Oleh :
Qorirah Summayah Indrapati
No.BP 1840312607
Preseptor:
Pemeriksaan Fisik:
KU: lemas/ kurang aktif
Kesadaran: composmentis
Turgor: kembali 4 detik
TD: 80/60 mmhg
Nadi: 160x
Suhu: 38oC
Nafas: 50 x, cepat dan dalam
Abdomen: NT (-), BU (-), distensi (-), hepatosplenomegali (-)
BB:8.8 kg (skrg)
TB: 80 cm
Kulit: pucat
Diare akut secara umum terbagi menjadi infeksi dan non infeksi;
A. Infeksi
Diare yang disebabkan oleh infeksi dibagi menjadi yang disebabkan oleh bakteri,
virus dan parasit;
Golongan Bakteri (10-20%) :
1. Aeromonas
2. Salmonella
3. Bacillus cereus
4. Shigella
5. Campylobacter jejuni
6. Staphylococcus aureus
7. Clostridium perfringens
8. Vibrio cholera
9. Clostridium defficile
10. Vibrio parahaemolyticus
11. Escherichia coli
12. Yersinia enterocolitica
13. Plesiomonas shigeloides
1. Balantidium coli
2. Giardia lamblia
3. Blastocystis homonis
4. Isospora belli
5. Cryptosporidium parvum
6. Strongyloides stercoralis
7. Entamoeba histolytica
8. Trichuris trichiura
B. Non infeksi
Kesulitan makan
Defek Anatomis
- Malrotasi
- Penyakit Hirchsprung
- Short Bowel Syndrome
- Atrofi mikrovilli
- Stricture
Malabsorpsi
- Defisiensi disakaridase
- Malabsorpsi glukosa
– galaktosa
- Cystic fibrosis
- Cholestosis
- Penyakit Celiac
Endokrinopati
- Thyrotoksikosis
- Penyakit Addison
- Sindroma Adrenogenital
Keracunan makanan
- Logam Berat
- Mushrooms
Neoplasma
- Neuroblastoma
- Phaeochromocytoma
- Sindroma Zollinger Ellison
Lain -lain :
- Infeksi non gastrointestinal
- Alergi susu sapi
- Penyakit Crohn
- Defisiensi imun
- Colitis ulserosa
- Gangguan motilitas usus
- Pellagra
Terdapat 3 agen infektif yang secara kontinyu ditemukan meningkat pada anak
penderita diare; Rotavirus, shigela spp., dan E.colli enterotoksigenik. Rotavirus
merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak.
b. Muntah:
Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas
seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan
Cryptosporidium.
c. Tinja tidak berlendir, tidak bercampur darah, berbau asam dengan konsistensi
encer:
Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh
enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran
gastrointestinal. Tinja yang berbau asam menggambarkan adanya fermentasi oleh
bakteri anaerob dikolon. Asam dalam tinja tersebut adalah asam lemak rantai pendek
yang dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus sehingga
masuk ke usus besar yang banyak mengandung bakteri komensial. Pada diare akut
sering terjadi defisiensi enzim lactose sekunder akibat rusaknya mikrofili mukosa
usus halus yang banyak mengandung enzim lactase. Enzim laktsae merupakan enzim
yang bekerja memecahkan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, yang selanjutnya
diserap di mukosa usus halus.
Pada permeriksaan fisik didapatkan kondisi umum lemas/ kurang aktif, kesadaran
composmentis turgor kembali 4 detik, TD: 80/60 mmhg, Nadi: 160x, Suhu: 38 oC,
Nafas: 50 x, Abdomen: NT (-), BU (-), distensi (-), hepatosplenomegali (-), dan kulit
pucat. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
Pada pasien ini tinja pasien tidak disertai darah dan lendir. Sehingga diare akut
yang disebabkan bakteri dapat disingkirkan. Diagnosa diare akut disebabkan oleh
intoleransi laktosa dapat disingkirkan karena menurut pengakuan ibu pasien, tidak
terdapat perubahan pola makan/diet yang diberikan kepada pasien sebelum terjadinya
diare. Sehingga dari temuan yang didapatkan diatas dan pembahasan sebelumnya
didapatkan diagnosis kerja pada pasien ini yaitu diare akut dengan dehidrasi berat
suspek rotavirus.
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan
dehidrasi berat. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare
akut :
Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur tes
kepekaan terhadap antibiotika., dan immunoassay (toksin bakteri, antigen virus,
antigen protozoa).
Tinja :
Pemeriksaan makroskopik:
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare
meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa
mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau
disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang
menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan
mukosa atau parasit usus seperti : E. histolytica, B. coli dan T. trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.
Histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC
terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi
dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.
Pemeriksaan mikroskopik:
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberikan informasi
tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan mukosa.
Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang
mukosa kolon. Lekosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan adanya
kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella, Salmonella,
C. jejuni, EIEC, C. difficile, Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan
Aeromonas atau P. shigelloides. Lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah
lekosit PMN, kecuali pada S. typhii lekosit mononuklear. Sedangkan pada kasus
diare yang disebabkan rotavirus, tidak akan ditemukan adanya leukosit. Pada
diare yang disebabkan oleh rotavirus juga, tidak didapatkan darah, telur cacing
dan amoeba pada tinja.
5.Tatalaksana sesuai Dx
Diare yang disebabkan virus: Self limiting disease, fokus terapi ke gejalan dan
kondisi umum pasien.
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau Rumah Sakit.
Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi parenteral.
Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit
sampai cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit selama
pemberian cairan intravena (5 ml/kgBB/jam), apabila dapat minum dengan baik,
biasanya dalam 3 – 4 jam (untuk bayi) atau 1 – 2 jam (untuk anak yang lebih besar).
Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa dan kalium yang
mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian cairan intravena.
Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100
ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB,
diLanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas 1 tahun ½ jam pertama 30 cc/kgBB
dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan I.V. dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan
evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu : pengobatan diare dengan
dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi.
Prinsip tatalaksana diare;
1. Berikan oralit
2. Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut (pada pasien ini 1 tablet/hari)
3. Teruskan ASI-makan
4. Berikan antibiotik secara selektif (pada pasien ini tidak ada indikasi)
5. Berikan nasihat pada ibu/keluarga