Anda di halaman 1dari 56

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

1. Pengertian
Adalah upaya untuk memfasilitasi sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan
sosial.
2. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan kelompok secara bertahap.
3. Tujuan khusus
1) Klien mampu menyebutkan jati diri.
2) Klien mampu menyebutkan jati diri anggota kelompok.
3) Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
4) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
5) Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
6) Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok.
7) Klien mampu menyampaikan tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan.
4. Aktifitas dan indikasi
Aktifitas TAKS dilakukan 7 tahap yang melatih kemampuan sosialisasi klien dengan
gangguan hubungan sosial.
1) Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal.
2) Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon terhadap stimulus.
5. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

Co. L
Pn Pn

L
Fn Fn

Pn Fn Pn

Obs

KETERANGAN :
1. L : Leader
2. Co L : Co Leader
3. Pn : Pasien
4. Fn : Fasilitator
5. Obn : Observer
6. n : 1,2,3,4……..dst

Peserta dan teraphis duduk bersama membentuk huruf U

: Klien : Leader + co-Leader


: Fasilitator : Observer
6. Alat
1) Tape recorder.
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Kartu kwartet.
5) Buku catatan dan pulpen.
6) Jadwal kegiatan klien.
7) Name tag
7. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan Tanya jawab.
3) Bermain peran atau simulasi.
8. Langkah – langkah kegiatan
a. Persiapan
 Menentukan topic dan metode TAK
 Menyiapkan scenario role play
 Memilih klien yang kooperatif
 Membuat kontrak dengan klien
 Menyiapkan alat dan tempat
b. Orientasi
 Salam Terapeutik
 Salam dari terapis
 Perkenalan nama dan panggilan teraphis
 Evaluasi / Validasi
 Menjelaskan tujuan kegiatan
 Eksplorasi perasaan
 Menjelaskan aturan main
 Kontrak
+ 1 (satu ) jam di ruang aula, dengan topic tentang sosialisasi untuk menjalain
kerja sama dan kekompakan anggota kelompok penghuni panti

9. Tahap kerja
c. Menjelaskan aturan permainan
d. Role play tentang kondisi psikologis dan kondisi-kondisi yang sering
dijumpai di panti.
e. Memberikan kesempatan kepada peserta TAK untuk menanggapi
permasalahan dalam role play dengan cara :
 Menghidupkan tape recorder dan mematikannya tiba-tiba.
 Anggota kelompok terakhir yang memegang bola diminta
untuk memberikan tanggapan
f. Memberikan reinforcement positif terhadap peserta yang
memberikan tanggapan dengan memberikan 1 bintang penghargaan
g. Kegiatan ini diulang sampai tiga kali ( menyesuaikan dengan waktu )
h. Menyimpulkan tanggapan dari peserta TAK

10. Tahap Terminasi


 Evaluasi
 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Memberikan reinforcement positif terhadap tanggapan
klien yang positif

 Tindak lanjut
Diharapkan kepada penghuni panti (oma) untuk saling menyapa, mengobrol dan
saling membantu

11. Evaluasi
Format Evaluasi klien dan hasil TAK
SESI 1 TAKS
KEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRI

1. Tujuan
Klien mampu menyebutkan jati diri, nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
1) Tape recorder.
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan Tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu isolasi sosial: menarik diri.
(2) Membuat kontrak dengan klien.
2) Orientasi
(1) Salam terapiutik.
(1) Evaluasi/ validasi: menanyakan perasaan klien saat i
(2) Kontrak
(3) Menjelaskan tujuan kegiatan.
(4) Menjelaskan aturan main yaitu:
1. Setiap orang mnyebutkan jati diri.
2. Setiap ada peserta yang meninggalkan kelompok harus minta ijin
3. pada pemimpin TAKS.
4. Lama kegiatan 20 menit.
5. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3) Tahap kerja
(1) Menjelaskan kegiatan yaitu tape recorder akan dihidupkan dan bola diedarkan
berlawanan dengan arah jarum jam/ arah kiri dan pada saat tape recoder dimatikan
maka anggota kelompok yang memegang bola menyebutkan jati dirinya.
(2) Menghidupkan kaset dan mengedarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.
(3) Pada saat tape dimatikan anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk menyebutkan salam, nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi, dimulai
oleh terapis sebagai contoh.
(4) Menulis nama panggilan dalam kertas.
(5) Mengulangi no 2, 3, dan 4 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
(6) Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.
2. Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan tiap anggota kelompok untuk melatih memperkenalkan
diri kepada orang lain dikehidupan sehari-hari.
(3) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
6. Evaluasi dan dokumentasi
Nama Klien (Inisial)
No Aspek yang Dinilai
1. Menyebut nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggilan
3 Menyebutkan asal
4 Menyebutkan hobi
Jumlah
Keterangan:
Ya = nilai 1 Tidak = nilai 0

SESI 2 TAKS
KEMAMPUAN BERKENALAN
1. Tujuan
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
1) Mamperkenalkan diri sendiri: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
2) Menanyakan jati diri anggota kelompok lain yaitu: nama lengkap, nama panggilan,
asal, dan hobi.
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan bersih.
3. Alat
1) Tape recorder.
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan Tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 1 TAKS.Menyiapkan alat
dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
(1) Memberi salam terapiutik
1. Salam dari terapis.
2. Peserta dan terapis memakai papan nama.
(2) Eavaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah mencoba memperkenalkan diri pada orang lain.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok.
(2) Menjelaskan aturan main:
1. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin
kepada terapis.
2. Lama kegiatan 20 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4) Tahap kerja
(1) Menghidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis kearah kiri.
(2) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk berkenalan dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanannya
dengan cara:
1. Memberi salam.
2. Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
3. Menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.
4. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
(3) Mengulangi 1 dan 2 sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
(4) Menghidupkan kembali kaset dan edarkan bola. Pada saat tape dimatikan, minta
pada anggota kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan anggota
kelompok yang memegang bola untuk memperkenalkan angggota kelompok yang
disebelah kanannya kepada kelompok yaitu: nama lengkap, nama panggilan, asal,
dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
(5) Ulangi no 4 sampai semua anggota mendapat giliran.
(6) Memberi pujian tiap keberhasilan kelompok dengan memberi tepuk tangan.
5) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota latihan berkenalan.
(3) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu dengan bercakap-cakap tentang
kehidupan pribadi.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

6. Evaluasi dan dokumentasi


No Aspek yang Dinilai Nama Klien (Inisial)
1. Menanyakan nama lengkap
2. Menanyakan nama panggilan
3 Menanyakan asal
4 Menanyakan hobi
Jumlah

Keterangan:
Ya = Nilai 1 Tidak = Nilai 0

SESI 3 TAKS
KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP

1. Tujuan
1) Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
2) Mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang anggota
kelompok.
3) Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
1) Tape recorder.
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 2 TAKS.
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
(1) Salam terapiutik.
1. Salam dari terapis.
2. Peserta dan terapis memakai papan nama
(2) Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab tentang
kehidupan pribadi.
(2) Menjelaskan aturan main yaitu;
1. Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
pada terapis.
2. Lama kegiatan 20 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4) Tahap kerja
(1) Menghidupkan tape recorder dan edarkan bola tenis kearah kiri.
(2) Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang mendapat bola mendapat
giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang
disebelah kanan dengan cara:
1. Memberi salam.
2. Menanyakan kehidupan pribadi, orang terdekat/ dipercayai/ disenangi.
3. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
(3) Mengulangi 1 dan 2 samapi semua anggota kelompok mendapat giliran.
(4) Memberi pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk
tangan.
5) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi
dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
(3) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan topik
pembicaraan tertentu.
2. Menyepakati waktu dan tempat.

6. Evaluasi dan dokumentasi


Nama Klien (Inisial)
No Aspek yang Dinilai
1. Mengajukan pertanyaan yang jelas
2. Mengajukan pertanyaan secara ringkas
3 Mengajukan pertanyaan yang relevan
4 Mengajukan pertanyaan secara spontan
5 Menjawab dengan jelas
6 Menjawab dengan ringkas
7 Menjawab dengan relevan
8 Menjawab dengan spontan
Jumlah
Keterangan: Ya = Nilai 1;
Tidak = Nilai 0

SESI 4 TAKS
KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP TOPIK TERTENTU

1. Tujuan
1) Klien mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan anggota kelompok.
2) Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.
3) Memilih topik yang ingin dibicarakan. Memberi pendapat tentang topik yang pilih.
2. Setting
1) Klien dan terapis dudu bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
1) Tape recorder
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen
5) Flipchart/ whiteboard dan spidol.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 3 TAKS.
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
(1) Salam terapiutik
1. Memberi salam terapiutik.
2. Peserta dan terapis memakai papan nama.
(2) Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah melatih bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih, dan memberi
pendapat tentang topik percakapan.
(2) Menjelaskan aturan main.
(3) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus minta ijin pada terapis.
(4) Lama kegiatan 30 menit.
(5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4) Tahap kerja
(1) Menghidupkan kaset dan edarka bola tenis kearah kiri.
(2) Pada saat kaset dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat
giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan, dimulai oleh
terapis sebagai contoh, misal: cara bicara yang baik, atau cara mencari teman.
(3) Menulis pada flipchart topik yang disampaikan secara berurutan.
(4) Mengulangi no 1, 2, dan 3 sampai semua anggota kelompok menyampaikan topik
yang akan dibicarakan.
(5) Menghidupkan lagi kaset dan edarkan bola, pada sat dimatikan anggota yang
memegang bola memilih topik yang disukai untuk dibicarakan.
(6) Mengulangi no 5 sampai semua anggota kelompok memilih topik.
(7) Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.
(8) Menghidupkan lagi kaset dan edarkan bola, pada saat dimatikan anggota yang
memegang bola menyampaikan pendapat tentang topik yang dipilih.
(9) Mengulangi no 7 sampai semua anggota kelompok menyampaikan pendapat.
(10) Memberi pujian untuk tiap keberhasilan dengan memberi tepuk tangan.
5) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan setiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang topik tertentu
dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
(3) Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu menyampaikan dan membicarakan
masalah pribadi.
2. Menyepakati waktu dan tempat

6. Evaluasi dan dokumentasi


Nama Klien (Inisial)
No Aspek yang Dinilai
1. Menyampaikan topik dengan jelas
2. Menyampaikan topik secara ringkas
3 Menyampaikan topik yang relevan
4 Menyampaikan topik secara spontan
5 Memilih topik dengan jelas
6 Memilih topik secara ringkas
7 Memilih topik yang relevan
8 Memilih topik secara spontan
9 Memberi pendapat dengan jelas
10 Memberi pendapat secara ringkas
11 Memberi pendapat yang relevan
12 Memberi pendapat secara spontan
Jumlah

Keterangan:
Ya = Nilai 1
Tidak = Nilai 0

SESI 5 TAKS
KEMAMPUAN BEKERJA SAMA

1. Tujuan
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok:
1) Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain.
2) Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan permintaan.
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
3. Alat
1) Tape recorder
2) Kaset.
3) Bola tenis.
4) Buku catatan dan pulpen.
5) Kartu kwartet.
4. Metode
1) Dinamika kelompok.
2) Diskusi dan Tanya jawab.
3) Bermain peran/ simulasi.
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok pada sesi 4 TAKS.
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
(1) Salam terapiutik
1. Salam dari terapis.
2. Klien dan terapis memakai papan nama.
(2) Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah telah melatih bercakap-cakap tentang masalah pribadi
dengan orang lain.
3) Kontrak
(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan meminta kartu yang
diperlukan serta menjawab dan memberi kartu pada anggota kelompok.
(2) Menjelaskan aturan main berikut:
1. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada
terapis.
2. Lama kegiatan 30 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
4) Tahap kerja
(1) Terapi membagikan 4 buah kartu kwartet untuk tiap kelompok sisanya ditaruh
diatas meja.
(2) Terapis meminta tiap anggota kelompok meyusun kartu sesuai nomor seri (satu
seri mempunyai 4 kartu).
(3) Menghidupkan kaset dan edarkan bola tenis kearah kiri.
(4) Pada saat tape dimatikan anggota kelompok yang memegang bola menilai
permainan:
1. Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap) pada anggota
sebelah kanan.
2. Jika kartu dipegang serinya lengkap, maka diumumkan pada kelompok dengan
membaca judul dan sub judul.
3. Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap maka diperkenankan
mengambil satu kartu dari tumpukan kartu diatas meja.
4. Memberi kartu yang dipegang pada yangmeminta ia berhak mengambil satu
kartu dari tumpukan kartu diatas meja.
5. Setiap menerima kartu diminta mengucapkan terima kasih.
(5) Mengulangi no (3) dan (4) jika 2 atau 3 terjadi.
(6) Memberi pujian tiap keberhasilan dengan tepuk tangan.
5) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.
2. Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(2) Rencana tindak lanjut
1. Menganjurkan setiap anggota kelompok latihan bertanya, meminta, menjawab,
dan memberi pada kehidupan sehari-hari (kerja sama) baik di RS maupun
dirumah.
2. Malakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk memberi dukungan
pada klien dalam menjalankan kegiatan hidup sehari-hari.
(3) Kontrak yang akan datang
Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodi
6. Evaluasi dan dokumentasi
Nama Klien (Inisial)
No Aspek yang Dinilai
1. Bertanya dan meminta dengan jelas
2. Bertanya dan meminta secara ringkas
3 Bertanya dan meminta secara relevan
4 Bertanya dan meminta secara spontan
5 Menjawab dan memberi dengan jelas
6 Menjawab dan memberi secara ringkas
7 Menjawab dan memberi secara relevan
8 Menjawab dan memberi secara spontan
Jumlah

Penilaian Kemampuan Non Verbal


Nama Klien (Inisial)
No Aspek yang Dinilai
1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Keterangan:
Ya = nilai 1 Tidak = nilai 0

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

1. Sesi 1: Mengenal Halusinasi


a. Tujuan
1) Klien dapat mengenal halusinasi
2) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Tempat tenang dan nyaman
b. Alat
1) Spidol
2) Papan tulis/whiteboard/flipchart
c. Metode
1) Diskusi dan tanyajawab
2) Bermain peran/simulasi
d. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi: halusinasi.
b) Membuat kontrak dengan klien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
(3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal
suara-suara yang didengar.
(2) Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara
yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan
perasaan klien pada saat terjadi.
b) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang
sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya
ditulis di whiteboard.
c) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang
biasa didengar.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(2) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika
terjadi halusinasi.
c) Kontrak yang akan datang
(1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi.
(2) Meyepakati waktu dan tempat.
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap keja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

f. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien.
Nama Klien (Inisial)
No Aspek yang Dinilai
1. Menyebut isi halusinasi
2. Menyebutkan waktu terjadi
halusinasi
3. Menyebutkan situasi terjadi
halusinasi
4. Menyebutkan perasaan saat
terjadi halusinasi
Jumlah
Keterangan:
Ya = nilai 2
Tidak = nilai 1
2. Sesi 2: mengontrol halusinasi dengan menghardik
a. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Tempat tenang dan nyaman
c. Alat
1) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart
2) Jadwal kegiatan klien
d. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 1.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b) Evaluasi/validasi
(1)Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
(2)Terapis menanyakan pengalaman halusinas yang terjadi: isi,waktu, situasi, dan
perasaan.
c) Kontrak
(1)Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu dengan latihan satu cara mengontrol
halusinasi.
(2)Menjelaskan aturan main yaitu:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapis.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a) Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
b) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
c) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi
saat halusinasi muncul.
d) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu: “pergi jangan ganggu
saya”, “saya mau bercakap-cakap dengan....”.
e) Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghradik
halusinasi dimulai dari klien disebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam
sampai semua peserta mendapatkan giliran.
f) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat
setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(2) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
(1)Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika
halusinasi mncul.
(2)Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien.
c) Kontrak yang akan datang
(1)Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
(2)Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap keja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi
halusinasi dengan menghardik.
g. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi
sesi 2. Klien mampu memperagakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan klien
menggunakannya jika halusinasi muncul, khusus pada malam hari (buat jadwal)
Nama Klien (Inisial)
No Aspek yang Dinilai
1. Menyebut cara yang diguna-
kan mengatasi halusinasi
2. Menyebutkan efektivitas ca-
ra yang digunakan
3 Menyebutkan cara menga-
tasi halusinasi dengan me-
nghardik
4 Memperagakan menghardik
halusinasi
Jumlah
Keterangan:
Ya = nilai 2
Tidak = nilai 1
3. Sesi 3: mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
a. Tujuan
1) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya
halusinasi.
2) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Jadwal kegiatan harian.
2) Pulpen
3) Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart.
d. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab.
2) Bermain peran/simulasi dan latihan.
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 2.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b) Evaluasi/validasi
(1) Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
(2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
(3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi.
c) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi
dengan melakukan kegiatan.
(2) Menjelaskan aturan main yaitu:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari. Jelaskan
bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya
halusinasi.
b) Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-
hari, dan tulis di whiteboard.
c) Terapis membagikan formulis jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir
yang sama di whiteboard
d) Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan harian,
dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir, terapis
menggunakan whiteboard.
e) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
f) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai
membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya.
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik dan melakukan kegiatan.
c) Kontrak yang akan datang
(1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
(2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi halusinasi sesi 3, kemampuan yang diharapkan adalah klien
melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi.
g. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 3. Klien mampu
memperagakan kegiatan harian dan menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan
kegiatan untuk encegah halusinasi.

Nama Klien (Inisial)


No Aspek yang Dinilai
1. Menyebutkan kegiatan yang
biasa dilakukan
2. Memperagakan kegiatan
yang biasa dilakukan
3 Menyusun jadwal kegiatan
harian
4 Menyebutkan dua cara
mengontrol
Jumlah
Keterangan:
Ya = nilai 2
Tidak = nilai
4. Sesi 4: mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
a. Tujuan
1) Klien memahami pentingnya bercakap-caka dengan orang lain untuk mencegah
munculnya halusinasi.
2) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart.
2) Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen.
d. Metode
1) Diskusi kelompok
2) Bermain peran/simulasi
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 3.
b) Terapis membuat kontrak dengan klien.
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b) Evaluasi/validasi
(1)Menanyakan perasaan klien saat ini.
(2)Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah
dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk
mencegah halusinasi.

c) Kontrak
(1)Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap
(2)Terapis menjelaskan aturan main sebagai berikut :
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap klien mengikuti keiatan dari awal sampai akhir.
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
b) Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
c) Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan bisa
dilakukan.
d) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul “Suster ada
suara ditelinga, saya mau ngobrl saja denga suster” atau “Suster saya mau
ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”.
e) Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang
disebelahnya.
f) Berikan puian atas keberhasilan klien.
g) Ulangi e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1)Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
(2)Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
(3)Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
c) Kontrak yang akan datang
(1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, belajar
cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
(2) Terapis menyepakati waktu dan tempat.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah
mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap.
g. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi
4. Klien belum mampu secara lancar bercakap-cakap dengan orang lain, anjurkan klien
bercakap-cakap dengan perawat danklien lain di ruang rawat.

Nama Klien (Inisial)


No Aspek yang Dinilai
1. Menyebutkan orang yang
biasa diajak bicara
2. Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percaka-
pan
4 Menyebutkan tiga cara
mengontrol halusinasi
Jumlah
Keterangan:
Ya = nilai 2
Tidak = nilai 1

5. Sesi 5: mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat


a. Tujuan
1) Klien memahami pentingnya minum obat.
2) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
3) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
b. Setting
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Spidol dan whiteboard/papan tulis/flipchart.
2) Jadwal kegiatan harian.
3) Beberapa contoh obat.
d. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab.
2) Melengkapi jadwal harian.
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 4.
b) Mempersipakan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Terapis dan klien memakai papan nama.
b) Evaluasi/validasi
(1)Menanyakan perasaan klien saat ini.
(2)Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri
dengan kegiatan, dan becakap-cakap.
c) Kontrak
(1)Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh minum
obat.
(2)Menjelaskan aturan main sebagai berikut:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis.
(b) Lama kegiatan 45 menit.
(c) Setiap klien mengikut kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh
karena obat memberi perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
c) Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard.
d) Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat,
benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
f) Berikan pujian pada klien yang benar.
g) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
h) Mendiskusikan perasaan klien setelah minum obat (catat di whiteboard).
i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
j) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/kambuh.
k) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l) Memberi pujian tiap kali klien benar
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1)Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(2)Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang telah dipelajari
(3)Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
c) Kontrak yang akan datang
(1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontro halusinasi.
(2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien yang diharapka yaitu menyebutkan
lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum
obat.
g. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 5 TAK stimulasi
persepsi halusinasi. Klien mampu menyebutkan 5 benar cara minum obat,
manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh). Anjurkan
klien minum obat dengan cara yang benar (Keliat, BA.,Akemat, 2005).
Nama Klien (Inisial)
No Aspek yang Dinilai
1. Menyebutkan 5 benar cara
minum obat
2. Menyebutkan keuntungan
minum obat
3 Menyebutkan akibat tidak
patuh minum obat
Jumlah
Keterangan:
Ya = nilai 2
Tidak = nilai 1
CEKLIS KETERAMPILAN KEPERAWATAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
No ASPEK YANG DINILAI NILAI
1 2 3
1 Tahap Preinteraksi
1) Identifikasi jumlah klien sesuai dengan criteria yang telah
ditentukan
2) Fasilitataor telah membina hubungan saling percaya
dengan klien
3) Melakukan kontrak dengan klien satu jam sebelum dimulai
4) Siapkan alat dan bahan
a) Tape recorder
b) Kaset
c) Buku catatan dan alat tulis
d) Name tag
e) Bola tenis
f) Jadwal kegiatan klien
2 Tahap Orientasi
1) Mengucapkan salam dilakukan oleh terapis
2) Perkenalkan nama
3) Memvalidasi dengan menanyakan perasaan klien hari ini
4) Jelaskan kepada klien dan keluarga
5) Menjelaskan prosedur TAK
3 Tahap Kerja
1. Menjelaskan kegiatan yaitu tape recorder akan
dihidupkan dan bola diedarkan berlawananan dengan
arah jarum jam (yaitu kea rah kiri dan pada saat tape
dimatikan maka anggota kelompok yang memegang bola
menyebutkan jati dirinya
2. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola
tenis berlawanan dengan arah jarum jam
3. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola mendapat giliran untuk menyebut :
salam, nama lengkap, nama panggilan, dan hobi dimulai
oleh terapis sebagai contoh
4. Tulis nama panggilan pada kertas/ name tag dan temple/
dipakai
5. Ulangi 1,2,3 dan 4 sampai semua anggota mendapat
giliran
6. Beri pujian/ penguatan untuk keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan
4 Tahap Terminasi
1. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas keberhasilan mengikuti TAK
3. Menganjurkan tiap anggota melatih berkenalan dengan
orang lain
4. Menyampaikan kontrak yang akan dating
5 Evaluasi dan Dokumentasi
I. Catat kemampuan verbal yaitu:
a) Menyebutkan nama
b) Menyebutkan nama panggilan
c) Menyebutkan asal
d) Menyebutkan hobi
II. Catat kemampuan komunikasi non verbal
a) Kontak mata
b) Duduk/ berdiri tegak
c) Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
d) Mengikuti kegiatan mulai dari awal sampai akhir
Jumlah Nilai
KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator
(……………………………)

Jumlah tindakan yang dilakukan


Nilai : ---------------------------------------- x 100 %
Jumlah seluruh tindakan
MANAJEMEN STRESS

PENGERTIAN
- Respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, atau
suatu fenomena yunifersal yang terjadi dalam kehidupan sehari hari dan tidak dapat
dihindari.
- Respon adaptif, dipengaruh oleh karakteristik individu dan atau proses psikologis yaitu
akibat dari tindakan, situasi atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan
atau psikologis terhadap seseorang.

SUMBER STRESOR
Stresor, faktor yang menimbulkan stres dapat berasal dari sumber internal(dari diri sendiri)
maupun eksternal(yaitu keluarga, masyaratkat, dan lingkungan)
1. Internal : stres individual dapat timbul dari tuntutan pekerjaan atau bebanyang terlalu
berat, ketidak puasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masapubertas,
kehamilan dan sebagainya.
2. Eksternal : stres yang dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan,

JENIS STRES
Stres dapat dibedakan kedalam beberapa jenis :
1. Stres Fisik
Stres yang disebabkan oleh Keadaan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Suara bising,sinar matahari yang selalu menyengat dan lain- lain.
2. Stres Kimiawi.
Stres yang disebabkan oleh pengaruh senyawa kimiawi yang terdapat pada obat – obatan,
sat beracun asam dan basa. Faktor hormon dan gas dan lain lain.
3. Stres Mikrobiologis
Stres yang disebabkan oleh kuman seperti : virus, bakteri, atau parasit
4. Stres Fisiologis
Stres yang disebabkan gangguan fungsi organ tubuh sepeti: gangguan struktur tubuh,
fungsi jaringan, organ dan lain –lain.
5. Stres Proses Tumbuh kembang
Stres yang disebabkan oleh proses tumbuh kembang seperti: masapuber, pertambahan
usia.
6. Stres Psikologis atau emosional
Stres yang disebabkan oleh gangguan psikologis atau ketidakmampuan kondisi psikologis
untuk menyesuaikan diri, misalnya : hubungan interpersonal, sosial budaya, atau
keagamaan.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TERHADAP STRESOR

1. Sifat stresor
Stresor dapat berubah secara tiba – tiba atau berangsur angsur dan dapat mempengaruhi
respon seseorang dalam menghadapi stres tergangtung mekanisme yang dimiliki.
2. Durasi stresor
Lamanya stresor yang yang dialami seseorang dapat mempengaruhi respon tubuh dan
dapat mempengaruhi fungsi tubuh.
3. Jumlah Stresor
Semakin banyak stresor yang dialami seseorang semakin besar dampaknya bagi sistim
tubuh.
4. Pengelaman masa lalu
Pengalaman masa lalu seseorang menghadapi stres dapat menjadi bekal dalam
menghadapi stres berikutnya karena individu memiliki kemampuan beradaptasi
5. Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian diyakini juga mempengaruhi respon terhadap stresor menurut fredman
dan rosenman 1974, terdapat dua tipe kepribadian yaitu :
a. Tipe A :
Memiliki ciri : Ambisius,agresif, kurang sabar,mudah tegang, mudah tersinggung,
mudah marah, memiliki kewaspadaan yang berlebihan, berbicara dengan cepat,
bekerja tidak kenal waktu, tidak mudah dipengaruhi, sulit untuk santai.
Keterangan: rentang terkena stres lebih cepat.
b. TipeB:
Memiliki ciri: Lebih santai, Penyabar, tenang, tidak mudah marah, tidak mudah
tersinggung, jarang kekurangan waktu untuk untuk mlakukan hal – hal yang
disukai, fleksibel, mudah bergaul dan lain-lain.
6. Tahap Perkembangan

Tahap Perkembangan Jenis Stresor


Anak - Konflik kemandirian dan
ketergantungan pada orang
tua
- Mulai bersekolah
- Hubungan dengan teman sebaya
- Kompetisi dengan teman
Remaja - Perubahan tubuh
- Hubungan dengan teman
- Seksualitas
- Kemandirian
Dewasa muda - Menikah
- Meninggalkan rumah
- Mulai bekerjaMelanjutkan
pendidikanMembesarkan anak
Dewasa tengah - Menerima proses Penuaan
- Stasus Sosial
Dewasa Tua - Usia lanjut
- Perubahan tempat tinggal
- Penyesuaian diri pada masa pensiun
- Proses Kematian

TAHAP STRES
Menurut dadang hawari,2001: Stres dapat dibagi Kedalam enam tahap:
1. Tahap Pertama
Tahap ini adalah tahap stres yang paling ringan dan biasanya ditandai dengan munculnya
semangat yang berlebihan, Penglihatan lebih tajam dari biasanya dan merasa mampu
menyelesaiakan pekerjaan lebih dari biasanya( namun tanpa disadari cadangan energi
dihabiskan dan timbul rasa gugup yang berlebihan)
2. Tahap Kedua
Dampak stres yang mulanya menyenangkan, mulai menghilang dan timbul keluhan –
keluhan habisnya cadangan energi, seperti merasa letih sewaktu bangun pagi dalam
kondisi normal, mudah lelah setelah makan siang/ menjelang sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar – debar, Otot punggung dan tengkuk
terasa tegang, tidak bisa santai.
3. Tahap Ketiga
Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan baik maka keluhan akan semakin
nyata seperti gangguan lambung dan usus(gastritis, diare) ketegangan otot semakin terasa,
perasan tidak tenang, gangguan pola tidur ( sulit untuk tidur, terbangun tengah malam
dan sukar tidur kembali, tubuh terasa lemah seperti tidak berdaya.
4. Tahap Keempat
Pada tahap ini, sering kali dinyatakan tidak sakit oleh dokter karena tidak ditemukan
kelainan – kelaian fisik pada organ tubuhnya, namun pada kondisi berkelanjutan akan
muncul gejala seperti ketidak mampuan melakukan aktifitas rutin karena perasaan
bosan,hilang semangat, gangguan pola tidur, konsentrasi menurun.
5. Tahap Kelima
Tahap ini ditandai kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu menyelesaiakan pekerjaan
ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat, serta semakin
meningkatnya rasa takut dan cemas.
6. Tahap Keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbul rasa panik dan takut
mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan untuk benapas, tubuh
gemetar dan berkeringat dan adanya kemungkina terjadi kolaps atau pingsan.

Upaya mengelola stres dengan baik bertujuan mencegah dan mengatsai agar stres tidak
sampai ketahap yang paling berat.
Beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengatur diit dan nutrisi
Pengaturan diit dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi / mengatasi
stres, ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan
jadwal yang teratur. Menu juga sebaiknya bervariasi.

2. Istirahat dan tidur


merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup
akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh, juga dapat memperbaiki sel –
sel yang rusak.
3. Olah raga teratur
olah raga yang teratur adalah salah satu cara meningkatkan daya tahan tubuh dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga yang dilakukan tidak harus sulit misalnya
jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus
sampai berjam – jam. Setelah selesai berolah raga diamkan tubuh yang berkeringat
sejenak lalu mandi untuk memulihkan kesegaran.
4. Berhenti merokok
Adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status
kesehatan serta menjaga ketahanan dan kebebasan tubuh.
5. Menghindari minuman keras
Merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres, dengan
menghindari minuman keras, individu dapat terhindar dari banyak penyakit yang
disebabkan oleh pengaruh minuman keras.
6. Mengontrol berat badan
Berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemuk atau terlalu kurus ) merupakan faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya stres. Keadaan tubuh yang tidak seimbang akan
menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7. Mengatur waktu
Merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Pekerjaan
yang dapat menimbulkan kelehan fisik dapat dihindari dengan cara menggunakan waku
secara efektif dan efisien misalnya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa
menghasilkan hal yang bermanfaat
8. Terapi somatikterapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres
yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem tubuh yang lain.
Contohnya jika seorang mengalami diare akibat stres maka terapinya adalah dengan
mengobati diare.
9. Psikoterapi
Terapi ini menggunakan tehnik psiko yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang,
meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi reduktif. Psikoterapi suportif memberikan
motivasi dan dukungan agar pasien memiliki rasa percaya diri. Sedangkan psiko
reduktif dilakukan dengan pendidikan secara berulang
10. Terapi spikoreligius
Terapi ini menggunakan pendekatan agamadalam mengatasi permasalahan psikologi
terapi ini diperlukan karena dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan
seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial,maupun spiritual.

CHEKLIS TERAPI KOGNITIF


Nama Mahasiswa :……………………………
NIM :……………………………
No ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2
1 Tahap Preinteraksi
Mengumpulkan data tentang klien
Distorsi kognitif, klien memerlukan terapi kognitif,
Komunikasi klien baik, Klien telah memahami jadwal
terapi, dan klien berada pada tahap maintenance
Mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutan diri.
Membuat rencana pertemuan dengan klien : kegiatan
terapi kognitif, waktu tempat dan alat. Yang diperlukan
untuk kegiatan tersebut
2 Tahap Orientasi
Memberikan salam dan tersenyum pada klien
Memperkenalkan nama perawat
Memanggil dengan nama kesukaan klien
Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan : terapi
Kognitif.
Menjelaskan tujuan terapi kognitif: agar klien mampu
mengorganisir proses kognitif dan mampu
mengidentifikasi respon rasional terhadap emosi dan
pikiran otomatisnya
Menjelaskan waktu dan proses /prosedur yang dibutuhkan
untuk terapi kognitif
Mengulangi informasih bahwa kerahasiaan klien akan
tetap terjaga
3 Tahap Kerja
Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya
Menanyakan keluhan utama sebelum memulai
Memulai kegiatan terapi kognitif dengan cara yang baik
Mengidentifikasi emosi yang dialami
Meminta klien menuliskan apa yang dirasakan
Mengidentifikasi penyebab apa yang dialami
Mengidentifikasi pikiran otomatis yang muncul pada klien
Mengidentifikasi respon rasional terhadap emosi dan
pikiran otomatis
Mengidentifikasi terapi kognitif yang dilakukan
4 Tahap Terminasi
Menyimpulkan hasil kegiatan : kognitif, psikomotor,
afektif, atau proses
Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah
dilakukan terapi kognitif
Memberikan reinforcement positif atas kemajuan klien
meskipun hal yang kecil
Merencanakan tindak lanjut dengan klien : kilien diminta
untuk mencoba sendiri terapi kognitif, sesudah klien
melakukan mandiri
Mengakhiri latihan dengan cara yang baik / berpamitan.pp

5 Dimensi Respon
Berhadapan
Mempertahankan kontak mata
Membungkuk kearah klien
Mempertahankan sikap terbuka

Jumlah tindakan yang dilakukan Tanggal,................. 2015


Nilai : x 100 % Evaluator
Jumlah Seluruh tindakan
(.................................)

RESTRAIN FISIK (PASUNG)

Definisi
Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu.
Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi
verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari restraint
fisik  yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan tersendiri untuk membatasi ruang
gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat
perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status mental, ancaman potensial pada diri
sendiri atau orang lain dan keamannnya.

Indikasi Penggunaan Restrain


Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (restrain) dapat siterapkan dalam keadaan: Pasien
yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa menjadi kooperatif karena suatu
keterbatasan misalnya : pasien dibawah umur, pasien agresif atau aktif dan pasien yang
memiliki retardasi mental. Ketika keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam
perawatan dapatterancam tanpa pengendalian fisik (restraint). Sebagai bagian dari suatu
perawatan ketika pasien dalam pengaruh obat sedasi.          

Kontraindikasi Pengunaan Restrain


Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh diterapkan dalam
keadaan yaitu: Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua pasien untuk
melakspasienan prosedur kegiatan. Pasien pasien kooperatif. Pasien pasien memiliki
komplikasi kondisi fisik atau mental Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) pada
pasien dalam penatalaksanaanya harus memenuhi syarat-syarat yaitu sebagai berikut:
Penjelasan kepada pasien pasien mengapa pengendalian fisik (restraint) dibutuhkandalam
perawatan, dengan harapan memberikan kesempatan kepada pasien untuk memahami bahwa
perawatan yang akan diberikan sesuai prosedur dan aman badi pasien maupun keluarga yang
bersangkutan. Memiliki izin verbal maupun izin tertulis dari psikiater yang menjelaskan jenis
teknik  pengendalian fisik yang boleh digunakan kepada pasien pasien dan pentingnya
teknik  pengendalian fisik yang dapat digunakan terhadap pasien berdasarkan indikasi-
indikasi yang muncul. Adanya dokumen yang menjelaskan kepada orang tua pasien pasien
maupun pihak keluarga pasien yang bersangkutan mengapa pengendalian fisik (restraint)
dibutuhkan dalam perawatan. Adanya penilaian berdasarkan pedoman rumah sakit dari
pasien yang pernahmenjalankan pengendalian fisik (restraint) untuk memastikan bahwa
pengendalian fisik tersebut telah diaplikasikan secara benar, serta memastikan integritas kulit
dan status neurovaskular pasien tetap dalam keadaan baik.
 Perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena tenaga kesehatan
harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian tersebut dapat
dilakspasienan dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun keluarga yang bersangkutan,
mengontrol tingkat agitasi dan agresi pasien, mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan
dukungan fisik bagi pasien.

Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan Restraint


Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter
untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun tertulis. Intervensi restrain
dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam untuk usia 9-17 tahun, dan 1
jam untuk umur <9 tahun. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk klien >18tahun, 2 jam untuk
pasien-pasien dan usia 9-17 tahun. Waktu minimal reevaluasi oleh dokter adalah 8 jam untuk
usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia <17 tahun. Selama restrain klien di observasi tiap 10-15
menit, dengan fokus observasi: Tanda-tanda cedera yang berhubungan dengan restrain
Nutrisi dan hidrasi sirkulasi dan rentang gerak  eksstremitas tanda penting kebersihan  dan
eliminasi status fisik dan psikologis kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain
Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di dokumentasikan setiap 1-2
jam untuk memastikan bahwa alat tersebut mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat
tersebut dipasang dengan benar dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai, atau
integritas kulit.
Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang tepat untuk
pasien yang direstrain adalah:
Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodic
Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman, gunakan pelukan terapeutik bukan restrain
mekanik Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukanTawarkan makanan, minuman dan
bantuan untuk eliminasi, beri pasien dot. Diskusikan kriteria pelepasan restrain . Berikan
analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di mintaHindari kemarahan psikologik kepada
pasien lain. Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan pertahankan harga diri pasien
lakukan pengkajian keperawatan yang kontinu dokumentasikan penggunaan restrain

Jenis-jenis Restrain
Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat pengendalian fisik
dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian dengan menggunakan bantuan
alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien maupu nmenahan gerakan rahang
dan mulut pasien.
 Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien

1.   Sheet and ties


Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak bergerak dengan cara
melingkarkan selimut ke seluruh tubuh pasien dan menahan selimutnya dengan perekat
atau mengikatnya dengan tali.

2.   Restraint Jaket
Restraint jaket digunakan pada pasien dengan tali diikat dibelakang tempat tidur sehingga
pasien tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke bagian bawah tempat tidur,
menjaga pasien tetap di dalam tempat tidur. Restrain jaket berguna sebagai alat
mempertahankan pasien pada posisi horizontal yang diinginkan.

3.   Papoose board  
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak pasien saat
melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah pasien ditidurkan dalam posisi
terlentang di atas papan datar dan bagian atas tubuh, tengah tubuh dan kaki pasien diikat
dengan menggunakan tali kain yang besar. Pengendalian dengan menggunakan papoose
board dapat diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah pasien berontak dan menolak
perawatan. Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga supaya pasien
pasien tidak terluka saat mendapatkan perawatan.

4.   Restraint Mumi atau Bedong


Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu ujungnya dilipat ke
tengah. Pasien diletakkan di atas selimut tersebut dengan bahu berada di lipatan dan kaki
ke arah sudut yang berlawanan.
Lengan kanan pasien lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik ke
tengah melintasi bahu kanan pasien dan dada diselipkan dibawah sisi tubuh bagian kiri.
Lengan kiri pasien diletakkan lurus rapat dengan tubuh pasien, dan sisi kiri selimut
dikencangkan melintang bahu dan dada dikunci dibawah tubuh pasien bagian kanan.
Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan
dengan pinpengaman.
5.   Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk mengimobilisasi satu
atau lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur, atau untuk memfasilitasi
penyembuhan. Beberapa alat restraint yang da di pasaran atau yang tersedia, termasuk
restraint pergelangan tangan atau kaki sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain
muslin, atau tali stockinette tipis. Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus
sesuai dengan tubuh pasien. Harus dilapisi bantalan untuk mencegah tekanan yang tidak
semestinya, konstriksi, atau cidera jaringan. Pengamatan ekstremitas harus sering
dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau gangguan sirkulasi.
Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat tidur, karena jika penghalang
tersebut diturunkan akan mengganggu ekstremitas yang sering disertai sentakan tiba-tiba
yang dapat menciderai pasien.

6.   Restraint siku
Adalah tindakan mencegah pasien menekuk siku atau meraih kepala atau wajah. Kadang-
kadang penting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir atau agar pasien tidak
menggaruk pada kulit yang terganggu. Bentuk restraint siku paling banyak digunakan,
terdiri dari seutas kain muslin yang cukup panjang untuk mengikat tepat dari bawah
aksila sampai ke pergelangan tangan dengan sejumlah kantong vertikal tempat
dimasukkannya depresor lidah. Restraint di lingkarkan di seputar lengan dan direkatkan
dengan plester atau pin.

7.   Pedi-wrap 
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher
sampai pergelangan kaki pasien pasien untuk menstabilkan tubuh pasien serta menahan
gerakan tubuh pasien. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi ukuran sesuai dengan
kebutuhan. Alat bantu untuk menahan gerakan mulut dan rahang pasien

8.   Molt Mouth Prop


Molt mouth prop merupakan salah satu alat yang paling penting dalam melakukan
perawatan gigi. Alat ini biasanya digunakan dalam anestesi umum untuk mencegah
supaya mulut tidak tertutup saat perawatan dilakukan. Alat ini juga sangat cocok dalam
penanganan pasien yang tidak bisa membuka mulut dalam jangka waktu lama karena
suatu keterbatasan. Penggunaan molt mouth prop  harus memperhatikan posisi  rahang
pasien saat pasien membuka mulutnya, supaya tidak terjadi dislokasi
temporomandibular. Sebagai tambahan, dokter gigi harus memindahkan molt mouth
prop dari mulut pasien setiap sepuluh hingga lima belas menit agar rahang dan mulut
pasien dapat beristirahat.

9.   Molt Mouth Gags


Molt mouth gags juga merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk
menahan mulut pasien.

10.  Tongue Blades
Tongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk menahan lidah pasien supaya
tidak mengganggu proses perawatan

Pengendalian fisik (physical restraint)  tanpa bantuan alat


Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian fisik tanpa
menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan bentuk pengendalian yang
menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang tua atau pihak keluarga pasien.
Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga kesehatan pengendalian fisik dengan
menggunakan bantuan tenaga kesehatan merupakan bentuk  pengendalian fisik dimana
diperlukan tenaga kesehatan, misalnya perawat untuk menahan gerakan pasien pasien dengan
cara memegang kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien pasien. Pengendalian fisik dengan
bantuan orang tua pasien pengendalian fisik dengan bantuan orang tua sebenarnya sama
dengan pengendalian fisik dengan bantuan tim medis (tenaga kesehatan). Hanya saja peran
perawat digantikan oleh orang tua pasien pasien. Cara pengendalian dengan menggunakan
bantuan orang tua lebih disukai pasien apabila dibandingkan dengan menggunakan bantuan
tim medis, sebab pasien lebih merasa aman apabila dekat dengan orang tuanya.

Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien


Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang disebabkan
oleh penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan kematian pasien dengan
gangguan psikologi yang disebabkan penggunaan restraint adalah dimana ketika
pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien pasien mengalami reaksi psikologis yang tidak
normal, yaitu seperti menigkatnya suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian dapat
menyebabkan timbulnya positional asphyxia, excited delirium, acute pulmonary edema, atau
pneumonitis yang dapat menyebabkan kematian pada pasien

CHEKLIS RESTRAIN

Nama Mahasiswa :
NIM :
NILAI
NO VARIABEL YANG DINILAI 0 1 2
I PERSIAPAN ALAT
Pilihlah restrain yang cocok
Bantalan pelindung kulit / tulang
II TAHAP PREINTERAKSI
a. Lakukan verfikasi order sebelum tindakan
b. Cuci tangan
c. Kaji keadaan pasien untuk menentukan jenis restrain sesuai
keperluan
d. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan restrain

III TAHAP ORIENTASI


1. Memberi salam, panggil bayi sapa keluarga
2. Memperkenalkan nama perawat kepada keluarga
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga

TAHAP KERJA
IV 1. Cuci tangan
2. Gunakan restrain yang dipilih
3. Gunakan bantalan sebelum memasang restrain
4. Tingkatkan restrain
5. Cuci tangan
6. Buka / longgarkan restrain setiap 4 jam selama 30 mnt
7. Kaji kembali kemungkinan adanya luka setiap 4 jam
( observasi warna kulit dan denyut pada ekstremitas
8. perawatan pada daerah pengikatan (Pantau kondisi kulit:
warna, temperatur, sensasi; Lakukan latihan gerak pada
tungkai yang diikat secara bergantian setiap 2 jam; Lakukan
perubahan posisi tidur dan periksa tanda-tanda vital setiap 2
jam)
9. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminaqsi, hidrasi dan
kebersihan diri.
10. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum
ikatan dibuka secara bertahap.
11. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah
ikatan dibuka satu persatu secara bertahap, kemudian
dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali ke
lingkungan semula.
TAHAP TERMINASI
a. Evaluasi respon pasien
b. Mengakhiri kegiatan dengan memberi salam
V

DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh Jayapura,
2015
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator

(……………………………)

Jumlah tindakan yang dilakukan


Nilai : ---------------------------------------- x 100 %
Jumlah seluruh tindakan

Electro Confulsive Terapy ECT

1. Definisi
Electro Confulsive Terapy ( ECT () adalah tindakan dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Sujono,
2009). Sedangkan menurut Tomb (2004) Electro Convulsive Therapy adalah sah
meskipun keburukan ECT tidak dapat dibenarkan. Walaupun mekanisme terapi lain
atau pada keadaan yang tidak diobati: 0,01 – 0,03% dari pasien yang diterapi,
terbanyak akibat serangan jantung.
Terapi elektrokonvulsif menginduksi kejang grand mal secara buatan dengan
mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau kedua pelipis
(Stuart, 2007). Menurut Townsend (1998) Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan
suatu jenis pengobatan somatik dimana arus listrik digunakan pada otak melalui
elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus tersebut cukup untuk menimbulkan
kejang gran mal, yang darinya diharapkan efek yang terapeutik tercapai.
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik yaitu bentuk terapi
pada pasien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada
pelipis pasien untuk membangkitkan kejang grandmall (Riyadi, 2009).
Terapi Kejang Listrik adalah suatu terapi dalam ilmu psikiatri yang dilakukan dengan
cara mengalirkan listrik melalui suatu elekktroda yang ditempelkan di kepala penerita
sehingga menimbulkan serangan kejang umum (Mursalin, 2009).
Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana
arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis.
Arus tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek
yang terapeutik tercapai (Taufik, 2010).
Terapi kejang listrik merupakan alat elektrokonvulsi yang mengeluarkan listrik
sinusoid dan ada yang meniadakan satu fase dari aliran sinusoid itu sehingga pasien
menerima aliran listrik (Maramis, 2004).

2. Efek Samping ECT


Kematian, angka kematian yang disebabkan ECT adalah bervariasi antara 1- 1.000
dan 1-10.000 pasien. Resiko ini sama dengan resiko karena pemberian anastesi umum.
Kematian biasanya karena komplikasi kardiovaskuler.
Efek sistemik, pada pasien dengan gangguan jantung, dapat terjadi arritmia jantung
sementara. Arritmia ini terjadi karena bradikardia post ictal yang sementara dan
dapat dicegah dengan peningkatan dosis premedikasi anti kolinerjik. Arritmia dapat
juga terjadi karena hiperaktifitas simpathetik sewaktu kejang atau saat pasien sadar
kembali. Dilaporkan pula adanya reaksi toksis dan allergi terhadap obat yang
digunakan untuk prosedur ECT premedikasi, tetapi frekwensinya sangat jarang.
Pemberian ECT bilateral dapat terjadi amnesia dan acute confusion. Fungsi memori
akan membaik kembali 1-6 bulan setelah ECT, tetapi ada pasien yang melaporkan
tetap mengalami gangguan memori (Tomb, 2004). 2.3.5 Peran Perawat dalam
Pelaksanaan ECT
3. Indikasi
Adapun indikasi dari penggunaan ECT adalah sebagai berikut:
a. Depresi berat  termasuk depresi involutif (pd usia lanjut)
b. Gangguan bipolar
c. Schizophrenia , terutama :
 Tipe katatonik
 Tipe schizoafektif
 Akut
4. Kontraindikasi
Adapun kontraindikasi dari ECT yang mutlak adalah:
a. SOL (Space Occupying Lesion)
b. Infark Myocard
Sedangkan kontraindikasi dari ECT yang relative adalah:
a. Penyakit jantung: dekompensasio kordis, angina pektoris, A-V Block,
aneurisma aorta, dll
b. Kelainan tulang  skoliosis, kiphosis, dll
c. Kehamilan  keguguran
d. Hipertensi berat
e. Hiperpireksia
f. Diatesa Haemoragic
g. Epilepsi
h. Ansietas

CHEKLIS PEMASANGAN ECT

Nama Mahasiswa :
NIM :
NILAI
NO VARIABEL YANG DINILAI 0 1 2
I PERSIAPAN ALAT

a. Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)

b. Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain

c. Kain kasa
d. Cairan Nacl secukupnya

e. Spuit disposibel

f. Obat SA injeksi 1 ampul

g. Tensimeter

h. Stetoskop

i. Slim suiger

j. Set konvulsator

TAHAP PREINTERAKSI

a. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu


prosedur tindakan yang akan dilakukan.
II
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk
mengidentifikasi adanya kelainan yang merupakan
kontraindikasi ECT

c. Siapkan surat persetujuan

d. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT

e. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit


rambut yang mungkin dipakai klien

f. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan


defekasi

g. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2


jam sebelum ECT

h. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik,


sedatif-hipnotik, dan antikonvulsan harus dihentikan sehari
sebelumnya. Litium biasanya dihentikan beberapa hari
sebelumnya karena berisiko organik.

i. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg


setengah jam sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini
mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan sekresi
gastrointestinal.

TAHAP ORIENTASI
a. Memberi salam, panggil klien sapa keluarga
b. Memperkenalkan nama perawat kepada keluarga
c. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga

TAHAP KERJA

a. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat


III
dengan permukaan rata dan cukup keras. Posisikan
hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian dikendorkan,
seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian
kepala.

b. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik


IV
barbiturat ini dipakai untuk menghasilkan koma ringan.

c. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg


IV) untuk menghindari kemungkinan kejang umum.

d. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol


untuk tempat elektrode menempel.

e. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan


kasa yang dibasahi caira Nacl.

f. Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang


spatel/karet yang dibungkus kain dimasukkan dan klien
diminta menggigit

g. Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar


saat kejang dengan dilapisi kain

h. Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama


kejang dengan mengikuti gerak kejang

i. Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan


tombol sampai timer berhenti dan dilepas

j. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan


mengikuti gerakan kejang (menahan tidak boleh dengan
kuat).

k. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan


menekan diafragma

l. Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger

m. Kepala dimiringkan

n. Observasi sampai klien sadar

TAHAP TERMINASI

a. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil

b. Jaga keamanan

c. Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien


sesuai kebutuhan, biasanya timbul kebingungan pasca kejang
15-30 menit.

DOKUMENTASI
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.

VI

KETERANGAN
1 = Dilakukan dengan bantuan penuh Jayapura,
2015
2 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
3 = Dilakukan dengan sempurna Evaluator

(……………………………)

Jumlah tindakan yang dilakukan


Nilai : ---------------------------------------- x 100 %
Jumlah seluruh tindakan

Anda mungkin juga menyukai