50
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
51
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
52
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
53
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
54
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
55
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
56
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
cara yang diatur dalam undang-undang ini diberi wewenang khusus oleh undang-
(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 undang untuk melakukan penyidikan.
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Penyidikan dalam proses Peradilan
Acara Pidana, Pasal 106 sampai Pasal 136) Pidana Indonesia diartikan sebagai
untuk mencari serta mengumpulkan bukti, serangkaian tindakan penyidik dalam hal
yang dengan bukti itu membuat terang dan menurut cara yang diatur dalam
tantang tindak pidana yang terjadi dan undang-undang ini untuk mencari serta
guna menemukan tersangkanya Sedangkan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
yang dimaksud dengan penyidik adalah membuat terang tentang tindak pidana yang
pejabat polisi Republik Indonesia atau terjadi dan guna menemukan tersangka.
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
Berdasarkan hasil penelitian, data perkara pencurian yang ditangani oleh Kepolisian
Republik Indonesia Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) Resor Mataram Bagian Reskrim :
(Tabel 1)
3. Ringan - - - -
5. Kendaraan bermotor :
57
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
58
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
sebagai penyidik tunggal untuk perkara- tersangka itu karena adanya tindakan yang
perkara yang dikatagorikan sebagai tindak “menyimpang” dari pegawai penyidik,
pidana umum. Dalam Pasal 6 Ayat (1) dengan sendirinya perkaranya dimungkin-
KUHAP dikatakan bahwa penyidik adalah kan pembatalannya, meskipun secara
pejabat polisi Negara RI (maupun pejabat faktual maupun yuridis menjurus pada
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kesalahan dari tersangka karena adanya
wewenang khusus oleh undang-undang). kesalahan dalam prosedur belaka 66.
Oleh karena itu, sejak berlakunya KUHAP, Dalam penerapannya bahwa dimuat-
kewenangan polisi sebagai penyidik nya sejumlah hak tersangka dalam KUHAP
tunggal mulai berlaku meskipun masih masih belum dapat terjamin bagi
terdapat pengecualian (Pasal 284 KUHAP) tersangka/terdakwa. Berdasarkan pengaku-
yang diakui secara legislatif terhadap an dari salah seorang tahanan dari beberapa
ketentuan-ketentuan khusus acara pidana banyak tahanan pada kasus pencurian yang
sebagaimana tersebut pada undang-undang bernama Alhadi Niringrat (21 tahun),
yang bersifat khusus pula. mengatakan bahwa 67 :
Dalam kaitan itu relevansi “Saat proses penyidikan berlangsung
“penyidikan” dengan HAM justru saya dicambuk, di pukul pada bagian
tersentralisasi pada hak tersangka di dalam seluruh tubuh sampai pingsan dengan
proses penyidikan itu sendiri. Polisi dalam menggunakan gangang senjata.
perkara tindak pidana umum sebagai Selain itu juga, saya diberi ancaman
penyidik tentunya akan menghormati hak- oleh penyidik”.
hak tersangka. Kedudukan tersangka dalam
sistem peradilan pidana di Indonesia
66
melalui KUHAP, telah secara legalitas Loebby Loqman (a), hlm.4. Menurut Prof.
Dr. Loebby loqman, S.H., adanya tindakan “menyimpang”
mendapatkan pengakuan hak-haknya
dari pejabat penyidik ini menimbulkan 2 pandangan yang
sebagaimana dimuat dalam Pasal 50 sampai berlainan. Satu pihak berpendapat bahwa tindakan yang
dengan Pasal 68 KUHAP yang dalam hal “menyimpang” dalam penyidikan terhadap tersangka
ini tidak ditemukan pada hukum acara akan membawa akibat bahwa perkara itu akan dibatalkan
dan tersangka akan dibebaskan, meskipun faktual ada
pidana yang lama (HIR). dugaan yuridis menjurus pada kesalahan tersangka.
Meskipun dengan demikian, apakah Sedangkan pada pihak lainnya berpendapat bahwa bagi
dengan dimuatnya sejumlah hak tersangka tersangka tidak dengan begitu saja dikesampingkan atau
dibebaskan, artinya tersangka tetap diajukan kehadapan
dalam KUHAP berarti telah terjamin pula pengadilan, sedangka tindakan yang “menyimpang” dari
bahwa hak-hak tersangka tersebut akan pejabat penyidik akan diberikan sanksi administrative
dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. terhadap dirinya.
67
Hasil wawancara dengan tahanan yang
Apabila tidak dapat dilaksanakan hak-hak bernama Alhadi Niringrat pada hari Kamis, Tanggal 17
Januari 2011, Pukul 09.00 - Selesai.
59
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
60
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
/terdakwa (hak dari tersangka untuk tidak Dinamika proses pidana termasuk di
mempersalahkan dirinya sendiri), Sebagai- dalamnya proses penyidikan, merupakan
mana tercermin secara tidak langsung dan antisipasi kearah mana proses pidana bagi
implicit sifatnya pada Pasal 66 KUHAP due process model, apabila segi efisien
(tersangka/terdakwa tidak dibebani yang menjadi sentralnya, yang ditakutkan
kewajiban pembuktian) dan Pasal 189 Ayat akan terjadi penyimpangan-penyimpangan
(3) KUHAP (keterangan terdakwa hanya di dalam pelaksanaan hukum acara pidana.
dapat dipergunakan bagi dirinya sendiri). Oleh karena itu, due process model lebih
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam menekankan pada penekanan pelaksanaan
hal ini tersangka maupun terdakwa aturan-aturan hukum yang ada dengan
sebagaimana tercermin pada Pasal 52 benar dan semestinya 72. Tindakan yang
KUHAP dan Pasal 117 KUHAP, haruslah menyimpang selama proses penyidikan
diartikan sedemikian rupa bahwa bukanlah sebagai suatu kejadian yang
keterangan yang diberikan oleh tersangka jarang ditemukan. Bahkan, sebaliknya hal
itu bersumber pada free will (kehendak itu merupakan metode yang dianggap
bebas) sehingga baik hakim maupun “wajar” oleh pejabat penyidik. Oleh karena
penyidik tidak diperkenankan untuk itu, realita yang ada dari due process model
mencari keterangan yang tidak diberikan menghendaki adanya suatu check point
secara bebas. Tidak dipenuhi persyaratan untuk setiap proses.
ini menimbulkan persoalan pembuktian
yang diperoleh secara tidak sah 70. 2. Proses Pemeriksaan pada tingkat
Pada negara-negara Anglo Saxon penuntutan
seperti halnya Amerika Serikat dan Inggris, Berdasarkan Pasal 1 butir 7 Kitab
suatu perolehan pembuktian secara tidak Undang-Undang Hukum Acara Pidana
sah berkaitan dengan Exclusionary Rules, tercantum definisi dari penuntutan adalah
yaitu suatu aturan yang berlaku umum tindakan penuntut untuk melimpahkan
berisikan larangan penggunaan alat-alat perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang
bukti yang diperoleh penyidik secara tidak berwenang dalam hal dan menurut cara
sah atau melanggar undang-undang 71.
61
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
yang diatur dalam undang-undang ini Kepala Kejaksaan Negeri setelah menerima
dengan permintaan supaya diperiksa dan berkas/hasil penyidikan dari penyidik,
diputus oleh hakim di sidang pengadilan. segera menunjuk salah seorang jaksa
Mengenai lengkap atau belum surat (Jaksa Penuntut Umum) untuk mempelajari
dakwaan yang menyertai berkas perkara , dan menelitinya yang kemudian atas hasil
menurut ketentuan Kitab Undang-Undang penelitiannya jaksa tersebut mengajukan
Hukum Acara Pidana Pasal 14 dan Pasal saran kepada Kejari antara lain:
138, memberikan kesempatan untuk a. Mengembalikan berkas perkara kepada
melakukan prapenuntutan agar surat penyidik karena teryata belum lengkap
dakwaan yang menyertai berkas perkara disertai petunjuk-petunjuk yang akan
menjadi lengkap. Meskipun undang-undang dilakukan penyidik. Hal ini oleh pasal
tidak mengatur lebih lanjut tentang fungsi 14 KUHAP disebut prapenuntutan;
prapenuntutan. Prapenuntutan adalah b. Melakukan penggabungan atau
tindakan Penuntut Umum untuk member pemisahan berkas;
petunjuk dalam rangka penyempurnaan c. Hasil penyidikan telah lengkap tetapi
oleh penyidik. tidak terdapat bukti cukup atau
Penuntut umum setelah menerima peristiwa tersebut bukan merupakan
hasil penyidikan dalam waktu tujuh hari tindak pidana dan selanjutnya
wajib memberitahukan tentang lengkap disarankan agar penyidikan dihentikan
atau belum berkas perkara dari hasil (SP3). Jika saran disetujui maka
penyidikan, dengan disertai petunjuk diterbitkan suatu ketetapan . Atas surat
tentang hal-hal yang perlu dilengkapi oleh ketetapan ini dapat diajukan pra-
penyidik menurut ketentuan Pasal 14 dan peradilan; dan
Pasal 138 Kitab Undang-Undang Hukum d. Hasil penyidikan telah lengkap dan
Acara Pidana (KUHAP). Ketentuan pasal- dapat diajukan ke Pengadilan Negeri.
pasal ini memberikan kesempatan untuk
melakukan pra penuntutan agar surat Pasal 137 KUHAP menentukan
dakwaan yang menyertai berkas perkara bahwa penuntut umum berwenang
menjadi lengkap, meskipun undang-undang melakukan penuntutan terhadap siapapun
tidak mengatur lebih lanjut tentang fungsi yang di dakwa melakukan suatu delik
prapununtutan. dalam daerah hukumnya dengan melim-
Prapenuntutan adalah tindakan pahkan perkara ke pengadilan yang
penuntut umum untuk member petunjuk berwenang mengadili.
dalam rangka penyerpunaan oleh penyidik. Mengenai kebijakan penuntutan,
Penuntut umum dalam hal ini Kejaksaan/ penuntut umumlah yang menentukan suatu
62
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
perkara hasil penyidikan apakah sudah cukup alat bukti untuk diteruskan ke
lengkap ataukah belum untuk dilimpahkan pengadilan. Asas Praduga Tak Bersalah
ke pengadilan negeri untuk diadili. Hal ini apabila terjadi tindakan-tindakan “menyim-
diatur dalam Pasal 139 KUHAP. pang” dari undang-undang kepada ter-
Jika menurut pertimbangan penuntut sangka/terdakwa pada tahap penyidikan hal
umum suatu perkara tidak cukup bukti ini tidak menjadi prioritas bagi jaksa
untuk diteruskan ke pengadilan, penuntut penuntut untuk mengeluarkan SP3. Seperti
umum membuat suatu ketetapan mengenai yang disampaikan oleh Hademan, SH.
hal itu (Pasal 140 ayat (2) butir a KUHAP). (KASI PIDUM), mengatakan 73 :
Isi surat ketetapan diberitahukan kepada “Apabila berkas dari penyidik sudah
tersangka dan bila ia ditahan, wajib lengkap dan diserahkan kepada kami,
dibebaskan (Pasal 140 ayat (2) butir b maka kami akan memprosesnya.
KUHAP). Selanjutnya, turunan ketetapan Dalam hal terjadi tindakan-tindakan
tersebut wajib disampaikan kepada yang menyimpang yang dilakukan
tersangka atau keluarga atau penasihat oleh penyidik kepada tersangka
hukum, pejabat rumah tahanan negara, dalam hal meminta keterangan
penyidik dan hakim (Pasal 140 ayat (2) terhadap kasus yang dikenakan
butir c KUHAP). Surat ketetapan tersebut kepadanya, kami mengakui ke-
biasanya disebut Surat Perintah colongan dalam hal tersebut. Hal
Penghentian Penuntutan (SP3). yang menjadi prioritas kami dalam
Perlu diperhatikan ialah ketentuan mengeluarkan SP3 adalah tidak
bahwa jika kemudian teryata ada alasan cukupnya alat bukti dan berkas yang
atau bukti baru untuk menuntut kembali kurang lengkap”.
perkara yang telah dikesampingkan karena
kurang bukti, penuntut umum dapat Kejaksaan hanya dapat menilai
menuntut tersangka (Pasal 140 ayat (2) bahwa penyidikan yang dilakukan secara
butir d KUHAP). Dari ketentuan ini dapat torture ini sangat bertentangan dengan asas
ditarik kesimpulan bahwa ketetapan Presumption of Innocence, bahkan diang-
penuntut umum untuk mengenyampingkan gap tidak sejalan dengan prinsip non self
suatu perkara (yang tidak berdasarkan asas incrimination dari tersangka.
oportunitas), tidak berlaku asas nebis in
idem.
Mengenai Surat Perintah Penghenti-
an Penuntutan (SP3) dalam tahap 73
Hasil wawancara bersama KASI PIDUM,
penuntutan hanya didasarkan pada tidak Bapak Hademan, SH., Pada hari Senin, Tanggal 14 Januari
2011.
63
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
64
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
terdakwa untuk meringankan terdakwa itu dalam garis lurus ke atas atau ke
sendiri tidak di hadirkan. Hal ini bawah;
berdasarkan keterangan oleh salah satu b. Saudara sekandung atau ipar atau
tahanan pengadilan yakni yang bernama keluarga karena kelahiran atau
Jihan alias Konjir, bahwa : karena perkawinan dalam garis
“Sewaktu pemeriksaan oleh penyi- ke samping sampai tingkat ketiga
dikan saya dipaksa untuk mengakui terhadap terdakwa atau kawan
perbuatan yang tidak saya lakukan. terdakwa dalam suatu perkara
Dalam hal saksi padahal saya pidana; dan
mempunyai saksi akan tetapi tidak c. Suami atau istri terdakwa.
diberikan oleh penyidik. Sehingga
dalam pemeriksaan di pengadilan Orang-orang tersebut dapat di dengar
saksi saya tidak dihadirkan sama keterangannya di luar sumpah. Selain itu,
sekali” 74. ada golongan orang yang boleh memohon
diberikan kebebasan dalam memberikan
Dalam hal ini peneliti menilai bahwa keterangan sebagai saksi yaitu orang-orang
adanya penyimpangan terhadap perkara ini. yang dalam pekerjaannya atau jabatannya
Seharunya hakim pengadilan dalam perkara diwajibkan menyimpan rahasia (Pasal 170
ini harus memperhatikan udang-udang KUHAP), seperti dokter dan notaries.
yang berlaku, dimana dalam Kitab Undang- Orang-orang yang dilarang sama sekali
Undang Hukum Acara sudah sangat jelas sebagai saksi (Pasal 171 KUHAP) yaitu
mengatakan bahwa hakim dapat meme- anak di bawah umur (belum 15 tahun) dan
rintahkan supaya saksi dibawa ke sidang orang gila, meski kadang-kadang
dengan kekuasaan atau bila perlu dengan ingatannya terang.
paksaan melalui kepolisian. 2). Keterangan ahli
Orang-orang yang tidak boleh men- Pasal 186 KUHAP menyatakan
jadi saksi dengan disumpah, kecuali bahwa keterangan seorang saksi ahli adalah
dengan persetujuan jaksa atau pembela apa yang seorang ahli nyatakan dalam
(Pasal 186 KUHAP) antara lain : siding pengadilan. Keterangan sorang ahli
a. Keluarga dari kelahiran atau dapat pula diberikan pada waktu per-
keluarga karena perkawinan sidangan oleh penyidik atau penuntut
umum yang dituangkan dalam suatu bentuk
laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah di waktu ia menerima jabatan atau
74
Hasil wawancara bersama terdakwa yang pekerjaan (Penjelasan Pasal 186 KUHAP).
bernama Jihan alias Konjir, di LP Mataram, Pada Tanggal
17 Januari 2011.
65
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
Dalam Kitab Undang-Undang alat bukti dan inovasi dalam hukum acara
Hukum Acara Pidana dibedakan keterangan pidana, karena menurut van Bermmelen,
seorang ahli di persidangan sebagai alat petunjuk (aanwijzing) sebagai alat bukti
bukti keterangan ahli secara tertulis di luar tidak ada artinya.
sidang pengadilan sebagai alat bukti surat Pasal 188 ayat 1 Kitab Undang-
(Pasal 187 butir c KUHAP). Contohnya Undang Hukum Acara Pidana member
ialah visum et repertum yang dibuat oleh definisi petunjuk sebagai berikut 75 :
dokter. “Petunjuk adalah perbuatan, kejadian
3). Surat atau keadaan, yang karena
Tentang alat bukti surat diatur dalam persesuaiannya, baik antara yang
Pasal 187 KUHAP. Dalam pasal tersebut satu dengan yang lain, maupun
ada beberapa hal yang tidak dijelaskan, dengan tindak pidana itu sendiri,
antara lain tentang hubungan alat bukti menandakan bahwa telah terjadi
surat dalam hukum perdata dan hukum suatu tindak pidana dan siapa
pidana. Dalam hal ini, kepada hakimlah pelakunya”.
diminta keterangan dalam mempertim-
bangkan bukti berupa surat. Hanya alat Isi pasal tersebut tidaklah jelas
bukti surat berupa akta otentiklah yang mengenai perbuatan apa, kejadian apa,
dapat dipertimbangkan, seperti surat ataupun perbuatan apa. Pasal 188 ayat 3
dibawah tangan seperti dalam hukum KUHAP menyatakan bahwa penilaan atas
perdata tidak dipakai lagi dalam hukum kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk
acara pidana. Namun, surat bukti dibawah dalam setipa keadaan tentu dilakukan oleh
tangan masih mempunyai nilai jika ada hakim dengan arif dan bijaksana, setelah
hubungannya dengan isi alat pembuktian mengadakan pemeriksaan dengan cermat
yang lalu. dan seksama berdasarkan hati nuraninya.
Definisi surat menurut Assernema Jadi, tercermin bahwa pada akhirnya
adalah sebagai berikut : persoalan diserahkan kepada hakim, sama
“Surat-surat ialah segala sesuatu dengan pengamatan hakim sebagai alat
yang mengandung tanda-tanda baca bukti (seperti dalam Undang-Undang
yang dapat dimengerti, dimaksud Nomor 1 Tahun 1950).
untuk mengeluarkkan isi pikiran”. 5). Keterangan terdakwa
4). Alat Bukti Petunjuk Pengakuan terdakwa di muka hakim
Dalam undang-undang Mahkamah tidak cukup untuk menjatuhkan suatu
Agung Nomor 1 Tahun 1950 tidak dikenal
75
atau dihapuskan tentang petunjuk sebagai Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, Pasal 188 Ayat (1).
66
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
76
Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, Pasal 183.
67
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
Negeri tidak memuaskan, kemudian satu pasal pun secara tegas mewajibkan
mengajukan kasasi apabila putusan aparat penyidik untuk segera membe-
Pengadilan Tinggi juga tidak memuaskan. ritahukan hak-haknya kepada tersangka/
Apabila upaya hukum kasasi sudah diputus terdakwa, termasuk haknya untuk
oleh Mahkamah Agung, putusan hakim mendapatkan bantuan hukum dan/atau
tersebut sudah mempunyai kekuatan hukum didampingi penasihat hukum. Hal ini dapa
tetap dan sudah dilaksanakan. dilihat dari hasil penelitian bersama salah
Mengenai upaya hukum luar biasa, satu tahanan yang bernama Sanusi,
berdasarkan pengalaman bahwa pasal 263 mengatakan bahwa 78 :
tentang Peninjauan Kembali (PK), hanya “dalam hal pemberian penasihat
boleh diajukan oleh terpidana atau ahli hukum kepada saya, sama sekali saya
warisnya. merasa tidak ada yang mendam-
Berdasarkan penelitian bahwa tidak pingi”.
ada upaya hukum yang dilakukan oleh Berdasarkan peryataan Hademan,
terdakwa yang sudah diputus oleh SH. (KASI PIDUM) Kejaksaan Negeri
Pengadilan pada tingkat pertama. Semua mataram, menyatakan bahwa 79 :
terdakwa menerima putusan pengadilan “Apabila seorang tersangka/terdakwa
pada tingkat pertama walaupun mereka tidak di damping oleh pengacara
merasa kurang adil dalam menerapkan yang syaratnya berdasarkan keten-
aturan yang berlaku. tuan Undang-Undang, maka per-
Dalam sela wawancara terdakwa di karanya batal demi hukum”.
LP Mataram, ada sedikit yang disampaikan
oleh seorang napi yang bernama Edi Peneliti menilai disini bahwa adanya
Barulloh, bahwa 77 : rekayasa perkara tindak pidana yang
“Hukum hanya diberlakukan kepada dilakukan terhadap Sanusi oleh penyidik.
orang-orang kecil saja, sedangkan Selain itu juga, terhadap perkara-perkara
bagi orang-orang kaya atau berdasi, tindak pidana umum khususnya tindak
hukum tidak diberlakukan”. pidana pencurian yang terjadi yakni masih
ada penyimpangan terhadap asas praduga
Berkaitan dengan masalah bantuan tak bersalah ini.
hukum, hal penting yang dapat di- Dalam pasal 56 ayat 1 Kitab
kemukakan adalah bahwa di dalam BAB VI Undang-Undang Hukum Acara Pidana
mengenai Tersangka/Terdakwa tidak ada
78
Wawancara Bersama salah seorang
77
Pengakuan dari salah seorang NAPI kasus terdakwa kasus pencurian yang bernama Sanusi.
79
pencurian di LP Mataram, Pada Tanggal 17 Januari 2011. Wawancara Bersama Hademan, SH., Op.cit.
68
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
meski mengandung kelemahan telah diatur yang disidik untuk memberikan jawaban.
mengenai masalah bantuan hukum. Yang Bila ada pejabat yang lalai, terhadap
menjadi dasar kelemahan pasal ini adalah : pejabat tersebut harus dikenakan sanksi
1. Tentang kemampuan seseorang dan berita acara yang dihasilkan dari
untuk memaksa, apakah dirinya proses penyidikan atau pemeriksaan itu
mampu menyediakan penasihat harus dinyatakan batal demi hukum.
hukum; dan
2. Tidak ada konsekuensi ataupun B. Faktor-faktor yang menghambat
sanksi, apabila ketentuan pasal 56 penerapan asas praduga tak bersalah
ayat 1 itu diabaikan. pada sistem peradilan pidana
Sebagai bahan rekomendasi terhadap
Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pandangan check and balance,
Acara Pidana (RKUHAP) sebagai pemisahan kekuasaan, kebebasan atau
pembaharuan hukum acara pidana, independensi peradilan, due process of law,
seharusnya diganti dengan rumusan yang yang merupakan landasan vital dan
lebih tegas, sehingga menjadi 80 : rechtstaat (negara hukum) belum dibahas
“Seseorang yang tidak mempunyai secara mendalam oleh pihak-pihak yang
penasihat hukum, maka pejabat kompeten sehingga belum ada penye-
yang bersangkutan pada semua lesaiannya yang konkret. Hal ini
tingkat pemeriksaan wajib me- menyebabkan jaminan dan perlindungan
nunjuk penasihat hukum bagi hak asasi tersangka dan terdakwa meng-
mereka”. hadapi situasi yang kurang mengun-
tungkan, walaupun berbagai perbaikan
Pada banyak kasus penasihat hukum sudah dibuat melalui peraturan-peraturan
tidak bisa melakukan tindakan apapun baru, antara lain Undang-Undang Nomor 8
dalm perkara tindak pidana pencurian, Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
kendati ia mengetahui bahwa proses Hukum Acara Pidana. Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan terhadap penelitian terhadap pasal-pasal dalam
kliennya bertentangan dengan ketentuan KUHAP serta peraturan pelaksanaannya,
prosedural. Misalnya, pertanyaan dari teryata secara yuridis masih belum
penyidik bersifat menjebak, sudestif dan menunjuang kearah penerapan Asas
tidak memberi keleluasaan pada orang Praduga Tak Bersalah (APTB) secara
harmonis.
80 Kurang efektifnya pengembangan
Usulan terhadap Rancangan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana dalam hal bantuan hukum kualitas sistem pengawasan dan kontrol
bagi tersangka/terdakwa.
69
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
70
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
pelaksanaannya harus sesuai dengan makna supaya tidak tumpang tundih dalam
dari persamaan kedudukan dalam hukum. pelaksanaannya.
Artinya, harus berlaku bagi semua pelaku Pelanggaran-pelanggaran tehadap
tindak pidana, tidak ada perbedaan atau formalitas-formalitas hukum acara harus
pengecualian serta harus disertai dengan dinyatakan sebagai perbuatan melawan
sanksi yang tegas dan jelas apabila terjadi hukum dengan akibat batalnya suatu
pelanggaran HAM oleh petugas penegak tindakan pejabat yang bersangkutan demi
hukum. Aturan-aturan atau pasal-pasal hukum. Pelanggaran-pelanggaran terhadap
yang harus direvisi dan disempurnakan, hukum acara bersifat materiel dan
yaitu : fundamental. Dalam hal ini mengenai
a. Berkaitan dengan masalah dasar-dasar penangkapan dan penahanan,
bantuan hukum (Pasal 54 sampai mengenai hak-hak asasi tersangka/
dengan pasal 56); terdakwa, hak-hak untuk kepentingan
b. Sistem pemeriksaan (Pasal 1 ayat pembelaan, larangan melakukan tekanan
2, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 21, terhadap tersangka dan terdakwa untuk
Pasal 77 jo. Pasal 107); menjawab pertanyaan, serta larangan bagi
c. Sistem pembuktian (Pasal 66 jo. perbuatan melawan hukum lainnya harus
Pasal 183); lebih tegas diatur dalam Undang-Undang
d. Peninjauan Kembali, ganti Nomor 8 Tahun 1981, dengan akibat
kerugian dan rehabilitasi (Pasal batalnya seluruh pemeriksaan atau suatu
95, Pasal 98); dan bagian dan pemeriksaan yang ber-
e. Lembaga praperadilan (Pasal 77 sangkutan. Berkaitan dengan itu, sebaiknya
sampai dengan 83). untuk menjamin penerapan Asas Praduga
Pelaksanaan proses peradilan pidana Tak Bersalah harus digunakan sistem
yang dilaksanakan oleh hukum pidana pemeriksaan akuisitor yang menjamin
formal, tidak dapat dipisahkan dari peranan setiap HAM setiap tersangka dan terdakwa
hukum pidana materiel, yaitu Kitab tanpa perbedaan.
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Perlu ditingkatkan pengawasan
Seperti diketahui bahwa undang-undang vertikal dan horizontal pada semua tingkat
pidana materiel yaitu KUHP baru belum pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan
diundangkan sampai sekarang, alangkah dalam Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang
sempurnanya apabila sebelum KUHAP Tentang Kejaksaan RI, Undang-Undang
yang baru diundangkan, KUHP baru Nomor 5 Tahun 1991 supaya diterapkan
terlebih dahulu harus sudah diberlakukan, dalam Peraturan Pelaksanaan KUHAP.
71
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
72
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
bisa berkualitas, adil dan benar dengan 1. Dalam penerapan asas praduga tak
beberapa cara, yaitu : bersalah terhadap perkara dalam
a. Pengawasan secara vertikal dan praktek penanganan tindak pidana
horizontal harus ditingkatkan terhadap pencurian dalam sistem peradilan
lembaga pengadilan, mulai dari pidana di Kota Mataram masih
penyidikan, penuntutan dan persi- ditemukan adanya tindakan-tindakan
dangan, dilaksanakan dengan efektif yang menyimpang dari undang-undang.
dan proporsional dengan memper- Tindakan tersebut dapat berupa ke-
hatikan etika hukum. kerasan fisik maupun psikis para
b. Dilakukan peningkatan kualitas dan tersangka pencurian. Tindakan-
kuantitas tenaga penegak hukum yang tindakan menyimpang tersebut hanya
proporsional sehingga memenuhi ditemukan pada tingkat pemeriksaan
persyaratan sumber daya manusia yang penyidik, sedangkan pada tingkat
mampu melaksanakan dan mewujudkan pemeriksaan lainnya, baik itu tingkat
proses pradilan pidana yang sesuai penuntutan dan tingkat pemeriksaan di
dengan kepastian hukum, adil dan pengadilan tidak ditemukan tindakan
benar, artinya memperhatikan asas yang melanggar asas ini, yakni Asas
kapastian hukum di satu pihak dan atas Praduga Tak Bersalah (APTB).
keadilan di lain pihak. 2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
c. Putusan-putusan pengadilan harus pasal-pasal dalam KUHAP serta
dapat memberika kepuasan kepada peraturan pelaksanaannya, teryata
masyarakat, tidak ada rekayasa, tidak secara yuridis masih belum
ada mafia peradilan, pada akhirnya menunjuang kearah penerapan Asas
masyarakat percaya pada pengadilan, Praduga Tak Bersalah (APTB) secara
sehingga tidak melakukan main hakim harmonis. Hal ini menyebabkan
sendiri. jaminan dan perlindungan hak asasi
tersangka dan terdakwa menghadapi
BAB III situasi yang kurang menguntungkan.
PENUTUP
B. Saran
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan dan hasil 1. Agar Kitab Undang-Undang Hukum
penelitian di atas, dapat disimpulkan Acara Pidana (KUHAP) dapat
bahwa : dilakukan perbaikan terhadap pasal-
pasalnya, agar perlindungan/ jaminan
73
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Bagir Manan, Aktualisasi Hak Asasi Marwan Efendi, Dalam Upaya Merespon
Manusia di Indonesia, Diskusi Kebijakan Kejaksaan RI Tentang
Panel, Menyongsong Abad ke-21 Peningkatan Penanganan Perkara
Sebagai Abad Hak Asasi Manusia, Tindak Pidana Korupsi, Media
PAHAM, 1998. Hukum, Edisi Vol.8 No.8,
PT.Persaja, (Jakarta:2003).
Erman Rajagukguk, Perlu Pembaharuan
Hukum dan Profesi Hukum, Pidato Nico Keijzer, Presumtion of Innocence,
Pengukuhan Sebagai Guru Besar terjemahan, Majalah Hukum
Hukum, Suara Pembaharuan. Triwulan Unpar, Bandung, 1997.
74
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________
75