Anda di halaman 1dari 26

________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

PENERAPAN ASAS PRADUGA TAK BERSALAH


DALAM PRAKTEK PENANGANAN
TINDAK PIDANA PENCURIAN
(STUDI KASUS DI KOTA MATARAM)
Oleh :Rangga Sasmita ,SH

BAB I Berkaitan dengan pernyataan


PENDAHULUAN tersebut, khusus mengenai butir 2, adanya
A. Latar Belakang jaminan terhadap Hak Asasi Manusia
Negara Republik Indonesia adalah (HAM), dapat diartikan bahwa dalam
negara hukum berdasarkan Pancasila dan setiap konstitusi selalu ditemukan adanya
Undang-Undang Dasar 1945, yang men- jaminan terhadap hak asasi manusia (warga
junjung tinggi hak asasi manusia serta yag negara).
menjamin segala hak warga negara Pengaturan dan penegakan HAM di
bersamaan kedudukannya dalam hukum dalam negara hukum mutlak diperlukan
dan pemerintahan itu dengan tidak ada khususnya di Indonesia. Selain itu,
kecualinya. Suatu negara hukum menurut menurut Soerjono Soekanto perlu pula
Sri Soemantri 47, harus memenuhi beberapa ditingkatkan kesadaran hukum dalam
unsur, yaitu : masyarakat sehingga masing-masing ang-
1. Pemerintah dalam melaksanakan tugas gotanya menghayati hak dan kewajibanya,
dan kewajibannya harus berdasarkan serta secara tidak langsung meningkatkan
atas hukum atau peraturan perundang- pembinaan sikap para pelaksana penegak
undangan; hukum ke arah tegaknya hukum, keadilan
2. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi dan perlindungan terhadap harkat dan
manusia (warga negara); martabat manusia, ketertiban serta
3. Adanya pembagian kekuasaan dalam kepastian hukum sesuai Undang-Undang
negara; dan Dasar 1945 48.
4. Adanya pengawasan dari badan-badan
peradilan. 48
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 113. Bandingkan
pula dengan Bagir Manan, dalam Perspektif Lembaga
47
Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum Tata Penegakan Hukum Pada pelita VII, Makalah Sarasehan
Negara Indonesia, Alumni, Bandung, 1992, hlm.29. Hukum Perspektif Lembaga Hukum (Posisi dan Peran

50
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

Penegakan hukum dan pelaksanaan Dalam pengkajian mengenai asas


hukum di Indonesia masih jauh dari tersebut masih sesuai dengan landasan
sempurna. Kelemahan utama bukan pada hidup bangsa Indonesia, umpamanya asas
sistem hukum dan produk hukum, tetapi hukum dalam hukum pidana/hukum acara
pada penegakan hukum. Harapan ma- pidana, asas hukum di dalam hukum
syarakat untuk memperoleh jaminan dan administrasi dan lain sebagainya 51.
kepastian hukum masih sangat terbatas. Sehubungan dengan masalah tersebut,
Penegakan dan pelaksanaan hukum belum Romli Atmasasmita menyatakan bahwa
berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip unsur mutlak dalam hukum adalah asas dan
keadilan dan kebenaran 49. kaidah. Kekuatan jiwa hukum terletak pada
Sehubungan dengan hal tersebut, dua unsur tersebut, bahwa unsur asas
selama diberlakukannya Undang-Undang hukum merupakan jantung pertahanan
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab hidup hukum dalam masyarakat. Semakin
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dipertahankan asas hukum, semakin kuat
yang merupakan aturan dalam proses dan bermakna kehidupan dan pelaksanaan
peradilan pidana atau proses penegakan hukum dalam masyarakat. Sebaliknya,
hukum pidana, teryata masih banyak terjadi semakin diingkari penegakan asas hukum
kekurangan-kekurangan. Undang-Undang pidana terhadap perbuatan yang merugikan
tersebut dirasakan belum dapat mengako- atau membahayakan anggota masyarakat
modasikan harapan para pencari keadilan, dan semakin ditinggalkan atau diabaikan
terutama mengenai penerapan Asas asas hukum pidana dalam praktik, hukum
Praduga Tak Bersalah yang merupakan pidana seakan “hidup tak mau, matipun
asas hukum yang penting dalam proses enggan” 52.
peradilan pidana. Dalam hal ini asas yang Adanya jaminan terhadap Hak Asasi
paling pokok 50 dari prosedur peradilan Manusia (HAM), dapat diartikan bahwa
pidana adalah Asas Praduga Tak Bersalah dalam setiap konstitusi selalu ditemukan
(APTB). adanya jaminan terhadap hak asasi manusia
(warga negara). Hal ini juga terdapat dalam
Undang-Undang Dasar 1945, dalam
beberapa pasalnya yang mengatur
Aparatur serta Sarana Prasarana Hukum) Pada Pelita VII, mengenai HAM. Salah satunya ialah pasal
Polda Jabar, Bandung, 1996.
49
Erman Rajagukguk, Perlu Pembaharuan 27 ayat (1) yang diimplementasikan dalam
Hukum dan Profesi Hukum, Pidato Pengukuhan Sebagai
51
Guru Besar Hukum, Suara Pembaharuan, hlm.11. Loebby Loqman, Perspektif Pembangunan
50
Nico Keijzer, Presumtion of Innocence, Hukum Pada Pelita VII, 1977, hal.3.
52
terjemahan, Majalah Hukum Triwulan Unpar, Bandung, Romli Atmasasmita, Artikel Terobosan
1997, hlm.2. Dalam Hukum, Pikiran Rakyat, 29 Juli 1997, Hal.2.

51
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

proses peradilan pidana sebagai Asas yang menyatakan kesalahannya dan


Praduga Tak Bersalah (APTB) yang diatur memperoleh kekuatan hukum tetap”.
dalam Pasal 8 (1) Undang-Undang Nomor Dalam menjalankan hak dan
48 Tahun 2009 Tentang Kehakiman, yakni kebebasannya setiap orang tunduk kepada
bahwa 53 : pembatasan yang ditetapkan dengan
“Setiap orang yang disangka, undang-undang dengan maksud semata-
ditangkap, ditahan, dituntut, atau mata untuk menjamin pengakuan serta
dihadapkan di depan pengadilan pengakuan atas hak dan kebebasan orang
wajib dianggap tidak bersalah se- lain untuk memenuhi tuntutan yang adil
belum ada putusan pengadilan sesuai dengan pertimbangan moral, nilai
yang menyatakan kesalahannya agama, keamanan dan ketertiban umum
dan telah memperoleh kekuatan dalam suatu demokratis.
hukum tetap”. Berdasarkan ketentuan diatas
Selain dari ketentuan dalam Pasal 8 menunjukkan bahwa pentingnya Asas
(1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun Praduga Tak Bersalah (APTB) dalam
2009, terdapat pula secara tersirat di dalam proses peradilan pidana. Sehubungan
pasal 66 Undang-Undang Nomor 8 Tahun dengan hal tersebut, maka dipandang
1981 Tentang Kitab Undang-Undang penting untuk melakukan penelitian dan
Hukum Acara Pidana. Selain itu, di dalam penelaan secara mendalam tentang
penjelasan umum Undang-Undang kebijakan aplikasinya terhadap penerapan
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 asas praduga tak bersalah dalam praktek
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum penanganan tindak pidana pencurian dalam
Acara Pidana butir 3 huruf c secara tegas sistem peradilan pidana di Kota Mataram
dinyatakan tentang Asas Praduga Tak dan faktor-faktor apa saja yang meng-
Bersalah, bahwa 54 : hambat penerapan asas praduga tak
“Setiap orang yang disangka, bersalah pada sistem peradilan pidana
ditangkap, ditahan, dituntut dan atau tersebut.
dihadapkan di muka sidang peng-
adilan, wajib dianggap tidak bersalah B. Rumusan Masalah
sampai adanya putusan pengadilan Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
53 1. Bagaimana kebijakan aplikasi terhadap
Lihat Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Pasal 8. penerapan asas praduga tak bersalah
54
Lihat Penjelasan Umum, Undang-Undang dalam praktek penanganan tindak
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.

52
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

pidana pencurian dalam sistem aplikasi terhadap penerapan asas praduga


peradilan pidana di Kota Mataram ? tak bersalah dalam praktek penanganan
2. Apakah faktor-faktor yang menghambat tindak pidana pencurian dalam sistem
penerapan asas praduga tak bersalah peradilan pidana di Kota Mataram dan
pada sistem peradilan pidana tersebut ? faktor-faktor yang menghambat penerapan
asas praduga tak bersalah pada sistem
C. Metode Pendekatan peradilan pidana tersebut.
Dalam membahas permasa-lahan
sebagaimana tersebut diatas dan untuk C.3. Sumber dan Jenis Data
mendapatkan data yang benar dalam Sumber dan jenis data yang di-
penyusunan proposal penelitian tesis ini, lakukan dalam penulisan proposal
serta guna memperoleh suatu gambaran penelitian tesis ini ada 2 (dua) macam,
yang nyata dari hal-hal yang terkandung yaitu :
dalam penulisan ini. Maka peneliti dalam 1. Data Sekunder, adalah data yang di-
penulisan ini menggunakan metode peroleh dari penelitian kepustakaan
penelitian sebagai berikut : dengan menggunakan teknik studi
pustaka 55. Di dalam penelitian hukum,
C.1. Metode Penelitian bahan hukum sekunder ini mencangkup
Metode penulisan ini menggunakan :
jenis penelitian yuridis-empiris yaitu a. Bahan Hukum Primer, bahan-bahan
penelitian yang lebih ditekankan pada hukum yang mengikat 56 yaitu :
penerapan hukum di lapangan, sehingga 1) Kitab Undang-Undang Hukum
akan lebih banyak disadarkan pada pe- Pidana (KUHP), Pasal 362 sampai
ngumpulan data lapangan dengan maksud dengan Pasal 367.
untuk mengkonstruksikan kenyataan de- 2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
ngan penerapan hukumnya. 1981 Tentang Hukum Acara Pidana,
Pasal 66.
C.2. Lingkup Penelitian 3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun
Untuk menjaga agar tidak me- 2009 Tentang Kekuasaan Keha-
nimbulkan penafsiran yang terlalu luas dan kiman, Pasal 8 Ayat (1).
untuk terarahnya di dalam melakukan
penulisan proposal penelitian tesis ini,
55
maka diperlukan pembatasan ruang lingkup Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
penulisan yaitu penulisan yang Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat, Ed
I, Cet.11, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2009,
dititikberatkan pada masalah kebijakan hlm.12.
56
Ibid, Hal.10.

53
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun atau para ahli hukum yang berkaitan


1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dengan penulisan tesis ini.
Pasal 18 Ayat (1).
5) Universal Declaration of Human C.5. Analisis Data
Right (UDHR) 1948, Pasal 11 Ayat Dalam tesis ini digunakan analisa sebagai
(1). berikut :
6) International Covenant on Civil and a. Analisa Deskriptif
Political Right (ICCPR) 1966, Pasal Menganalisa hasil penelitian dengan
14 Ayat (2). mengunakan hubungan antara hasil
b. Bahan Hukum Sekunder, yang penelitian yang diperoleh kemudian
memberikan penjelasan mengenai menguraikan dan memberikan gambaran
bahan hukum primer yaitu yang terhadap data yang ada kemudian di-
meliputi buku-buku tentang asas hubungkan dengan permasalahan yang
praduga tak bersalah. diangkat.
b. Analisa Induktif
2. Data Primer, yaitu bahan hukum Memilah data dalam bentuk
yang diperoleh langsung dari keterangan yang diberikan oleh responden
masyarakat, 57yakni data yang di- dan informan yang selanjutnya dihubung-
peroleh melalui sumber bahan kan dengan peraturan perundang-undangan,
hukum secara langsung dengan pendapat para sarjana dan bahan lain yang
pihak-pihak yang berkaitan. berkaitan dengan permasalahan yang
diangkat sehingga merupakan suatu
C.4. Teknik dan Alat Pengum-pulan kesimpulan yang berupa peryataan.
Data
Dalam pengumpulan data lapangan BAB II
dilakukan dengan cara mengadakan PEMBAHASAN
wawancara (interview) secara langsung
dengan para pihak yang berhubungan A. Kebijakan aplikasi terhadap pene-
dengan proposal tesis ini dan informan lain rapan asas praduga tak bersalah
yang dibutuhkan. Sedangkan, data dalam praktek penanganan tindak
kepustakaan dilakukan dengan cara pidana pencurian dalam sistem
membaca buku-buku karangan para sarjana peradilan pidana di Kota Mataram
Dalam penerapan Asas Praduga Tak
Bersalah berarti kita membicarakan
57 bagaimana penerapan asas tersebut dalam
Opcit.

54
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

proses pemeriksaan, baik proses pe- Pendapat lainnya dengan peryataan


meriksaan pada tahap penyelidikan yang dari Dr. Marwan Efendi 60 bahwa hukum
dilakukan penyelidik, penuntutan yang di- bukanlah apa yang tertulis dengan indah
laksanakan oleh jaksa penuntut umum serta dalam undang-undang, melainkan apa yang
hingga proses pemeriksaan di persidangan di-lakukan oleh aparat penegak hukum.
oleh hakim, dimana pada putusan Artinya disini bahwa, penegak hukumlah
pengadilan harus mempunyai kekuatan yang membuat keindahan dari aturan yang
hukum yang tetap. tertulis dalam undang-undang, dengan
Makna yang terkandung dalam asas menjalankan undang-undang sesuai dengan
praduga tak bersalah sebagai asas utama aturan yang berlaku. Misalkan dengan
perlindungan hak warga negara melalui menjalankan proses pemeriksaan baik pada
proses hukum yang adil (due process of proses pemeriksaan penyidikan, penun-
law), yang mencangkup sekurang- tutan, hingga pemeriksaan di pengadilan,
kurangnya : serta memberikan hak-hak tersangka
1. Perlindungan terhadap tindakan /terdakwa sebagaimana yang telah diatur
sewenang-wenangnya dari pejabat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
negara; 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
2. Bahwa pengadilanlah yang berhak Hukum Acara Pidana, Pasal 50 sampai
menentukan salah tidaknya terdakwa; dengan Pasal 68.
3. Bahwa sidang pengadilan harus terbuka Tujuan proses pemeriksaan perkara
(tidak boleh bersifat rahasia); dan pidana yang paling penting adalah mencari
4. Bahwa tersangka dan terdakwa harus kebenaran materiel untuk menentukan
diberikan jaminan-jaminan untuk dapat seseorang tersangka/terdakwa bersalah,
membela diri sepenuh-penuhnya 58. sehingga mendapat putusan yang seadil-
Pendapat tersebut sesuai dengan adilnya. Walaupun seseorang diduga
peryataan dari Bagir Manan 59 bahwa melakukan tindak pidana dengan adanya
diharapkan badan-badan penegak hukum bukti-bukti permulaan, di dalam peme-
akan menjadi simbol yang kuat untuk riksaan pada tingkat penyidikan dan
menjamin, melindungi dan menghormati pengadilan harus dihargai hak asasinya.
hak asasi manusia. Mereka mempunyai hak untuk membela
diri, memberi keterangan dengan sebebas-
58
Komariah E. Sapardjaja, Konsep Dasar Hak
Asasi Manusia, Diterjemahkan Hasanuddin, 1987,
60
Hal.284. Marwan Efendi, Dalam Upaya Merespon
59
Bagir Manan, Aktualisasi Hak Asasi Kebijakan Kejaksaan RI Tentang Peningkatan
Manusia di Indonesia, Diskusi Panel, Menyongsong Abad Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi, Media
ke-21 Sebagai Abad Hak Asasi Manusia, PAHAM, 1998. Hukum, Edisi Vol.8 No.8, PT.Persaja, (Jakarta:2003).

55
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

bebasnya tanpa adanya tekanan-tekanan, melalui undang-undang maupun putusan


kekerasan atau penyiksaan 61. pengadilan (yurisprudensi) maupun cara-
Tujuan utama hukum acara pidana cara yang baik dalam penegakan hukum
adalah melakukan proses hukum yang adil adalah bagian dari pemahaman yang benar
untuk mencapai kebenaran materiel. tentang due process of law yang salah satu
Mendengar keterangan tersangka / ter- unsurnya adalah setiap tersangka/terdakwa
dakwa, penasehat hukum dalam pembelaan, harus diberikan jaminan-jaminan untuk
pembuktian dan pengadilan yang adil serta dapat membela diri sepenuh-penuhnya
tidak memihak 62. Sehubungan dengan hal dalam rangka menegakkan Asas Praduga
tersebut, Wirjono Prodjodikoro ber- Tak Bersalah (APTB).
pendapat : Berkaitan dengan penerapan asas
“… bahwa tujuan dari hukum acara praduga tak bersalah dalam praktek
pidana ialah untuk mencari kebenaran penanganan tindak pidana pencurian,
yang materiel serta mencari dan peneliti akan menjelaskan hasil penelitian
mewujudkan ke seimbangan antara dan wawancara dengan informan / nara
kepentingan hukum individu dan sumber yang bersangkutan, baik dalam
kepentingan hukum masyarakat. Me- tingkat penyelidikan, penuntutan dan
nurut beliau bahwa kepentingan hukum pemeriksaan di persidangan hingga upaya
dari individu dalam hal ini ialah pihak hukum yang dilakukan oleh ter-
yang menerima tindakan penangkapan sangka/terdakwa.
serta penahanan atas tersangka harus
diperhatikan serta harus dilindungi, 1. Proses pemeriksaan pada tingkat
jangan sampai mendapat tindakan penyidikan
sewenang-wenang dari tugas penegak Penyelidikan adalah serangkaian
hukum”. tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga
Selain itu juga, dikemukakan bahwa sebagai tindak pidana guna menentukan
suatu kerangka dimana berbagai hak dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
tersangka dapat dikembangkan, baik menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini, yaitu Undang-Undang Nomor 8
61
Perhatikan Undang-Undang Nomor 8 Tahun Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-
1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Undang Hukum Acara Pidana dari Pasal
Pidana, dalam Pasal 52, Pasal 53, Pasal 56, dimana
tersangka/terdakwa berhak memberikan keterangan 102 sampai dengan Pasal 105
secara bebas, berhak setiap waktu mendapat bantuan Penyidikan adalah serangkaian
hukum. tindakan penyidik dalam hal dan menurut
62
Ibid.

56
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

cara yang diatur dalam undang-undang ini diberi wewenang khusus oleh undang-
(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 undang untuk melakukan penyidikan.
Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Penyidikan dalam proses Peradilan
Acara Pidana, Pasal 106 sampai Pasal 136) Pidana Indonesia diartikan sebagai
untuk mencari serta mengumpulkan bukti, serangkaian tindakan penyidik dalam hal
yang dengan bukti itu membuat terang dan menurut cara yang diatur dalam
tantang tindak pidana yang terjadi dan undang-undang ini untuk mencari serta
guna menemukan tersangkanya Sedangkan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
yang dimaksud dengan penyidik adalah membuat terang tentang tindak pidana yang
pejabat polisi Republik Indonesia atau terjadi dan guna menemukan tersangka.
pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
Berdasarkan hasil penelitian, data perkara pencurian yang ditangani oleh Kepolisian
Republik Indonesia Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) Resor Mataram Bagian Reskrim :
(Tabel 1)

Jenis Tahun Perkara


No. Perkara
Pencurian 2009 2010
Lap. Peny. Lap. Peny.
1. Biasa (Pasal 362) 192 88 215 79

2. Berat (Pasal 363) 220 57 284 57

3. Ringan - - - -

4. Dengan Kekerasan / Jambret 88 20 164 35

5. Kendaraan bermotor :

Roda 2 262 42 599 93


1 1 - -
Roda 4

Total Perkara Pencurian 763 208 1.262 264

Keterangan : Dari data table diatas (table 1)


mengenai perkara pencurian yang ditangani
1. Lap. = Laporan Perkara oleh Kepolisian Republik Indonesia
2. Peny. = Penyelesaian Perkara
Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) Resor

57
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

Mataram Bagian Reskrim menunjukkan RESKRIM yang bernama I Wayan Sugiana,


bahwa, perkara pencurian sangat mengatakan bahwa 64 :
meresahkan khususnya di Kota Mataram. “Dalam penerapan APTB kami
Laporan pada Tahun 2009 menunjukkan selaku penyidik selalu menerapkan
lebih banyak dari pada Tahun 2010. Hal ini asas tersebut, hal itu berupa
dikarenakan sisa dari laporan Tahun 2009 pemenuhan hak tersangka/terdakwa
sebanyak 555 kasus perkara pencurian yang diatur dalam KUHAP dari
masuk ke Laporan Tahun 2010. proses penyelidikan, dimana kami
Dalam topik yang membicarakan menetapkan tersangka kepada
soal penyidikan ini tidak terlepas seseorang yang patut diduga
keterkaitan atau saling berhubungan antara melakukan tindak pidana pencurian
sub-sistem, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, berdasarkan alat bukti permulaan
pengadilan sehingga meskipun ada yang cukup”.
perbedaan tujuan dari masing-masing sub-
sistem, diusahakanlah suatu persamaan Selanjutya dikatakan bahwa suatu
landasan seperti yang dikatakan oleh penyidikan yang dilakukan dengan
Mardjono Reksodiputro 63 : kekerasan (violence) atau penyiksaan
“Meskipun setiap subsistem akan (torture) oleh pejabat penyidik terhadap
mempunyai pula tujuannya sendiri, tersangka merupakan suatu “kegagalan”
yang merupakan landasan dan dari sub-sistem lainnya dan akan
pedoman kerja bagi mereka yang mempengaruhi sistem peradilan pidana
bekerja dalam suatu subsistem yang secara keseluruhan, misalnya Kejaksaan
bersangkutan, tetapi masing-masing (sebagai pejabat penuntut umum menurut
tujuan sub-sistem tidak boleh KUHAP) dan pengadilan. Hal ini senada
bertentangan dengan tujuan utama, yang dikatakan oleh I Wayan Sugiana
yaitu dari sistemnya sendiri (dalam bahwa kekerasan/penyiksaan secara fisik
hal ini: Sistem Peradilan Pidana)”. maupun non-fisik (psikis) tidak dapat
dibenarkan dalam alasan apapun 65.
Dalam hal penerapan Asas Praduga Kewenangan penyidikan berdasar-
Tak Bersalah (APTB) dalam proses kan KUHAP berada pada tangan polisi
pemeriksaan penyidikan, hasil wawancara
peneliti dengan penyidik senior KASAT 64
Hasil wawancara dengan penyidik dari
bagian KASAT RESKRIM yang bernama I wayan Sugiana,
pada hari Kamis, Tanggal 10 Januari 2011, Pukul 09.00 –
Selesai.
63 65
Mardjono Reksodiputro, Op.cit., hlm.80. Ibid.

58
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

sebagai penyidik tunggal untuk perkara- tersangka itu karena adanya tindakan yang
perkara yang dikatagorikan sebagai tindak “menyimpang” dari pegawai penyidik,
pidana umum. Dalam Pasal 6 Ayat (1) dengan sendirinya perkaranya dimungkin-
KUHAP dikatakan bahwa penyidik adalah kan pembatalannya, meskipun secara
pejabat polisi Negara RI (maupun pejabat faktual maupun yuridis menjurus pada
pegawai negeri sipil tertentu yang diberi kesalahan dari tersangka karena adanya
wewenang khusus oleh undang-undang). kesalahan dalam prosedur belaka 66.
Oleh karena itu, sejak berlakunya KUHAP, Dalam penerapannya bahwa dimuat-
kewenangan polisi sebagai penyidik nya sejumlah hak tersangka dalam KUHAP
tunggal mulai berlaku meskipun masih masih belum dapat terjamin bagi
terdapat pengecualian (Pasal 284 KUHAP) tersangka/terdakwa. Berdasarkan pengaku-
yang diakui secara legislatif terhadap an dari salah seorang tahanan dari beberapa
ketentuan-ketentuan khusus acara pidana banyak tahanan pada kasus pencurian yang
sebagaimana tersebut pada undang-undang bernama Alhadi Niringrat (21 tahun),
yang bersifat khusus pula. mengatakan bahwa 67 :
Dalam kaitan itu relevansi “Saat proses penyidikan berlangsung
“penyidikan” dengan HAM justru saya dicambuk, di pukul pada bagian
tersentralisasi pada hak tersangka di dalam seluruh tubuh sampai pingsan dengan
proses penyidikan itu sendiri. Polisi dalam menggunakan gangang senjata.
perkara tindak pidana umum sebagai Selain itu juga, saya diberi ancaman
penyidik tentunya akan menghormati hak- oleh penyidik”.
hak tersangka. Kedudukan tersangka dalam
sistem peradilan pidana di Indonesia
66
melalui KUHAP, telah secara legalitas Loebby Loqman (a), hlm.4. Menurut Prof.
Dr. Loebby loqman, S.H., adanya tindakan “menyimpang”
mendapatkan pengakuan hak-haknya
dari pejabat penyidik ini menimbulkan 2 pandangan yang
sebagaimana dimuat dalam Pasal 50 sampai berlainan. Satu pihak berpendapat bahwa tindakan yang
dengan Pasal 68 KUHAP yang dalam hal “menyimpang” dalam penyidikan terhadap tersangka
ini tidak ditemukan pada hukum acara akan membawa akibat bahwa perkara itu akan dibatalkan
dan tersangka akan dibebaskan, meskipun faktual ada
pidana yang lama (HIR). dugaan yuridis menjurus pada kesalahan tersangka.
Meskipun dengan demikian, apakah Sedangkan pada pihak lainnya berpendapat bahwa bagi
dengan dimuatnya sejumlah hak tersangka tersangka tidak dengan begitu saja dikesampingkan atau
dibebaskan, artinya tersangka tetap diajukan kehadapan
dalam KUHAP berarti telah terjamin pula pengadilan, sedangka tindakan yang “menyimpang” dari
bahwa hak-hak tersangka tersebut akan pejabat penyidik akan diberikan sanksi administrative
dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya. terhadap dirinya.
67
Hasil wawancara dengan tahanan yang
Apabila tidak dapat dilaksanakan hak-hak bernama Alhadi Niringrat pada hari Kamis, Tanggal 17
Januari 2011, Pukul 09.00 - Selesai.

59
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

Berdasarkan penelitian mengenai tersebut, bahwa apabila tidak dapat


penanganan perkara pencurian pada tahap dilaksanakan hak-hak tersangka itu karena
penyidikan banyak sekali kekerasan atau adanya tindakan yang “menyimpang” dari
penyiksaan yang dilakukan oleh penyidik. pegawai penyidik dengan sendirinya
Tidak hanya tahanan yang bernama Alhadi perkaranya dimungkinkan pembatalannya.
Niringrat saja yang menjadi “korban” Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam sistem peradilan pidana, masih ada KUHAP tidak memberikan solusi maupun
nama-nama lainya menjadi “korban” pada alternatif penyelesaian apabila terjadi
tahap pemeriksaan yang dilakukan oleh tindakan-tindakan tersebut (violence atau
penyidik. torture) selama proses penyidikan terhadap
Menurut peneliti bahwa persoalan tersangka, baik itu berupa pencegahan,
akan timbul apabila terjadi suatu tindakan penyelesaian maupun akibat hukumnya
yang “menyimpang” oleh pejabat penyidik bagi pelanggaran hak asasi manusia.
dalam proses penyidikan. Bagaimana Beberapa pasal yang berkaitan
perlindungan hukum akan diberikan kepada dengan tindakan yang “menyimpang” oleh
tersangka atas penyimpangan tindakan penyidik dalam KUHAP antara lain bunyi
yang dilakukan oleh penyidik, khususnya Pasal 52 KUHAP yang menyatakan 69 :
apabila selama proses penyidikan terjadi “Dalam pemeriksaan pada tingkat
tindakan-tindakan yang dikatagorikan penyidikan dan peradilan, tersangka
dengan violence atau torture yang sangat atau terdakwa berhak memberikan
mempengaruhi secara fisik dan psikis keterangan secara bebas kepada
tersangka tersebut. Menurut pendapat penyidik atau hakim”.
penyidik senior KASAT RESKRIM Polres
Mataram, mengatakan bahwa : Dalam Pasal 117 KUHAP
“Apabila terjadi tindakan-tindakan menyatakan bahwa keterangan tersangka
menyimpang, baik itu berupa kekerasan dan atau saksi kepada penyidik diberikan
atau penyiksaan, maka kepada penyidik tanpa tekanan dari siapa pun dan atau
akan diberikan sanksi administratif. dalam bentuk apapun.
Sedangkan, bagi tersangka perkaranya Berdasarkan Pasal 52 dan Pasal 117
akan tetap dilanjutkan” 68. KUHAP dapat dikaitkan dengan prinsip
non self Incrimination dari tersangka-
Menurut peneliti berbanding ter-
balik dari pendapat penyidik senior 69
Perhatikan Pasal 52 KUHAP (UU no.8 Tahun
1981) hubungkan dengan HAM yang harus dilindungi bagi
68
Wawancara bersama I Wayan Sugiana, tersangka dan terdakwa yang selalu mendapat sorotan
Op.cit. masyarakat.

60
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

/terdakwa (hak dari tersangka untuk tidak Dinamika proses pidana termasuk di
mempersalahkan dirinya sendiri), Sebagai- dalamnya proses penyidikan, merupakan
mana tercermin secara tidak langsung dan antisipasi kearah mana proses pidana bagi
implicit sifatnya pada Pasal 66 KUHAP due process model, apabila segi efisien
(tersangka/terdakwa tidak dibebani yang menjadi sentralnya, yang ditakutkan
kewajiban pembuktian) dan Pasal 189 Ayat akan terjadi penyimpangan-penyimpangan
(3) KUHAP (keterangan terdakwa hanya di dalam pelaksanaan hukum acara pidana.
dapat dipergunakan bagi dirinya sendiri). Oleh karena itu, due process model lebih
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam menekankan pada penekanan pelaksanaan
hal ini tersangka maupun terdakwa aturan-aturan hukum yang ada dengan
sebagaimana tercermin pada Pasal 52 benar dan semestinya 72. Tindakan yang
KUHAP dan Pasal 117 KUHAP, haruslah menyimpang selama proses penyidikan
diartikan sedemikian rupa bahwa bukanlah sebagai suatu kejadian yang
keterangan yang diberikan oleh tersangka jarang ditemukan. Bahkan, sebaliknya hal
itu bersumber pada free will (kehendak itu merupakan metode yang dianggap
bebas) sehingga baik hakim maupun “wajar” oleh pejabat penyidik. Oleh karena
penyidik tidak diperkenankan untuk itu, realita yang ada dari due process model
mencari keterangan yang tidak diberikan menghendaki adanya suatu check point
secara bebas. Tidak dipenuhi persyaratan untuk setiap proses.
ini menimbulkan persoalan pembuktian
yang diperoleh secara tidak sah 70. 2. Proses Pemeriksaan pada tingkat
Pada negara-negara Anglo Saxon penuntutan
seperti halnya Amerika Serikat dan Inggris, Berdasarkan Pasal 1 butir 7 Kitab
suatu perolehan pembuktian secara tidak Undang-Undang Hukum Acara Pidana
sah berkaitan dengan Exclusionary Rules, tercantum definisi dari penuntutan adalah
yaitu suatu aturan yang berlaku umum tindakan penuntut untuk melimpahkan
berisikan larangan penggunaan alat-alat perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang
bukti yang diperoleh penyidik secara tidak berwenang dalam hal dan menurut cara
sah atau melanggar undang-undang 71.

Non-Self Incrimination ini demikian tinggi dijunjung di


70
Ibid, hlm.81, dihubungkan pula dengan UU Amerika Serikat, sehingga melahirkan ajaran Miranda
No.8 Tahun 1981 Tentang KUHAP. Warning yang mewajibkan polisi untuk memberitahukan
71
K.G. Wijaya terpetik dari Indriyanto, Asas hak-hak tersangka untuk diam dan mendapatkan
Praduga Tak Bersalah dan Perspektif Perkembangan penasihat hukum, sehingga kalau tersangka tidak
Teori-Teori Hukum (Pidana) di Indonesia, Makalah pada diberitahukan hak-haknya ini, tersangka akan dibebaskan
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Tanggal 17 oleh Mahkamah Agung.
72
Januari 1995. Menurut K.G. Wijaya, Prinsip Privillege of Loebby Loqman, Op.cit., hlm.87.

61
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

yang diatur dalam undang-undang ini Kepala Kejaksaan Negeri setelah menerima
dengan permintaan supaya diperiksa dan berkas/hasil penyidikan dari penyidik,
diputus oleh hakim di sidang pengadilan. segera menunjuk salah seorang jaksa
Mengenai lengkap atau belum surat (Jaksa Penuntut Umum) untuk mempelajari
dakwaan yang menyertai berkas perkara , dan menelitinya yang kemudian atas hasil
menurut ketentuan Kitab Undang-Undang penelitiannya jaksa tersebut mengajukan
Hukum Acara Pidana Pasal 14 dan Pasal saran kepada Kejari antara lain:
138, memberikan kesempatan untuk a. Mengembalikan berkas perkara kepada
melakukan prapenuntutan agar surat penyidik karena teryata belum lengkap
dakwaan yang menyertai berkas perkara disertai petunjuk-petunjuk yang akan
menjadi lengkap. Meskipun undang-undang dilakukan penyidik. Hal ini oleh pasal
tidak mengatur lebih lanjut tentang fungsi 14 KUHAP disebut prapenuntutan;
prapenuntutan. Prapenuntutan adalah b. Melakukan penggabungan atau
tindakan Penuntut Umum untuk member pemisahan berkas;
petunjuk dalam rangka penyempurnaan c. Hasil penyidikan telah lengkap tetapi
oleh penyidik. tidak terdapat bukti cukup atau
Penuntut umum setelah menerima peristiwa tersebut bukan merupakan
hasil penyidikan dalam waktu tujuh hari tindak pidana dan selanjutnya
wajib memberitahukan tentang lengkap disarankan agar penyidikan dihentikan
atau belum berkas perkara dari hasil (SP3). Jika saran disetujui maka
penyidikan, dengan disertai petunjuk diterbitkan suatu ketetapan . Atas surat
tentang hal-hal yang perlu dilengkapi oleh ketetapan ini dapat diajukan pra-
penyidik menurut ketentuan Pasal 14 dan peradilan; dan
Pasal 138 Kitab Undang-Undang Hukum d. Hasil penyidikan telah lengkap dan
Acara Pidana (KUHAP). Ketentuan pasal- dapat diajukan ke Pengadilan Negeri.
pasal ini memberikan kesempatan untuk
melakukan pra penuntutan agar surat Pasal 137 KUHAP menentukan
dakwaan yang menyertai berkas perkara bahwa penuntut umum berwenang
menjadi lengkap, meskipun undang-undang melakukan penuntutan terhadap siapapun
tidak mengatur lebih lanjut tentang fungsi yang di dakwa melakukan suatu delik
prapununtutan. dalam daerah hukumnya dengan melim-
Prapenuntutan adalah tindakan pahkan perkara ke pengadilan yang
penuntut umum untuk member petunjuk berwenang mengadili.
dalam rangka penyerpunaan oleh penyidik. Mengenai kebijakan penuntutan,
Penuntut umum dalam hal ini Kejaksaan/ penuntut umumlah yang menentukan suatu

62
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

perkara hasil penyidikan apakah sudah cukup alat bukti untuk diteruskan ke
lengkap ataukah belum untuk dilimpahkan pengadilan. Asas Praduga Tak Bersalah
ke pengadilan negeri untuk diadili. Hal ini apabila terjadi tindakan-tindakan “menyim-
diatur dalam Pasal 139 KUHAP. pang” dari undang-undang kepada ter-
Jika menurut pertimbangan penuntut sangka/terdakwa pada tahap penyidikan hal
umum suatu perkara tidak cukup bukti ini tidak menjadi prioritas bagi jaksa
untuk diteruskan ke pengadilan, penuntut penuntut untuk mengeluarkan SP3. Seperti
umum membuat suatu ketetapan mengenai yang disampaikan oleh Hademan, SH.
hal itu (Pasal 140 ayat (2) butir a KUHAP). (KASI PIDUM), mengatakan 73 :
Isi surat ketetapan diberitahukan kepada “Apabila berkas dari penyidik sudah
tersangka dan bila ia ditahan, wajib lengkap dan diserahkan kepada kami,
dibebaskan (Pasal 140 ayat (2) butir b maka kami akan memprosesnya.
KUHAP). Selanjutnya, turunan ketetapan Dalam hal terjadi tindakan-tindakan
tersebut wajib disampaikan kepada yang menyimpang yang dilakukan
tersangka atau keluarga atau penasihat oleh penyidik kepada tersangka
hukum, pejabat rumah tahanan negara, dalam hal meminta keterangan
penyidik dan hakim (Pasal 140 ayat (2) terhadap kasus yang dikenakan
butir c KUHAP). Surat ketetapan tersebut kepadanya, kami mengakui ke-
biasanya disebut Surat Perintah colongan dalam hal tersebut. Hal
Penghentian Penuntutan (SP3). yang menjadi prioritas kami dalam
Perlu diperhatikan ialah ketentuan mengeluarkan SP3 adalah tidak
bahwa jika kemudian teryata ada alasan cukupnya alat bukti dan berkas yang
atau bukti baru untuk menuntut kembali kurang lengkap”.
perkara yang telah dikesampingkan karena
kurang bukti, penuntut umum dapat Kejaksaan hanya dapat menilai
menuntut tersangka (Pasal 140 ayat (2) bahwa penyidikan yang dilakukan secara
butir d KUHAP). Dari ketentuan ini dapat torture ini sangat bertentangan dengan asas
ditarik kesimpulan bahwa ketetapan Presumption of Innocence, bahkan diang-
penuntut umum untuk mengenyampingkan gap tidak sejalan dengan prinsip non self
suatu perkara (yang tidak berdasarkan asas incrimination dari tersangka.
oportunitas), tidak berlaku asas nebis in
idem.
Mengenai Surat Perintah Penghenti-
an Penuntutan (SP3) dalam tahap 73
Hasil wawancara bersama KASI PIDUM,
penuntutan hanya didasarkan pada tidak Bapak Hademan, SH., Pada hari Senin, Tanggal 14 Januari
2011.

63
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

3. Proses pemeriksaan pada tingkat ditanya apakah keterangan saksi tersebut


pemeriksaan di persidangan benar adanya atau apakah terdakwa
Pemeriksaan alat bukti merupakan mengemukakan sesuatu hal terhadap
salah satu proses dalam pemeriksaan keterangan itu. Selain hakim, penasihat
perkara pidana di sidang pengadilan negeri. hukum/pembela terdakwa dan jaksa juga
Adapun alat bukti yang sah menurut Pasal dapat mengajukan pertanyaan langsung
184 KUHAP : kepada saksi dengan izin hakim. Dalam hal
a. Keterangan saksi; ini, hakim berkuasa untuk dilarang
b. Keterangan ahli; dijawabnya suatu pertanyaan apabila
c. Surat; dianggap tidak seharusnya/tidak pantas
d. Petunjuk; dan untuk ditanyakan.
e. Keterangan terdakwa. Pada kenyataanya saksi yang
Hal ini agak berbeda dengan apa dipanggil untuk menghadap di muka
yang disebut dalam HIR Pasal 295, yang pengadilan biasanya sering merasa enggan
menyebutkan alat-alat bukti yang dapat dan takut, yang lebih disebabkan oleh rasa
dipakai dalam acara pidana : takut akan dijadikan terdakwa atau juga hal
a. Keterangan saksi; lainnya. Hal ini menunjukkan kurangnya
b. Surat-surat bukti; pemahaman masyarakat tentang hukum.
c. Pengakuan salah satu terdakwa; Padahal saksi yang dipanggil untuk
dan menghadap dalam perkara pidana wajib
d. Petunjuk (aan wijzingen). memenuhi panggilan tersebut. Apabila
Keterangan alat bukti KUHAP Pasal 184 tanpa alasan yang jelas yang dapat diterima
sebagai berikut : saksi sengaja tidak mau datang, hakim
1). Keterangan saksi dapat memerintahkan supaya saksi dibawa
Keterangan saksi dimaksudkan ke sidang dengan kekuasaan atau bila perlu
bahwa seorang saksi akan menerangkan dengan paksaan melalui kepolisian. Dalam
tentang apa yang dilihat atau dialaminya Pasal 224 Kitab Undang-Undang Hukum
sendiri. Dia tidak boleh memberikan Pidana yang mengisyaratkan bahwa
keterangan keterangan yang berupa seseorang saksi yang dipanggil harus
kesimpulan-kesimpulan, karena menarik memenuhi kewajiban yang ditetapkan
kesimpulan wewenang hakim. dengan undang-undang.
Dalam hal mendengarkan saksi ini, Dalam hal keterangan saksi yang
hakim akan mendengarkan apa yang diberikan dalam proses pemeriksaan di
diketahui saksi kemudian dapat dilakukan persidangan, seharusnya dihadirkan. Akan
Tanya jawab. Setelah itu terdakwa akan tetapi, dalam aplikasinya terhadap saksi

64
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

terdakwa untuk meringankan terdakwa itu dalam garis lurus ke atas atau ke
sendiri tidak di hadirkan. Hal ini bawah;
berdasarkan keterangan oleh salah satu b. Saudara sekandung atau ipar atau
tahanan pengadilan yakni yang bernama keluarga karena kelahiran atau
Jihan alias Konjir, bahwa : karena perkawinan dalam garis
“Sewaktu pemeriksaan oleh penyi- ke samping sampai tingkat ketiga
dikan saya dipaksa untuk mengakui terhadap terdakwa atau kawan
perbuatan yang tidak saya lakukan. terdakwa dalam suatu perkara
Dalam hal saksi padahal saya pidana; dan
mempunyai saksi akan tetapi tidak c. Suami atau istri terdakwa.
diberikan oleh penyidik. Sehingga
dalam pemeriksaan di pengadilan Orang-orang tersebut dapat di dengar
saksi saya tidak dihadirkan sama keterangannya di luar sumpah. Selain itu,
sekali” 74. ada golongan orang yang boleh memohon
diberikan kebebasan dalam memberikan
Dalam hal ini peneliti menilai bahwa keterangan sebagai saksi yaitu orang-orang
adanya penyimpangan terhadap perkara ini. yang dalam pekerjaannya atau jabatannya
Seharunya hakim pengadilan dalam perkara diwajibkan menyimpan rahasia (Pasal 170
ini harus memperhatikan udang-udang KUHAP), seperti dokter dan notaries.
yang berlaku, dimana dalam Kitab Undang- Orang-orang yang dilarang sama sekali
Undang Hukum Acara sudah sangat jelas sebagai saksi (Pasal 171 KUHAP) yaitu
mengatakan bahwa hakim dapat meme- anak di bawah umur (belum 15 tahun) dan
rintahkan supaya saksi dibawa ke sidang orang gila, meski kadang-kadang
dengan kekuasaan atau bila perlu dengan ingatannya terang.
paksaan melalui kepolisian. 2). Keterangan ahli
Orang-orang yang tidak boleh men- Pasal 186 KUHAP menyatakan
jadi saksi dengan disumpah, kecuali bahwa keterangan seorang saksi ahli adalah
dengan persetujuan jaksa atau pembela apa yang seorang ahli nyatakan dalam
(Pasal 186 KUHAP) antara lain : siding pengadilan. Keterangan sorang ahli
a. Keluarga dari kelahiran atau dapat pula diberikan pada waktu per-
keluarga karena perkawinan sidangan oleh penyidik atau penuntut
umum yang dituangkan dalam suatu bentuk
laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah di waktu ia menerima jabatan atau
74
Hasil wawancara bersama terdakwa yang pekerjaan (Penjelasan Pasal 186 KUHAP).
bernama Jihan alias Konjir, di LP Mataram, Pada Tanggal
17 Januari 2011.

65
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

Dalam Kitab Undang-Undang alat bukti dan inovasi dalam hukum acara
Hukum Acara Pidana dibedakan keterangan pidana, karena menurut van Bermmelen,
seorang ahli di persidangan sebagai alat petunjuk (aanwijzing) sebagai alat bukti
bukti keterangan ahli secara tertulis di luar tidak ada artinya.
sidang pengadilan sebagai alat bukti surat Pasal 188 ayat 1 Kitab Undang-
(Pasal 187 butir c KUHAP). Contohnya Undang Hukum Acara Pidana member
ialah visum et repertum yang dibuat oleh definisi petunjuk sebagai berikut 75 :
dokter. “Petunjuk adalah perbuatan, kejadian
3). Surat atau keadaan, yang karena
Tentang alat bukti surat diatur dalam persesuaiannya, baik antara yang
Pasal 187 KUHAP. Dalam pasal tersebut satu dengan yang lain, maupun
ada beberapa hal yang tidak dijelaskan, dengan tindak pidana itu sendiri,
antara lain tentang hubungan alat bukti menandakan bahwa telah terjadi
surat dalam hukum perdata dan hukum suatu tindak pidana dan siapa
pidana. Dalam hal ini, kepada hakimlah pelakunya”.
diminta keterangan dalam mempertim-
bangkan bukti berupa surat. Hanya alat Isi pasal tersebut tidaklah jelas
bukti surat berupa akta otentiklah yang mengenai perbuatan apa, kejadian apa,
dapat dipertimbangkan, seperti surat ataupun perbuatan apa. Pasal 188 ayat 3
dibawah tangan seperti dalam hukum KUHAP menyatakan bahwa penilaan atas
perdata tidak dipakai lagi dalam hukum kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk
acara pidana. Namun, surat bukti dibawah dalam setipa keadaan tentu dilakukan oleh
tangan masih mempunyai nilai jika ada hakim dengan arif dan bijaksana, setelah
hubungannya dengan isi alat pembuktian mengadakan pemeriksaan dengan cermat
yang lalu. dan seksama berdasarkan hati nuraninya.
Definisi surat menurut Assernema Jadi, tercermin bahwa pada akhirnya
adalah sebagai berikut : persoalan diserahkan kepada hakim, sama
“Surat-surat ialah segala sesuatu dengan pengamatan hakim sebagai alat
yang mengandung tanda-tanda baca bukti (seperti dalam Undang-Undang
yang dapat dimengerti, dimaksud Nomor 1 Tahun 1950).
untuk mengeluarkkan isi pikiran”. 5). Keterangan terdakwa
4). Alat Bukti Petunjuk Pengakuan terdakwa di muka hakim
Dalam undang-undang Mahkamah tidak cukup untuk menjatuhkan suatu
Agung Nomor 1 Tahun 1950 tidak dikenal
75
atau dihapuskan tentang petunjuk sebagai Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, Pasal 188 Ayat (1).

66
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

hukuman pidana kepada terdakwa. Berdasarkan Pasal 183 Kitab


Pengakuan salah seorang terdakwa di muka Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
hakim untuk menjadi bukti yang sempurna yang berbunyi 76 :
harus diikuti keterangan yang jelas tentang “Hakim dapat menyatakan seorang
keadaan-keadaan, pada saat peristiwa bersalah telah melakukan tindak
pidana diperbuat. Sebagian atau semua pidana, dengan sekurang-kurangnya
keterangan harus cocok dengan keterangan ada dua alat bukti yang sah dan
si korban dan dengan alat bukti lainnya. dengan alat bukti tersebut hakim
Sering terjadi dalam pemeriksaan oleh memperoleh keyakinan bahwa ter-
penyidik, terdakwa di paksa mengakui dakwalah yang bersalah melakukan”.
perbuatan yang dituduhkan kepadanya Peneliti melihat bahwa pada akhir-
yang tentunya merugikan kepada nya keyakinan hakim yang menentukan
tersangka. terdakwa bersalah atau tidak. Jadi, dalam
Dalam KUHAP tidak dijelaskan apa memutus suatu perkara pidana hakim harus
perbedaan antara keterangan terdakwa benar-benar menegakkan keadilan dan
sebagai alat bukti dan pengakuan terdakwa kebenaran berdasarkan moral yang tinggi.
sebagai alat bukti. Keterangan terdakwa
tidak perlu sama dengan pengakuan, karena 4. Upaya hukum dan bantuan hukum
pengakuan sebagai alat bukti mempunyai dalam menegakkan asas praduga tak
syarat-syarat : bersalah
- Mengaku ia yang melakukan delik yang Upaya hukum merupakan upaya
di dakwakan; dan untuk menolak putusan hakim yang
- Mengaku ia bersalah. sebelumnya, yaitu putusan Pengadilan
Negeri atau Pengadilan Tinggi, apabila
Suatu hal yang jelas berbeda antara keputusan hakim tersebut tidak memuaskan
keterangan terdakwa sebagai alat bukti para pihak, baik pihak jaksa ataupun pihak
dengan pengakuan terdakwa ialah bahwa terdakwa. Ada upaya hukum biasa dan
keterangan terdakwa yang menyangkal upaya hukum luar biasa seperti yang diatur
dakwaan, tetapi membenarkan beberapa dalam BAB XVII mulai Pasal 233 sampai
keadaan atau perbuatan yang menjurus dengan Pasal 269 Kitab Undang-Undang
kepada terbuktinya perbuatan sesuai alat Hukum Acara Pidana.
bukti lain adalah merupakan alat bukti. Upaya hukum biasa ialah pengajuan
naik banding apabila putusan Pengadilan

76
Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, Pasal 183.

67
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

Negeri tidak memuaskan, kemudian satu pasal pun secara tegas mewajibkan
mengajukan kasasi apabila putusan aparat penyidik untuk segera membe-
Pengadilan Tinggi juga tidak memuaskan. ritahukan hak-haknya kepada tersangka/
Apabila upaya hukum kasasi sudah diputus terdakwa, termasuk haknya untuk
oleh Mahkamah Agung, putusan hakim mendapatkan bantuan hukum dan/atau
tersebut sudah mempunyai kekuatan hukum didampingi penasihat hukum. Hal ini dapa
tetap dan sudah dilaksanakan. dilihat dari hasil penelitian bersama salah
Mengenai upaya hukum luar biasa, satu tahanan yang bernama Sanusi,
berdasarkan pengalaman bahwa pasal 263 mengatakan bahwa 78 :
tentang Peninjauan Kembali (PK), hanya “dalam hal pemberian penasihat
boleh diajukan oleh terpidana atau ahli hukum kepada saya, sama sekali saya
warisnya. merasa tidak ada yang mendam-
Berdasarkan penelitian bahwa tidak pingi”.
ada upaya hukum yang dilakukan oleh Berdasarkan peryataan Hademan,
terdakwa yang sudah diputus oleh SH. (KASI PIDUM) Kejaksaan Negeri
Pengadilan pada tingkat pertama. Semua mataram, menyatakan bahwa 79 :
terdakwa menerima putusan pengadilan “Apabila seorang tersangka/terdakwa
pada tingkat pertama walaupun mereka tidak di damping oleh pengacara
merasa kurang adil dalam menerapkan yang syaratnya berdasarkan keten-
aturan yang berlaku. tuan Undang-Undang, maka per-
Dalam sela wawancara terdakwa di karanya batal demi hukum”.
LP Mataram, ada sedikit yang disampaikan
oleh seorang napi yang bernama Edi Peneliti menilai disini bahwa adanya
Barulloh, bahwa 77 : rekayasa perkara tindak pidana yang
“Hukum hanya diberlakukan kepada dilakukan terhadap Sanusi oleh penyidik.
orang-orang kecil saja, sedangkan Selain itu juga, terhadap perkara-perkara
bagi orang-orang kaya atau berdasi, tindak pidana umum khususnya tindak
hukum tidak diberlakukan”. pidana pencurian yang terjadi yakni masih
ada penyimpangan terhadap asas praduga
Berkaitan dengan masalah bantuan tak bersalah ini.
hukum, hal penting yang dapat di- Dalam pasal 56 ayat 1 Kitab
kemukakan adalah bahwa di dalam BAB VI Undang-Undang Hukum Acara Pidana
mengenai Tersangka/Terdakwa tidak ada
78
Wawancara Bersama salah seorang
77
Pengakuan dari salah seorang NAPI kasus terdakwa kasus pencurian yang bernama Sanusi.
79
pencurian di LP Mataram, Pada Tanggal 17 Januari 2011. Wawancara Bersama Hademan, SH., Op.cit.

68
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

meski mengandung kelemahan telah diatur yang disidik untuk memberikan jawaban.
mengenai masalah bantuan hukum. Yang Bila ada pejabat yang lalai, terhadap
menjadi dasar kelemahan pasal ini adalah : pejabat tersebut harus dikenakan sanksi
1. Tentang kemampuan seseorang dan berita acara yang dihasilkan dari
untuk memaksa, apakah dirinya proses penyidikan atau pemeriksaan itu
mampu menyediakan penasihat harus dinyatakan batal demi hukum.
hukum; dan
2. Tidak ada konsekuensi ataupun B. Faktor-faktor yang menghambat
sanksi, apabila ketentuan pasal 56 penerapan asas praduga tak bersalah
ayat 1 itu diabaikan. pada sistem peradilan pidana
Sebagai bahan rekomendasi terhadap
Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pandangan check and balance,
Acara Pidana (RKUHAP) sebagai pemisahan kekuasaan, kebebasan atau
pembaharuan hukum acara pidana, independensi peradilan, due process of law,
seharusnya diganti dengan rumusan yang yang merupakan landasan vital dan
lebih tegas, sehingga menjadi 80 : rechtstaat (negara hukum) belum dibahas
“Seseorang yang tidak mempunyai secara mendalam oleh pihak-pihak yang
penasihat hukum, maka pejabat kompeten sehingga belum ada penye-
yang bersangkutan pada semua lesaiannya yang konkret. Hal ini
tingkat pemeriksaan wajib me- menyebabkan jaminan dan perlindungan
nunjuk penasihat hukum bagi hak asasi tersangka dan terdakwa meng-
mereka”. hadapi situasi yang kurang mengun-
tungkan, walaupun berbagai perbaikan
Pada banyak kasus penasihat hukum sudah dibuat melalui peraturan-peraturan
tidak bisa melakukan tindakan apapun baru, antara lain Undang-Undang Nomor 8
dalm perkara tindak pidana pencurian, Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang
kendati ia mengetahui bahwa proses Hukum Acara Pidana. Berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan terhadap penelitian terhadap pasal-pasal dalam
kliennya bertentangan dengan ketentuan KUHAP serta peraturan pelaksanaannya,
prosedural. Misalnya, pertanyaan dari teryata secara yuridis masih belum
penyidik bersifat menjebak, sudestif dan menunjuang kearah penerapan Asas
tidak memberi keleluasaan pada orang Praduga Tak Bersalah (APTB) secara
harmonis.
80 Kurang efektifnya pengembangan
Usulan terhadap Rancangan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana dalam hal bantuan hukum kualitas sistem pengawasan dan kontrol
bagi tersangka/terdakwa.

69
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

dari instansi terkait serta kurangnya Untuk menanggulangi permasalahan-


peningkatan profesionalitas dari para permasalahan yang telah diuraikan ter-
penegak hukum yang harus disertai sebut, yaitu adanya ketakharmonisan/
dedikasi dan rasa pengabdianyang tinggi kesenjangan antara pengaturan dan
untuk menegakkan keadilan. Dalam hal ini penerapan Asas Praduga Tak Bersalah
termasuk mental dari para pengacara yang (APTB), peneliti menemukan beberapa
seharusnya memiliki sifat kemanusiaan cara yaitu ditanggulangi secara yuridis dan
yang tinggi, tidak membedakan yang lemah non-yuridis. Secara Yuridis artinya harus
dan yang kuat dalam masalah ekonomi dilakukan penyempurnaan dan pemba-
jabatan atau pekerjaan. haruan peraturan-peraturan yang legal.
Selain itu kenyataan menunjukkan Sedangkan ditanggulangi secara non-
bahwa kesadaran hukum dari masyarakat yuridis artinya harus dilakukan perbaikan-
merupakan indikator yang penting untuk perbaikan yang berkaitan dengan adanya
menunjang terselenggaranya proses pengaruh-pengaruh dari bidang politik,
pradilan pidana yang berkualitas. Dalam budaya, ekonomi, sehingga benar-benar
praktek penegakan supremasi hukum masih Asas Praduga Tak Bersalah (APTB) dapat
belum ada kerja sama yang baik antara diterapkan di Indonesia.
para penegak hukum, masyarakat dan
pemerintah. 1. Penanggulan secara yuridis
Untuk menjamin penghormatan dan Untuk menghindari terjadinya
perlindungan HAM dalam proses peradilan tindakan-tindakan yang mengarah pada
pidana, fungsi penasihat hukum sangat pelanggaran HAM oleh penegak hukum
penting sebagai pendamping tersangka dan sejak pemeriksaan pendahuluan, penun-
terdakwa agar mempertahankan hak- tutan, pemeriksaan di sidang pengadilan
haknya. Hal ini tidak terlepas dari sampai ada putusan yang mempunyai
keberadaan perundang-undangan yang kekuatan hukum tetap, perlu dilakukan
mengatur kedudukan, fungsi dan peran penyempurnaan dalam arti dilakukan
penasihat hukum agar dapat melaksanakan perombakan atau revisi mengenai isi dan
tugas dengan baik serta berdedikasi dan redaksi dari aturan-aturan yang mengatur
berintegritas tinggi, serta tidak hanya proses peradilan pidana, yaitu Undang-
bertindak demi kemenangan kliennya tetapi Undang Nomor 8 Tahun 1981 serta
harus berpikiran luas demi kepentingan Peraturan Pelaksanaannya.
keadilan serta kepentingan masyarakat Beberapa aturan atau pasal yang
secara nasional. berkaitan dengan penerapan Asas Praduga
Tak Bersalah baik mengenai isi dan

70
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

pelaksanaannya harus sesuai dengan makna supaya tidak tumpang tundih dalam
dari persamaan kedudukan dalam hukum. pelaksanaannya.
Artinya, harus berlaku bagi semua pelaku Pelanggaran-pelanggaran tehadap
tindak pidana, tidak ada perbedaan atau formalitas-formalitas hukum acara harus
pengecualian serta harus disertai dengan dinyatakan sebagai perbuatan melawan
sanksi yang tegas dan jelas apabila terjadi hukum dengan akibat batalnya suatu
pelanggaran HAM oleh petugas penegak tindakan pejabat yang bersangkutan demi
hukum. Aturan-aturan atau pasal-pasal hukum. Pelanggaran-pelanggaran terhadap
yang harus direvisi dan disempurnakan, hukum acara bersifat materiel dan
yaitu : fundamental. Dalam hal ini mengenai
a. Berkaitan dengan masalah dasar-dasar penangkapan dan penahanan,
bantuan hukum (Pasal 54 sampai mengenai hak-hak asasi tersangka/
dengan pasal 56); terdakwa, hak-hak untuk kepentingan
b. Sistem pemeriksaan (Pasal 1 ayat pembelaan, larangan melakukan tekanan
2, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 21, terhadap tersangka dan terdakwa untuk
Pasal 77 jo. Pasal 107); menjawab pertanyaan, serta larangan bagi
c. Sistem pembuktian (Pasal 66 jo. perbuatan melawan hukum lainnya harus
Pasal 183); lebih tegas diatur dalam Undang-Undang
d. Peninjauan Kembali, ganti Nomor 8 Tahun 1981, dengan akibat
kerugian dan rehabilitasi (Pasal batalnya seluruh pemeriksaan atau suatu
95, Pasal 98); dan bagian dan pemeriksaan yang ber-
e. Lembaga praperadilan (Pasal 77 sangkutan. Berkaitan dengan itu, sebaiknya
sampai dengan 83). untuk menjamin penerapan Asas Praduga
Pelaksanaan proses peradilan pidana Tak Bersalah harus digunakan sistem
yang dilaksanakan oleh hukum pidana pemeriksaan akuisitor yang menjamin
formal, tidak dapat dipisahkan dari peranan setiap HAM setiap tersangka dan terdakwa
hukum pidana materiel, yaitu Kitab tanpa perbedaan.
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Perlu ditingkatkan pengawasan
Seperti diketahui bahwa undang-undang vertikal dan horizontal pada semua tingkat
pidana materiel yaitu KUHP baru belum pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan
diundangkan sampai sekarang, alangkah dalam Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang
sempurnanya apabila sebelum KUHAP Tentang Kejaksaan RI, Undang-Undang
yang baru diundangkan, KUHP baru Nomor 5 Tahun 1991 supaya diterapkan
terlebih dahulu harus sudah diberlakukan, dalam Peraturan Pelaksanaan KUHAP.

71
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

Ditentukan batasan waktu pada Ketentuan dalam Pasal 70 Ayat (2)


semua tingkat pemeriksaan untuk sering disalahgunakan, demikian pula Ayat
menegakkan prinsip “peradilan yang (4) dalam praktiknya sering dipergunakan
sederhana, cepat dengan biaya murah” untuk membatasi hubungan antara
serta menghindarkan dampak yang tidak penasihat hukum dengan tersangka. Oleh
baik dalam penyelesaian suatu perkara. karena itu, harus dipertegas.
Untuk kepentingan pembelaan Istilah atas permintaan dalam Pasal
tersangka dan terdakwa berhak mem- 72 diganti dengan wajib, sehingga dengan
peroleh berkas perkara hasil penyidikan. demikian perlindungan hukum bagi
Dalam hal penyidikan dihentikan saksi tersangka sebagai penerapan Asas Praduga
korban (pelapor) berhak memperoleh berita Tak Bersalah tetap tercermin.
acara hasil penyidikan (untuk kepentingan
permohonan praperadilan), yang hingga 2. Penanggulan secara non-yuridis
sekarang belum efektif. Beberapa hal yang dapat dikla-
Dalam perkatikum hak-hak ter- sifikasikan sebagai hambatan-hambatan
sangka dan terdakwa yang seyogyanya yang bersifat non-yuridis merupakan
dilindungi meskipun tersangka dan kenyataan yang terjadi di dalam
terdakwa sudah mendapat bantuan hukum pelaksanaan sistem peradilan pidana,
belum bisa dirasakan dirasakan ke- terutama yang berkaitan dengan pengaturan
bebasannya dalam mendapatkan kebe- dan penerapan upaya paksa yang
basannya, artinya dirasakan masih ada merupakan indikator-indikator dan Asas
diskriminasi. Praduga Tak bersalah, hal ini dapat dilihat
Adanya bantuan hukum dan dari beberapa kasus di Indonesia,
penasihat hukum janganlah diartikan yang khususnya kasus pencurian di Kota
bukan-bukan oleh penyidik, sehingga Mataram.
sering terjadi tersangka dan terdakwa yang Berdasarkan hasil penelitian me-
sudah ada penasihat hukumnya harus nunjukkan bahwa sistem pemeriksaan,
dicabut dengan alasan percuma memakai sistem pembuktian dan bantuan hukum
penasihat hukum serta akan lebih yang merupakan masalah penting dalam
menyulitkan. Bunyi pasal 54 KUHAP proses pengadilan pidana, teryata masih
sebaiknya lebih dipertegas lagi agar belum menjamin kearah tujuan per-
bantuan hukum para penasihat hukum lindungan hak asasi tersangka dan
adalah lazim, sehingga rumusan berhak terdakwa. Untuk itu menurut peneliti, perlu
menjadi wajib. dicari upaya agar proses peradilan pidana

72
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

bisa berkualitas, adil dan benar dengan 1. Dalam penerapan asas praduga tak
beberapa cara, yaitu : bersalah terhadap perkara dalam
a. Pengawasan secara vertikal dan praktek penanganan tindak pidana
horizontal harus ditingkatkan terhadap pencurian dalam sistem peradilan
lembaga pengadilan, mulai dari pidana di Kota Mataram masih
penyidikan, penuntutan dan persi- ditemukan adanya tindakan-tindakan
dangan, dilaksanakan dengan efektif yang menyimpang dari undang-undang.
dan proporsional dengan memper- Tindakan tersebut dapat berupa ke-
hatikan etika hukum. kerasan fisik maupun psikis para
b. Dilakukan peningkatan kualitas dan tersangka pencurian. Tindakan-
kuantitas tenaga penegak hukum yang tindakan menyimpang tersebut hanya
proporsional sehingga memenuhi ditemukan pada tingkat pemeriksaan
persyaratan sumber daya manusia yang penyidik, sedangkan pada tingkat
mampu melaksanakan dan mewujudkan pemeriksaan lainnya, baik itu tingkat
proses pradilan pidana yang sesuai penuntutan dan tingkat pemeriksaan di
dengan kepastian hukum, adil dan pengadilan tidak ditemukan tindakan
benar, artinya memperhatikan asas yang melanggar asas ini, yakni Asas
kapastian hukum di satu pihak dan atas Praduga Tak Bersalah (APTB).
keadilan di lain pihak. 2. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
c. Putusan-putusan pengadilan harus pasal-pasal dalam KUHAP serta
dapat memberika kepuasan kepada peraturan pelaksanaannya, teryata
masyarakat, tidak ada rekayasa, tidak secara yuridis masih belum
ada mafia peradilan, pada akhirnya menunjuang kearah penerapan Asas
masyarakat percaya pada pengadilan, Praduga Tak Bersalah (APTB) secara
sehingga tidak melakukan main hakim harmonis. Hal ini menyebabkan
sendiri. jaminan dan perlindungan hak asasi
tersangka dan terdakwa menghadapi
BAB III situasi yang kurang menguntungkan.
PENUTUP
B. Saran
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan dan hasil 1. Agar Kitab Undang-Undang Hukum
penelitian di atas, dapat disimpulkan Acara Pidana (KUHAP) dapat
bahwa : dilakukan perbaikan terhadap pasal-
pasalnya, agar perlindungan/ jaminan

73
________________________________________________Magister Ilmu Hukum -Fakults Hukum Universitas Diponegoro

kepastian hukum, kemanfaatan dan 2. Agar dibuatnya suatu lembaga


keadilan bagi masyarakat dapat pengawasan secara vertikal dan
dirasakan. Pelaksanaan proses per- horizontal harus ditingkatkan terhadap
adilan pidana yang dilaksanakan oleh lembaga pengadilan, mulai dari
hukum pidana formal, tidak dapat penyidikan, penuntutan dan persi-
dipisahkan dari peranan hukum pidana dangan, dilaksanakan dengan efektif
materiel, yaitu Kitab Undang-Undang dan proporsional dengan mem-
Hukum Pidana (KUHP). Seperti perhatikan etika hukum.
diketahui bahwa undang-undang pi- 3. Dilakukan peningkatan kualitas dan
dana materiel yaitu KUHP baru belum kuantitas tenaga penegak hukum yang
diundangkan sampai sekarang, alang- proporsional sehingga memenuhi
kah sempurnanya apabila sebelum persyaratan sumber daya manusia yang
KUHAP yang baru diundangkan, mampu melaksanakan dan mewujudkan
KUHP baru terlebih dahulu harus proses pradilan pidana yang sesuai
sudah diberlakukan, supaya tidak dengan kepastian hukum, adil dan
tumpang tundih dalam pelaksanaannya. benar.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Bagir Manan, Aktualisasi Hak Asasi Marwan Efendi, Dalam Upaya Merespon
Manusia di Indonesia, Diskusi Kebijakan Kejaksaan RI Tentang
Panel, Menyongsong Abad ke-21 Peningkatan Penanganan Perkara
Sebagai Abad Hak Asasi Manusia, Tindak Pidana Korupsi, Media
PAHAM, 1998. Hukum, Edisi Vol.8 No.8,
PT.Persaja, (Jakarta:2003).
Erman Rajagukguk, Perlu Pembaharuan
Hukum dan Profesi Hukum, Pidato Nico Keijzer, Presumtion of Innocence,
Pengukuhan Sebagai Guru Besar terjemahan, Majalah Hukum
Hukum, Suara Pembaharuan. Triwulan Unpar, Bandung, 1997.

Komariah E. Sapardjaja, Konsep Dasar Romli Atmasasmita, Artikel Terobosan


Hak Asasi Manusia, Diterjemahkan Dalam Hukum, Pikiran Rakyat, 29
Hasanuddin, 1987. Juli 1997.

Loebby Loqman, Perspektif Pembangunan Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian


Hukum Pada Pelita VII, 1977. Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal.

74
Jurnal Law reform – April 2011 Vol. 6 No.1 ______________________________________________________________

113. Bandingkan pula dengan Bagir Sarjana Universitas Indonesia,


Manan, dalam Perspektif Lembaga Tanggal 17 Januari 1995.
Penegakan Hukum Pada pelita VII,
Makalah Sarasehan Hukum Wawancara :
Perspektif Lembaga Hukum (Posisi Hasil wawancara bersama KASI PIDUM,
dan Peran Aparatur serta Sarana Bapak Hademan, SH., Pada hari
Prasarana Hukum) Pada Pelita VII, Senin, Tanggal 14 Januari 2011.
Polda Jabar, Bandung.
Hasil wawancara dengan penyidik dari
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, bagian KASAT RESKRIM yang
Penelitian Hukum Normatif; Suatu bernama I wayan Sugiana, pada hari
Tinjauan Singkat, Ed I, Cet.11, Kamis, Tanggal 10 Januari 2011,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Pukul 09.00 – Selesai.
2009.
Hasil wawancara bersama terdakwa yang
Sri Soemantri, Bunga Rampai Hukum bernama Jihan alias Konjir, di LP
Tata Negara Indonesia, Alumni, Mataram, Pada Tanggal 17 Januari
Bandung, 1992. 2011.

Artikel / Makalah : Wawancara Bersama salah seorang


Loebby Loqman (a), hlm.4. Menurut Prof. terdakwa kasus pencurian yang
Dr. Loebby loqman, S.H., adanya bernama Sanusi.
tindakan “menyimpang” dari pejabat
penyidik. Pengakuan dari salah seorang NAPI kasus
pencurian di LP Mataram, Pada
K.G. Wijaya terpetik dari Indriyanto, Asas Tanggal 17 Januari 2011.
Praduga Tak Bersalah dan
Perspektif Perkembangan Teori- Hasil wawancara dengan tahanan yang
Teori Hukum (Pidana) di Indonesia, bernama Alhadi Niringrat pada hari
Makalah pada Program Pasca Kamis, Tanggal 17 Januari 2011,
Pukul 09.00 - Selesai.

75

Anda mungkin juga menyukai