Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasite dari genus
Plasmodium, yang ditularkan melaluigi gitan nyamuk anopheles betina yang kemudian
menyerang sel-sel darah merah.
Penyakit ini menyerang semua kalangan baik laki-laki ataupun perempuan, pada
semua umur dari bayi, anak-anak sampai orang dewasa. Hanya Anopheles betina yang
menghisap darah dan membawa Sporozoit Plasmodium dalam kelenjar ludahnya yang
menyebabkan Malaria.
2. Etiologi

Parasit malaria termasuk dalam genus plasmodium(filum Apicompexa).pada


manusia,malaria P,Ifalciparum,P, malariae,P ovale,P, vivax dan P,knowlesi Di antara
mereka yang terinfeksi P falcifarum merupakan spesies yang paling umum di identifikasi
di ikuti oleh P vivax meskipun P.falciparum biasanya menyumbang sebagian besar
kematian,bukti terbaru menunjukan bahwa malaria P. vivax terkait dengan kondisi yang
berpotensi mengancam jiwa hampir sesering infeksi P. falciparum. P. vivax secara
proporsional lebih umum di luar Afrika. Telah terdokumentasikan infeksi beberapa
spesies Plasmodium pada manusia dari kera yang lebih tinggi; khusus untuk P. Knowlesi
spesies zoonotik yang menyebabkan malaria pada makaka hal ini dianggap tidak begitu
penting bagi kesehatan masyarakat.

Pemanasan global kemungkinan akan mempengaruhi penyebaran malaria, tetapi tingkat


keparahan dan distribusi geografis dari efek tersebut belum pasti.
3. KLASIFIKASI MALARIA

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)


Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering
terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk
eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil
yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang
memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).

Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:


Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium
Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit
menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan
akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi
lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid
Malaria, dan Black Water Fever).

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)


Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih
kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula
coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon
Plasmodium malariae mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/
rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.

Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan
punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi
namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada
pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan
hipertensi.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)


Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya
hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat
di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale
biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling
ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari,
walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang terjadi
lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan terjadi pada malam hari

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)


Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang
diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium
Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid.
Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval
hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria
jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam
berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.
Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria
tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia,
splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.

4. Manifestasi

Secara klinis, gejala malaria infeksi tunggal pada pasien non-imun terdiri atas beberapa
serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme), yang diselilingi oleh suatu periode
(periode laten) bebas demam. Sebelum demam pasien biasanya merasa lemas, nyeri
kepala,tidak ada nafsu makan, mual atau muntah.Pada pasien dengan infeksi
majemuk/campuran (lebih dari satu jenis plasmodium tetapi infeksi berulang dalam waktu
berbeda), maka serangan demam terus-menerus (tanpa interval), sedangkan pada pejamu yang
imun gejala klinis minimal.
 Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secaraumum menurut Mansjoer
dkk. (2001) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka
periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae)
pematangannya tiap 72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di
tandai dengan beberapa serangan demam periodik
 . b. Splenomegali
 Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khasmalaria kronik.
Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadikeras karena timbunan pigmen
eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah
c. Anemia
 Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena falcifarum. Anemia di sebabkan oleh  penghancuran  eritrosit  yang  berlebihan,
eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time), dan gangguan
pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang

5. Patofisiologi
Patofisiologi infeksi malaria berkembang melalui dua fase.  Fase 1 dalam tubuh manusia
dan fase 2 dalam tubuh nyamuk malaria.
1. Fase dalam Tubuh Manusia
Dalam tubuh manusia, terdapat dua tahapan yang terjadi, yaitu siklus ekso eritrosit dan
eritrosit.

Siklus Ekso Eritrosit


Ketika nyamuk betina Anopheles sp yang terinfeksi plasmodium malaria
menggigit manusia, sejumlah sporozoit yang terdapat dalam air liur nyamuk masuk ke
dalam peredaran darah manusia. Sporozoit ini kemudian akan menginvasi hepar,
berkembang biak dan bertambah banyak secara aseksual. Situasi ini berlangsung sekitar 8
hingga 30 hari secara asimtomatik.
Plasmodium menjadi dorman dalam hepar dalam suatu periode waktu tertentu,
kemudian organisme ini akan melepaskan ribuan merozoit ke dalam aliran darah seiring
dengan rupturnya sel-sel hepar. Merozoit ini akan memasuki dan menginfeksi sel-sel
darah merah untuk memulai siklus eritrosit kehidupannya.
Disfungsi hepar akibat dari infeksi malaria sangat jarang terjadi. Biasanya terjadi
pada penderita yang telah mengidap penyakit sebelumnya seperti hepatitis virus, penyakit
hati kronis. Sindrom yang terjadi disebut sebagai malaria hepatitis. Telah dilaporkan,
kejadian yang meningkat akan malaria hepatopati yang terjadi di Asia Tenggara dan
India.
Sejumlah sporozoit dari Plasmodium vivax  dan Plasmodium ovale tidak segera
berkembang menjadi merozoit dalam siklus ekso-eritrosit nya tapi memproduksi
sejumlah hipnozoit. Hipnozoit ini mampu bertahan dalam sel-sel hepar untuk jangka
waktu panjang berbulan-bulan hingga tahunan, secara tipikal 7-10 bulan. Setelah periode
dorman, hipnozoit ini akan kembali aktif dan memproduksi merozoit-merozoit untuk
dilepaskan ke dalam peredaran darah. Hipnozoit bertanggungjawab untuk masa inkubasi
yang panjang dan terjadinya relaps di kemudian hari.

Siklus Eritrosit
Merozoit yang memasuki dan menginfeksi eritrosit akan mengalami proses
skizogoni menjadi tropozoit imatur stadium cincin (ring stage) yang kemudian akan
melalui 2 tahapan.

1.Maturasi Tropozoit
Tropozoit akan tumbuh dan berkembang menjadi tropozoit matur yang lalu
berubah menjadi skizon. Skizon akan menyebabkan terjadinya rupture eritrosit dan
terlepas bebas ke dalam aliran pembuluh darah untuk kemudian memasuki eritrosit sehat
dan membentuk tropozoit imatur kembali.
Adanya sejumlah tropozoit dalam peredaran darah manusia, akan menjadikan
tubuh manusia melepaskan sitokin (cytokine) secara alami, sebagai respon terhadap
parasitemia tersebut.

2. Pembentukan gametosit
Tropozoit imatur juga akan berkembang menjadi gametosit yang kemudian
tumbuh dan berkembang menjadi gametosit jantan (mikrogamet) dan betina
(makrogamet). Gametosit ini beredar dalam darah. Apabila penderita digigit nyamuk
Anopheles, maka gamet jantan dan betina akan masuk ke dalam tubuh nyamuk, dan
mulai menjalani siklus hidup selanjutnya sampai membentuk sporozoit kembali.

Mekanisme Proteksi Malaria


Parasit malaria berdiam dalam hepar dan sel-sel darah sehingga secara relatif
tidak terdeteksi dan terlindungi dari sistem imun tubuh. Namun parasite malaria tetap
dapat dihancurkan dalam limpa. Untuk mengantisipasi hal tersebut, organisme ini akan
membentuk protein sehingga sel darah merah yang terinfeksi dapat melekat pada dinding
pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya blokade pembuluh darah mikro.
[2]

2. Fase dalam Tubuh Nyamuk (Siklus Sporogonik)


Dalam tubuh nyamuk, mikrogamet akan melepaskan flagelanya, siap
bereproduksi dengan makrogamet secara seksual. Mikrogamet akan melakukan penetrasi
terhadap makrogamet dalam lambung nyamuk, menghasilkan sejumlah zigot. Zigot,
kemudian akan menjadi motil dan memanjang, disebut sebagai ookinet. Sejumlah ookinet
akan menginvasi dinding usus nyamuk untuk membentuk ookis. Ookis tumbuh, ruptur
dan melepaskan sejumlah sporozoit, lalu beredar memasuki kelenjar liur nyamuk dan siap
menginfeksi host berikutnya
6. Penatalaksanaan
a. Pertahankan fungsi vital (sirkulasi, kebutuhan cairan dan infus)
b. Hindari trauma (bagaimana tindakan yang di lakukan supaya klien tdak mengalami
trauma)
c. Hati-hati komplikasi (perhatikan keadaan klien agar tidak terjadi akibat lanjut)
d. Posisi tidur sesuai dengan kebutuhan (mengatur posisi klien agar lebih nyaman )
e. Monitoring (temperatur,nadi,TD,respirasi)
f. Perhatikan diet (diet yang di gunakan pada pasien)
Selain itu juga dilaksanakan pencegahan malaria dengan cara ;

g. Menggugunakan kelambu
h. Menggunakan pembasmi nyamuk
i. Tempattinggal jauhkan dari kandang lemak
j. Membersihkan kandang nyamuk dan tempat hinggap nyamuk
k. Memasang kawat kassa pada jendela dan ventilasi
l. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprot (bubuk obat)
m. Hindari rumah yang gelap,kotor lembab dari genangan air

7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan malaria adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit
malaria. Jenis pemeriksaan malaria dapat berbeda pada setiap daerah, termasuk pada
daerah endemik malaria dan daerah yang bukan endemik malaria.

Salah satu cara cek malaria adalah dengan RDT atau rapid diagnostic test. Pemeriksaan
malaria yang satu ini bekerja dengan cara memberikan bukti keberadaan parasit malaria
dalam darah manusia. Umumnya RDT malaria dipilih sebagai pemeriksaan malaria
alternatif karena beberapa kondisi seperti berikut ini:

Diagnosis dilakukan oleh petugas kesehatan yang tidak dapat menjangkau layanan
mikroskopis yang memadai.
Diagnosis jarak jauh untuk orang yang bekerja pada wilayah endemis malaria, contohnya
seperti militer atau perusahaan tambang.
Investigasi wabah dan survei prevalensi parasit.
Target dan format dari pemeriksaan malaria dapat berbeda, namun prinsip tesnya tetap
sama. Pemeriksaan RDT malaria mendeteksi antigen spesifik atau protein yang
diproduksi oleh parasit malaria dalam darah seseorang yang terinfeksi.

Selain memeriksa keberadaan Plasmodium, RDT malaria juga dapat mendeteksi jenis
spesies malaria yang menginfeksi. Secara umum terdapat empat jenis Plasmodium
penyebab malaria yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale.

Sebagian RDT hanya dapat mendeteksi satu spesies Plasmodium saja, yaitu Plasmodium
falciparum. Namun terdapat juga beberapa RDT yang mampu untuk mendeteksi keempat
jenis Plasmodium. Pemeriksaan RDT malaria menggunakan sampel darah yang diuji
dengan menggunakan alat RDT yang berbentuk kaset.

Prosedur Pemeriksaan RDT Malaria


Pemeriksaan malaria dilakukan pada pasien yang mengunjungi daerah endemis malaria
atau pada pasien yang menunjukkan gejala malaria. Pemeriksaan RDT malaria dapat
dilakukan di klinik atau laboratorium dan bisa juga dilakukan di rumah. Alat RDT dijual
bebas di daerah endemis malaria.

Tidak ada yang harus dipersiapkan sebelum melakukan cek darah malaria menggunakan
RDT. Sampel darah umumnya diambil dari pembuluh kapiler di ujung jari, kemudian
ditempatkan pada alat RDT. Hasil tes akan ditunjukkan dengan garis yang akan muncul
pada alat tes.

Hasil pemeriksaan malaria menggunakan RDT hanya membutuhkan waktu kurang lebih
15 menit untuk mengetahui hasil akhirnya.
Hasil Pemeriksaan Malaria dengan RDT
Hasil utama dari pemeriksaan malaria adalah positif dan negatif. Jika ditemukan antigen
dari Plasmodium dalam darah akan ditunjukkan oleh jumlah garis pada kaset. Kaset yang
umum digunakan adalah RDT combo yang digunakan untuk mendiagnosis malaria akibat
Plasmodium falciparum atau Plasmodium vivax.

Terdapat tiga garis indikator yang dapat menunjukkan hasil tes. Indikatornya adalah C
(control antibody), Pf (Plasmodium falciparum), dan Pv (Plasmodium vivax). Berikut
adalah interpretasi dari garis yang muncul pada kaset RDT pemeriksaan malaria:

Negatif: satu garis muncul pada bagian paling ujung yang berlabel C.
Positif Pf (Plasmodium falciparum): timbul dua garis, yaitu di bagian paling ujung
bertuliskan C dan ujung lain dengan label Pf.
Positif Pv (Plasmodium vivax): timbul dua garis, yaitu pada bagian ujung berlabel C dan
pada bagian tengah berlabel Pv.
Positif Pf dan Pv: timbul tiga garis, yaitu pada label C, Pf, dan Pv.
Tes tidak valid: tidak timbul garis sama sekali.
Pemeriksaan Malaria Lainnya
Selain pemeriksaan malaria RDT, terdapat juga pemeriksaan malaria lain seperti DDR
malaria. Pemeriksaan DDR malaria mengharuskan sampel darah diperiksa di bawah
mikroskop.

Selain mengetahui keberadaan Plasmodium dalam darah, pemeriksaan ini juga dapat
mengetahui jumlah rata-rata Plasmodium dalam darah dan juga bentuk Plasmodium.
Umumnya pemeriksaan DDR malaria dilakukan untuk memantau apakah pengobatan
malaria berjalan efektif atau tidak.

8. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit malaria adalah:
a. Malaria serebral (koma)
Suatu akut ensepalopati yang menurut WHO defenisi malaria serebral memenuhi 3
kriteria yaitu: koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap >30 menit
setelah kejang disertai adanya plasmodium falciparum yang dapat ditunjukkan dan
penyebab lain akut ensefalopati telah disingkirkan.
b. Anemia berat (hb <10.000)
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah dalam merah dalam darah akibat dari
berkurangnya jumlah darah, badan terasa lemah dan cepat lelah.
c. Gagal ginjal akut
Gagal jantung adalah keadaan jantung yang memberikan sindrom klinik akibat
ketudakmampuan jantung memompakan darah secara adekuat untuk memenhi kebutuhan
metabolisme badan meskipun aliran balik masih baik.
d. Edema paru
Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal
dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dari rongga badan)
edema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general).
e. Kelainan Hati
Kelainan hati disebabkan karena tergangguanya fungsi hati dalam menetralisir zat toksik.
f. Hipogmikemia
Keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl atau kadar glukosa darah < 80 mg / dl.
(Mansjoer, 1999; 409)

Konsep askep

Pengkajian
A.Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer reg ister, diagnosis medis
B. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah Pasien biasanya mengeluh suhu tubuhnya
panas, pusing, mual, muntah, lemah, sesak nafas, pucat yang menunjukkan
anemia.
b. Riwayat penyakit sekara ng
Pasien biasanya mengeluh suhu tubuhnya panas, pusing, Kulit kuning
dan perut kelihatan membesar bila sudah dalam kondisi parah, hilangnya
nafsu makan dan kadang mual. Anak cenderung mudah terkena infeksi
saluran napas bagian atas infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena
rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan pada RPD meliputi adanya Riwayat
transfuse darah/ komponen darah, penyakit ginjal kronis, hepar, kanker,
infeksi kronis, pernah mengalami pendarahan, dan alergi multiple.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah kedua orang tua menderita malaria, maka anaknya
berisiko menderita malaria. Oleh karena itu, konseling pranikah sebenarnya
perlu dilakukan karena berfungsi untuk mengetahui adanya penyakit yang
mungkin disebabkan karena keturunan.
11
C. Activity Daily Living
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat
dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena
vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,penurunan
aliran darah.
3. Eliminasi
Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda : Distensi abdomen
2. Makanan dan cairan
Gejala : Anoreksia mual dan muntah
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan Penurunan
masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.
3. Neuro sensori
Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan.
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma.
4. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan .
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
5. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol,
riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka
traumatik .
D. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Klien biasanya terlihat lemah dan tampak pucat, perut membuncit
akibat hepatomegali, bentuk muka mongoloid, ditemukan ikterus.
12
b. TTV
 TD: Hipotensi
 Nadi: Takikardi (>100x/menit)
 RR: Takipneu (>24 x/menit)
 Suhu: Bisa naik (> 40˚C)
c. Review of system
BI (Breath)
Pasien dengan Malaria Bila gejala telah lanjut klien mengeluh sesak
nafas, pernafasan dangkal, cepat, melaui hidung disertai penggunaan otot
bantu pernafasan.
B2 (Blood)
Hasil pemeriksaan kardiovaskuler klien Malaria dapat ditemukan
tekanan darah hipotensi, nadi bradikardi, takikardi. Frekuensi nadi cepat
dan lemah berhubungan dengan homeostatis tubuh dalam upaya
menyeimbangkan kebutuhan oksigen perifer.
Biasanya ketika dilakukan pemeriksaan hapusan darah tepi didapatkan
gambaran Anisositosis (sel darah tidak terbentuk secara sempurna),
Hipokrom (jumlah sel berkurang), Poikilositosis (adanya bentuk sel darah
yang tidak normal), Pada sel target terdapat fragmentosit dan banyak
terdapat sel normablast, Kadar haemoglobin rendah dijumpai pada malaria
berat disertai syndroma anemia, yaitu kurang dar i 6 mg/dl.
B3 (Brain)
Status mental pada pasien malaria kondisi lanjut bisa terjadi
penurunan kesadaran, gelisah, kejang.
B4 (Bladder)
Pada klien dengan malaria biasanya ditemukan BAK lebih sering, bisa
terjadi urine berwarna gelap, Palpasi adanya distesi bladder (kandung
kemih).
B5 (Bowel)
Selaput mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri
tekan pada epigastrik, nafsu makan menurun, mual muntah, pembesaran
13
limpa, pembesaran hati, abdomen tegang, terdapat pembesaran limpa dan
hati (hepato dan splemagali).
B6 (Bone)
Kulit kelihatan pucat karena adanya penurunan kadar hemoglobin
dalam darah, selain itu warna kulit kekuning- kuningan. Nyeri otot / sendi,
kelemahan, penurunan aktifitas.

Diagnosa keperawatan malaria


1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler.
3. . Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplai oksigen
dan nutrisi dari kebutuhan.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh
(pertahanan utama tidak adekuat), prosedur iinvasif.
5. Hipertermia berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.

6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan


nutrisi dari kebutuhan.
7.efisit pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.

a. Intervensi
Dx. 1 Peningkatan suhu tubuh/ hipertermia b.d peningkatan tingkat
metabolisme, dehidrasi, perubahan pada regulasi temperatur.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, suhu tubuh klien
turun.
Kriteria Hasil:
 TTV dalam batas normal: S = 36,5 – 37,5˚C
 Turgor kulit < 2 det
 Input dan output cairan balance
 Mukosa bibir lembab
Intervensi:
1. Pantau suhu pasien, perhatikan pasien menggigil/ diaforesis.
R: Suhu 38,9- 41,1 c menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola
demam dapat membantu dalam diagnosis mis: kurva demam lanjut
berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia, demam. Menggil
merupakan puncak suhu.

2. Pantau suhu lingkungan , batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai


indikasi.
R: Suhu ruangan/ jumalh selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
3. Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
R: Dapat membantu mengurangi demam.
4. Berikan selimut pendingin
R: Digunakan untuk mengurangi demam dengan umumnya lebig besar dari
39,5- 40 c pada waktu terjadi kerusakan/ gangguan pada otak.
5. Kolaborasi
Berikan antipiretik misalnya : ASA (Aspirin), asetaminofen (Tylenol).
R: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam
membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodestruksi
dari sel- sel yang terinfeksi.
Dx. 2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d mual, muntah dan anoreksia.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi.
Kriteria Hasil:
 Tidak terjadi mual
 Muntah (-)
 Anoreksia (-)
 BB ideal
Intervensi:
1. Catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit , berat badan dan derajat
kekurangan berata badan, integritas kulit, adanya tonus usus, riwayat mual/
muntah atau diare.
R: Berguna untuk mendefinisikan derajat/ luasnya masalah dan pilihan
intervensi yang tepat.
2. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tidak disukai.
15
R: Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/ kekuatan khusus.
Pertimbangkan keinginan individu untuk memperbaiki makanan.
3. Awasi masukan/ pengeluaran dan berat badan secara periodik.
R: Berguna dalam menukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
4. Selidiki anoreksia, mual, muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan
obat. Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses.
R: Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan
masalah untuk meningkatkan pemasukan / penggunaan nutrien.
5. Dorong makan dengan sering dengan porsi sedikit.
R: Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik
meningkat saat demam.
6. Berika perawatan mulut sesudah maupun sebelum tindakan.
R: Menurunkan rasa tak enak karena sisa muntah atau obat untuk
pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
7. Dorong orang terdekat untuk memberikan makanan.
R: Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu
memenuhi kebutuhan personal dan kultural.
8. Kolaborasi
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.
R: Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat
untuk kebutuhan metabolik pasien

Dx 3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplai oksigen dan


nutrisi dari kebutuhan.Tujuan : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk
aktivitassehari-hari).Tindakan/intervensi : 
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal, catatlaporan kelelahan, keletihan,
dan kesulitan menyelesaikan tugas.
 Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
 
Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catatrespons terhadap aktivitas (mis:
peningkatan denyut jantung/TD,disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya).
 Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paruuntuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
 
Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring biladiindikasikan. Pantau dan batasi
pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.
 Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhanoksigen tubuh dan menurunkan
regangan jantung dan paru.
 
Gunakan teknik penghematan energi, mis: mandi dengan duduk,duduk untuk melakukan tugas-
tugas.
 Rasional : Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan
mencegah kelemahan.
 
Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeridada, napas pendek,
kelemahan, atau pusing terjadi.
 Rasional : Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stress dapatmenimbulkan
dekompensasi/kegagalan

Dx. 4 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh
(pertahanan utama tidak adekuat), prosedur invasif.
Tujuan : Menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari tanda-tanda
infeksi.

Tindakan/ Intervensi :
Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan
hipotermia adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status
syok/ penurunan perfusi jaringan.
Amati adanya menggigil dan diaforosis.
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi
umum.
Memantau tanda – tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama
masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan
dari organisme.
Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum.
Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria.
Dx. 5 Hipertermia berhubungan dengan perubahan pada regulasi temperatur.
Tujuan : Menunjukkan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.

Tindakan/ intervensi :
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil.
Rasional : Hipertermi menunjukan proses penyakit infeksius akut. Pola demam
menunjukkan diagnosis.
Pantau suhu lingkungan.
Rasional : Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
Berikan kompres mandi hangat, hindari penggunaan alkohol.
Rasional : Dapat membantu mengurangi demam, penggunaan es/alkohol mungkin
menyebabkan kedinginan. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
Kolabirasi : Berikan antipiretik.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus.
Berikan selimut pendingin.
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan hipertermi.

Dx. 6 Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


dan nutrisi dari kebutuhan.
Tujuan : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari).

Tindakan/intervensi :
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan,
keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas. Catat respons terhadap
aktivitas (mis: peningkatan denyut jantung/TD, disritmia, pusing, dispnea, takipnea,
dan sebagainya).
Rasional : Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Pantau dan
batasi pengunjung, telepon, dan gangguan berulang tindakan yang tak
direncanakan.
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik penghematan energi, mis: mandi dengan duduk, duduk untuk
melakukan tugas-tugas.
Rasional : Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan
energi dan mencegah kelemahan.
Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas
pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
Rasional : Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stress dapat menimbulkan
dekompensasi/kegagalan.
Dx. 7 Defisit pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahasn interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan : Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat.
Kriteria hasil : Klien mengerti tentang proses penyakit malaria.
Tindakan/ intervensi:
Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan.
Berikan informasi mengenai terapi obat – obatan, interaksi obat, efek samping dan
ketaatan terhadap program.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerja sama dalam
penyembuhan dan mengurangi kambuhnya komplikasi.
Diskusikan kebutuhan untuk pemasukan nutrisional yang tepat dan seimbang.
Rasional : Perlu untuk penyembuhan optimal dan kesejahteraan umum.
Dorong periode istirahat dan aktivitas yang terjadwal.
Rasional : Mencegah pemenatan, penghematan energi dan meningkatkan
penyembuhan.
Tinjau perlunya kesehatan pribadi dan kebersihan lingkungan.
Rasional : Membantu mengontrol pemajanan lingkungan dengan mengurangi
jumlah penyebab penyakit yang ada.
Identifikasi tanda dan gejala yang membutuhkan evaluasi medis.
Rasional : Pengenalan dini dari perkembangan / kambuhnya infeksi.
Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai kebutuhan.
Rasional : Pengguaan terhadap pencegahan terhadap infeksi.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh
manusia ditularkan oleh nyamsuk malaria (anopeles) betina. Selain berasal dari vektor
nyamuk, malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau jarum suntik yang
terkontaminasi darah penderita malaria.
Malaria yang paling berbahaya disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan disebut
sebagai malaria tertiana maligna. Ada 4 jenis malaria: Malaria Tropika (Plasmodium
Falcifarum), Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae), Malaria Ovale (Plasmodium
Ovale), Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax).

B. Saran
Untuk pembaca, diharapkan untuk tidak tertuju pada semua isi pada makalah ini, karena
makalah ini masih banyak yang harus di perbaiki sehingga kami harapkan untuk pembaca
untuk dapat mencari referensi lain yang lebih tepat, dan makalah ini merupakan sebagai
acuan dasar bagi pembaca yang ingin mengenal dari isi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai