Bab1 Bs
Bab1 Bs
PENDAHULUAN
Secara garis besar Mekanika Fluida terdiri dari dua cabang, yaitu statika fluida dan
dinamika fluida.
Statika Fluida : membahas fluida dalam keadaan setimbang (tak terjadi
tegangan geser atau fluida diam)
Dinamika Fluida : membahas fluida dalam keadaan bergerak (relatif terhadap
bagian fluida lainnya). Dalam aliran fluida terdapat sifat
penting yaitu densitas dan viskositas.
Dalam buku ajar Transportasi Fluida ini lebih banyak dibahas masalah dinamika
fluida walaupun dasar-dasar statika fluida masih diperlukan sebagai prinsip-prinsip
dasar menyelesaikan persoalan transportasi fluida. Transportasi fluida yang dibahas
lebih banyak ditekankan pada system pipa tertutup bukan saluran terbuka (open
channel), karena permasalahan transportasi fluida di industri terjadi di pipa-pipa
tertutup sebagai media transportasi fluida.
Transportasi Fluida I -1
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan yang menyesuaikan diri dengan
bentuk wadahnya. Perbedaan antara fluida dengan zat padat antara lain adalah fluida
tidak dapat menahan tegangan singgung (geser) yang dialaminya. Adanya tegangan
singgung dari luar walau kecil akan menyebabkan kondisi fluida diam akan bergerak
atau mengalir
Fluida terdiri dari 2 jenis yaitu fluida cair dan fluida gas.
Ciri fluida cair:
Tidak kompresibel (artinya volume fluida akan tetap walaupun dikenai tekanan
tertentu)
Mengisi volume tertentu
Mempunyai permukaan bebas
Daya kohesi besar, jarak antar molekul rapat
Untuk gas ideal atau gas yang dianggap ideal, berlaku hubungan:
P.V = n.R.T
Transportasi Fluida I -2
P.V . .M
dimana V . p n.M
n.M .R.T
P.M
R.T
dimana:
densitas gas (kg/m3) P = tekanan (N/m2)
M = Berat Molekul T = suhu (K)
R = Tetapan Gas (8,314 J/mol.K)
Harga R bisa dinyatakan dalam satuan masa dengan membagi dengan factor
berat molekul masing masing gas yang terlibat. Misalnya untuk udara R’
menjadi = 287,1 J/kg.K .
Contoh soal :
Berapa R’ yang dinyatakan dalam J/kg.K untuk gas CO2 dan metana (CH4) ?
3.2.1 Kompresibilitas
Fluida imkompresible (tak mampu mampat) jika rapat massa fluida tak terpengaruh
perubahan T dan P fluida. Fluida imkompresible adalah fluida cair.
Fluida kompresible (mampu mampat) jika rapat massa fluida terpengaruh perubahan
T dan P fluida. Densitas fluida gas berubah secara nyata /signifikan jika T/P berubah
dalam rentang yang besar.
Transportasi Fluida I -3
Rejim aliran Laminer
Rejim aliran laminar mempunyai cirri-ciri sebagai berikut dan terlihat dalam gambar
1.1.
Transportasi Fluida I -4
Penentuan Jenis Rejim Aliran
Penentuan rejim aliran dilakukan dengan menentukan bilangan tak berdimensi yaitu
bilangan Reynolds (Reynolds Number/ NRe). Bilangan Reynolds merupakan
perbandingan antara gaya dinamis dari aliran massa terhadap tegangan geser yang
disebabkan oleh viskositas cairan.
D
N Re
Untuk pipa circular lurus;
NRe < 2100 : rejim laminer
NRe > 4000 : rejim turbulen
2100 < NRe < 4000 : rejim transisi
Kecepatan kritis : Kecepatan pada saat NRe = 2000
Untuk pipa yang tidak bulat dikenal dengan istilah diameter eqivalen yang
didefinisikan sebagai 4 kali jari jari hidrolik (R). Jari-jari hidrolik adalah
perbandingan luas irisan penampang terhadap keliling terbasahi,
D = 4.R
A v 4.R
R N Re
Keliling
Transportasi Fluida I -5
Penampang annulus, dimana fluida mengalir di sela sela kedua pipa yang berbeda
diameter:
1 / 4 .D12 1 / 4 .D12
D D1 D2
.D1 .D2
Dimana: D1 diameter dalam pipa luar dan D2 diameter luar pipa dalam
Transportasi Fluida I -6
14 pemasangan pipa terbuka vertikal untuk mengukur head (tinggi tekan). Hasil
pengukuran ini berupa tinggi fluida maksimum yang bisa dicapai. Pengukuran
tekanan yang dihasilkan merupakan tekanan fluida di suatu titik tertentu.
Metode ini kurang praktis jika digunakan untuk mengukur tekanan fluida
yang tinggi, karena akan diperlukan pipa vertical yang tinggi sekali. Konversi
tinggi fluida (head) ke dalam besaran tekanan bisa dilakukan dengan rumus:
h ( m fluida ) = P/(.g)
15 pemasangan manometer pipa U untuk mengukur beda tekan fluida pada dua
titik tertentu. Manometer pipa U diisi dengan fluida b yang tidak larut dengan
fluida kerja (fluida a). Densitas fluida b harus lebih besar dibandingkan fluida
a. Isi fluida manometer biasanya air raksa. Beda tekan bisa dihitung dengan
rumus:
P = X.g. B + P Udara
Transportasi Fluida I -7
-
-
-
-
-
-
Manometer Gauge
AAA
m Fluida (head)
P-2 Fluida A
P-1
y
Pb
x x
Pa
Fluida B
Kadang-kadang beda tekan antara dua titik sangat kecil, misalnya antara dua titik
dalam pipa lurus jarak dekat atau pengukuran beda tekan setelah melalui kerangan
atau fittings. Pengukuran beda tekan yang kecil jika dilakukan dengan manometer
pipa U yang diisi oleh fluida air raksa tidak akan terdeteksi, sehingga perlu dicari
fluida yang densitasnya kecil bahkan mungkin lebih kecil dari fluida kerjanya. Jika
harus menggunakan fluida manometer dengan densitas lebih kecil dari fluida
kerjanya seperti minyak, maka pemasangan manometer harus dibalik seperti gambar
1.5.
Transportasi Fluida I -8
P2’ = Pudara + m.g.h2minyak
P = P1’ – P2’ = m.g.(h1minyak - h2minyak) + a.g.h1air
Pipa U udara
h 1 minyak
h 2 minyak h1 air
P2‘ P1‘
air
P1 P2
Transportasi Fluida I -9
Soal dari Geankoplis
U (kecepatan tetap) F
dy y
dV
Lempeng diam
Jika lempeng atas diberikan gaya tetap sebesar F, maka fluida lapisan atas juga akan
bergerak oleh gaya tetap (F) dengan kecepatan U tetap. Sedangkan Fluida yang
bersentuhan dengan lempeng bawah yang diam mempunyai kecepatan nol (diam).
Dengan demikian lapisan-lapisan fluida akan mempunyai kecepatan yang berbeda
atau terjadi gradien (penurunan) kecepatan lapisan fluida sepanjang arah Y.
Penurunan kecepatan (dV/dy) ini akan mempunyai profil garis lurus.
Tegangan geser yang perupakan perbandingan gaya per satuan luas (F/A) akan
sebanding dengan gradient kecepatan (dV/dy) seperti ditunjukkan oleh Hukum
Newton tentang viskositas (berlaku untuk aliran laminer):
dV
dy
m 1 / 3 x1 . 1 1 / 3 x2 . 2 1 / 3
Padatan
ideal
Padatan
nyata Plastic ideal
Fluida
newtonium
Tegangan geser
Fluida non
newtonium
μ
dV/dy
Fluida Ideal
Gradient kecepatan dV/dy
Contoh fluida non Newtonium: pasta, sluries, high polimer, dan emulsi. Nilai
viskositas fluida ini berubah tidak hanya karena perubahan suhu dan tekanan.
Contoh Soal
19 Jika 5,6 m3 minyak beratnya 46.800 N, hitung densitas dan sg nya.
Catatan: densitas air 4 oC = 1000 kg/m3.
Jawab:
F = m.a atau m = F/a
= 46.800 kg.m det-2 / (9,81 m/det2)
= m/V
= 46.800 kg.m det-2 / (9,81 m/det2) : 5,6 m3
= 852 kg/m3
sg = minyak/ air
= 852/1000 = 0,852
Jawab:
= /
= 1,008 . 10-3 kg/(m det) / (998 kg/m3)
= 1.01 . 10-6 m2/det
= 0,736 Bar
22 Berapa kedalaman minyak sg 0,75 yang akan menghasilkan tekanan 2,75 Bar ?
Berapa kedalaman air untuk pertanyaan yang sama
Jawab:
catatan: 1 Bar = 105 Pa = 105 kg/(m.s2)
h = P/.g
= 2,75 105 Pa/(750 kg/m3. 9,81 kg . m . det-2)
= 37,4 m
h air = min/air x h min
= 0,75 x 37,4 = 28 m
N Re = .V.D/
= 1,905 104 sehingga rejim aliran yang terjadi TURBULEN