Anda di halaman 1dari 11

Vol. 1 | No.

1 | Maret 2017 | Halaman : 24-34


http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/wawasanyuridika

PENERAPAN ASAS ULTIMUM REMEDIUM TERHADAP TINDAK


PIDANA KORUPSI YANG TERJADI DI LINGKUNGAN BUMN
PERSERO
Mas Putra Zenno Januarsyah
Sekolah Tinggi Hukum Bandung
Email: putrazenno@yahoo.co.id

Info Artikel:
Diterima: 19 Januari 2017 |Disetujui: 06 Februari 2017 |Dipublikasikan: 30 Maret 2017

Abstrak
Ketidaksinkronan regulasi terkait status keuangan negara di lingkungan BUMN
Persero, kenyataannya telah menimbulkan kesulitan untuk menentukan ada atau
tidaknya tindak pidana korupsi serta langkah penyelesaian tindak pidana korupsi
di lingkungan BUMN Persero. Asas ultimum remedium sebagai asas yang paling
fundamental dalam hukum pidana dapat diterapkan terhadap tindak pidana korupsi
Kata Kunci: yang terjadi di lingkungan BUMN Persero dengan menekankan pada penyelesaian
Ultimum Remedium; melalui hukum perdata dan hukum administrasi. Selanjutnya, sebagai upaya
Korupsi; BUMN. mengatasi ketidaksinkronan regulasi, Kekayaan negara yang dipisahkan dalam
BUMN harus diperlakukan sebagai aturan khusus (lex specialis), sehingga berdasar
adagium lex specialis derograt legi generale, maka Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 tentang BUMN harus menjadi dasar penyelesaiannya. Kemudian dikaitkan
dengan waktu pengundangannya atau pemberlakuannya, undang-undang tersebut
diundangkan lebih belakangan, maka berdasar adagium lex posteriori derograt legi
priori, undang-undang BUMN dimaksud harus menjadi dasar hukumnya.

APPLYING PRINCIPLES OF ULTIMUM REMEDIUM CORRUPTIONS


HAPPENED IN THE BUMN PERSERO

Abstract
Unsynchronized regulation related status of state finances in BUMN Persero, in fact, created
trouble to determine whether there is any corruption as well as steps to resolve corruption in
BUMN Persero. Ultimum remedium as the most fundamental principle of the criminal law
Keywords: may be applied to acts of corruption that occurred in BUMN Persero with emphasis on the
Ultimum remedium; settlement through civil law and administrative law. Furthermore, to resolve unsynchronized
Corruption; BUMN. regulation, state assets that separated in BUMN have to be treated as a special rule so that
based on lex specialis derograt legi generale adage, The Law Number 19/2003 have to be a basic
solution. Afterwards related to its enactment time The Law Number 19/2003 was enacted more
recently, then based on lex posteriori derograt legi priori adage, The Law Number 19/2003
have to be a legal basis.

ISSN
24 Jurnal Wawasan Yuridika
2549-0664 (print)
Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
2549-0753 (online)
A. PENDAHULUAN tindak pidana korupsi melalui instrumen
Fakta keberagaman konsep hukum UU PTPK terhadap BUMN Persero
terhadap status keuangan negara di seharusnya dilaksanakan secara hati-hati
lingkungan BUMN Persero, kenyataannya dan bijaksana karena BUMN di Indonesia
telah menimbulkan kesulitan untuk merupakan tulang punggung kemajuan
memberikan batasan yang pasti tentang perekonomian nasional.2
kerugian negara di lingkungan BUMN Keberagaman konsep hukum
Persero dan langkah hukum yang dapat terhadap status keuangan negara di
dilakukan, sehingga sulit juga menentukan lingkungan BUMN Persero bukanlah
ada tidaknya tindak pidana korupsi serta penyebab satu-satunya problematika
langkah penyelesaian tindak pidana hukum di Indonesia, akan tetapi juga
korupsi di lingkungan BUMN Persero.1 disebabkan kurangnya pemahaman
Dasar normatifnya adalah rumusan Pasal mengenai tujuan kehidupan berbangsa
2 ayat (1) dan Pasal 3 Undang-Undang dan bernegara dalam menciptakan iklim
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pertumbuhan ekonomi yang sehat dan
(UU PTPK). Kedua rumusan ini secara kompetitif. Penyebab lainnya adalah
formal mengatur tentang adanya kerugian euphoria pemberantasan korupsi sejak era
keuangan negara sebagai salah satu unsur reformasi telah menimbulkan penilaian
tindak pidana korupsi. Ketika hal itu tidak berlebihan (overvalued) terhadap setiap
dipenuhi akibat status yang tidak jelas kebijakan publik yang rentan terhadap
tentang keuangan negara di lingkungan perbuatan suap sehingga munculnya
BUMN Persero, maka akan sangat sulit trial by the press yang sering menganggu
mengkategorikan suatu tindakan di integritas dan profesionalisme aparat
lingkungan BUMN sebagai tindak pidana penegak hukum dalam melihat kasus per
korupsi atau bukan, dan pada batas-batas kasus secara jernih dan objektif. Bahkan,
mana suatu tindakan itu tergolong dalam penelaahan mengenai tujuan dari upaya
tindak pidana korupsi. Kesulitan lain yang pemberantasan tindak pidana korupsi
juga ditimbulkan adalah keraguan untuk melalui UU PTPK terutama dengan
menyatakan secara pasti tentang korelasi dimasukkannya Pasal 2 ayat (1) dan
antara kerugian di lingkungan BUMN Pasal 3 adalah mengembalikan kerugian
dengan kerugian negara dan dengan keuangan negara telah terbukti tidak
tindak pidana korupsi. Menghadapi tercapai secara signifikan. Laporan Badan
kesulitan tersebut, penegakan hukum Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
pidana khususnya upaya pemberantasan (BPK RI) Tahun 2003-2008 tentang

1
Agustinus F. Paskalino Dadi, Kepastian Hukum Tentang Status Keuangan Negara di Lingkungan BUMN Persero dan
Implikasinya Terhadap Masalah Kerugian Negara dalam Penyelesaian Tindak Pidana Korupsi, Program Magister Ilmu
Hukum Program Pascasarjana Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2011. hlm. 11.
2
Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Kejahatan Bisnis dan Hukum Pidana, Buku 1, PT. Fikahati Aneska, Jakarta, 2013.
hlm. 137.

Jurnal Wawasan Yuridika 25


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
kerugian keuangan negara karena korupsi B. PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa kerugian negara 1. Penerapan Asas Ultimum Remedium
mencapai Rp 30 Trilyun, tetapi yang berhasil Terhadap Tindak Pidana Korupsi
diselamatkan hanya Rp 5 Trilyun. Laporan Yang Terjadi Di Lingkungan BUMN
BPK RI tersebut membuktikan bahwa Persero
selama lebih kurang 11 (sebelas) tahun BUMN Persero atau badan hukum
sejak diberlakukannya UU PTPK, strategi lainnya yang didirikan untuk kepentingan
penindakan termasuk penghukuman bisnis dalam beroperasinya tunduk kepada
tidak berhasil menyelamatkan keuangan norma logika perdata. Logika perdata
negara.3 yang dimaksud, antara lain adalah bahwa
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka kontrak bisnis berlaku sebagai undang-
timbul pemikiran agar hukum pidana undang bagi para pihak. Itikad baik
terutama upaya pemberantasan tindak dianggap ada pada para pihak sampai
pidana korupsi melalui UU PTPK terhadap terbukti sebaliknya. Apabila suatu prestasi
BUMN Persero sejatinya digunakan secara yang diperjanjikan tidak dapat dipenuhi,
hati-hati dan dioperasionalkan sebagai maka akan dituntut wanprestasi dengan
upaya atau obat terakhir4 dengan kata berbagai alternatif untuk memenuhinya,
lain hukum pidana difungsikan sebagai seperti halnya ganti rugi.
ultimum remedium. Asas ultimum remedium Sejalan dengan logika perdata, logika
tersebut memiliki pemaknaan bahwa bisnis mengandung prinsip kehati-hatian,
apabila suatu perkara dapat ditempuh kemitraan, kerjasama, dan trust. Sebagai
melalui jalur lain seperti hukum perdata contoh, suatu mitra bisnis yang kesulitan
ataupun hukum administrasi hendaklah melakukan pembayaran dan terlilit
jalur tersebut ditempuh sebelum utang, penyelesaiannya dapat berupa
mengoperasionalkan hukum pidana. penundaan kewajiban pembayaran utang,
Penerapan asas ultimum remedium dapat haircut (pelunasan sebagian), konversi
dikatakan tepat karena penegakan hukum utang menjadi penyertaan modal, dan
pidana terhadap BUMN persero harus sebagainya. Apabila ada sengketa bisnis,
mempertimbangkan konteks situasi penyelesaiannya pun diusahakan dengan
ekonomi dan sosial dari eksistensinya mediasi, dan/atau dengan arbitrase
dalam kehidupan masyarakat.5 sebagai alternatif penyelesaian sengketa
yang memberi win-win solution. Solusi
pidana dalam hukum bisnis hanya upaya
terakhir (ultimum remedium).

3
Ibid. hlm. 32.
4
Muladi, Ambiguitas Dalam Penerapan Doktrin Hukum Pidana: Antara Doktrin Ultimum Remedium dan Doktrin
Primum Remedium, Makasar 18 Maret 2013. Diakses dari http://www.google.co.id pada tanggal 13 Mei 2014.
5
Romli Atmasasmita, Op.Cit. hlm. 137.

26 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
Dalam hal logika pidana yang hukum positif di bidang keuangan
digunakan, maka logika perdata tidak negara. Penulis berpendapat bahwa secara
akan atau sulit untuk berjalan. Kesulitan normatif, dan bahkan dalam tataran
pembayaran oleh mitra bisnis dapat praktis, perluasan makna keuangan negara
dituntut dengan delik penipuan atau yang merambah hingga ke korporasi
penggelapan. Demikian juga dalam hal dengan kekayaan negara yang dipisahkan,
timbul kerugian. Penyelesaian seperti telah mengikis pula “kekebalan” dan
haircut, cut-off melalui restrukturisasi, serta “mengancam” para direksi atau pimpinan
model release and discharge seperti yang profesional BUMN Persero. Pada
ditempuh dalam penyelesaian BLBI, hanya gilirannya, ini juga berpotensi memberikan
dipandang sebagai upaya administrasi efek negatif kepada mitra bisnis BUMN
semata yang tidak menuntaskan persoalan. Persero.
Logika pidana adalah untuk memberi efek Idealnya, keberadaan doktrin Business
jera, bukan win-win solution, tetapi adalah Judgement Rule (BJR) yang memberikan
zero sum game dengan win-loss solution.6 Ini perlindungan kepada direksi dan
dapat kita lihat dalam Pasal 4 UU PTPK pimpinan BUMN Persero atas tindakan
yang berbunyi, “… pengembalian kerugian atau pengambilan keputusan yang
keuangan negara atau perekonomian berdasarkan itikad baik, jujur, hati-
negara, tidak menghapuskan dipidananya hati, dan dilakukan sepenuhnya untuk
pelaku tindak pidana …”. Ini berarti kepentingan perusahaan harus terus
logika pidana yang lebih ditekankan, didorong. Dengan adanya doktrin BJR,
bahwa penghukuman (repressive model) maka direksi suatu perusahaan tidak
untuk memberi efek jera lebih mengemuka bertanggung jawab atas kerugian yang
dibandingkan dengan pendekatan asset timbul dari tindakan atau pengambilan
economic recovery yang dianut hukum keputusan tersebut. Perlindungan bagi
perdata. Kehadiran UU PTPK ini telah direksi ini bahkan mengikat hakim
membawa implikasi yang tidak sederhana. dalam mempertimbangkan dan memutus
Sekarang dapat kita saksikan bahwa hal- perkara dimana hakim dianggap tidak
hal yang dahulu adalah murni business mempunyai kemampuan untuk menilai
judgement rule (BJR), sekarang bergeser ke atau mengadili keputusan atau tindakan
ranah pidana dengan ancaman korupsi bisnis yang dilakukan direksi.
karena merugikan keuangan negara atau Eko Setiawan sebagai Kepala Bagian
membuat orang lain menjadi kaya. Perundang-Undangan pada Biro Hukum
Kondisi ini merupakan akibat dari Kementerian BUMN mengatakan, bahwa
logika yang dibangun dengan perluasan karena seringkali kerugian keuangan
definisi keuangan negara menurut sistem negara yang terjadi ternyata hanyalah

6
Prasetio, Dilema BUMN:Benturan Penerapan Business Judgment Rule (BJR) dalam Keputusan Bisnis Direksi BUMN,
Rayyana Komunikasindo, Jakarta, 2014. hlm. 198.

Jurnal Wawasan Yuridika 27


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
kerugian bisnis semata akibat aktivitas dari terjadi amatlah berat dan tidak bisa ditolelir
kegiatan BUMN Persero, aparat penegak oleh rasa kemanusiaan. Pemberantasan
hukum terkadang memaksakan untuk korupsi pada sektor BUMN sebenarnya
diprosesnya indikasi kerugian tersebut memasuki wilayah abu-abu atau grey
masuk ke ranah tindak pidana korupsi area, jangan sampai dikatakan terjerat
dan apabila kasusnya ternyata tidak cukup korupsi padahal nyatanya BUMN tersebut
bukti untuk dibawa ke persidangan, tidak hanya mengalami kerugian akibat risiko
jarang suatu BUMN diistilahkan menjadi bisnis dari ribuan transaksi bisnis yang
“ajang pemerasan” atau “ATM” dari justru menguntungkan. Maka, negara
oknum-oknum aparat penegak hukum, lah kembali yang merugi. Hal dimaksud
sehingga Biro Hukum Kementerian juga merupakan faktor penyebab kinerja
BUMN pada pokoknya menyetujui atas BUMN di Indonesia tertinggal jauh dari
diterapkannya asas ultimum remedium beberapa negara. Tahun 2008 total net
terhadap tindak pidana korupsi yang profit 142 BUMN Indonesia mencapai USD
terjadi di lingkungan BUMN Persero. 9,6 Milyar bandingkan dengan Petronas
Melalui penerapan asas ultimum remedium, yang menyumbang 40% APBN Malaysia
maka BUMN Persero yang selama ini atau dengan mencatat net profit USD 20,0
tidak dapat berlari kencang karena Milyar. Bahkan BUMN Republik Rakyat
pada saat mengalami kerugian bisnis Tiongkok pada tahun 2007 mencatatkan
lalu aparat penegak hukum cenderung net profit USD 150,4 Milyar.8
mengaitkannya dengan tindak pidana Memperkuat pendapat di atas,
korupsi, akan lebih berani dan tenang dalam tataran praktis melalui Putusan
dalam mengambil setiap keputusan bisnis Mahkamah Agung Nomor 2149 K/Pid.
yang tidak jarang dari keputusan bisnis Sus/20119 dapat terlihat penerapan dari
yang diambil tersebut berujung dengan asas ultimum remedium. Berdasarkan
kerugian ataupun justu mendapatkan Pertimbangan hukum atas perkara
raupan keuntungan yang besar.7 dimaksud bahwa Terdakwa dalam kasus
Dengan demikian, sudah sepatutnya pengadaan rotor Gas Turbin Generator
salah satu asas yang paling fundamental adalah Direktur Teknik PT. Pupuk Kaltim
dalam hukum pidana yaitu asas ultimum Tbk yang didakwa dalam dakwaan primair
remedium tersebut diterapkan. Jika dengan melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU
menggunakan instrumen hukum lain PTPK jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
masalah dapat terselesaikan, untuk apalagi serta dakwaan subsidiair melanggar
mengoperasionalkan hukum pidana. Pasal 3 jo. Pasal 18 UU PTPK jo. Pasal 55
Terkecuali pelanggaran hukum yang ayat (1) ke-1 KUHP. Kebijakan tersebut

7
Keterangan Eko Setiawan sebagai Kepala Bagian Perundang-Undagan pada Biro Hukum Kementerian BUMN,
Jakarta 3 September 2014.
8
Tanri Abeng, dalam Prasetio, Op.Cit. hlm. 16-17.
9
Putusan Mahkamah Agung Nomor 2149 K/Pid.Sus/2011.

28 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
telah mengakibatkan kerugian PT. Pupuk hukum ekonomi keperdataan. Secara
Kaltim Tbk cq. Keuangan negara USD tidak langsung, tujuan dari penyelesaian
1.484.000,- (satu juta empat ratus delapan perkara tersebut, menekankan pada
puluh empat ribu dollar Amerika Serikat). penyelesaian melalui hukum perdata dan
Alasan kasasi jaksa penuntut umum hukum administrasi. Hal ini sejalan pula
ditolak oleh Mahkamah Agung, oleh dengan karakteristik BJR dalam suatu
karena Skup Perusahaan tidak tercakup perusahaan, maka terlepas dari perdebatan
dalam UU PTPK tetapi tercakup dalam UU tentang status keuangan persero, direksi
PT. Dengan demikian perkara dimaksud dan/atau komisaris persero harus
tidak tercatat dalam hukum pidana tetapi menerapkan prinsip-prinsip fiduciary
dalam hukum ekonomi, perusahaan duty serta selalu mematuhi ketentuan
dianggap rugi setelah ada RUPS tahunan peraturan perundang-undangan yang
memutuskan perusahaan rugi dan bagi berlaku dalam melaksanakan tugasnya.
yang merasa dirugikan dapat menuntut Syarat adanya perbuatan melawan hukum
tindakan sebagai akibat tindakan Direksi/ dalam melakukan penyelidikan terhadap
Komisaris Perseroan Terbatas, kemudian suatu transaksi komersial atas dugaan
Tindakan Terdakwa berakibat kemahalan tindak pidana korupsi pada dasarnya
pembelian dari CV Sumi Jaya Utama tidak memiliki landasan yuridis serta
sebesar USD 1.484.000 (satu juta empat meniadakan doktrin BJR. Tanpa adanya
ratus delapan puluh empat ribu dollar bukti bahwa telah terjadi kecurangan
Amerika Serikat) sebagai keuangan dalam perseroan, maka sulit untuk
perusahaan bila ditetapkan RUPS tahunan mengajukan tuntutan secara pribadi
dan bukan dalam lingkup tindak pidana kepada para direksi dan/atau komisaris.
tetapi dalam lingkup hukum ekonomi Merujuk pada pendapat tersebut, maka
keperdataan, sehingga Terdakwa diputus relevan dengan penerapan asas ultimum
lepas dari segala tuntutan hukum. remedium terhadap tindak pidana korupsi
Melihat pertimbangan hukum dari yang terjadi di lingkungan BUMN Persero.
Putusan Mahkamah Agung di atas, jelaslah Seharusnya, sebelum penegak hukum
asas ultimum remedium dapat diterapkan menentukan bahwa suatu perbuatan
terhadap tindak pidana korupsi yang merupakan tindak pidana korupsi,
terjadi di lingkungan BUMN Persero. perlu diperhatikan agar mendapatkan
Kendatipun Terdakwa telah didakwa ketegasan dalam hal apakah suatu risiko
melakukan tindak pidana korupsi, akan bisnis yang diambil telah memenuhi unsur
tetapi majelis hakim yang memeriksa dan sebagai tindak pidana korupsi ataukah
mengadili perkara tersebut berpendapat murni penyelesaiannya diajukan melalui
bahwa perbuatan terdakwa memang prosedur hukum administrasi atau hukum
terbukti namun perbuatannya bukan perdata. Dengan demikian, pengambilan
merupakan tindak pidana korupsi, keputusan direksi yang merupakan cikal
melainkan masuk dalam ruang lingkup bakal terbentuknya kebijakan perusahaan,

Jurnal Wawasan Yuridika 29


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
sepanjang telah dilakukan sesuai dengan 2. Upaya Mengatasi Ketidaksinkronan
good corporate governance yang berlaku Regulasi Terkait Keuangan Negara
(sesuai anggaran dasar, penerapan risk Dalam Lingkungan BUMN Persero
management, serta pengendalian internal Ketidaksinkronan peraturan
yang konservatif dan efektif), bukanlah perundang-undangan telah menimbulkan
pelanggaran hukum, apa pun hasilnya.10 ketidakpastian hukum dan risiko bagi
Mengutip Posner, Cooter, dan Ullen, para direksi BUMN Persero untuk
Menteri BUMN RI Pertama Tanri Abeng mengambil keputusan bisnis. Pada
menyatakan bahwa economic analysis of kenyataannya, dari berbagai kasus yang
law yang menyimpulkan “the most common muncul, direksi BUMN dapat saja setiap
meaning of justice is efficiency”. Efficiency saat dituduh merugikan negara kendati
adalah sumber dari daya saing dan value keputusan yang diambilnya itu sudah
creation BUMN mana pun. Jika value berdasarkan prinsip-prinsip bisnis
creation ditunjukan untuk kemakmuran rasional dan berpijak pada tata kelola
masyarakat, seyogianya penerapan hukum yang baik (good governance). Pada tanggal
mendukung pendekatan ekonomi yang 16 Agustus 2006, Mahkamah Agung
intinya adalah efisiensi untuk menjadikan mengeluarkan sebuah fatwa yang amat
BUMN berdaya guna bagi bangsa dan penting dan relevan terhadap penafsiran
negara.11 Implikasi dari pendekatan keuangan negara. Fatwa bernomor
ini ialah bahwa direksi BUMN Persero WKMA/Yud/20/VIII/200612, disusul
sebetulnya dapat melakukan keputusan kemudian dengan adanya putusan MK
bisnis berdasarkan cost and benefit analysis. nomor 77/PUU-IX/2011 pada September
Itu artinya, kerugian bisa saja terjadi dan 201213. Menurut salah satu pertimbangan
tidak merupakan kesalahan, apalagi putusan MK tersebut, setelah berlakunya
pelanggaran hukum, sepanjang hal itu UU Perbendaharaan Negara (PN), UU
memberikan manfaat yang terbesar BUMN, dan UU Perseroan Terbatas (PT),
bagi perusahaan. Juga perlu ditekankan piutang bank BUMN bukan lagi piutang
bahwa cost dalam sebuah korporasi atau negara. Putusan MK ini sebenarnya sudah
perusahaan dihitung secara kumulatif menjawab dilema kekayaan negara pada
dalam setahun. Oleh karena itu, timbulnya BUMN. Putusan ini dengan sendirinya
cost ataupun kerugian dalam satu transaksi telah memberikan penegasan bahwa
tidak otomatis dapat dijadikan sumber keuangan BUMN tidak identik dengan
penilaian kerugian perusahaan maupun keuangan negara.
kerugian negara (apabila hal ini dikaitkan Sebagai kelanjutan dari upaya agar
dengan BUMN Persero). terwujudnya sinkronisasi hukum terkait

10
Prasetio, Op.Cit. hlm. 348-349.
11
Tanri Abeng, dalam Ibid. hlm. 17.
12
Fatwa Mahkamah Agung Nomor WKMA/Yud/20/VIII/2006.
13
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU-IX/2011.

30 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
keuangan negara, melalui Forum Hukum mutandis putusan tersebut telah menolak
BUMN mengajukan pengujian UU keseluruhan permohonan uji materil Pasal
Keuangan Negara (KN) dan UU BPK dan undang-undang serupa yang diajukan
terhadap UUD 1945, namun yang sangat oleh Forum Hukum BUMN, Omay K.
disesali adalah Forum Hukum BUMN Wiraatmadja, dan Sutrisno Sastroredjo
telah mencabut permohonan pengujiannya dalam perkara nomor 62/PUU-XI/201316.
nomor 62/PUU-XI/2013 kepada MK Dalam pertimbangannya MK menyatakan
tersebut. Eko Setiawan sebagai Kepala diantaranya adalah: Pemisahan kekayaan
Bagian Perundang-undangan pada Biro negara tidak dapat diartikan sebagai
Hukum Kementerian BUMN menyatakan putusnya kaitan negara dengan BUMN,
pencabutan permohonan pengujian itu BUMD, atau nama lain yang sejenisnya.
dilatarbelakangi oleh:14 1. Stigmatisasi Pemisahan kekayaan negara pada BUMN,
secara sistematis bahwa Forum Hukum BUMD, atau nama lain yang sejenisnya
BUMN dianggap melindungi para hanyalah dalam rangka memudahkan
direksi BUMN yang melakukan tindak pengelolaan usaha dalam rangka bisnis
pidana korupsi (pro koruptor); 2. sehingga dapat mengikuti perkembangan
Euphoria pemberantasan korupsi yang dan persaingan dunia usaha dan
sedang tinggi, sehingga upaya yang melakukan akumulasi modal, yang
dilakukan Forum Hukum BUMN tersebut memerlukan pengambilan keputusan
mendapatkan banyak tekanan dari pihak- dengan segera namun tetap dapat
pihak tertentu untuk segera mencabut dipertanggungjawabkan kebenarannya.
permohonan pengujian undang-undang Menurut penulis dengan adanya
dimaksud karena dinilai sarat nuansa putusan MK tersebut menujukkan bahwa
politis di dalamnya. akan terus terhambatnya upaya mengatasi
Pencabutan permohonan pengujian ketidaksinkronan regulasi terkait
tersebut dipertegas dengan langkah MK keuangan negara dalam lingkungan
pada tanggal 18 September 2014 untuk BUMN Persero, sehingga status keuangan
menolak keseluruhan permohonan uji BUMN Persero sebagai kekayaan negara
materil para pemohon dari Center for yang dipisahkan dan tunduk pada aturan
Strategic Studies University of Indonesia perseroan akan terus berpolemik dengan
(CSS-UI) atau Pusat Kajian Masalah pengertian kerugian keuangan negara
Strategis Universitas Indonesia terkait dalam UU PTPK. Dalam rangka upaya
Pasal 2 huruf g dan i UU KN terhadap untuk mengatasi ketidaksinkronan
UUD 1945 dalam perkara nomor 48/ guna mewujudkan kepastian hukum,
PUU-XI/201315 yang secara mutatis dalam tafsir hukum mengenai “kerugian

14
Wawancara Penulis dengan Eko Setiawan, Loc.Cit.
15
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48/PUU-XI/2013.
16
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013.

Jurnal Wawasan Yuridika 31


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
keuangan negara”, sesuai dengan tepat didahulukan pemberlakuannya
prinsip hukum pidana, tidak boleh dibandingkan dengan undang-undang
menimbulkan kekosongan hukum dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.19
pemberlakuan hukum pidana. Dalam Ketidaksinkronan perundang-
menghadapi konflik penafsiran hukum undangan yang berkaitan dengan
sedemikian maka doktrin hukum pidana keuangan negara/daerah, dalam praktik
menyediakan dua cara, yaitu harus penegakan hukum sering ditafsirkan
berpedoman pada 2 (dua) asas umum. secara normatif legalistik dan parsial
Pertama, asas lex posteriori derograt lege oleh praktisi hukum termasuk penyidik,
priori, undang-undang yang diberlakukan penuntut umum dan juga hakim.
terakhir akan mengesampingkan undang- Seandainya praktisi hukum tersebut mau
undang yang diberlakukan lebih dahulu membuka kembali bagian menimbang
yang bertentangan dengannya. Kedua, dari ketiga undang-undang (UU KN, UU
asas lex specialis derograt lege generali, yaitu BUMN, dan UU PN) tersebut di atas, maka
undang-undang yang bersifat khusus akan akan ditemukan apa yang merupakan
mengesampingkan undang-undang yang semangat dan jiwa serta maksud dan tujuan
berlaku umum.17 Jika doktrin mengenai diundangkannya ketiga undang-undang
asas-asas umum di atas diterapkan dalam tersebut. Salah satu bagian menimbang
kasus BUMN tersebut maka dengan asas- dalam UU BUMN huruf b menegaskan
asas umum pertama UU KN, UU BUMN bahwa BUMN mempunyai peranan penting
dan UU PN dapat mengesampingkan dalam penyelenggaraan perekonomian
berlakunya UU PTPK sepanjang nasional guna mewujudkan kesejahteraan
mengenai konflik penafsiran hukum masyarakat. Huruf c dalam bagian
tentang “keuangan negara” dan “kerugian menimbang selanjutnya menegaskan
keuangan negara”. Begitu pula halnya bahwa untuk mengoptimalkan peran
mengenai undang-undang manakah BUMN, pengurusannya dan pengawasannya
yang paling tepat diberlakukan sepanjang harus dilakukan secara profesional.
terdapat ketentuan pidana dalam undang-
undang khusus seperti UU KN, UU C. PENUTUP
BUMN, dan UU PN terhadap kasus 1. Asas ultimum remedium sebagai asas
yang melibatkan BUMN sebagai subjek yang paling fundamental dalam
hukum. Sudah tentu jawabannya sesuai hukum pidana dapat diterapkan
dengan asas lex specialis systematic.18 Ketiga terhadap tindak pidana korupsi yang
undang-undang tersebut di atas paling terjadi di lingkungan BUMN Persero,

17
Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Belanda dan Padanannya Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2003. hlm. 46-47.
18
Romli Atmasasmita, Kapita Selekta… Op.Cit., hlm. 131.
19
Ibid.

32 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
dikarenakan seringkali kerugian undangan mana yang harus dipakai
keuangan negara yang terjadi ternyata untuk menyelesaikan permasalahan
hanyalah kerugian bisnis semata akibat yang menyangkut keuangan negara
aktivitas dari kegiatan BUMN Persero dikaitkan dengan kekayaan negara.
sebagaimana terdapat dalam perkara Kekayaan negara yang dipisahkan
tindak pidana korupsi yang diputus dalam BUMN harus diperlakukan
oleh Mahkamah Agung Nomor 2149 sebagai aturan khusus (lex specialis),
K/Pid.Sus/2011 dengan menekankan sehingga berdasar adagium lex
pada penyelesaian melalui hukum specialis derograt legi generale, maka
perdata dan hukum administrasi. UU BUMN harus menjadi dasar
Penyelesaian kerugian negara melalui penyelesaiannya. Kemudian dikaitkan
prosedur hukum administrasi juga dengan waktu pengundangannya
telah tercantum dalam Pasal 59 UU atau pemberlakuannya, UU BUMN
PN. Penerapan asas ultimum remedium diundangkan lebih belakangan, maka
sejalan pula dengan doktrin Business berdasar adagium lex posteriori derograt
Judgement Rule (BJR) dan teori analisis legi priori, UU BUMN harus menjadi
ekonomi terhadap hukum. Implikasi dasar hukumnya. Jika doktrin mengenai
dari pendekatan ini ialah bahwa direksi asas-asas umum di atas diterapkan
BUMN Persero dapat melakukan dalam kasus BUMN tersebut maka
keputusan bisnis berdasarkan cost and dengan asas-asas umum pertama UU
benefit analysis. Itu artinya, kerugian KN, UU BUMN dan UU PN dapat
bisa saja terjadi dan tidak merupakan mengesampingkan berlakunya UU
kesalahan, apalagi pelanggaran PTPK sepanjang mengenai konflik
hukum dengan keterkaitan merugikan penafsiran hukum tentang “keuangan
keuangan negara sebagai salah satu negara” dan “kerugian keuangan
unsur dari tindak pidana korupsi, negara”. Begitu pula halnya mengenai
sepanjang hal itu memberikan manfaat undang-undang manakah yang
bagi perusahaan. paling tepat diberlakukan sepanjang
2. Upaya mengatasi ketidaksinkronan terdapat ketentuan pidana dalam
regulasi terkait keuangan negara undang-undang khusus seperti UU
dalam lingkungan BUMN Persero guna KN, UU BUMN, dan UU PN terhadap
mewujudkan kepastian hukum adalah kasus yang melibatkan BUMN
dengan melalui fatwa Mahkamah sebagai subjek hukum. Sudah tentu
Agung nomor WKMA/Yud/20/ jawabannya sesuai dengan asas lex
VIII/2006 dan dikuatkan oleh putusan specialis systematic. Ketiga undang-
Mahkamah Konstitusi nomor 77/ undang tersebut di atas paling tepat
PUU-IX/2011. Sebagai kelanjutan dari didahulukan pemberlakuannya diban-
upaya mengatasi ketidaksinkronan dingkan dengan undang-undang
tersebut, peraturan perundang- pemberantasan tindak pidana korupsi.

Jurnal Wawasan Yuridika 33


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017
DAFTAR PUSTAKA Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/
PUU-IX/2011.
Agustinus F. Paskalino Dadi, Kepastian
Hukum Tentang Status Keuangan Negara Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48/
di Lingkungan BUMN Persero dan PUU-XI/2013.
Implikasinya Terhadap Masalah Kerugian
Negara dalam Penyelesaian Tindak Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/
Pidana Korupsi, Program Magister PUU-XI/2013.
Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, Fatwa Mahkamah Agung Nomor WKMA/
2011. Yud/20/VIII/2006.

Jan Remmelink, Hukum Pidana: Komentar


Atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda
dan Padanannya Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Indonesia,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2003.

Prasetio, Dilema BUMN: Benturan


Penerapan Business Judgment Rule (BJR)
dalam Keputusan Bisnis Direksi BUMN,
Rayyana Komunikasindo, Jakarta,
2014.

Romli Atmasasmita, Kapita Selekta Kejahatan


Bisnis dan Hukum Pidana, Buku 1, PT.
Fikahati Aneska, Jakarta, 2013.

Muladi, Ambiguitas Dalam Penerapan


Doktrin Hukum Pidana: Antara Doktrin
Ultimum Remedium dan Doktrin Primum
Remedium, Makasar 18 Maret 2013.
Diakses dari http://www.google.co.id
pada tanggal 13 Mei 2014.

Putusan Mahkamah Agung Nomor 2149


K/Pid.Sus/2011.

34 Jurnal Wawasan Yuridika


Vol. 1 | No. 1 | Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai