memenuhi kebutuhan pasien.
Elemen Penilaian ARK.6.
1. Ada regulasi utk proses transportasi pasien sesuai kebutuhannya yg meliputi
asesmen kebutuhan transportasi bagi pasien yg akan dirujuk atau
dipulangkan, obat, bahan medis habis pakai, alat kes dan peralatan medis
sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. (R)
2. Berdasarkan hasil asesmen, alat transportasi yg digunakan utk rujukan harus
sesuai dgn kondisi dan kebutuhan pasien dan memenuhi ketentuan
keselamatan transportasi termasuk memenuhi persyaratan PPI. (D,O,W)
3. Bila alat transportasi yg digunakan terkontaminasi cairan tubuh pasien atau
pasien dgn penyakit menular harus dilakukan proses dekontaminasi (Lihat
PPI.7.1) (D,O,W)
4. Ada mekanisme utk menangani keluhan proses transportasi dalam rujukan.
(D,W) 155)
ARK.6
158)
(Maksud dan Tujuan ARK.6.)
-Jenis kendaraan utk transportasi berbagai macam, mungkin ambulans atau lain
kendaraan milik RS atau berasal dari sumber yg diatur oleh keluarga atau teman.
Jenis kendaraan yg diperlukan tergantung kondisi dan status pasien.
159)
(Maksud dan Tujuan ARK.6.)
-Jika RS membuat kontrak layanan transportasi, RS harus dapat menjamin bahwa
kontraktor harus memenuhi standar utk mutu dan keselamatan pasien dan
kendaraan. Jika layanan transpor diberikan oleh Kementerian Kesehatan/ Dinas
Kesehatan, perusahaan asuransi, atau organisasi lain yg tidak berada dalam
pengawasan RS, masukan dari RS ttg keselamatan dan mutu transpor dapat
memperbaiki kinerja penyedia pelayanan transpor.
-Dalam semua hal, RS melakukan evaluasi thd mutu dan keselamatan pelayanan
transportasi. Ini termasuk penerimaan, evaluasi, tindak lanjut keluhan terkait
pelayanan transportasi.
160)
161)
PITSELNAS AKREDITASI RUMAH SAKIT KE – V
JCC 5-7 AGUSTUS 2019
No Standar EP No Standar EP
1 PAB.1 3 12 PAB.6 3
2 PAB.2 4 13 PAB.6.1 4
3 PAB.2.1 6 14 PAB.7 3
4 PAB.3 4 15 PAB.7.1 3
5 PAB.3.1 3 16 PAB.7.2 3
6 PAB.3.2 3 17 PAB.7.3 4
7 PAB.3.3 3 18 PAB.7.4 4
8 PAB.4 2 19 PAB.8 4
9 PAB.4.1 2 20 PAB.8.1 6
10 PAB.5 3 20 Std 70 EP
11 PAB.5.1 3 Anestesi 43 ep (61 %)
Bedah 27 ep (39 %)
2
Pola SEMI-A
SEMI-A
(S = Standar, E = Elemen Penilaian, M = Maksud & tujuan, I =
Instrumen, A = Acuan ke Peraturan PerUUan, Etika Profesi, Standar Profesi,
Standar Internasional.)
1. Anestesi Unit
Km Bedah
2. Sedasi Dalam
Km
3. Sedasi Moderat Bersalin Endo
skopi
IGD
MRI/ CatLab
CTScan
ICU
GAMBARAN UMUM
-Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yg kompleks dan
sering dilaksanakan di RS. Hal tsb memerlukan:
1) asesmen pasien yg lengkap dan menyeluruh,
2) perencanaan asuhan yg terintegrasi,
3) pemantauan yg terus menerus,
4) transfer ke ruang perawatan berdasarkan kriteria tertentu,
5) rehabilitasi,
6) transfer ke ruangan perawatan dan pemulangan.
-Anestesi dan sedasi umumnya merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dari
sedasi minimal hingga anastesi penuh. Karena respons pasien dapat berubah-ubah
sepanjang berlangsungnya rangkaian tsb, maka penggunaan anestesi dan sedasi diatur
secara terpadu. Dalam bab ini dibahas anestesi dan sedasi sedang dan dalam dimana
ketiganya berpotensi membahayakan refleks protektif pasien terhadap fungsi
pernafasannya. Dalam bab ini tidak dibahas penggunaan sedasi minimal (anxiolysis, atau
penggunaan sedasi untuk penggunaan ventilator). Karenanya penulisan istilah agar
lengkap : sedasi moderat dan dalam. Disarankan membuat juga regulasi tentang sedasi
minimal.
5
-Karena tindakan bedah juga merupakan tindakan yg berisiko tinggi, maka harus
direncanakan dan dilaksanakan secara hati-hati. Rencana prosedur operasi dan
asuhan pasca operasi dibuat berdasarkan asesmen dan didokumentasikan.
Standar pelayanan anestesi dan bedah berlaku di area manapun dalam RS yg
menggunakan anestesi, sedasi sedang dan dalam, dan juga pada tempat
dilaksanakannya prosedur pembedahan dan tindakan invasif lainnya yg
membutuhkan persetujuan tertulis (informed consent) (Lihat HPK.6.4). Area ini
meliputi ruang operasi RS, rawat sehari, klinik gigi, klinik rawat jalan, endoskopi,
radiologi, gawat darurat, perawatan intensif dan tempat lainnya.
-Tindakan anestesi lokal yang dikerjakan antara lain di IGD, Rawat Jalan, Kamar
operasi Mata, Radiologi, dsb tetap dilakukan monitoring fisiologis dan dicatat di form
tersendiri (Lihat PAB 6 dan AP 1.5).
6
ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Standar PAB.1.
RS menyediakan pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam)
utk memenuhi kebutuhan pasien, dan pelayanan tsb memenuhi peraturan
perundang-undangan dan standar profesi.
Yan Anestesi, Sedasi M-D
Elemen Penilaian PAB.1. Yan yang seragam
1. RS menetapkan regulasi ttg pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam
yg memenuhi standar profesi, peraturan perUUan. (R)
2. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam yg adekuat, reguler dan
nyaman, tersedia utk memenuhi kebutuhan pasien (O,W)
3. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam (termasuk pelayanan yg
diperlukan untuk kegawat daruratan) tersedia 24 jam. (O,W)
7
PAB.1
9
Standar PAB.2.
Ada staf medis anestesi yg kompeten dan berwenang, bertangg-jawab
untuk mengelola pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam.
Kepala Pelayanan Anestesi, Sedasi M-D,
SK, UTW, Pola kerja
Elemen Penilaian PAB.2.
1. Ada regulasi RS yg mengatur pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam
seragam di seluruh RS (Lihat PAP.1.EP.1) dan berada dibawah tangg-jawab
seorang dokter anestesi sesuai peraturan perUUan (Lihat TKRS 5) (R)
2. Ada bukti penangg-jawab pelayanan anestesi utk mengembangkan,
melaksanakan, menjaga regulasi seperti elemen a) s/d d) di maksud dan tujuan
(D,W).
3. Ada bukti penanggung jawab menjalankan pengawasan administrasi dan
program pengendalian mutu. (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan supervisi dan evaluasi pelaksanaan pelayanan anestesi,
sedasi moderat dan dalam di seluruh RS. (D,W)
10
PAB.2
13
(PMK 519/2011 Ped Penyelenggaran
Yan Anest & Terapi Intensif di RS)
14
PAB 2.1
Program mutu dan keselamatan pasien pada pelayanan anestesi, sedasi
moderat dan dalam dilaksanakan dan didokumentasikan
a 18
PMK 519/2011 Pedoman Penyelenggaraan Yan Anestesi
& Terapi Intensif di RS
a 19
PELAYANAN SEDASI
Standar PAB.3.
Pemberian sedasi moderat dan dalam dilakukan sesuai regulasi yg ditetapkan
Sedasi Moderat & Dalam
Elemen Penilaian PAB.3
1. Ada regulasi RS yg menetapkan pemberian sedasi yg seragam di semua tempat
di RS sesuai peraturan perUUan ditetapkan dan dilaksanakan sesuai elemen a)
s/d d) spt yg disebut di maksud dan tujuan (R)
2. Ada bukti pelaksanaan sedasi sesuai regulasi yg ditetapkan (D,O,W)
3. Peralatan emergency tersedia dan digunakan sesuai dgn jenis sedasi, umur
dan kondisi pasien (D,O)
4. Staf yg terlatih dan berpengalaman dalam memberikan bantuan hidup lanjut
(advance) harus selalu tersedia dan siaga selama tindakan sedasi dikerjakan
(D,O,W)
PAB.3
1. Ada regulasi RS yg menetapkan R Regulasi tentang pelayanan 10 TL
pemberian sedasi yg seragam di semua sedasi M-D (moderat-dalam) - -
tempat di RS sesuai peraturan perundang- yang seragam di semua tempat 0 TT
undangan ditetapkan dan dilaksanakan di RS
sesuai elemen a) s/d d) spt yg disebut di
maksud dan tujuan (lihat juga PAB 3.2 EP 1
sampai dengan 3) (R)
W Penanggung jawab
pelayanan anestesi
Staf anestesi
21
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.3
3. Peralatan emergency tersedia D Daftar peralatan dan obat-obat 10 TL
dan digunakan sesuai dgn jenis emergensi untuk pelayanan sedasi 5 TS
sedasi, umur dan kondisi pasien 0 TT
(D,O) O Lihat ketersediaan sumber daya sesuai
daftar
4. Staf yang terlatih dan D Daftar dinas PPA yang kompeten dan 10 TL
berpengalaman dalam memberikan berwenang untuk memberikan bantuan 5 TS
bantuan hidup lanjut (advance) hidup lanjut (advance) selama tindakan 0 TT
harus selalu tersedia dan siaga sedasi dilakukan
selama tindakan sedasi dikerjakan
(D,O,W) O Lihat daftar dinas dan ketersediaan
sumber daya
22
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.3.
Prosedur pemberian sedasi moderat dan dalam yg diberikan secara intravena, tidak
tergantung berapa dosisnya.
Prosedur pemberian sedasi dilakukan seragam ditempat pelayanan di dalam RS
termasuk unit diluar kamar operasi. Karena prosedur pemberian sedasi, seperti
layaknya anestesi, mengandung risiko potensial kpd pasien. Pemberian sedasi kpd
pasien harus dilakukan seragam dan sama di semua tempat di RS.
Pelayanan sedasi yg seragam meliputi :
a) kualifikasi staf yg memberikan sedasi
b) peralatan medis yg digunakan
c) bahan yg dipakai
d) cara pemonitoran di RS.
Oleh sebab itu RS harus menetapkan pedoman spesifik tentang hal tsb diatas
Standar PAB.3.1
Para profesional pemberi asuhan (PPA) yg kompeten dan berwenang
memberikan pelayanan sedasi moderat dan dalam serta melaksanakan
monitoring
PPA Yan Sedasi M-D
Elemen Penilaian PAB.3.1 Siapkan Daftar SDM
1. PPA yg bertangg-jawab memberikan sedasi adalah staf yg kompeten
dalam hal paling sedikit a) s/d d) di maksud dan tujuan (R)
2. PPA yg bertangg-jawab melakukan pemantauan selama diberikan sedasi
adalah staf yg kompeten dalam hal, paling sedikit e) s/d h) di maksud dan
tujuan (R)
3. Kompetensi semua staf yg terlibat dalam sedasi tercatat dalam dokumen
kepegawaian (lihat KKS 5) (D,W)
24
PAB.3.1
1. PPA yang bertanggung jawab R Regulasi berupa SPK dan RKK staf 10 TL
memberikan sedasi adalah staf yg anestesi yang melakukan sedasi M-D - -
kompeten dalam hal paling sedikit 0 TT
a) s/d d) di maksud dan tujuan (R)
2. PPA yang bertanggung jawab R Regulasi berupa SPK dan RKK staf 10 TL
melakukan pemantauan selama anestesi, antara lain penata/perawat - -
diberikan sedasi adalah staf yg anestesi yang melakukan monitoring 0 TT
kompeten dalam hal, paling sedikit sedasi M-D
e) s/d h) di maksud dan tujuan (R)
26
(Maksud dan Tujuan PAB.3.1)
Karena itu staf yg bertangg-jawab memberikan sedasi harus kompeten dan
berwenang dalam hal:
a) Teknik dan berbagai macam cara sedasi
b) Farmakologi obat sedasi dan penggunaaan zat reversal (antidote-nya)
c) Memonitor pasien dan
d) Bertindak jika ada komplikasi (lihat juga, KKS.10)
Staf lain yg kompeten dapat melakukan pemantauan dibawah supervisi secara
terus menerus terhadap parameter fisiologis pasien dan memberi bantuan dalam
hal tindakan resusitasi. Orang yg bertangg-jawab melakukan pemonitoran, harus
kompeten dalam:
e) pemonitoran yg diperlukan
f) bertindak jika ada komplikasi
g) penggunaaan zat reversal (anti-dot) 27
Asesmen IAR
Elemen Penilaian PAB.3.2
1. Dilakukan asesmen pra sedasi dan dicatat dalam rekam medis yg sekurang-
kurangnya berisikan a) s/d e) di maksud dan tujuan, utk evaluasi risiko dan
kelayakan tindakan sedasi bagi pasien sesuai regulasi yg ditetapkan RS
(Lihat, AP.14) (D,W)
30
(Maksud dan Tujuan PAB.3.2)
Asesmen pra sedasi membantu menemukan faktor yg dapat berpengaruh pada
respons pasien terhadap tindakan sedasi dan juga dapat ditemukan hal penting
dari hasil monitor selama dan sesudah sedasi.
Profesional pemberi asuhan (PPA) yg kompeten dan berwenang melakukan
asesmen pra sedasi sbb :
a) mengidentifikasi setiap masalah saluran pernapasan yg dapat
mempengaruhi jenis sedasi
b) evaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi.
c) merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlukan
pasien berdasar sedasi yg diterapkan
d) pemberian sedasi secara aman dan
e) evaluasi dan menyimpulkan temuan dari monitor selama dan sesudah
sedasi
31
(Maksud dan Tujuan PAB.3.2)
Cakupan dan isi asesmen dibuat berdasarkan Panduan Praktik Klinis dan regulasi
yg ditetapkan RS.
Pasien yg sedang menjalani tindakan sedasi di monitor tingkat kesadarannya,
ventilasi dan status oksigenisasi, variabel hemodinamik berdasar jenis obat sedasi yg
diberikan, jangka waktu sedasi, jenis kelamin dan kondisi pasien.
Perhatian khusus ditujukan pada kemampuan pasien mempertahankan refleks
protektif, jalan napas yg teratur dan lancar, respon terhadap stimulasi fisik dan
perintah verbal.
Staf yg kompeten bertangg-jawab melakukan pemonitoran status fisiologis pasien
secara terus menerus dan membantu memberikan bantuan resusitasi sampai pasien
pulih dgn selamat.
Setelah tindakan selesai dikerjakan, pasien masih tetap berisiko terhadap komplikasi
krn keterlambatan absorsi obat sedasi, adanya depresi pernapasan dan kekurangan
stimulasi akibat tindakan. Ditetapkan kriteria pemulihan pasien yg siap utk ditransfer
(Lihat juga PMKP.8)
a 32
Standar PAB.3.3
Risiko, manfaat dan alternatif berhubungan dgn tindakan sedasi moderat dan
dalam didiskusikan dgn pasien dan keluarga pasien atau dengan mereka yg
membuat keputusan yg mewakili pasien.
33
PAB.3.3
1. Pasien dan atau keluarga atau pihak D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
lain yang berwenang yang memberikan penjelasan tentang risiko, keuntungan 5 TS
keputusan dijelaskan tentang risiko, dan alternatif tindakan sedasi 0 TT
keuntungan dan alternatif tindakan
sedasi. (D,W) W DPJP
Pasien/keluarga
2. Pasien dan keluarga atau pihak lain D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
yangg berwenang diberi edukasi penjelasan tentang analgesi pasca 5 TS
tentang pemberian analgesi pasca tindakan sedasi sesuai MKE 9 EP 4 0 TT
tindakan sedasi. (D,W)
W DPJP
Pasien/keluarga
34
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.3.3
Rencana tindakan sedasi memuat pendidikan kepada pasien, keluarga
pasien atau mereka yang membuat keputusan mewakili pasien tentang risiko,
manfaat dan alternatif terkait tindakan sedasi. Pembahasan berlangsung
sebagai bagian dari proses mendapat persetujuan tindakan kedokteran untuk
tindakan sedasi sesuai peraturan perUUan yang berlaku.
35
ASUHAN PASIEN ANESTESI
Asesmen IAR
Standar PAB.4
Profesional pemberi asuhan (PPA) yg kompeten dan berwenang pada
pelayanan anestesi melakukan asesmen pra anestesi
Elemen Penilaian PAB.4
1. Asemen pra anestesi dilakukan untuk setiap pasien yang akan
operasi (Lihat AP.1) (D,W)
2. Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien.(D,W)
Standar PAB.4.1
Profesional pemberi asuhan (PPA) yg kompeten dan berwenang pada
pelayanan anestesi melakukan asesmen pra induksi
Elemen Penilaian PAB.4.1
1. Asemen pra induksi dilakukan untuk setiap pasien sebelum dilakukan
induksi. (D,W)
2. Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien. (D,W) 36
PAB.4
1. Asemen pra anestesi dilakukan D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
untuk setiap pasien yang akan operasi pelaksanaan asesmen pra anestesi 5 TS
(Lihat AP.1) (D,W) dengan konsep IAR oleh dokter 0 TT
anestesi sesuai PPK
DPJP
W Pasien/keluarga
DPJP
W Pasien/keluarga
37
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.4.1
1. Asemen pra induksi dilakukan untuk D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
setiap pasien sebelum dilakukan pelaksanaan asesmen pra induksi 5 TS
induksi. (D,W) dengan konsep IAR oleh dokter 0 TT
anestesi sesuai PPK
DPJP
W
DPJP
38
KARS, Nico A. Lumenta
Nama :
Rencana&
Pra&
Anestesi& Umur : L/P
Register :
(*)
1. Anamnesa : ___________________________________________
(*)
2. Pemeriksaan fisik : ___________________________________________
(*)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : ___________________________________________
b. USG : ___________________________________________
c. CT scan / MRI / MRCP / Rontgen : ___________________________________________
d. Lain lain : ___________________________________________
(*)
6. Masalah yang berkaitan dengan anestesi : ___________________________________________
7. Rencana Anestesi
a. Tindakan : ___________________________________________
b. Waktu dan Tempat : ___________________________________________
9. Alternatif : ___________________________________________
14. Catatan
a. Telah dijelaskan kepada : _____________________________________
b. Sebagai (pasien/wali/keluarga), hubungan : _____________________________________
c. Tentang diagnosis, rencana operasi, berikut resiko, alternatif, komplikasi serta keuntungan prosedur
operasi : ____________________________________________________________________
Dokter Anestesi
__________________________
Tanda tangan & Nama Lengkap
KARS
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care
41
(Maksud dan Tujuan PAB.4 dan PAB 4.1)
Dokter spesialis anestesi melakukan asesmen pra anestesi. Asesmen pra
anestesi dapat dilakukan sebelum masuk rawat inap atau sebelum dilakukan
tindakan bedah atau sesaat menjelang operasi, misalnya pada pasien darurat.
Asesmen pra induksi berbasis IAR, terpisah dari asesmen pra anestesi, fokus
pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien untuk tindakan anestesi,
berlangsung sesaat sebelum induksi anestesi.
Jika anestesi diberikan secara darurat, asesmen pra anestesi dan pra induksi
dapat dilakukan berurutan atau simultan, namun dicatat secara terpisah (Lihat
PAB.6)
42
Standar PAB.5
Rencana, tindakan anestesi dan teknik yang digunakan dicatat dan
didokumentasikan di rekam medis pasien
Form Yan Anestesi
Elemen Penilaian PAB.5
1. Ada regulasi ttg pelayanan anestesi setiap pasien direncanakan dan
didokumentasikan (R)
2. Obat-obat anestesi, dosis dan rute serta teknik anestesi
didokumentasikan di rekam medis pasien (D,W)
3. Dokter spesialis anestesi dan perawat yang mendampingi / penata
anestesi ditulis dalam form anestesi (D,W)
43
PAB.5
1. Ada regulasi tentang pelayanan R Regulasi tentang pelayanan anestesi 10 TL
anestesi setiap pasien direncanakan harus direncanakan dan -
dan didokumentasikan (R) didokumentasikan meliputi: 0 TT
1) Teknik anestesi
2) Obat anestesi, dosis dan rute
2. Obat-obat anestesi, dosis dan rute D Bukti dalam rekam medis tentang: 10 TL
serta teknik anestesi didokumentasikan 1) Teknik anestesi 5 TS
di rekam medis pasien. (D,W) 2) Obat anestesi, dosis dan rute 0 TT
W DPJP
Staf anestesi
3. Dokter spesialis anestesi dan perawat D Bukti dalam rekam medis tercantum 10 TL
yang mendampingi / penata anestesi dokter spesialis anestesi dan penata 5 TS
ditulis dalam form anestesi (D,W) anestesi 0 TT
W DPJP
Staf anestesi
44
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.5
Tindakan anestesi direncanakan secara seksama dan didokumentasikan dalam
rekam medis. Perencanaan mempertimbangkan informasi dari asesmen lainnya
(misal dari hasil pemeriksaan, konsul, dll) dan mengidentifikasi tindakan anestesi yg
akan digunakan, termasuk metode pemberiannya, pemberian medikasi dan cairan
lain, serta prosedur pemonitoran dalam mengantisipasi pelayanan pasca anestesi
dan didokumentasikan di Rekam medis
45
Standar PAB 5.1.
Risiko, manfaat dan alternatif dari tindakan anestesi didiskusikan dengan
pasien dan keluarga atau orang yang dapat membuat keputusan mewakili
pasien
Informed consent
Elemen Penilaian PAB.5.1. tindakan anestesi
1. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yg berwenang yg memberikan
keputusan dijelaskan tentang risiko, keuntungan dan alternatif tindakan
anestesi. (D,W)
2. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yg berwenang diberi edukasi ttg
pemberian analgesi pasca tindakan anestesi. (D,W)
3. Dokter spesialis anestesi melaksanakan edukasi dan
mendokumentasikannya .(R,D)
46
PAB.5.1
1. Pasien dan atau keluarga atau pihak D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
lain yg berwenang yg memberikan penjelasan tentang risiko, 5 TS
keputusan dijelaskan tentang risiko, keuntungan dan alternatif tindakan 0 TT
keuntungan dan alternatif tindakan anestesi, termasuk konversi dari
anestesi. (D,W) regional ke general
W DPJP
Pasien/keluarga
48
Standar PAB.6
RS menetapkan regulasi utk menentukan status fisiologis dimonitor selama
proses anestesi dan bedah sesuai dgn panduan praktik klinis dan
didokumentasikan di dalam form anestesi
Durante Anestesi
49
PAB.6
1. Ada regulasi jenis dan frekuensi R Regulasi tentang monitoring selama 10 TL
monitoring selama anestesi dan operasi anestesi dan operasi -
dilakukan berdasar status pasien pada 0 TT
pra anestesi, metoda anestesi yg
dipakai, dan tindakan operasi yg
dilakukan.(R)
2. Monitoring Pemantauan status D Bukti dalam rekam medis memuat 10 TL
fisiologis pasien sesuai dengan monitoring status fisiologis pasien 5 TS
panduan praktik klinis (D,W) yang menjalani anestesi temasuk 0 TT
anestesi lokal, yang sesuai dengan
PPK
W DPJP
Staf anestesi
3. Hasil monitoring dicatat di form D Bukti dalam rekam medis memuat 10 TL
anestesi (D,W) monitoring status fiologis pasien yang 5 TS
menjalani anestesi temasuk anestesi 0 TT
lokal, yang sesuai dengan PPK
W
DPJP
Staf anestesi 50
Maksud dan Tujuan PAB.6
Monitoring fisiologis memberikan informasi terpercaya ttg status pasien selama
anestesi berjalan (umum, spinal, regional, lokal) dan pasca operasi. Hasil dari
monitoring menjadi acuan pengambilan keputusan selama operasi berlangsung
atau pasca operasi, misalnya reoperasi, atau pindah ke tingkat asuhan lainnya,
atau lanjut ruang pulih.
Informasi dari monitoring menentukan kebutuhan asuhan medis dan keperawatan
serta kebutuhan diagnostik dan pelayanan lainnya. Hasil pemonitoran dicatat di
form anestesi, untuk anestesi lokal dapat digunakan form tersendiri.
Metode memonitor ditentukan oleh status pasien pada pra anestesi, jenis anestesi
yg akan digunakan, dan kompleksitas operasi atau tindakan lain yg dilaksanakan
selama anestesi. Pelaksanaan pemonitoran selama anestesi dan operasi harus
dijalankan sesuai panduan praktik klinis. Hasil dari monitoring dicatat di rekam
medik pasien (Lihat juga, PAB.4)
51
Standar PAB.6.1
RS menetapkan regulasi utk memonitor status pasca anestesi setiap pasien,
dan dicatat dalam rekam medis pasien. Pasien dipindah dari ruang pemulihan
oleh staf yg kompeten dan berwenang, atau berdasarkan kriteria baku yg
ditetapkan.
Pasca Anestesi
Elemen Penilaian PAB 6.1
1. Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan (atau jika monitoring pemulihan
dihentikan) sesuai alternatif a) s/d c) di maksud dan tujuan. (R)
2. Waktu masuk ruang pemulihan dan dipindahkan dari ruang pemulihan
dicatat dalam form anestesi (D,O,W)
3. Pasien dimonitor dalam masa pemulihan pasca anestesi sesuai regulasi RS
(D,O,W)
4. Hasil monitoring dicatat di form anestesi (D)
52
PAB.6.1
1. Pasien dipindahkan dari ruang R Regulasi tentang pemindahan pasien 10 TL
pemulihan (atau jika pemonitoran dari ruang pemulihan dengan - -
pemulihan dihentikan) sesuai alternatif alternatif a) sampai dengan c) 0 TT
a) s/d c) di maksud dan tujuan. (R)
2. Waktu masuk ruang pemulihan dan D Bukti dalam rekam medis memuat 10 TL
dipindahkan dari ruang pemulihan waktu masuk ruang pemulihan dan 5 TS
dicatat dalam form anestesi (D,O,W) saat dipindahkan 0 TT
W DPJP
Staf anestesi
53
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.6.1
3. Pasien dimonitor dalam masa D Bukti dalam rekam medis memuat 10 TL
pemulihan pasca anestesi sesuai monitoring dalam masa pemulihan 5 TS
regulasi RS (D,O,W) pasca anestesi sesuai PPK 0 TT
W DPJP
Staf anestesi
54
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.6.1
Monitoring selama periode anestesi menjadi acuan utk monitoring pada periode pasca anestesi.
Pengumpulan data status pasien terus menerus secara sistematik menjadi dasar memindahkan
pasien ke ruangan intensif atau ke unit rawat inap. Catatan monitoring menjadi acuan utk
menyudahi monitoring di ruang pemulihan atau sebagai acuan untuk pindah dari ruang
pemulihan.
Jika pasien dipindah langsung dari kamar operasi ke ruang intensif, monitoring dan
pendokumentasian diperlakukan sama dengan monitoring di ruang pulih.
Keluar dari ruang pemulihan pasca anestesi atau menghentikan monitoring pada periode
pemulihan dilakukan dgn mengacu ke salah satu alternatif dibawah ini:
Keluar dari ruang pemulihan pasca anestesi atau menghentikan monitoring pada periode
pemulihan dilakukan dgn mengacu ke salah satu alternatif dibawah ini:
a) Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan dihentikan) oleh dokter anestesi.
b) Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan dihentikan) oleh penata/perawat anestesi
sesuai kriteria yang ditetapkan RS, dan rekam medis pasien membuktikan bahwa kriteria yg
dipakai dipenuhi
c) Pasien dipindahkan ke unit yg mampu memberikan asuhan pasca anestesi atau pasca
sedasi pasien tertentu, seperti ICCU atau ICU.
Waktu tiba di ruang pemulihan dan waktu keluar didokumentasikan dalam form anestesi.
55
ASUHAN PASIEN BEDAH
Standar PAB.7
Asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasar hasil asesmen dan dicatat
dalam rekam medis pasien
Asesmen Prabedah IAR
Elemen Penilaian PAB.7
1. Ada regulasi ttg asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasar
informasi dari hasil asesmen (R)
2. Diagnosis pra operasi dan rencana operasi dicatat di rekam medik pasien
oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebelum operasi dimulai
(D,W)
3. Hasil asesmen yg digunakan utk menentukan rencana operasi dicatat oleh
dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) di rekam medis pasien sebelum
operasi dimulai (Lihat juga, AP.1.2.1; AP 1.3.1) (D,W)
PAB.7
1. Ada regulasi ttg asuhan setiap R Regulasi tentang pelayanan bedah di 10 TL
pasien bedah direncanakan berdasar RS yang meliputi asesmen pra bedah -
informasi dari hasil asesmen (R) dengan metode IAR, termasuk untuk 0 TT
EP 2 dan 3
2. Diagnosis pra operasi dan rencana operasi D -Bukti dalam rekam medis memuat: 10 TL
dicatat di rekam medik pasien oleh dokter 1) diagnosis pra operasi 5 TS
penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebelum 2) rencana operasi 0 TT
operasi dimulai (D,W) 3) dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) sebelum operasi dimulai
-Bukti asesmen prabedah dalam rekam medis
dapat sesuai AP 1.1, atau form lain sesuai
regulasi rumah sakit
W • DPJP
3. Hasil asesmen yg digunakan utk menentukan D Bukti dalam rekam medis memuat: 10 TL
rencana operasi dicatat oleh dokter penanggung 1) diagnosis pra operasi 5 TS
jawab pelayanan (DPJP) di rekam medis pasien 2) rencana operasi 0 TT
sebelum operasi dimulai (D,W) 3) dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) sebelum operasi dimulai
W • DPJP
57
Maksud dan Tujuan PAB.7
Karena prosedur bedah mengandung risiko tinggi, pelaksanaannya harus direncanakan dgn
seksama. Asesmen pra bedah (berbasis IAR) menjadi acuan utk menentukan jenis tindakan bedah
yg tepat dan mencatat temuan penting. Hasil asesmen memberikan informasi ttg :
a) Tindakan bedah yg sesuai dan waktu pelaksanaannya
b) Melakukan tindakan dgn aman dan
c) Menyimpulkan temuan selama pemonitoran.
Pemilihan teknik operasi tergantung dari riwayat pasien, status fisik, data diagnostik, manfaat dan
risiko dari tindakan yg dipilih.
Pemilihan tindakan juga mempertimbangkan asesmen waktu pasien masuk dirawat inap,
pemeriksaan diagnostik dan sumber lainnya. Proses asesemen dikerjakan sesegera mungkin bagi
pasien darurat (Lihat juga, AP.1.2.1)
Asuhan utk pasien bedah dicatat di rekam medis. Utk pasien yg langsung dilayani dokter bedah,
asesmen pra bedah menggunakan asesmen awal rawat inap, pada pasien yg diputuskan dilakukan
pembedahan dalam proses perawatan, asesmen dilakukan dan dicatat dalam rekam medis,
sedangkan pasien yg dikonsultasikan ditengah perawatan oleh DPJP lain dan diputuskan operasi,
maka asesmen pra bedah juga dicatat di rekam medis (dengan isi berbasis IAR) sesuai regulasi RS,
termasuk diagnosis pra operasi dan pasca operasi dan nama tindakan operasi (Lihat juga AP.1.3.1;
MIRM 10.1)
PAB.7 : Asesmen Pra Bedah
1. Regulasi dan lokasi pendokumentasian asesmen pra bedah, pola IAR
2. & 3. Pendokumentasian asesmen prabedah dan yang mencatat
3. Lokasi pendokumentasian, Form tersendiri/yg ada dgn kemungkinan 2
situasi :
1) Pasien yg akan dibedah masuk ranap, segera dioperasi, maka asesmen awal =
asesmen pra bedah
2) Pasien ranap, dapat pasien bedah atau non bedah, masuk ranap dan akan dibedah
ditengah ranap, maka sebelum dibedah harus melakukan asesmen pra bedah, Form
tersendiri / yg ada al. di CPPT
Rawat Inap
As Pra Bedah
= As Awal Rawat Inap
AP 1.1=PAB 7
As Awal As Pra Bedah
Bedah/P.Dalam di form
AP 1.1 PAB 7
59
Nama :
Rencana&
Pra&
Pembedahan& Umur : L/P
Register :
(*)
1. Anamnesa : ___________________________________________
(*)
2. Pemeriksaan fisik : ___________________________________________
(*)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : ___________________________________________
b. USG : ___________________________________________
c. CT scan / MRI / MRCP / Rontgen : ___________________________________________
d. Lain-lain : ___________________________________________
5. Rencana Operasi
a. Tindakan / Prosedur: : ___________________________________________
b. Waktu dan Tempat : ___________________________________________
6. Alternatif : ___________________________________________
7.
8.
Resiko dan Rencana Prosedur Operasi
Potensial Komplikasi
:
:
___________________________________________
___________________________________________
ASESMEN
9. Keuntungan dari Prosedur Operasi ini : ___________________________________________
PRA BEDAH
10. Tranfusi (Optional) : ___________________________________________
11. Catatan
a. Telah dijelaskan kepada : ___________________________________________
b. Sebagai (pasien/wali/keluarga), hubungan :_____________________________________________
c. Tentang diagnosis, rencana operasi, berikut resiko, alternatif, komplikasi serta keuntungan prosedur
operasi
_______________________________________________________________________________
Dokter Operator
__________________________
Tanda tangan & Nama Lengkap
(*)
Ditulis yang mendukung diagnosis saja
KARS
Standar PAB.7.1
Risiko, manfaat dan alternatif didiskusikan dgn pasien dan atau keluarga atau
pihak lain yg berwenang yg memberikan keputusan
Informed consent
tindakan op & penggunaan darah/pd
Elemen Penilaian PAB.7.1
1. Pasien, keluarga dan mereka yg memutuskan diberi edukasi ttg risiko,
manfaat, komplikasi, dampak dan alternatif prosedur/teknik terkait rencana
operasi (D,W)
2. Edukasi memuat kebutuhan, risiko, manfaat dan alternatif penggunaan
darah dan produk darah (D,W)
3. Edukasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan dicatat pada
bagian pemberian informasi dalam form persetujuan tindakan kedokteran
(D,W)
61
PAB.7.1
1. Pasien, keluarga dan mereka yg D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
memutuskan diberi edukasi ttg risiko, penjelasan tentang risiko, 5 TS
manfaat, komplikasi, dampak dan keuntungan dan alternatif tindakan 0 TT
alternatif prosedur/teknik terkait bedah, termasuk kemungkinan
rencana operasi. (D,W) perluasan operasi
W DPJP
Pasien/keluarga
2. Edukasi memuat kebutuhan, risiko, D Bukti pelaksanaan pemberian 10 TL
manfaat dan alternatif penggunaan penjelasan tentang risiko, 5 TS
darah dan produk darah (D,W) keuntungan dan alternatif 0 TT
penggunaan darah dan produk darah,
W DPJP
Pasien/keluarga
3. Edukasi oleh dokter penanggung D Bukti dalam rekam medis memuat 10 TL
jawab pelayanan (DPJP) dan dicatat pemberian penjelasan tentang risiko, 5 TS
pada bagian pemberian informasi dalam keuntungan dan alternatif operasi 0 TT
form persetujuan tindakan kedokteran W DPJP
(D,W) Pasien/keluarga
62
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7.1
Pasien, keluarga dan mereka yg memutuskan menerima cukup penjelasan utk
berpartisipasi dlm keputusan asuhan pasien dan memberikan persetujuan yg dibutuhkan
seperti di HPK.5.2. Utk memenuhi kebutuhan pasien, penjelasan tsb diberikan secara
terintegrasi oleh para profesional pemberi asuhan (PPA) terkait, dibantu manajer
pelayanan pasien (MPP.)
Informasi memuat:
a) Risiko dari rencana tindakan operasi
b) Manfaat dari rencana tindakan operasi
c) Kemungkinan komplikasi dan dampak
d) Pilihan operasi atau opsi non operasi (alternatif) yg tersedia untuk menangani pasien
e) Sebagai tambahan, jika dibutuhkan darah atau produk darah, risiko dan alternatifnya
didiskusikan.
Dokter bedah yg kompeten dan berwenang serta PPA yg terkait memberikan informasi
ini.
63
Standar PAB.7.2
Informasi yg terkait dgn operasi dicatat dalam laporan operasi dan digunakan
untuk menyusun rencana asuhan lanjutan
Laporan Operasi
Elemen Penilaian PAB.7.2
1. Ada regulasi ttg laporan operasi yg meliputi sekurang-kurangnya a) s/d h)
di dalam maksud dan tujuan (R).
2. Ada bukti laporan operasi memuat paling sedikit a) s/d h) di Maksud dan
tujuan dan dicatat pada form yg ditetapkan RS, tersedia segera setelah
operasi selesai dan sebelum pasien dipindah ke area lain untuk asuhan
biasa (D,W)
3. Laporan operasi dapat dicatat di area asuhan intensif lanjutan (D,W)
64
PAB.7.2
1. Ada regulasi ttg laporan operasi yg R Regulasi tentang laporan 10 TL
meliputi sekurang-kurangnya a) s/d h) di operasi yang memuat sekurang- - -
dalam maksud dan tujuan (R). kurangnya a) s/d h) termasuk EP 0 TT
3
2. Ada bukti laporan operasi memuat paling D Bukti dalam rekam medis 10 TL
sedikit a) s/d h) di Maksud dan tujuan dan memuat laporan operasi sesuai 5 TS
dicatat pada form yg ditetapkan RS, regulasi 0 TT
tersedia segera setelah operasi selesai dan
sebelum pasien dipindah ke area lain untuk W • DPJP
asuhan biasa (D,W)
3. Laporan operasi dapat dicatat di area D Bukti dalam rekam medis yang 10 TL
asuhan intensif lanjutan (D,W) dibuat di rawat intensif memuat 5 TS
laporan operasi sesuai regulasi 0 TT
W • DPJP
65
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7.2
Asuhan pasien pasca operasi tergantung dari temuan dalam operasi. Hal yg terpenting
adalah semua tindakan dan hasilnya dicatat di rekam medis pasien.
Laporan ini dapat dibuat dalam bentuk format template atau dalam bentuk laporan operasi
tertulis, sesuai regulasi RS.
Untuk mendukung kesinambungan asuhan pasien pasca operasi, laporan operasi dicatat
segera setelah operasi selesai, sebelum pasien dipindah dari daerah operasi atau dari area
pemulihan pasca anestesi.
Laporan yg tercatat tentang operasi memuat paling sedikit, sedapatnya berbentuk ceklis:
:
a) Diagnosis pasca operasi
b) Nama dokter bedah dan asistennya
c) Prosedur operasi yang laklukan dan rincian temuan
d) Ada dan tidak adanya komplikasi
e) Spesimen operasi yg dikirim untuk diperiksa
f) Jumlah darah yg hilang &jumlah yg masuk lewat transfusi
g) Nomor pendaftaran dari alat yg dipasang (implan)
h) Tanggal, waktu, tanda tangan dokter yg bertangg-jawab
66
(Maksud dan Tujuan PAB.7.2)
Beberapa catatan mungkin ditempatkan di lembar lain dalam rekam medik. Contoh,
jumlah darah yg hilang dan transfusi darah dicatat di catatan anestesi, atau catatan
tentang implan dapat ditunjukkan dengan “sticker” yg ditempelkan pada rekam
medik.
Waktu selesai membuat laporan adalah didefinisikan sebagai “setelah selesai
operasi, sebelum pasien dipindah ke tempat asuhan biasa”. Definisi ini penting utk
memastikan bhw informasi yg tepat tersedia bagi pemberi asuhan berikutnya.
Jika dokter bedah mendampingi pasien dari ruang operasi ke ruangan asuhan
intensif lanjutan (misalnya ICU, ICCU dsb), laporan operasi dapat dibuat di daerah
asuhan lanjutan (lihat juga, ARK.3; PAP.2.3; PMKP.8)
67
Standar PAB.7.3
Ditetapkan rencana asuhan pasca operasi dan dicatat dalam rekam medis
69
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.3
3. Ada bukti pelaksanaan rencana D Bukti dalam rekam medis memuat 10 TL
asuhan pasca operasi termasuk rencana asuhan pasca operasi meliputi 5 TS
rencana asuhan medis, keperawatan, rencana asuhan medis, keperawatan, 0 TT
dan PPA lainnya berdasar kebutuhan dan PPA lainnya sesuai kebutuhan
pasien (D,O,W) kebutuhan pasien
70
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.3
4. Ada bukti pelaksanaan rencana D Bukti dalam rekam medis memuat 10 TL
asuhan pasca operasi diubah berdasar rencana asuhan setelah dilakukan 5 TS
asesmen ulang pasien. (D,O,W) asesmen ulang meliputi rencana 0 TT
asuhan medis, keperawatan, dan PPA
lainnya sesuai kebutuhan kebutuhan
pasien
DPJP
W Dokter yang menerima delegasi
Perawat
PPA lain
71
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7.3
Kebutuhan asuhan medis, keperawatan dan profesional pemberi asuhan
(PPA) lainnya sesuai kebutuhan setiap pasien pasca operasi berbeda
tergantung dari tindakan operasi dan riwayat kesehatan pasien.
Beberapa pasien mungkin membutuhkan pelayanan dari profesional pemberi
asuhan (PPA) lain / unit lain, seperti rehabilitasi medik atau terapi fisik.
Penting membuat rencana utk asuhan tsb, termasuk tingkat asuhannya,
metode asuhan, tindak lanjut monitor atau tindak lanjut tindakan, kebutuhan
obat dan asuhan lain atau tindakan serta layanan lain.
72
(Maksud dan Tujuan PAB.7.3)
Rencana asuhan pasca operasi dapat dimulai sebelum tindakan operasi
berdasarkan asesmen kebutuhan dan kondisi pasien serta jenis operasi yg
dilakukan. Rencana asuhan pasca operasi juga memuat kebutuhan pasien yg
segera. Rencana asuhan dicacat di rekam medik pasien dalam waktu 24 jam dan
diverifikasi DPJP sebagai pimpinan tim klinis untuk memastikan kontuinitas asuhan
selama waktu pemulihan dan masa rehabilitasi.
Kebutuhan pasca operasi dapat berubah sebagai hasil perbaikan klinis atau
informasi baru dari asesmen ulang rutin, atau dari perubahan kondisi pasien yg
mendadak. Rencana asuhan pasca operasi direvisi berdasar perubahan ini dan
dicatat di rekam medis pasien sbg rencana asuhan baru Lihat juga, (PAP.2.1)
73
PERIOPERATIVE NCP
(Nursing Care Plan)
Pre-Op
Implan prostetik
Elemen Penilaian PAB.7.4
1. Ada regulasi yg meliputi a) s/d h) pada maksud dan tujuan. (R)
2. Ada daftar alat implan yg digunakan di RS. (D,W)
3. Bila implan yg dipasang dilakukan penarikan kembali (recall), ada bukti RS
dapat melakukan telusur thd pasien terkait.(D,O,W)
4. Ada bukti alat implan dimasukkan dalam prioritas monitoring unit terkait.
(D,W)
77
PAB.7.4
1. Ada regulasi yg meliputi a) s/d h) R Regulasi tentang penggunaan implan 10 TL
pada maksud dan tujuan. Lihat juga bedah berupa hal hal yang meliputi a) - -
TKRS 7.1 EP.1. (R) s/d h) pada maksud dan tujuan, 0 TT
termasuk bila dilakukan penarikan
kembali
2. Ada daftar alat implan yg digunakan D Bukti tentang daftar lengkap alat 10 TL
di RS. (D,W) implan yang digunakan di Rumah Sakit 5 TS
0 TT
Kepala/staf unit kamar operasi
W DPJP
Kepala/staf unit farmasi
78
KARS, Nico A. Lumenta
PAB.7.4
3. Bila implan yg dipasang dilakukan D Bukti dalam rekam medis memuat 10 TL
penarikan kembali (recall), ada bukti telusur bila terjadi penarikan kembali 5 TS
RS dapat melakukan telusur terhadap implan 0 TT
pasien terkait.(D,O,W)
O Lihat rekam medis dan dasar
penarikan kembali
79
KARS, Nico A. Lumenta
Maksud dan Tujuan PAB.7.4
Banyak tindakan bedah menggunakan implan yang menetap maupun temporer
antara lain panggul / lutut prostetik, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan operasi
spt ini mengharuskan tindakan operasi rutin yg dimodifikasi dgn mempertimbangkan
faktor khusus seperti:
a) Pemilihan implan berdasarkan peraturan perUUan
b) Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan ketersediaan implan di
kamar operasi dan pertimbangan khusus utk penandaan lokasi operasi.
c) kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yg dibutuhkan untuk
pemasangan implan (staf dari pabrik/perusahaan implan untuk
mengkalibrasi).
d) proses pelaporan jika ada kejadian yg tidak diharapkan terkait implan
e) proses pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan pabrik.
f) pertimbangan pengendalian infeksi yg khusus.
g) instruksi khusus kepada pasien setelah operasi.
h) kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan kembali
(recall) alat dgn melakukan a.l. menempelkan barcode alat di rekam medis. 80
RUANG OPERASI
Standar PAB.8
Desain tata ruang operasi harus memenuhi syarat sesuai dgn peraturan dan
perundang-undangan
Tata Ruang Km Operasi
Elemen Penilaian PAB.8
1. RS menetapkan jenis pelayanan bedah yg dapat dilaksanakan. (R)
2. Ruang operasi memenuhi persyaratan ttg pengaturan zona berdasarkan
tingkat sterilitas ruangan sesuai peraturan perUUan. (O,W)
3. Ruang operasi memenuhi persyaratan ttg alur masuk barang2 steril harus
terpisah dari alur keluar barang dan pakaian kotor. (O,W)
4. Ruang operasi memenuhi persyaratan ttg koridor steril dipisahkan / tidak
boleh bersilangan alurnya dengan koridor kotor. (O,W)
81
PAB.8
Elemen Penilaian Telusur Skor
1. Rumah sakit menetapkan jenis R Regulasi tentang penetapan jenis pelayanan dan 10 TL
pelayanan dan operasi bedah yg dapat operasi bedah yang dapat dilaksanakan - -
dilaksanakan (lihat juga SKP 4). (R) 0 TT
2. Ruang operasi memenuhi persyaratan D
Denah dengan pengaturan zona berdasarkan tingkat 10 TL
tentang pengaturan zona berdasarkan sterilitas ruangan (diwarnai untuk memudahkan). 5 TS
tingkat sterilitas ruangan sesuai peraturan Lihat pelaksanaan pengaturan kamar operasi yang 0 TT
perundang-undangan. (O,W) O memenuhi persyaratan fisik bangunan dan tata udara
kamar operasi
Kepala unit kamar operasi
W Staf unit kamar operasi
3. Ruang operasi memenuhi persyaratan O Lihat tata ruang dan alur ruang operasi 10 TL
tentang alur masuk barang-barang steril harus memenuhi tingkat sterilitas ruangan 5 TS
terpisah dari alur keluar barang dan pakaian W Kepala unit kamar operasi 0 TT
kotor. (O,W) Staf unit kamar operasi
4. Ruang operasi memenuhi persyaratan koridor O Lihat tata ruang dan alur ruang operasi 10 TL
steril dipisahkan/tidak boleh bersilangan memenuhi tingkat sterilitas ruangan 5 TS
alurnya dengan koridor kotor. (OW) W Kepala unit kamar operasi 0 TT
Staf unit kamar operasi 82
Maksud dan Tujuan PAB.8.
Tindakan bedah merupakan tindakan yg berisiko tinggi dan rumit shg memerlukan
ruang operasi yg mendukung terlaksananya tindakan bedah utk mengurangi risiko
infeksi.
Selain itu utk mengurangi risiko infeksi:
a) alur masuk barang2 steril harus terpisah dari alur keluar barang dan pakaian
kotor
b) koridor steril dipisahkan / tidak boleh bersilangan alurnya dengan koridor kotor
c) desain tata ruang operasi harus memenuhi ketentuan zona berdasarkan tingkat
sterilitas ruangan yg terdiri dari:
• zona steril rendah;
• zona steril sedang;
• zona steril tinggi dan
• zona steril sangat tinggi
Selain itu desain tata ruang operasi harus memperhatikan risiko keselamatan dan
keamanan.
83
(Lampiran Hal 65-80)
84
(Pedoman Teknis
Ruang Operasi RS
KemKes 2012)
85
(Pedoman Teknis
Ruang Operasi RS
KemKes 2012)
86
Pembagian
Zona pada
Sarana Ruang
Operasi RS
(Pedoman Teknis
Ruang Operasi RS
KemKes 2012)
87
(Pedoman Teknis
Ruang Operasi RS
KemKes 2012)
88
Standar PAB 8.1
Program mutu dan keselamatan pasien dalam pelayanan bedah dilaksanakan
dan didokumentasikan
92
Terima kasih
nico@kars.or.id
PITSELNAS AKREDITASI RUMAH SAKIT KE – V
JCC 5-7 AGUSTUS 2019
2
BAB 5. PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN (PAP)
No Standar Elemen
Penilaian
PEMBERIAN PELAYANAN UNTUK SEMUA PASIEN
1 PAP.1 2
2 PAP.2 4
3 PAP.2.1 5
4 PAP.2.2 4
5 PAP.2.3 4
6 PAP.2.4 2
PELAYANAN PASIEN RISIKO TINGGI DAN PENYEDIAAN
PELAYANAN RISIKO TINGGI
7 PAP.3 4
DETEKSI (MENGENALI) PERUBAHAN KONDISI PASIEN
8 PAP.3.1 4
PELAYANAN RESUSITASI
9 PAP.3.2 3 3
PELAYANAN DARAH
10 PAP.3.3 3
PELAYANAN PASIEN KOMA DAN YANG MENGGUNAKAN VENTILATOR
11 PAP.3.4 3
PELAYANAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR DAN MEREKA YANG
DAYA TAHANNYA DITURUNKAN (IMMUNO-SUPPRESSED)
12 PAP.3.5 3
PELAYANAN PASIEN DIALISIS
13 PAP.3.6 3
PELAYANAN PASIEN RESTRAIN
14 PAP.3.7 3
PELAYANAN PASIEN POPULASI KHUSUS
15 PAP.3.8 4
4
PELAYANAN PASIEN KEMOTERAPI DAN TERAPI LAIN YANG BERISIKO
TINGGI
17 PAP.3.9 3
PENYEDIAAN MAKANAN
18 PAP.4 7
TERAPI GIZI TERINTEGRASI
19 PAP.5 4
PENGELOLAAN NYERI
20 PAP.6 5
PELAYANAN DALAM TAHAP TERMINAL
21 PAP.7. 5
22 PAP.7.1. 6
22 Std 81 EP
(Yang lama : Bab PP 22 std dan 74 EP) 5
Pola SEMI-A
SEMI-A
(S = Standar, E = Elemen Penilaian, M = Maksud & tujuan, I =
Instrumen, A = Acuan ke Peraturan PerUUan, Etika Profesi, Standar Profesi,
Standar Internasional.)
➢Standar PAP.1.
RS menetapkan regulasi untuk pemberian asuhan yang seragam kepada
pasien
Asuhan yang Seragam
➢Elemen Penilaian PAP.1.
1. Rumah sakit menetapkan regulasi bagi pimpinan unit pelayanan
untuk bekerja sama memberikan proses asuhan pasien seragam
dengan memuat butir a) s/d e) di maksud dan tujuan dan mengacu
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. (R)
2. Asuhan seragam diberikan sesuai persyaratan sesuai a) s/d e) di
maksud dan tujuan PAP.1. (D,W)
PAP.1
W DPJP
PPJA
MPP
Kepala/staf unit pelayanan
Pasien/keluarga
Clinical Practice
Guidelines
Clinical Pathways
Algorithma
Procedures
Protocols
Standing Orders
PPJA
Apoteker
PPA
Profesional Pemberi Asuhan :
• Mereka yg secara langsung
Tugas Mandiri,
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien Tugas Kolaboratif,
a.l. DPJP, PPJA, Dietisien, Tugas Delegatif
Apoteker, dan Lainnya.
• Kompetensi Profesi & Kolaborasi
Interprofesional
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif, (KARS, 2018)
Tugas Delegatif/Mandat
PAP.2
1. Ada regulasi yang R Regulasi tentang pelayanan dan asuhan 10 TL
mengatur pelayanan dan terintegrasi, termasuk tentang : 5 TS
asuhan terintegrasi di dan 1) pengintegrasian pelayanan inter unit 0 TT
antar berbagai unit pelayanan.
difasilitasi oleh MPP/ Case Manager
(R)
2) integrasi asuhan pasien sesuai butir-butir
di maksud-tujuan, termasuk integrasi
intra-inter PPA, integrasi PPA-Pasien
3) asesmen dengan metode IAR EP 2 dan 3
komunikasi antar PPA dan
pendokumentasiannya sesuai uraian di EP 4
2. Rencana asuhan D Bukti di rekam medis tentang rencana 10 TL
diintegrasikan dan asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan 5 TS
dikoordinasikan di dan antar di dan antar berbagai unit pelayanan, juga 0 TT
berbagai unit pelayanan. (lihat untuk bukti PAP 2.1, PAP 5
juga ARK 2, EP 3). (D,O,W) O Lihat form antara lain form CPPT, form
tindakan askep/nurse’s note, form MPP.
W PPA
Kepala/staf unit Pelayanan
MPP 20
PAP.2
3. Pemberian asuhan D Bukti di rekam medis tentang rencana asuhan 10 TL
diintegrasikan dan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar 5 TS
dikoordinasikan di dan berbagai unit pelayanan, juga untuk bukti PAP 2.1, 0 TT
antar berbagai unit PAP 5.
pelayanan. (D,O,W)
O Lihat form antara lain form CPPT, form tindakan
askep/nurse’s note, form MPP
W PPA
Kepala/staf unit Pelayanan
MPP
4. Hasil atau simpulan rapat D Bukti di rekam medis tentang simpulan rapat dari 10 TL
dari tim PPA atau diskusi Tim PPA atau komunikasi keseharian dalam 5 TS
lain tentang kerjasama asuhan terintegrasi antar PPA, notulis ditentukan 0 TT
didokumentasikan dalam dalam regulasi RS (misalnya Panduan Asuhan
CPPT. (D,W) Terintegrasi).
W • PPA
21
➢Maksud dan Tujuan PAP.2.
-Proses pelayanan dan asuhan pasien bersifat dinamis dan melibatkan banyak
PPA dan dapat melibatkan berbagai unit pelayanan. Integrasi dan koordinasi
kegiatan pelayanan dan asuhan pasien merupakan sasaran yg menghasilkan
efisiensi, penggunaan SDM dan sumber lainnya efektif, dan hasil asuhan pasien yg
lebih baik. Kepala unit pelayanan menggunakan alat dan teknik utk melakukan
integrasi dan koordinasi pelayanan dan asuhan lebih baik. (Contoh, asuhan secara
tim oleh PPA, ronde pasien multi disiplin, form catatan perkembangan pasien
terintegrasi, manajer pelayanan pasien /case manager) (lihat juga AP.4, Maksud
dan Tujuan).
-Pelayanan berfokus pada pasien (PCC) diterapkan dalam bentuk asuhan pasien
terintegrasi yang bersifat integrasi horizontal dan vertikal. Pada integrasi horizontal
misalnya pada integrasi inter PPA dengan kontribusi profesi tiap-tiap PPA sama
pentingnya/sederajat. Pada integrasi vertikal yaitu integrasi inter unit, pelayanan
berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ke tingkat pelayanan yang berbeda,
di sini peran MPP penting untuk integrasi tersebut dengan komunikasi yang
memadai dengan PPA.
-Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi pusatnya adalah pasien dan mencakup elemen
antara lain sebagai berikut:
Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga. (lihat PAP 4, PAP 2, PAP 5);
DPJP sebagai Ketua tim PPA (Clinical Team Leader) sebagai “motor” proses integrasi
antar PPA, melakukan integrasi asuhan pasien melalui review dan verifikasi asuhan per
24 jam;
PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, antara lain
memakai Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya disertai Alur
Klinis terintegrasi/Clinical Pathway, dan Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi/CPPT;
Perencanaan Pemulangan Pasien/Discharge Planning terintegrasi;
Asuhan Gizi Terintegrasi (lihat PAP 5);
Manajer Pelayanan Pasien/Case Manager berperan dalam integrasi inter unit dalam
pelayanan pasien, membantu integrasi intra-inter PPA.
-Pendokumentasian di rekam medis merupakan alat untuk memfasilitasi dan
menggambarkan integrasi serta koordinasi asuhan. Secara khusus, setiap PPA mencatat
observasi dan pengobatan di rekam medis pasien. Demikian juga, pertemuan resmi tim,
rapat tentang pasien, ronde klinis, setiap hasil atau simpulan dari rapat tim atau diskusi
tentang pasien dicatat dalam CPPT. (lihat juga PAP5, EP 2)
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care
Tata Kelola Rumah Sakit Tatakelola RS yg baik, Tatakelola Klinis yg baik, Tatakelola Pasien yg baik
???
Rumah Sakit Pasien
sesuai kebutuhan Keluarga
Pasien
Rumah Sakit
Case
Rumah Sakit
Manager
Rumah Sakit (di Klinik/
Rumah Sakit FKTP)
Ilustrasi di Rumah Sakit
Sakit : (kompleks): PPA
Pasien DPJP, Perawat,
DM, Gangrene Kaki, Dietisien,
Keluarga
Batuk (KP) Apoteker dsb
(Dirumah)
• Discharge Planning • Periksa Lab
• Proses Adm di RS • Ro, USG
Proses • Proses Adm di luar RS : • Endoskopi
Pulang BPJS, Perusahaan dsb • Biopsi
Di • Obat
Rumah Masalah Keluarga, Sosial, • Konsultasi
Psikologis, Spiritual Spesialis Lain
• Operasi
• ICU
Harus • Pem Ro diluar
DIRUJUK • Komplikasi..
“Urusan Panjang” • Dsb…..
Case
Manager
Asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi
asuhan, monev dan advokasi untuk opsi dan Pasien
pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien
di ranap & di rumah, dgn kendali mutu & Keluarga ??/!!
biaya, melalui kolaborasi dan komunikasi
MANAJER PELAYANAN PASIEN / CASE MANAGER
DPJP
PPJA
PPJA Apoteker
Clinical Leader :
• Kerangka pokok
asuhan Pasien,
• Koordinasi Keluarga
• Kolaborasi
• Sintesis
• Interpretasi Lainnya Dietisien
• Review
• Integrasi asuhan
MPP
/ RS Lain PPA aktif)
6 Rehabilitasi
7 Pengembangan Profesi
Proses Manajemen Yan Pasien
(Sumber : The Commission for Case Manager Certification’s Case Management Body of Knowledge®. (CMBOK®), 2011)
Essential Domains of Case Management Knowledge
The Seven Essential Knowledge Domains and Sub-Domains
(The Commission for Case Manager Certification’s Case Management Body of Knowledge®. (CMBOK®), 2011)
➢Standar PAP.2.1.
Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan didokumentasikan
IAR Plan of Care
Rencana Terintegrasi
DPJP – Clinical Leader
➢ Elemen Penilaian PAP. 2.1.
1. Ada regulasi ttg asuhan utk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), perawat dan PPA lainnya sesudah pasien masuk rawat inap. (R)
2. Rencana asuhan dibuat utk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yg memberikan asuhan di
rekam medis pasien (D,W)
3. Rencana asuhan pasien terintegrasi, dibuat dgn sasaran berdasarkan data asesmen awal
dan kebutuhan pasien. (D,W)
4. Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai kondisi pasien, dimutakhirkan atau
direvisi oleh tim PPA berdasar asesmen ulang (D,W)
5. Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat notasi pada CPPT oleh DPJP
5. sesuai kebutuhan
Perkembangan dan
tiap diverifikasi
pasien harian
dievaluasi oleh DPJP
berkala (D,W)notasi pada CPPT oleh DPJP
dan dibuat
sesuai kebutuhan dan diverifikasi harian oleh DPJP (D,W)
Standar AP.4
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim
memberikan asuhan pasien terintegrasi, masing2
melakukan asesmen berbasis pengumpulan Informasi ,
melakukan analisis utk membuat rencana asuhan (IAR),
dengan DPJP sebagai ketua tim asuhan yg
mengintegrasikan asuhan, termasuk menentukan
prioritas kebutuhan mendesak bagi pasien rawat inap.
Asuhan Pasien Terintegrasi
Elemen Penilaian AP.4
1. Ada bukti hasil asesmen awal dan asesmen ulang oleh
masing-masing PPA diintegrasikan. (D,W)
2. Ada bukti hasil asesmen dianalisis utk membuat
rencana asuhan. (D,W)
3. Berdasarkan
Berdasarkan hasil
hasil asesmen
asesmen dan
dan rencana
rencana asuhan
asuhan PPA
PPA
lainnya, DPJP mengintegrasikan rencana asuhan dan
tindak lanjutnya. (lihat PAP 2.1, PAP 5) (D,W)
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1
DPJP
PPJA
Apoteker
PPA
Profesional Pemberi Asuhan :
• Mereka yg secara langsung
Tugas Mandiri,
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien Tugas Kolaboratif,
a.l. DPJP, PPJA, Dietisien, Tugas Delegatif
Apoteker, dan Lainnya.
• Kompetensi Profesi & Kolaborasi
Interprofesional
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif, (KARS, 2018)
Tugas Delegatif/Mandat
Asuhan Pasien Terintegrasi
Rencana Asuhan Terinterasi
Rencana Asuhan
Masing2 PPA
(EP 1,2,3; SOAP masing2, +Sasaran) Rencana Asuhan
Terintegrasi
dalam 1 form
DPJP (EP 3)
Mereview & Verifikasi
(EP 5)
Integrasi Asuhan
Pasien
PAP.2.1
1. Ada regulasi asuhan untuk setiap pasien R Regulasi tentang rencana 10 TL
direncanakan oleh dokter penanggung asuhan oleh PPA dengan 5 TS
jawab pelayanan (DPJP), perawat, dan PPA metode IAR, termasuk tentang 0 TT
lainnya sesudah pasien masuk rawat inap. EP 2, 3, 4 dan 5
(R)
W • PPA
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Lapor DPJP
A : Nyeri akut arthritis gout • Kolaborasi pemberian
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 anti inlamasi &
Paraf.. analgesic
Dst….
Paraf
DPJP
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP tiap lembar
➢Maksud dan Tujuan PAP.2.1.
-Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan/tindakan yang diberikan
kepada seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu paket tindakan yang
dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) untuk memecahkan atau
mendukung diagnosis yang ditegakkan melalui asesmen. Tujuan utama rencana
asuhan adalah memperoleh hasil klinis yang optimal.
-Proses perencanaan bersifat kolaboratif menggunakan data berasal dari asesmen
awal dan asesmen ulang yang dilakukan oleh dokter dan PPA lainnya (perawat,
ahli gizi, apoteker, dsb.) untuk mengetahui dan menetapkan prioritas tindakan,
prosedur, dan asuhan PPA lainnya untuk memenuhi kebutuhan pasien. Rencana
asuhan yang baik menjelaskan asuhan individual, objektif, dan sasaran dapat diukur
untuk memudahkan asesmen ulang serta revisi rencana asuhan.
-Pasien dan keluarga dilibatkan dalam proses perencanaan. Berdasar atas hasil
assesmen ulang, rencana asuhan diperbaharui atau disempurnakan untuk dapat
menggambarkan kondisi pasien terkini. Rencana asuhan didokumentasikan di
rekam medik pasien.
-Rencana asuhan pasien harus terkait dengan kebutuhan pasien. Kebutuhan ini
mungkin berubah sebagai hasil dari proses penyembuhan klinis atau ada informasi
baru hasil asesmen ulang (contoh, hilangnya kesadaran, hasil laboratorium yang
abnormal) (lihat PAP 8.7; PAP 9).
-Rencana asuhan direvisi berdasar atas perubahan-perubahan ini dan
didokumentasikan di rekam medis pasien sebagai catatan dari rencana semula
atau hal ini dapat menghasilkan rencana asuhan baru.
-Salah satu cara untuk membuat rencana asuhan adalah mengetahui dan
menetapkan sasaran-sasaran. Sasaran terukur dapat dipilih oleh DPJP dan
bekerja sama dengan perawat dan PPA lainnya. Sasaran terukur dapat diamati
dan dapat dicapai terkait dengan asuhan pasien dan dari hasil klinis yang
diharapkan. Pendekatan sasaran dapat menggunakan SMART (Spesifik,
Measurable: dapat diukur, Achievable: dapat dilaksanakan, Relaistik dan Time:
target waktu).
Contoh dari sasaran realistik dan terukur sebagai berikut:
Kondisi…..
Contoh dari sasaran realistik dan terukur sebagai berikut:
kondisi pasien kembali dengan fungsi (out put) jantung stabil melalui detak
jantung, irama jantung, dan tekanan darah berada di kisaran normal;
pasien dapat menunjukkan mampu memberi sendiri suntikan insulin sebelum
pasien pulang keluar dari rumah sakit;
pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan)
menuju ruangan tamu dan kedua kakinya mampu menanggung beban berat
badan.
-DPJP sebagai ketua tim PPA melakukan evaluasi/review berkala dan verifikasi
harian merupakan upaya untuk menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan
DPJP dapat membuat notasi sesuai dengan kebutuhan. (lihat AP 4)
-Catatan: Rumah sakit dapat memakai suatu pola, sebagai tambahan, satu
rencana asuhan terintegrasi, dengan sasaran-sasaran yang diharapkan oleh PPA.
Pola ini memang pada dasarnya lebih baik daripada rencana terpisah oleh PPA
masing-masing.
Contoh
Rencana Asuhan Terintegrasi
Std PAP 2.1 EP 3
49
KARS, Nico A. Lumenta
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan
1. Secara rutin saat visit pasien tiap pagi DPJP membaca semua catatan2
di CPPT dari para PPA -24 jam-, terkait asesmen, perkembangan
pasien, pelaksanaan pelayanan, juga dari form2 lain a.l. “Nurse’s note”,
POLA KEGIATAN DPJP SEHARI-HARI
Form gizi, dll. Sebagai Clinical Leader
2. Melakukan review, interpretasi,
CPPT : Kolomsintesis
Review & dari rencana
Verifikasi DPJP dan
pelaksanaannya (Std PAP 2.1. EP 5)
3. Menyusun skala prioritas
4.Memberi catatan / notasi pd CPPT utk a.l. perhatian,
koreksi, arahan, instruksi dsb sebagai wujud integrasi !!
5.Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran, cukup
memberi paraf (= verifikasi) pada CPPT, beri paraf pd pojok
kanan bawah lembar CPPT akhir 24 jam
50
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Kolaborasi PPA
REVIEW &
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri
Profesional Termasuk Pasca Bedah Paraf, Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
Paraf pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Lapor DPJP
A : Nyeri akut arthritis gout • Kolaborasi pemberian
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 anti inlamasi &
Paraf.. analgesic
Dst….
Paraf
DPJP
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP tiap lembar
➢Standar PAP.2.2.
Rumah sakit menetapkan regulasi yang mengatur metoda memberi
instruksi.
Instruksi
W • PPA
53
➢ Maksud dan Tujuan PAP.2.2.
-Banyak kegiatan asuhan pasien membutuhkan seorang PPA yang kompeten dan berwenang untuk
menuliskan instruksi yang harus dicatat di rekam medik pasien. Intruksi merupakan pelaksanaan
dari rencana / plan dari masing2 PPA, bukan hanya dari DPJP.
-Kegiatan ini meliputi, misalnya instruksi untuk pemeriksaan di laboratorium (antara lain termasuk lab
Patologi Anatomi), memesan obat, asuhan keperawatan khusus, instruksi PPJA kepada timnya saat
PPJA off dalam bentuk delegasi apa yang harus dilaksanakan oleh perawat, terapi nurtrisi, dsb.
Instruksi ini harus dapat tersedia denganmudah jika instruksi harus dilaksanakan secepat-cepatnya.
Menempatkan instruksi di lembar umum atau di tempat tertentu di dalam berkas rekam medik
memudahkan pelaksanaan instruksi.
-Instruksi tertulis membantu staf mengerti kekhususan perintah, kapan harus dilaksanakan, serta
siapa harus melaksanakannya dan bersifat delegatif atau mandat. Instruksi tertulis dapat juga
diberikan di form tersendiri atau diberikan dengan sistem elektronik sesuai dengan regulasi RS.
Setiap RS harus mengatur:
o jenis instruksi harus tertulis dan dicatat, terutama di kolom empat CPPT.
o permintaan pemeriksaan semua laboratorium (antara lain termasuk pemeriksaan laboratorium PA)
dan diagnostik imajing tertentu harus disertai indikasi klinis
o pengecualian dalam keadaan khusus, seperti antara lain di unit darurat dan unit intensif;
o siapa yang diberi kewenangan memberi instruksi dan perintah diletakkan di dalam berkas rekam
medik pasien. (lihat juga SKP 2; PKPO 4; PKPO 1; PKPO 4.2; PKPO 4.3; MIRM 1.10 dan MIRM
11)
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Kolaborasi PPA REVIEW &
VERIFIKASI
melalui CPPT Instruksi PPA DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Termasuk Pasca (Tulis Nama, beri
Profesional
Bedah Paraf, Tgl, Jam)
Tgl, Jam Pemberi
(Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis (Instruksi ditulis (DPJP harus
Asuhan
Nama, beri Paraf pada akhir catatan) dgn rinci dan membaca/merevi
jelas) ew seluruh
Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 tiap 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Lapor DPJP
A : Nyeri akut arthritis gout • Kolaborasi
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 pemberian anti
Paraf.. inlamasi &
analgesic
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi *Lapor 2 jam lagi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd skala nyeri
palpasi. *Foto Ro Lutut hari
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra ini bila nyeri
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. mereda/toleransi
Paraf … cukup
Dst….
Paraf
DPJP
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP tiap lembar
55
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
REVIEW &
VERIFIKASI
DPJP
HASIL ASESMEN INSTRUKSI PPA
(Tulis Nama,
PENATALAKSANAAN PASIEN TERMASUK
PROFESION beri Paraf, Tgl,
TGL - PASCA BEDAH
AL PEMBERI Jam)
JAM (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai (Instruksi ditulis
ASUHAN (DPJP harus
Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf pada akhir dgn rinci dan
membaca/mer
catatan) jelas)
eview seluruh
Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam - Monitoring
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 nyeri tiap 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m - Lapor DPJP
A : Nyeri akut arthritis gout - Kolaborasi
56
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 pemberian
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam - Monitoring nyeri
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 tiap 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m - Lapor DPJP
A : Nyeri akut arthritis gout - Kolaborasi
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 pemberian anti
Paraf.. inlamasi &
analgesic
Dst….
57
(NB. Kolom ke 5
Contoh Review & Verifikasi DPJP)
Pagi Ns.N S: mengeluh nyeri diperut bawah, lemas Sore:Untuk PP. X :kaji risiko jatuh Ns.N
22/2/18 (PPJA) O: TD: 120/80mmHg, S;38 C, sudah di vulva hygiene: + dan nyeri, minum 700cc ,
13.00 Fluor albus, Urin 100cc keruh campur feses +++ , Tk kompres, relaksasi hangat,vulva Hand Over:
HARI 1 Nyeri 4 hygiene saat mandi sore, ROM PP X jam
Mobilisasi,ADLdibantu, kekuatan otot sinistra 4/4 dextra aktif & transfer kursi roda 14.00
4/4 Chek ulang darah dan urin
Lab urin tgl18/2:.... Obat:….(diisi)
:leukosit:…(diisi) Malam: Untuk PP Y: malam: kaji
A: Nyeri, Risk Ggn Mobilisasi Risk risiko jatuh dan nyeri, minum
Penyebaran infeksi, Ggn Eliminasi 300cc , kompres hangat,
Urin, Risiko jatuh aromaterapi/music terapi, sebelum
tidur vulva hygiene. saat mandi
P: dlm 12 x 1 jam: pagi, ukur balance cairan,ROM
Nyeri tk.3,bias relaksasi, aktif habis mandi pagi
S:37C Obat:….(tuliskan)
ROM pasif aktif
ukur balance cairan
2. Staf yang meminta beserta apa alasan D Bukti dalam rekam medis tentang permintaan 10 TL
dilakukan tindakan dicatat di rekam medis pasien. dan alasannya 5 TS
(D) 0 TT
3. Hasil tindakan dicatat di rekam medis pasien. D Bukti di rekam medis tentang hasil tindakan 10 TL
(D) 5 TS
0 TT
4. Pada pasien rawat jalan bila dilakukan D Bukti dalam rekam medis tentang asesmen bila 10 TL
tindakan diagnostik invasif/berisiko harus dilakukan tindakan diagnostik invasif/berisiko. 5 TS
dilakukan asesmen serta pencatatannya Pencatatan menampilkan elemen IAR yang sesuai 0 TT
dalam rekam medis. (D,W) kondisi pasien, baik kondisinya saat tindakan dan
atau bila ada perubahan kondisi terkait gangguan
kesehatan baru (antara lain efek
samping/komplikasi). (lihat konsep IAR).
W DPJP
Kepala/staf unit pelayanan diagnostik antara lain
Unit Laboratorium, Unit Radiologi 61
➢Maksud dan Tujuan PAP. 2.3.
Contoh tindakan spt ini adalah endoskopi, kateterisasi jantung, terapi radiasi, CT
Scan dll tindakan invasif juga pd pemeriksaan lab (PK, PA) juga pd radiologi
intervensional dan non invasif. Informasi ttg siapa yg meminta prosedur / tindakan
ini dan alasannya dicatat dan dimasukkan di dlm berkas rekam medis pasien. Di
rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik invasif/ berisiko, termasuk pasien yg
dirujuk dari luar, juga harus dilakukan asesmen serta pencatatannya dalam rekam
medis.
➢Standar PAP.2.4.
Pasien & keluarga diberi tahu ttg hasil asuhan dan pengobatan termasuk
hasil asuhan yg tidak diharapkan.
Pemberian informasi
Siapkan Regulasi
Juga KTD
Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien
PAP.2.4
O DPJP
PPA lainnya
W Staf klinis
Diklat
76
Mengurangi/menekan RISIKO
*Standar PAP.3.1 early warning system (EWS)
*Standar PAP.3.2 yan resusitasi - “Code Blue”
*Standar PAP.3.3 pelayanan darah dan produk darah.
*Standar PAP.3.4 asuhan dgn peralatan bantu hidup dasar atau yang koma.
*Standar PAP.3.5 asuhan pasien dgn penyakit menular dan yg daya
tahannya diturunkan (immune-supressed)
*Standar PAP.3.6 asuhan pasien dialisis (cuci darah)
*Standar PAP.3.7 penggunaan alat penghalang (restraint)
*Standar PAP.3.8 asuhan pasien usia lanjut, mereka yg cacat, anak-anak dan
mereka yg berisiko disiksa.
*Standar PAP.3.9 asuhan pada pasien yg mendapat kemoterapi atau
pelayanan lain yg berisiko tinggi.
77
DETEKSI (MENGENALI) PERUBAHAN KONDISI PASIEN
Mengurangi/menekan RISIKO
PAP.3.1
1. Ada regulasi pelaksanaan early R Regulasi untuk pelaksanaan early 10 TL
warning system (EWS). (R) warning system (EWS) - -
0 TT
2. Ada bukti staf klinis dilatih D Bukti pelaksanaan pelatihan staf klinis 10 TL
menggunakan EWS. (D,W) tentang EWS : TOR, Undangan, daftar 5 TS
hadir, materi, laporan, evaluasi, 0 TT
sertifikat
W Staf klinis
3. Ada bukti staf klinis mampu D Bukti di rekam medis tentang 10 TL
melaksanakan EWS. (D,W,S) pelaksanaan EWS 5 TS
0 TT
W Staf klinis
(https://en.wikipedia.org/wiki/Early_warning_score)
(J Community Hosp Intern Med Perspect. 2015; 5(2): 10.3402/jchimp.v5.26716.)
8.00 9.30 9.45 10.00 10.15 ….
Resp 0 1 1 1 2
Rate
Heart R 1 1 1 1 2
T.Sist 1 1 1 1 1
Kesada 0 0 0 0 0
ran
Temp 0 0 0 0 0
Skor 2 3 3 3 5
Contoh
85
86
87
88
PELAYANAN RESUSITASI
➢Standar PAP.3.2.
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area RS
“Code Blue”
➢ Elemen Penilaian PAP.3.2
1. Ada regulasi ttg pelayanan resusitasi yg tersedia dan diberikan selama 24
jam setiap hari di seluruh area RS, serta ttg peralatan medis utk resusitasi
dan obat utk bantuan hidup dasar terstandar sesuai kebutuhan populasi
pasien (lihat PAB 3, EP 3) (R)
2. Diseluruh area RS bantuan hidup dasar diberikan segera saat dikenali
adanya henti jantung-paru, dan tindak lanjut diberikan kurang dari 5 menit
(W,S)
3. Staf diberi pelatihan pelayanan resusitasi (D,W) (lihat KKS 8.1 EP 1 & 2)
Mengurangi/menekan RISIKO
PAP.3.2
1. Ada regulasi pelayanan resusitasi R Regulasi tentang pelayanan resusitasi 10 TL
yang tersedia dan diberikan selama 24 - -
jam setiap hari di seluruh area rumah 0 TT
sakit, serta peralatan medis untuk
resusitasi dan obat untuk bantuan
hidup dasar terstandar sesuai dengan
kebutuhan populasi pasien (lihat PAB 3,
EP 3). (R)
2. Di seluruh area rumah sakit bantuan D Bukti dalam rekam medis 10 TL
hidup dasar diberikan segera saat W Tim code blue 5 TS
dikenali henti jantung-paru dan tindak Staf klinis 0 TT
lanjut diberikan kurang dari 5 menit.
(W,S) S o Peragaan BHD
o Peragaan aktivasi code blue (lihat
KKS 8.1 EP 1 dan 2)
3. Staf diberi pelatihan pelayanan D Bukti pelatihan tentang pelayanan 10 TL
resusitasi. (D,W) resusitasi (lihat KKS 8.1 EP 1 dan 2) 5 TS
W Staf klinis 0 TT
Staf RS
Diklat 90
➢Maksud dan Tujuan PAP.3.2.
Pelayanan resusitasi diartikan sbg intervensi klinis pada pasien atau
korban yg mengalami kejadian mengancam hidupnya, spt henti jantung atau
paru. Pd saat henti jantung atau paru, pemberian kompresi pd dada atau
bantuan pernapasan akan berdampak pd hidup atau matinya pasien,
setidak2nya menghindari kerusakan jaringan otak.
Resusitasi yg berhasil pd pasien dgn henti jantung-paru, tergantung pd
intervensi yg kritikal/penting, spt secepat mungkin dilakukan defibrilasi dan
bantuan hidup lanjut (advance) yg akurat (code blue). Pelayanan spt ini
harus tersedia utk semua pasien, selama 24 jam setiap hari.
(Maksud dan Tujuan PAP.3.2.)
Sangat penting utk dapat memberikan pelayanan intervensi yg kritikal yaitu
tersedianya dgn cepat peralatan medis terstandar, obat resusitasi, staf terlatih dgn
baik utk resusitasi. Bantuan hidup dasar harus dilakukan secepatnya saat diketahui
ada tanda henti jantung-paru, dan proses pemberian bantuan hidup kurang dari 5
(lima) menit. Hal ini termasuk review thd pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau
thd simulasi pelatihan resusitasi di RS. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh
area RS, termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis dan
populasi pasien yg dilayani (contoh, jika RS mempunyai populasi pediatri, peralatan
medis utk resusitasi pediatri) (lihat PAB.3; KPS.8.1; TKP.9; MFK.8).
Catatan: seluruh area RS dimana tindakan dan pelayanan diberikan, termasuk area
tindakan diagnostik di gedung terpisah dari gedung RS.
Maksud dan Tujuan PAP.3.3 s/d PAP.3.9.
Regulasi harus dibuat secara khusus utk kelompok pasien yg berisiko atau pelayanan yg
berisiko tinggi, agar tepat dan efektif dlm mengurangi risiko terkait. Sangatlah penting bhw
kebijakan dan prosedur mengatur:
a) Bagaimana perencanaan dibuat, termasuk identifikasi perbedaan pasien dewasa dan
anak-anak atau keadaan khusus lain.
b) Dokumentasi yg diperlukan oleh pelayanan secara tim utk bekerja dan berkomunikasi
secara efektif.
c) Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
d) Persyaratan pemantauan pasien
e) Kompetensi atau ketrampilan yg khusus dari staf yg terlibat dlm proses asuhan.
f) Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
Pengobatan risiko tinggi lainnya selain kemoterapi termasuk a.l. : Radioterapi, KCl pekat,
Heparin dsb.
Catatan : utk std PAP.3.3 s/d PAP.3.9, elemen a. s/d f Maksud dan Tujuan harus tercermin
dlm kebijakan dan prosedur yg disyaratkan.
PELAYANAN DARAH
Yan Darah
➢Standar PAP.3.3.
Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
undangan.
Mengurangi/menekan RISIKO
PELAYANAN DARAH
Standar AP.5.11
RS menetapkan regulasi ttg penyelenggaraan pelayanan
darah dan menjamin pelayanan yg diberikan sesuai
peraturan perundang-undangan dan standar pelayanan
2. Ada bukti pelaksanaan proses meliputi a) sampai D Bukti dalam rekam medis tentang pelayanan darah 10 TL
dengan h) pada maksud dan tujuan. (D,W) dan produk darah meliputi butir a) sampai dengan h) 5 TS
dan berkas kredensial staf klinis 0 TT
DPJP
W PPJA
Staf klinis
Kepala/staf unit laboratorium/unit BDRS (Bank
Darah RS)
3. Ada bukti staf yang kompeten dan berwenang D Bukti dalam rekam medis tentang pelayanan darah 10 TL
melaksanakan pelayanan darah dan produk darah dan produk darah meliputi butir a) sampai dengan h) 5 TS
serta melakukan monitoring dan evaluasi (lihat juga AP termasuk bukti monev 0 TT
5.11 EP 2). (D,W)
W DPJP
PPJA
Staf klinis
Kepala/staf unit laboratorium/unit BDRS (Bank Darah
97
PAP.3.3
3. Ada bukti staf yang kompeten dan D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
berwenang melaksanakan pelayanan pelayanan darah dan produk darah 5 TS
darah dan produk darah serta meliputi butir a) sampai dengan f) dan 0 TT
melakukan monitoring dan evaluasi berkas kredensial staf klinis
(lihat AP 5.11, EP 1). (D,W) W
Staf klinis
Kepala/staf unit laboratorium/unit
BDRS (Bank Darah
Standar PAP.3.4
RS menetapkan regulasi tentang asuhan pasien yg menggunakan alat bantu
hidup dasar atau pasien koma
Mengurangi/menekan RISIKO
PAP.3.4
1. Ada regulasi asuhan pasien alat R Regulasi tentang asuhan pasien dengan 10 TL
bantu hidup dasar atau pasien koma. (R) alat bantu hidup dasar atau pasien 5 TS
koma 0 TT
2. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
dengan alat bantu hidup sesuai dengan pelaksanaan asuhan pasien dengan 5 TS
regulasi. (D,W). alat bantu hidup 0 TT
PPA
W Staf klinis
3. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
koma sesuai dengan regulasi. (D,W). pelaksanaan asuhan pasien koma 5 TS
0 TT
PPA
W Staf klinis
2. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
penyakit menular sesuai dengan pelaksanaan asuhan pasien penyakit 5 TS
regulasi. (D,W). menular 0 TT
W PPA
Staf klinis
IPCN/IPCLN
3. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
immuno-suppressed sesuai dengan pelaksanaan asuhan pasien immuno- 5 TS
regulasi. (D,W). suppressed 0 TT
W PPA
Staf klinis
IPCN/IPCLN
Dialisis
Standar PAP.3.6.
Regulasi mengarahkan asuhan pasien dialisis (cuci darah)
Mengurangi/menekan RISIKO
PAP.3.6
1. Ada regulasi asuhan pasien dialisis. R Regulasi tentang asuhan pasien dialisis 10 TL
(R) termasuk EP 3 juga a.l. tentang skrinng infeksi 5 TS
pasien baru, tentang pemberian informasi 0 TT
dan persetujuan, tentang :asesmen awal
secara berkala
2. Ada bukti pelaksanaan asuhan pasien D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
dialisis sesuai dengan regulasi. (lihat AP pelaksanaan asuhan pasien dialisis 5 TS
1.2.EP 7). (D,W) 0 TT
PPA
W Staf klinis
3. Ada bukti dilakukan evaluasi kondisi D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
pasien secara berkala. (lihat AP 1.2.EP pelaksanaan asesmen awal secara 5 TS
7). (D,W) berkala 0 TT
W PPA
Staf klinis
Restraint
Standar PAP.3.7.
Rumah sakit menetapkan pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint).
Mengurangi/menekan RISIKO
PAP.3.7
1. Ada regulasi pelayanan R Regulasi tentang pelayanan penggunaan 10 TL
penggunaan alat penghalang alat penghalang (restraint), termasuk 5 TS
(restraint). (R) tentang informed consentnya dan EP 3. 0 TT
PPA
W Pasien/keluarga
3. Ada bukti dilakukan evaluasi D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
pasien secara berkala. (D,W) pelaksanaan evaluasi pasien secara berkala 5 TS
0 TT
Staf klinis
W
Mengurangi/menekan RISIKO
PAP.3.8
1. Ada regulasi pelayanan khusus R Regulasi tentang pelayanan khusus 10 TL
terhadap pasien yang lemah, lanjut terhadap pasien yang lemah, lanjut usia, 5 TS
usia, anak, dan yang dengan anak, dan yang dengan ketergantungan 0 TT
ketergantungan bantuan, serta bantuan, serta populasi yang berisiko
populasi yang berisiko disiksa dan disiksa dan risiko tinggi lainnya termasuk
risiko tinggi lainnya termasuk pasien pasien dengan risiko bunuh diri.
dengan risiko bunuh diri. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan asuhan D Bukti dalam rekam medis tentang asuhan 10 TL
pasien yang lemah dan lanjut usia pasien yang lemah dan lanjut usia yang 5 TS
yang tidak mandiri menerima asuhan tidak mandiri 0 TT
sesuai dengan regulasi. (D,W)
PPA
W Staf klinis
4. Ada bukti pelaksanaan asuhan D Bukti dalam rekam medis tentang asuhan 10 TL
terhadap populasi pasien dengan terhadap populasi pasien dengan risiko 5 TS
risiko kekerasan dan risiko tinggi kekerasan dan risiko tinggi lainnya 0 TT
lainnya termasuk pasien dengan termasuk pasien dengan risiko bunuh
risiko bunuh diri sesuai dengan diri. (lihat MFK 4 EP 4)
regulasi. (D,W)
PPA
Staf klinis
W
Mengurangi/menekan RISIKO
PAP.3.9
1. Ada regulasi pelayanan khusus R Regulasi pelayanan khusus terhadap: 10 TL
terhadap pasien yang mendapat 1) pasien yang mendapat kemoterapi 5 TS
kemoterapi atau pelayanan lain yang 2) pelayanan lain yang berisiko tinggi 0 TT
berisiko tinggi. (R)
PPA
W Staf klinis
3. Ada bukti pelaksanaan pelayanan D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
risiko tinggi lain (misalnya terapi pelaksanaan pelayanan risiko tinggi lain 5 TS
hiperbarik dan pelayanan radiologi (misalnya a.l. terapi hiperbarik dan 0 TT
intervensi) sesuai dengan regulasi. pelayanan radiologi intervensi)
(D,W)
PPA
W Staf klinis
112
MAKANAN DAN TERAPI GIZI Yan Gizi Regular
➢Standar PAP.4. “mengikuti pasien”
Tersedia berbagai pilihan makanan, sesuai dgn status gizi pasien dan
konsisten dengan asuhan klinisnya
Elemen Penilaian PAP.4.
1. RS menetapkan regulasi yg berkaitan dgn pelayanan gizi. (R)
2. RS menyediakan makanan sesuai dgn kebutuhan pasien. (D,O,W)
3. Ada bukti proses pemesanan makanan pasien sesuai status gizi dan kebutuhan
pasien dan dicatat di rekam medis (D,W)
4. Makanan disiapkan dan disimpan dgn mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan. (O,W)
5. Distribusi makanan dilaksanakan tepat waktu sesuai kebutuhan. (D,O,W)
6. Jika keluarga membawa makanan bagi pasien, mereka diberi edukasi ttg
pembatasan diet pasien dan risiko kontaminasi serta pembusukan sesuai regulasi.
(D,O,W,S)
7. Makanan yg dibawa keluarga atau orang lain disimpan secara benar utk mencegah
kontaminasi (D,O,W)
Area Instalasi Gizi
Proses
Penerimaan Penyimpanan
Menyiapkan Distribusi
Bahan Kering-Basah
makanan
W Staf klinis
Dietisien 115
PAP.4
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi *Lapor 2 jam lagi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd skala nyeri
palpasi. *Foto Ro Lutut hari
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra ini bila nyeri
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. mereda/toleransi
Paraf … cukup
Dst….
Paraf
DPJP
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP tiap lembar
121
PAP.5
1. Rumah sakit menetapkan R Regulasi tentang asuhan dan terapi gizi 10 TL
regulasi untuk terapi gizi terintegrasi, termasuk EP 2, 3, 4. (Lihat PAP 2) 5 TS
terintegrasi. (R) 0 TT
2. Ada bukti pemberian terapi D Bukti dalam rekam medis tentang pemberian 10 TL
gizi terintegrasi pada pasien terapi gizi terintegrasi pada pasien risiko gizi, 5 TS
risiko gizi (lihat juga AP 1.4.) termasuk bukti verifikasi dengan tandatangan 0 TT
(D,W) DPJP.
W PPA, Staf klinis, Dietisien
3. Asuhan gizi terintegrasi D Bukti dalam rekam medis tentang asuhan gizi 10 TL
mencakup rencana, pemberian, terintegrasi mencakup rencana, pemberian, 5 TS
dan monitor terapi gizi. (D,W) dan monitor terapi gizi. 0 TT
W PPA, Staf klinis, Dietisien
4. Evaluasi dan monitoring terapi D Bukti dalam rekam medis tentang evaluasi dan 10 TL
gizi dicatat di rekam medis monitoring terapi gizi. 5 TS
pasien. (lihat AP 2 EP 1). (D) W PPA 0 TT
Staf klinis
Dietisien
Pasien/keluarga
KARS, Nico A. Lumenta 122
PAP.5
Yan Nyeri
Elemen Penilaian PAP.6
1. RS menetapkan regulasi pelayanan pasien utk mengatasi nyeri. (R)
2. Pasien nyeri menerima pelayanan utk mengatasi nyeri sesuai kebutuhan.
(D,W)
3. Pasien & keluarga diberi edukasi ttg pelayanan utk mengatasi nyeri sesuai
dgn latar belakang agama, budaya, nilai2 pasien & keluarga. (D,W)
4. Pasien & keluarga diberi edukasi ttg kemungkinan timbulnya nyeri akibat
tindakan yg terencana, prosedur pemeriksaan dan pilihan yg tersedia utk
mengatasi nyeri. (D,W,S)
5. RS melaksanakan pelatihan pelayanan utk mengatasi nyeri utk staf (D,W)
PAP.6
1. Rumah sakit menetapkan R Regulasi tentang pelayanan pasien untuk 10 TL
regulasi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri, termasuk EP 2, 3, 4, 5. 5 TS
mengatasi nyeri. (R) 0 TT
3. Pasien dan keluarga diberikan D Bukti dalam rekam medis tentang edukasi 10 TL
edukasi tentang pelayanan kepada pasien-keluarga mengenai 5 TS
untuk mengatasi nyeri sesuai pelayanan untuk mengatasi nyeri sesuai 0 TT
dengan latar belakang agama, dengan latar belakang agama, budaya, nilai-
budaya, nilai-nilai pasien dan nilai pasien-keluarga
keluarga. (D,W) W DPJP
PPJA
Staf klinis
Pasien/Keluarga 128
PAP.6
4. Pasien dan keluarga diberikan D Bukti dalam rekam medis tentang edukasi 10 TL
edukasi tentang kemungkinan kepada pasien-keluarga mengenai 5 TS
timbulnya nyeri akibat tindakan kemungkinan timbulnya nyeri akibat tindakan 0 TT
yang terencana, prosedur yang terencana, prosedur pemeriksaan, dan
pemeriksaan, dan pilihan yang pilihan yang tersedia untuk mengatasi nyeri
tersedia untuk mengatasi nyeri.
(D,W,S) W DPJP
PPJA
Staf klinis
Pasien/Keluarga
Pasien Terminal
Elemen Penilaian PAP.7
1. Ada regulasi ttg asesmen awal dan ulang pasien dlm tahap terminal meliputi a)
s/d i) di maksud dan tujuan. (R)
2. Ada bukti skrining dilakukan pd pasien yg diputuskan dgn kondisi harapan hidup
yg kecil sesuai regulasi (D,W)
3. Pasien dalam tahap terminal dilakukan asesmen awal dan asesmen ulang (D,W)
4. Hasil asesmen menentukan asuhan dan layanan yg diberikan. (D,W)
5. Asuhan dlm tahap terminal memperhatikan rasa nyeri pasien (lihat juga HPK.2.2)
(D, W)
Proses :
DPJP Skrining Pasien Terminal
Asesmen Awal Pasien Teminal, IAR, bersama Keluarga
Maksud & Tujuan PAP 7 : a) sd i), DNR
Pemberian Pelayanan & Asuhan sesuai rencana –
kebutuhan Maksud & Tujuan PAP 7.1. : a) sd f)
Asesmen Ulang Pasien Teminal
Ttg DNR
PAP.7
1. Ada regulasi asesmen awal R Regulasi tentang asesmen awal dan ulang 10 TL
dan ulang pasien dalam tahap pasien terminal meliputi butir a) sampai 5 TS
terminal meliputi butir a) sampai dengan i) pada maksud dan tujuan, tentang 0 TT
dengan i) pada maksud dan DNR, juga termasuk butir a) s/d f) di PAP 7.1
tujuan. (R)
2. Ada bukti skrining dilakukan D Bukti dalam rekam medis tentang skrining 10 TL
pada pasien yang diputuskan pasien yang diputuskan dengan kondisi 5 TS
dengan kondisi harapan hidup harapan hidup yang kecil, oleh DPJP 0 TT
yang kecil sesuai dengan
regulasi. (D,W) W PPA
Staf klinis
Pasien/keluarga
5. Asuhan dalam tahap terminal D Bukti dalam rekam medis tentang asuhan 10 TL
memperhatikan rasa nyeri dalam tahap terminal memperhatikan rasa 5 TS
pasien. (lihat juga HPK 2.5). nyeri pasien 0 TT
(D,W)
W PPA
Staf klinis
Pasien/keluarga
135
Maksud dan Tujuan PAP.7
Skrining merupakan proses untuk menetapkan kondisi pasien masuk dalam fase terminal.
Selanjutnya PPA melakukan asesmen awal dan asesmen ulang (basis IAR) bersifat
individual untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dalam tahap terminal (dying) dan
keluarganya. Asesmen awal dan asesmen ulang harus menilai kondisi pasien seperti:
a) gejala mual dan kesulitan pernapasan
b) faktor yg memperparah gejala fisik
c) manajemen gejala sekarang dan respons pasien
d) orientasi spiritual pasien & keluarga, keterlibatan dlm kelompok agama tertentu
e) keprihatinan spiritual pasien & keluarga, seperti putus asa, penderitaan, rasa
bersalah
f) status psiko sosial pasien & keluarganya, spt kekerabatan, kelayakan
perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi, reaksi pasien dan
keluarganya menghadapi penyakit
g) kebutuhan bantuan atau penundaan layanan utk pasien dan keluarganya
h) kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan
i) faktor risiko bagi yg ditinggalkan dlm hal cara mengatasi dan potensi reaksi
patologis atas kesedihan.
Standar PAP.7.1
RS memberikan pelayanan pasien dlm tahap terminal dgn memperhatikan
kebutuhan pasien dan keluarga dan mengoptimalkan kenyamanan dan
martabat pasien dan didokumentasikan dlm rekam medis.
2. Staf diedukasi tentang kebutuhan D Bukti materi edukasi kepada staf tentang 10 TL
unik pasien dalam tahap terminal. kebutuhan unik pasien dalam tahap 5 TS
(D,W) terminal 0 TT
W PPA
Staf klinis
3. Pelayanan pasien dalam tahap D Bukti dalam rekam medis tentang hasil 10 TL
terminal memperhatikan gejala, asesmen pasien tahap terminal 5 TS
kondisi, dan kebutuhan kesehatan 0 TT
atas hasil asesmen. (D, W) W PPA
Staf klinis
138
PAP.7.1
4. Pelayanan pasien dalam tahap D Bukti dalam rekam medis tentang upaya 10 TL
terminal memperhatikan upaya mengatasi rasa nyeri pasien dalam tahap 5 TS
mengatasi rasa nyeri pasien (lihat terminal 0 TT
juga HPK 2.6). (D,W)
W PPA
Staf klinis
Pasien/keluarga
5. Pelayanan pasien dalam tahap D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
terminal memperhatikan kebutuhan kebutuhan biopsiko- sosial, emosional, 5 TS
biopsiko- sosial, emosional, budaya, budaya, dan spiritual pasien dalam tahap 0 TT
dan spiritual. (D,W) terminal
W PPA
Pasien/keluarga
5. Asuhan dalam tahap terminal D Bukti dalam rekam medis tentang asuhan 10 TL
memperhatikan rasa nyeri dalam tahap terminal memperhatikan rasa 5 TS
pasien. (lihat juga HPK 2.5). nyeri pasien 0 TT
(D,W)
W PPA
Staf klinis
Pasien/keluarga
KARS, Nico A. Lumenta 139
PAP.7.1
6. Pasien dan keluarga dilibatkan D Bukti dalam rekam medis tentang 10 TL
dalam keputusan asuhan termasuk melibatkan pasien dan keluarga dalam 5 TS
keputusan do not resuscitate/DNR. keputusan asuhan termasuk keputusan do 0 TT
(lihat juga HPK 2.4). (D,W) not resuscitate/DNR
W PPA
Pasien/keluarga
• Bila tanggung jawab dan wewenang pemilik maupun representasi pemilik ada yang
didelegasikan maka diatur didalam regulasi yang dikeluarkan pemilik RS. Sebagai contoh:
persetujuan anggaran modal dan operasional Rumah Sakit yang semula ada di pemilik
rumah didelegasikan kepada representasi pemilik atau didelegasikan kepada Tim anggaran
sesuai dengan peraturan perundangan.
• Tugas dan wewenang yang diatur di maksud dan tujuan ini merupakan minimal yang harus
diatur, Rumah Sakit dapat menambah regulasi tersebut sesuai dengan yang diperlukan
Rumah Sakit.
Maksud dan Tujuan TKRS 1, TKRS 1.1 dan TKRS 1.2
• Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pemilik perlu mempunyai regulasi yang dapat
berbentuk corporat bylaws/peraturan internal Rumah Sakit atau dokumen lainnya yang
serupa yang mengatur:
a) Struktur organisasi pemilik dan representasi pemilik sesuai dengan bentuk badan hukum
pemilik
b) Tanggung jawab dan wewenang pemilik dan representasi pemilik yang meliputi point 1)
sampai dengan 16) yang ada di atas,
c) Pendelegasian kewenangan dari pemilik kepada representasi pemilik atau Direktur
Rumah Sakit atau individu lainnya sesuai peraturan perundangan
d) Pengangkatan/penetapan dan Penilaian kinerja representasi pemilik
e) Pengangkatan penetapan dan Penilaian kinerja Direktur Rumah Sakit
f) Penetapan Kualifikasi, persyaratan Direktur Rumah Sakit sesuai dengan peraturan
perundangan
g) Struktur Organisasi Rumah Sakit
Maksud dan Tujuan TKRS 1, TKRS 1.1 dan TKRS 1.2
• Struktur Organisasi Rumah Sakit yang disebut pada point g) sesuai dengan peraturan
perundangan paling sedikit meliputi :
• kepala Rumah Sakit atau direktur Rumah Sakit;
• unsur pelayanan medis;
• unsur keperawatan;
• unsur penunjang medis;
• unsur administrasi umum dan keuangan;
• komite medis; dan
• satuan pemeriksaan internal.
• Unsur organisasi Rumah Sakit sebagaimana tersebut dapat digabungkan sesuai kebutuhan,
beban kerja, dan/atau klasifikasi Rumah Sakit. Selain itu perlu juga ditetapkan lingkup
pelayanan atau unit kerja yang masuk dalam unsur pelayanan medis, unsur keperawatan,
unsur penunjang medis, unsur administrasi umum dan keuangan.
Elemen penilaian TKRS 1 Telusur Skor
1. Pemilik menetapkan regulasi yang R Regulasi tentang pengaturan 10 TL
mengatur a) sampai dengan g) kewenangan antara 5 TS
yang ada di dalam maksud dan pemilik,representasi pemilik yang 0 TT
tujuan, yang dapat berbentuk tercantum dalam corporate bylaws/
corporate by-laws, peraturan peraturan internal RS/ dokumen lain
internal atau dokumen lainnya serupa
yang serupa. (R)
16
Elemen penilaian TKRS 1.2 Telusur Skor
2. Ada persetujuan rencana 1) Bukti tentang rencana 10 TL
strategis, rencana kerja dan D strategis yang disetujui oleh 5 TS
anggaran Rumah Sakit sehari- pemilik atau representasi 0 TT
hari sesuai dengan regulasi pemilik
(lihat juga TKRS 1.1 EP 2, PP I 4 2) Bukti tentang rencana kerja
EP 1). (D,W) dan anggaran RS yang
disetujui oleh pemilik atau
W representasi pemilik
Pemilik/representasi pemilik
Direktur RS 17
Elemen penilaian TKRS 1.2 Telusur Skor
3. Ada persetujuan atas strategi D Hanya untuk RS yang 10 TL
dan program pendidikan dan mempunyai peserta didik klinis: 5 TS
penelitian staf klinis dan Bukti tentang rencana strategi 0 TT
pengawasan mutu program dan program pendidikan dan
pendidikan tersebut. Elemen penelitian staf klinis serta
penilaian ini hanya untuk pengawasan mutu program
Rumah Sakit yang mempunyai pendidikan, yang sudah
peserta didik klinis. (D,W) disetujui.
W Pemilik/representasi pemilik
Direktur RS
Bidang Diklat/Diklit RS
Komite koordinator
pendidikan (Komkordik) 18
Standar TKRS 1.3
23
DIREKTUR/DIREKSI RUMAH SAKIT
Standar TKRS 2
30
Elemen penilaian TKRS 2 Telusur Skor
3. Direktur/Direksi RS patuh D 1) Bukti semua staf medis yang 10 TL
terhadap peraturan melaksanakan praktik 5 TS
perundang-undangan (lihat kedokteran sudah mempunyai 0 TT
juga MFK 1 EP 4). (D,O,W) STR dan SIP
O Lihat kesesuaian sarana,
prasarana dan fasilitas terhadap
standar bangunan dan fasilitas
RS
W Direktur RS
Para Pemimpin RS 31
Elemen penilaian TKRS 2 Telusur Skor
4. Direktur Rumah Sakit telah mengatur D 1) Bukti kumpulan notulen rapat di 10 TL
operasional rumah sakit setiap hari, RS yang pimpinan rapatnya oleh 5 TS
termasuk semua tanggung jawab yang Direktur RS 0 TT
dijelaskan dalam uraian tugas (D,W) 2) Bukti kumpulan surat disposisi
3) Bukti-bukti kegiatan Direktur RS
lainnya
W Direktur RS
Para pemimpin RS
32
Elemen penilaian TKRS 2 Telusur Skor
5. Direktur/Direksi Rumah Sakit telah D 1) Bukti tentang Renstra dan 10 TL
menyusun dan mengusulkan rencana anggaran RS, 5 TS
strategis dan anggaran biaya kepada 2) Bukti notulen rapat penyusunan 0 TT
pemilik atau representasi pemilik sesuai Renstra dan anggaran
regulasi (lihat juga TKRS 1, TKRS 1.1 dan 3) Bukti pengusulan Renstra dan
TKRS 1.2). (D,W) anggaran (surat ke
pemilik/representasi pemilik)
W Direktur RS
Bagian perencanaan RS
Bagian Keuangan 33
Elemen penilaian TKRS 2 Telusur Skor
6. Direktur/Direksi Rumah Sakit D 1) Bukti pengawasan (dapat 10 TL
telah memastikan kepatuhan staf berupa bukti isian form 5 TS
Rumah Sakit terhadap regulasi ceklis-ceklis ) 0 TT
Rumah Sakit yang sudah 2) Hasil pengawasan
ditetapkan. (D,W) pelaksanaan regulasi,
seperti penggunaan APD,
W cuci tangan, larangan
merokok, pelaksanaan SOP,
dll
Direktur RS
Para Pemimpin RS
34
Elemen penilaian TKRS 2 Telusur Skor
7. Direktur/Direksi Rumah Sakit D 1) Bukti rekapitulasi hasil 10 TL
menindaklanjuti semua hasil pemeriksaan dari 5 TS
laporan pemeriksaan internal dari pemerintah atau badan 0 TT
pemerintah atau badan ekternal eksternal lainnya.
lainnya yang mempunyai 2) Bukti hasil pemeriksaan
kewenangan melakukan tersebut telah
pemeriksaan rumah sakit. (D,W) ditindaklanjuti (dapat
berbentuk laporan, foto-
W foto, pengeluaran anggaran,
dll)
Direktur RS
Para Pemimpin di RS
35
KEPALA BIDANG/DIVISI
Standar TKRS 3
40
Elemen penilaian TKRS 3 Telusur Skor
2. Kualifikasi kepala D Bukti kualifikasi kepala bidang 10 TL
bidang/divisi sudah sesuai /divisi sesuai persyaratan, dalam 5 TS
dengan persyaratan jabatan file kepegawaian ,meliputi: 0 TT
serta tugas pokoknya. (D,W) 1) keputusan pengangkatan
2) ijazah
3) sertifikasi
41
Elemen penilaian TKRS 3 Telusur Skor
3. Ada bukti koordinasi D Bukti rapat koordinasi antar para 10 TL
antar kepala bidang/divisi Kepala Bidang/Divisi sesuai regulasi RS 5 TS
dalam menjalankan misi 0 TT
Rumah Sakit. (D,W) W Kepala Bidang/Divisi
43
Standar TKRS 3.1
Direktur Rumah Sakit dan para kepala
bidang/divisi di Rumah Sakit mengidentifikasi
dan merencanakan jenis pelayanan klinis
yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang dilayani Rumah Sakit
tersebut.
Maksud dan Tujuan TKRS 3.1
• Pelayanan pasien perlu direncanakan dan dirancang untuk merespons kebutuhan pasien.
Jenis pelayanan yang diberikan harus tertulis dan harus konsisten dengan misi Rumah
Sakit. Kepala bidang/divisi menentukan kualifikasi pimpinan dari setiap departemen klinis
dan unit/instalasi layanan yang ada di Rumah Sakit, baik layanan diagnostik, terapeutik,
rehabilitatif, dan layanan penting lainnya untuk kepentingan pasien.
• Para kepala bidang/divisi Rumah Sakit juga membuat rencana bersama dengan para unit
pelayanan dan unit kerja pelayanan tentang cakupan dan jenis pelayanan-pelayanan yang
disediakan oleh Rumah Sakit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Direktur Rumah
Sakit merencanakan dan mengikut sertakan masyarakat/tokoh masyarakat, fasilitas
pelayanan kesehatan sekitar Rumah Sakit, dan pihak-pihak lainnya dalam merencanakan
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk masyarakat. Bentuk pelayanan yang direncanakan
ini mencerminkan arah strategis Rumah Sakit dan perspektif pasien yang dirawat oleh
Rumah Sakit.
Maksud dan Tujuan TKRS 3.1
Para kepala bidang/divisi juga terlibat merencanakan pelayanan pasien dalam menentukan
komunitas dan populasi pasien untuk Rumah Sakit tersebut, mengidentifikasi kepentingan
pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan merencanakan komunikasi berkelanjutan
dengan kelompok pemangku kepentingan utama dalam komunitas.
Komunikasi dapat secara langsung ditujukan kepada individu atau melalui media masa atau
melalui lembaga dalam komunitas ataupun pihak ketiga. Jenis informasi yang disampaikan
meliputi:
a) Informasi tentang layanan, jam kegiatan kerja dan proses untuk mendapatkan perawatan;
dan
b) Informasi tentang kualitas layanan, yang disediakan kepada masyarakat dan sumber
rujukan.
Elemen penilaian TKRS 3.1 Telusur Skor
1. Ada penetapan jenis R Regulasi tentang penetapan jenis 10 TL
pelayanan yang diberikan di RS pelayanan RS sesuai dengan misi - -
sesuai dengan misi Rumah RS 0 TT
Sakit. (R)
2. Ada penetapan kualifikasi R Regulasi tentang penetapan 10 TL
kepala unit pelayanan termasuk kualifikasi kepala unit pelayanan 5 TS
koordinator pelayanan baik dan kepala departemen 0 TT
untuk unit pelayanan (koordinator)
diagnostik, therapeutik maupun
rehabilitatif. (R) Catatan :
regulasi bisa tertulis di pedoman
pengorganisasian unit
pelayanan/departemen
pelayanan 47
Elemen penilaian TKRS 3.1 Telusur Skor
3. Kepala bidang/divisi RS D 1)Bukti rapat kepala 10 TL
bersama dengan Kepala unit bidang/divisi dengan kepala - -
pelayanan telah menyusun unit pelayanan tentang 0 TT
cakupan dan jenis pelayanan penyusunan cakupan dan
yang disediakan di masing- jenis pelayanan
masing unit sesuai kebutuhan 2)Bukti penetapan jenis dan
pasien yang dilayani di RS (lihat lingkup pelayanan di
juga ARK 1, EP 1). (D,W) masing-masing unit
48
Elemen penilaian TKRS 3.1 Telusur Skor
4. Rumah sakit memberikan D Notulen rapat (UMAN) dengan: 10 TL
1) Tokoh masyarakat (antara lain Camat, 5 TS
informasi tentang pelayanan RT, RW, Lurah ) 0 TT
yang disediakan kepada tokoh 2) Pemangku Kepentingan (antara lain
klub klub penyakit diabet, stroke, dll )
masyarakat, pemangku 3) Fasilitas pelayanan Kesehatan (antara
kepentingan, fasilitas lain Puskesmas, posyandu,Rumah
bersalin,klinik swasta)
pelayanan kesehatan di sekitar Atau dokumen bukti pemberian informasi
rumah sakit, dan dapat berupa leaflet-leaflet/ brosur tentang
layanan, jam kegiatan kerja dan proses
menerima masukan untuk untuk mendapatkan perawatan; dan
peningkatan pelayanannya informasi tentang kualitas layanan, yang
disediakan kepada masyarakat dan sumber
(lihat juga MKE 1 EP 2). (D,W) rujukan.
W Bagian Tata Usaha /marketing 49
Elemen penilaian TKRS 3.1 Telusur Skor
W Direktur RS
Kepala bidang/divisi
Kepala /staf Bagian
marketing
50
Standar TKRS 3.2
• Direktur Rumah Sakit memperhatikan akurasi dan ketepatan waktu penyampaian informasi
keseluruh tempat di Rumah Sakit.
• Direktur Rumah Sakit membentuk budaya kerjasama dan komunikasi untuk melakukan
koordinasi dan integrasi asuhan pasien.
• Metoda secara formal (contoh, pembentukan komite atau tim gabungan) dan informal
(contoh, poster, surat kabar) digunakan untuk meningkatkan peran pentingnya komunikasi
antara berbagai layanan dan anggota staf.
Maksud dan Tujuan TKRS 3.2
• Pengembangan koordinasi layanan klinik yang baik diperoleh karena ada
pengertian dari setiap unit pelayanan untuk berkolaborasi menyusun regulasi.
•
• Dalam mengembangkan komunikasi dan koordinasi yang baik,rumah sakit
perlu mengatur pertemuan disetiap tingkat rumah sakit, misalnya pertemuan
direksipertemuan para kepala bidang /divisi dan pertemua antar unit
pelayanan. Selain itu, perlu juga pertemuan antar tingkat, misalnya
pertemuan direksi dengan kepala bidang divisi, dengan Kepala Unit Pelayanan.
Disisi lain, rumah sakit juga perlu mengembangkan pertemuan antar profesi,
misalnya pertemuan dokter, perawat dan PPA lainnya dalam membahas
pengembangan pelayanan, update ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Elemen penilaian TKRS 3.2 Telusur Skor
1. Ada regulasi yang mengatur R Regulasi tentang pertemuan di setiap 10 TL
pertemuan di setiap dan antar dan antar tingkat RS - -
tingkat di rumah sakit. (R) 0 TT
54
Elemen penilaian TKRS 3.2 Telusur Skor
3. Ada bukti terselenggaranya D 1) Bukti rapat di setiap unit 10 TL
pertemuan di setiap dan antar 2) Bukti rapat pertemuan antar unit 5 TS
tingkat di rumah sakit. (D,W) beserta pimpinan 0 TT
W Direksi
Kepala bidang/divisi
Kepala unit
55
Elemen penilaian TKRS 3.2 Telusur Skor
3. Ada bukti terselenggaranya D 1) Bukti rapat di setiap unit 10 TL
pertemuan di setiap dan antar 2) Bukti rapat pertemuan antar unit 5 TS
tingkat di rumah sakit. (D,W) beserta pimpinan 0 TT
W Direksi
Kepala bidang/divisi
Kepala unit
4. Ada bukti komunikasi efektif antar D 1) Bukti rapat pertemuan antar 10 TL
PPA dan antar PPA/antar komite profesi 5 TS
unit/instalasi/departemen pelayanan 2) Bukti rapat pertemuan antar unit 0 TT
sudah dilaksanakan (D,W) (Lihat juga /instalasi/departemen
MKE 1 EP 4)
W PPA
Komite medis
Komite keperawatan
Para kepala 56
Elemen penilaian TKRS 3.2 Telusur Skor
5. Ada bukti pelaksanaan pemberian D Bukti tentang hasil pelaksanaan pemberian 10 TL
informasi yang tepat waktu, akurat dan informasi (dapat berupa buletin, media sosial, 5 TS
relevan di lingkungan Rumah Sakit (lihat juga intra net, surat edaran, pengumuman, paging 0 TT
MKE 4 EP 2 dan PAP 3.2 EP 2). (D, W) system, code system, dan lainnya)
57
Standar TKRS 3.3
Direktur RS merencanakan,
mengembangkan, dan melaksanakan
program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
Maksud dan Tujuan TKRS 4 dan TKRS 4.1
• Bila Rumah Sakit ingin berhasil dalam memulai dan mempertahankan perbaikan serta
mengurangi risiko bagi pasien dan staf, kepemimpinan dan perencanaan merupakan hal
yang penting. Kepemimpinan dan perencanaan dimulai dari pemilik dan atau
representasi pemilik, Direktur Rumah Sakit, pimpinan klinis dan pimpinan manajerial
secara bersama-sama menyusun dan mengembangkan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien. Direktur Rumah Sakit bertanggung jawab untuk memulai dan
menyediakan dukungan berkelanjutan dalam hal komitmen Rumah Sakit terhadap mutu.
Direktur Rumah Sakit mengembangkan program mutu dan keselamatan pasien dan
mengajukan persetujuan program kepada representasi pemilik, dan melalui misi Rumah
Sakit serta dukungan pemilik Rumah Sakit membentuk suatu budaya mutu di Rumah
Sakit (lihat juga KKS 1).
• Direktur Rumah Sakit memilih pendekatan yang digunakan oleh Rumah Sakit untuk
mengukur, menilai, dan meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. Pengukuran mutu
dilakukan menggunakan indikator mutu di tingkat rumah sakit dan ditingkat unit
pelayanan yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Maksud dan Tujuan TKRS 4 dan TKRS 4.1
• Di samping itu, Direktur Rumah Sakit juga menetapkan bagaimana program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien diarahkan dan diatur setiap harinya, karena itu Direktur
Rumah Sakit perlu menetapkan organisasi yang mengelola dan melaksanakan program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Direktur Rumah Sakit dapat membentuk
komite/tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien atau bentuk organisasi lainnya
sesuai kondisi Rumah Sakit dan peraturan perundangan. Pimpinan perlu memastikan
bahwa program tersebut mempunyai sumber daya termasuk tenaga yang cukup agar
dapat berjalan efektif.
• Berdasarkan hal diatas maka Direktur Rumah Sakit perlu menetapkan regulasi
peningkatan mutu dan regulasi keselamatan pasien yang dapat berbentuk pedoman
peningkatan mutu dan keselamatan pasien dan prosedur-prosedur lainnya. Rumah sakit
dapat menetapkan regulasi peningkatan mutu dan regulasi keselamatan pasien menjadi
satu pedoman yaitu pedoman peningkatan mutu dan keselamatan pasien, tetapi dapat
juga menjadi 2 pedoman yang terpisah yaitu pedoman peningkatan mutu dan buku yang
satunya pedoman keselamatan pasien. Yang diutamakan adalah rumah sakit mempunyai
pedoman yang mengatur peningkatan mutu rumah sakit dan yang mengatur tentang
keselamatan pasien rumah sakit.
Maksud dan Tujuan TKRS 4 dan TKRS 4.1
Hal-hal yang perlu diatur dalam pedoman peningkatan mutu dan keselamatan antara lain
meliputi :
a) Penetapan organisasi yang mempunyai peran dan tugas mengarahkan, mengatur dan
mengkoordinasikan pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
b) Pengaturan peran dan tugas :
2.1 Peran Direktur dan para pimpinan rumah sakit dalam :
• merencanaan dan mengembangan program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
• memilih area prioritas pelayanan klinik sebagai area fokus untuk perbaikan.
• memilih indikator mutu di area prioritas pelayanan klinik (Indikator mutu
prioritas RS) yang meliputi indikator area klinis, area manajemen dan sasaran
keselamatan pasien dan keterlibatannya dalam menindaklanjuti capaian
indikator yang masih rendah.
• mendorong dan menerapkan budaya budaya mutu dan budaya keselamatan di
RS
Maksud dan Tujuan TKRS 4 dan TKRS 4.1
2.2 Peran pimpinan unit dalam pemilihan indikator mutu unit dan peningkatan mutu unit
2.3 Peran komite medis, komite keperawatan dan kelompok staf medis dalam pemilihan,
edukasi dan penerapan serta monitoring panduan praktis klinis – clinical pathway di
tingkat rumah sakit dan juga di setiap kelompok staf medis
c. Pengaturan dasar pemilihan pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas, perbaikan termasuk dasar
pemilihan indikator mutu nya dan impelementasinya (lihat maksud tujuan TKRS 5)
d. Pengaturan pemilihan indikator mutu unit.
e. Sistem pemantauan (monitoring) tentang pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
yang terkoordinasi, siapa saja yang melakukan monitoring, kapan dilakukan, bagaimana melakukan
monitoringnya.
f. Proses pengumpulan data, analisis, interpretasi, feedback dan pemberian informasi ke staff dengan
menggunakan teknologi informasi
g. Bagaimana alur laporan pelaksanaan mutu Rumah Sakit, mulai dari unit sampai kepada pemilik Rumah
Sakit
h. Sistem pelaporan insiden keselamatan pasien dan analisanya
i. Bantuan teknologi /sistem informasi RS yang akan diterapkan untuk pengumpulan dan analisis data mutu,
keselamatan pasien dan surveilance infeksi.
Maksud dan Tujuan TKRS 4 dan TKRS 4.1
Selain pedoman peningkatan mutu dan keselamatan pasien, rumah sakit setiap tahun perlu
menyusun program peningkatan mutu dan keselamatan pasien dengan kegiatan antara lain
meliputi :
1. Peningkatan mutu pelayanan klinis prioritas rumah sakit yang meliputi penetapan
peningkatan mutu area klinis prioritas yang dilengkapi dengan indikator-indikator mutu
area klinis, area manajemen dan area sasaran keselamatan pasien
2. Peningkatan mutu unit, pemilihan dan penetapan indikator mutu unit
3. Monitoring peningkatan mutu pelayanan yang di kontrakan
4. Pengumpulan data, analisis, pelaporan dan feedback data indicator mutu nasional,
indicator mutu tingkat rumah sakit dan indikator mutu unit.
5. Pemilihan evaluasi prioritas kepatuhan terhadap standar pelayanan kedokteran di rumah
sakit dan evaluasi kepatuhan lima standar per tahun terhadap standar pelayanan
kedokteran di rumah sakit pada masing-masing kelompok staf medis
6. Audit medis dan atau audit klinis
7. Penilaian kinerja professional pemberi asuhan, staf klinis dan non klinis
Elemen penilaian TKRS 4 Telusur Skor
69
Elemen penilaian TKRS 4 Telusur Skor
2. Ada bukti Direktur Rumah Sakit dan D 1) Bukti rapat tentang perencanaan, 10 TL
para kepala bidang /divisi serta para pengembangan dan pelaksanaan 5 TS
ketua komite telah berpartisipasi program PMKP yang dipimpin 0 TT
dalam merencanakan, Direktur RS dan dihadiri komite
mengembangkan, melaksanakan PMKP dan seluruh kepala bidang
program peningkatan mutu dan serta komite medik dan komite
keselamatan pasien di Rumah Sakit. keperawatan
(D,W) 2) Bukti pelaksanaan program PMKP
W Direktur
Para Kepala Bidang
Komite Mutu dan Keselamatan
Pasien
Komite medik
Komite Keperawatan
Komite PPI 70
Komite K-3 RS
Elemen penilaian TKRS 4 Telusur Skor
3. Ada bukti keterlibatan Direktur RS D 1) Bukti rapat tentang pemilihan indikator 10 TL
dan para kepala bidang /divisi dalam mutu prioritas tingkat RS dan rencana 5 TS
memilih indikator mutu di tingkat perbaikan, yang dipimpin Direktur RS 0 TT
RS, merencanakan perbaikan dan dan dihadiri oleh para kepala bidang,
mempertahankan perbaikan mutu Ketua PMKP dan para kepala unit serta
dan keselamatan pasien serta para ketua komite.
menyediakan staf terlatih untuk 2) Bukti pelaksanaan rencana/program
program peningkatan mutu dan peningkatan mutu pelayanan klinis
keselamatan pasien (lihat juga prioritas
PMKP 1, PMKP 3, PMKP 4 EP 1). 3) Bukti sertifikat pelatihan penanggung
(D,W) jawab data dan staf komite PMKP
point 3 dan 4 jadi satu
Direktur
Ketua Komite PMKP
W Para Kepala Bidang/divisi
71
SNARS EDISI 1
W • Komite PMKP
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 72
• PIC pengumpul data
Elemen penilaian TKRS 4 Telusur Skor
D 1) Bukti daftar inventaris hardware dan software/ 10 TL
4. Direktur Rumah Sakit telah menyediakan aplikasi sistem manajemen data elektronik di RS 5 TS
berupa SISMADAK 0 TT
teknologi informasi (IT) untuk sistem 2) Bukti formulir sensus harian dan rekapitulasi
manajemen data indikator mutu dan sumber bulanan untuk indikator mutu termasuk data
surveilans infeksi dan formulir insiden keselamatan
daya yang cukup untuk pelaksanaan program pasien dalam bentuk paper maupun elektronik
Catatan : Bukti No. 1) dihapus; dari 3 menjadi 2
peningkatan mutu dan keselamatan pasien O 1) Lihat hardware dan software SISMADAK
2) Lihat apakah SISMADAK tersebut sudah
setiap harinya (lihat juga PMKP 2.1 EP 2). dipergunakan untuk input data indikator mutu, data
infeksi dan insiden keselamatan pasien
(D,O,W) 3) Lihat pencatatan formulir sensus harian dan
rekapitulasi bulanan untuk indikator mutu termasuk
data surveilans infeksi dan insiden keselamatan
pasien dalam bentuk paper maupun elektronik
4) Lihat sekretariat dengan kelengkapannya (alat
komunikasi, komputer, ATK dll)
W Komite PMKP
Penanggung jawab pengumpul data
73
Standar TKRS 4.1
• Komunikasi informasi tentang program peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara
berkala kepada staf merupakan hal yang penting. Alur komunikasi mutu ini dilakukan
melalui jalur yang efektif, seperti buletin, poster, pertemuan staf, dan proses sumber daya
manusia.
• Informasi yang diberikan antara lain dapat berupa program baru atau program yang baru
saja selesai, perkembangan dalam pencapaian Sasaran Keselamatan Pasien, hasil analisis
kejadian sentinel atau kejadian tidak diinginkan lainnya, ataupun penelitian terkini maupun
program benchmark.
SNARS edisi 1
Elemen penilaian TKRS 4.1 Telusur Skor
W Direktur
Para Kepala Bidang/Divisi
Para Kepala Unit Pelayanan
Komite/tim PMKP
79
Elemen penilaian TKRS 4.1 Telusur Skor
80
SNARS EDISI 1
Elemen penilaian TKRS 4.1 Telusur Skor
W Direktur/Komite Medik/Komite
PMKP/Para kepala bidang dan unit
W Direktur/Komite Medik/Komite
PMKP/Kepala bidang dan unit
82
Standar TKRS 5
Direktur rumah sakit memprioritaskan
proses di rumah sakit yang akan diukur,
program PMKP yang akan diterapkan,
dan bagaimana mengukur keberhasilan
dalam upaya di seluruh rumah sakit ini.
Maksud dan Tujuan TKRS 5
Karena adanya keterbatasan staf dan sumber daya, tidak semua proses di Rumah Sakit dapat diukur dan
diperbaiki pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, tanggung jawab utama Direktur Rumah Sakit adalah
secara kolaboratif menetapkan prioritas pengukuran dan perbaikan di seluruh area Rumah Sakit. Prioritas ini
meliputi upaya pengukuran dan perbaikan yang mempengaruhi atau mencerminkan kegiatan yang terdapat
di berbagai unit pelayanan dalam rangka kendali mutu, dapat juga berdasarkan pengembangan dari core
bisnis RS atau unggulan Rumah Sakit, bisa juga dalam rangka kendali biaya. Untuk rumah sakit pendidikan
maka program pendidikan dan riset klinis merupakan prioritas.
Sebagai contoh : suatu rumah sakit menjadi pusat rujukan regional , maka Direktur Rumah Sakit akan
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit tersebut sehingga mampu menjadi rujukan di tingkat regional
tersebut.
Direktur rumah sakit dengan para pimpinan dan komite/tim peningkatan mutu dan keselamatan pasien
merancang upaya peningkatan mutu pelayanan klinis prioritas rumah sakit dengan memperhatikan :
a. Misi Rumah Sakit
b. Data-data permasalahan yang ada, misalnya komplain pasien, capaian indikator mutu yang masih
rendah, adanya kejadian tidak diharapkan
c. Adanya sistem dan proses yang memperlihatkan variasi penerapan dan hasil yang paling banyak,
misalnya pelayanan pasien stroke yang dilakukan oleh lebih dari satu dokter spesialis syaraf,
memperlihatkan proses pelayanan yang masih bervariasi atau belum terstandarisasi sehingga hasil
pelayanan juga bervariasi.
Maksud dan Tujuan TKRS 5
d. Dampak dari perbaikan misalnya penilaian perbaikan efisiensi dari suatu proses klinis yang kompleks
pada pelayanan stroke, pelayanan jantung dan lainnya, dan/atau identifikasi pengurangan biaya dan
sumber daya yang digunakan dengan adanya perbaikan suatu proses. Penilaian dampak dari perbaikan
tersebut akan menunjang pemahaman tentang biaya relatif yang dikeluarkan demi investasi mutu dan
sumber daya manusia, finansial, dan keuntungan lain dari investasi tersebut. Untuk ini perlu
pembuatan program (tool) sederhana untuk menghitung sumber daya yang digunakan pada proses
yang lama dan pada proses yang baru.
e. Dampak pada perbaikan sistem sehingga efek dari perbaikan dapat terjadi di seluruh rumah sakit,
misalnya pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas yang dapat berdampak terhadap perbaikan sistem
manajemen obat di rumah sakit.
f. Riset klinik dan program pendidikan profesi kesehatan merupakan prioritas untuk Rumah Sakit yang
mempunyai peserta didik klinis
Berdasarkan hal tersebut diatas, Direktur Rumah Sakit membuat program peningkatan mutu pelayanan
prioritas dengan mengembangkan standarisasi proses dan hasil asuhan klinis pelayanan prioritas serta
mengembangkan pengukuran mutu klinis, manajerial dan penerapan sasaran keselamatan pasien (lihat juga
PMKP 5).
Maksud dan Tujuan TKRS 5
d) proses pembersihan setiap alat yang segera dilakukan sesudah pemakaian dan
mengikuti protokol yang jelas;
e) pencantuman identifikasi pasien pada bahan medis habis pakai untuk hemodialisis;
g) evaluasi untuk menurunkan risiko infeksi bahan medis habis pakai yang di-reuse.
Ada 2 (dua) risiko jika menggunakan lagi (reuse) alat sekali pakai. Terdapat risiko tinggi
terkena infeksi dan juga terdapat risiko kinerja alat tidak cukup atau tidak dapat terjamin
sterilitas serta fungsinya.
Elemen penilaian TKRS 5 Telusur Skor
1. Rumah Sakit mempunyai program pengukuran R 1) Program pengukuran mutu pelayanan klinis 10 TL
mutu pelayanan klinis prioritas dengan prioritas - -
memperhatikan poin a) sampai dengan f) yang 2) Program peningkatan mutu riset klinis dan 0 TT
ada di maksud dan tujuan (lihat juga PMKP Std pendidikan profesi kesehatan (untuk rumah
4 EP 1. (R) sakit yang mempunyai peserta didik klinis)
Catatan : kedua program diatas dapat dijadikan
satu dengan program PMKP yang ada di PMKP 4,
bisa juga menjadi sub program sendiri.
2. Ada bukti peran Direktur Rumah Sakit dan para D Bukti rapat- rapat yang dipimpin Direktur rumah 10 TL
Kepala Bidang/Divisi dalam proses penyusunan sakit dan dihadiri para kepala bidang/divisi yang 5 TS
program pengukuran mutu pelayanan klinis membahas tentang: 0 TT
prioritas, monitoring pelaksanaan dan rencana 1) penyusunan pengukuran mutu pelayanan klinis
perbaikan mutu (lihat PMKP 4). (D,W) prioritas, termasuk kajian dasar pemilihan mutu
pelayanan klinis prioritas
2) monitoring pelaksanaan pengukuran mutu
pelayanan klinis prioritas/monitoring capaian-
capaian indikator prioritas
3) rencana perbaikan mutu
W Direktur/Kepala Bidang/Divisi
Komite PMKP
87
Elemen penilaian TKRS 5 Telusur Skor
3. Ada bukti riset klinik dan program D 1) Bukti tentang Indikator mutu untuk 10 TL
pendidikan profesi kesehatan sebagai riset klinik 5 TS
salah satu pengukuran mutu 2) Bukti tentang Indikator mutu untuk 0 TT
pelayanan klinis prioritas di Rumah program peserta didik klinis
Sakit yang mempunyai peserta didik 3) Bukti hasil pengumpulan dan
klinis (lihat juga PMKP 5 EP 2, 3 dan analisis data
4). (D,W)
W Direktur/Komite Koordinator
Pendidikan (KOMKORDIK)/Panitia
Penelitian
4. Ada pengukuran pelaksanaan D Bukti hasil pengumpulan dan analisis 10 TL
Sasaran Keselamatan Pasien data 6 indikator SKP 5 TS
tercantum pada program 0 TT
peningkatan mutu prioritas (lihat W Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
juga PMKP 5 EP 4). (D,W)
88
Elemen penilaian TKRS 5 Telusur Skor
96
Elemen penilaian TKRS 6 Telusur Skor
W Kepala bidang/divisi/unit
pelayanan 98
Komite/tim PMKP
Elemen penilaian TKRS 6 Telusur Skor
100
Standar TKRS 6.1
105
Elemen penilaian TKRS 6.1 Telusur Skor
3. Komite/Tim PMKP telah melakukan D 1) Bukti hasil analisis data indikator mutu 10 TL
analisis data dan feedback data dan laporan pelayanan yang di kontrakkan 5 TS
(D,W) 2) Bukti tentang feedback hasil analisis ke 0 TT
unit pelayanan/unit kerja
3) Bukti laporan hasil analisis indikator mutu
kepada Kepala bidang/divisi
W Komite/Tim PMKP
Kepala bidang/divisi dan unit pelayanan
4. Kepala bidang/kepala divisi klinis dan D Bukti tindak lanjut dari hasil analisis informasi 10 TL
manajemen ikut berpartisipasi dalam mutu oleh kepala bidang/divisi 5 TS
program peningkatan mutu dengan 0 TT
menindaklanjuti hasil analisis informasi W Kepala bidang/divisi
mutu pelayanan yang yang dilaksanakan Kepala unit pelayanan terkait
melalui kontrak/pihak ketiga. (D,W)
106
Standar TKRS 6.2
109
Elemen penilaian TKRS 6.2 Telusur Skor
2. Dokter praktik mandiri dari luar rumah D Bukti kredensial dan pemberian SPK dan 10 TL
sakit yang memberikan pelayanan RKK oleh RS untuk semua dokter praktik 5 TS
diagnostik, konsultasi, dan layanan mandiri dari/di luar RS 0 TT
perawatan dari luar Rumah Sakit, seperti
kedokteran jarak jauh (telemedicine), W Sub komite kredensial komite medis
radiologi jarak jauh (teleradiology), dan Kepala bidang/divisi pelayanan/medis
interpretasi untuk pemeriksaan diagnostik Kepala unit pelayanan terkait
lain, seperti elektrokardiogram (EKG),
elektroensefalogram (EEG), dan
elektromiogram (EMG), serta pemeriksaan
lain yang serupa, telah dilakukan proses
kredensial dan pemberian kewenangan
klinik oleh Rumah Sakit sesuai peraturan
perundang-undangan (lihat juga KKS 9 EP 3).
(D,W)
110
Elemen penilaian TKRS 6.2 Telusur Skor
111
6 September 2017
Standar TKRS 7
• Satu komponen dari pengumpulan data yang dipakai membuat keputusan terkait sumber
daya, adalah memahami persyaratan atau yang direkomendasikan pada teknologi medis,
perbekalan farmasi, obat, yang diperlukan untuk memberikan layanan. Rekomendasi
dapat berasal dari pemerintah, organisasi profesi nasional atau internasional, atau dari
sumber lain yang dapat dipercaya .
Maksud dan Tujuan TKRS 7
Yang dimaksud dengan teknologi medis adalah ilmu kedokteran yg
menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk membantu
menemukan penyebab penyakit serta membantu pengobatannya.
Berdasarkan hal diatas, rumah sakit perlu mempunyai regulasi yang mengatur
pemilihan teknologi medis dan obat-obatan sebagai berikut:
a) data dan informasi mengenai mutu dan implikasi keselamatan pasien dari
penggunaan teknologi medis dan obat tersebut, jadi tidak hanya
berdasarkan harga saja.
b) rekomendasi dari staf klinis RS atau pemerintah atau organisasi profesi
nasional maupun internasional atau sumber lain yang akurat
Maksud dan Tujuan TKRS 7
• Jika pihak ketiga yang membuat keputusan, seperti, Kementerian
Kesehatan maka Direktur Rumah Sakit harus memberikan data
dan informasi tersebut kepada pihak ketiga ini. Jika Rumah Sakit
akan menggunakan teknologi medis dan/atau obat yang masih
bersifat “trial” baik secara Nasional maupun Internasional pada
asuhan pasien, maka Rumah Sakit harus menetapkan proses
untuk mengkaji lalu kemudian menyetujui penggunaannya.
Persetujuan ini harus diberikan sebelum teknologi maupun obat
obatan tersebut digunakan dalam asuhan pasien. Harus
diputuskan apakah penggunaan teknologi medis dan atau obat
obatan tersebut membutuhkan persetujuan khusus dari pasien.
Maksud dan Tujuan TKRS 7
Rumah Sakit perlu menyusun regulasi penggunaan
teknologi medis dan obat baru yang masih dalam taraf uji
coba (trial)sebagai berikut :
1) perlu melakukan kajian implikasi terhadap mutu dan
keselamatan pasien dari pelaksanaan uji coba (trial)
tersebut.
2) pelaksanaan uji coba (trial) dapat dilakukan bila
persetujuan dari Direktur RS sudah keluar.
3) dalam melaksanakan uji coba (trial) membutuhkan
persetujuan khusus dari pasien (informed consent)
Elemen penilaian TKRS 7 Telusur Skor
1. Rumah sakit mempunyai 1) Regulasi tentang pemilihan 10 TL
regulasi pemilihan teknologi R 5 TS
medis dan obat sesuai dengan teknologi medik dan obat 0 TT
a) dan b) yang ada di maksud 2) Regulasi tentang penggunaan
dan tujuan serta regulasi
penggunaan teknologi medik teknologi medis dan obat yang
dan obat baru yang masih masih dalam uji coba (trial)
dalam taraf uji coba (trial)
sesuai dengan 1) sampai
dengan 3) yang ada di maksud
dan tujuan serta memiliki tim
penapisan teknologi bidang
kesehatan (lihat juga HPK 6 EP
1). (R) 118
Elemen penilaian TKRS 7 Telusur Skor
2. Tim penapisan teknologi bidang kesehatan D 1) Bukti tentang penetapan Tim Penapisan 10 TL
teknologi bidang kesehatan 5 TS
telah menggunakan data dan informasi 2) Bukti tentang pemilihan teknologi medis 0 TT
dalam pemilihan teknologi medis serta obat dan obat yang telah menggunakan data
dan informasi point a) dan b)
sesuai dengan regulasi rumah sakit yang ada
di EP 1. (D,W) W Tim Penapisan Teknologi
Komite/Tim Farmasi Terapi
3. Tim penapisan teknologi bidang kesehatan D Bukti rekomendasi/referensi dari staf klinis 10 TL
dan atau pemerintah atau organisasi nasional 5 TS
telah menggunakan rekomendasi dari staf dan international telah digunakan untuk 0 TT
klinis dan atau pemerintah dan organisasi pemilihan teknologi medis dan obat
119
Elemen penilaian TKRS 7 Telusur Skor
4. Direktur Rumah Sakit telah D Bukti pelaksanaan uji coba (trial) 10 TL
melaksanakan regulasi terkait sudah sesuai regulasi 5 TS
dengan penggunaan teknologi medis 0 TT
dan obat baru yang masih dalam W Direktur
taraf uji coba (trial). (D,W)
125
Elemen penilaian TKRS 7.1 Telusur Skor
D 1) Daftar identifikasi risiko dari rantai 10 TL
2. RS telah melakukan identifikasi distribusi meliputi tahapan penyediaan, 5 TS
risiko penting dari rantai distribusi penyimpanan, pengiriman obat dan 0 TT
perbekalan farmasi mulai dari pabrik ke
alat kesehatan, bahan medis habis distribusi dan akhirnya sampai ke
pengguna di RS, untuk mencegah obat
pakai dan obat yang berisiko palsu, terkontaminasi dan rusak
2) Bukti tata kelola untuk menghindari risiko
termasuk vaksin dan melaksanakan diantaranya didalam kontrak pembelian
menyebutkan RS berhak untuk melakukan
tindak lanjut untuk menghindari peninjauan sewaktu-waktu ke seluruh area
risiko. (D,W) rantai distribusi
3) Bukti vendor melampirkan 1) sampai
dengan 8) dalam maksud dan tujuan
127
ORGANISASI STAF KLINIS
DAN
TANGGUNG JAWABNYA
6 September 2017
Standar TKRS 8
Rumah sakit menetapkan struktur
organisasi pelayanan medis, pelayanan
keperawatan dan pelayanan klinis lainnya
secara efektif, lengkap dengan uraian
tugas dan tanggung jawabnya.
Maksud dan Tujuan TKRS 8
• Tata kelola klinis harus berjalan dengan baik di rumah sakit, karena itu selain
terdapat pimpinan klinis, rumah sakit juga perlu membentuk Komite Medik
dan Komite Keperawatan dengan tujuan dapat menjaga mutu, kompetensi,
etik, dan disiplin para staf profesional tersebut.
•
• Rumah sakit agar menetapkan lingkup pelayanan yang dikoordinasikan oleh
pimpinan pelayanan medis, lingkup pelayanan yang dikoordinasikan oleh
pimpinan pelayanan keperawatan dan lingkup pelayanan yang
dikoordinasikan oleh pimpinan penunjang medik. Kepala unit pelayanan
dengan staf klinisnya mempunyai tanggung jawab khusus terhadap pasien di
Rumah Sakit. Staf klinis yang ditempatkan di unit-unit pelayanan, secara
fungsi dikoordinasi oleh para pimpinan pelayanan (kepala bidang/divisi).
Maksud dan Tujuan TKRS 8
Dalam melakukan koordinasi tersebut pimpinan pelayanan medis juga
melakukan koordinasi dengan komite medis dan untuk pimpinan keperawatan
melakukan koordinasi dengan komite keperawatan, sehingga unit pelayanan
dibawah koordinasi para pimpinan klinis (kepala bidang/divisi pelayanan
klinis), dapat mempunyai fungsi :
1) Mendorong agar antar staf profesional terjalin komunikasi baik
2) Membuat rencana bersama dan menyusun kebijakan, panduan praktik
klinik dan protokol, pathways, dan ketentuan sebagai panduan
memberikan layanan klinik
3) Menetapkan etik dan melaksanakan sesuai profesinya masing masing
4) Mengawasi mutu asuhan pasien (lihat juga TKRS 10 )
5) Kepala unit pelayanan menetapkan struktur organisasi unit pelayanan
untuk dapat melaksanakan tanggung jawabnya.
Maksud dan Tujuan TKRS 8
Secara umum struktur organisasi unit pelayanan yang
ditetapkan,
a) Terdiri dari staf klinik yang relevan
b) Didasarkan kepada kepemilikan Rumah Sakit, misi dan
struktur organisasi Rumah Sakit
c) Sesuai kompleksitas layanan Rumah Sakit dan jumlah staf
profesional
d) Efektif melaksanakan 4 (empat) fungsi tersebut di
paragraph terdahulu di Maksud dan tujuan TKRS 8 ini.
Elemen penilaian TKRS 8 Telusur Skor
1. Ada penetapan struktur R 1) Struktur organisasi dan tata 10 TL
organisasi dan tata kerja rumah kerja rumah sakit - -
sakit sampai dengan unit 2) Struktur organisasi masing- 0 TT
pelayanan. (R) masing unit dan tata kerja
dengan unit lainnya
136
6 September 2017
Standar TKRS 9
144
Elemen penilaian TKRS 9 Telusur Skor
4. Setiap kepala unit pelayanan D 1) Bukti setiap unit pelayanan 10 TL
telah menyusun pola telah mempunyai pola 5 TS
ketenagaan yang dipergunakan ketenagaan (tercantum di 0 TT
untuk rekruitmen yang akan dalam pedoman
ditugaskan di unit pelayanan pengorganisasian)
tersebut sesuai peraturan 2) Bukti rekrutmen tenaga di
perundang-undangan (Lihat unit pelayanan telah sesuai
juga KKS2 EP 1 dan EP 2). (D,W) dengan kebutuhan tenaga
yang ada di pola ketenagaan
W Kepala bidang/divisi
HRD
145
Elemen penilaian TKRS 9 Telusur Skor
5. Setiap kepala unit pelayanan telah D Bukti pelaksanaan orientasi staf baru 10 TL
menyelenggarakan orientasi bagi di unit pelayanan meliputi TOR, daftar 5 TS
semua staf baru mengenai tugas dan hadir, evaluasi peserta dan laporan 0 TT
tanggung jawab serta wewenang pelaksanaan orientasi
mereka di unit pelayanan dimana
mereka bekerja (lihat juga KKS 7 EP 1, W Kepala bidang/divisi
EP 2 dan EP 3). (D,W)
6. Dalam orientasi, diberikan materi D Bukti materi PMKP dan PPI dalam TOR 10 TL
tentang Peningkatan Mutu dan 5 TS
Keselamatan Pasien serta (Catatan : materi PMKP dan PPI 0 TT
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi spesifik di unit tersebut)
(Lihat juga KKS 7 EP 1, EP 2, EP 3 dan
PPI 11 EP 2). (D,W) W Para Kepala Unit Pelayanan
Pimpinan SDM/diklat
146
Standar TKRS 10
150
Elemen penilaian TKRS 10 Telusur Skor
153
Elemen penilaian TKRS 10 Telusur Skor
D 1) Bukti rapat tentang pelaksanaan koordinasi di 10 TL
8. Ada koordinasi dan integrasi masing-masing individu unit pelayanan yang 5 TS
dipimpin oleh kepala unit pelayanan masing- 0 TT
pelayanan di unit pelayanan dan masing.
2) Bukti rapat tentang pelaksanaan koordinasi
antar unit pelayanan. (D,W) antar unit pelayanan yang dipimpin oleh
kepala bidang pelayanan medik/keperawatan
3) Bukti pelaksanaan transfer/pemindahan
pasien antar unit yang sudah terkoordinasi/
serah terima transfer pasien
4) Bukti pelaksanaan pergantian shift
petugas/staf klinis yang sudah terkoordinasi
dan terintegrasi
5) Bukti pelaksanaan komunikasi efektif (TBaK)
antar PPA/staf klinis
154
Standar TKRS 11
• Pemilihan unsur penilaian sebaiknya berdasar atas kegiatan dan proses yang membutuhkan perbaikan di
setiap departemen/unit layanan. Untuk setiap unsur penilaian harus ada suatu target yang ditetapkan.
Tidak menjadi masalah jika pada penilaian pertama didapatkan bahwa target tidak terpenuhi, namun saat
strategi perbaikan telah dilaksanakan maka pimpinan departemen/unit layanan berharap dapat melihat
perbaikan menuju tercapainya target tersebut. Ketika target telah tercapai dan dipertahankan untuk
setidaknya empat periode penilaian akan diadakan pemilihan untuk unsur penilaian yang baru.
• Kepala departemen/unit layanan klinis bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan penilaian
dapat memberikan kesempatan untuk evaluasi bagi para staf maupun proses pelayanan. Karena itu, seiring
dengan berjalannya waktu, penilaian harus mencakup semua pelayanan yang tersedia. Hasil dari data dan
informasi yang didapatkan dalam penilaian adalah hal yang penting dalam upaya perbaikan di setiap
departemen/unit layanan, serta juga penting terhadap peningkatan mutu rumah sakit dan program
keselamatan pasien. (lihat juga PMKP 1, EP 3; PMKP 4.1; dan PPI 10, EP 1)
• Catatan: Komite pencegahan dan pengendalian infeksi, unit fasilitas, unit radiologi dan laboratorium klinis
mempunyai program berkala untuk upaya pengawasan serta pengendalian yang tercantum dalam prioritas
penilaian dan dijabarkan dalam standar terkait dengan pelayanan tersebut. (lihat juga AP 5.9, AP 6.7,
PPI10, dan MFK 10)
Elemen penilaian TKRS 11 Telusur Skor
1. RS mempunyai regulasi R Regulasi tentang kriteria 10 TL
tentang kriteria pemilihan pemilihan indikator mutu unit 5 TS
indikator mutu unit pelayanan pelayanan 0 TT
seperti di a) sampai dengan c),
yang ada di maksud dan tujuan
(Lihat juga PMKP 6 EP 1). (R)
2. Kepala unit pelayanan D Bukti usulan tentang indikator 10 TL
mengusulkan indikator mutu mutu dari masing-masing unit 5 TS
untuk setiap unit pelayanan pelayanan 0 TT
sesuai dengan a) sampai W
dengan c) yang ada di maksud Kepala unit pelayanan
dan tujuan (lihat juga PMKP 4 Komite PMKP/bentuk
EP 1 dan PAB 8.1). (D,W) organisasi lain
159
Elemen penilaian TKRS 11 Telusur Skor
3. Kepala unit pelayanan telah D 1)Bukti pelaksanaan 10 TL
melakukan pengumpulan data pengumpulan data dari setiap 5 TS
dan membuat laporan terintegrasi unit pelayanan 0 TT
secara berkala. (D,W) 2)Bukti laporan berkala
terintegrasi tentang capaian
indikator mutu, insiden
keselamatan pasien dan
sentinel
160
Standar TKRS 11.1
• Dengan demikian, dari waktu ke waktu pengukuran meliputi semua pelayanan yang
diberikan. Data dan informasi yang dihasilkan tidak hanya penting untuk upaya
peningkatan mutu unit pelayanannya, tetapi juga penting untuk program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien rumah sakit (lihat juga 2.1 EP 6, PAB 8.1.EP 6).
Rumah sakit dapat menggunakan berbagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan di atas
maupun tujuan lainnya. Sebagai contoh yang diupayakan para tenaga medis adalah
mengembangkan proses asuhan klinis dan membuat keputusan berdasar atas bukti ilmiah
terbaik yang tersedia. Untuk upaya ini, panduan praktik klinis merupakan sarana yang
bermanfaat untuk memahami serta menerapkan ilmu terbaik pada diagnosis dan kondisi-
kondisi tertentu. (lihat juga PPI 6.1)
Maksud dan Tujuan TKRS 11.2
Rumah sakit dapat menyusun standar pelayanan kedokteran dengan memakai referensi
pedoman nasional pelayanan kedokteran atau referensi dari organisasi profesi
internasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Panduan praktik klinis, alur klinis (clinical pathway) atau protokol yang diseleksi untuk
dilakukan evaluasi memenuhi kriteria:
a) sesuai dengan populasi pasien yang ada dan misi RS
b) disesuaikan dengan teknologi, obat, lain sumber daya di RS atau norma profesional
yang berlaku secara nasional
c) dilakukan asesmen terhadap bukti ilmiahnya dan disahkan oleh pihak berwewenang
d) disetujui resmi atau di gunakan oleh RS
e) dilaksanakan dan di ukur terhadap efektivitasnya
f) dijalankan oleh staf yang terlatih menerapkan pedoman atau pathways
g) secara berkala diperbaharui berdasar bukti dan evaluasi dari proses dan hasil proses
Maksud dan Tujuan TKRS 11.2
• Karena panduan, alur dan protokol terkait dapat memberikan
dampak bagi beberapa unit pelayanan klinis, maka setiap
Kelompok Staf Medis diharapkan terlibat dalam pemilihan,
penerapan dan evaluasi panduan, alur dan protokol klinis di
masing-masing Kelompok Staf Medis.
•
• Mengingat penerapan panduan, alur, dan protokol di unit-unit
pelayanan klinis maka Kepala Unit Pelayanan Klinis agar terlibat
dalam evaluasi penerapan panduan, alur, dan protokol tersebut
dengan menggunakan indikator-indikator mutu sebagaimana
diatur di TKRS 11.
Maksud dan Tujuan TKRS 11.2
Setiap kelompik staf medis setiap tahun di harapkan mencapai hal-hal sbb:
1) Setiap Ketua Kelompok Staf Medis menetapkan secara bersama paling sedikit setiap
tahun, 5 (lima) panduan praktik klinis untuk diimplementasikan di unit pelayanan
dengan memilih proses yang diimplementasikan, misalnya sebuah diagnosis seperti
stroke, tindakan seperti transplantasi, populasi pasien seperti geriatri, penyakit seperti
diabetes melitus yang selanjutnya panduan ditetapkan berdampak terhadap keamanan
dan mutu asuhan pasien serta mengurangi variasi hasil yang tidak
diinginkan.Mengingat penerapan panduan, alur, dan protokol klinis di unit pelayanan
maka dalam pemilihan dan penetapan panduan, alur, dan protokol agar melakukan
komunikasi dan koordinasi dengan unit pelayanan terkait agar dapat membantu
penerapan dan evaluasi penerapannya.
2) Menetapkan panduan pemilihan dan penyusunan panduan praktik klinis, alur klinis
(clinical pathway), dan/atau protokol klinis, dan/atau prosedur, dan/atau standing
order sebagai panduan asuhan klinis dengan mengacu pada butir a) sampai dengan g)
di atas.
Maksud dan Tujuan TKRS 11.2
Komite medis bersama-sama dengan pimpinan
pelayanan medis melakukan monitoring kepatuhan
staf medis/DPJP terhadap panduan praktik klinis.
Monitoring dapat dilakukan dengan melakukan
evaluasi ketepatan penggunaan obat, pemeriksaan
penunjang medik, dan length of stay (LOS) walau
harus diakui bahwa perpanjangan LOS banyak faktor
yang terkait dan tidak murni mengukur kepatuhan
DPJP.
Elemen penilaian TKRS 11.2 Telusur Skor
W PPA terkait
4. Ada bukti bahwa Komite Medik D 1) Bukti pelaksanaan tentang 10 TL
telah melakukan monitoring dan monitoring kepatuhan DPJP terhadap 5 TS
evaluasi penerapan 5 (lima) standar 5 (lima) evaluasi standar pelayanan 0 TT
pelayanan kedokteran di rumah sakit kedokteran di rumah sakit
sehingga berhasil menekan terjadinya 2) Bukti tentang kepatuhan DPJP
keberagaman proses dan hasil. (D,W) terhadap 5 (lima) evaluasi standar
pelayanan kedokteran di rumah sakit
W Komite medis
Komite/Tim PMKP
175
Standar TKRS 12
• Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis meliputi pemasaran, admisi/
penerimaan pasien rawat inap (admission), pemindahan pasien (transfer), pemulangan
pasien (discharge), dan pemberitahuan (disclosure) tentang kepemilikan serta konflik
bisnis maupun profesional yang bukan kepentingan pasien.
• Berdasar atas hal tersebut maka rumah sakit harus mempunyai kerangka etika yang
menjamin bahwa asuhan pasien diberikan di dalam norma-norma bisnis, finansial, etis,
serta hukum yang melindungi pasien dan hak mereka. Kerangka etika yang dapat
berbentuk pedoman atau bentuk regulasi lainnya termasuk referensi atau sumber
etikanya dari mana, dan diperlukan edukasi untuk seluruh staf.
Maksud dan Tujuan TKRS 12
Kerangka etika atau pedoman etik Rumah Sakit tersebut antara lain mengatur:
1) tanggung jawab Direktur Rumah Sakit secara profesional dan hukum dalam menciptakan dan
mendukung lingkungan dan budaya kerja yang berpedoman pada etika dan perilaku etis termasuk etika
pegawai
2) penerapan etika dengan bobot yang sama pada kegiatan bisnis/manajemen maupun kegiatan
klinis/pelayanan Rumah Sakit
3) kerangka etika (pedoman etik) ini dapat untuk acuan kinerja dan sikap organisasi selaras dengan visi,
misi dan pernyataan nilai-nilai Rumah Sakit, kebijakan sumber daya manusia, laporan tahunan serta
dokumen lainnya
4) kerangka etika (pedoman etik) ini dapat membantu tenaga kesehatan, staf, serta pasien dan keluarga
pasien ketika menghadapi dilema etis dalam asuhan pasien, seperti perselisihan antar profesional dan
perselisihan antara pasien dan dokter mengenai keputusan dalam asuhan dan pelayanan. Sesuai
regulasi, Rumah Sakit dapat menetapkan Komite/Panitia/Tim yang mengelola etik RS, termasuk
melakukan koordinasi antara komite etik RS dengan subkomite etik profesi medis dan sub komite etik
keperawatan
5) mempertimbangkan norma-norma nasional dan internasional terkait dengan hak asasi manusia dan
etika profesional dalam menyusun kerangka etika dan dokumen pedoman lainnya
Maksud dan Tujuan TKRS 12
Rumah sakit dalam menjalankan kegiatannya secara etika
harus
a) mengungkapkan kepemilikan dan konflik kepentingan;
b) menjelaskan pelayanannya pada pasien secara jujur;
c) melindungi kerahasiaan informasi pasien;
d) menyediakan regulasi yang jelas mengenai pendaftaran
pasien, transfer, dan pemulangan pasien;
e) menagih biaya untuk pelayanan yang diberikan secara
akurat dan memastikan bahwa insentif finansial dan
pengaturan pembayaran tidak mengganggu pelayanan
pasien;
Maksud dan Tujuan TKRS 12
f) mendukung transparansi dalam melaporkan pengukuran kinerja klinis dan kinerja
organisasi;
g) menetapkan sebuah mekanisme agar tenaga kesehatan dan staf lainnya dapat
melaporkan kesalahan klinis atau mengajukan kekhawatiran etis dengan bebas dari
hukuman, termasuk melaporkan perilaku staf yang merugikan terkait dengan masalah
klinis ataupun operasional;
h) mendukung lingkungan yang memperkenankan diskusi secara bebas mengenai
masalah/isu etis tanpa ada ketakutan atas sanksi;
i) menyediakan resolusi yang efektif dan tepat waktu untuk masalah etis yang ada;
j) memastikan praktik nondiskriminasi dalam hubungan kerja dan ketentuan atas asuhan
pasien dengan mengingat norma hukum serta budaya negara Indonesia;
k) mengurangi kesenjangan dalam akses untuk pelayanan kesehatan dan hasil klinis. (lihat
juga PP 1, HPK 1.1, dan TKRS 8)
Elemen penilaian TKRS 12 Telusur Skor
1. Direktur rumah sakit menetapkan R Regulasi tentang tata kelola etik terdiri 10 TL
regulasi tentang tata kelola etik dari : - -
rumah sakit yang meliputi 1) sampai 1) pedoman manajemen etik RS 0 TT
dengan 5) dan a) sampai dengan k) 2) penetapan Komite Etik RS yang
yang ada di maksud dan tujuan, dilengkapi dengan uraian tugas
membentuk komite etik rumah sakit, dan tata hubungan kerja dengan
menetapkan professional code of sub komite etik profesi medis
ethics, hospital code of ethics dan dan keperawatan (TKRS 8 EP 5)
code of conduct untuk semua 3) Penetapan professional code of
pegawai dan tenaga kesehatan di ethics, hospital code of ethics
rumah sakit (lihat juga TKRS 12.2 EP dan code of conduct untuk
1). (R) semua pegawai dan tenaga
kesehatan di rumah sakit
181
Elemen penilaian TKRS 12.2 Telusur Skor
4. Pelaporan bila terjadi dilema etis D Bukti pelaporan dilema asuhan klinis 10 TL
dan dilema non klinis. 5 TS
dalam asuhan pasien dan dalam 0 TT
pelayanan non klinis telah
W Kepala bidang pelayanan dan
dilaksanakan (D,W) keuangan
W Direktur/Kepala bidang/divisi
Staf
Pasien
4. Direktur rumah sakit memastikan D 1) bukti monitoring kepatuhan semua staf, 10 TL
kepatuhan semua staf, pegawai dan tenaga pegawai dan tenaga kesehatan terhadap 5 TS
kesehatan terhadap professional code of professional code of ethics, hospital code of 0 TT
ethics, hospital code of ethics dan code of ethics dan code of conduct yang dapat
conduct (lihat juga KKS 11 EP 2, KKS 15 EP 2 melalui sistem pelaporan
dan KKS 18 EP 2). (D,W) 2) Bukti penanganan pelanggaran etik mulai
teguran lisan, tertulis dan sanksi
186
Elemen penilaian TKRS 12.1 Telusur Skor
2. Rumah Sakit secara jujur menjelaskan D Bukti tentang penjelasan pelayanan yang 10 TL
pelayanan yang tersedia di rumah sakit tersedia di rumah sakit kepada pasien 5 TS
kepada pasien (lihat juga MKE 1 EP 3 dan pada waktu admisi 0 TT
HPK 5 EP 2 dan 3). (D,O,W)
O Pasien pada waktu admisi rawat inap
W PIC admisi
Kepala bidang keperawatan
Kepala unit rawat jalan,rawat inap dan
gawat darurat
3. Rumah sakit membuat tagihan yang D Bukti tentang tagihan yang akurat antara 10 TL
akurat untuk layanannya dan lain tidak ada tagihan susulan setelah 5 TS
memastikan bahwa insentif finansial pasien pulang, tagihan sesuai dengan 0 TT
dan pengaturan pembayaran tidak pelayanan yang diterima pasien, dll
mempengaruhi asuhan pasien. (D,W)
W Bagian keuangan/kasir
Pasien/keluarga
187
Standar TKRS 12.2
190
6 September 2017
Standar TKRS 13
• Budaya keselamatan juga merupakan hasil dari nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi,
dan pola perilaku dari individu maupun kelompok, yang menentukan komitmen terhadap
keselamatan, serta kemampuan manajemen rumah sakit, dicirikan dengan komunikasi
yang berdasarkan rasa saling percaya, dengan persepsi yang sama tentang pentingnya
keselamatan, dan dengan keyakinan akan manfaat langkah-langkah pencegahan”.
• Tim belajar dari kejadian tidak diharapkan dan kejadian nyaris cedera. Staf klinis pemberi
asuhan menyadari keterbatasan kinerja manusia dalam sistem yang kompleks, dan ada
proses yang terlihat dari belajar dan menjalankan perbaikan melalui brifing.
Maksud dan Tujuan TKRS 13
Keselamatan dan mutu berkembang dalam suatu lingkungan yang mendukung kerja sama dan rasa
hormat terhadap sesama, tanpa melihat jabatan mereka dalam rumah sakit.
Direktur RS menunjukkan komitmennya tentang budaya keselamatan dan medorong budaya
keselamatan untuk seluruh staf RS. Perilaku yang tidak mendukung budaya keselamatan seperti:
• Perilaku yang tidak layak (Inappropriate), seperti kata-kata atau bahasa tubuh yang
merendahkan atau menyinggung perasaan sesama staf, misalnya mengumpat, memaki;
• perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku tidak layak yang dilakukan secara
berulang, bentuk tindakan verbal atau non verbal yang membahayakan atau mengintimidasi staf
lain, “celetukan maut” adalah komentar sembrono didepan pasien yang berdampak menurunkan
kredibilitas staf klinis lain, contoh mengomentari negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain
didepan pasien, misalnya “obatnya ini salah, tamatan mana dia...?”, melarang perawat untuk
membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan, memarahi staf klinis lainnya didepan
pasien, kemarahan yang ditunjukkan dengan melempar alat bedah di kamar operasi, membuang
rekam medis diruang rawat;
• perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras, agama, suku termasuk gender;
• pelecehan seksual.
Maksud dan Tujuan TKRS 13
Hal-hal penting menuju budaya keselamatan:
1) staf rumah sakit mengetahui bahwa kegiatan operasional rumah sakit
berisiko tinggi dan bertekad untuk melaksanakan tugas dengan konsisten
serta aman
2) regulasi serta lingkungan kerja mendorong staf tidak takut mendapat
hukuman bila membuat laporan tentang kejadian tidak diharapkan dan
kejadian nyaris cedera
3) direktur rumah sakit mendorong tim keselamatan pasien melaporkan
insiden keselamatan pasien ke tingkat nasional sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
4) mendorong kolaborasi antarstaf klinis dengan pimpinan untuk mencari
penyelesaian masalah keselamatan pasien.
Maksud dan Tujuan TKRS 13
• Komitmen organisasi menyediakan sumber daya, seperti staf, pelatihan, metode pelaporan yang
aman, dan sebagainya untuk menangani masalah keselamatan.
• Masih banyak rumah sakit yang masih memiliki budaya untuk menyalahkan suatu pihak yang
akhirnya merugikan kemajuan budaya keselamatan. Just culture adalah model terkini mengenai
pembentukan suatu budaya yang terbuka, adil dan pantas, menciptakan budaya belajar,
merancang sistem-sistem yang aman, serta mengelola perilaku yang terpilih (human error, at risk
behavior, dan reckless behavior). Model ini melihat peristiwa-peristiwa bukan sebagai hal-hal
yang perlu diperbaiki, tetapi sebagai peluang-peluang untuk memperbaiki pemahaman baik
terhadap risiko dari sistem maupun risiko perilaku.
• Ada saat-saat individu seharusnya tidak disalahkan atas suatu kekeliruan; sebagai contoh, ketika
ada komunikasi yang buruk antara pasien dan staf, ketika perlu pengambilan keputusan secara
cepat, dan ketika ada kekurangan faktor manusia dalam pola proses pelayanan. Namun, terdapat
juga kesalahan tertentu yang merupakan hasil dari perilaku yang sembrono dan hal ini
membutuhkan pertanggungjawaban. Contoh dari perilaku sembrono mencakup kegagalan dalam
mengikuti pedoman kebersihan tangan, tidak melakukan time-out sebelum mulainya operasi,
atau tidak memberi tanda pada lokasi pembedahan.
Maksud dan Tujuan TKRS 13
• Budaya keselamatan mencakup mengenali dan menujukan masalah yang
terkait dengan sistem yang mengarah pada perilaku yang tidak aman. Pada
saat yang sama, rumah sakit harus memelihara pertanggungjawaban
dengan tidak mentoleransi perilaku sembrono. Pertanggungjawaban
membedakan kesalahan unsur manusia (seperti kekeliruan), perilaku yang
berisiko (contohnya mengambil jalan pintas), dan perilaku sembrono
(seperti mengabaikan langkah-langkah keselamatan yang sudah ditetapkan).
• Beban kerja yang berlebihan serta stres yang mungkin terjadi pada staff RS
juga bisa mengarah pada perilaku yang tidak aman/berisiko, karena itu
rumah sakit perlu melakukan identifikasi jam kerja dan beban kerja serta
stress yang mungkin bisa terjadi pada Profesional Pemberi Asuhan (PPA),
staf klinis, staf non klinis termasuk residen dan peserta didik klinis lainnya.
Bila ditemukan jam kerja dan beban kerja yang berlebihan dan adanya stress
maka rumah sakit perlu melakukan upaya-upaya perbaikan.
Maksud dan Tujuan TKRS 13
• Direktur Rumah Sakit melakukan evaluasi rutin dengan jadwal
yang tetap dengan menggunakan beberapa metode, survei resmi,
wawancara staf, analisis data, dan diskusi kelompok.
• Direktur Rumah Sakit mendorong agar dapat terbentuk kerja sama
untuk membuat struktur, proses, dan program yang memberikan
jalan bagi perkembangan budaya positif ini.
199
Elemen penilaian TKRS 13 Telusur Skor
3. Direktur rumah sakit D 1) Bukti pelaksanaan pelatihan 10 TL
menyelenggarakan pendidikan dan 2) Bukti bahan pustaka/referensi 5 TS
menyediakan informasi (seperti dan laporan terkait dengan 0 TT
bahan pustaka dan laporan) yang budaya keselamatan
terkait dengan budaya keselamatan
Rumah Sakit bagi semua individu O Perpustakaan rumah sakit
yang bekerja dalam Rumah Sakit.
(D,O,W) W Direktur RS
Kepala bidang pelayanan
Kepala unit pelayanan
4. Direktur Rumah Sakit menjelaskan W Direktur RS 10 TL
bagaimana masalah terkait budaya 5 TS
keselamatan dalam Rumah Sakit 0 TT
dapat diidentifikasi dan dikendalikan.
(W)
200
Elemen penilaian TKRS 13 Telusur Skor
D RS menyediakan sumber daya yang 10 TL
5. Direktur rumah sakit meliputi: 5 TS
1) Bukti staf telah terlatih dalam 0 TT
menyediakan sumber daya untuk budaya keselamatan
2) Bukti tentang sumber daya yang
mendukung dan mendorong mendukung dan mendorong
budaya keselamatan
budaya keselamatan di dalam Rumah 3) Bukti tersedia anggaran dalam
RKA/RBA untuk mendukung
Sakit.(D,O,W) budaya keselamatan
W Direktur RS
Staf terkait
201
Standar TKRS 13.1
203
Elemen penilaian TKRS 13.1 Telusur Skor
2. Sistem yang rahasia, O Lihat pelaksanaan sistem pelaporan 10 TL
sederhana dan mudah diakses yang rahasia 5 TS
oleh pihak yang mempunyai 0 TT
kewenangan untuk melaporkan W Direktur RS
masalah yang terkait dengan Para kepala bidang/divisi
budaya keselamatan dalam RS
telah disediakan (O, W)
3. Semua laporan kejadian terkait D Bukti laporan dan investigasi 10 TL
budaya keselamatan rumah sakit 5 TS
telah di investigasi secara tepat W Direktur RS 0 TT
waktu. (D,W) Staf terkait
204
Elemen penilaian TKRS 13.1 Telusur Skor
4. Ada bukti bahwa identifikasi D 1) Bukti pelaksanaan identifikasi 10 TL
masalah pada sistem yang 2) Bukti pelaksanaan 5 TS
menyebabkan tenaga kesehatan pendokumentasian 0 TT
melakukan perilaku yang berbahaya 3) Bukti pelaksanaan upaya perbaikan
telah dilaksanakan. (D,W)
W Direktur RS
Staf terkait
5. Direktur Rumah Sakit telah D 1) Bukti hasil pengukuran / indikator 10 TL
menggunakan pengukuran/ indikator mutu budaya keselamatan atau 5 TS
mutu atau survei budaya keselamatan bukti survei budaya keselamatan 0 TT
untuk mengevaluasi dan memantau 2) Bukti evaluasi
budaya keselamatan dalam rumah 3) Bukti perbaikan
sakit serta melaksanakan perbaikan
yang telah teridentifikasi dari W Direktur RS
pengukuran dan evaluasi tersebut Komite PMKP
(lihat PMKP 10 EP 2). (D,W)
205
Elemen penilaian TKRS 13.1 Telusur Skor
W Direktur RS
Komite PMKP
Staf RS 206
TERIMA KASIH